Ekspose edisi #7 Penghematan Gagal Dalam PEMIRA 2013

Page 1


Lain Kali,

Gunakan Hak Pilih Anda

Iklan Layanan Masyarakat ini Dipersembahkan oleh LPM DIMENSI


Lembaga Pers Mahasiswa

DIMENSI Pelindung Dr. Totok Prasetyo, B.Eng, M.T. Penasihat Garup Lambang Goro, S.T., M.T. Pembina Drs. Khairul Saleh, M.S.I. Pemimpin Umum Dian Adi Pratama Sekretaris Umum Syaiful Anam Bendahara Umum Ade Ulfa Arsiyana Pemimpin Redaksi Bela Jannahti Sekretaris Redaksi Ratih Widyaningrum Redaktur Pelaksana Ika Safitriana, Reza Annas Ma’ruf Redaktur Bahasa Vitri Dwi A., Yuniar Cahyani, Editor Inadinna Fadhliyah, Rifka Shofia A. Reporter Arum Ambarwati, Dwiki Ilham R., Dyah Palupi (non aktif ), Eka Widyaningrum (non aktif ), Irma Novita, Ninda Prastika (non aktif ), Nofia Andreana (non aktif ), Nur Ainingsih (non aktif ), Putri Kristianingrum (non aktif ), Septina Budi (non aktif ), Tiara Dian M. (non aktif ) Redaktur Foto Ido Ridwan Fidyanto Fotografer Dwiki Lutvi (non aktif ), M. Iftor Hilal (non aktif ), M. Yanuar Nur Adi, Nurul Rizqia S., Riska Putri S. (non aktif ) Redaktur Artistik Galih Alfandi Layouter Annisa Ayu Lestari, Annissa Permanasari, Hilda Heramita (non aktif ), Imam Agus Yunata (non aktif ), M. Nur Chafidhin, Sofiyan Arif K. Cyber Adita Pratiwi, Ahmad Gozali Ilustrator Eka Kurnia Saputra Pemimpin Litbang Muhammad Rukiyat Kepala Divisi PSDM Vinda Ayu Januarisqika Staf PSDM Anak Agung Maya S., Bagus Barawonda (non aktif ), Siti Nurfaidah (non aktif ) Kepala Divisi Humas Hardani Winata (non aktif ) Staf Humas Fieryanti Kamaril Kusumawardhani, Intan Pranita Kepala Divisi Riset Dyah Arini Staf Riset Badra Nuraga, Ika Putri Raswati, Upik Kusuma Pemimpin Perusahaan Irfan Bagus Prasetyo Sekretaris Perusahaan Miftahul Jannah P. P. Bendahara Perusahaan Maulida Arta S. Kepala Divisi Periklanan Haidar Erdi Kepala Divisi Usaha Non Produk Dhanie Setiarini (non aktif ) Staf Periklanan dan Usaha Non Produk Aliza Rahmawati (non aktif ), Ash Sulcha (non aktif ), Ira Sari Natasya (non aktif ), Miqdar Nafisi, Shella Widayanti (non aktif ), Tiwik Nur H. (non aktif ) Kepala Divisi Desain Iklan Siswoyo Staf Desain Iklan Eko Prabowo Mukti, Meida Noor S. (non aktif ) Kepala Divisi Produksi dan Distribusi Gassela Dita P. (non aktif ) Staf Produksi dan Distribusi Agus Wijayanto, Anwar Hamid

Dari Dapur

Kue Itu Kita Sebut

Demokrasi Kita sedang menghadapi satu kue besar yang (seharusnya) dapat kita bagi rata untuk dinikmati bersama, manisnya, legitnya. Namun, lagi-lagi ekspektasi tak sepaham dengan realitas. Potonganpotongan kue mungkin saja tak sama besar satu dengan lainnya. Bila pun ukurannya sama, soal rasa bisa saja berbeda. Kita sedang menikmati satu sistem yang kita namakan demokrasi. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, katanya. Keberadaan kita sebagai mahasiswa tak luput dari pesta demokrasi ini. Pemira, atau pemilihan umum raya, yang diselenggarakan secara teratur setiap satu tahun sekali, menjadi ajang bagi kita untuk ikut andil dalam pesta demokrasi yang telah didengung-dengungkan sejak 1998. Meski hanya dalam satu kali mencoblos (baca: mengklik), ternyata hal kecil yang kita lakukan itu dapat berpengaruh terhadap kehidupan kampus setahun kedepan. Akan tetapi optimisme tak selamanya menang. Tingginya angka golput bisa menandakan dua hal: sistem pemilihan yang payah atau keapatisan mahasiswa untuk bersuara. Ternyata tak semua orang menyukai kue yang manis itu. Namun, golput juga pilihan,bukan?

Salurkan Idemu! Redaksi menerima tulisan, karikatur, ilustrasi, atau foto. Hasil karya merupakan karya asli, bukan terjemahan/saduran atau hasil kopi. Redaksi berhak memilah karya yang masuk dan menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah esensi. Karya dapat langsung dikirim melalui surat elektronik di lpmdimensi_redaksi@ymail.com atau dikirim ke alamat kantor redaksi di: Gedung PKM Lama Kavling II (Belakang Bank Jateng) Kampus Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedharto Tembalang Selamat berkarya!


