\ KELAKAR \
a Pratam n Adi
Dian Oleh :
S
EBUAH kota yang tenteram dikejutkan oleh maraknya kasus pencopetan di berbagai sudutnya. Menurut saksi mata, hampir semua kasus tersebut dilakukan oleh sekumpulan anak kecil yang saling bekerja sama. Pihak yang berwajib pun disibukkan oleh tumpukan berkas laporan kasus-kasus yang tengah meresahkan masyarakat itu. Puluhan personil diterjunkan untuk kasus ini. Sekitar dua bulan lamanya para pencuri kecil itu belum tersentuh polisi. Namun hari naas mereka tiba juga. Polisi telah mengendus bangunan tua yang menjadi tempat persembunyian mereka. Peringkusan terlaksana. Polisi berhasil menggiring empat anak lelaki. Mereka adalah Joni (15), Satriyo (14), Beni (14), dan Jupri (11). Di markas kepolisian resor setempat, mereka diperiksa. Keempat anak itu mengaku terpaksa mencopet untuk memenuhi kebutuhan hidup di kota dan membiayai sekolah mereka. Mereka datang dari kota yang berbeda-beda, namun bernasib sama: sudah tak punya orangtua dan tiada sanak saudara yang mengasuh. Satu-satunya harapan yang masih mereka yakini bisa mengubah nasib mereka adalah sekolah, yang makin hari makin mahal.
76
majalah dimensi | edisi 49
ma |
ata Adi Pr
si : Dia Ilustra
Setelah diperiksa, kasus ini diputuskan akan dibawa oleh Penyidik menuju meja hijau. Hal ini adalah tuntutan masyarakat terutama para korban. Untuk memenuhi persyaratan Pengadilan Anak, polisi meminta Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) dari Balai Masyarakat (Bapas) yang akan diajukan bersama Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Jaksa. Sel besi pun tak segan-segan untuk memberi pelukan dingin sebelum mereka dibawa ke Pengadilan Negeri. Mereka menyesali perbuatannya, namun tak bisa berbuat apa-apa.