Shrinking Civic Space, atau dalam bahasa Indonesia berarti penciutan ruang sipil, merupakan sebuah tren global yang dalam beberapa tahun terakhirramai diperbincangkan di berbagai forum masyarakat Internasional. Dalam hal Pandemi Covid-19, Lembaga Bantuan Hukum Jakarta mencatat, laporan atas pelanggaran hak sosial dan politik merupakan pelanggaran HAM terbanyak yang dilaporkan dengan jumlah 273 laporan. Berbagai kebijakan sudah hadir sebagai upaya pemerintah dalam menjamin kebebasan sipil masyarakat. Namun, mekanisme advokasi yang dinilai lebih efektif menyelesaikan permasalahan karena akses jaminan perlindungan korban lebih inklusif yang tersedia saat ini masih terdisintegrasi. Unifikasi sistem advokasi yang tersedia dirasa dapat menjadi solusi dari hal ini.