Legal Essay ALSA LC Unud Volume 05 No. 2

Volume 05 No. 2

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

DEFORESTASI HUTAN MANGROVE, MENENGGELAMKAN WILAYAH PESISIR

ALSA

English Development Division

LC UNUD LEGAL ESSAY

Author : Ni Putu Ayu Eka Pratiwi, Ni Komang Indira Amanda Ariani, Putu Kanitha Putri Amaris

Universitas Udayana

1

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

LATAR BELAKANG Salah satu jenis ekosistem lingkungan yang berperan penting dalam kehidupan manusia adalah hutan, yang merupakan komponen terpenting dalam keberlangsungan hidup makhluk hidup. Berdasarkan data dari World Atlas of Mangrove luas hutan mangrove di dunia sebesar 16,53 juta hektar, sedangkan sebesar (33,5%) atau 5,54 juta hektar berada di Asia Tenggara.1 Kendati memiliki area hutan mangrove terbesar, kawasan hutan mangrove di Asia Tenggara kini pada status kritis. Besarnya persentase deforestasi yakni mencapai 3,58% hingga 8,08% pertahun, dari tahun 2000 hingga 2012 menjadi rekor tertinggi di dunia. Lebih dari 50% hilangnya hutan bakau, dengan status alih fungsi lahan yang belum teridentifikasi.2 Laju berkurangnya luas hutan mangrove 3 sampai 5 kali lebih cepat daripada jenis hutan lainnya.3 Terdapat dua faktor yang menjadi pendorong rusaknya hutan mangrove.

Pertama, yaitu faktor alam salah satunya pasang-surut air laut sehingga dapat merusak tumbuhan mangrove dan mengubah salinitas pesisir pantai. Kedua, yaitu deforestasi sehingga menimbulkan turunnya fungsi hutan (degradasi) mangrove sebagai pelindung dan benteng wilayah pesisir dan ekosistem di dalamnya.4 Aktivitas antropogenik merupakan salah satu penyebab kawasan hutan mangrove berkurang dan daerah pesisir kehilangan pelindung. Apabila hal ini terus terjadi, prediksi tenggelamnya Ibu Kota Indonesia DKI Jakarta, dapat menjadi kenyataan. Sehingga, tampak jelas bahwa hutan mangrove penting melindungi keberlangsungan ekosistem pesisir dan sebagai benteng pertahanan wilayah pesisir pada setiap negara.

1

Spalding MD, Kainuma M, Collins L. World Atlas of Mangroves. Earthscan, London.(2010).

Hamilton, S.E.; Casey, D. Creation of a high spatio-temporal resolution global database of continuous mangrove forest cover for the 21st century (CGMFC-21). Glob. Ecol. Biogeogr. 2016, 25, 729–738.

3 ridzki.sigit. 2018. “Mangrove, Ekosistem Penting Langka Yang Semakin Terancam.”

Mongabay.co.id. August 13. https://www.mongabay.co.id/2018/08/13/mangrove-ekosistem-penting-langka-yang-semakin-teran cam/.

4 Turisno, Bambang Eko. “Peran Serta Masyarakat dan Kewenangan Pemerintah Dalam Konservasi Mangrove Sebagai Upaya Mencegah ROB dan Banjir Serta Sebagai Tempat Wisata”. Jurnal Masalah-Masalah Hukum 47, No. 4 (2018) hal.480.

2

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

Penulisan esai ini bertujuan untuk memberikan gagasan terhadap pentingnya hutan mangrove, agar tumbuh kepedulian terhadap hutan mangrove yang kini terancam.

Berdasarkan latar belakang di atas, rehabilitasi dengan reboisasi dan pemanfaatan mangrove menjadi kawasan ekowisata merupakan upaya kerjasama pemerintah dan masyarakat yang dapat dilakukan untuk menjaga ekosistem hutan mangrove.

