Buletin LPM Sinovia Edisi 6

Buletin Edisi 6 Maret 2022

Sino Ilmiah

Musim Hujan Tiba, Waspada Penyakit!

Pimpinan Umum Muh. Syahrial B. Pemimpin Redaksi Febby Diah Syahputri Divisi keredaksian Trisna Asma Sakti L.L. Aminah Karima Aridya Resky Amalia Sumarta Septrina Kurniartika Maria A. Chaterina Revita Maria Dyota Bagus K. Anggista Dwi Maharani S. Muh. Aldi Rizaldi Koordinator Teamwork Maria A. Chaterina Revita Reporter Maria Dyota Bagus K. Annisa Fitriah Editor Izzah Fauziah Irfan Laurentia Nadia Randa P. Layouter Majesty Patu Buana Maria A. Chaterina Revita

Kondisi iklim di suatu negara sangat berbeda-beda. Indonesia memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Saat memasuki musim hujan, tentunya keadaan lingkungan juga berubah. Temperatur dan kelembapan ikut meningkat yang tentunya memicu peningkatan prevalensi beberapa jenis penyakit. Apa saja penyakit yang perlu diantisipasi peningkatannya selama musim hujan?

Selain perubahan keadaan lingkungan, temperatur dan kelembapan, hujan yang datang terus-menerus juga mengakibatkan genangan air yang biasa disebut banjir oleh masyarakat.

Genangan air tersebut tidaklah jernih dan bersih, tetapi penuh dengan pencemaran lingkungan seperti sampah, debu, dan kontaminasi lainnya.

Hal ini tentunya juga berpengaruh bagi kebersihan masyarakat terutama keadaan lingkungan sekitar dan persediaan air bersih.

Curah hujan yang tinggi akan meningkatkan potensi banjir. Potensi tersebut membawa penyakit-penyakit dalam masyarakat dan mampu memberikan penularan yang cepat. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, menyebutkan bahwa ada 7 penyakit yang meningkat pada musim hujan, yaitu diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran cerna lain dan perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.

Beberapa penelitian yang dilakukan dan jurnal yang ditulis oleh para ahli memberikan fakta bahwa penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh musim hujan ini dapat meningkat berkalikali lipat. Hal ini didukung oleh data dan informasi yang dikumpulkan dalam masyarakat baik di Indonesia maupun di negara lain. Penyakit-penya-

BULETIN BULANAN EDISI 6 LPM SINOVIA

1

Sino Ilmiah kit ini hadir bukan karena hujan yang datang, tetapi juga dampak yang ditimbulkan oleh hujan yang terus-menerus datang. Hujan mampu membawa sanitasi yang buruk dan menjadi perkembangbiakan yang baik bagi hewan dan mikroorganisme yang mampu menyebabkan infeksi pada manusia.

Menurut Sulasmi (2016),

dalam jurnalnya mengatakan bahwa curah hujan yang berlebihan akan membuat rumah menjadi lembap.

Curah hujan yang tidak menentu dan kebanyakan penderita yang tinggal di kawasan padat penduduk karena sirkulasi dan sanitasi yang kurang baik merupakan penyebab terjadinya penyakit pernafasan kronis seperti ISPA. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sulasmi (2017), juga mengatakan bahwa sebanyak 120% peningkatan kasus demam berdarah diikuti dengan curah hujan bulanan lebih dari 300 mm. Kennet juga menyatakan bahwa ±2-3 bulan setelah hujan lebat maka akan terjadi wabah demam berdarah.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di akhir musim hujan, kejadian demam berdarah akan meningkat karena genangan air hujan berpotensi menjadi tempat yang baik untuk perkembangbiakan larva nyamuk Aedes aegypti.

Studi yang diperoleh dari Sulasmi (2017) mengkonfirmasi pola curah hujan dan usia mempengaruhi kepadatan parasit dan merupakan penentu penting dari infeksi dan penularan malaria di Kota Entebbe.

Peningkatan kepadatan parasit pada anak-anak merupakan indikator yang berguna untuk memantau intensitas infeksi. Informasi ini penting dalam perumusan kebijakan untuk pengendalian malaria selama periode penularan yang intens.