LAPORAN UTAMA

INDEX

05 dan Ajang Politik Kampus Kenaikan Anggaran vs Kualitas 08 PEMIRA 2013 Sistem Baru Tak Munculkan 09 Penghematan Pemira, Aktualisasi Demokrasi

INFOGRAFIS

06 Pemira yang Tak Raya OPINI

10

Krisis Kepemimpinan

RESENSI BUKU

12

Student Hidjo

RESENSI FILM

13

Lincoln

SPEAK UP

14

Sistem ‘Klik’ di Mata Pemilih

KAMPUSIANA

16 COVER : Foto : M. H. Haqqi Zuhri Olah Digital : Galih Alfandi

PWT : Metamorfosis Mega Event UKM PP

GALERI FOTO

18 Politik Kampus

Kesibukkan Ajang


LAPORAN UTAMA Pemira, Aktualisasi Demokrasi dan Ajang Politik Kampus Oleh : Dewi Ristiana Palupi

P

EMILIHAN Umum Raya (PEMIRA) adalah suatu agenda wajib tahunan di Politeknik Negeri Semarang untuk melahirkan para pemimpin baru. Dalam kegiatan ini, presiden dan wakil presiden mahasiswa, serta anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dipilih secara langsung oleh mahasiswa secara merata di semua jurusan. Anggota BPM masing-masing berasal dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), perwakilan dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan yang bukan berasal dari keduanya (independen).

Hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan PEMIRA adalah mengenai sumber dana. Anggaran berasal dari iuran ormawa yang dibebankan pada setiap mahasiswa Politeknik Negeri Semarang. Institusi mengalokasikan nominal dana kepada BPM dan diteruskan ke pihak KPR untuk kemudian dipergunakan sebaik mungkin demi terlaksananya PEMIRA.

Pada tahun 2013 ini, pemungutan suara dilakukan secara online atau sering kita kenal dengan sistem “klik”. Prosedur dan mekanisme baru menghasilkan pengalokasian dana yang berbeda. Muhammad Nurul Adha selaku Dalam kongres mahasiswa setiap Ketua KPR menuturkan harapan tahunnya, BPM beserta organisasi Mahasiswa sebagai generasi mengenai diterapkannya sistem mahasiswa (ormawa) menetapkan muda yang aktif dan klik ini, “Kalau PEMIRA tahun lalu serangkaian peraturan mengeberwawasan luas sangat kan pakai kertas, sedangkan nai teknis maupun non teknis berpotensi uantuk menyum‘klik’ tidak. Lebih murah pasti, pelaksanaan PEMIRA yang bangkan aspirasinya, terlebih tapi nominalnya berapa saya tertuang dalam Petunjuk dalam dunia demokrasi. Semabelum tahu pasti.” Namun Pelaksanaan dan Petunjuk ngat mereka layak untuk disalurpada kenyataannya, PEMIRA Teknis Pemilihan Umum Raya. kan pada wadah yang baik dan 2013 justru membutuhkan Hal tersebut menyebabkan benar. Pemilihan Umum Raya, dana yang relatif sama bahkan tata cara pelaksanaan PEMIRA suatu bentuk pesta demokrasi lebih tinggi dibandingkan tatidak sama untuk tiap tahun. di lingkungan perguruan hun kemarin. Kertas dan kotaktinggi, wadah dimana Penanggung jawab dalam kotak suara memang sudah tidak aspirasi mahasiswa dapesta demokrasi ini adalah Komisi diperlukan lagi, tetapi sistem baru pat tersalurkan. Pemilihan Raya (KPR) yang juga diyang asing bagi mahasiswa membuat seleksi dan dibentuk setiap tahun oleh KPR harus menyediakan anggaran ekstra BPM. Dalam tugasnya KPR dibantu oleh dalam hal sosialisasi. Panitia Pelaksana PEMIRA (P3), keseluruhan angDalam PEMIRA kali ini, selain sosialisasi lewat gota berasal dari proses seleksi bagi mahasiswa media cetak, KPR juga harus beberapa kali mesecara umum yang mendaftarkan diri. ngumpulkan perwakilan mahasiswa dari semua Hal-hal yang perlu dilakukan dalam persiapan program studi untuk diberikan informasi secara dan pelaksanaan PEMIRA meliputi sosialisasi lebih detail. Media cetak untuk sarana publikasi kepada seluruh mahasiswa mengenai teknis dan sosialisasi juga dibuat lebih banyak dengan pelaksanaan PEMIRA serta menyediakan wadah ukuran yang lebih besar dibandingkan tahun kebagi calon presiden dan wakil presiden mamarin. Hal tersebut mendasari keputusan untuk hasiswa untuk berkampanye secara terbuka. menaikkan dana PEMIRA di tahun ini. “Kemarin Selain itu merancang agenda debat bagi calon dalam kongres mahasiswa disepakati kenaikan anggota BPM, mengurus berbagai macam dana sebesar lima juta karena publikasi ingin perizinan baik ke dalam maupun luar kampus, diperbesar,” ucap Bian Anggi Permadi selaku juga pembahasan petunjuk pelaksanaan serta Ketua BPM. petunjuk teknis PEMIRA. EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 5


infografis

Pemira yang Tak Raya PEMILU Raya (PEMIRA) merupakan ajang pemilihan Presiden Mahasiswa, Wakil Presiden Mahasiswa, dan anggota BPM baik jalur independen maupun jalur perwakilan jurusan. Kegiatan ini digelar setiap tahun oleh Panitia Pelaksana Pemira (P3) dengan pengawasan Komisi Pemilihan Raya (KPR). Tahun 2013 ini P3 bekerjasama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Polytechnic Computer Club (UKM PCC) mengusung sistem baru yang disebut sistem “klik”. Sistem ini sudah di sosialisasikan sejak jauh–jauh hari sebelum pemilihan. Namun apakah perubahan sistem ini menambah minat mahasiswa untuk memilih? Apakah hal ini juga mempengaruhi hasil pemilihan suara? Untuk mengetahui hal tersebut tim riset LPM Dimensi mencoba membandingkan hasil perolehan suara tahun lalu (2012) dengan tahun ini (2013) dengan cara mengumpulkan data–data dan menuangkannya ke dalam grafik agar mudah dipahami.

