Majalah xxxviii

Edisi XXXVIII/April 2015 Lika-Liku Majalah ACTIVITA Hal. 19

KESEHATAN KAUM MARGINAL DI MADURA Laporan Khusus:

Fasilitas Kampus Di Tengah Proses Alih Status

Profil:

Tekad Kuat Untuk Meraih Cita-Cita

Budaya:

Bebukon Telo Polo

ISSN: 2442-9937

Pemerintah Kabupaten Pamekasan mengucapkan

Selamat atas dibukanya 6 Program Studi Baru di STAIN Pamekasan Program Studi: Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Pendidikan Guru Raudatul Athfal (PGRA) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Bupati Pamekasan (Achmad Syafii)

Wakil Bupati Pamekasan (Khalil Asy’ari)

Ilmu Al-Quran Tafsir (IQT) Akuntansi Syari’ah (AS) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

Sekretaris Kabupaten Pamekasan (Alwi Beiq)

Redaksi menerima kiriman tulisan sesuai dengan rubrik berikut: Wacana, Opini, Manca, Budaya, Resensi, Cerpen, Humor dan Puisi.

Tulisan diharapkan aktual, faktual, orisinil dan belum pernah dimuat di media apapun, baik elektronik maupun cetak. Naskah diketik rapi, spasi 1.5 dan maksimal 5 halaman A4 dengan menyertakan identitas diri (narasi), nomer yang bisa dihubungi beserta foto terbaru. Tulisan yang masuk menjadi hak redaksi.

Redaksi berhak mengedit tanpa mengubah isi tulisan.

Penulis yang naskahnya dimuat akan mendapatkan bingkisan menarik.

LPM Activita STAIN Pamekasan @LPMActivita http://lpm-activita.blogspot.com

Salam Pers mahasiswa…!!!

Assalamu’alaikum wr. wb.

Salam damai dan sejahtera kami sampaikan kepada segenap pembaca yang budiman. Dengan terselesaikannya majalah ACTIVITA edisi ke XXXVIII ini, wajib kiranya kami haturkan puji syukur ke hadirat Allah yang Maha mulia, karena dengan limpahan rahmatNya kami para crew bisa menyelesaikan dan menyuguhkan kembali Majalah ACTIVITA kepada para pembaca. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurahkan kepada sang baginda nabi besar Muhammad SAW, sang penuntun bagi kita semua.

Selanjutnya, kami sampaikan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dan selalu memberikan dorongan moril pada kami, sehingga majalah kali ini bisa terselesaikan. Tak lupa pula crew setia senasib seperjuangan yang dengan gigih mampu menyelesaikan majalah di edisi ke XXXVIII ini.

Pada edisi kali ini, kami mengangkat tema “Kesehatan Kaum Marjinal Di Madura”. Hal ini penting untuk disikapi mengacu kepada banyaknya keluhan dari kaum kecil terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Kami menelusuri hal ini dan menyajikannya dalam bentuk tulisan.

Berkaca kepada sebagian besar pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat, terutama masyarakat dengan kualitas ekonomi menengah ke bawah, maka pemerintah terutama yang menangani dalam bidang kesehatan perlu mendengar suara mereka. Hal ini tentu bertentangan dengan undang-undang kesehatan terkait dengan pelayanannya. Keberpihakan kepada kaum yang beruang, kerap kali dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Jika sudah demikian, maka korbannya adalah mereka yang tidak punya uang.

Disamping itu, kebijakan pemerintah terkait perubahan kartu yang katanya berpihak pada kaum kecil, masih dirasa sebagai beban oleh sebagian masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil. Sehingga hal ini perlu ditangani lebih lanjut dalam hal sosialisasi perubahan kartu tersebut.

Semoga majalah kali ini bisa menjadi kajian yang menggugah bagi para pembaca. Sementara itu kami juga merasa majalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan dari segenap pembaca yang budiman, agar bisa memperbaiki kualitas Majalah ACTIVITA. Selamat membaca!

Wassalamu’alaikum wr. wb. (redaksi)

Majalah ACTIVITA Diterbitkan oleh Unit Kegiatan Khusus Lembaga Pers Mahasiswa (UKK LPM) ACTIVITA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan Pelindung Ketua STAIN Pamekasan (Dr. H. Taufiqurrahman, M.Pd) Pembina Umum Wakil Ketua III STAIN Pamekasan (Dr. Atiqullah, S. Ag, M.Pd) Pembina Ah. Fawaid, M.A Penanggung Jawab Pimpinan Umum LPM ACTIVITA (Ach. Zuhri) Pimpinan Redaksi Hasibuddin Redaktur Pelaksana Achmad Zayyadi Dewan Redaksi Zainul Muttaqin Khafiatul Hasanah Abdul Wahed M. Syamsul Arifin Abd. Salam Windayati Anshari Reporter Abrori, Andi Mahruji, Abdul Aziz, Badriyah, Aidatul Faizah, Moh. Tolak Ra, Try Wahyuningsih, Husnul Hotimah, Rosi, Surayyah, Moh. Latief, Andawi, Anisatul Hasanah, Hubib Assahudi Illustrator Ach. Khuzaini Layouter Jamaluddin Editor Siti Anisa Khaulatun Nuriyah Nur Hidayati Marketing Fani Desi Lestary

DAFTAR ISI Sapa Redaksi Daftar Isi Aspirasi Mahasiswa Editorial Laporan Utama Wacana Laporan Khusus Kabar Kita Opini Profil Lensa Mahasiswa Manca Mimbar Tarbiyah Mimbar Syari’ah Budaya Cerpen Wawancara Puisi Humor Resensi Pojok

01 02 03 06 08 13 16 19 21 25 28 31 34 36 39 42 46 48 51 52 55

Laporan Utama 08

Kesehatan Kaum Marginal di Madura Masyarakat kecil di pulau Madura selalu menjadi kaum tersisihkan dalam segala aspek, baik dari lingkungan maupun dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, seperti halnya pelayanan kesehatan.

Fasilitas Kampus Di Tengah Proses Alih Status Tahun 2014 kemarin, STAIN Pamekasan hanya menganggarkan pembangunan fasilitas gedung pascasarjana dan rehabilitasi aula. Sedangkan penambahan ruang kelas yang sangat urgen masih belum tersentuh.

Laporan Khusus | 16

Tekad Kuat Untuk Meraih Cita-Cita Profil | 25

Memoar Di Matamu adalah Diriku Cerpen | 42

Lika-Liku Majalah Activita Kabar Kita | 19

Assalamu’alaikum wr.wb.

Saya banyak mendengar keluhan dari mahasiswa lain karena terbatasnya lahan untuk tempat parkir, sehingga mahasiswa menjadi resah. Saat mahasiswa memarkir sepeda motor sembarangan, hal itu tidak enak dipandang. Maka saya meminta kepada pimpinan agar tidak hanya melihat keresahan mahasiswa, akan tetapi harus bisa menyiapkan lahan parkir yang memadai.

(Anonim)

Foto: LPM Activita

Parkiran Langka

Minimnya tempat parkir menjadi salah satu alasan mahasiswa sembarangan memarkir kendaraannya.

Tanggapan: Achmad Muhlis (Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan) Pada tahun ajaran baru mendatang akan diadakan penambahan lahan parkir, yang insyaallah ada di dekat gedung pascasarjana.

Selama lahan parkir yang tersedia belum memadai, kami mohon kepada mahasiswa, untuk memanfaatkan tempat parkir dengan maksimal,

menatanya dengan rapi, alias tidak asal parkir. Sehingga walaupun tempatnya kurang memadai akan terlihat rapi. Kalau rapi akan terlihat indah.

Untuk kelengkapan fasilitas perkuliahan dan juga parkir, akan diadakan pengumpulan petugas dan pengecekan

sebelum perkuliahan aktif. Untuk menyempurnakan semuanya, itu hal yang tidak mungkin.

Tapi semoga setelah dilakukan perbaikan akan lebih baik dari sebelumnya, dan perbaikan akan tetap diupayakan oleh pihak kampus.

Asssalamu’alaikum wr.wb.

Mohon maaf sebelumnya, saya pernah membaca aspirasi mahasiswa di majalah Activita edisi ke-37 yang salah satunya berisi tanggapan dari kabag ADUM STAIN Pamekasan yang isinya, “Dalam mengatasi masalah sampah tidak diperkenankan membakar sampah di lingkungan kampus.�

Tapi kenapa sampai saat ini pembakaran sampah tetap dilakukan? Saya sebagai mahasiswa jadi bingung terhadap pernyataan

yang dilontarkan oleh beliau. Apakah yang salah pegawaianya, atau pimpinan yang tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar karena sibuk ke luar kota? Tolong kepada crew Activita sampaikan aspirasi saya.

(Anonim, PBS/6)

Ilustrasi: Ucentz

Lagi-Lagi Sampah

Tanggapan: (Kabag ADUM) Saya ucapkan terimakasih kepada mahasiswa, khusunya crew LPM ACTIVITA, yang telah memberikan dan menyampaikan aspirasinya, sebagai tanda perhatian untuk terciptanya lingkungan kampus yang bersih.

Setelah saya mengecek ke petugas lapangan, memang dulu

pernah dilakukan pembakaran, itu pun karena sangat terpaksa dan belum adanya kontainer. “Karena kalau tidak dibakar akan berserakan dimana-mana,� itu jawaban petugas ketika ditanya. Sekarang masih belum dilakukan lagi, dikarenakan musim penghujan. Kemudian,

masih dilakukan kerjasama dengan pihak terkait yaitu Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Pamekasan, untuk memberikan kontainer agar sampah pembakaran diletakkan di luar kampus. Saya akan segera meninjaklanjuti ke BLH Kabupaten Pamekasan.

Perpustakaan, Gimana Kabar Selanjutnya?

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mendengar isu bahwa perpustakaan akan menerapkan sistem e-book untuk melengkapi koleksi referensi perpustakaan STAIN Pamekasan. Namun, setelah kami tunggu sampai saat ini ternyata masih belum ada. Terkait hal ini, maka saya mohon kejelasan dari pihak terkait. Apakah isu itu benar adanya?

Jika memang benar, bagaimana sistem itu dipergunakan dan kapan target realisasinya itu akan rampung?

(Masruhah, PBS 8)

Tanggapan: (Kabag Perpustakaan) STAIN Pamekasan sampai saat ini masih memandang bahwa kebutuhan dan ketergantungan para pemustaka/mahasiswa terhadap bacaan yang berupa hard copy (buku, red) sangat tinggi. Hal tersebut dilihat dari jumlah pen-

gunjung dan peminjam koleksi ke perpustakaan dalam setiap harinya yang cukup signifikan, baik untuk menambah wawasan atau untuk menyusun tugasnya seperti makalah dan skripsi. Sehingga kebijakan yang diambil adalah men-

gutamakan dan memprioritaskan kebutuhan mereka dengan cara mengadakan buku bacaan dan buku referensi secara bertahap dan berkesinambungan.

Adapun mengenai isu-isu ebook itu saya rasa tidak benar adanya. Disamping itu, pertimbangan selanjutnya adalah para pemustaka agaknya kesulitan untuk mengadakan buku dalam jumlah banyak tentunya secara mandiri. Adapun untuk mendapatkan tulisan dan karya dalam bentuk elektronik lebih mudah dijumpai via internet dan warnet secara mandiri yang tampaknya sekarang banyak kita jumpai.

Kami menerima aspirasi terkait hal-hal yang berhubungan dengan dunia kampus. Tuliskan aspirasi dengan jelas, lugas dan dengan bahasa yang sederhana. Harap cantumkan identitas pengirim di akhir tulisan. Berikan penjelasan kepada siapa aspirasi tersebut ditujukan. Aspirasi diketik rapi dan dapat dikirimkan ke kantor LPM Activita, melalui pesan facebook ke akun fb “LPM Activita STAIN Pamekasan�, atau kirim ke email (majalah.activita@yahoo.com).

Maling Helm Bermunculan !

Assalamu’alaikum wr. wb.

Beberapa minggu yang lalu helm saya hilang di depan laboratorium terpadu 2 yang notabene ada CCTV-nya. Setelah saya laporkan ke pihak keamanan, pihak keamanan kampus dengan enteng menjawab CCTV banyak yang mati tanpa ada rasa empati atas musibah yang saya alami.

Ironis memang, harusnya kami mendapat jaminan keamanan sehingga kami tenteram dalam belajar, bukan malah dihantui perasaan resah dan gelisah takut terjadi kehilangan kedua kalinya. Kepada pihak yang memiliki otoritas, tolong dengan hormat dengarkan jeritan kami, agar kami bisa tenang dalam menempuh perkuliahan di bumi STAIN Pamekasan. (Hamba Allah) Tanggapan: Khalik Yadi (Kasubag ADUM) khususnya sepeda motor dan helm.

Jika sampai sepeda motornya hilang, ya, itu fatal. Kalau hilang helm masih mendingan, tapi

Ilustrasi: Ucentz

Mahasiswa memang diperbolehkan membawa helm ke kampus, kalau memang helm-nya yang mahal. Perihal kehilangan, siapa lagi yang melakukan kalau bukan teman-teman kita sendiri.

Oleh karena itu, mahasiswa diperbolehkan membawa helm ke kampus, demi keamanan dan ketenangan mengikuti perkuliahan. Sebab tidak mungkin satpam menjaganya.

Bukan berarti tidak mau, tapi karena jumlahnya yang minim tentu sulit menjaga seluruh fasilitas kampus,

bukan meremehkan. Jadi jika sampai diminta keamanan sampai ke helm yang jumlahnya banyak kan sulit.

Orang yang mengambil helm susah diketahui, karena pencurinya terkadang mengambil yang ada di sebelahnya. Dipakai, langsung berangkat, helm sudah raib. Untuk memantaunya juga susah dikarenakan sepeda motor yang berdempetan.

Demi keamanan, dalam rapat pimpinan, mahasiswa diperkenankan membawa helm ke dalam kampus, terlebih helm yang mahal harganya, agar tidak hilang.

Terkait Beasiswa PEMDA Assalamu’alaikum wr. wb.

Kenapa ya pengumuman beasiswa Pemda (Pemerintah Kabupaten Pamekasan, red) tahun 2014 tidak sampai ke seluruh mahasiswa? Saya sudah satu tahun menunggu, tapi saat ada beasiswa tersebut saya justru tidak mendapatkan informasi.

(Anonim, semester 4)

Tanggapan: Abd. Razak (Akademik) Sehubungan dengan pertanyaan beasiswa Pemda Pamekasan 2014 disampaikan hal-hal berikut: 1. Pengumuman pendaftaran dilakukan dengan dua cara: a. Melalui papan pengumuman; b. Melalui akun facebook Akademik.

2. Dilakukan perpanjangan waktu pendaftaran karena jumlah mahasiswa yang mendaftar pada waktu pendaftaran pertama tidak memenuhi kuota. Waktu pendaftaran dimaksud: a. Waktu pendaftaran pertama tanggal 10-15 September; b. Perpanjangan waktu pendaftaran mulai tanggal 16-23 September.

Pelayanan Kesehatan Masih Menjadi Pertanyaan Ach. Zuhri*

K

ita tahu dan paham, bahwa kesehatan adalah anugerah yang sangat vital dan dibutuhkan dalam kehidupan. Orang tidak bisa beraktifitas normal jika ada salah satu organ tubuh yang tidak sehat, apalagi sebagian besar dari tubuh.

Dikabarkan, tingkat kesehatan masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin berkembang.

Namun hal-hal yang menyangkut kesehatan masyarakat masih banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan, baik dari pelayanan rumah sakit maupun kebijakan pemerintah.

Banyak masyarakat masih mengeluh terhadap pelayanan rumah sakit dan kebijakan dari pemerintah. Mereka merasa kurang puas dan kurang percaya terhadap pelayanan yang ada.

Meskipun pada dasarnya sudah ada kebijakan pemerintah terkait masalah biaya rumah sakit seperti halnya pelayanan Askes, BPJS, Jamkesmas dan Jamkesda.

Di pemerintahan yang baru ini, sudah ada kebijakan dari presiden Joko Widodo berupa tiga kartu sakti, salah satunya yakni Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Kebijakan-kebijakan pemerintah memang diperuntukkan

untuk meringankan biaya kesehatan masyarakat, utamanya yang kurang mampu. Namun, kebijakan baru ini masih membuat resah masyarakat kecil karena masih disibukkan dengan berbagai persyaratan. Masyarakat yang menggunakan kartu-kartu tersebut merasa terdiskriminasi oleh pihak rumah sakit, belum lagi obat-obatan yang disediakan untuk ‘pemegang kartu’ masih banyak yang kurang. Sehingga masyarakat harus membeli atau memesan di luar, tentunya dengan harga yang tidak murah.

Banyak rumah sakit yang telah melupakan tugas utamanya yaitu “keselamatan pasien�. Mereka lebih memilih mendahulukan biaya administrasi daripada nyawa pasien. Hal itu memang sudah lumrah terjadi. Jika pasien adalah masyarakat biasa, meskipun sakitnya sudah parah, tidak dilayani secara maksimal. Namun apabila pasien adalah kerabat atau berlatar belakang keluarga pejabat, maka rumah sakit langsung menyediakan pelayanan prima. Hal itu adalah bentuk riil yang memang sudah menjadi perbincangan klasik namun masih hangat di tataran masyarakat khususnya di Madura.

Pelayanan yang tidak optimal tentunya akan mencoreng sistem pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia dan membuat masyarakat kurang percaya terhadap pelayanan di rumah sakit. Hal itu perlu diperhatikan oleh pihak terkait, karena apabila pasien merasa tidak puas, tidak menutup kemungkinan pasien enggan untuk kembali. Pun juga akan mengakibatkan rumah sakit kehilangan kepercayaan sehingga pasien beranggapan bahwa rumah sakit tidak akan menyediakan pelayanan yang dapat memuaskan mereka.

Berbicara masalah pelayanan kesehatan yang bermasalah, maka peran pemerintah dalam mengatasinya tentu sangat penting. Dalam hal ini bisa diupayakan dengan kebijakan-kebijakan yang bisa lebih meringankan beban masyarakat, utamanya masyarakat miskin, bukan malah memberatkan masyarakat.

Sejak awal bulan Februari, penyakit demam berdarah (Dbd) sudah marak di Madura, namun pihak pemerintah masih saja meremehkan hal itu. Pemerintah seolah menunggu adanya korban, baru kemudian bergerak mengatasinya.

Seperti yang telah terjadi di

Pamekasan, Dinas Kesehatan (Dinkes) terkesan lalai karena dalam mencegah penyakit Dbd mereka masih menunggu jatuhnya korban terlebih dahulu.

Permasalahan kesehatan tidak hanya bertumpu pada satu pihak.

Masyarakat juga turut ambil bagian. Terkadang masyarakat tidak mau mematuhi peraturan yang ada di rumah sakit, tidak peduli terhadap kebersihan dengan membuang sampah di halaman rumah sakit, merokok di dalam rumah sakit dan semacamnya.

Tidak hanya soal kebersihan yang sering dilanggar, pengunjung sering membuat pasien tidak merasa nyaman karena mereka datang berkunjung dengan jumlah yang sangat banyak, itupun pada jam yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada di rumah sakit. Misalnya pada saat pasien sedang istirahat dan pada saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter.

