APA KABAR PERTANIAN DAN PERIKANAN BANGKALAN?
CERPEN
HAMPIRGENAP2TAHUNPANDEMI
OPINI KOLOM
AKTUALITA LIPUTAN
Edisi 04 September 2021
2 Tahun Pandemi, Begini Kondisi Pertanian
Perikanan Kabupaten Bangkalan Lili Madam Menakar Ketahanan Pangan RI di Masa Pandemi Pagebluk: Dalang Perikanan yang Penyakitan
UTAMA
PERTANIAN
Hampir
dan
Opini Menakar Ketahanan Pangan RI di Masa Pandemi 8 Karikatur Nasib Nelayan & Petani di tengah Pandemi, Wujud Redupnya Hati Nurani 10 Lili Cerpen 11 Opini Pengebluk: Dalang Perikanan yang Penyakitan 16 Pagheblug Komik 18 Madam Cerpen 20 Foto Perikanan dan Pertanian yang Sengaja diabadikan Fotografi 23 Kumpulan Puisi dari Anggota LPMAlipi Puisi 25 4 DAFTAR ISI 2 LPM ALIPI Edisi 4 Kolom Utama Hampir 2Tahun Pandemi, Begini Kondisi Pertanian dan Perikanan Kabupaten Bangkalan
Bersuakembalidimajalahedisi3tahun2020!
Setiap manusia adalah seorang sosialis, yakni makhluk yang secara mutlak tidak bisa menopang keperluan hidup diri mereka sendiri. Pemenuhan kebutuhan hidup biasa dilakukan dengan cara saling berinteraksidengan sesama Makhluk hidup dibumi secaraterus menerus hingga diujung kehidupan. Hasil daripada interaksi selama manusia hidup itulah yang kemudian menciptakan sebuah alur kehidupan.
Pengaruh krusial aspek sosial dalam alur kehidupan manusia itu sendiri, menjadikan aspek tersebut sebagai kajian yang penting karena peran besarnya dalam membangun serta membentuk pola hidup Lebih dari itu, bahkan hal tersebut menjadi jembatan penghubung antara kedua aspek lain, yakni ekonomi serta budaya. Seorang petani pun demikian yang tak lain hanyalah makhluk sosial yang kesehariannya menjalankan prinsip-prinsip kehidupan sosial mereka secara utuh dalam bingkai pertanian. Hal demikian, yang kemudian membentuk pola kehidupan sosial khas mereka sendiri di tengahkeseharian dalamkomunitaspetani.
Menuai aspek sosial petani kini menjadi daya tarik untuk melihat pola kehidupan sosial serta pengaruhnya pada berbagai lini kehidupan petani sendiri. Belum lagi, hal tersebut menjadi beragam jika kita kemudian mempertimbangkan lokasi tempat petani itu hidup serta hukum adat yang berlaku. Terlepas dari gaya petani yang bervariasitujuannyaadalahmemenuhikebutuhanhidup.
Indonesia sebagai negara agraris mendorong pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian memiliki peranan yang amat penting bagi kehidupan manusia karena pertanian bak nafas bagi setiap manusia. Pasalnya, keberlangsungan kehidupan bergantung pada pertanian Pertanian dapat dikatakan sebagai tulang punggung sistem ekonomi negara. Hal ini dikarenakan selain menyediakan makanan dan bahan baku, sektor pertanian juga menyeraptenagakerjapalingbanyakdiindonesia.
Luas lahan dengan potensi alam kini perlu menjadi tanggung jawab bersama untuk mendongkrak pertanian menjadi maju. Sistem bertani yang beraneka ragam adalah wujud kebiasaan para petani sesuai budaya daerahnya sendiri. Pertanian yang menjadi nyawa manusia diharapkan terus meningkat baik dari ketersediaan pangan dalam negeri, varietas yang unggul bahkan swasembada. Majalah ini menjadi sebuah wujud apresiasi kami agar memacu generasi muda dalammembangunIndonesiadari sektorpertanian.
Pelindung Dr. Ir. H. Slamet Subari, M.Si Pimpinan Umum Wildan Nur Yaqin Pimpinan Redaksi Muhammad Alif Dzulfikar Redaktur Pelaksana Vinda Nur Septya Wulan Layouter Abdurrahman 'Uluwy Litbang Siti Erina Dina Yuniar Putriana Tim Kreatif Khairatul Muhlisa Evi Dwi Prastyani Reporter Lisakotul Amaniyah Khusnul Rahmah S. Fotografer Dewi Nurmawati Ilustrator Dea Pramudita Editor Bayu Setyo Nugroho LPM ALIPI Redaksi Salam Redaksi
3 LPM ALIPI Edisi 4
HAMPIR 2 TAHUN PANDEMI
Alipi News- Pa n d e m i C o v i d 1 9 menimbulkan dampak yang bervariasi terhadap berbagai sektor perekonomian di Indonesia. Saat beberapa sektor mengalami penurunan pertumbuhan di masa pandemi, hal berbeda justru dicatatkan oleh sektor pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian mampu tumbuh di tengah pandemi Covid 19. Dilansir Antara (30/09/2021), Syahrul mengatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penyangga ekonomi negara selama pandemi dengan pertumbuhan sebesar 16,4 persen. Hal tersebut disebabkan karena produk-produk dari sektor pertanian sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, sektor lain yang mengalami pertumbuhan positif yaitu perikanan.
Dikutip dari Detik.com (06/04/2021), bahwa pada tahun 2020 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa sub-sektor perikanan tumbuh sebesar 0,73 persen. Walaupun tumbuh positif pada tahun 2020, namun selama pandemi pertumbuhannya lebih rendah jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir.
Meskipun mencatatkan pertumbuhan statistik yang positif, kondisi petani ataupun nelayan di lapangan, khususnya di Kabupaten Bangkalan justru merasakan kondisi yang berbeda.
Kondisi Petani di Kabupaten Bangkalan saat Pandemi
Dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan petani di Kabupaten Bangkalan cukup bervariasi. Ada yang hasil panennya menurun dan ada pula yang justru mengalami peningkatan. Petani di Desa Planggiran, Kecamatan Tanjung Bumi, mengaku justru mendapatkan hasil panen padi yang meningkat saat pandemi dibandingkan sebelum pandemi. Sahir, Ketua Kelompok Tani setempat mengatakan, bahwa saat pandemi produksi pertanian di desanya mengalami peningkatan. S eb e l u m p a n d e m i , r a t a r a t a p e t a n i mendapatkan setengah ton padi untuk sekali panen. Sedangkan saat pandemi, petani justru dapat melakukan 2 kali panen dan menghasilkan rata-rata 1 ton padi untuk sekali panen. Produksi padi yang melimpah tersebut membuat pembeli juga ikut meningkat, dimana permintaan terbesar masih dalam lingkup Desa Planggiran.
Sahir mengatakan, padi hasil panen tersebut nantinya akan diolah menjadi bahan pokok beras. Menurutnya, harga beras selama pandemi mengalami penurunan. Harga beras yang awalnya kisaran Rp 10.000-12.000 per kg turun menjadi Rp 8.000-9.000 per kg. Turunnya harga beras berbanding terbalik dengan naiknya harga obat-obatan dan pupuk yang biasanya
4 LPM ALIPI Edisi 4 Kolom Utama
Gambar: Greeners.Co
BEGINI KONDISI PERTANIAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANGKALAN
Rp 150.000 saat ini naik di kisaran Rp 200.000.
D i k u t i p d a r i C N N I n d o n e s i a , berdasarkan data badan Pusat Statistik (BPS) harga beras premium di penggilingan sebesar Rp 9.550 per kg per April 2021. Angka tersebut turun 4,86 persen dibandingkan tahun lalu dalam periode yang sama. Harga beras tidak mengalami perubahan signifikan hingga saat ini, dimana rata-rata harga beras per September 2021 yaitu Rp. 9.456 per kg. Sementara itu Mardhi, salah satu petani di Kecamatan Klampis, mengatakan bahwa selama pandemi pada tahun kemarin (2020) tidak mendapatkan hasil sama sekali dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung. “Curah hujan yang tidak menentu menjadi faktor utama yang mempengaruhi panen di desa kami,” ucap Mardhi, kepada kami di kediamannya, Sabtu (24/04/21).