6 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013


Infografis Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa hasil perolehan suara total tahun 2012 dan 2013 tidak terpaut jauh. Di sisi lain, ternyata jumlah pemilih dari semua jurusan pada tahun 2013 masih di bawah jumlah tahun 2012. Menurut ketua Komisi Pemilihan Raya (KPR), M. Nurul Adha, hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama menurut hasil keputusan Kongers Mahasiswa (KM) 2012, PEMIRA 2013 diadakan pada bulan Maret. Pada bulan tersebut banyak mahasiswa tingkat akhir sedang melaksanakan magang. Penyebab kedua dikarenakan hanya ada dua pasang calon yang terpilih. Ketiga, karena sosialisasi oleh masing masing calon dinilai kurang.

Grafik diatas menunjukkan adanya suatu penurunan. Penurunan tertinggi dialami oleh Jurusan Teknik Elektro yaitu sebanyak 28,60%. Di posisi kedua yaitu Jurusan Akuntansi sebesar 15,80%. Dilanjutkan Jurusan Teknik Mesin sebanyak 13%, Jurusan Teknik Sipil 12,12%, dan terakhir Jurusan Administrasi Niaga sebanyak 8,70%. Faktanya, batas waktu pemilihan tahun lalu hanya sampai sore hari, sehingga mahasiswa teknik yang mengikuti kuliah kelas malam tidak sempat memilih. Sedangkan tahun ini pemilihan dibuka hingga malam, dengan harapan suara yang diperoleh tahun ini akan lebih tinggi. Menurut salah seorang mahasiswi tingkat I Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang dengan adanya sistem klik tersebut cukup menambah minat mereka untuk memilih. “Lebih minat sih, soalnya pakai komputer, jadi enak,� ungkapnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem klik cukup menambah minat mahasiswa untuk memilih, namun dengan banyak faktor yang mengakibatkan turunnya jumlah suara. EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 7


laporan utama Kenaikan Anggaran vs Kualitas PEMIRA 2013 Oleh : Arum Ambarwati dan Nailis Soraya (Kru Magang) PEMILIHAN Umum Raya (PEMIRA) 2013 telah berlalu. Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa (Presma dan Wapresma) telah terpilih. Ada beberapa hal yang cukup menarik selama penyelenggaraan pesta demokrasi ini. Mulai dari penggunaan sistem terkomputerisasi dalam pemungutan dan penghitungan suara, persaingan sengit kandidat presma dan wapresma, gencarnya sosialisasi Komisi Pemilihan Raya (KPR), hingga fenomena presentase golongan putih (golput) yang ternyata cukup tinggi. Selain itu satu hal lain yang perlu menjadi sorotan adalah naiknya alokasi dana PEMIRA tahun ini. Apakah kenaikan dana ini juga diimbangi dengan peningkatan kualitas PEMIRA? Terdapat kenaikan anggaran untuk alokasi dana PEMIRA 2013. Tahun 2012 yang lalu, alokasi dana untuk PEMIRA adalah empat juta rupiah. Sedangkan untuk tahun ini naik menjadi lima juta rupiah. Bian Anggi Permadi selaku Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) mengatakan bahwa kenailkan tersebut dilakukan dengan alasan untuk meningkatkan publikasi dalam PEMIRA tahun ini. Menurut Muhammad Nurul Adha selaku ketua Komisi Pemilihan Raya (KPR) 2013, dana sebesar lima juta rupiah tersebut dialokasikan untuk menyewa program sistem klik kepada Unit Kegiatan Mahasiswa Polytechnic Computer Club (UKM PCC) sosialisasi dan publikasi, debat calon, perizinan, serta pembahasan petunjuk pelaksanaan (juklak) serta petunjuk teknis (juknis) PEMIRA. 8 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

“Alokasi terbesar adalah untuk sosialisasi kepada mahasiswa tentang PEMIRA dan sistemnya,” tambah Adha. Sejalan dengan hal tersebut, KPR bersama Panitia Pelaksana PEMIRA (P3) telah melakukan publikasi dan sosialisasi besarbesaran sejak bulan Februari. Diawali dengan sosialisasi sistem klik pada setiap ketua kelas dan ormawa pada Senin (25/2) di Ruang Serba Guna (RSG). Selain itu panitia juga memasang spanduk dan pamphlet tentang alur pemungutan suara di beberapa titiktitik keramaian mahasiswa. Serta terus menyosialisasikan PEMIRA melalui media jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter. Namun nampaknya publikasi dan sosialisasi tersebut masih kurang maksimal. Kanuri Anggota BPM terpilih dari Jurusan Teknik Elektro mengungkapkan bahwa sosialisasi dari P3 dan KPR juga dirasa kurang begitu tepat. Pasalnya saat sosialisasi awal di RSG, hanya ketua saja yang diundang. Di sisi lain, PEMIRA 2013 sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar untuk menghemat dana. Sebab tahun ini KPR tidak perlu mencetak surat suara karena telah memakai sistem yang terkomputerisasi. Akibatnya, kemungkinan pada tahun ini akan terdapat sisa dana. “Nantinya jika sisa dana tersebut lumayan besar, maka kami mungkin akan menggunakan sisa dana tersebut untuk mengadakan acara pengucapan selamat kecil-kecilan bagi presiden mahasiswa yang terpilih. Namun saat ini kami belum bisa memastikan apakah acara tersebut jadi