Dari hal itu, kami ingin memberikan beberapa tawaran pe-

mikiran untuk menjadikan kesehatan di Indonesia khususnya di Madura menjadi lebih baik.

Pertama: Pihak rumah sakit harus lebih professional lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Tidak peduli pasien tersebut merupakan keluarga pejabat ataupun dari keluarga masyarakat biasa, semua harus mendapatkan perawatan yang setara. Kesembuhan pasien seharusnya didahulukan daripada yang lainnya, terutama terkait biaya yang sering menjadi masalah vital bagi masyarakat kurang mampu.

Kedua: Pemerintah harus melaksanakan evaluasi dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan, baik dari pemerintah daerah maupun pusat, agar bisa mengetahui kerikil-kerikil yang menyakitkan bagi keluarga pasien dalam proses pelaksanaan kebijakan tersebut.

Ketiga: Masyarakat harusnya lebih menjaga dan merawat lingkungan dan tubuh mereka agar

lebih mengurangi berbagai penyakit yang ada, dan lingkungan di sekitar kita bisa menjadi lebih indah. Tidak lupa pula selalu menaati aturan-aturan yang berlaku di rumah sakit supaya kinerja perawat dan dokter bisa berjalan secara efektif dan pasien bisa lebih nyaman.

Keempat: Untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit dan pemerintah, pihak pemerintah dan rumah sakit hendaknya lebih sering melakukan sosialisasi terkait masalah kesehatan dan kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, agar masyarakat bisa lebih memahami akan hal itu.

Selain itu juga memberikan arahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.

*) Pimpinan Umum LPM Activita periode 2014-2015.

Informasi dan berita seputar kampus bisa diakses di blog LPM Activita.

Majalah ACTIVITA, Bulletin MITRA dan Vita Pos juga bisa di-download dalam bentuk file pdf.

http://lpm-activita.blogspot.com

Ilustrasi: Ucentz

Kesehatan Kaum Marginal Di Madura

M

asyarakat kecil di pulau Madura selalu menjadi kaum tersisihkan dalam segala aspek, baik dari lingkungan maupun dari pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, seperti halnya pelayanan kesehatan. Pemerintah yang seharusnya menjadi penolong bagi mereka yang mengalami penderitaan, malah seringkali membuat kebijakan-kebijakan yang mempersulit dan menjadikan masyarakat miskin semakin menderita.

Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menolong rakyat kecil agar mereka mendapat pelayanan kesehatan yang baik, seperti memberikan jaminan kesehatan yang berupa pemberian kartu Askes (Asuransi Kesehatan) dan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Namun, kebijakan-kebijakan tersebut bagaikan pisau tumpul karena banyak oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat kecil yang masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di beberapa tempat yang ada di Kabupaten Sampang.

Di Desa Gading Daya, Kecamatan Blu’uran, Kabupaten Sampang, sebagian besar masyarakat belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dari pemerintah setempat. Sebagaimana penuturan Pak Hodak (50 Tahun) salah satu warga yang ada di Desa

Gading Daya. Beliau mengatakan bahwa masyarakat di sana masih belum mendapatkan pelayanan Askes, Jamkesmas dan semacamnya. Namun jika pelayanan posyandu (pos pelayanan terpadu) selalu berjalan setiap bulan. Sementara masyarakat dewasa terutama lansia (lanjut usia) masih belum mendapatkan pelayanan yang baik. Padahal pekerjaan mereka sehari-hari kerap kali mengancam kesehatan.

Hal serupa juga terjadi di Desa Sokobanah Tengah, Kecamatan Sokobanah, Sampang. Menurut Ainurrahman (30 tahun), pemberian kartu Askes di Desa Sokobanah Tengah sebagian besar tidak tepat sasaran. Hanya orang-orang tertentu saja yang mendapatkan dan itu pun terkadang justru mereka yang tergolong mampu.

Keadaan seperti ini, juga terjadi di desa-desa yang lain. Bahkan hampir empat puluh persen penerima Askes tidak mendapatkan pelayanan maksimal di rumah sakit. Sehingga sampai saat ini pelayanan yang diterima masyarakat adalah pelayanan yang jauh dari kata sempurna.

Di kabupaten lain, Pamekasan, pelayanan serupa yang diterima oleh masyarakat masih menjadi pertanyaan besar. Sebabnya, kartu yang diperuntukkan untuk meringankan beban kesehatan masyarakat justru tidak tepat sasaran. “Desa ini merupakan desa yang dekat dengan rumah sakit. Akan

tetapi masih banyak rakyat kecil yang masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan. Dikarenakan kartu-kartu kesehatan yang diberikan tidak tepat sasaran,� kata Basuki salah satu warga Kecamatan Panglegur, Pamekasan.

Lelaki paruh baya ini melanjutkan, hanya sekitar 40% persen kartu yang telah disebarkan, sejak kartu Jamkesmas sampai kartu BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. Apalagi Kartu Indonesia Sehat yang merupakan kebijakan baru pemerintah.

Mengenai sosialisasi kartu, berdasarkan penuturan beliau, memang jarang diadakan.

Sementara itu, Kepala Desa Panglegur saat ditanyai mengenai sosialisasi perubahan kartu, mengatakan hal yang berlawanan. Menurutnya, di Desa Panglegur telah diadakan sosialisasi. “Ini mungkin agak sedikit janggal, karena bagaimana kami tak akan melakukan sosialisasi, sementara desa kami adalah desa yang berdekatan dengan kantor BPJS Kesehatan yang berpusat di Pamekasan,� imbuhnya.

Tidak jauh berbeda dengan desa-desa di Kabupaten Sampang, beberapa desa di Kabupaten Pamekasan memerlukan perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan. Di Desa Rekkerrek Kecamatan Palengaaan, sesuai dengan penuturan Khofifah, ada keberpihakan kepada kaum dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Pasien yang menggunakan kartu Jamkes-

“Yang dulunya Jamkesmas berubah menjadi JKS, namanya PBI (Penerima Bantuan Iuran).

Selain PBI ada pula JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), dan JKN ini dilakukan oleh BPJS . Dimana BPJS merupakan lembaga yang ditunjuk untuk mengelola jaminan kesehatan sosial nasional dan bekerjasama dengan Jamsostek,” ujarnya.

Ia melanjutkan, sekarang ada juga jaminan kesehatan untuk jaminan mandiri. Lembaga mandiri harus ada kesadaran diri. Jaminan mandiri dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kelas satu, dua dan tiga. Mereka bisa menempati tempat yang sesuai dengan pembayaran setiap bulannya. Sistem jaminan sosial nasional ini adalah sistem gotong royong.

Pemerintah Indonesia mengiginkan agar masyarakat mendapatkan kartu kesehatan sesuai dengan porsinya. Jaminan kesehatan merupakan badan pembina keseluruhan, baik pelayanan kesehatan dalam JKN maupun BPJS, untuk kemudian direalisasikan kepada masyarakat. BPJS membawahi Puskesmas (pusat kesehatan masyarakat). Masyarakat baru bisa mendapatkan pelayanan BPJS di rumah sakit setelah mendapat rujukan dari Puskesmas setempat.

Pelayanan untuk kelas satu, dua dan tiga semuanya seimbang karena semuanya menggunakan dokter spesialis, yang membedakan adalah kamar yang ditempati.

Kamar untuk kelas tiga tersedia kipas angin. Kelas dua berisi empat kamar dan kamar mandi. Kelas pertama ruangannya ber-AC dan tidak sesak karena hanya berisi dua pasien, tersedia kamar

Ilustrasi: Ucentz

mas atau Askes tidak dilayani dengan kualitas yang baik, dilihat dari obat-obatan yang diberikan.

Setiap warga selalu berharap pemerintah lebih memperhatikan kesehatan rakyat kecil, kalau perlu dilakukan pendataan ulang dari pemerintah mengenai jumlah rakyat kecil yang ada di desa, sebagaimana yang dituturkan oleh Basuki dan Khofifah saat crew menanyakan harapan mereka mengenai kesehatan rakyat kecil.

Mayoritas warga Pamekasan memang masih banyak yang tidak mengerti dengan perubahan kartu dan cara pembuatan kartu BPJS. Namun, Juhairiyah salah satu warga Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, justru telah terdafatr dan telah membayar iuran. Saat ditanya mengenai keluhan biaya, ia beranggapan bahwa ini adalah solusi terbaik dari pemerintah. “Siapa tahu nanti bisa terkena penyakit parah. Lebih baik daripada membayar mahal,” ungkapnya.

Mengenai pelayanan kesehatan di Pamekasan, ia merasa masih perlu pembenahan, terutama pelayanan di rumah sakit dari bidang administrasi. “Saya pernah dua kali mengantar mertua, tapi ya itu, pelayanannya kurang ramah,” tambahnya.

Kepala bidang PSJK (Pelayan Jaminan Kesehatan), Ika Srihandayani mengatakan, berubahnya kartu Jamkesmas menjani Jaminan Kesehatan Sosial (JKS), semenjak adanya UU No. 40 tahun 2014 tentang jaminan nasional.

Harapannya, pada tahun 2019 seluruh masyarakat Indonesia sudah memiliki jaminan kesehatan dan diawali pada tahun 2014.

mandi, juga disediakan TV di kamar pasien. Sementara di kelas VIP, satu kamar dihuni satu pasien dengan fasilitas kasur empuk, ruangan ber-AC, tersedia sofa dan kamar mandi. Obat-obatan yang diberikan sudah berstandar nasional dan harus generic.

Semenjak ada JKN, semua berlomba-lomba memberikan pelayanan yang baik agar dapat bekerjasama dengan JKN, karena standar pelayanan yang diberikan sama. Dinas Kesehatan Pamekasan berharap agar masyarakat memiliki kesadaran untuk mendaf-

tarkan diri bergabung dengan BPJS, karena setiap manusia tidak akan pernah terhindar dari risiko.

Kebijakan terkait JKN, akan dilanjutkan oleh pemerintah dengan mencari data tentang penghasilan masyarakat Pamekasan. Sehingga nantinya bisa dibedakan mana pasien yang membayar dengan iuran BPJS dan pasien yang membayar dengan iuran sendiri.

Saat ditanya mengenai pelayanan yang tidak sama rata, terutama dari segi administrasi dan obat-obatan, Ika berpendapat, hal itu merupakan ulah dari beberapa

oknum saja. Menurutnya, jika mematuhi undang-undang tentang pelayanan kesehatan, hal seperti itu mestinya diberikan sanksi.

“Kadang pihak-pihak kesehatan terkait telah memberikan peringatan kepada beberapa pegawai rumah sakit agar tidak terjadi ketimpangan dari segi pelayanan kesehatan terutama kepada kaum kecil,” katanya.

Penuturan yang berbanding terbalik dengan laporan masyarakat Pamekasan diutarakan oleh Kepala Kantor BPJS Kesehatan Pamekasan, Hernina Agustin, yang

berpusat di jalan pahlawan. Ia memaparkan, BPJS mempunyai agenda rutinitas dalam mengadakan sosialisasi dengan waktu satu bulan sekali. Selain itu, jika di beberapa desa meminta untuk mengadakan sosialisasi terkait kartu BPJS tersebut, mulai dari bagaimana prosedur pembuatanya sampai tata cara pelayanan, BPJS Kesehatan siap melakukannya.

Ia berharap agar masyarakat lebih menyadari betapa pentingya sistem gotong royong yang merupakan kebijakan baik dari pemerintah. Sehingga nantinya diarahkan agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelayanan kesehatan.

Seperti dua kabupaten lainnya, fenomena serupa juga terjadi di Kabupaten Bangkalan, sebagaimana penuturan Mansur. lelaki pensiunan staf Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo ini mengatakan bahwa pelayanan di rumah sakit umum Bangkalan tidak seperti yang ia harapkan, karena ada praktik tebang pilih pasien. “Kalau yang sakit rakyat biasa memang dipersulit. Kalau yang sakit anaknya bupati atau pejabat langsung dilayani,” ungkapnya.

Sementara Zainal, seorang pemilik warung di Bangkalan, mengaku tidak peduli terhadap kebijakan pemerintah dan sengaja tidak membuat kartu BPJS. Zainal berangggapan bahwa kartu BPJS adalah jenis kebijakan yang dipandang mencekik rakyat, belum lagi per bulan ia harus membayar pajak. “Kalau bayar mahal pelayanannya sama, ya kami terima.

Tapi percuma, karena justru per-

bedaan pelayanan yang akan diterima membuat saya pribadi berang dengan pemerintah.”

Mansur dan Zainal mengeluh dengan pelayanan kesehatan di Bangkalan, utamanya pelayanan kesehatan di RSUD Bangkalan.

Keduanya kesal terhadap sikap para pegawai rumah sakit karena melakukan tebang pilih dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang sifatnya sudah diskriminatif bertentangan dengan undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 54 ayat 1 tentang pelayanan kesehatan yang sifatnya tidak mendiskriminasi. Pihak rumah sakit, berdasarkan hasil wawancara dengan Mansur, sudah tidak mematuhi dan melanggar aturan tersebut.

Berdasarkan penuturan Syafi’i selaku Kepala Puskesmas di Kecamatan Kota Bangkalan, telah diadakan sosialisasi tentang BPJS Kesehatan. Hanya saja beberapa masyarakat masih bersikap acuh sehingga masih banyak warga

yang belum mempunyai kartu BPJS. “Ini langkah yang baik mas.

Kartu BPJS ini ada untuk menjamin kesehatan rakyat dengan sistem gotong royong, bukan mencekik,” ucapnya.

Syafi’i juga berkomentar soal pelayanan kesehatan di Puskesmas yang dipimpinnya. Katanya, dalam satu bulan ada sekitar 500800 pasien yang ditangani, baik rawat inap maupun rawat jalan.

Hal yang menjadi keresahannya adalah keegoisan masyarakat yang cenderung mengabaikan peran Puskesmas. Padahal sesuai dengan aturan yang baru, bahwa masyarakat tidak boleh terburuburu meminta pelayanan dari rumah sakit tanpa mendapatkan izin dari pihak Puskesmas.

Baik di Sampang, Pamekasan dan Bangkalan, berita tentang kesehatan yang memihak kaum berduit masih tetap ada di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Akan tetapi menurut Syaifuddin warga asal Desa Kowel, Kecamatan Kota Pamekasan, tidak

Sumber tabel dan grafik: http://www.anggaran.depkeu.go.id/

ada tindakan lanjut dari pemerintah. Ia berharap agar oknum-oknum yang menyalahi undang-undang di rumah sakit bisa dikenai sanksi. “Dua kali saya mengantar ibu dengan membayar iuran sendiri dan pelayanannya bagus, obatobatan yang ditebus juga mahal.

Ini kan berarti kalau yang murah obatnya murah juga,” katanya.

Setiap tahun, anggaran yang dipatok oleh pemerintah dalam bidang kesehatan selalu mengalami peningkatan. Di tahun 2015, pemerintah menganggarkan 71,1 triliun rupiah untuk kesehatan dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Sebagian dari dana tersebut digunakan untuk membiayai pelaksanaan BPJS Kesehatan. Jumlah dana yang cukup besar tersebut akan efektif jika tepat sasaran. Sebaliknya, akan terbuang percuma jika tidak dikelola secara profesional dan tidak tepat sasaran.

Sudah sepantasnya pemerintah melakukan pembenahan dalam bidang kesehatan agar kebijakan baru terkait perubahan kartu lama ke kartu BPJS sesuai dengan target yang sudah ditetapkan. Sosialisasi tetap harus dilakukan karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui kebijakan pemerintah tentang kesehatan. Tindakan dan sanksi yang tegas terhadap oknum-oknum nakal juga diperlukan, agar tidak ada lagi tebang pilih pasien di rumah sakit. Jika pemerintah serius untuk menerapkan, mengawasi dan mengevaluasi kebijakan terkait kesehatan, maka penderitaan masyarakat kecil dalam hal kesehatan akan berkurang.

(Redaksi)

Jaminan Sosial, Upaya Meningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat

C

ita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang damai, sejahtera dan bermartabat di Indonesia, ditempuh melalui upaya pemenuhan salah satu hak dasar yaitu kesehatan bagi masyarakat.

Hal tersebut kemudian menjadi tujuan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Seperti yang tercantum dalam slogan, “Health is not everything, but without health everything is nothing�. Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat empat faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu: perilaku, lingkungan, keturunan dan pelayanan kesehatan.

Salah satu upaya penanganan dalam hal kesehatan adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 28 H ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dan Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang tertuang dalam TAP Nomor X/MPR/2001 yang menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun

Khafiatul Hasanah* 2004 tentang SJSN maka bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pasal 5 Undang-Undang tersebut mengamanatkan pembentukan badan yang disebut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang harus dibentuk dengan UndangUndang. Pada tanggal 25 November 2011, ditetapkan UndangUndang No 24 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2014. Sehingga, pada tanggal 1 Januari 2014 diberlakukan BPJS kesehatan di seluruh pelayanan kesehatan di Indonesia. Pelaksanaan UU BPJS melibatkan PT ASKES, PT ASABRI, PT JAMSOSTEK dan PT TASPEN. Dimana PT ASKES dan PT JAMSOSTEK beralih dari Perseroan

menjadi Badan Publik mulai 1 januari 2014. Sedangkan PT ASABRI dan PT TASPEN pada tahun 2029 beralih menjadi badan publik dengan bergabung ke dalam BPJS Ketenagakerjaan.

BPJS merupakan badan hukum dengan tujuan terselenggaranya pemberian jaminan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.

Dalam penyelenggaraannya, BPJS ini terbagi menjadi dua yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan (Tabrany, 2009).

Dengan ditetapkannya BPJS, dua anomali penyelenggaraan jaminan sosial Indonesia yang bertentangan dengan prinsip-prinsip universal penyelenggaraan jaminan sosial di dunia segera diakhiri.

Pertama, negara tidak lagi mengumpulkan laba dari iuran wajib yang dipungut oleh badan usaha miliknya, melainkan negara bertangungjawab atas pemenuhan hak konstitusional rakyat atas jaminan sosial. Kedua, jaminan sosial Indonesia resmi keluar dari penyelenggaraan oleh badan privat menjadi pengelolaan oleh badan publik.

Meski demikian, implementasi BPJS tersebut tidak luput dari beberapa masalah. Dapat diketahui bersama bahwa masalah yang timbul dari implementasi BPJS (Gunawan, 2014) yaitu: Perta-

ma, sistem pelayanan kesehatan (health care delivery system). Hasil evaluasi Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) bahwa belum optimalnya pelayanan baik mekanisme rujukan, rujukan berjenjang, rujukan parsial dan rujukan balik. Kemudian, adanya penolakan pasien tidak mampu di fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan PP No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) jo. Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan hanya mengakomodasi 86,4 juta rakyat miskin sebagai PBI, padahal menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 orang miskin ada 96,7 juta.

Pelaksanaan BPJS tahun 2014 didukung pendanaan dari pemerintah sebesar Rp. 26 triliun yang dianggarkan di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014. Anggaran tersebut dipergunakan untuk PBI sebesar Rp. 16.07 triliun bagi 86,4 juta masyarakat miskin sedangkan sisanya bagi PNS, TNI dan Polri.