Hal yang sama juga dialami oleh petani di Kecamatan Klampis yang juga mendapatkan bantuan dari pemerintah setiap bulannya. M as yarak at di s i n i , u n gk ap M ar dh i , mendapatkan bantuan sebesar Rp 200.000 yang dialihrupakan menjadi kebutuhan pokok seperti gula, minyak, beras, dan lain sebagainya.
Meski sudah menerima bantuan, masyarakat Kecamatan Klampis masih sering mengeluh karena menganggap distribusinya tidak tepat sasaran. “Iya, ini karena banyak kalangan dari masyarakat yang masih belum sadar jika sebetulnya dirinya mampu. Hal inilah yang membuat beberapa dari mereka (masyarakat) merasa dirugikan,” jelas Mardhi. Menurutnya, sebaiknya pemerintah harus lebih teliti lagi saat memberikan bantuan agar tepat sasaran.
Selain bantuan dari pemerintah, serangan hama terhadap tanaman sayur-mayur, padi, dan tanaman lainnya juga tengah dikeluhkan. “Selama Covid-19, seringkali hama tikus menyerang daerah persawahan kami. Bahkan dalam rentang 1 hari 1 malam, dengan sawah yang tidak begitu luas, bisa-bisa terdapat 17 ekor tikus,” terang Arif.
Salah Satu Reporter LPM Alipi saat
Mewawancarai Mardhi, Seorang Petani di Desa Klampis (Foto: Dokumentasi Pribadi LPM Alipi)
Salah satu petani yang juga menjabat sebagai Perangkat Desa Planggiran, Arif mengatakan, petani di desa tersebut mendapatkan bantuan sosial dari Pemerintah Kabupaten Bangkalan berupa sembako. “Kurang lebih kami sudah sekitar 5 kali atau lebih menerima bantuan sembako dan masker juga. Sasaran bantuan ini hanya untuk orang miskin dan usia renta,” kata Arif, kepada kami di kediamannya, Sabtu (24/04/21).
Bagaimana Kondisi Nelayan di Kabupaten Bangkalan saat Ini?
Selain sektor pertanian, perikanan juga termasuk sektor yang dapat bertahan di tengah pandemi Covid 19. Meskipun mencatatkan pertumbuhan statistik yang positif, nelayan di lapangan justru merasakan kondisi yang berbeda. Pusidin, nelayan di Kecamatan Klampis, menyampaikan bahwa hasil tangkapan ikan yang ada, baik sebelum ataupun saat pandemi, tidak menunjukkan adanya perbedaan, namun terjadi penurunan harga jual.
Salah
Mewawancarai
Kondisi yang sama juga dialami oleh nelayan di Kecamatan Tanjung Bumi, bahkan lebih parah. Selain harga jual yang turun, hasil tangkapan ikan mereka juga menurun. “Kalau di sini bukan hanya harga jual yang turun, namun hasil tangkapan juga, apalagi dari jenis Ikan Tongkol,” ungkap Barahim, Sunanwar, dan Suli kompak saat kami wawancarai secara langsung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) setempat, Sabtu (4/24/21). “Kendala yang terjadi pada nelayan itu harga Ikan Tongkol yang menurun kelewat murah saat pandemi seperti sekarang. Biasanya harga standarnya Rp 15.000 – 20.000 per kg, namun sekarang menjadi Rp 2.000 – 3.000 per
Satu Reporter LPM Alipi saat
Arif di Kediamannya, Desa Planggiran (Foto: Dokumentasi Pribadi LPM Alipi)
5 LPM ALIPI Edisi 4 Kolom Utama
Bagi para nelayan, kendala yang mereka alami tentu berimbas pada penghasilan mereka yang sudah pasti mengalami penurunan. “Kondisi keuangan pastinya ikut menurun dan di sini susah untuk mendapatkan pinjaman uang jika mengalami kekurangan. Apalagi harga senar mengalami kenaikan karena mengikuti nomor senar, ditambah untuk menangkap Ikan Tongkol biasanya pancing yang digunakan hanya bisa dipakai 5 kali,” terang Suli.
Para nelayan di Kecamatan Tanjung Bumi tersebut juga berharap kepada pemerintah untuk membuat kebijakan agar harga jual ikan stabil, pengadaan alat tangkap, dan memberikan bantuan secara merata. “Iya, jaring yang sekalinya robek pasti sudah tidak bisa dipakai lagi. 1 atau 2 bulan pasti jaring harus diganti,” ujar Pusidin, nelayan di Kecamatan Klampis. Produk Pertanian dan Perikanan saat Pandemi Seorang penjual sembako, Nurul, selama hampir 3 tahun ia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berjualan di Pasar Socah. Kondisi pandemi sekarang ini tidak membuat pembeli di lapak wanita berusia 29 tahun itu menurun secara drastis. “Sama aja, ya kadang banyak kadang sedikit. Lebih sedikit saat pandemi memang, tapi ya tidak terpaut jauh,” jelas Nurul. Menurutnya, jumlah beras yang ia jual selama pandemi harus dikurangi karena terjadi pengurangan konsumen. Hal itu membuat Nurul harus menjual beras dengan harga Rp 10.000 per kg, lebih mahal dari beras Madura dikarenakan beras yang ia ambil berasal dari Surabaya.
“Harapan untuk pemerintah bisa dengan memperbanyak jumlah produksi sembako karena kadang barang tersedia dan kadang tidak, jika stok nya tidak ada, kemungkinan harganya juga ikut naik,” pungkas Nurul.
Di tempat yang sama, Laila (40), menyampaikan keluh kesahnya mengenai pasar yang sepi akibat pandemi. “Selama pandemi Covid-19, keadaan pasar sepi dan tidak ramai seperti biasanya. Pendapatan yang diperoleh juga lebih kecil dari biasanya. Persediaan sembako selama pandemi tetap namun pembelinya yang berkurang. Harganya sendiri juga naik turun karena tergantung musim penjualan sembako sendiri,” tuturnya.
Tidak jauh berbeda dari pedagang sembako, pedagang ikan juga merasakan berkurangnya konsumen selama pandemi. Yasin (45), penjual asal Surabaya itu melontarkan keluh kesahnya berjualan selama pandemi. “Penjualan ikan basah selama pandemi Covid-19 mengalami penurunan drastis hingga 50%,” ungkapnya. Akibat hal tersebut, harga yang ia patok untuk jenis ikan tertentu pun semakin mahal.
Selain jumlah pembeli, musim ikan juga mempengaruhi pendapatan yang didapat. Jika pengambilan ikan banyak, maka pendapatan yang diperoleh juga banyak. “Ikan yang tidak terjual, biasanya masih disimpan untuk dijual kembali dengan cara disimpan menggunakan es batu. Masa simpan ikan basah biasanya bisa sampai 1 atau 2 hari,” tutur Yasin.
Pun demikian dengan penjual di Pasar Kamal, Yusrina (35), penjual ikan dari Sampang tersebut sudah berjualan selama 3 tahun. Usaha yang sudah dirintisnya sejak kecil itu, kini mengalami penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, penjualan ikan sangat menurun dibanding hari biasanya dan persediaan ikan selama pandemi juga berkurang. Selain itu, harga ikan yang ia jual selama pandemi mengalami naik turun tergantung musim ikan. “Dari pemerintah juga tidak ada subsidi untuk menstabilkan harga penjualan ikan,” ucapnya.
Apa yang dialami Kamilia pun sama. Baginya, penjualan ikan selama pandemi Covid19 ini sangat menurun jika dibandingkan dengan sebelum pandemi. Menurutnya, sebelum pandemi penjualan ikan bisa mencapai 20 kg lebih dan sekarang menurun drastis. Selain harga jual yang murah, pembeli juga lebih sedikit, sehingga banyak ikan yang tidak terjual dibandingkan saat tidak ada pandemi.
Sejauh Mana Pemerintah Sudah Berupaya? Sunarto, selaku Koordinator Balai
kg,” ujar Sunanwar.