TINJAUAN PUSTAKA Hutan mangrove merupakan salah satu jenis hutan tropika dan subtropika yang unik dan produktif. Hutan mangrove memiliki peran yang cukup besar bagi kelangsungan hidup manusia, flora dan fauna di sekitarnya, fungsi dari mangrove diklasifikasikan menjadi 3 jenis fungsi diantaranya,5 fungsi fisik sebagai pelindung daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang, angin kencang serta tsunami.

Fungsi ekologisnya sebagai tempat mencari makan, serta tempat berkembang biak bagi berbagai jenis ekosistem yang hidup di sekitar hutan mangrove. Dari hutan mangrove dapat diperoleh kayu, madu, obat-obatan, serta bahan makanan yang menjadikannya memiliki fungsi ekonomis yang tinggi. Dengan nilai ekonomis yang tinggi tersebut, mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang dihasilkan oleh hutan mangrove. Seperti halnya di tahun 1998 telah dilakukan ekspor arang mangrove sebanyak 330.000 ton ke negara Taiwan dengan harga sebesar US$ 1.000/10 ton. Selain itu Hutan mangrove mampu menyimpan karbon 4 kali lebih banyak dari hutan tropis.6 Hutan mangrove juga berfungsi sebagai pelindung teritorial wilayah dan makhluk hidup di sekitarnya. Selamatnya penduduk Pulau Simeulue pada saat bencana tsunami Aceh tahun 2004 merupakan bukti nyata dari manfaat mangrove. Keberadaan hutan mangrove di sekeliling mereka dianggap berperan sangat besar dalam memecah gelombang tsunami.

5

Setiawan Heru.”Status Ekologi Hutan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Ketebalan”. Balai Penelitian Kehutanan Makassar 2.2 (2013): 2-3.

6 Daniel C. D., Kauffman J.B., Murdiyarso D., Kurnianto S., Stidham M., Kanninen M. 2011. Mangroves Among The Most Carbon-Rich Forests In The Tropics. Nature Geoscience.

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

ANALISIS Deforestasi merupakan aktivitas manusia yang memberikan perubahan secara permanen pada kawasan hutan untuk menjadi kawasan non-hutan.7 Kebutuhan manusia setiap tahunnya meningkat. Perkembangan aktivitas dan pola hidup manusia berdampak pada meningkatnya permintaan sumber daya alam. Pemanfaatan hutan mangrove, baik itu dalam bentuk eksploitasi hasil hutan maupun konversi lahan untuk keperluan ekonomis lainnya, yang hingga saat ini masih terus berlangsung.

Kerusakan hutan akan menyebabkan degradasi yaitu, penurunan nilai suatu lahan akibat penurunan kualitas hutan sehingga mempengaruhi fungsi dan potensi hutan tersebut. Terdapat kerusakan dan berkurangnya luas hutan mangrove di beberapa kawasan di Asia Tenggara, seperti di Singapura saat ini diperkirakan tinggal 1% (600ha) dari total luas lahan Singapura. Malaysia dari tahun 1973-2000 kehilangan hutan mangrove sebesar 111.046 hetar atau 16%,8 Thailand sejak 1970 telah kehilangan hutan mangrove sekitar 768.000 km2 hutan mangrove. Di Filipina hutan mangrove terus berkurang, sekitar setengah dari 279.000 ha hutan mangrove hilang dari tahun 19511988 telah berkembang menjadi tambak. Lebih lanjut, Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas tidak hanya di kawasan Asia Tenggara tetapi juga di dunia, telah menjadi negara tercepat yang mengalami kerusakan mangrove terbesar di dunia. Hutan mangrove di Indonesia selama tiga dekade terakhir, telah kehilangan 40% mangrove. Berdasarkan data dari Indonesia Maritime Institute pada tahun 2012, seluas 48% atau 4,51 juta hutan mangrove di Indonesia masuk dalam kategori rusak, sedangkan seluas 23% atau 2,15 juta hektar hutan mangrove termasuk dalam kategori rusak berat.9

7

Rhamdhani Rhamdhani, Akhbar Akhbar, and Hasriani Hasriani. 2020. “Pemodelan Spasial Deforestasi Di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit vi Dolago Tanggunung Provinsi Sulawesi Tengah.” Mitra Sains 8 (1): 104–20. http://jurnal.pasca.untad.ac.id/index.php/MitraSains/article/view/271.