Pemerintah harus secepatnya menganggarkan biaya kesehatan Rp. 400 milyar untuk gelandangan, anak jalanan, penghuni panti asuhan, panti jompo dan penghuni lapas (jumlahnya sekitar 1,7 juta orang). Tentunya jumlah orang miskin yang di-cover BPJS Kesehatan harus dinaikkan menjadi 96,7 juta dengan konsekuensi menambah anggaran dari APBN. Selain itu, pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh PPK I (puskesmas klinik) maupun PPK II (rumah sakit) sampai saat ini masih bermasalah. Pasien harus mencari kamar dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, ka-

“

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN maka bangsa Indonesia sebenarnya telah memiliki sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. rena penuhnya rumah sakit bukan menjadi hal baru lagi.

Kedua, sistem pembayaran (health care payment system).

Belum tercukupinya dana yang ditetapkan BPJS dengan real cost, terkait dengan pembiayaan dengan skema INA CBGs (Indonesia Case Base Groups) dan Kapitasi yang dikebiri oleh Permenkes (Peraturan Menteri Kesehatan) No. 69 Tahun 2013. Dikeluarkannya Surat Edaran No. 31 dan 32 Tahun 2014 oleh Menteri Kesehatan untuk memperkuat Permenkes No.69 ternyata belum bisa mengurangi masalah di lapangan. Kejelasan area pengawasan masih lemah, baik dari segi internal maupun eksternal. Pengawasan internal seperti peningkatan jumlah peserta dari 20 juta (dulu dikelola PT Askes) hingga lebih dari 111 juta peserta, perlu diantisipasi dengan perubahan sistem dan pola pengawasan agar tidak terjadi korupsi. Pengawasan eksternal, melalui pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), DJSN dan Badan Pengawas Keuangan (BPK) masih belum jelas area pengawasannya.

Ketiga, sistem mutu pelayanan kesehatan (health care quality system). Proses registrasi bagi pe-

serta yang terkesan sulit karena di setiap kabupaten tidak bisa diakses, padahal sudah memiliki token. Proses mutasi dari peserta Askes dan peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) Jamsostek ke BPJS Kesehatan, selama ini banyak permasalahan terkait peralihan data. Peserta JPK Jamsostek harus mendaftar ulang ke BPJS Kesehatan, padahal seharusnya otomatis. Transformasi JPK Jamsostek ke BPJS Kesehatan meninggalkan peserta JPK Pekerja Mandiri yang tidak otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan. Padahal sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS sangat jelas dinyatakan bahwa peserta JPK Jamsostek otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan.

Dari beberapa masalah yang muncul tersebut, penulis merasa perlu adanya perbaikan, diantaranya: Pendaftaran BPJS Kesehatan dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit yang mudah diakses masyarakat dengan tidak membeda-bedakan status. Master file data kepesertaan harus segera dibuat, distribusi kartu peserta dituntaskan dan segera berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk peng-

gunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) untuk kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional.

Hal yang harus dibenahi tidak hanya aturan, melainkan masalah pengawasan terhadap pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional. Berbagai aturan program BPJS Kesehatan dibuat tergesa-gesa, sedangkan sosialisasi terhadap peraturan masih kurang, hanya mengejar target pelaksanaan. Peraturan yang perlu ditambah hanya mekanisme pengawasan saja. Misalnya, pasien yang dalam keadaan darurat harus segera diberikan pelayanan. Peraturan mengenai tanggung jawab pemerintah daerah dan pemerintah pusat juga perlu dimaksimalkan.

Penyelesaian petunjuk teknis, salah satunya adalah penggunaan dana kapitasi. Karena otoritas tanggung jawab Kementerian Kesehatan adalah bagaimana penggunaan hasil kapitasi dari puskesmas, Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan agar segera mel-

akukan penyusunan pedoman pelayanan dan peninjauan ulang atas regulasi yang disharmoni. Dalam hal pelayanan, sebaiknya segera dilakukan penyusunan pedoman rujukan sosialisasi kepada fasilitas kesehatan, sekaligus melakukan pembaharuan data fasilitas kesehatan. Kemudian yang terpenting adalah BPJS segera melakukan sosialisasi tentang adanya program Jaminan Kesehatan Nasional kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Hal yang juga perlu dievaluasi oleh pihak BPJS seperti: (a) tarif INA-CBGs pada beberapa bagian ilmu penyakit, (b) belum adanya standar clinical pathway atau pedoman SOP (Standart Operational Procedure) dokter di rumah sakit, (c) masalah harga obat dan kepastian distribusi obat dan lain sebagainya.

Masalah yang muncul juga datang dari masyarakat. Keinginan mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal tidak dibarengi dengan antusiasme dalam

mendaftarkan diri dan keluarganya. Masyarakat cenderung akan mendaftarkan diri pada jaminan sosial apabila sudah tertimpa hal yang tidak diinginkan. Akibatnya, proses yang lumayan memakan waktu dinilai oleh masyarakat sebagai kelemahan dari program baru pemerintah. Oleh sebab itu, perlu adanya sinergi yang kuat antara cita-cita pemerintah dengan harapan masyarakat agar program jaminan sosial senantiasa menjadi upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia dan dapat segera membuahkan hasil yang optimal.

*) Mahasiswi Perbankan Syariah/ VIII. Pernah aktif di UKK LPM Activita STAIN Pamekasan. Tulisannya (Essai, Artikel, Opini dan Cerpen) dimuat di beberapa media cetak maupun online.

(DFMAPheemail.com@gmail. com)

Vita Pos adalah koran mini yang dikelola oleh anggota magang LPM Activita. Sebagai media alternatif, Vita Pos selalu memberitakan seputar kampus. Vita Pos terbit minimal 2 kali tiap minggu dengan jumlah yang terbatas dan dibagikan kepada seluruh civitas akademika.

Untuk usulan pemberitaan, bisa menghubungi crew Vita Pos atau pengurus LPM Activita

Foto: LPM Activita/Jamaluddin

Fasilitas Kampus Di Tengah Proses Alih Status

Oleh: (Fanny, Tolak dan Hotim)* Dengan bertambahnya 6 prodi baru, saat ini STAIN Pamekasan sudah memiliki 14 prodi. Namun, kampus plat merah ini hanya memiliki 7 gedung perkuliahan. Padahal, tiap tahun jumlah pendaftar kian bertambah.

P

ada tahun 2015 ini, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan kembali menambah Program Studi baru. Berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6867 Tahun 2014, STAIN Pamekasan akan membuka enam Program Studi (Prodi) baru, yakni: Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Pendidikan Guru Raudhatul Adhfal, Bimbingan Konseling Islam, Akuntansi Syari’ah, Komunikasi dan Penyiaran Islam, dan Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Tahun sebelumnya (2014), STAIN Pamekasan juga telah membuka tiga Prodi baru yakni Manajemen Pendidikan Islam, Ekonomi Syari’ah dan Hukum Ekonomi Syari’ah. Dengan bertambahnya tiga Prodi ini, jumlah mahasiswa yang mendaftar ke STAIN Pamekasan juga bertambah. Tercatat,

pada Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) tahun 2014, pendaftar STAIN Pamekasan mencapai 3.830. Sedangkan yang resmi diterima hanya 1.300 mahasiswa.

Seiring dengan bertambahnya jumlah Prodi di STAIN Pamekasan, bertambah pula minat dan kepercayaan masyarakat untuk menempuh pendidikan di sana. Apalagi, sejak beberapa tahun terakhir, STAIN Pamekasan terus melakukan upaya untuk bertransformasi menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.

Hal itu harusnya juga berbanding lurus dengan fasilitas yang disediakan oleh kampus. Namun kenyataannya, fasilitas yang ada masih sama seperti dulu. Tahun 2014 kemarin, STAIN Pamekasan hanya menganggarkan pembangunan fasilitas gedung pascasar-

jana dan rehabilitasi aula. Sedangkan penambahan ruang kelas yang sangat urgen masih belum tersentuh.

Siti Nur Karimah, mahasiswa Prodi Perbankan Syari’ah (PBS) merasa sedikit terganggu dengan kekurangan ruang kelas yang sedang terjadi di STAIN Pamekasan.

Siti mengaku harus rela mengambil kuliah malam demi mendapatkan ruang kelas.

“Ya mau bagaimana lagi, mau tidak mau harus mengambil kuliah malam,” tuturnya pada crew ACTIVITA. Meski merasa kekurangan kelas, ada juga mahasiswa yang justru menunggu-nunggu untuk bisa belajar di luar kelas.

“Wah, kalau itu masih di dalam kampus. Saya beberapa kali pernah belajar di tempat wisata, termasuk hotel, museum, pantai, api alam, tapi karena itu tuntutan

hasiswa, salah satunya masih menungggu serah terima gedung STAIN Pamekasan yang lama. Gedung yang berada di Jalan Brawijawa tersebut sebelumnya ditempati STAIN Pamekasan. Kemudian dialihkan ke Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Pamekasan saat STAIN Pamekasan menempati gedung baru yang berada di Jl. Pahlawan Km 4.

Gedung tersebut semestinya kembali diserahkan ke STAIN Pamekasan, merujuk pada Surat Keputusan (SK) dari Sekretaris Jenderal Kemenag RI. Namun sampai saat ini belum bisa ditempati, karena kampus lama tersebut masih dipakai oleh Kemenag Pamekasan. Kembalinya kampus lama ke pangkuan STAIN Pamekasan sangat penting, mengingat kebutuhan STAIN terhadap ruang perkuliahan, serta sebagai persyaratan dalam rangka proses alih status menuju IAIN. Salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi IAIN adalah memiliki aset tanah 10 hektar.

Saat crew Activita melakukan penelusuran ke kampus lama, banyak gedung yang sudah rusak.

Beberapa gedung sudah tak layak untuk ditempati. Banyak gedung yang dindingnya sudah rusak.

Kaca dan pintu juga rusak, bahkan ada gedung yang tidak ada pintunya. Beberapa gedung lantainya sudah tidak ada, hanya tinggal tanah saja. Tumbuhan liar juga mudah dtemukan di gedung yang berlantaikan tanah. Atap yang rapuh dan tanpa genteng melengkapi kerusakan gedung kampus lama.

Hanya beberapa gedung saja yang kondisinya masih baik. Itupun karena gedung tersebut ditempati oleh sejumlah perkantoran dan sekolah di bawah naungan Kemenag Pamekasan diantaranya; bagian haji dan umroh, Pokjawas (kelompok kerja pengawas) dan RA (Raudhotul Athfal) Perwanida.

Kemenag Pamekasan terkesan mengulur-ulur waktu dalam proses penyerahan kampus lama.

Kondisi gedung yang tak terawat

Foto: LPM Activita/Jamaluddin

mata kuliah. Sejauh ini temanteman, termasuk saya, menikmati mata kuliah di luar kelas agar tidak bosan, bahkan saya sering menanti-nanti belajar di luar kelas,� tukas salah satu mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Inggris (TBI).

Hal yang berbeda dirasakan oleh Fathor dan Hasibuddin, mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang nampaknya dilema. Dia beserta teman-temannya dengan salah satu dosen sepakat untuk memindahkan jam kuliah yang semula jam 6 malam menjadi jam 9 pagi dengan pertimbangan untuk menghemat bensin. Sayangnya, baru dua kali perkuliahan diadakan di bilingual ternyata kurang efektif, sehingga kembali ke jam semula. Setelah kembali ke kelas ternyata justru membosankan.

Menurut Wakil Ketua Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan STAIN Pamekasan, Achmad Muhlis, STAIN memang akan segera alih status ke IAIN. Presentasi proposal alih status STAIN Pamekasan ke IAIN Madura juga sudah dilaksanakan. “Kita harus segera melengkapi persyaratannya, salah satunya yaitu dengan penambahan jurusan dan prodi. Tapi kita bukan orang gila, kita menampung sejumlah mahasiswa dengan tetap menyesuaikan dengan jumlah ruang kuliah yang ada. Tidak mungkin di KRS (Kartu Rencana Studi, red) disebutkan bahwa ruangannya di masjid atau bilingual. Jangan khawatir, mahasiswa akan tetap belajar di ruang kelas dengan berapapun jumlah prodi yang ada,� kata Achmad Muhlis menjelaskan.

Menurutnya, penambahan kelas yang ditunggu-tunggu ma-

Kampus lama STAIN Pamekasan yang berlokasi di Jalan Brawijaya. Banyak gedung yang rusak karena tak terawat.

sekaligus menunjukkan ketidakmampuan Kemenag Pamekasan dalam mengelola tempat tersebut. Lahan dengan luas sekitar 5.810 meter persegi ini tentu akan lebih terawat dan bermanfaat jika segera dikembalikan kepada STAIN Pamekasan.

“Untuk sementara mari bertahan dan berharap kampus satu di Jalan Brawijaya dapat segera digunakan karena SK-nya sudah turun, tinggal menunggu serah terima. Apapun yang terjadi, segala bentuk kekurangan dalam kampus telah diusahakan, diminimalisir agar sesuai dengan keinginan mahasiswa. Mau alih status sudah tinggal menunggu waktu setelah melengkapi persyaratannya. Auditorium juga sudah direnovasi,” tuturnya lebih lanjut.

Bapak yang akrab dengan peci hitamnya ini pun berharap agar mahasiswa tenang dan seyogyanya membantu peralihan status ini. Jelas sekali ruang kelas akan kurang sehingga laboratorium pun dipakai. Untuk mengatasi hal tersebut, Achmad Muhlis mengatakan, selain menunggu serah terima kampus lama, pertengahan tahun 2015 akan dibangun gedung kuliah dengan 15 ruang.

Tempat Parkir Idaman Selain kurangnya ruang kelas, penambahan jumlah mahasiswa juga menimbulkan masalah pada tempat parkir. Kurangnya tempat parkir di kampus kerap kali mengundang keluhan dari beberapa mahasiswa lantaran banyak sepeda motor yang diparkir sembarangan.

Berdasarkan pantauan crew Activita, tempat yang tidak seha-

“

Kembalinya kampus lama ke pangkuan STAIN Pamekasan sangat penting, mengingat kebutuhan STAIN terhadap ruang perkuliahan. rusnya menjadi lahan parkir antara lain di depan laboratorium dan halaman pascasarjana. Termasuk juga di belakang gedung hingga di depan kelas berubah menjadi tempat parkir ‘dadakan’ oleh sebagian mahasiswa. Parkiran dosen juga berubah menjadi parkiran mahasiswa.

Selain minimnya tempat parkir, kurangnya CCTV (Closed Circuit Television) menimbulkan masalah di kalangan mahasiswa. Kekurangan CCTV mengakibatkan helm mahasiswa hilang. Beberapa CCTV di parkiran saat ini sudah mati, sehingga cukup banyak mahasiswa yang mengeluh karena kehilangan helm mereka. Lahan parkir yang tidak sesuai pada tempatnya juga tidak tersedia CCTV di sekitarnya.

“Saya sangat kecewa sekali terhadap fasilitas yang ada di kampus pada saat helm saya hilang. Hal ini disebabkan karena kurangnya lahan parkir yang ada di kampus.

Sehingga ada lahan yang memang ditempati sepeda motor mahasiswa yang gak ada CCTVnya, dan juga ada tempat parkir yang ada CCTV namun tidak dapat difungsikan (mati, red),” ungkap Abror, mahasiswa TBI yang pernah kehilangan helm di kampus.

Mengingat banyaknya mahasiswa dan bertambahnya enam prodi baru, memang sepantasnya ada penambahan fasilitas kampus, salah satunya seperti lahan parkir dan CCTV. “Sebaiknya tempat parkir ditambah seperti yang di utara dan disesuaikan dengan jumlah mahasiswa, karena tempat parkirnya benar-benar tidak mencukupi,” tutur Syu’aibi mahasiswa TBI semester 4.

Kondisi seperti itu juga dirasakan oleh Lilis Suryani. Mahasiswa semester 8 ini merasa kewalahan dengan tidak teraturnya penempatan kendaraan. Ia berharap adanya satpam atau penjagaan di setiap area tempat parkir.

“Saya harus menunggu pemilik sepeda motor untuk dapat keluar,” katanya.

Namun, menurut Achmad Muhlis, masalah tempat parkir bisa diatur sendiri. Ia melanjutkan, hal itu tidak terlalu berdampak terhadap jalannya perkuliahan. Karena menurutnya, untuk saat ini yang paling penting adalah ruang kelas.

“Pada tahun 2015 akan ada penambahan lahan parkir, yang akan ditempatkan di selatannya masjid dan juga di depannya gedung pascasarjana. Saya berharap mahasiswa saling menjaga barang pribadi masing-masing seperti helm, karena memang tenaga kerja satpam masih kurang di STAIN Pamekasan, meskipun di tahun 2015 akan ada penambahan tenaga kerja satpam,” jelas Muhlis. *) Pengurus LPM Activita STAIN Pamekasan.

Lika-Liku Majalah ACTIVITA

M

ajalah ACTIVITA yang saat ini ada di tangan pembaca, dari tahun ke tahun terus melewati proses perbaikan. Penggarapannya pun bukan main-main. Semua crew bekerjasama dalam menyelesaikan penggarapan satu-satunya majalah mahasiswa yang ada di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan ini.

Majalah ACTIVITA secara umum melewati beberapa tahapan. Mulai dari penentuan tema, persiapan administrasi, pengumpulan data dan naskah, penulisan berita, seleksi naskah, editing, layout, pencetakan dan pendistribusian ke seluruh civitas akademika STAIN Pamekasan.

Penentuan Tema Di bagian ini, seluruh crew ACTIVITA akan melakukan rapat perdana untuk menentukan tema yang akan diangkat dalam majalah edisi yang akan datang. Tema yang diangkat berhubungan dengan rubrik laporan utama dan wacana.

Rubrik laporan utama dan wacana mencakup permasalahan masyarakat luas. Tema yang juga ditentukan ialah rubrik laporan khusus dan opini yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi di STAIN Pamekasan.

Pada bagian ini, entah itu di rapat perdana atau pun di rapat lanjutan, crew juga menentukan penanggungjawab di setiap rubrik.

Penanggungjawab itulah nantinya yang bertugas mengumpulkan naskah di rubrik masing-masing dan melakukan seleksi terhadap naskah yang masuk.

Persiapan Administrasi Setelah melakukan rapat perdana, Pimpinan Umum LPM Activita dan Pimpinan Redaksi majalah

ACTIVITA menghadap ke pembina, dalam hal ini Ahmad Fawaid, untuk konsultasi terkait tema yang diperoleh dari hasil rapat. Ketika tema sudah disepakati dengan pembina, berbagai persiapan administrasi pun dilakukan.

Persiapan administrasi dilakukan oleh redaktur pelaksana atau sekretaris redaksi. Persiapan administrasi ini meliputi proposal ke Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan, surat-surat ke pemerintah dan narasumber yang terkait dengan tema, serta pembuatan pamflet pengumuman penerimaan naskah.

Pengumpulan Data dan Naskah Setelah segala keperluan administrasi siap, langkah selanjutnya ialah pengumpulan naskah dan data dari laporan utama dan laporan khusus. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara, mulai dari mencari literatur terkait, reportase lapangan, melakukan survey, dan melakukan wawancara dengan narasumber

terkait.

Sedangkan naskah untuk rubrik lainnya diperoleh dari tulisan yang masuk ke dapur redaksi.

Tulisan yang masuk tidak serta merta dimuat, melainkan terlebih dahulu melalui proses pemilihan dan pemilahan.