Tim Reporter LPM Alipi saat Mewawancarai Ketiga Nelayan di TPI Kecamatan Tanjung Bumi (Foto: Dokumentasi Pribadi LPM Alipi)
6 LPM ALIPI Edisi 4 Kolom Utama
Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kamal mengatakan bahwa selama pandemi, dari Kementrian Pertanian telah menetapkan prosedur baru menyesuaiakan dengan kondisi yang ada saat ini. Prosedur baru tersebut antara lain skema petani yang tetap beker ja di sawah sebagaimana biasa, ditambah adanya anjuran untuk konsumsi jamu-jamuan, menjaga jarak, bila ada petani yang memunculkan gejala, agar langsung dibawa ke unit kesehatan, selalu berolahraga, mengonsumsi gizi seimbang, gunakan masker, serta selalu mencuci tangan. “Setiap kali penyuluhan, kita pasti mengingatkan prosedur-prosedur ini,” jelasnya.
Respon petani terhadap penerapan prosedur baru ini, menurut Sunarto sangatlah positif, “Jadi mereka ya patuh ketika kita menyampaikan bahwa Covid-19 itu ada. Jadi harus menjaga protokol kesehatan, dan sebagainya. Ditambah, hal ini semakin efektif karena di Kabupaten Bangkalan sendiri, sosialisasi seperti ini sifatnya sudah cukup menyeluruh sehingga kemudian sudah banyak yang tahu dan perhatian dengan kondisi pandemi,” terang Sunarto melengkapi.
“Untuk sektor pertanian, sebetulnya tidak terlalu terdampak dan nampaknya masih seperti biasanya, cuman ya itu tadi, ada prosedur baru yang harus dijalankan,” lanjutnya.
Sunarto juga menerangkan jika memang ada dampak ekonomi, namun tidak signifikan. “Memang ada dampak ekonomi, karena memang saat pandemi seperti ini, penyampaian inovasiinovasi terbaru juga agak menurun, selain memang seperti biasa, cuaca juga tidak dipungkiri pasti memengaruhi produksi para petani.” Ujarnya.
Misalkan pada kondisi normal, dari pihak Petrokimia seringkali datang mengadakan pertemuan untuk menyampaikan inovasi, hal ini berbeda saat pandemi karena salah satunya akibat kebijakan PPKM yang ada. “Jadi penyampaian inovasi itu mandek, terhenti, sehingga produksi ya segitu saja,” jelas Sunarto.
Oleh para petani, menurut Sunarto, bahwa yang paling sering mereka keluhkan ialah nilai tukar yang rendah. “Sekali lagi, bukan sepenuhnya karena pandemi, melainkan karena faktor cuaca,” tambahnya.
Besar harapan masyarakat agar pemerintah menyediakan sarana prasana yang baik, utamanya ketika musim panen tiba, di mana kondisi curah hujan masih tinggi-tingginya, jadi untuk logistic ini masih sangatterganggu akibat jalan yang masih seringkali anjlok ketika dilewati moda transportasi. Ini menyebabkan para petani harus memikul sendiri hasil panen mereka agar bisa diolah lebih lanjut.
Reporter LPM Alipi saat Mewawancara Sunarto di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kamal (Foto: Dokumentasi Pribadi LPM Alipi)
Dinas Pertanian Kabupaten Bangkalan, seperti yang sudah disampaikan oleh Sunarto saat diwawancara, Rabu (25/08/2021), Ia mengatakan bahwa sudah ada bantuan dan masih berjalan bahkan di saat pandemi seperti saat ini, yakni berupa alat mesin pertanian, seperti traktor, mesin panen, pompa air, dan mesin tanam. “Bulan Juni kemarin Kita mendapat bantuan traktor dari Dinas Pertanian,” ucap Sunarto. “Ada juga selain traktor, bahwa dari Dinas Pertanian juga membangun beberapa sarana irigasi namun untuk saat ini masih jauh dari target yang ada,” imbuhnya.
Menurut Sunarto, bantuan dari Dinas Pertanian tersebut disinyalir justru meningkat selama pandemi. “Ini seperti harapan kami ke depan, bahwa kita harus “Padat Karya,” artinya cukup dengan orang sedikit saja, namun hasilnya (karyanya) bisa melimpah,” ungkapnya.
Sunarto juga menyampaikan, bahwa untuk bantuan sosial oleh Dinas Pertanian kepada para petani memang tidak ada, karena mungkin sudah menjadi tupoksi dari lain pihak, misalnya Dinas Sosial. “Kemarin sama petani ini sempat bilang juga bahwa ada bantuan sosial dari Polres setempat, berupa beras dalam rangka vaksinasi,” ujar Sunarto saat diwawancara di BPP Kecamatan Kamal.
7 LPM ALIPI Edisi 4 Kolom Utama
“Menakar Ketahanan Pangan RI di Masa Pandemi”
Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai merugikan negara terinfeksi di berbagai sektor, salah satu sektor yang krusial adalah sektor pangan. Seperti yang dinyatakan Food and Agriculture Federation (FAO) bahwa Covid-19 berpotensi mengakibatkan terjadinya krisis pangan. Indonesia sendiri merupakan salah satu dari 215 negara yang terinfeksi Covid-19 mengambil langkah antisipasi dengan proyek Food Estate. Urgensi pemerintah dalam membangun food estate adalah terjadinya defisit pangan di berbagai wilayah Indonesia. Menurut Jokowi, 7 provinsi mengalami defisit beras, 11 provinsi defisit jagung, 23 provinsi defisit cabai. Data dari BPS pada tahun 2020 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia 26,9 juta orang di Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia mencapai 36 juta ton/tahun. Produksi beras di Indonesia sendiri mencapai 26,9 juta ton. Atas kondisi tersebut, food estate diharapkan menjadi solusi di tengah terpaan defisit pangan. Konsep food esta te yakni menekankan pada pengembangan pangan yang terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, dan peternakan yang ada di dalam satu wilayah.
dengan jumlah anggaran fantastis sebesar 68 Triliun rupiah. Proyek besar yang digagas Jokowi ini menimbulkan polemik leading sector. Berbagai pihak mengkritik dampak dari proyek besar, mulai dari lahan yang kurang subur hingga risiko terjadinya gagal panen dikarenakan tanaman padi akan ditanam di lahan bekas lahan gambut yang gagal serta risiko kerusakan lingkungan lain yang menyebabkan banjir dan kekeringan di wilayah tersebut. Bukan untuk pertama kalinya tujuan ketahanan pangan dengan pendekatan food estate dilakukan. Program ini sudah berulang kali dilaksanakan dan mengalami kegagalan karena tidak berhasil mengefektifkan lahan dan tidak menghasilkan produksi panen yang tinggi. Selain Kalimantan Tengah, pemerintah juga merencanakan food estate di berbagai lokasi yang dibiayai ???
Rencana food estate terbaru ini lantas menyisakan pertanyaan besar, apa asumsi yang melatarbelakangi keputusan food estate sebagai agenda ketahanan pangan dan gizi? Jika pilihan intervensi ini dinilai dapat meningkatkan efisiensi melalui pertanian skala besar dan meningkatkan ketersediaan pangan dalam bentuk energi atau
Opini
Gambar: katadata.co.id
Oleh : Dewi
8 LPM ALIPI Edisi 4
kalori, maka ketahanan pangan dan gizi adalah penjamin yang lebih luas daripada sekedar efisiensi dan ketersediaan pangan. Lebih lanjut, Laporan Panel Ahli Tingkat Tinggi Komite World Food Security menyatakan bahwa dimensi ketahanan pangan; akses terhadap pangan secara fisik dan ekonomi; kemampuan penyerapan pangan untuk pemenuhan gizi dan kesehatan; ketersediaan dan akses terhadap pangan secara berkesinambungan; kebebasan menentukan secara independen pangan yang dimakan, diproduksi dan partisipasi dalam kebijakan pangan; serta memastikan pangan yang tersedia sekarang tidak mengorbankan pangan untuk generasi yang mendatang. Oleh karena itu, upaya penyediaan pangan jangan sampai mendorong kerawanan pangan dalam dimensi pemenuhan gizi. Pandemi Covid 19 menyoroti kelemahan sitem pangan di Indonesia serta pentingnya penanganan masalah ketahanan pangan yang tidak hanya berfokus
p a d a d i m e n s i ke t e r s e d i a a n p a n ga n . Pembangunan food estate yang mengabaikan tantangan tersebut hanya akan berpotensi mengulang kegagalan masa lalu. Oleh karena itu, beberapa solusi memang perlu dipertimbangkan; Pertama, perlu perbaikan pada kelancaran sistem distribusi pangan agar tidak lagi terjadi kekurangan pangan yang berakibat penimbunan bagi satu kelompok konsumen dan kekurangan bagi kelompok lain. Kedua, pemerintah harus bergerak dari fokus tunggal (bergantung pada beras) ke perubahan mendasar dengan diversifikasi sistem pangan, pemberdayaan kelompok rentan dan terpinggir kan. Ketiga, pandemi telah mengajarkan keterkaitan antara kesehatan sistem lingkungan dan kesehatan sistem pangan. Oleh karena itu, harus ada sinergi antara sistem pangan, sistem ekologi dan sistem ekonomi.