8 Hadi, Bambang syaiful. 2012. Aplikasi Citra Resolusi Tinggi Untuk Penilaian Kondisi Mangrove di Beberapa Negara. 10 (1): 131.

9 Indonesia Maritime Institute. 2012. Ekosistem mangrove: Merintis tergerus keserakahan. http://www.indomaritimeinstitute.org

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

Kerusakan hutan mangrove di kawasan Asia Tenggara tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, alih fungsi lahan jadi perkebunan sawit, perusakan kayu bakau untuk kayu arang, tambak, dan pembangunan infrastruktur. Selain itu kurangnya keseriusan dari pemerintah dalam menekan laju kerusakan ekosistem mangrove. Hilang dan berkurangnya luas kawasan hutan mangrove memberikan berbagai dampak buruk bagi lingkungan ekosistem yang berkelanjutan. Seperti rusaknya terumbu karang akibat sedimen sisa penebangan mangrove. Hingga meningkatnya suhu bumi atau global warming diikuti perubahan iklim tidak menentu akibat jumlah Karbon Dioksida (CO2) yang besar di atmosfer.

Perluasan sektor pertanian di Malaysia pada tahun 1960 menyebabkan hilangnya hutan mangrove akibat peningkatan alih fungsi lahan yang cepat. Kawasan selangor menderita kerugian terbesar dimana sekitar 7.500 ha atau 30% dari luas mangrove hilang. Penebangan pohon mangrove merupakan salah satu bentuk pemanfaatan langsung sumber daya mangrove yang masih terus terjadi di sejumlah tempat di Indonesia. Penebangan pohon mangrove dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar dan untuk konversi lahan mangrove menjadi tambak udang dan ikan atau produksi timber.

Selain itu, seperti yang terjadi di beberapa pesisir Jakarta, Indonesia yang telah mengalami abrasi karena hilangnya kawasan hutan mangrove. Turunnya permukaan tanah dan abrasi yang mengakibatkan banjir pada wilayah Jakarta yang setiap tahunya sulit untuk diatasi. Kabupaten-kabupaten pesisir seperti Muara Baru telah tenggelam sebanyak 4,2 meter dalam beberapa tahun terakhir.10 Hal ini mengakibatkan luas lahan Jakarta semakin berkurang akibat pengikisan oleh air laut, sehingga tanggul sebagai penahan selalu ditinggikan.11 Pembuatan tanggul sebagai penahan gelombang saat pasang di pesisir Jakarta adalah hal yang bersifat sementara, tetapi perbaikan lingkungan dengan cara merehabilitasi hutan mangrove akan menghasilkan lingkungan yang berkelanjutan.

10

“2035 Jakarta Tenggelam - Pokja AMPL : Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan.” Ampl.or.id.

2015. http://www.ampl.or.id/digilib/read/2035-jakarta-tenggelam/39754.

11 “BBCIndonesia.com | Laporan Mendalam | Jakarta Terancam Tenggelam?” 2021. Bbc.co.uk.

2021. http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/12/071211_studentsjakarta.shtml.

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

Pada kawasan Asia Tenggara telah membentuk suatu program mengenai penanggulangan dan penanganan hutan mangrove di kawasan Asia Tenggara, yaitu “The Project on Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use in The ASEAN Region (MECS)”.12 Program ini merupakan kerjasama teknis antara Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) yang bertujuan membanguan mekanisme berbagi pengalaman dan pembelajaran terhadap konservasi mangrove sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir di negara–negara Asia Tenggara. Tujuannya untuk mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan perspektif yang lebih luas mengenai konservasi mangrove sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir, mengembangkan kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan negara - negara tetangga untuk pengelolaan ekosistem mangrove. Peserta yang mengikuti diharapkan memperoleh banyak ide baru, perspektif, pengetahuan, dan keterampilan dari negara-negara Asia Tenggara, dan mengembangkan rekomendasi untuk memperbaiki aktivitas dan konservasi mangrove di sekitarnya sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir.