Penggarapan Berita dan Seleksi Naskah Data yang sudah terkumpul selanjutnya dianalisa. Kemudian data yang sekiranya kurang dicari lagi. Selama itu pula, naskah yang sudah masuk diseleksi oleh penanggungjawab masing-masing rubrik. Sebelum diserahkan ke editor, tiap penanggung jawab harus mengedit naskah di tangannya. Sehingga naskah Majalah ACTIVITA melewati tahap editing dua kali. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas tulisan di Majalah Activita.

Editing Proses editing merupakan tugas editor. Seorang editor harus menguasai tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Editor juga dituntut untuk teliti dan piawai dalam diksi (pilihan kata). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang editor boleh menambah, mengurangi atau mengubah pilihan kata dari tulisan yang ada, tanpa menghilangkan makna tulisan tersebut.

Proses editing yang baik akan menghasilkan naskah yang enak dibaca, lugas dan sesuai dengan

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Layout Di bagian ini, layouter meramu naskah menggunakan program desain seperti Correl Draw, Adobe Indesign maupun program sejenis. Majalah yang baik tidak hanya ditentukan oleh kualitas tulisan. Karena majalah merupakan produk visual, maka penempatan dan perpaduan antara teks, gambar serta elemen lain juga tak kalah penting. Simplicity (kesederhanaan) dan readibility (keterbacaan) adalah beberapa dari sekian patokan bagi seorang layouter. Majalah dengan tampilan yang menarik namun sederhana

akan lebih memikat daripada majalah dengan tampilan kaku atau terlalu ramai.

selesai dicetak. Hasilnya lalu bisa diambil ke percetakan atau diantar oleh kurir.

Pencetakan Ketika proses layout sudah selesai, dan juga telah dilakukan pengecekan ulang (proof reading) terhadap majalah yang sudah jadi, maka langkah selanjutnya ialah mencetak majalah. File majalah yang sudah rampung dikirimkan ke percetakan. Kualitas kertas dan hasil cetak disesuakan dengan budget yang tersedia, sesuai dengan yang disetujui oleh pihak kampus. Setelah membayar biaya percetakan, crew masih harus menunggu sampai semua majalah

Distribusi Selanjutnya, majalah didistribusikan ke pimpinan, dosen dan mahasiswa STAIN Pamekasan.

Crew akan membuat sebuah posko pengambilan majalah selama beberapa hari. Mahasiswa yang sudah mengambil majalah akan didata agar pembagian majalah merata dan tidak tumpang tindih. Mahasiswa yang belum mengambil majalah di posko, namun masih ingin mendapatkannya, bisa menghubungi crew di kantor LPM Activita. (Redaksi)

Alur Majalah ACTIVITA

Ilustrasi: Ucentz

Kemana Eksistensi Kode Etik Kita ?

S

TAIN Pamekasan merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri dalam naungan Departemen Agama di Madura dengan nuansa keislaman yang sangat kental di dalamnya, dari segi keilmuan, kegiatan sehari-hari, maupun penampilan. Hal tersebut juga mempengaruhi mata kuliah yang kurang lebih 50% berhubungan dengan keagamaan serta peraturan yang ada. Akan tetapi itu semua masih belum mampu untuk menyadarkan mahasiswa dalam bertingkah laku, berpenampilan, dan juga dalam konteks keagamaan.

Salah satu upaya dari pihak kampus untuk menyadarkan dan menciptakan mahasiswa yang berfungsi selayaknya mahasiswa yaitu agent of change dan agent of control, maka dibuatlah Kode Etik Mahasiswa, yaitu ketentuan tentang norma dan aturan tentang sikap, perkataan, perbuatan, dan busana mahasiswa.

Sampai saat ini masih terdapat beberapa pelanggaran yang sering dilanggar oleh mahasiswa, dari pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat. Padahal maksud serta tujuan dari Kode Etik Mahasiswa tersebut sangatlah baik, seperti yang tercantum dalam buku Pedoman Kode Etik Mahasiswa STAIN Pamekasan BAB III Pasal 3 dan 4.

Selama satu semester men-

Syahid Mujtahidy* empuh perkuliahan, saya melihat Kode Etik Mahasiswa mati suri, karena terdapat beberapa pelanggaran yang tidak diketahui maupun diketahui, ada yang ditindak dan ada juga yang tidak ditindak, meski sudah diketahui oleh pihakpihak yang berwenang seperti dosen dan Dewan Kehormatan.

Pelanggaran tingkat ringan yang sering dilanggar oleh mahasiswa yaitu: Pertama, dalam BAB IV Pasal 6 no. 3, BAB VI Pasal 10 no. 2 dan 3, tentang busana yang tidak sopan di kampus maupun di luar kampus. Buktinya masih banyak mahasiswa yang berpakaian tidak sesuai dengan syari’at Islam, seperti berpakaian ketat di dalam kampus, sedangkan di luar kampus malah lebih parah lagi, memakai pakaian yang membuka aurat dan juga tidak memakai kerudung.

Kedua, dalam BAB VI Pasal 10 no. 4, tentang penampilan yang

dilarang, seperti memakai gelang, anting dan kalung, mahasiswa masih banyak yang mengenakannya, baik dari kalangan junior maupun senior yang sepatutnya memberi contoh.

Ketiga, dalam BAB VI Pasal 10 no. 5, bahwa mahasiswa tidak diperkenankan berdandan berlebihan. Meskipun ketika OPAK (Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan, red) banyak mahasiswa yang sudah mendapat peringatan, akan tetapi sampai sekarang pelanggaran ini masih terjadi.

Pelanggaran tingkat sedang yang sering dilakukan oleh mahasiswa yaitu: Pertama, dalam BAB VI Pasal 11 no. 5, yang berisi larangan untuk melakukan kecurangan dalam ujian. Hal ini sepertinya sudah menjadi habit (kebiasaan, red) bagi sebagian mahasiswa, padahal manfaatnya tidak ada, justru merugikan untuk masa depan, karena nilai yang diperoleh berasal dari jalan yang salah.

Pelanggaran berat, seperti yang terdapat dalam BAB VI Pasal 12 no. 4, berkenaan dengan tugas skripsi yang harus dikerjakan sendiri. Kenyataan yang ada, masih ada saja mahasiswa yang meminta orang lain untuk membuatkan atau langsung membelinya.

Padahal praktik semacam ini akan menghancurkan mental mahasiswa sebagai akademisi, dan akan menggiring mahasiswa un-

“

Sampai saat ini masih terdapat beberapa pelanggaran yang sering dilanggar oleh mahasiswa, dari pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat. tuk mencintai hal-hal yang instan.

Banyaknya pelanggaran selama satu semester ini, yang terkesan dibiarkan, menjadi salah satu bukti hilangnya eksistensi Kode Etik Mahasiswa. Apakah kampus kita akan terus seperti ini tanpa tegaknya peraturan yang ada?

Pelanggaran akan terus terjadi, selama mahasiswa belum mempunyai kesadaran untuk mema-

tuhi peraturan dan pihak kode etik membiarkan hal tersebut tanpa adanya proses yang jelas.

Lucunya, pihak yang berwenang untuk menjatuhkan sanksi tingkat ringan seperti dosen dan Dewan Kehormatan, tidak konsisten dalam memberikan sanksi. Kadang memberikan sanksi, kadang tidak. Hal ini juga menjadi penyebab mahasiswa tetap

melakukan pelanggaran.

Kita sebagai mahasiswa yang semestinya mencintai proses, marilah berproses dengan baik dan mulailah mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan untuk menata hidup sebelum terjun ke masyarakat dan meraih masa depan yang lebih baik.

Dalam kehidupan yang sesungguhnya, ketika terjun ke masyarakat, kita akan menemukan banyak aturan baik yang tertulis dan tidak tertulis. Berbeda wilayah, aturannya pun berbeda. Kalau kita tidak mampu mengikuti aturan di kampus, bagaimana kita akan menghadapi aturan di masyarakat? *) Mahasiswa TBI semester 2, anggota magang LPM Activita.

Mempertanyakan Kesehatan Kampus Oleh: Abdul Wahed * (Hanya Pelaku Kriminal Terhormat Yang Tidak Pernah Mempertanyakan Keganjilan Dan Masalah Yang Terjadi di Lingkungannya) Sehatkah Kita?

Dari sekian ribu mahasiswa yang setiap hari berlalu lalang di sepanjang koridor kampus, mungkin hanya sedikit dari mereka yang mengerti dan memahami serta mampu memaknai aksi teaterikal yang dipentaskan anak-anak teater. Tidak semua mahasiswa mampu memaknai maksud dari pertunjukan teater dalam setiap

momen penting yang ada. Pun tidak semua civitas akademika yang mampu menafsirkan sajaksajak puisi yang dilantunkan oleh para penyair. Sama halnya dengan karya fiksi para penulis atau pengimaji yang juga tak mampu ditafsirkan secara mendalam oleh mahasiswa. Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang membenci mereka yang turun jalan, berkoar-koar

di sepanjang jalan, bahkan membakar ban bekas.

Dari sekian banyak aksi yang dilakukan, baik aksi teaterikal yang cara menyentuhnya sangat halus hingga yang berkoar-koar di jalanan, yang mungkin Anda lebih tahu apa yang mereka inginkan, adakah salah satu di antara civitas akademika yang mempertanyakan keganjilan yang muncul

dari benaknya? Lebih tepatnya tentang dirinya yang berada dan belajar di perguruan tinggi yang merasa kurang puas saat belajar, saat menikmati fasilitas, saat bertukar pendapat dengan dosen, dan bahkan melangkah seakan tanpa beban apapun pada proses belajarnya yang berdampak pada masa depannya sendiri, karena mungkin belum tahu bahwa yang dirasakan tidak memenuhi standar lulusan minimum.

Mungkin keganjilan yang bergejolak tidak begitu digubris oleh mereka yang beralasan “yang penting kuliah dan lulus dengan nilai memuaskan�, tanpa tahu apa yang seharusnya mereka dapatkan dan nikmati di bangku kuliahnya. Bahkan sebagian dari pendidik pun merasa nyaman dengan segala kekurangan sarana dan prasrana yang ada. Padahal perguruan tinggi yang sehat, adalah yang memenuhi standar pendidikan nasional sebagai kriteria minimal.

Sehatkah Lingkungan Pendidikan Kita?

Salah satu diantara kriteria perguruan tinggi yang sehat adalah, sebuah perguruan tinggi memiliki izin operasional pembukaan program studi dari kementerian terkait dan terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) sebelum menerbitkan ijazah. Perguruan tinggi tidak dapat menyelenggarakan suatu program studi tanpa mengantongi izin operasional terlebih dahulu.

Sebagai satuan pendidikan formal yang mempunyai misi menemukan dan menyampaikan

kebenaran ilmiah, suatu perguruan tinggi harus memiliki statuta perguruan tinggi yang merupakan pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai acuan untuk merencanakan, mengembangkan program dan menyelenggarakan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan.

Statuta berisi dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan umum, peraturan akademik dan prosedur operasional yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan. Statuta perguruan tinggi merupakan pedoman dasar tata kelola Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk mencapai visi dan menjalankan misinya. Hal ini berdasarkan Undang-Undang.

No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Seiring dengan penyusunan statuta perguruan tinggi untuk mencapai visi dan menjalankan misinya, memiliki rencana strategis adalah hal penting dalam sebuah perguruan tinggi untuk melakukan penyusunan rencana strategis, sebagai langkah awal yang harus dilakukan agar semua program dan kegiatan yang dirumuskan dapat sinkron dengan tantangan yang dihadapi. Merupakan sebuah ketidakcerdasan apabila sebuah perguruan tinggi menyerah pada tantangan yang semestinya dihadapi.

Memiliki rencana strategis adalah langkah awal menjalankan standar dalam bidang akademik maupun non akademik. Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, maka

“

Memiliki rencana strategis adalah langkah awal menjalankan standar dalam bidang akademik maupun non akademik. semua program studi setiap perguruan tinggi harus dikembangkan berdasarkan pada peraturan menteri tersebut dalam menyelenggarakan pembelajaran berdasarkan kurikulum pada program studi dan pendalaman mata kuliah, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Standar nasional menjadi acuan minimal dalam menyusun, menyelenggarakan, dan mengevaluasi kurikulum dan itu wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam upaya melakukan kualifikasi terhadap lulusan perguruan tinggi, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang menjadi acuan dalam penyusunan capaian pembelajaran lulusan dari setiap jenjang pendidikan nasional.

Dalam proses menjalankan standar nasional sebuah perguruan tinggi sebagaimana Peraturan Menteri No. 49 Tahun 2014, akan diketahui dengan melaporkan setiap kegiatan proses pembelajaran seluruh program studi setiap semester ke Pangkalan Data Pen-

didikan Tinggi (PDPT) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian dan Pendidikan. PDPT merupakan kumpulan data penyelenggaraan pendidikan tinggi yang terintegrasi secara nasional mulai dari program studi, profil Perguruan Tinggi, profil dosen dan mahasiswa. Data tersebut wajib dilaporkan seluruh perguruan tinggi setiap semester. Melalui PDPT, gambaran kualitas layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi dapat diketahui antara lain dengan rasio dosen tetap terhadap mahasiswa.

Rasio dosen tetap terhadap mahasiswa menjadi indikator paling awal untuk melihat kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi. Rasio dosen tetap terhadap mahasiswa pada level perguruan tinggi setidaknya adalah 1:25 (edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi nomor 2920/ DT/2007). Batas maksimum rasio dosen-mahasiswa adalah 1:30 untuk IPA dan 1:45 untuk bidang IPS. Merupakan sebuah ketidaksehatan perguruan tinggi apabila rasio dosen tetap melebihi standar yang telah ditetapkan dalam

edaran Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi tersebut.

Perguruan tinggi yang sehat dan berkualitas, selain rasio dosen sebagai indikator kualitas, perguruan tinggi tidak diizinkan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berupa tatap muka lebih dari 9 jam per hari untuk seorang mahasiswa. Pun juga tidak sedang mengalami konflik kelembagaan, baik secara internal maupun eksternal.

Merupakan suatu kesahihan bagi perguruan tinggi yang sehat apabila dapat memenuhi standar nasional sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri No. 49 Tahun 2014. Dalam peraturan menteri tersebut, pada BAB II pasal 4 ditetapkan tentang Standar Nasional Pendidikan yang meliputi: a. standar kompetensi lulusan; b. standar isi pembelajaran; c. standar proses pembelajaran; d. standar penilaian pembelajaran; e. standar dosen dan tenaga kependidikan; f. standar sarana dan prasarana pembelajaran; g. standar pengelolaan pembelajaran; dan, h. standar pembiayaan pembelajaran.

Peraturan menteri No. 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan dasar atau kriteria minimal dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, sebagai manusia yang diberi kemampuan berpikir jernih, tinggal bagaimana kita menilai sistem pendidikan di lingkungan kita, apakah telah termasuk dalam satuan pendidikan tinggi yang sehat atau tidak. Sejauh mana sistem pendidikan di lingkungan kita?

*) Pimpinan Umum LPM Activita periode 2014, mahasiswa PBA semester VIII.

Duduk selama lebih dari tiga jam sehari bisa mengurangi dua tahun dari harapan hidup seseorang

Tekad Kuat Untuk Meraih Cita-Cita

Foto: LPM Activita/Hubib

Oleh: Hubib Assahudi*

“Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri Cina”. Begitulah bunyi salah satu hadits nabi yang menandakan bahwa ilmu sangatlah penting. Ilmu tidak pernah mengenal usia. Sejak lahir manusia sudah mulai belajar dengan lingkungannya. Bayi yang baru lahir tidak serta merta langsung mengetahui segala hal yang ada di sekelilingnya, namun semua itu didapatkan melalui proses belajar, baik dari orang tua si bayi maupun dari lingkungan sekitar. Begitulah gambaran betapa pentingnya ilmu.

Hal inilah yang menjadi pegangan sosok dosen STAIN Pamekasan yang satu ini. Pria yang memiliki nama lengkap Dr. H. Moh. Zahid, M.Ag ini masih aktif menjadi salah satu dosen Jurusan Syari’ah. Selain itu ia juga mengaku aktif di berbagai organisasi masyarakat (ormas). “Saya juga aktif di ma-

syarakat untuk sekedar belajar mengabdikan diri agar bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.

Saat ini ia menjabat sebagai ketua Lembaga Pengkajian dan Penetapan Hukum Islam atau juga dikenal dengan sebutan LP2SI yang terus gencar menggelorakaan slogan gerbang salam, aktif di Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan, dan juga membentuk sebuah Lembaga Pemberdayaan Dhu’afa yang baru berdiri tahun 2011. Kesibukan tidak pernah menyurutkan niatnya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yakni S3, untuk mendapatkan gelar doktor.

Sebelum meniti karir menjadi dosen, ia sudah menangani bimbingan dan konsultasi terhadap civitas akademika di Universitas Doktor Sutomo Surabaya pada awal 1995. Pertengahan 1996 Syahid mengikuti tes CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) untuk calon dosen di Surabaya. Ia berhasil lolos dan ditempatkan di Fakultas Tarbiyah Pamekasan IAIN Sunan Ampel (sekarang STAIN Pamekasan). Saat itu STAIN Pamekasan

masih di bawah naungan IAIN Sunan Ampel Surabaya, namun sekarang sudah memisahkan diri.

Syahid baru diangkat menjadi pegawai negeri pada tahun 1997, dan merupakan pengangkatan CPNS dosen pertama yang ditempatkan di STAIN Pamekasan.

Setelah lulus S2 pada tahun 2001 ia sempat mendapatkan amanat untuk menjadi Sekretaris Jurusan Syari’ah, Ketua Jurusan Syari’ah, dan Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan. Hingga akhirnya pada tahun 2012 ia menjadi dosen biasa tanpa kesibukan lain di kampus selain mengajar.

“Saya mencoba memanfaatkan waktu yang tidak begitu padat untuk menyelesaikan studi S3 saya di UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta dan alhamdulillah selesai tahun 2014 dan baru kemarin, Sabtu 13 desember 2014, diwisuda. Kalau ujiannya tanggal 9 september 2014,” tuturnya.

Dengan berbagai aktifitasnya selain mengajar, ia tidak merasa hal itu sebagai halangan, justru merupakan pemacu semangat.

Tekad yang kuat dan pembagian waktu baginya merupakan hal yang penting. “Sebenarnya ada pada tekad. Semua orang pasti punya kesibukan, bahkan yang tidak sibuk pun kalau tidak ada tekad maka tidak akan bisa mengatur waktu dengan sebaik mung-

kin,” katanya meyakinkan.

Di tengah-tengah kesibukannya, dosen yang mendapat gelar wisudawan terbaik saat S2 ini masih dapat menyelesaikan disertasinya. Bahkan hampir tiap malam ia gunakan untuk menulis. Mulai dari sehabis isya’ hingga berkisar antara jam 12 malam, bahkan bisa lebih dari itu. Seperti itulah rutinitasnya hingga disertasinya selesai.

Ia tidak pernah mengeluh akan hal itu.