W. Howe
Bahkan jika seorang petani berniat untuk bermalas-malasan, ia bangun tepat waktu untuk memulai lebih awal.
Opini 9 LPM ALIPI Edisi 4
Edgar
Nasib Nelayan & Petani di tengah Pandemi, Wujud Redupnya Hati Nurani
Karikatur Ilustrator: Lisakotul 10 LPM ALIPI Edisi 4
LILI
Oleh: Vinda
Pagi dingin. Kabut menebal dalam aroma sepi yang mengikat. Pohon-pohon mengigil serta bebungaan mulai ngilu dan terpaku pada buaian angin yang menganak sungai menjadi salju.
Apa ini? Wangi. Ada aroma bunga yang buai dirinya di antara kebekuan pagi. Ada aroma yang begitu ia kenal. Ada aroma yang pernah ia sukai. “Li, jangan menangis. Aku hanya pergi sebentar,” seketika teringat kata dia pagi itu. Tapi ia tahu, sosok itu tak akan pernah kembali. Suara suara gumamannya mendengung dengung di telinga. Suara yang lama lama membuat ia ingin menerkamnya.
***
Wangi itu kembali, atau bahkan tak pernah pergi, memenuhi rongga hidung lalu mengalir dalam kepalanya, membius kesadarannya. Kabut masih berkeliaran di luar, seakan menari di kaca jendela yang mengembun, sesak dalam dingin. Bunga kamboja gugur satu-persatu, mungkin batangnya itu lelah dengan dingin. Ia putus asa.
“Yup! Sesuai yang aku janjikan. Bunga Lily putih sebagai bentuk pertemanan yang aku ajukan kepadamu dulu. Sesuai dengan namamu Lili, putih seperti hatimu. Aku sangat menyukai bunga ini, Li. Dan sekarang aku tak perlu bercerita diam dengan bunga Lily karena sekarang ada Lili yang nyata”
*** Wangi itu, lagi dan lagi. Gumamgumaman masa lalu itu belum berhenti. Samar-samar dibawa angin, lalu merasuk masuk melalui celah tirai. Wangi yang
begitu ia kenal. Lili memang mengenalnya. Seperti wangi sesuatu, sesuatu yang pernah dimiliki, wangi kesayangannya.
Tiba tiba ada resah dalam dadanya, membuncah dalam hati. Lili tak mau sendiri. Wangi itu menghantui dan membongkar keterasingannya. Wangi itu menyeretnya dalam bayangan dia. Dia yang pernah menjadi seseorang yang sangat berharga baginya. Namun hilang tak tersisa. Arghh….
Isi kepalanya tak bisa berhenti memikirkan sosok dirinya. Bayang-bayang itu masih hadir. Wangi itu selalu membuatnya mengingat semua obrolan dengannya. Bisakah semua berhenti dari pikirannya? Bisakah wangi itu pergi dari indra penciumannya? Ini sangat memuakkan. Lili membenci sesuatu yang tak bisa kembali. ***
Kring Kring…
Suara dering alarm terdengar. Membuyarkan lamunannya. Lili pun menatap cermin memandang badan ini. Badan yang mulai tak terisi. Sedikit merapikan rambut yang berantakan karena ulah sang malam. Lalu ia melangkah berjalan untuk mandi, lalu merias diri demi memulai hari dan kembali bekerja.
Kayuh demi kayuh Lili lalui dengan sepeda tua. Sepeda yang ia dapatkan dulu dari neneknya. Sepeda ini banyak sekali kenangan walau sering membuatnya kesal, namun tak dapat digantikan oleh yang baru. Dengan cepat ia mengayuh sepeda. Napasnya kian memburu.
***
Cerpen
11 LPM ALIPI Edisi 4
Pukul 07.50, Lili telah sampai di toko bunganya. Ia memarkirkan sepedanya di samping toko miliknya. Membalikkan tulisan close menjadi open.
Toko bunga yang berlatar putih tulang dengan nuansa asri bunga di dalamnya. Harum bunga saling beradu dan berlomba siapa yang paling wangi di antara semuanya. Berbagai jenis bunga Mawar, Krisan, Aster, Dahlia juga bunga Lily Putih tertata rapi.
***
Mentari mulai memanas. Lili menghampiri bunga-bunga cantiknya dan merawatnya satu-persatu, namun tiba-tiba seseorang masuk ke dalam tokonya. Sosok yang misterius. Mengenakan jaket hitam dengan topi dan masker menutupi wajahnya. Orang tersebut berjalan mendekatinya dengan memberi secarik kertas. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” sapa Lili padanya.
Sosok lelaki itu hanya diam menundukkan kepala dan menggoyang g o y a n g k a n k e r t a s p a d a n y a , mengisyaratkan agar Lili menerimanya. Tangan Lili mulai menarik kertas yang orang tersebut bawa dan membaca isi surat di dalamnya.
Bunga Lily Putih 10 ikat, Li. “Orang ini mengenalku? Jarang ada pelanggan di tokoku menyebut namaku Li. Gila, pikiranku selalu berpikir yang tidaktidak. Bisa saja dia membaca tokoku yang bertulisan pemiliknya juga” batinnya. “Oh, baik Tuan, tunggu sebentar saya akan menyiapkannya. Untuk bungkus bunganya mau dibuat seperti apa, Tuan?” ucap Lili. S e s e o r a n g t e r s e b u t h a nya mengambil secarik kertas dari dalam tasnya dan mulai menggoreskan pulpen bertinta hitam ke selembar ker tas, lantas memberikannya pada Lili. Lili mulai membaca apa yang orang tersebut tulis. “Untuk kekasih berarti dibungkus kertas berwarna putih bening saja, Tuan. Tunggu
sebentar.” ucap Lili tersenyum.
Lili segera mengambil bunga Lily Putih untuk ia bungkus dengan cantik. Lili membaca lagi kertas dari lelaki tersebut yang meminta kartu ucapan untuk diselipkan di bunga tersebut.
Untuk : Cantikku, tunanganku semoga lekas sembuh.
Dari : Orang yang mencintaimu.
Lili tersenyum tipis. Sungguh beruntung sekali perempuan ini. Setelah itu Lili membawanya ke orang yang telah memesannya tadi.
“Totalnya 350.000, Tuan.” ucapnya.
Saat orang tersebut mengambil uang dari dompetnya. Mata Lili tertuju pada pergelangan tangan lelaki tersebut. Gelang itu, sepertinya Lili mengenali gelang yang orang tersebut kenakan. Sangat tidak asing baginya.
“Maaf, Tuan kalau saya lancang, boleh saya melihat gelang yang tuan pakai itu?” ucap Lili penasaran dengan menunjuk gelang yang orang itu pakai.
Anehnya orang tersebut terburu buru memberikan uang dan mengambil bunga Lily Putihnya tanpa ada jawaban.
Langkah kakinya pun sangat cepat, seolah menghindari Lili yang menanyakan gelang tersebut.
“Sungguh aneh,” batinnya.
***
Tit.. tit.. tit… Suara dering ponsel terdengar. Tangan Lili mulai merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya dan melihat siapa pengirim pesan.
“Café? Mau ngapain dia? Penting sekali apa?” gumamnya setelah membaca isi pesan tersebut.
Lili hanya bisa pasrah dan segera menuju ke alamat café yang diminta. ***
Cerpen 12 LPM ALIPI Edisi 4
Lili mengaduk jus jeruk di depannya dengan malas, sudah hampir setengah jam Lili menunggu sahabatnya si brandal Edgar yang tiba tiba memintanya bertemu di tempat ini, tempat yang mengingatkannya akan masa lalu. Sebut saja tempat ini, tempat keramat.
“Halo, kakak manis,” sapa seseorang.