diadakan atau tidak, karena Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) KPR masih dalam tahap penyusunan. Jadi kami belum mengetahui secara pasti berapa dana yang tersisa,” jelas Adha. Sementara itu dilihat dari sistem pemungutan suara, PEMIRA tahun ini dapat dikatakan lebih baik dari tahun lalu. Dengan menggunakan sistem yang terkomputerisasi, terbukti pemungutan suara lebih cepat, mudah, dan praktis. Selain itu hasil pemungutan suara pun dapat segera diketahui melalui ruang pantau publik yang diletakkan di Hall Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) lama dan di depan RSG. Tak selang begitu lama usai penutupan Tempat Pemungutan Suara (TPS), hasil PEMIRA juga segera dapat diketahui dan diumumkan. Namun hal yang perlu disayangkan adalah kurangnya partisipasi dan antusiasme dari mahasiswa sendiri. Terbukti dari 4.280 orang mahasiswa Polines, hanya 2.108 orang yang menggunakan hak pilihnya. Menanggapi hal itu Adha mengungkapkan bahwa tingginya angka golput disebabkan banyaknya mahasiswa Polines yang sedang melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) sehingga mereka berhalangan untuk menggunakan hak pilihnya saat PEMIRA. “Sebenarnya kami sudah memberi kesempatan bagi mahasiswa PKL untuk menggunakan hak pilihnya. Yaitu dengan membuka TPS hingga pukul 21.00. Tapi nampaknya hanya beberapa mahasiswa yang menggunakan hak tersebut,” ungkap Adha.


laporan utama

Sistem Baru Tak Munculkan Penghematan Oleh : Dwiki Ilham Ramadan dan Putri Maya (Kru Magang)

P

EMIRA Polines 2013 diwarnai dengan munculnya sistem e-vote dengan nama sistem “klik” hasil kerja sama Komisi Pemilihan Raya (KPR) dengan UKM PCC. Acuan KPR dalam menggunakan e-vote ialah moderenisasi dan efisiensi dana yang dikeluarkan untuk PEMIRA. Benar saja, bila menggunakan sistem “jadul” (nyontreng-red) KPR memerlukan dana lebih untuk kertas, spidol, dan lain-lain. Seperti dikatakan Eci selaku bendahara KPR tahun 2013, “Menurut saya efisiensi dana yang dikeluarkan KPR sudah signifikan dengan menggunakan sistem klik, kalau pakai kertas jumlah mahasiswa di Polines kira-kira 5000 dengan harga kertas Rp 200, 00 per lembar kertasnya jadi Rp 1.000.000, 00. Kemarin sistem klik cuma Rp 400.000, 00”. Sistem yang tidak konvensional ini memang membawa dampak cukup signifikan pada pesta demokrasi di Polines, namun dalam hal efisiensi dana masih perlu dipertanyakan. Bila

menelisik lebih dalam KPR mengeluarkan dana lebih untuk konsumsi, dikarenakan ada tambahan personil pada saat Pemira berlangsung, yaitu anggota PCC yang ditugaskan untuk menjaga sistem klik agar pemilihan dapat berjalan lancar. Eci mengatakan, “Anggota PCC kayaknya tiga atau empat orang di tiap TPS dan ruang server”. Dengan jumlah personil di setiap TPS bertambah, secara otomatis dana yang dikeluarkan ikut bertambah. Dana lebih untuk konsumsi dialokasikan bukan hanya saat PEMIRA berlangsung, namun juga saat sosialisasi capresma, cawapresma dan anggota BPM, untuk hal tersebut Eci mengatakan “Tahun ini dana konsumsi di semua TPS untuk 2 kali makan besar Rp 700.000,00, snack Rp 200.000,00. Dan ada tambahan saat bahas juklak juknis, dialog terbuka, dialog khusus, dan lain-lain, yang pasti membutuhkan konsumsi. Tidak hanya waktu PEMIRA saja, jadi butuh dana banyak untuk konsumsi”.

berhasil mengefisienkan dana pada sektor sistem “baru” namun tidak untuk sektor konsumsi. Berkaca pada tahun sebelumnya, KPR mengeluarkan dana dalam PEMIRA lebih banyak di sektor media pemilih, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor. Ditemui di ruang BPM, Nana selaku bendahara KPR tahun 2012 mengatakan, “Biaya konsumsi tahun lalu lebih rendah dari tahun ini, ya mungkin dikarenakan tahun ini kita sudah menggunakan sistem klik dan harga makanan sekarang lebih mahal dibanding dengan tahun lalu.” Memang usaha KPR dalam mengefisienkan dana sudah cukup signifikan namun ke depan nampaknya KPR perlu transparan dalam hal dana PEMIRA agar di tahun-tahun berikutnya dana untuk PEMIRA dapat lebih efisien. Seperti yang dikatakan Eci, “Tahun ke tahun, biasanya dana membengkak dikonsumsi dan kertas suara, namun tahun ini kita bisa lebih efisien dengan menggunakan sistem yang baru.”