Rata-rata kepadatan parasit versus curah hujan bulanan dari Januari 2003 hingga 2004

Sumber gambar: www.ncbi.nlm.nih.gov

Kepadatan parasit meningkat seiring dengan meningkatnya curah hujan antara bulan Februari dan Maret hingga nilai puncaknya pada bulan Mei. Nilai ini menurun ke titik terendah yakni 55.000 parasit/mL pada bulan Agustus, tetapi kembali naik ke titik maksimum pada bulan November setelah dimulainya hujan kedua pada bulan September. Rata-rata kepadatan parasit, rata-rata curah hujan bulanan.

Prevalensi parasit dan demam pada anak di Bandiagara menurut kategori umur dan musim

Sumber gambar: Tropical Medicine and International Health, A European Journal Vol. 10

2

BULETIN BULANAN EDISI 6 LPM SINOVIA

Sino Ilmiah Di samping meningkatnya kasus ISPA, influenza juga meningkat dalam musim hujan. Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat. Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung dan mamalia termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.

Virus influenza bisa bertahan lebih lama pada permukaan dengan temperatur yang lebih dingin dan transmisi aerosol dari virus paling tinggi pada lingkungan yang dingin (kurang dari 5°C) dengan kelembaban relatif yang rendah. Kelembaban udara yang rendah pada musim dingin tampaknya merupakan penyebab utama dari transmisi influenza musiman pada iklim sedang. Oleh karena itu, tren penyakit influenza akan meningkat pada musim hujan yang dimulai dari bulan Oktober sampai April.

Dengan adanya penelitian, jurnal dan literatur yang telah dipelajari oleh para ahli dan ilmuwan terkait penyakit-penyakit yang meningkat saat musim hujan, diharapkan masyarakat mampu mencegah dan mengambil tindakan pertama dalam menangkal penyakit yang berpotensi dalam musim hujan agar angka kasus penderita tidak bertambah banyak.

Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 13 Januari 2014. Penyakit Musim Hujan yang Harus Diwaspadai dan Langkah Antisipasinya. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. www.kemkes.go.id Nirwana, Topan., Raksanagara, Ardini., Afriandi, Irvan. 2013. Pengaruh Curah Hujan, Temperatur, dan Kelembaban terhadap Kejadian Penyakit DBD, ISPA, dan Diare. Bandung: Universitas Padjadjaran Sarmin., Hijrawati., Pertiwi, Rini et al. Januari 2020. Hubungan Iklim dengan Penyakit Influenza: Literatur Review. Kendari: Jurnal Kesehatan Lingkungan - Jurnal dan Aplikasi Teknik Kesehatan Lingkungan. Volume 17, No. 1. Page: 27 – 32 Sulasmi, S., Eka Setyaningtyas, D., Rosanji, A., & Rahayu, N. (2017). Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di The effect of rainfall, humidity, and temperature on malaria prevalence in Tanah Bumbu District South Kalimantan. JHECDs, 3(1), 22–27. https://doi.org/10.22435/jhecds.v3i1.5063.22-27

BULETIN BULANAN EDISI 6 LPM SINOVIA

3

Sino Puisi

Hujan yang Mereda Oleh: AF

Dengan satu tarikan waktu saat rintik pertama jatuh Ibarat imajinasi yang mudah sekali berkelana Kau hampir mengulangi kesalahan yang sama saat menunggu rintik menjadi senyap Kau hampir menyeranahi air yang tak pernah menjadi benda mati Kali ini mari mengurai kenyataan Rintik yang menjadi derai gemuruh hingga menyisakan senyap Saat rintik kau masih bisa bersantai Dan kau bisa tak mengabaikan petunjuk yang diberikan untuk semakin bergegas Kau sudah tahu bahwa ia tak bisa kau prediksi Derai datang pun kau tak bisa menyalahkannya Ia adalah perpanjangan tangan Tak salah jika kau menengadahkan tangan Kau bisa merasakan semangat yang tak terbantahkan Kau dan mereka yang masih semangat dalam teduh Yang tidak jadi menghembuskan napas gusar Yang memilih tersenyum berterima kasih Atau yang semakin menghentikan aktivitasnya Saat kesunyian datang sekejap derai yang hilang Menanti handai yang juga bersikukuh menebas dingin

med.unhas.ac.id/sinovia

@LPM_Sinovia

@lpmsinovia

LPM Sinovia

Sekretariat Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Gedung Student Center (Lt. 2) Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

@tbr6748d

4

BULETIN BULANAN EDISI 6 LPM SINOVIA