Dari suaranya yang berat, sudah bisa Lili tebak itu suara Edgar. Lili hanya meliriknya dengan malas. Jika sudah begini, pasti ada sesuatu yang Edgar inginkan darinya. Dasar laknat, batinnya. “Butuh, apaan?” tanya Lili tanpa basa-basi. “Yaelah Li, jutek amat lu pantes jomblo, suruh gua pesan makan dulu kek! Nggak kasian apa sama sahabat lu ini?” omel Edgar tanpa sela.
Lili hanya menatapnya datar, bukan masalah ia malas bertemu sahabatnya atau apa, tapi karna tempat keramat ini membuatnya sesak, seolah menyuruhnya kembali mengingat masa lalu kelam itu. “Gua denger denger lu mau pindah ke Bandung?”
“Heemm,” gumam Lili singkat. “Ngapain sih lu jauh-jauh ke sana? Toh sakit hati lu nggak bakalan ilang juga, kan?” Edgar mempersilakan wanita yang mengantarkan cokelat panas pesanannya. “Udah berapa kota yang lu jelajahi?? Nggak ada perubahan dari lu, masih sama dingin dan tidak tergapai.”
Lili hanya diam menatap Edgar yang berbicara tiada henti, seakan tanpa helaan napas.
“Mana diri lu yang kemaren? Lili yang cerewet, yang nggak bisa diam, yang selalu ceria. Kita semua kangen sama lu, setelah kejadian itu lu jarang main sama kita. Lebih milih menyendiri.”
Edgar menggantung ucapannya sambil menatap mata Lili lekat, suaranya yang berat menjadi parau seperti tercekat. “Dan lu tau siapa yang merasa paling kehilangan?? Gua! Lu pernah nggak sih mikir gimana perasaan gua setelah kejadian itu?
Gimana keadaan gua kehilangan sahabat yang dulu selalu sama gua. Pulang dari pendidikan liat sahabat gua kaya mayat hidup!!” ia mengehela napas. “Bisa nggak lu balik kaya dulu, Li. Bukan lu nggak bisa, tapi lu masih aja simpan kenangan itu. Lu nggak mau usaha buat move on dan lu sendiri yang nyiksa diri kayak gini.” ungkap Edgar tajam.
***
Edgar Dwilingga, si brandal di SMAnya dulu. Sejuta catatan hitam tentangnya menghiasi sebagai siswa dengan predikat buruk di sekolahnya. Lelaki paling tidak peduli dengan orang lain. Namun saat ini dia membentak Lili, seorang perempuan sedingin es di depan umum. Entah stok bodoamat-nya sudah habis, atau memang Edgar sudah muak melihat perubahan sikap sahabatnya.
Di sisi lain, Lili menahan amarahnya yang hampir meledak. Ingin sekali Lili menampar Edgar, yang meneriakinya di depan umum seperti ini. Namun ia urungkan karena sahabatnya tidak sepenuhnya salah. Di sini Lili sadar, sahabatnya adalah orang paling tidak peduli, bisa menjadi orang pertama yang berani memarahinya, bahkan lebih tepatnya mendampratnya di depan umum.
***
“Udah kelar ngomongnya?” Lili merutuki dirinya sendiri, mengapa ia masih begitu egois
“Gua ngomong sepanjang itu dan tanggapan lu cuma gini?? Gila lu!” semprot Edgar.
“Terus gua harus apa? Iya, gua mau ke Bandung! Kenapa, sih? Ada masalah? Lu sendiri mau ke mana aja gua nggak pernah ngelarang kok, jadi nggak perlu ngurusin gua! Ngerti!”
Cerpen 13 LPM ALIPI Edisi 4
Finally, itu yang keluar dari mulut Lili. Lili kesal, marah dan muak dengan dirinya sendiri. Satu sisi, ia ingin kembali seperti dulu, tapi di sisi lain hatinya masih terlalu sesak karena masa lalu. Sungguh ia sudah sangat muak dengan semuanya.
“Oke, sekarang gua ngerti. Lili gua, Lili kesayangan gua, Lili panutan gua, Lili yang paling ngerti dan sayang sama sahabatnya udah mati!” teriak Edgar, tentu saja itu membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian di café. “Bisa gak lu nggak usah teriak!! Udah gak punya malu sekarang? Ngapain ngajak gua ketemuan Cuma buat maki gua? Lu kira, gua nggak ada kerjaan?” Sarkas Lili.
Edgar hanya diam, entah apa yang dipikirkannya. Sekejap menatap Lili datar. “Lu lupa? Gua emang nggak punya malu!! Ah, iya. Lupa gua, lu bukan sahabat gua, sahabat gua udah mati 3 tahun yang lalu.” Edgar tersenyum kecut.
“Terserah lu, nggak peduli gua. Gua cabut, udah nggak ada yang diomong-in, kan?”
Lili berucap, lalu mengeluarkan selembar uang 100.000 dan menaruhnya di atas meja, bersiap beranjak dari sana. “Rere kangen sama lu, tiap hari dia selalu nanya kapan lu bisa nemenin dia lagi, lupa-in dia, kata Rere.” lirih Edgar.
Lili dapat mendengarnya dengan jelas, sejujurnya Lili sakit melihat sahabatnya seperti ini, ia juga rindu dengan mereka. Tapi rasa egois selalu menang di atas segalanya.
“Gua balik duluan, lu pulangnya hati-hati.” lirih Lili sembari mengacak-acak rambut sahabatnya, hal yang sangat ia sukai sebagai bentuk kasih sayang pada sahabatnya itu, namun selama 3 tahun ini tidak pernah ia lakukan.
***
Edgar terdiam setelah kepulangan Lili. Lili masih tetap sahabatnya yang dulu, hanya saja rasa egois menguasai dirinya. Walau sikap Lili sudah berubah 180
derajat.
Lili berjalan keluar dari café namun tiba-tiba badannya bertubrukan dengan seseorang yang berlawanan arah dengannya.
***
“Aduhh..” eluh Lili.
Lili langsung melihat siapa yang telah menabraknya tadi. Pupil matanya membulat melihat sosok itu. Ia merasa sedang berada di alam mimpi. Napasnya saling tercekat, tak menyangka akan bertemu dengannya.
Semua sudah menjadi takdir yang Kuasa. Lili bertemu di saat yang tidak tepat. Tidak ada yang bisa ia salahkan, entah itu dia ataupun dirinya sendiri, semuanya takdir dari yang Kuasa. “Bagas..” ucapnya lirih. Matanya menatap dari bawah ke atas sosok di hadapannya. Namun pikirannya teringat sesuatu, setelah menatap laki-laki itu. Dia membawa sesuatu digenggamannya.
Bunga itu, bunga Lily Putih yang ia bungkus tadi. Ya! Ia ingat jelas bagaimana ia menghiasnya dengan pita-pita.
“Jadi itu alasannya kamu tidak pernah kembali lagi, Gas?” kata Lili tersenyum kecut menatap bunga Lily Putih itu.
“Lili aku tidak bermaksud seperti itu..” “Cukup! 3 tahun aku menunggu, yang berjanji akan kembali, tapi nyatanya aku tergantikan!!” Lili tertawa hambar. “Kalau mau pergi dari hidupku, bilang aja, Gas. Nggak usah alasan” ucap Lili memotong.
Lili hampir saja pergi, namun Bagas m e m e ga n g i L i l i d a n m e l a n j u t k a n perkataannya.
“Bukan Li. Aku terpaksa, semua paksaan orang tuaku. Aku pergi agar kamu bisa belajar lupa-in aku.”
Cerpen 14 LPM ALIPI Edisi 4
“Gila! 3 tahun aku uring-uringan. Dengan mudahnya kamu minta aku lupa-in sesemuanya? Nggak habis pikir aku denganmu.”