Pernah suatu malam ia kesulitan untuk menulis disertasi, seperti ada sesuatu yang hilang dari tulisannya. Hingga jam 2 dini hari ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan hal itu. Kemudian dengan terpaksa ia mencoba untuk tidur dengan harapan keesokan harinya dapat menemukan ide baru. Selang beberapa menit sebelum terlelap tidur, saat seten-

gah sadar terjadi hal yang aneh.

Seolah ia sedang dituntun untuk memperbaki disertasi yang ia buat.

“Sepertinya ada orang yang memberitahu saya, yang kamu tulis itu salah yang benar itu begini dan begini,” ungkapnya mengenang saat itu. Setelah kejadian itu ia terjaga dari tidurnya dan merasa memiliki semangat baru untuk menyelesaikan disertasi, seketika itu juga ia mulai menulis lagi hingga pagi. “Baru setelah itu saya seakan-akan menemukan jalan bagaimana menyelesaikan tulisan saya, padahal waktu itu saya belum nyenyak betul tidurnya,” imbuhnya.

Sejak dulu dirinya mengaku selalu mendapat dukungan dari orang tua. Meskipun orang tuanya dari desa dan tergolong tidak mampu, mereka memiliki kesada-

ran akan pentingnya pendidikan.

Pendidikan adalah nomor satu sedangkan yang lain pasti akan mengikuti, begitulah prinsip yang selalu ia pegang teguh hingga dapat meraih gelar doktor. Ditambah lagi ketika ia sudah berkeluarga dan memiliki anak, hal ini juga menjadi motivasi tambahan bagi dirinya. “Itu juga menjadi motivasi sendiri bagaimana saya menjadi uswah (teladan, red) bagi mereka,” katanya. Syahid berharap ia bisa menjadi contoh bagi anak cucunya dan juga generasi muda lainnya untuk bisa merengkuh hal serupa, meneruskan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. *) Mahasiswa Program Studi Tadris Bahasa Inggris semester 6, pengurus LPM Activita.

Nama : H. Moh. Zahid, M.Ag Pendidikan: SD : SDN Poreh Lenteng Sumenep SMP : SMPN Lenteng Sumenep SMA : Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah,

Sukorejo Situbondo 1990.

S1 : Jurusan Tafsir Hadits IAIN Surabaya 1994.

S2 : Jurusan Syari’ah Surabaya 2001 S3 : UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta 2014 Pengalaman organisasi: - Ketua Lemba Pengkajian dan Penetapan Syari’at Islam (LP2SI) - Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Pamekasan - Lembaga Pemberdayaan Dhu’afa

Pengalaman kerja: - Staf Bimbingan dan Konsultasi di Universitas Doktor Sutomo Surabaya 1995.

- Dosen Fakultas Tarbiyah Pamekasan IAIN Sunan Ampel (nama STAIN Pamekasan sebelum menjadi seperti saat ini) 1996.

- Sekretaris Jurusan Syariah STAIN Pamekasan - Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Pamekasan - Pembantu Ketua Bidang Kemahasiswaan STAIN Pamekasan

Segenap Pengurus UKK LPM ACTIVITA mengucapkan Selamat atas Diwisudanya Alumni LPM Activita

Unsilatur Rahmah, S.Pdi Anggota Kehormatan LPM Activita Periode 2014-2015

Fathor Rahman, SE. Sy Anggota Kehormatan LPM Activita Periode 2013-2014

Ali Fikri, S.Pdi Sekretaris Umum LPM Activita Periode 2012-2013

Semoga bisa segera mengamalkan ilmu yang didapatkan selama kuliah

Diklat Kepemimpinan dalam Penerimaan Anggota Baru UKM PI

Pelatihan teropong bintang untuk mahasiswa syariah

Dr. Sonia Robhi Sebagai Pemateri dalam Ta’aruf HIMA PBA 2014

Penyampaian materi dalam “Salam Mahasiswa Syariah”

Aksi teaterikal UKM Teater Fataria di atas toga raksasa untuk memperingati Hari Sarjana

Lensa Mahasiswa

Anniversary UKM Musik Whirama Mahecwara Ke XIV Sekaligus Launching Jingle Whirama Mahecwara

HIMA PAI dalam acara pelantikan Forum Silaturrahmi Mahasiswa PAI Se-Jawa

UKM Pramuka saat mengikuti pembukaan Perkemahan Bela Negara di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta

Dies Maulidiyah Mastapala yang dikemas dengan istighosah dan khotmil qur’an

Lomba bahasa inggris tingkat SMA yang diadakan oleh HIMA TBI

Pelatihan Kepemimpinan Dasar HMJ Tarbiyah

Segenap Crew Majalah ACTIVITA mengucapkan Selamat atas dibukanya 6 Program Studi (Prodi) baru di STAIN Pamekasan Berdasarkan surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6867 Tahun 2014

Prodi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Prodi Pendidikan Guru Raudatul Athfal (PGRA) Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Prodi Ilmu Al-Quran Tafsir (IQT) Prodi Akuntansi Syari’ah (AS) Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

“Kobhung” and Its Existence

Foto: LPM Activita/ Abdul Wahed

By: Thoriq Aziz Jayana

S

treotipe Madurese people besides famous from, it turns out that in addition to the Madurese has a distinctive feature for non Madura, namely with its religious value. So do not be surprised if Madura referred to as “Porch Medina” Madurese is seen as a religious community because the views of the two main aspects, namely obedience in worship and proficiency in the field of religion.

That is what makes social institutions in Madura looks taller than the others.

Unfortunately, since the construction of Suramadu Bridge, it become a threat to the cultural

survival of Madura which impact on social institutions. With the inclusion of non-Madurese culture, will further erode the children of Madura to be tempted to follow the foreign culture, because the Madurese community was not ready to face it all. So that since the 1990s there is a quarrel between the clerics of Madura with related parties, to maintain which is better for Madurese people.

For example, we see from the Physical Architecture Ecology of Madura. Every family in Madura have at least three buildings, including: the main house, “kobhung”, and the bathroom and/

or kitchen. Since it is very unethical for Madurese, the united between the main house with a kitchen or bathroom, because the philosophy is not allowed to unite with the good deeds are not good.

We have to differentiate between a good job and that is not good, where the proper place and inappropriate, and which parts are necessary and unnecessary.

Houses in Madura usually backs the public road, by giving limiting the “pagher alas”. Actually it contains the philosophy that is, that we should not look immoral scattered on the road. And many others in the cultural philos-

ophy of Madura. Back, that every house in Madura certainly has the “kobhung”. “Kobhung” itself is a semi-permanent buildings made of bamboo, the walls are made of “Tabing” (woven bamboo), and has a lot of functionality for both religious and social.

“Kobhung” by Madurese used as a place of prayer, where they prefer to pray in “kobhung” is from the inside of the house. “Kobhung” is also used for children›s learning, as a meeting place for

“

Unfortunately, since the construction of Suramadu Bridge, it become a threat to the cultural survival of Madura which impact on social institutions. relatives and family, and can also be used as a security post (for the father and his sons, they chose to sleep in the “kobhung” from the inside, because the main house is only used by women only).

“Kobhung” philosophy actually has meaning for the Madurese.

Usually the majority of the main house on Madura facing north or south, and in front of the house there is a building consisting of stables, kitchens and bathrooms.

As well as the front of the house there is a courtyard that connects

the main house with the front of buildings, these yard are known as “taneyan lanjheng”. And to the west of the house that are “kobhung” overlooking the track “taneyan lanjheng” (home page).

In fact, the establishment of “kobhung” has a meaning that is the philosophy the “kobhung” to the east (taneyan lanjheng) symbolizes that we also need to earthly life, then from that Madurese as a hard worker. And the “kobhung” itself has a meaning that we need afterlife is no less important to “taneyan lanjheng”.

The balance between the needs of the world and the Hereafter is worthy of our consideration. If only the world’s attention to the problem, then we will be a materialist society. And if only put forward hereafter, then we would be a backward society (jahilun).

Therein Madurese instill the philosophy with the “kobhung”, as the inter-life balance. This is as found in the Quran surah Al-Baqarah: 201 and Al ‘Imran: 148.

“And among them is he who pray: “Our Lord, grant us good in this world and good in the Hereafter and save us from the torment of the Fire,” (AlBaqarah: 201).

“Therefore God gave them the reward of this world and the best reward in the hereafter and Allah loves those who do good,” (Al ‘Imran: 148).

“Kobhung” except used for a prayer, it is also used as a meeting place relatives. In this case “kobhung” has a meaning that is the philosophy that we need to strengthen the family’s relation and surroundings. And of course

we know that the Madurese also known for a very strong sense of brotherhood. Because by the tighten of relation, our relatives will not be interrupted, we initially weak then the rope that we will build a stronger force, which we initially full load it with a rope that we are able to relieve it, and so it goes. “Kobhung” is also used as a place of learning. The students start studying a lot usually spent in the “kobhung” to learn the qur’an by using sorogan system, and as a place to learn together for common subjects. Well, once deemed capable by clerics village, then the students may proceed to the boarding school. In this case “kobhung” is the first place of scientific Madura, because starting from “kobhung” Madurese people’s learning process begins.

Unfortunately, of all the uses and meaning of philosophy “kobhung” is now beginning to fade and even neglected by society of Madura itself. With the modernization and industrialization, and coupled with the ability to filter people who are less wise, then sustainability “kobhung” also began to disappear. In fact, our ancestors actually with the “kobhung” want to instill religious values and social mores for the next generation, but whatever the struggle cannot afford at this time.

Therefore, both the public and the government should seek to keep instilling cultural values of society. Because, although the ‹kobhung› is obsolete, but as the Madurese, we should be proud and able to interpret “kobhung” as simplicity in modernity.

‫معضلة مجتمع جانبية‬ ‫قلم ‪ :‬عبد امللك‬ ‫مستوى ‪ :‬سبعة‬ ‫كلية التر بية‬ ‫هامشية مشتقة من اللغة‬ ‫اإلجنليزية « هامشية\مرجنل «‬ ‫مما يعني أن كمية أو تأثير صغير‬ ‫جدا ‪ .‬وهذا هو‪ ،‬هامشية هي‬ ‫مجموعة أرقام التي هي صغيرة‬ ‫جدا أو ميكن تعريفها بأنها‬ ‫مجموعة من احملرومني‪ .‬هامشية‬ ‫أيضا مرادفا جملتمع صغير أو‬ ‫املهمشني‪ .‬لذلك و استبعدت‬ ‫الطبقات الدنيا من احلياة العامة‬ ‫املهمشة‪ .‬أمثلة من املهمشني‬ ‫بني اآلخرين املتسولني ‪ ،‬الزبالني‬ ‫والعمال واملزارعني و ذوي الدخل‬ ‫املتوسط أو حتى النقص ‪ .‬هم‬ ‫جزء ال يتجزأ من بالدنا‬

‫نقال عن العديد من املناصب‬ ‫احلالية ‪ ،‬وذكر أن وجود هامش‬ ‫ميكن تصنيفها على أنها للعمال‬ ‫املتواضع ‪ ،‬واملهاجرين املدينة‬ ‫( األحياء الفقيرة التسوية و‬ ‫الصلبة) ‪ ،‬والناس في املنطقة‬ ‫احلدودية ‪ ،‬و القرويني تركت وراءها‬ ‫بسبب املوارد الطبيعية التي ال‬ ‫‪ .‬تدعم‬ ‫وجودها و ببطء ولكن بثبات‬ ‫أصبحت سبب تراكم على جميع‬ ‫أشكال األمراض االجتماعية مثل‬ ‫الدعارة ‪ ،‬و بال مأوى ‪ /‬املتسولني‬ ‫وأطفال الشوارع ‪ ،‬والسرقة‪،‬‬ ‫و السطو ‪ ،‬واالجتار بالبشر ‪،‬‬ ‫والسجناء ‪ ،‬وغيرها اآلخرين في‬ ‫بلد ما ‪ .‬وبالتالي اجملتمع (الناس)‬ ‫هو هامشي إذا لم يخول من خالل‬ ‫توفير احللول املناسبة ‪ ،‬وهو ما‬

‫يعني أيضا أنها مستعدة لتكون‬ ‫بذرة قنبلة موقوتة قوية لتدمير‬ ‫‪.‬املفصل ‪ -‬احلياة املشتركة لألمة‬ ‫وهكذا وفقا للمؤلف ‪ ،‬أن‬ ‫ظروف اجملتمعات املهمشة إذا ما‬ ‫سمح السحب سوف يكون لها‬ ‫‪ :‬تأثير على العديد من القضايا‬ ‫ا‪ .‬زيادة عدد املتسربني من املدارس‬ ‫‪(.‬التسرب) واألمية بينهم‬ ‫ب‪ .‬واملزيد من التراجع في نوعية‬ ‫املوارد البشرية‬ ‫‪.‬ج‪ .‬زيادة مستويات البطالة‬ ‫د‪ .‬اشتداد املرض ‪ -‬األمراض‬ ‫االجتماعية و الضعف االجتماعي‬ ‫ه‪ .‬تقدم مؤشر التعليم في‬ ‫إندونيسيا هو احلصول على التي‬ ‫خلفها البالد ‪ -‬بلدان أخرى‬

‫مفردات صعوب‬ ‫‪ dilema‬معضلة‬ ‫‪ marginal‬هامشية\ مجتمع جانبية‬ ‫‪ semakin tinggi‬زيادة‬ ‫‪ sosial‬االجتماعي‬

Kala Lulusan Tarbiyah Mengajar Di Luar Kompetensi

P

endidikan adalah suatu keadaan yang terencana dan terstruktur dengan sistematis dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Untuk menciptakan peserta didik yang aktif dalam mengembangkan potensi masing-masing diperlukan adanya tenaga pengajar atau guru yang profesional untuk membimbing dan mengarahkan para peserta didik agar mereka mampu meletupkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya.

Berbicara soal pendidikan dan tenaga pendidik tidak akan per-

Ilustrasi: Ucentz

Oleh: Abrori*

nah terlepas dengan yang namanya lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan adalah suatu instansi atau organisasi yang bertujuan untuk menciptakan generasigenerasi terdidik di masa yang akan datang dan kompeten dalam bidang-bidang yang digelutinya.

Generasi inilah yang pada akhirnya akan menyalurkan ilmu dan pengetahuan yang didapat kepada generasi-generasi berikutnya.

Lembaga-lembaga pendidikan di era globalisasi ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga menuntut lembagalembaga pendidikan yang ada mampu mencetak generasi yang profesional. Hal ini juga dilakukan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan.

STAIN Pamekasan terus berusaha meningkatkan mutu dan pelay-

anan kepada masyarakat dengan membuka Jurusan Tarbiyah dengan empat program studi (Prodi) yaitu; Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Tadris Bahasa Inggris (TBI) dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Empat prodi tersebut dibuka untuk mencetak mahasiswamahasiswa yang kompeten sehingga nantinya mampu menjadi tenaga pendidik yang profesional.

Sebagaimana visi dan misi dibukanya Jurusan Tarbiyah di STAIN Pamekasan, yaitu : Visi dan misi dari Jurusan Tarbiyah di STAIN Pamekasan: 1. Visi Jurusan Tarbiyah adalah mencetak tenaga pendidik dan kependidikan Islam.

2. Misi Jurusan Tarbiyah adalah: a) Mengembangkan ilmu pendidikan, teknologi dan

kebudayaan yang islami; b) Menegakkan nilai-nilai kependidikan islam keislaman melalui dakwah amar ma’ruf nahi mungkar; c) Mencetak tenaga pendidik dan kependidikan Islam yang profesional.

3. Tujuan Jurusan Tarbiyah adalah: a) Mencetak mahasiswa yang memiliki kepribadian ulul-albab; b) Mencetak mahasiswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan untuk meningkatkan pelayanan profesi kependidikan Islam; c) Mencetak mahasiswa yang memiliki kemampuan untuk memahami, menganalisis dan memecahkan setiap persoalan secara bidang pendidikan Islam secara rasional, dan etis.

Dari visi dan misi tersebut dapat kita lihat bahwa sejak lama STAIN Pamekasan sudah berkomitmen untuk mencetak mahasiswa agar menjadi tenaga pendidik yang memiliki pengetahuan yang luas, ber-akhlaqul karimah serta mampu menjadi tenaga pendidik yang profesional. Namun, seiring perkembangan teknologi dan persaingan dalam dunia pendidikan, tidak sedikit mahasiswa yang lulus dari STAIN Pamekasan khususnya yang menyandang gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi) menjadi tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan kemampuan atau pendidikan yang ditempuh di STAIN Pamekasan. Misalnya, sarjana Pendidikan Agama Islam malah mengajar Bahasa Inggris ataupun

sebaliknya. Hal ini menyebabkan lulusan-lulusan STAIN Pamekasan seolah tidak profesional dalam bidangnya.

Sebagaimana penuturan Abdul Aziz, salah satu mahasiswa Jurusan Tarbiyah semester VI, “Banyak dari alumni STAIN yang Jurusan Tarbiyah mendidik di luar konteks yang dia tekuni dan itu mengurangi keefektifan proses belajar mengajar. Tapi itu no problem asalkan dia tahu dan mampu mendidik sekalipun di luar bidang yang ia tekuni.”

Hal ini dianggap sah-sah saja oleh para dosen ataupun petinggipetinggi STAIN Pamekasan. Sebab menurut mereka, mengajar di luar kompetensi tidak apa-apa selama mereka masih mampu mendidik dengan baik. Sebab banyak faktor yang menyebabkan lulusan STAIN Pamekasan mengajar tidak sesuai di bidangnya. Salah satunya yaitu sulitnya mencari lapangan pekerjaan, sehingga mereka harus mampu mengajar meski di luar kemampuannya.

Sebagaimana pernyataan Mosleh Habibullah, selaku Ketua Prodi (Kaprodi) Tadris Bahasa Inggris. Beliau mengatakan, “Kemungkinan alumni STAIN Pamekasan merasa kesulitan dalam mencari pekerjaan sehingga mereka mengajar di luar bidang keilmuannya.” Menurutnya hal itu sah-sah saja selama mereka mampu mendidik dengan baik.

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh Abd. Ghafur, salah satu dosen Tarbiyah. Selama mereka mampu bersaing dan mengikuti permintaan pasar, menurutnya, hal itu tidak menjadi

masalah. “Tak ada rotan, akar pun jadi,” tuturnya saat ditemui oleh crew Majalah Activita.

Profesional memang tak selamanya harus sesuai dengan kemampuan. Apalagi jika kita mengaca kembali pada mata kuliah yang diberikan di STAIN Pamekasan. Setiap jurusan diberikan mata kuliah yang sama sampai semester dua. Baru setelah itu mahasiswa difokuskan pada program studi masing-masing. Sehingga tidak menutup kemungkinan mahasiswa bahasa inggris mampu menjadi guru agama, begitupun sebaliknya. Namun, tentu akan jauh lebih baik apabila mengajar sesuai dengan bidang keilmuan yang digeluti.

Dosen dan mahasiswa STAIN Pamekasan tetap berharap, mahasiswa lulusan STAIN Pamekasan mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain itu harapan juga ditujukan kepada sekolah-sekolah yang ada, agar menempatkan tenaga pengajar sesuai dengan kemampuan dan keilmuan yang dimilikinya. Agar tercipta proses belajar mengajar yang aktif dan kondusif.