Singkat kata PEMIRA tahun ini EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 9


opini

Krisis Kepemimpinan Oleh:

Diyana Setyaningrum Mahasiswa Semester VI Jurusan Akuntansi

P

EMIMPIN adalah seseorang yang mau dan mampu memberikan pengaruh terhadap orang–orang yang dipimpinnya. Jiwa kepemimpinan lahir dari dalam dirinya dan merupakan keputusannya sendiri yang ingin menjadi pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk sebuah komunitas tertentu. Ketika kepemimpinan telah tertanam dalam dirinya, maka dia menyadari bahwa pemimpin adalah pengemban amanat yang diberikan “rakyat”, bukan pencari jabatan untuk mewujudkan keinginan pribadi secara individual. Bulan Maret-April dapat dikatakan sebagai “bulan demokrasi” bagi keluarga besar Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang karena masa tersebut adalah waktu untuk regenerasi kepengurusan dan penentuan seorang pemimpin dari mulai Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), Presiden 10 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

Mahasiswa, dan Wakil Presiden Mahasiswa melalui Pemilihan Raya (PEMIRA) hingga pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiat-an Mahasiswa (UKM) yang diadakan oleh masing-masing organisasi. Motivasi mereka yang mencalonkan diri sebagai pemimpin sangat bervariasi, ada yang karena dorongan rekannya dan terpaksa karena tidak ada yang berkenan (keinginan orang lain), pertimbangan sebelum memasuki dunia kerja ( motif pribadi) dan pengabdian (murni keinginan dalam diri). Jawaban terakhir inilah yang jarang kita temukan pada sosok pemimpin jaman sekarang.

karakter. Jika dalam diri saja tidak ada tanggungjawab sebagai seorang pemimpin, bagaimana bisa mereka memikirkan tanggungjawab kepada komunitas yang telah memilihnya? Apa yang terjadi ketika misi pribadinya tidak didapat? Masihkah mereka berpikir tentang tanggungjawab jika tidak ada lagi golongan yang mendukungnya seperti dulu? Para pemimpin tidak jarang ikut menjadi “objek seleksi alam” dalam komunitas tersebut. Padahal dalam sebuah hadis jelas di-sebutkan “Sesungguhnya kalian semua adalah pemimpin, dan seorang pemimpin akan diminta pertanggungjawaban olehNYA atas kepemimpinannya”.

Kepemimpinan adalah tanggung jawab yang dimulai dari dalam diri, bergerak keluar sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada yang dipimpin. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati, penciptaan integritas hingga perubahan

Sampai kapan krisis kepemimpinan berakhir dan menjadikan para pemimpin “melek tanggungjawab?” Sebuah pertanyaan untuk kita semua, mari kita renungkan, pikirkan, dan benahi.


SKETS Kompetisi Memperebutkan Posisi

Ilustrasi : M. Rukiyat

NGEDIMS Mahasiswa AN mendapat pelatihan untuk kerjasama Alfamart. “Selamat datang, silahkan belanja...” Beasiswa bidik misi langsung cair dari Dirjen DIKTI ke rekening masingmasing mahasiswa terkait. Semoga bebas “potongan” atau yang sejenisnya. Ketua-ketua ormawa telah berganti generasi. “Satu satu daun berguguran, satu satu tunas muda bersemi..” Wifi salah satu operator nasional menyebar di seluruh kampus. Berkah tak terkira... EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 11


resensi buku

STUDENT Oleh : Bela Jann

HIDJO

ahti

“H

IDJO, cobalah kemari!” kata Raden Nganten Potronojo waktu anaknya baru pulang dari me-lancong. “Kamu hendak disuruh sekolah ingenieur di Negeri Belanda oleh ayahmu, apakah kamu mau? Tapi saya sangat susah..,” Raden Nganten tak bisa meneruskan kata-katanya, ia tak bisa menahan air matanya yang mengalir dan membikin gelap pikirannya.

belajar, membaca buku, dan sesekali berplesiran dengan Biroe. Namun di Belanda, dimana ia diperlakukan dengan sangat ramah oleh orang Belanda, Hidjo hampir tak bisa mengendalikan diri untuk tak mencoba hal-hal baru yang sebelumnya dianggapnya tak pantas. Bahkan ia juga juga berpacaran dengan Betje, gadis Belanda yang merupakan anak dari induk semangnya.

Hidjo tak kuasa menolak keinginan sang ayah, meski ibunya bersikeras tak ingin Hidjo pergi. Hidjo dengan berat hati pun meninggalkan Hindia Belanda, berpisah dengan keluarga dan kekasihnya, Raden Ajeng Biroe.

Pada akhirnya, Hidjo memutuskan untuk pulang ke Jawa sebelum studinya selesai. Namun alih-alih menikah dengan Biroe, Hidjo dinikahkan dengan perempuan lain yang merupakan sahabat karib Biroe. Perjodohan memang merupakan salah satu budaya yang masih sangat kental dalam kalangan borjuis pribumi pada saat itu. Mas Marco Kartodikromo menggambarkan itu dengan baik, juga tentang kebiasaankebiasaan kalangan borjuis pribumi lainnya.