“Bagas sayang, kok lama. Lagi ngobrol sama siapa?” anita dari belakang me Napasn lemas seper “J men suar “Lili.. “Sudah yang kalian “Lu dulu nempel Bag berdua sudah sem “Lu seteg Lili
yang muncul seketika. “Udah Gar, biar in aja. Semua udah selesai. Gua akan lupa-in ini. Btw selamat buat kalian, bahkan sudah tunangan ya? Gua berterima-kasih pada kalian sudah pernah Gua Gar” an alkan uk apuh ya masa ang perhatian buku telah uju akan an apa
Salah menaruh mimpi k t au
Cerpen 15 LPM ALIPI Edisi 4
Pagebluk: Dalang Perikanan yang Penyakitan
Jelas tertulis dalam situs Mongabay (2020), "Selama pagebluk, harga produk perikanan mengalami penurunan hingga lebih dari 50% dari harga normal." Misalnya saja untuk komoditas Ikan Kembung di Kecamatan Mangarabombang, Sulawesi Selatan, yang awalnya 50.000 per 5 ekor, kini anjlok menjadi Rp. 25.000 per 5 ekor. Selain Ikan Kembung, harga jual Ikan Kerapu Bebek dan Ikan Kerapu Sonok juga terjun bebas yang awalnya dihargai ratusan ribu rupiah, kini hanya dijual seharga Rp. 7000/kg. Berarti, beneran penyakitan loh ternyata!! Emang selama pagebluk, perikanan Kita (Indonesia maksudnya, wew) berada di status yang kronis, stadium akhir pula. Miris kan jadinya, huhuhu. Bagi nelayan dan pembudidaya ikan, sulitnya menjual hasil tangkapan akibat turunnya daya beli adalah kendala utama. “Hasil tangkapan normal, kendala utama ada di pemasarannya,” kata salah seorang nelayan. Penurunan daya beli ini terus terjadi akibat
adanya kebijakan PSBB yang pernah diterapkan sehingga para pembeli tidak tidak bisa pergi ke pasar, pun demikian dengan negara tujuan ekspor. Akibatnya, banyak restoran tutup sehingga menjadikan permintaan akan produk perikanan kian terjun bebas.
Hal ini menyebabkan banyak pengepul, bahkan perusahaan ekspor sekalipun untuk membatasi agar tidak lagi membeli, atau minimal, mengurangi jatah pembelian produk perikanan tangkap dari nelayan. Eits, kendalanya tidak hanya sampai di sini, karena selain m e n u r u n nya d aya b e l i , n e l aya n d a n pembudidaya juga semakin dipersulit dengan biaya operasional yang semakin, "Aishh, saking tingginya, sampek kagak keliatan nih, ehekk." Biaya operasional sendiri meliputi solar sebagai bahan bakar kapal yang cenderung meningkat hampir setiap tahun, ditambah perbaikan dan pembaruan alat tangkap dan kapal itu sendiri bila mengalami kerusakan. So, sampai sini paham? pendapatan nelayan menurun drastis.
Gambar: sumatra.bisnis.com
Oleh: Alif
Opini 16 LPM ALIPI Edisi 4
Kemudian diperparah dengan pengeluaran operasional yang cenderung terus membengkak, sebuah kondisi yang bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. “Kondisi ini bahkan jauh lebih parah ketimbang musim angin kencang,” ujar salah seorang nelayan. Tidak ada pilihan lain, hal ini pun menyebabkan nelayan rela (duh, berat nulisnya) menurunkan harga jual, bahkan hingga lebih dari 50% dari harga normal,agar hasil tangkapan dan budidaya mereka bisa terjual sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan operasional melaut serta mendapatkan upah sebagai modal untuk bisa bertahan dari gerogot ganas pagebluk. Dah merasa cukup miris belum bacanya? Cuss lanjut euy!
Selama kurang lebih hampir sekitar satu setengah tahun pagebluk. Mulai dari bulan Maret 2020 hingga bulan Mei 2021, dari A sampai Z. Selama dan sebanyak itulah, sudah bejibun (Ihhh, betulan bejibun lohh) usaha yang dilakukan oleh pihak berwenang dalam menangani sektor perikanan yang selama pagebluk udah jelas penyakitan ini. Pemerintah Kabupaten Kayong Utara misalnya, dijelaskan dalam situs berita lingkungan Mongabay (2020), melalui Dinas Perikanan setempat, mereka bekerja sama dengan pihak ketiga, yakni pemilik usaha cool storage untuk membeli hasil tangkapan nelayan, di mana hal ini bertujuan agar harga jual hasil tangkapan bisa tetap stabil. Lain di Kabupaten Takalar, demi mendukung ketahanan nelayan selama pagebluk, DKP (Dinas Kelautan dan Perikanan) setempat juga melakukan upaya untuk mempertahankan anggaran DAK (Dana Alokasi Khusus) dan DAU (Dana Alokasi Umum) dengan rincian bantuan meliputi pengadaan dan perbaikan kapal serta alat tangkap. Kagak ketinggalan juga, pemerintah pun ikutan ngatur perihal skema logistik produk perikanan selama pagebluk agar tidak ikut dibatasi. Hal ini menjadikan produksi perikanan tetap berjalan, sehingga produk akan tetap tersedia di pasar. Okay, keknya kita dah terlalu jauh nih ya mengarungi penanganan isu perikanan di luar pulau Jawa. Kali ini ada kok contoh respon pemerintah pusat terhadap permasalahan perikanan di Pulau Jawa. Kita ambil respon Jokowi nih kala menginspeksi Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan beberapa waktu yang lalu. Respon beliau, dijelaskan juga dalam situs Mongabay (2020), bahwa pemerintah pusat tidak bisa
mengendalikan harga karena menyangkut pasar yang luas baik di dalam maupun luar negeri, pemerintah hanya bisa memberikan ijin. Kukira pemerintah bisa melakukan segalanya. Ah, sudahlah malih!!
Apa segudang strategi yang dilakukan pemerintah sudah efektif? Owh, tentu saja tidak bisa sepenuhnya dibilang iya. Coba deh kita mempreteli satu-persatu nih, mulai dari skema cool storage yang nyatnya masih saja memiliki celah. Bisa dibilang, skema ini hanya akan efektif dalam jangka pendek. Mengapa? karena ikan yang terlalu lama didinginkan, tingkat kesegarannaya pun tentu juga akan turun sehingga secara tidak langsung, hal ini tentu menurunkan daya beli konsumen terhadap produk perikanan, alias sama aja iya nggak sih? , Berikutnya, perihal bantuan non tunai dari pemerintah kepada nelayan yang juga sama halnya kayak skema cool storage, alias banyak juga kurangnya, duhh. Mulai tidak meratanya bantuan, hingga bentuk bantuan yang bisa dikatakan kurang manusiawi (dikit banget, please deh!). Nih pasti ada hubungannya sama korupsi dana Bansos kayaknya, canda Bansos, ehek. Terakhir euy, soal pernyataan ketidakmampuan pemerintah pusat dalam mengendalikan harga. Sebuah pernyataan yang tidak mendasar kurasa. Iya memang tidak mendasar dan cenderung ngawur, padahal kita semua tahu bahwa pemerintah bisa melakukan segalanya bukan? Sekurang kurangnya sih membuat kebijakan yang pro kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan, iya kan? kan?
Yah, pada akhirnya, sesuai dengan konsep umum kebijakan publik ya, jadi yang namanya kebijakan nih gaada kok yang betulan sempurna. Alias semua sih pasti ada celahnya lah ya. Lantas, yang bisa dilakukan pemerintah ya menetapkan kebijakan mana yang paling banyak mampu mendatangkan kebaikan bagi publik. Nah, ketika kita menemui hal yang sebaliknya, maka memberikan kritik yang membangun terhadap kebijakan tersebut adalah cara kita mendukug pemerintah, bukan lain agar kebijakan yang telah ditetapkan bisa dikaji ulang sehingga dapat terwujud kebaikan bersama.
Opini 17 LPM ALIPI Edisi 4
PAGHEBLUG
Komik
18 LPM ALIPI Edisi 4
19 LPM ALIPI Edisi 4 Komik
Ilustrator: Erina
Suara sendok yang bergesek dengan piring m e m e n u h i r u a n g a n ber ukuran 4×5 meter. Sebuah meja bulat yang diterangi cahaya remang dari lampu minyak menjadi tempat bagi ketiga wanita itu berkumpul.
Hening menyelimuti sebelum bocah berusia sembilan tahun bernama Renggis bertanya pada Ibunya. "Tadi Renggis lihat Farka dibawa ke truk pengaman Bu," ucap Renggis teringat teman laki lakinya yang diamankan tadi sore. "Memang Farka salah apa Bu?" Tanya gadis itu lagi.
S e n d a n g p u n terdiam, berhenti mengunyah dan menghembuskan napas kasar, "Diam dan makan buburmu!" Jawab Sendang. "Renggis dengar Farka mengatakan bahwa negara memperlakukan kita seperti sapi perah, apa itu benar Bu?" Tanya Renggis lagi.