*) Mahasiswa TBI semester 6, pengurus UKK LPM Activita

Persiapkan Mahasiswa Menuju Tantangan Ekonomi ASEAN 2015

D

ipicu oleh tantangan persaingan perekonomian global yang semakin ketat dan keberhasilan perjalanan panjang kerjasama ASEAN (Association of South East Asian Nations), para pemimpin ASEAN bertekad mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dari 2020 menjadi 2015, pada 12th ASEAN Summit, Januari 2007. MEA diharapkan membawa ASEAN menuju pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, disertai dengan pertumbuhan ekonomi yang merata dan peningkatan kemampuan untuk berintegrasi dengan perekonomian global. Komitmen tersebut, dituangkan dengan penandatanganan ASEAN Charter dan cetak biru MEA pada 13th ASEAN Summit di Singapura, 20 November 2007.

Babak baru dari kerjasama ASEAN tersebut tentunya berimplikasi langsung pada strategi dan kebijakan pembangunan nasional.

Muncullah berbagai pertanyaan mendasar. Bagaimanakah kesiapan Indonesia dalam menghadapi integrasi ekonomi regional di 2015 tersebut? Apakah langkah tersebut menguntungkan bagi Indonesia? Hal mana saja yang perlu diperbaiki lebih lanjut? Bagaimana kesiapan tentang perbankan dan pasar keuangan lainnya? Pertanyaan yang dianggap paling urgen

Oleh: Khaulatun Nuriyah dan Khafiatul Hasanah* oleh berbagai kalangan adalah, apakah Indonesia telah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni pada berbagai sektor, ataukah hanya akan menjadi penonton?

Fathorrahman, selaku wakil kepala cabang Baitul Mall Wat Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri Cabang Pamekasan kota menuturkan bahwa dalam rangka mempersiapkan pasar ASEAN perlu adanya pembenahan dan peningkatan dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), dan akan berimbas pada peningkatan produk Indonesia yang lebih berkualitas. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya akan menjadi penonton saja melainkan menjadi pemain yang turut serta dalam pengembangan ekonomi nasional. Peningkatan yang dimaksud bukan semata-mata peningkatan keilmuan saja melainkan SDM yang tetap memiliki etika dan mampu menjadi teladan bagi negara luar. Sehingga pasar ASEAN akan mampu menjadi wahana terbentuknya pasar spiritual, yang tidak hanya berkutat pada pasar rasional saja. Hal ini, sejalan dengan teori syariah marketing yang dikembangkan oleh Hermawan

Kartajaya dan M. Syakir Sula.

Untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan professional, perguruan tinggi memiliki peran dan tanggung jawab moral terhadap kualitas para lulusannya, terutama pada perolehan keilmuan dan kompetensi lulusan. Jumlah lulusan yang terserap oleh masyarakat dan bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya juga merupakan salah satu tolok ukur kredibilitas dan akseptabilitas sebuah institusi pendidikan.

Guna menjawab permintaan pasar, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan telah membuka Program Studi Perbankan Syariah (Prodi PBS) yang di-launching oleh Prof. Dr. Mahasin, MA (Direktur Penndidikan Islam Departemen Agama RI) pada tanggal 23 Juli 2009. Mahasiswa yang telah menyelesaikan program tersebut akan memperoleh gelar S.E.Sy (Sarjana Ekonomi Syariah) dengan kualifikasi sebagai tenaga profesional dalam bidang keuangan dan perbankan syariah dan siap memasuki dunia kerja di Lembaga Perbankan Syari’ah serta berbagai lembaga keuangan Islam lainnya. Prodi tersebut telah berjalan enam tahun dan telah meluluskan dua angkatan.

Berbagai fasilitas penunjang telah disediakan pihak STAIN untuk mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah, diantaranya:

sehingga mahasiswa dapat lebih fokus dalam penyusunan proposal dan proses magang. Hal serupa dialami oleh dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran Bank Syariah, Marwini. Menurutnya, kesulitan dalam membagi kelompok diskusi sangat dirasakan jika pada saat mahasiswa melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), dan KPM masih dibebani perkuliahan.

Hal ini berimbas pada tidak terlaksananya seminar kelas secara efektif.

Menanggapi hal tersebut, Rudi Haryanto selaku Kepala Laboratorium Syariah memberikan penjelasan bahwa alasan masih adanya mata kuliah di semester tujuh pada Prodi PBS disebabkan karena mata kuliah yang tekandung dalam kurikulum Perbankan Syariah lebih banyak dibandingkan mata kuliah pada Prodi yang lain. Bengkaknya mata kuliah ini disebabkan harus ditambahnya mata kuliah Hukum Syariah pada ranah kurikulum PBS. Perbankan Syariah merupakan rumpun ilmu ekonomi yang bernaung di bawah Jurusan Syariah. Oleh sebab itu, Perbankan Syariah harus mengcover mata kuliah hukum dalam

kurikulumnya. Hal inilah yang membuat mata kuliah Perbankan Syariah menjadi gemuk dan akhirnya berimbas pada molornya masa studi mahasiswa PBS. Mata kuliah yang seharusnya terselesaikan di semester enam harus molor ke semester tujuh. Pratikum yang seharusnya di mulai pada semester tujuh harus molor ke semester delapan.

Terkait dengan permasalahan tersebut, seperti yang telah dialami oleh dua tingkat alumni sebelumnya, di mana harus lulus di semester sembilan ke atas, maka pihak STAIN Pamekasan berinisiatif untuk meng-compare kegiatan praktik dan kegiatan perkuliahan secara bersamaan di semester tujuh. Sehingga dengan persetujuan Ketua Program Studi (Kaprodi) dan Ketua Laboratorium Syari’ah dan Ekonomi diberlakukan suatu kebijakan, yakni pemberian kelonggaran berupa dispensasi untuk tidak menghadiri kegiatan perkuliahan kepada mahasiswa semester tujuh yang memiliki jadwal kuliah yang berbenturan dengan jadwal praktiknya.

Meski mahasiswa diberi keringanan untuk absen dalam perkulia-

Gambar: google images

Laboratorium Perbankan Syariah, Laboratorium Bank Mini Syariah dan Laboratorium Pasar Modal Syariah. Keberadaan fasilitas ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan keilmuannya, juga memfasilitasi mahasiswa agar mampu mempraktikkan teori yang selama ini dipelajari.

Keberadaan Prodi PBS yang tergolong baru, tentu memiliki kekurangan dari beberapa aspek, seperti yang disampaikan oleh Dian, mahasiswa Prodi PBS semester delapan yang menjelaskan bahwa keberadaan mata kuliah di semester tujuh sangat mengganggu, mahasiswa yang harusnya fokus pada pelaksanaan KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat), magang (meskipun ditolerir tapi tetap tidak optimal), pengajuan judul dan penyusunan proposal masih harus memecahkan konsentrasi dengan adanya perkuliahan. “Hal ini membuat segalanya menjadi tidak maksimal. Kuliah tidak maksimal, proses magang pun tidak maksimal,� ujar Dian. Ia berharap agar pada angkatan selanjutnya, mata kuliah Prodi PBS di semester tujuh dapat ditiadakan

han, mahasiswa tetap diwajibkan mengerjakan tugas yang diberikan dosen pada masing-masing mata kuliah.

Semester ganjil pada tahun akademik 2015-2016, pihak STAIN Pamekasan berencana untuk menggabungkan KPM dengan PPL menjadi PPLKPM Integratif yang bertujuan untuk lebih mengefisiensi waktu studi mahasiswa PBS sehingga dengan ini mahasiswa dapat lebih fokus dalam penyusunan proposal dan praktik (magang). Kebijakan ini akan terus diberlakukan hingga perbankan syariah merivisi kurikulumnya.

Revisi kurikulum ini dapat direalisasikan apabila PBS telah memilki jurusannya sendiri (Jurusan Ekonomi dan Bisnis Syariah), sehingga nantinya mata kuliah Prodi PBS akan terbebas dari mata kuliah syariah (hukum) yang pada akhirnya berproyeksi pada tidak adanya mata kuliah di semester tujuh.

Program Studi Perbankan Syariah sesungguhnya telah memiliki kurikulum baru yang seharusnya

dapat terealisasi pada semester ganjl tahun akademik 2015-2016.

Mengingat permohonan jurusan baru telah lulus kualifikasi di Kementerian Agama dan menunggu turunnya Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, namun terkait dengan sistem (Aida) yang belum siap maka realisasi kurikulum ini di-pending hingga waktu yang belum ditentukan.

Proses pendidikan dalam kegiatan pembelajaran akan bisa berjalan dengan lancar, kondusif dan interaktif ketika kurikulum menjadi penyangga utama dalam proses belajar (Moh. Yamin). Kurikulum yang baik merupakan alat utama agar pendidikan yang dijalankan selaras dengan cita-cita bangsa. “Dengan bertambahnya beberapa Program Studi baru di STAIN Pamekasan, seperti Prodi Ekonomi Syariah dan Akuntansi Syariah (baru-baru ini, red) diharapkan Madura mampu berdaya saing perihal SDM-nya. Terlebih lagi STAIN Pamekasan saat ini dalam proses menuju IAIN,� tu-

Bulletin MITRA Edisi Maret 2015 sudah terbit Dapatkan segera di Kantor LPM Activita (Gedung Sekretariat Mahasiswa lantai 2) #EdisiTerbatas #GRATIS MITRA adalah bulletin yang dikelola oleh anggota baru (anggota magang) UKK LPM Activita. Bulletin MITRA adalah proses pembelajaran anggota sebelum nantinya mengelola Majalah Activita.

tur Ketua Prodi Ekonomi Syariah, Sakinah.

Jika dilihat dari sisi demografi SDM-nya, Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Comunity, sebenarnya merupakan salah satu negara yang produktif.

Jika dilihat dari faktor usia, 70% penduduk Indonesia merupakan usia produktif. Jika dilihat dari ketenagakerjaan Indonesia memiliki 110 juta tenaga kerja (data BPS Tahun 2007). Namun dengan jumlah tenaga kerja yang demikian apakah Indonesia utilize? Untuk itu, penting adanya peningkatan kualitas SDM yang dimulai dari pendidikan yang kreatif. Sehingga dengan melahirkan SDM dari perguruan tinggi yang kredibel dengan pengaturan kurikulum yang tepat menjadi salah satu upaya demi Indonesia yang lebih siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. *) Mahasiswi semester VI dan VIII, Pengurus UKK LPM ACTIVITA.

BEBUKON TELO POLO Oleh: (Dayat, Chairil, Rohah, Titik)

Sejarah Bebukon Menurut Bapak Moh. Syarkawi, adanya bebukon dikisahkan dari keluarga Sa’labah yang memiliki 30 anak. Terdiri dari: Sintah, Landep, Wukir, Kulantir, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Warigagung, Julung Wangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandasiya, Julungpujud, Pahang, Kuruwelut, Marakeh, Tambir, Madangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dhukut, Watu dan Gunung.

Dari 30 anak tersebut tedapat 5 anak Sa’labah yang meninggal dunia. Sintah (meninggal pada saat ibunya melahirkan), Bherikeh, Langker, Pa’ang dan Beleh (meninggal di dalam kandungan tetapi masih bisa keluar dari dalam kandungan).

Keyakinan tersebut berlaku secara turun-temurun hingga saat ini. Beberapa orang yang hidup pada saat itu merumuskan suatu dhinah yang disebut dengan bebukon. Kelima anak Sa’labah yang meninggal diartikan sebagai bebukon mateh. Jika melakukan kegiatan pada saat bebukon mateh,

diyakini hasilnya kurang bagus termasuk bercocok tanam. Sedangkan anak Sa’labah yang masih hidup diartikan sebagai bebukon bhagus. Bebukon tersebut berlaku satu minggu yang bisa dilihat di kalender yang memiliki wuku di dalamnya.

Mekanisme Penetapan Dhinah Bhagus Dalam menentukan dhinah

bhagus, hal yang harus dilakukan diantaranya: a. Penentuan Bebukon Mateh Langkah pertama yaitu mencari bebukon dan menganalisa bebukon. Jika tepat pada bebukon mateh, diusahakan untuk berpindah hari. Sebab jika dilanjutkan akan terdapat kendala pada saat melakukan suatu hal. Tabel berikut untuk mempermudah melihat bebukon mateh:

Tabel: Dok. Penulis

Pengertian Bebukon Bebukon adalah suatu hal yang diyakini sebagai solusi beraktfitas dalam kehidupan sehari-hari seperti bercocok tanam, membangun rumah dan sebagainya (kepercayaan orang terdahulu).

Tabel: Dok. Penulis

b. Penentuan Dhinah Bhagus Dilihat Dari Segi Nattoh Nattoh merupakan tahapan kedua dalam menetapkan dhinah bhagus. Nattoh merupakan penjumlahan antara hari dengan nattoh yang terdiri dari: Manis, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Dalam hari (Senin s/d Sabtu) dan nattoh tersebut memiliki muatan angka sebagaimana penjelasan berikut: Hari Minggu memiliki muatan angka (5), Senin (4), Selasa (3), Rabu (7), Kamis (8), Jum’at (6), dan Sabtu (9), sedangkan nattoh Manis memiliki muatan angka (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4) dan Kliwon (8). Setelah menemukan hari dan nattoh yang akan dipilih

langkah selanjutnya ialah menjumlahkan antara hari dengan nattoh tersebut, yang mana hasil dalam penjumlahan tersebut akan dicocokkan. Misalnya hari Sabtu (9) Manis (5), maka (9+5=14). Angka 14 bermakna jika bercocok tanam pada hari Sabtu Manis maka buah yang dihasilkan akan lebat.

Penjelasan tersebut dapat dicocokkan dengan tabel berikut: c. Penentuan Dhinah Bhagus Dilihat Dari Segi Waktu Pelaksanaan Penentuan dhinah bhagus juga dapat dilihat dari segi pelaksanaannya. Menurut kepercayaan, bahwa jika melakukan aktifitas pada hari tertentu, maka pelaksa-

naan sesuai dengan jam (waktu) turut serta berpengaruh pada hasil yang akan didapat. Ahad (Minggu) dipercaya akan mendatangkan rezeki yang melimpah jika aktifitas tersebut dilakukan saat pagi hari berkisar jam 05.00-08.00. Sementara bertolak belakang jika aktifitas tersebut dilakukan pada saat jam 10.00-12.00 dipercaya mendatangkan rezeki yang lumayan kecil. Untuk sore harinya hingga matahari tenggelam, dipercaya mendatangkan rezeki yang relatif cukup (seddheng).

Hal yang sama juga berlaku pada hari-hari lain. Senin pagi jam 05.00 – 08.00 cukup (seddheng), jam 08.00 siang (rezeki kecil), sore (rezeki banyak). Selasa pagi jam 05.00–08.00 rezeki besar (banyak), jam 8.00 sampai sore (cukup). Rabu Pagi jam 05.00–10.00 rezeki kecil, siang (12.00)–jam 15.00 (cukup), setelah jam 15.00 (rezeki cukup). Kamis pagi jam 05.00–08.00 (rezeki cukup), jam 08.0010.00 (rezeki banyak), siang (rezeki kecil), sore bermakna rezeki cukup (sedang). Jumat pagi jam 05.00–10.00 rezeki kecil, siang–sore (rezeki cukup). Sabtu pagi jam 05.00–10.00 (rezeki kecil), siang– tenggelamnya matahari (rezeki banyak) Dampak Ekonomi Dhinah bhagus merupakan suatu cara atau keyakinan yang

1. Dengan adanya keyakinan di dalam masyarakat tersebut dengan menggunakan perhitungan dhinah bhagus tentunya hal ini akan menjadi keberkahan tersendiri bagi masyarakat tersebut.

2. Bagi masyarakat yang menggunakan dhinah bhagus untuk memulai bercocok tanam mereka berkeyakinan hasil dari tanaman yang mer-

Foto: Dok. Penulis

digunakan dalam kehidupan masyarakat desa Samatan Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan khususnya dan masyarakat Madura pada umumnya, dalam berbagai hal pada saat permulaan aktivitas masyarakat seperti berangkat kerja ke suatu daerah (merantau), mendirikan bangunan, membuat sumur dan bercocok tanam.

Sehubungan dengan dampak ekonomi dhinah bhagus dalam bercocok tanam, dari hasil penelitian di lapangan, menurut Bapak Syarkowi, “Dhinah bhagus panikah aropa’aki namung cara sopajeh panapah se e kalakoh panikah hasellah sae, bhagus, berkat, engki mun eangkui ka tatamennan sopajeh barkat bennyak hasellah, tak ecapok panyaket. Engki panikah namung cara sadejenah pakkun allah”.

Sedangkan menurut Bapak Sabunar, Petani Desa Samatan, tentang dhina bhagus, “Pola mek lopot deri panyaket, tergantung sekobesah keng coman nuro’en adet se ampon ajelen.” Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bagi orang yang meyakini atau percaya dhina bhagus sebagai berikut:

Atas: wawancara dengan Bapak Syarkawi. Bawah: wawancara dengan Bapak Sabunar. Keduanya merupakan warga Desa Samatan.

eka tanam akan berlimpah.

3. Selain dari hasil tanaman yang berlimpah, ada pula dari hasil tanaman yang tidak terlalu berlimpah akan tetapi ada keunggulan tersendiri dari hasil tanaman tersebut.

Misalnya, pada tanaman buah-buahan walaupun tidak lebat akan tetapi buahnya besar-besar atau sangat manis, sehingga tanaman yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Namun berbeda dengan yang disampaikan oleh Bapak Ali, petani dari Desa Samatan. Berkenaan dengan penggunaan dhinah bhagus dalam bercocok tanam,

ia berpendapat, “Mun guleh tak toman ngangguy dhinah bhagus, jek reng apacan pangeran (Tuhan/ Allah SWT). Se penting la alakoh, bhagus nikah hasellah.”

Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa dhinah bhagus hanya dapat berpengaruh atau berdampak pada ekonomi bagi masyarakat yang percaya atau meyakininya. Namun bagi masyarakat yang tidak menggunakan atau tidak percaya dengan dhinah bhagus dan dhinah jubek maka tidak ada pengaruh atau dampak ekonomi sama sekali, dengan alasan semuanya adalah takdir yang sudah ditentukan oleh Allah SWT.

Ilustrasi: Ucentz

Memoar Di Matamu Adalah Diriku

Alief Amdi (Prodi TBI Semester 4, Kelas A) “Masih begitu banyak memoar yang harus aku bahasakan yang aku baca dari matamu. Garis hitam di bawah matamu adalah rindu yang membatu dan ketika matamu pada 15 angka di purnama, perihku sempurna.�

Apakah aku terlalu bodoh selalu membahasakan rasa pada pena, hingga pena basahku mengalirkan beribu sajak yang menimbun di atas loteng rumahku, hingga rayap pun telah enggan menyantap kertas yang menggunung. Rasanya aneh katanya, seperti memakan tinta saja. Tapi bagaimana lagi, beginilah jadinnya jika hidup hanya dalam hidup kita saja. Bukan tidak memperhitungkan, tapi sudah terlalu jauh dari perhitungan. Bertatih di bumi Tuhan dalam lingkup perih yang nikmat.

Pada perayaan tahun baru di kota, ketika purnama tepat di

tengah-tengah kolam teratai, ada wajah yang membisu dan pasi lalu berpindah pada kanvas di harvesku. Seperti jelmaan Cloepatra.

Tapi apakah benar Cleopatra pernah menangis ngiris sepertinya?