Meski hidup tanpa kekurangan karena segala kebutuhannya tercukupi, bukan berarti Hidjo tak kesulitan disana. Tantangan terbesar justru datang dari dirinya sendiri. Hidjo selama hidup di Hindia Belanda tak pernah berbuat macam-macam. Ia hanya 12 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

Mas Marco Kartodikromo

pertama kali menulis kisah ini pada tahun 1918 sebagai cerita bersambung untuk Harian Sinar Hindia. Setahun kemudian baru diterbitkan sebagai buku. Pada tahun 2000, buku ini diterbitkan kembali oleh Aksara Indonesia dan Bentang. Pada 2010 lalu, Penerbit NARASI dari menerbitkannya kembali dalam bentuk buku setebal 140 halaman. Novel yang menceritakan tentang kisah hidup Hidjo dan keluarga besarnya, keluarga yang termasuk dalam golongan priyayi, ini sejatinya mengisahkan tentang kontrasnya perlakuan yang diterima pribumi di Belanda dan di Hindia Belanda. Pantas bila karya ini disebut sebagai “sastra perlawanan”, sebuah istilah dalam kronik sastra Indonesia sebelum perang. Penerbit buku Indonesia Boekoe (I: Boekoe) mentasbihkan karya ini sebagai salah satu dari “Seratus Buku Sastra Indonesia yang Patut Dibaca Sebelum Dikuburkan”.


resensi film

LINCOLN

Oleh : Siswoyo

L

INCOLN merupakan sebuah film karya sutradara Steven Spielberg. Film ini masuk dalam nominasi Golden Globe Award dan Academy Award. Daniel Day-Lewis sebagai pemeran utama, berhasil menghidupkan karakter presiden Abraham Lincoln lewat penjiwaan yang sangat memukau. Ia memerankan figur pemimpin dengan karisma yang tinggi di balik tubuh tinggi tegapnya. Lincoln adalah sosok yang mampu tetap tenang saat menghadapi masalah yang dihadapi. Di samping itu, Sally Field sebagai Mary Todd Lincoln, istri Abraham Lincoln dan Tommy Lee Jones sebagai Thaddeus Stevens, pemimpin Partai Demokrat juga tampil hebat. Kisah film ini diangkat dari buku Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln

karya sejarawan Doris Kearns Goodwin. Film ini menceritakan empat bulan terakhir dari hidup seorang Abraham Lincoln. Dalam film ini digambarkan kisah Lincoln saat berusaha memasukkan amandemen ke-13 yang berisi penghapusan dan larangan terhadap perbudakan di Amerika Serikat. Digambarkan juga perjuangannya untuk mengakhiri perang sipil antara pihak Federasi dan Konfederasi yang sudah berlangsung selama empat tahun. Diceritakan pula upaya Lincoln untuk melo-loskan amandemen itu dengan dukungan suara yang didapat dari Partai Demokrat dan Republik. Lincoln adalah presiden Amerika Serikat yang berhasil menetaskan amandemen UU perbudakan untuk pertama kalinya dan memberikan kemerdekaan bagi para budak. Film ini beralur lambat dan banyak dialog dengan tempo

penceritaan yang pelan. Durasi 150 menit membuat film Lincoln menjadi tontonan ‘berat’ yang tidak akan mudah diikuti oleh sebagian orang. Penonton akan merasa bosan di awal hingga akhirnya mulai terbiasa dengan ritme penceritaan yang ada. Namun adegan perdebatan antara pro dan kontra amandemen ke-13 selalu menarik untuk diikuti. Kemudian klimaksnya adalah di saat pemungutan suara yang begitu menegangkan dan berhasil diakhiri dengan mengharukan. Secara keseluruhan film ini memuaskan dan sanggup memberikan edukasi bagi mereka yang masih kurang mengetahui secara mendalam sosok Abraham Lincoln. Segala aspek teknis bagus, para aktornya bermain dengan total, khususnya Daniel Day-Lewis yang kemungkinan besar akan meraih Best Actor.

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 13


speak up

Sistem ‘Klik’ di Mata Pemilih SEPERTI biasa, setiap tahun pada semester genap, Komisi Pemilihan Raya Politeknik Negeri Semarang menyelenggarakan Pemilihan Raya (PEMIRA). Ada perbedaan cara pemilihan presiden mahasiswa dan wakil presiden mahasiswa (presma dan wapresma) pada tahun ini. Sistem pencontrengan yang biasanya digunakan untuk memperoleh hasil PEMIRA, kini telah beralih ke sistem ‘klik’. Mahasiswa sebagai pemilih pun memberikan pendapatnya. Mayang Rindrianasari Hambali Mahasiswi Semester 6 Jurusan Akuntansi “Pemira tahun ini kurang sosialisasi, banyak kelas yang tidak tahu tentang kegiatan pencontrengan yang sekarang dengan cara ‘klik’. Lagipula banyak mahasiswa tingkat akhir yang sedang magang kerja/PKL tidak mendapat kesempatan untuk mengklik salah satu calon presiden mahasiswa Polines.” Tegar Widya S. Mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Sipil “PEMIRA kemarin, terlalu cepat, karena dari total mahasiswa tidak semua memilih, karena banyak yang PKL atau magang, sosialisasinya kurang greget, karena hampir semua mahasiswa tidak tahu PEMIRA itu. Penyeleksian calon belum maksimal, masih banyak golput, sistemnya harus dikaji ulang lah, buat ke depan harus lebih baik untuk semua sistem seleksi calon, sistem sosialisasi, orasi, pemilihan dan lain-lain didalam pemira. Dan sampai selesai ini kinerja pemira sudah cukup bagus, tahun depan harus lebih baik, selamat dan sukses buat panitia P3, Pemira 2013 Polines. Kami tunggu hasilnya karena kami butuh kinerja bukan janji palsu untuk penerus ormawa Polines yang berkualitas dan berintergritas serta loyalitas yang baik.” Bagus Barawonda Mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Mesin “Aku ngeliat pelaksanaan PEMIRA kemarin sih nampaknya tidak berjalan dengan baik, khususnya pada hari pemilihannya. Saya liat dari sudut pandang jurusan teknik khususe teknik mesin. PEMIRA tahun kemarin panitianya bahkan sampai masuk ke kelas-kelas untuk menjemput suara pemilih. Tapi tahun ni cuma disediain stand-stand TPS yang sedikit sekali dan tidak melakukan penjeputan suara. Memang sih udah pada dewasa semua. Tapi gimana juga kan, alangkah baiknya dimasukin ke kelas-kelas. Banyak anak teknik mesin yang tidak memilih khususnya kelas tiga, mungkin karena jadwal mereka yang berangkat siang pulang malam. Atau bahkan mereka yang sedang praktek di bengkel, jadi mereka enggan mendatangi TPS untuk memilih. Sebenere masih banyak lagi.” Anjar Wijalul Bekti Mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Mesin “Ada kelebihan dan kurang pasti. Tapi aku cukup apresiasi adek-adek KPR dan P3 tahun ini sudah bikin inovasi saat pemilihan dengan cara ngeklik. Beda sama tahun-tahun sebelumnya. Juga kayaknya lebih kompak dengan adanya seragam segala.” 14 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013