Suara gebrakan meja disertai piring seng y a n g j a t u h k e t a n a h memekakkan telinga. "Ibu sudah bilang untuk diam, mau kau ditangkap seperti temanmu itu?" Sendang lalu beranjak dan masuk ke bilik kamarnya.
MADAM
Prastyani
Randa, kakak dari Renggis yang berusia lima belas tahun hanya diam. Ia memeluk adik kecilnya yang terisak. Diusap kepala Renggis sambil membisikkan sesuatu sebagai penenang. Kasus seperti itu bukan pertama kali terjadi. Setiap gang dan tiang listrik dipenuhi dengan CCTV.
N e g a r a m e l a k u k a n pemantauan 24 jam. Saling lapor antar warga terjadi. Semua dibuat takut dan tunduk oleh negara. ***
M a t a h a r i b a r u beranjak dari peraduan di timur langit Kota Madam. S e b u a h k o t a d e n g a n tambangan batu bara yang menjadi pusat pemasukan bagi negara. Kota yang t a n d u s t a n p a p o h o n sedikitpun. Ironis memang, kota penghasil batu bara namun listrik tidak dapat dinikmati begitu saja. Hanya gedung milik negara yang menggunakan fasilitas listrik, sementara rumah penduduk hanya menggunakan lampu m i n ya k t a n p a b e n d a elektronik barang satu pun.
Randa dan Sendang m e l a n g k a h k a n k a k i menyusuri jalan aspal menuju p u s a t p e r t a m b a n g a n bersama ratusan penduduk Kota Madam lainnya. Tidak ada kendaraan melewati jalan aspal nan mulus itu.
Kecuali truk-truk pengaman milik negara.
Nampak wajah sayu di setiap orang yang berjalan menuju tambang. Terlihat lelah dan hampa seakan tidak ada kehidupan dalam jiwa. Hanya raga ya n g b e r j a l a n t a n p a sedikitpun merasa.
Di tengah kesibukan menggali, tanpa sengaja Randa mendengar cerita dari salah satu buruh tambang bahwa tetangga sebelah rumahnya baru meninggal kemarin akibat penyakit pada per napasannya. Sungguh naas, mengingat usianya baru sekitar empat puluhan. Seperti sudah digariskan bahwa di kota ini, setiap waganya hanya diberi jatah usia maksimal di angka empat puluh tahunan. Udara kotor beserta debu dari tambang tentu menjadi penyebabnya, tak heran jika hampir tidak ada orang lanjut usia di Kota Madam.
***
D e r e t a n o r a n g berbaris bak kerumunan s e m u t y a n g s e d a n g menginfasi daerah lawan. Randa dengan kedua jerigen ditangannya pun juga ada dalam barisan itu. Setiap tiga hari sekali, warga Kota Madam mendapatkan jatah air bersih. Sebagian besar digunakan untuk minum.
Cerpen
Oleh : Evi Dwi
20 LPM ALIPI Edisi 4
Sementara untuk cuci dan mandi kadang mereka mengunakan air bekas tambang yang keruh dan berbau.
" Ra n d a . . . Ra n d a a a , " seseorang menghampiri Randa dengan napas terengah. "Kenapa Ken?" Tanya Randa bingung.
" R e n g g i s … R e n g g i s ditangkap, Ran!" jawab Kendra dengan napas terengah-engah. "Sekarang dimana?" "Balai Kota," jawabnya.
J e r i g e n y a n g dibawa pun dihamburkan tanpa sesal. Sekuat raga juga tenaga, Randa pun berlari menyusuri jalanan b e r a s p a l d e n g a n bertelanjang kaki. Luka di kaki akibat goresan benda tajam sudah tak dihiraukan lagi. Pikiran tentang nasib sang adik memenuhi kepala Ra n d a s e o ra n g d i r i . Sebagian warga melihat Randa dengan iba, namun tak sedikit yang melihat itu dengan biasa, bahkan terkesan acuh sepertinya. Hal ini karena drama seperti itu memang sering terjadi di Kota Madam.
Di halaman Balai Kota, Renggis dengan tangan terikat pada tiang menjadi tontonan masa. A l g o j o t a n p a h e n t i menghadiahi bocah itu dengan cambuk dari kawat berduri. Darah segar mulai meresap segar dari balik baju Renggis. Noda merah pun mulai memenuhi baju kusam yang sudah sebulan tidak dicuci itu.
Randa membelah kumpulan masa yang menonton tragedi itu dengan iba. Tanpa berbuat dan melawan. Segera ia memeluk adiknya tatkala sampai di tengah halaman b a l a i k o t a . Re n g g i s menangis dengan air mata ya n g l eb a t , m e l i h a t kehadiran Randa. Seakan harapan untuknya kembali tumbuh.
"APA SALAH ADIKKU!" Teriak Randa pada algojo di sampingnya. Matanya melotot seakan ingin menghempas para Algojo yang telah menyakiti adiknya.
"Kau bangga punya adik pencuri?" tanya salah satu algojo yang duduk di kursi kayu samping dinding Balai Kota.
"Adikku tidak pernah mencuri!" bantah Randa. "Adikmu mencuri apel milik Walikota".
"Aku tidak mencuri, aku tidak pernah mengambil apel itu kak, aku hanya l e w a t d a n m e r e k a menangkapku" sambil menangis dengan sisa tenaga, Renggis berusaha membela diri.
"Kau dengar sendiri apa yang dikatakan adikku, Tuan?".
"Mana ada pencuri yang mengaku, sudah bawa saja bocah itu ke penjara. Hukumannya sudah jelas," balas Algojo.
"Tidak! Adikku tidak bersalah. Apa yang adikku lakukan tidak seberapa dengan harta kami yang kalian rampas, " amuk Randa.
"Kalian para penguasa TAI! Hanya memperlakukan
kami seperti sapi perah. Apa tidak cukup gemilang harta yang kalian miliki sampai harus merampas hak kami?" teriak Randa pada para Algojo dan petugas pengaman di balai kota.
Seluruh petugas p e n g a m a n b e r d i r i . Perkataan Randa sudah tidak dapat dimaafkan. Penghinaan sudah terlalu dalam.
Segera pertugas p e n g a m a n h e n d a k m e n a n g k a p R a n d a . Lemparan batu dari warga yang menonton membuat meraka mundur. Seakan semua berpihak pada Randa. Hantaman batu yang semakin banyak membuat petugas kemanan d a n a l g o j o b e r l a r i memasuki kantor walikota. Wa r g a ya n g g e r a m mendesak masuk ke kantor walikota. Namun hal itu tak terjadi melihat kelewat kokohnya tembok dari bangunan itu. Randa segera menggendong adiknya pulang ke rumah. Di tengah jalan Renggis terus mendesis kesakitan menahan perih di sekujur tubuh. ***
D e n g a n s i g a p Randa mengobati Renggis. Tiga jam pun berlalu dan Renggis nampak tertidur dengan mata bengkak sebesar bola bekel. Gadis itu tidak berhenti menangis sejak sore tadi.
21 LPM ALIPI Edisi 4 Cerpen
Saat beranjak ke atas tempat tidur, terdengar suara truk pengaman. Puluhan anggota pengaman dengan pakaian lengkap menerobos masuk kedalam rumah reyot yang hampir roboh itu.
Randa yang belum sempat melawan sudah diamankan secepat kilat dan dibawa ke salah satu truk di depan rumah. Sementara Renggis hanya bisa menyaksikan kakaknya ditangkap tanpa bisa melawan akibat luka yang masih merah menyiksa.
Sendang diam terpaku, belum genap sehari kedua putrinya seperti lepas dari dekap kasihnya. Ia pun teringat akan memori suaminya dulu. Suami yang kerap besuara lantang menentang dan berakhir menjadi mayat di kolam bekas tambang, padahal suaminya adalah perenang handal. Ia menyesal tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada anak-anaknya. Andai saja ia lebih tegas, pasti hal seperti ini tidak terjadi pada Randa. Nasi sudah menjadi bubur, nasib Randa bisa dipastikan akan sama seperti ayahnya. Sendang mendekap erat Renggis, satu satu keluarganya yang tersisa.