Dan kurasa Cleopatra tidak memiliki kerudung putih dengan bercak merah serupa darah. Atau memang itu adalah darah, aku pun tak tahu, semoga saja tidak. Mata itu sebenarnya sama sekali tidak pilu, tetapi berpendar memancar warna pelangi. Kadang seperti warna senja dengan beribu cerita yang sulit kubaca, hanya berupa sinyal-sinyal yang menyelinap kedalam hatiku, membuat aku lupa

untuk menuliskannya hingga tersimpan dan terpahat di hatiku dan mengucur pada pena ketika waktu-waktu berikutnya.

Hari itu ada yang menggelegar dan mencuat tiba-tiba, seperti rasa pahit ketika terbangun dari mimpi. Mata itu, purnama itu telah menjadi benang-benang kenangan yang akan aku tenun dengan tinta manis. Tak ada lagi cerita tentang tangis jelmaan Cleopatra apalagi tatapan tajamnya, hanya sebuah kenangan yang terpahatkan. Di pusarannya kini aku temukan gundukan perihku seperti meminta dihancurkan dan dilenyapkan agar tidak selalu

menjadi bayang abu-abu yang kemudian menjadi kastil hitam berbalut kabut sihir.

Seketika dan secara tiba-tiba aku rasakan sakit yang luar biasa menggerogoti seluruh tubuh, menjalar ke tulang belulang seperti sebuah sayatan kecil yang mengirimkan berjuta-juta energi dan rasa sakit ke otak belakang.

Hingga tercipta suatu perih dan siksa yang entah seperti apa, lebih dari sekedar luka, tapi pada kehilangan detak nadi, di hatiku olehnya. Meski begitu, apakah bisa aku berharap dia kembali lagi mengukir perihnya? Bukankah itu lebih menyakitkan? Ternyata benar. Ada sel kanker di otaknya.

Ternyata dia malah menjadi semakin dewasa, tidak seperti aku, terpuruk. Cintakah ini? Hanya dalam bidikan mataku yang tidak genap satu jam, hanya beberapa menit, hingga mencipta suatu getar dan gemericik darah, yang mencipta pompaan yang aneh di jantung. Sesingkat ini. Beginikah kenikmatan cinta tanpa ada dia di sisi, bahkan tidak akan pernah bertemu lagi?

Di waktu-waktu yang gelisah ada satu senyum yang kembali menggetarkan.

“Kau percaya reinkarnasi?” tanyaku waktu itu pada seorang gadis berkacamata di stasiun.

Ternyata gadis itu benar-benar adalah seorang gadis, pandai memainkan perasaannya.

“Mengapa kau bertanya padaku? Seseorang mirip atau sama denganku kah?” Tepat!

Jawaban sekaligus pertanyaannya menghujam ke ulu hati.

“Aku bukan reinkarnasi dari sia-

papun, sebab aku disini justru sedang menunggu kalau-kalau ada sebuah reinkarnasi dari suamiku, mungkin memang hanya reinkarnasinya lah yang bisa diharapkan.”

Suami? Dia memang adalah orang lain. Tapi mengapa semuanya terlihat begitu sama, terasa begitu mirip dan serupa. Aku berpaling menghela sedikit oksigen untuk ditukar dengan karbondioksida di paru-paru.

Aku terkesiap dan terhenyak ketika aku dapati di sampingku sudah tidak ada siapa-siapa. Tempat aku duduk sekarang bukan di bangku panjang stasiun kereta api, tapi di gardu sebuah kuburan umum. Darahku tiba-tiba mendesir. Seseorang mengagetkan aku, penjaga kuburan.

“Kau, mengapa sendirian disini?”

“Entahlah Pak, saya juga tidak mengerti.”

“Kau pernah mendengar kisah wanita dengan kerudung putih disini?”

“Tidak. Mengapa?”

“Kau bukan penduduk desa ini?”

“Ya. Tiga tahun yang lalu saya mengerjakan skripsi sastra saya disini dan saya lekas pulang ketika konsentrasi saya berantakan, sebab seorang gadis manis bernama Syaulie yang selalu menyita waktu saya. Dan ketika saya kembali kesini ternyata gadis itu telah tiada, mati dengan kanker otak stadium 4.”

“Mungkin kau tadi telah bertemu dengannya.”

Aku kembali terkesiap mendengar hal itu. Apakah benar gadis tadi adalah.

“Kau percaya reinkarnasi?” tanyaku waktu itu pada seorang gadis berkacamata di stasiun. Ternyata gadis itu benar-benar adalah seorang gadis, pandai memainkan perasaannya.

“Tapi gadis yang saya temui tadi berkata tengah menunggu reinkarnasi suaminya.”

“Syaulie adalah bunga desa disini. Dia menikah dengan seorang masinis yang kemudian mati ditusuk ketika pulang tengah malam. Dia selalu berada di stasiun kereta api tiap malam tanpa menghiraukan penyakitnya yang semakin parah. Darah yang keluar dari hidungnya dia biarkan saja.

Masyarakat sudah terbiasa dengan jeritan kesakitannya,” ungkap bapak penjaga kubur itu panjang lebar.

“Saya menyukai seseorang yang telah bersuami? Ironis.”

“Tidak. Kau menyukai seseorang yang telah meninggal,” ucapnya. Aku terkaget dan semakin tak mengerti.

“Syaulie meninggal lima tahun yang lalu di stasiun kereta. Sebenarnya tidak ada yang mengaku pernah berjumpa dengannya, dengan arwahnya maksud saya, hanya kau anak muda.”

“Agus Riyadi, saya Agus Pak.” Aku memperkenalkan diri agar

Bapak tua itu lebih akrab memanggilku.

“Agus, mungkin karena kau sangat mirip dengan Fahri, suami Syaulie.”

“Pak?” Aku tak mampu berucap apa-apa lagi ketika Bapak tua itu menoleh dan menghadap padaku. Seperti ada sebuah rasa yang membuatku begitu men-

genali dan dekat dengannya.

“Sebenanrnya aku adalah Bapak Fahri. Aku bukanlah penjaga kuburan, tapi aku kerap kali kesini karena memang aku merasa anakku ada dan dekat denganku.

Begitupun dengan menantuku, Syaulie.”

Aku linglung dan pening. Kurasakan dunia mulai gelap, mungkin

aku telah ambruk waktu itu. Yang jelas ketika keesokan harinya aku bangun, aku sudah dianggap sebagai Fahri, si masinis yang pernah dianggap mati tertusuk. Dan aku menerima itu, bodohnya. Tapi ternyata aku memang bukanlah Fahri ataupun reinkarnasi darinya.

Aku tetaplah aku dan tak ada Fahri dalam tubuhku.

Foto: LPM Activita/ Unsilatur Rahmah

Selamat atas terbitnya Buku Antologi “Catatan Sebuah Luka”

Di akhir kepengurusan tahun 2014, LPM Activita menerbitkan antologi essay dan cerpen dengan judul “Catatan Sebuah Luka”

Selamat Atas Dikukuhkannya

Ikatan Keluarga Alumni (IKA) STAIN Pamekasan ) Periode 2015-2019

Dewan Pengurus Pusat (DPP)

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Sumenep

Sosialisasi Sudah Dilakukan Untuk mengetahui tentang pelayanan Puskesmas Bangkalan terhadap masyarakat sekitar, crew Activita menemui Ahmad Syafii, Kepala Puskesmas Bangkalan Kota di Jalan Teuku Umar. Berikut adalah hasil wawancara crew Activita:

Apa tanggapan Anda terkait kondisi kesehatan di Bangkalan?

Untuk masyrakat Bangkalan sendiri masih tergolong sehat. Karena dari ratarata pasien yang masuk adalah warga pindahan dari kota lain yang bekerja di Bangkalan.

Berapa jumlah pasien per bulan?

Total dengan rawat inap dan rawat jalan menembus angka 500-800 pasien tiap bulan.

Bagaimana dengan pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas?

Puskesmas harus bisa menangani 144 jenis penyakit, jadi sebisa mungkin kami akan melayani pasien dengan sangat baik. Kalau peralatan belum lengkap ya harus dirujuk ke rumah sakit.

Adakah keluhan dari pasien terhadap pelayanan di Puskesmas ini?

Sebagaian ada, tapi setelah diusut mungkin hanya beberapa orang yang terlalu memandang rendah pelayanan di Puskesmas. Padahal alasannya bukan itu. Beberapa warga yang merasa punya uang lebih, saat ditimpa penyakit langsung dibawa ke rumah sakit tanpa

memeriksakan diri ke puskesmas terlebih dahulu. Akhirnya, jumlah pasien di rumah sakit membeludak.

Sudah berapa kali Puskesmas mengadakan sosialisasi perubahan kartu kesehatan?

Karena maerupakan agenda bulanan, jadi tiap bulan kami melakukan sosialisasi, namun masyarakat kurang peduli terhadap sosialisasi yang kami lakukan.

Mengapa bisa seperti itu?

Mungkin karena anggapan yang salah terhadap perubahan kartu yang lama ke kartu BPJS yang dipandang mencekik rakyat dengan harus membayar iuran bulanan.

Harapan Anda?

Kepada pemerintah, agar kebijkan tersebut jangan sampai mengecewakan rakyat dengan membiarkan oknum yang melayani pasien dengan tidak adil. Untuk masyarakat agar bisa mematuh koridor yang berlaku, sehingga jangan hanya sakit kepala ringan langsung dibawa ke rumah sakit. Hal itu tentu akan mengabaikan peranan Puskesmas.

Pelayanan Yang Memihak Masyarakat kecil seringkali menjadi korban atas pelayanan kesehatan yang memihak. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, crew Activita melakukan wawancara dengan Mansur, warga Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan.

Bagaimana tanggapan terkait pelayanan kesehatan di Bangkalan?

Kurang memuaskan, karena pelayanan masih terkesan membela kaum yang berduit. Dan ini sangat disayangkan. Bahkan mungkin di kotakota lain juga sama.

Pelayanan yang bagaimana yang mendiskriminasi?

Kalau yang sakit seperti anak pejabat, katakanlah bupati atau camat, itu akan langsung dilayani. Kalau kaum lemah masih agak dipersulit, padahal seharusnya sama rata, sesuai dengan undang-undang. Dalam segi administrasi misalnya, masih dibuat pusing. Belum lagi kualitas obatobatan yang dipermainkan oknum, terutama di rumah sakit umum Tindakan pemerintah terhadap hal itu?

Berulang kali saya laporkan, tapi percuma juga. Sejak dari kartu Jamkesmas sampai sekarang,

perubahan kartu tetap saja seperti itu.

Bagaimana tanggapan Anda terkait perubahan kartu?

Secara pribadi saya setuju. Tapi kalau melihat beberapa warga sekitar rumah saya, sepertinya mereka tidak peduli dengan adanya perubahan kartu tersebut.

Sudah berapa kali diadakan sosialisasi terkait perubahan kartu tersebut?

Itu kan merupakan program rutinitas dari Puskesmas dan pihak terkait. Tapi di desa saya saja baru dua kali. Dan belum banyak masyrakat yang paham sehingga masih banyak yang tidak punya kartu.

Harapan?

Lebih sering lagi dilakukan sosialisasi terkait perubahan kartu tersebut. Tetapi jangan lupa pelayanan yang diberikan seharusnya berimbang, jangan hanya memihak kaum atas.

KPK (Kau Pilihan Ku)

Aku Ingin Aku ingin jadi pramugari Bisa terbang kesana kemari Ke luar kota ke luar negeri Aku ingin jadi orang pintar Agar bisa jadi dokter Atau menjadi manager Aku ingin jadi orang pandai Agar bisa jadi pegawai Bukan jadi pembersih lantai Aku ingin jadi pegawai bank Biar bisa ngitung uang Walau uangnya milik orang Aku ingin jadi polisi Yang selalu mengawasi Dan selalu mendeteksi Aku ingin jadi penyair Tapi aku tak pandai berpikir Seperti penyair padang pasir Aku ingi jadi seniman Setiap hari membuat lukisan Untuk dipajang di pameran Aku tak ingin jadi koruptor Walau punya banyak motor Aku tak mau uang kotor Tak apalah jadi wartawan Ataupun jadi sastrawan Kelak bisa jadi jutawan By: Nurul Khutamah, Prodi PAI

Cahaya Kelabu By: Waqi’ah (TBI/2) Sorot cahaya yang memudar angkuhmu Semakin terpendar Pada sombong dan cibiran rautmu membanting Sketsa yang telah ada Izinkan kubunuh lekukan di matamu Lalu, kuhentikan aliran darahmu Dan kubuang kau di antara luka

Bara api-lah yang menjadi tempat kita berdiri saat ini..

Panas dan luka yang akan kita dapat..

Serta tangis yang akan mengiringi kita..

Namun genggaman tanganmu menghilangkan panas dan luka itu..

Tanganmu menghapus seluruh air mataku..

Genggamanmu menghilangkan seluruh ketakutan yang ada..

Segelintir manusia melarang aku berdiri bersamamu..

Namun hati ini yang memilih untuk berdiri bersamamu..

Ana Filstina Tahtal Fina (Prodi AHS)

Pada semburan kalimat teman sebayamu Muntahkan air mata yang hendak kubendung Dua mata basah yang tak kau beri celah ragaku Aku salah menabrak tulusmu kala itu.

Ilustrasi: Ucentz

Petilasanmu Kau Jamah Lagi Lantun Langit tak mampu kau sandang Andai kau menjual agama Demi sebuah cinta maya Kau ku anggap seperti orang yang menjilat ludah sendiri Rupanya sapa sayang yang ku berikan untukmu Kau anggap hanya untuk buah hatimu yang halal memanggiilmu Rupanya peranmu sedang kau mainkan Rupanya perempuan itu telah rebah dengan segala rasa Hingga ia pun tak mampu melihat gajah di depan mata Saat kau lantangkan suara Aku mengerti itulah jati dirimu Kau buang aku bagai sampah Dan kau pun memungut sampah yang lain sampah yang terbuai aksara yang tak beraturan Hai Jangan kau merusak semediku Dengan mengucap salam Bagai orang yang suci Kau anggap aku mereka Bisa kau rayu dengan puisi yang mendayu bergaya ilusi kan kurobek topengmu Andai kau tak mengembalikan hakku Hai Kau rindu belahan perempuan Hingga kau tak punya kharisma walau sejatinya kau selalu membasuh dengan air suci Lamunanku melukis bayangmu Di atas kanvas berwarna rindu Perlahan mengering seiring waktu Tanpa sadar aku tua menunggu Segenggam rindu yang tak terbaca Sebuah cinta yang tak teraba Diam menyimpan ribuan rasa Hanya terungkap lewat ujung pena Perasaanku tak sekedar berkata Hatiku tak seindah bahasa sastra Terlihat sederhana namun terasa sempurna Ketika cinta telah bicara apa adanya By : Taufiq, PBS semester 4

Rasmun Rambut Yang Terbakar By: Yulistia Ningsih Diatas kepalamu kulihat gagak memekik wajah-wajah komersil Dari biara tempat perempuan disucikan bibirnya, dipaku takdirnya, dipancang nasibnya, kemudian diiris pilihanya, lalu diasingkan ke dalam fatamorgana.

Seusai dansa prajurit kupu-kupu tempur, gerhana memecah sedih di atas meja Antara puing-puing bintang ada kebiadaban dan air mata dari surga Mengajari ribuan mil tentang luka dan sejuta minigram dari cinta yang absolut Balada kelinci yang lirih itu sudah mulai menuai bintang ke atas dahiku Menabur gradasi matahari ke dalam mulutku Mengunyah langit ke permukaan rambutku yang terbakar bersama sejarah Sejarahku, sejarahmu Sejajarah kita.

Sumenep, 9 Oktober 2014

Apakah (Itu) Benar?

Hanyalah Anak Alam...!!!

Kata kamu “aku” hebat Kata mereka kamu bejat Terus apa kata Tuhan?

Aku harus mengatakan apa tentang kamu?

Kata kamu ini hasilku Kata mereka kehancuran ini hasilmu Terus tuhan memberi nilai apa terhadap hasilmu?

Dan aku harus menilaimu bagaimana?

Kata kamu itu baik Kata mereka itu buruk Lalu kata Tuhan apa?

Dan lagi-lagi aku harus bagaimana?

Teman, jangan buat bingung kami, Kalau itu baik tunjukkan sikap dan langkah yang baik agar kami tahu kalau itu baik.

Kawan, jangan kaburkan pandangan kami, Kalau itu baik, tunjukkan cara yang baik agar kami terima bahwa itu memang baik Sahabat, jangan hianati kami Kalau maumu baik perlihatkan dan katakan kata yang baik, agar kami meniru niat dan langkah baikmu Karena yang kami pahami baik itu ya kata, sikap, dan tujuan yang diungkapkan dengan baik.

Kami tak memihak, kami hanya melihat apa yang kami lihat Jangan “goblok”–lah saudaraku, kita masih memahami dasar fungsi indera kita Kalau mau tunjukkan manfaat, janganlah berhianat.

Karena kita punya rasa dan tujuan yang sama yang pastinya tak mau terhina.

By : Siti Rohmah SJ

“green ghost” 25-okt-2014

Aku adalah anak alam Tak seperti kau dan orang kebanyakan Aku terlahir dalam dekap kesunyian Dan tumbuh mencipta nada-nada keberanian Yang terkadang aku terombang-ambing diterpa gemuruh samudera asa Tercabik oleh tajamnya karang, kejam Bak menabuh genderang kematian Aku tak mau menyerah...!!!

Saat pagi merentangkan syair-syair Aku ingin seperti mentari Yang tak pernah pupus bersua Menebarkan bias-bias kasih pada semesta Ahhhh!!!! Aku tak bisa..!!

Aku hanyalah anak alam Yang hanya bisa berangan dalam buai Pun kala senja menyapa Dengan juntaian puisi penuh cinta Aku ingin seperti malam Walau gelap mencekat Selalu ada rembulan dan gemintang Senantiasa menari gemulai di lembar langit Namun, sekali lagi aku tak kuasa Aku tak lebih dari hanyalah anak alam Yang hanya pasrah pada titah Tuhan.

Langkahi Aku Bang Suasana duka menyelimuti keluarga Anto, karena istrinya baru saja meninggal. Tiba-tiba saja Anto melangkahi mayat istrinya.

Pelayat : Kenapa kamu melangkahi mayat istrimu? (kaget) Anto : Dulu istriku berpesan Kiai : Apa pesan istrimu, Anto? (kiai menyambung) Anto : Istri saya berkata, “Kalau mau berirstri lagi,

langkahi dulu mayat saya” (sambil menunduk) Pelayat : ????????????????????????

(Kurniawati, mahasiswa PAI semester 4)

Rapat Itu Penting Pemilihan kepala desa baru saja selesai. Tapi tanpa ada masalah, tiba-tiba saja Pak Kades yang baru mengundang seluruh warga desa untuk rapat.

Kades : Peserta rapat yang saya hormati, terima

kasih telah sudi hadir ke tempat saya

ini. Maksud saya mengundang kalian hanya

ingin menutup botol ini (sambil menutup

botol obat) Warga : Pak kades, apa-apaan ini. Cuma untuk

menutup botol, Pak Kades kok mengundang

kami? (setengah protes) Kades : Oh, ini penting, karena saya adalah

pemimpin yang taat aturan Warga : Aturan apa itu?