SPEAK UP Putut Wahyu Tri Wibowo Mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Mesin “Menurutku pelaksanaan pemira dengan cara di “klik”, menurut aku udah bagus, bisa hemat dana, karena tidak perlu pengadaan kertas suara, cuma butuh satu unit komputer untuk satu tempat pemungutan suara (TPS,) tapi menurut aku kurang efektif, kalo di jurusan aku ya, banyak suara yang hilang, karena tau kan anak mesin yang cuek, nggak mau tau, malas datang ke TPS, untuk menghindari hal itu lebih baik didatangi per kelas, biar setiap mahasiswa mau memberikan suaranya.” Nana Apriliana Mahasiswi Semester 6 Jurusan Akutansi “PEMIRA kemarin lebih efektif dan fleksibel kalo pake cara online. Dibanding tahun kemaren yang masih pake kertas terus dicoblos dan semoga aja yang terpilih bisa jalanin amanatnya dengan lebih baik lagi.” Tyas Atus Hapsari Mahasiswi Semester 6 Jurusan Teknik Elektro “Publikasi yang kurang maksimal membuat pemilih (khususnya mahasiswa Teknik Elektro) tidak mengetahui siapa saja kandidat presma/wapresma. Sehingga tidak ada antusiasme untuk menyalurkan suara, dan pada akhirnya kebanyakan dari mereka memilih abstain.” Eka Rudi Saputra Mahasiswa Semester 6 Jurusan Teknik Sipil “Saya pribadi mengapresiasi sekali PEMIRA tahun ini, yang menggunakan sistem baru dalam pemilihan, yaitu sistem klik. Berbeda dengan tahun-tahun yang lalu, untuk persiapannya pun pasti lebih ribet. Butuh laptop dan modem dengan jumlah yang nggak sedikit. Tata cara memilih dengan klik juga diinformasikan dengan baik, selain dipasang dipapan pengumuman dan di online, pamfletnya juga disebar ke kelas-kelas kurang lebih ada 175 kelas. Namun yang saya sayangkan, jadwal pemilihannya bertepatan dengan jadwal magang anak akuntansi, sehingga banyak suara yang hilang dari akuntansi. Entah ini memang sudah terencana atau hanya kebetulan, saya kurang tau. Harusnya hal semacam ini sudah diantisipasi dari awal. Sebelum menentukan jadwal pemira, cari tahu hari dan tanggal yang tepat agar pihak lain tidak merasa dirugikan. Ada positif negatifnya dengan sistem quick count. Positifnya bisa lebih mempermudah dan mempercepat perhitungan. Tapi negatifnya menghilangkan persaudaraan antar ormawa. Dimana tradisi biasanya malam setelah pemilihan itu perhitungan suara dengan mengundang perwakilan ormawa. Nah disitulah yang menurut saya seru, waktu perhitungan bersama-sama. Ya semoga saja KPR & P3 tahun ini bisa membimbing panitia pemira tahun depan, agar menjadi lebih baik dari tahun ini. Minimal tidak mengulangi kesalahan yang sama. Golput karena benturan jadwal magang. PEMIRA bisa dikatakan sukses, bila mampu meminimalisir sekecil-kecilnya golput. Siapapun yang terpilih, berarti itulah yang terbaik. Mari kita dukung, untuk kepentingan bersama, semoga mampu menjalankan dengan baik.” EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 15


kampusiana

PWT:

Metamorfosis Mega Event UKM PP Oleh : Miftahuddin (Kru Magang)

U

NIT Kegiatan Mahasiswa Pengembangan Pengetahuan (UKM PP) telah berhasil menyelenggarakan mega event terbarunya yaitu Polines Weekend Technology (PWT). Acara ini digelar di gedung Ruang Serba Guna (RSG) dan Kantin Tata Niaga Polines pada 22-24 Maret 2013 kemarin. Kegiatan yang digelar selama tiga hari ini merupakan gabungan dari tiga proker (program kerja) berskala nasional yang pertama digelar secara bersamaan oleh UKM PP. Tiga acara tersebut meliputi lomba karya ilmiah PITC (Polines Innovation Technology Contest), Seminar Nasional dan kontes robot PRC (Polines Roboline Contest). Dalam penyelenggaraannya, lomba karya ilmiah mahasiswa PITC memunculkan tiga juara. Juara pertama diraih oleh Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul karya ilmiah “Peltier Cooler: Pendingin Ruangan Tanpa Freon Sebagai 16 | EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013

Solusi Mengurangi Global Warming”, juara ke-2 UNNES dengan judul “Silver (Simple Fruit Saver): Kulkas dengan Media Penyimpan Dingin Menggunakan Toples dan Pasir” dan juara ke-3 diraih oleh UKM PP Polines dengan judul “Air Freshner Toilet Otomatis dengan Sensor PIR Sebagai Pendeteksi Keberadaan Manusia”.