Setelah kejadian kelam penangkapan Randa. Warga tidak pernah mendapat air bersih sekitar satu bulan terakhir. Sehingga banyak yang terpaksa menggunakan air bekas tambang. Jatah makanan kaleng juga dikurangi. Akibatnya sebulan terakhir ratusan warga Kota Madam mati mengenaskan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, tak pandang usia. ***
22 LPM ALIPI Edisi 4 Cerpen
“Lalu Lalang Pasar Ikan”
Ikan diturunkan, ditata, dijual, dibeli, dibungkus, dibawa pulang, dimasak dan dimakan. Seterusnya demikian, kembali terus bertahan di tengah pandemi
~ Alif ~
“Harmoni Laut”
Layaknya hidup di desa. Ketenangan, keindahan, kebersamaan, serta riuhnya ombak. Semua terpadu dalam harmoni
~ Lisa ~
“Perikanan: Petahana Corona”
Semua berkumpul, saling pikul. Sungguh pasar ikan, telah melampaui angan
~ Alif ~
Fotografi
23 LPM ALIPI Edisi 4
“Terik Cangkul dan Caping”
Petani dan mencangkul, bak pasangan serasi. Terus memberi makna yang menjadikannya kian berarti ~ Wildan ~
“Saat Panen Tiba”
Saatnya kita bersyukur atas keberkahan terhadap apa yang Tuhan berikan
~ Bayu ~
Fotografi 24 LPM ALIPI Edisi 4
Surat Cinta
Oleh : Dewi
Kasih…..
Hari ini penaku menari-nari di atas lembaran putih
Di kala langit menangis senja mulai memudar
Lantunan lirih gemercik syahdu kudengar
Pepohonan melambai-lambai bergoyang sayu-semayu
Memori berkasih mulai menggema di sanubari
Tak terasa denyut waktu berputar berirama silih berganti Rindu ini tertata rapi memupuk subur dalam jiwa
Kasih…..
Bingkaian potretmu penawar rindu yang mengangkasa
Deretan syair mutiara indahku merindukannya Ketika hati berkecamuk merasuk kedalam cakrawala
Ingin kurengkuh, bercumbu, memelukmu
Apalah daya sang waktu tak mengijinkannya
Demi masa cerah kita, kurela jauh ke negeri seberang Merajut asa menggapai sang bintang
Kasih…..
Teruntukmu yang detik ini jauh dari pandangan
Kita memang tidak bisa mengisyaratkan pertemuan Hanya untaian doa penyambung tali asmara kita Seketika berderai tak kuasa menahan linangan
Bergulirnya hari membendung pertemuan yang tak tertahan
Ilusi tentangmu menjelma di setiap hela napasku
Lewat tinta hitam ini kutulis rindu untukmu Hariku yang haus akan kabar darimu
Kasih…..
Ku nikmati kesendirianku kini
Aku terkurung dalam ruang cinta yang hakiki Inginku pulang kepada hati yang kucinta Meluapkan hasrat hati yang tak terbayar Namamu telah terpatri, terukir di dalam hati
Selasa , 09 Maret 2019
Puisi
25 LPM ALIPI Edisi 4
TERUS BERJUANG
(Oleh : Wildan)
Kamu harus semangat
Menghadapi semua rintangan yang begitu berat
Lelah bukanlah penghalang Untukmu yang terus berjuang
Kamu bisa menjadi seorang yang kuat
Tapi tidak untuk bergulat Kamu bisa menjadi hebat Dengan melakukannya dengan giat
Teruslah berkembang
Hingga kamu menang Seperti bintang-bintang Yang hadir paling terang
Senin, 07 Juni 2021
Siapa yang Salah?
Oleh : Abdurrahman 'Uluwiy
Siapa yang salah? Apa aku yang salah? Namun banyak kaumku mati karenamu Banyak kaumku kesulitan karenamu Aku harus di rumah saja karenamu Aku berjarak karenamu
Siapa yang salah ? Apa kamu yang salah?
Namun, Karenamu udara semakin baik Karenamu aku lebih kreatif Karenamu kaumku saling membantu Karenamu aku lebih mengenal keluargaku
Siapa yang salah? Aku yang salah? Namun mengapa begitu? Kamu yang salah? Namun mengapa begini? Siapa yang salah?
Minggu, 27 Juni 2021
Puisi
26 LPM ALIPI Edisi 4
Memeluk Luka
(Oleh : Vinda)
Pasrah, Bagai daun menantikan gugur Bunga menantikan layu Jatuh, tak lagi indah Tenggelam dan hancur oleh hujan
Perlahan
Tersadar, yang kau beri bukan mawar melainkan durinya Dengan tulus hati dipeluk oleh luka Berteriak kesakitan dengan rasa cinta
Sebab
Tak ada rasa menyesal mencintai Semesta pun tahu, Pelangi tetaplah pelangi Yang hadir hanya sesaat lalu pergi
Senin, 07 Juni 2021
Merindu Kerinduan
Oleh: Muhammad Alif Dzulkar
Degupan waktu ini mati terasa Sembari menimang asa Pada diri sendiri aku bertanya Mengapa rindu itu tak kunjung ada?
Beban bimbang pada diri nampak berat Bagaimana tidak Semua begitu dekat dan lekat Hingga rindu tak sekalipun singgah untuk rehat sesaat
Kutahu
Jauh itu jiwanya rindu Jarak itu raganya rindu Apalah arti temu Jika pada rindu aku terus merindu
Kamis, 27 Mei 2021
Puisi
27 LPM ALIPI Edisi 4
APA KABAR PETANI DI MASA PANDEMI
Oleh : Lisakotul
Selamat pagi bumi pertiwi
Tanah hijau yang dulu ada
Kini tak dapat kau tatap lagi
Meski kau lihat hutan tropis di belahan bumi
Tapi perlahan hati pribumi yang sedih mengais pergi
Sudahkah leluhur meratap ke masa ini?
Dimana semua serba modernisasi
Bahkan petani tak memapah lahan lagi.
Mereka berderet bukan mengucap bahagia
Namun sedih terlukis di bagian lupuk hatinya
Apalagi yang bisa mereka lakukan?
Jika dari buyut sudah diajarkan tentang lahan.
Bagaimana denganmu pemimpin?
Masihkah kau tega dengan kekalang kabutan ini.
Apakah tidak ada cara lain?
Untuk mereka yang tetap saja yakin.
Sudah banyak waktu buat mereka tertekan
Dengan tidak ada yang bisa diberikan
Untuk keluarga bangsa dan negara
Sampai kapan kau akan tinggal?
Belum cukupkah khawatir itu panjang
Segeralah pergi dan lepas
Agar kami bisa berkumpul dengan nafas Tanpa takut menginjak tanah-tanah kami.
Terima kasih Covid-19
Kau mengajarkan menghargai nyawa tanpa batas
Dan selamat untukmu yang hebat Karna telah memberi kami pelajaran sesaat.
Kamis, 24 Juni 2021
Puisi
28 LPM ALIPI Edisi 4
Dark Night
Oleh: Khusnul Rahmah S.
Langit gelap terukir malam itu Sunyi, senyap menemani langkah kaki Angin berhembus, dingin Menggetarkan bibir yang semakin pucat
Jalanan terjal tak tentu arah Terus dipijak hingga lelah Suara khas hewan malam menyemangati Sayang yang bercahaya tak menghampiri
Perjalanan ini tak tahu ujungnya Petunjuk arahpun sedang mati Tertutup awan hitam pekat Membawa malam-malam kelabu
Rasa lelah datang menghampiri
Tubuh seolah mati rasa Sendiri memuakkan
Kaki berpijak enggan berhenti
Kususuri terus lorong-lorong ini Berharap labirin segera berakhir Bersama memudarnya penutup makhluk bercahaya sang langit Hingga tiba pada ujung jalan yang tinggi Melihat hamparan putih yang menghidupkan mata Dan selamat tinggal ''Dark night'’
Puisi
29 LPM ALIPI Edisi 4
Rabu, 23 Juni 2021
Galeri LPM Alipi
ALIPI
30 LPM ALIPI Edisi 4
31 LPM ALIPI Edisi 4
lpmalipi.fp lpmalipi.trunojoyo.ac.id lpmalipi@gmail.com Orang-orang yang ada disekitarmu dapat dijadikan inspirasi, atau bahkan menguras tenaga. Jadi, pilihlah secara baik-baik. ~Hans F. Hanson~