[TRIBUNE EXPRESS LK2 FHUI EDISI (2): JUNI 2022]
Canggihnya teknologi mendorong kemudahan bagi para penggunanya untuk beraktivitas dalam dunia maya (cyberspace). Pada dasarnya, aktivitas yang dilakukan dalam dunia maya masih melibatkan dunia nyata. Maka dari itu, tidak ada yang bisa menjamin bahwa tiap orang tidak dapat melakukan pelanggaran atau kejahatan di dalam cyberspace. Kejahatan dan pelanggaran dalam cyberspace dikenal dengan istilah cybercrime. Cybercrime yang dilakukan oleh peretas tentunya dapat mengancam keamanan dari sistem elektronik berbagai pihak seperti pemerintah maupun swasta. Namun, tidak semua peretas itu jahat. Peretas topi putih ini diberi wewenang untuk mendapatkan akses ke sistem atau jaringan komputer dengan persetujuan untuk mengetahui kerentanan dan kelemahan keamanan di sistem elektronik yang dimiliki oleh pihak yang memintanya. Mengetahui ini, bagaimanakah regulasi Indonesia terhadap peretas?