Kades : Silahkan lihat di botol ini. Disitu ada tulisan,

“TUTUP BOTOL DENGAN RAPAT” Warga :@@@###@@@???

(Kurniawati, mahasiswa PAI semester 4)

Menggali Sejarah Islam di Eropa Judul Buku : 99 Cahaya di Langit Eropa Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Tahun : 2014.

Tebal buku : 425 hlm.

ISBN : 978-602-03-0052-8 Peresensi : Siti Anisa*

E

ropa adalah sebuah benua yang selalu dianggap sebagai pusat peradaban, keindahan dan sebagainya. Setiap kali kata Eropa disebut, orang-orang akan tahu dan mengenal apa itu Eropa.

Hampir seluruh dunia mengidolakan benua tersebut dan ingin menjelajahi dan menikmati keindahannya. Begitu banyak tempat fenomenal yang bisa menarik hati para wisatawan untuk menginjakkan kaki di benua tersebut. Misalnya, Menara Eiffel, La Fayette dan Museum Louvre yang terletak di Kota Paris atau Mesquita yang terletak di Cordoba Spanyol maupun Istana Al-Hambra yang terletak di kota Granada. Tempat-tempat tersebut seolah memancarkan cahaya ke langit sehingga membuat orang terkagum-kagum ketika melihatnya. Namun, tahukah kita apa yang sebenarnya ada di balik cahaya-cahaya tersebut? Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra hadir untuk menguak misteri dibalik cahaya peradaban Eropa dengan novelnya yang berjudul 99 cahaya di langit Eropa.

Novel ini tampak sangat berbeda dan istimewa dibandingkan dengan novel-novel yang lain.

Sebab, novel ini bukan sekedar novel travelling yang menghibur, akan tetapi lebih dari itu, novel ini juga bisa menjadi novel sejarah yang mengungkap pertautan antara peradaban Islam dan Eropa beratus-ratus tahun silam.

Secara umum novel ini mengisahkan perjalanan Hanum Salsabiela Rais dan suaminya di benua Eropa dengan bahasa yang lugas dan sederhana. Mereka menceritakan kembali penjelajahan mereka di pusat peradaban dunia pada era sekarang ini. Perjalanan Hanum dan suaminya dimulai dari negara Austria, tepatnya di Ibu kota negara ini yaitu Wina. Di kota inilah Hanum dan Rangga menjalani kehidupan sebagai seorang perantau dan seorang muslim yang hidup di tengah-tengah masyarakat non-muslim. Kehidupan yang harus mereka jalani bukanlah kehidupan yang mudah.

Karena mereka harus hidup mempertahankan keyakinan di tengah orang-orang yang tidak memiliki keyakinan (atheis) atau orang yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan mereka.

Di kota inilah, Hanum dipertemukan dengan seorang wanita

asal Turki yang mempunyai nasib sama dengan dirinya yang bernama Fatma. Mereka berkenalan dan menjalin hubungan sebagai seorang sahabat dan saudara seagama di perantauan. Dari Fatma lah Hanum mengenal kota Wina lebih dalam. Bukan hanya mengenal kota Wina sebagai kota yang indah, akan tetapi juga mengenal kota tersebut sebagai kota penuh sejarah. Dari kota inilah Hanum memulai perjalanan spiritualnya. Menjalajahi tempattempat bersejarah di Eropa, seperti Paris, Spanyol dan Granada.

Pengalaman Hanum sebagai seorang jurnalis ternyata mampu membantunya mengemas novel ini dengan sangat menarik. Halaman demi halaman tersaji dengan bahasa yang sederhana namun indah. Sehingga cerita perjalanan sekaigus sejarah ini mengalir lincah dan sarat akan inspirasi bagi pembaca. Hanum telah berhasil mengumpulkan puing-puing sejarah peradaban Islam di Eropa beratus-ratus tahun yang lalu sekaligus dilengkapi dengan analisis yang ditulis secara objektif. Sehingga membuat para pembaca kembali melihat betapa

Islam sangat berpengaruh terhadap perkembangan Eropa di masa itu, dengan melihat nilai-nilai dan peninggalan sejarah Islam yang masih melekat di Eropa hingga saat ini.

Novel setebal 425 halaman ini mampu membuka mata hati kita untuk menyadari betapa Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin, sebagaimana Islam telah membawa rahmat bagi bangsa Eropa beratus-ratus tahun yang lalu.

Novel ini juga mampu menyadarkan kita bahwa travelling bukan hanya sekedar mengunjungi dan menikmati keindahan suatu tempat, melainkan unuk menambah wawasan dan pengetahuan serta

memperdalam keimanan kita mengenai kebesaran Tuhan yang telah menciptakan keindahan tersebut.

Novel ini tampak sangat sempurna. Namun, seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” begitupun dengan novel ini. Ada sedikit kekurangan yang terselip, seperti penggunaan bahasa asing yang tidak disertai dengan terjemahannya sehingga membuat yang membaca sedikit kesulitan dalam memaknai bahasa-bahasa asing tersebut. Akan tetapi, hal itu tidak seberapa dibandingkan dengan penyajian novel ini yang sangat menarik. Karya sepasang suami istri ini sangat cocok dibaca

oleh kalangan muda seperti para pelajar untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan mengenai sejarah.

*) Bendahara Umum LPM Activita periode 2014-2015, mahasiswa PBS semester 8

Menjadi Pebisnis Anti-Mainstream Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Tebal buku ISBN Peresensi

: Ken & Kaskus: Cerita Sukses Di Usia Muda : Alberthiene Endah : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2013 : 320 hlm : 978-979-22-9141-4 : Jamaluddin*

“Memilih untuk mengikuti nalurinya untuk terjun ke dunia digital yang pada saat itu masih sangat awam di Indonesia merupakan keputusan Ken yang mengajarkan kita bahwa kesuksesan bisa terwujud dengan jalan yang tidak terduga.” -Andy F. NoyaCerita inspiratif seringkali datang dari generasi muda, generasi yang menurut sebagian orang masih hijau, namun penuh dengan energi dan inisiatif. Ken Dean Lawadinata adalah satu dari sekian banyak pemuda inspiratif yang dimiliki Indonesia. Kaskus, situs terkenal yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia, terutama pemuda, adalah buah kerja keras Ken bersama sepupunya, Andrew.

Buku yang ditulis oleh Alberthiene Endah ini menceritakan kisah kehidupan Ken dalam

mengembangkan Kaskus. Tak hanya bercerita tentang Kaskus, dalam buku ini juga menceritakan kehidupan Ken. Sejak kecil Ken sudah dikenal sebagai anak bawel, karena selalu bertanya banyak hal kepada gurunya. Jiwa kritisnya sudah muncul sejak kecil. Rasa ingin tahu ini merupakan modal awal yang sangat penting baginya dalam mengembangkan Kaskus.

Kepribadian dan kemampuannya dalam mengembangkan bisnis tak hanya ia dapatkan dari pendidikan formal. Keluarganya memainkan peranan penting dalam hal ini. Dalam buku ini Ken menceritakan keunikan keluarganya. Kakeknya adalah seorang pebisnis konvensional yang keras dan disiplin. Ayahnya lebih modern namun tetap pekerja keras.

Sementara Ken memilih jalan yang berbeda. Ken lebih fleksibel dan menyukai kejutan. Keluarganya tidak pernah mengajarkan tentang bisnis. Semua Ken dapatkan secara alami dengan mengamati kakek dan ayahnya dalam keseharian di rumah.

Melalui buku ini, kita akan mengetahui perjuangan Ken untuk mendapatkan kepercayaan Andrew, pemilik Kaskus. Perjuangan untuk meyakinkan keluarganya agar mendukung bisnis online yang saat itu masih tergolong baru di Indonesia. Perjuangan

untuk meyakinkan pemodal agar mau berinvestasi ke Kaskus. Dan semuanya dimulai di sebuah kamar sederhana di Seattle, Amerika, saat Ken dan Andrew masih menjadi mahasiswa disana.

Dalam usia yang masih sangat muda, 27 tahun, Ken bertransformasi dari anak muda yang bawel dan suka bolos sekolah menjadi seorang CEO yang lihai dan kreatif. Ken memang drop out dari kuliahnya di Seattle. Ia memilih berhenti kuliah untuk fokus pada Kaskus. Sejak awal pertemuannya dengan Andrew, Kaskus selalu mengisi pikirannya. Sebagai hasil dari tekad, keseriusan dan konsistensinya, Ken menjadi CEO termuda di Indonesia.

Dalam beberapa bagian di buku ini, Ken mengungkapkan keinginannya untuk kuliah lagi. Selain untuk menyenangkan orang tua, ia ingin menambah ilmu untuk lebih membesarkan Kaskus.

Baginya, kuliah memang tidak menjamin kesuksesan. Tapi, kuliah tetaplah penting.

Buku ini sangat direkomendasikan untuk pemuda, pebisnis pemula dan orang yang mau mengubah pandangannya tentang bisnis dan juga kehidupan. Dengan bahasa yang ringan dan lugas, pembaca akan mudah menerima isi yang ada dalam buku ini. Sepintas buku ini seperti catatan harian

*) Jamaluddin adalah seorang blogger asal Desa Tambelangan-Sampang yang suka melakukan hal-hal baru. Saat ini menjadi reporter di Tabloid WARTA STAIN Pamekasan, juga sebagai Sekretaris Umum UKK LPM Activita Periode 2014-2015. http://jamal-merdeka.blogspot.com jamal.anaksampang@gmail.com @zb_jamal

Ken yang dikemas secara menarik oleh penulis. Namun, itulah daya tarik buku ini. Pembaca akan menemukan sosok Ken di dalamnya, yang bercerita melalui buku setebal 320 halaman.

Di 16 halaman terkahir dari buku ini, pembaca akan disuguhkan foto-foto tentang Ken dan Kaskus. Pembaca bisa melihat kumpulan foto kehidupan Ken. Serta perjalanan Kaskus dari situs biasa hingga menjadi salah satu situs paling populer seperti sekarang. Saat ini, ribuan traffic terus mengalir ke kaskus tiap harinya.

Seperti kata Andy F. Noya dalam paragraf pertama di atas, jalan menuju kesuksesan selalu terbuka lebar. Banyak pintu menuju kesuksesan. Banyak orang yang memilih untuk melewati pintu yang sama, yang terlihat dengan jelas. Segelintir orang seperti Ken, memilih pintu yang tersembunyi dari pandangan, melewatinya dengan gigih dan menuju jalan kesuksesan yang berbeda dengan orang kebanyakan. Buku ini memberikan pertanyaan besar pada kita. Apakah kita akan mengikuti arus mainstream atau berjuang melawan arus dengan jalur anti mainstream?

Islam , Kesehatan dan Perlindungan Jiwa Ah. Fawaid, MA Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Arab dan Pembina LPM Activita

N

yaris tidak ditemukan bahwa rumusan-rumusan hukum dalam Islam lepas dari pertimbangan etis. Artinya bahwa rumusan hukum Islam senantiasa menjadikan akhlak sebagai pertimbangan legislasinya. Salah satu aspek eratnya kaitan antara nilai-nilai akhlak dan rumusan hukum adalah apa yang disebut oleh ulama ushul fiqih dengan maqâsid al-syari’ah, tujuan-tujuan syariah.

Syah Waliyullah al-Dihlawi dalam bukunya, Hujjatullah al-Balighah, menegaskan bahwa Allah Swt. tidak melegislasikan sebuah hukum lepas dari tujuannya. Tujuan-tujuan syari’ah itu bertumpu pada prinsip menolak kerusakan (daf’u al-mafâsid) dan mengambil manfaat (jalb al-mashâlih).

Senanda dengan al-Dihlawi, Allal al-Fâsi mendesakkan perlunya menjadikan supremasi akhlak (makârim al-akhlaq) sebagai standar kemaslahatan universal dan tujuan syariah. Bukankah Nabi diutus demi terciptanya supremasi akhlak? Atas dasar supremasi akhlak dengan pertimbangan menghindari mafsadah dan menggapai maslahah inilah ulama kemudian merumuskan lima prinsip dasar (al-dharûriyât al-khmas) dalam hukum Islam.

Adalah Al-Ghazali yang kemu-

dian dikembangkan lebih lanjut oleh Al-Syathibi mengusulkan adanya perhatian pada apa yang disebut “lima prinsip dasar” tersebut. Lima prinsip dasar inilah yang dalam Islam menjadi acuan dan pertimbangan dalam merumuskan hukum. Kelima hal itu meliputi perlindungan keyakinan (hifdz al-din) yang mewujud pada kebebasan untuk berkeyakinan dan beragama, perlindungan jiwa (hifdz al-nafs) yang mewujud dalam jaminan keamanan dan kenyamanan, termasuk dengan kesehatan, perlindungan nalar (hifdz al-‘aql) yang mewujud dalam pemberian hak untuk berpikir dan berekspresi secara bebas dan bertanggung jawab, perlindungan keturunan (hifdz al-nasl) yang mewujud dalam tanggung jawab dalam upaya mengamankan gen-

erasi masa depan, dan perlindungan harta benda dan milik pribadi (hifdz al-mal). Dengan demikian, segala hal yang mengandung perlindungan terhadap lima prinsip ini adalah kemaslahatan, dan sebaliknya adalah kerusakan (mafsadah). Artinya, segala yang bertentangan dengan tujuan-tujuan kemaslahatan juga merupakan tindakan mafsadah dan tentunya bertentangan dengan nilai-nilai prinsip agama.

Hifdz al-nafs, perlindungan jiwa, sebagai salah satu dari lima prinsip dasar legislasi hukum Islam menjadi penting untuk diurai lebih lanjut. Menjadi penting karena betapa kita saksikan akhirakhir ini terjadinya sejumlah tindakan yang bukannya melindungi jiwa, malah menerlantarkan dan bahkan melenyapkan jiwa. Contoh yang paling vulgar dari kenyataan ini adalah maraknya tindakan kekerasaan—yang anehnya—mengusung nama agama. Sejumlah nyawa raib dan sebagian yang lain terlantar tanpa penanganan yang berarti. Termasuk juga ditekankan di sini adalah tanggung jawab pemerintah dalam hal pengelolaan kesehatan warganya.

Di manakah prinsip perlindungan jiwa yang dalam pandangan Islam menjadi salah satu pertim-

bangan hukum? Menarik untuk mengutip potongan firman Allah Swt. dalam surah Al-Ma’idah ayat 32: “…Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya…” (Al-Ma’idah [5]: 32) Ayat di atas menjelaskan betapa perlindungan jiwa menjadi prinsip yang seharusnya dipegangi dan dipedomani. Bahkan, dengan memelihara seorang manusia seolah-olah telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.

Tentu saja menghidupkan dalam konteks ayat di atas tidak melulu bermakna memelihara kehidupan, melainkan –dan ini yang terpenting—adalah memperpanjang harapan hidup dengan cara yang tidak menyalahi koridor hukum. Perlindungan jiwa dalam arti memperpanjang harapan hidup ini pada dasarnya adalah perlindungan terhadap kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya.

Perlindungan ini tidak semata perlindungan dari pembunuhan dan pemusnahan jiwa, tetapi juga perlindungan dari hal-hal yang meyebabkan orang sengsara.

Perlindungan warga dari fasilitas kesehatan yang tidak memadai.

Dengan demikian, prinsip perlindungan jiwa ini bisa mewujud dalam pemberian jaminan atau tanggungan bersama berupa perlindungan kepada kaum mustadh’afin demi mengangkat taraf hidupnya menjadi lebih layak.

Selain itu, salah satu wujud perlindungan jiwa yang menjadi prinsip dasar hukum Islam adalah tersedianya jaminan keamanan

“

Perlindungan jiwa dalam arti memperpanjang harapan hidup ini pada dasarnya adalah perlindungan terhadap kemanusiaan dalam arti yang sesungguhnya.

dan kesehatan. Ancaman keamanan melalui tindakan teror, misalnya, merupakan salah satu bentuknya. Atau ancaman kesehatan melalui pengabaian terhadap fasilitas kesehatan warganya.

Demikian juga ancaman kehidupan yang layak akibat malpraktik penguasa sehingga berdampak pada kesengsaraan warganya juga merupakan tindakan melawan prinsip perlindungan jiwa ini. Oleh karena itu, segala bentuk penyelewengan wewenang yang dilakukan pada pemangku jabatan patut ditindak atas dasar perlawanan terhadap bentuk perlindungan jiwa ini. Pencurian, penyogokan, pengurangan takaran, perusakan lingkungan, dan segala bentuk kezaliman lainnya merupakan contohnya. Oleh karena itu, negara sejatinya memberikan sanksi bagi semua orang yang terlibat dalam tindakan malpraktik ini atas dasar pembangkangan terhadap prinsip mashlahat. Karena, seorang pemimpin seharus-

nya bertindak dalam kerangka kemaslahatan warganya (tasharruf al-imâm ‘ala al-râ’iyah manûthun bi al-mashlahah), bukan sebaliknya. Jika yang sebaliknya terjadi, maka penguasa berarti telah melakukan perlawanan hukum, dan ia harus disanksi.

Allah berfirman bahwa: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara timbal balik atau diasingkan….” (QS. Al-Ma’idah [5]: 33) Ayat ini hendak menegaskan bahwa perlawanan terhadap prinsip-prinsip dasar di atas, termasuk juga prinsip perlindungan jiwa semisal membuat kerusakan di muka bumi, merupakan tindakan melawan hukum agama, dan oleh karena itu dijatuhi sanksi. Di sinilah sebenarnya makna tanggung jawab dalam melaksanakan hak-hak patut diperhatikan. Karena, kewajiban tidak akan bertahan lama tanpa ditopang dengan pemenuhan hak, demikian pula sebaliknya.

Dengan demikian, perlindungan jiwa sebagai salah satu prinsip dasar dalam hukum Islam merupakan nilai yang patut dipegang demi menggapai kemaslahatan universal yang menjadi tujuan utama syari’ah. Begitu pula dengan empat prinsip dasar yang lain. Tanpa mempertimbangkan itu semua, maka hukum menjadi tuna makna dalam menuntaskan persoalan-persoalan kemanusiaan.[]

Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) sebagai langkah awal anggota memasuki dunia jurnalistik.

Proses seleksi anggota LPM Activita dilakukan untuk menyaring calon anggota yang serius.

Peringatan Hari Lahir LPM Activita. Sejak 1998 Activita selalu hadir sebagai wadah menulis mahasiswa.

Pengenalan LPM Activita pada saat Bazar Ormawa OPAK 2014.

LPM Activita bekerjasama dengan Penerbit Diva Press mengadakan Bazar Buku di depan Auditorium.

Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) di UIN Sumatera Utara, dilanjutkan dengan investigasi ke Gunung Sinabung.

Anggota dan pengurus LPM Activita saat mengikuti workshop jurnalistik yang diadakan oleh Kompas di UNAIR Surabaya.

GALERI ACTIVITA

SEHAT ITU MAHAL MURAH Kata orang

Merokok itu Jantan

Padahal

Merokok Mengurangi Kejantanan (IMPOTENSI)

Dipersembahkan oleh: Unit Kegiatan Khusus Lembaga Pers Mahasiswa (UKK-LPM) ACTIVITA STAIN Pamekasan