SMP negeri 2 Semarang, juara ke-2 Muh. Ridwan dari SMA 3 Sidoarjo, sedangkan untuk juara ke-3 di raih oleh Novandy Ananta siswa SMP Muhamadiyah Depok Yogyakarta.

Untuk acara Seminar Nasional UKM PP mengangkat tema Robo Mobile Controling dengan menghadirkan beberapa pembicara ahli dalam bidang robotika seperti Bambang Supriyo (Dosen Universiti Teknologi Malaysia & Politeknik Negeri Semarang), Adiatmo Rahardi (Ketua Grup Robot Indonesia) dan Imam Pujaya (CEO Fornext Technologies Sekolah Robotika).

Event besar yang menuai kesuksesan ini merupakan metamorfosis dari proker UKM PP tahun lalu yang sebelumnya merupakan proker dadakan dari UKM PP. Bermula dari kejadian unik saat tahun lalu proker PRC UKM PP diambil alih oleh institusi untuk mengisi acara Dies Natalies Polines, akhirnya terjadi kelebihan dana di UKM PP. Dana itulah yang digunakan untuk menggelar lomba karya ilmiah PITC. PITC sendiri merupakan acara gabungan dari UKM PP yang berkerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Juusan Teknik Elektro (HME).

Sedangkan untuk lomba robot line follower PRC memunculkan beberapa nama. Juara pertama berhasil diraih oleh Muh. Hadi Kurnia siswa

Seperti kata Choiril selaku ketua UKM PP yang ditemui di sela-sela kesibukannya. Choirul mengungkapkan dana lebih yang seharusnya digunakan


KAMPUSIANA untuk pembiayaan acara PRC tahun lalu-lah yang menjadi latar belakang diadakannya lomba karya ilmiah PITC.

Tahun ini PWT menjadi gebrakan baru dari UKM PP. Dengan menggabungkan rangkaian dua event nasioanal yang telah diadakan tahun lalu ditambah satu event Seminar Nasional yang baru diadakan pada tahun ini, UKM PP membuat PWT. “Kalau PRC dan PITC sebenarnya adalah event tahun lalu. Tapi untuk tahun ini ada tiga serangkaian acara yaitu PITC, Seminar Nasional dan PRC. Rangkaian tiga acara itu kita gabung menjadi PWT,” tambah Choirul. Walaupun secara keseluruhan mega event ini berjalan dengan sukses, tapi tetap saja acara ini tidak bisa luput dari kekurangan. Seperti ketika berlangsungnya Seminar Nasional, peragaan mengontrol robot dengan smartphone melalui internet terhambat karena koneksi hotspot kampus tidak stabil. “Tadinya saya mau nggubungin androidnya ke internet. Tapi karena jaringannya down jadinya gagal. Akhirnya hanya bisa pake bluetooth yang terbatas cuma 10 meter,” terang Imam Pujaya dari Fornext Technology selaku pembicara Seminar Nasional.

Doc. Dimensi

“Lha kan tahun lalu pas Dies Natalis Polines, PRC diambil alih oleh institusi. Akhirnya dana yang belum terpakai ini dari pada tidak digunakan kita sepakat membuat acara lagi yaitu PITC,” tutur Choiril.

Salah satu peserta dari Universitas Negeri Semarang yang memperkenalkan sepeda motor tenaga gas elpiji.

Imam Pujaya juga menyoroti adanya kekurangan dalam lomba kontes robot PRC. Pembagian kategorinya belum jelas karena tidak ada perbedaan tingkatan. Kategori tingkat SD,SMP dan SMA disamakan jadi terkesan kurang adil. Selain itu Pujaya menilai kontes robot dengan peserta tingkat SD sampai SMA ini sebenarnya bukan kontes robot sesungguhnya. Karena kebanyaakan robot yang mereka lombakan bukan karya asli anak tersebut. Melainkan mereka hanya menjadi joki. “Jadi kesannya bukan lomba bikin robot tapi lomba mengoperasikan robot, yang bertaruh bukan pelajarnya tapi si pembuat robot di belakangnya,” ungkap Pujaya.

EKSPOSE | EDISI VII | MARET 2013 | 17


GALERI FOTO

Kesibukan Ajang Politik Kampus Doc. Yanuar

BULAN Maret menjadi bulan penting dalam sejarah Keluarga Besar Politeknik Negeri Semarang. Di bulan ini aktualisasi demokrasi dan ajang politik kampus digelar. Presiden dan wakil presiden mahasiswa, serta anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dipilih secara langsung. Terlepas dari perubahan sistem PEMIRA yang bertransformasi tahun ini, yang menarik untuk dilihat adalah kesibukan para panitia, antrian para pemilih, sampai kesiagaan pengamanan PEMIRA.

Panitia mempersiapkan diri

Dipandu petugas

Kesibukkan TPS keliling

Memilih calon


Doc. Haqqi

Doc. Yanuar

Menilik bilik

Merapikan dokumen Menanti giliran

Doc. Yanuar

Doc. Yanuar

Doc. Tomo

Doc. Tomo



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.