Upaya Pemerintah Pusat terkait konservasi dan pemeliharaan lingkungan di Indonesia diatur pada Undang-undang No. 4 tahun 1982, tentang ketentuan dasar pengelolaan lingkungan hidup yang menyangkut kebijaksanaan pembangunan yang lestari, pemeliharaan ekosistem, pengendalian dampak lingkungan dan perlindungan terhadap polusi. Kemudian Pemerintah Daerah sesuai Pasal 14 UU No. Tahun 2004 mempunyai wewenang untuk pengendalian lingkungan hidup, pengelolaan wilayah pesisir dalam hal ini kawasan hutan mangrove dengan cara terpadu yang berpengaruh pada keberlanjutan upaya konservasi hutan mangrove.13 Wewenang pemerintah dalam penegakan hukum dapat dilakukan dengan cara membentuk lembaga pengawas yang berfungsi mengawasi pengelolaan 12

Sinaga,Rita S. Christina. Proyek Kerjasama Teknis Indonesia dan Jepang 1st Regional Shared-Learning Workshop “Mangrove Conservation as a part of Coastal Management in Southeast Asia”. https://onrizal.files.wordpress.com/2013/09/2013e1_2.pdf 13 Turisno, Bambang Eko. “Peran Serta Masyarakat dan Kewenangan Pemerintah Dalam Konservasi Mangrove Sebagai Upaya Mencegah ROB dan Banjir Serta Sebagai Tempat Wisata”.

Jurnal Masalah-Masalah Hukum 47, No. 4 (2018) hal.487

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

kawasan hutan mangrove baik internal maupun eksternal, menerapkan sanksi baik berupa denda atau hukuman dari peraturan yang ada agar memberikan efek jera bagi pelaku.14 Dalam mengimplementasi peraturan yang sudah berlaku tersebut dilanggar baik oleh pemerintah sendiri ataupun oleh masyarakat. Meskipun sudah banyak terjadi pelanggaran, dalam implementasinya hingga kini belum ada sanksi yang tegas diberikan kepada pelanggar.

Oleh karena itu, diperlukan peran masyarakat untuk ikut serta dalam menjaga kawasan hutan mangrove. Salah satu bentuk peran masyarakat yaitu adanya gerakan masyarakat yang peduli terhadap isu lingkungan khususnya hutan seperti, Greenpeace, Gerakan Rimbawan dan Masyarakat Peduli Hutan (GRMPH), dan Jaga Rimba.

Diperlukan kerjasama yang harus ditumbuhkan dalam masyarakat sebagai upaya perlindungan hutan mangrove dengan cara rehabilitasi,15 serta menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai kawasan ekowisata untuk menjaga eksistensi dari hutan mangrove. Namun hal ini harus sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak merusak kawasan hutan mangrove.

PENUTUP Hutan mangrove merupakan hutan yang memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup di sekitarnya. Memiliki fungsi ekologis sampai fungsi ekonomis yang tinggi menyebabkan kelangsungan hutan mangrove cukup terancam.

Walaupun telah terdapat aturan yang ditetapkan demi menjaga kelestarian hutan mangrove, tetapi masih saja terdapat pelanggaran yang menyebabkan kelestariannya punah. Dibutuhkan adanya kesadaran dari pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove berdasarkan perannya masing-masing. Pemerintah dengan perannya dapat memberikan upaya penegakan hukum sedangkan masyarakat dapat melakukan pemberdayaan dengan memperhatikan aturan yang telah ada.

Sehingga dengan kerjasama ini diharapkan dampak kerusakan hutan mangrove dapat teratasi secara konsisten.

14 15

Ibid.

Ibid

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

DAFTAR PUSTAKA Buku Spalding MD, Kainuma M, Collins L. World Atlas of Mangroves. Earthscan, London.(2010).

Jurnal Ilmiah Turisno, Bambang Eko, dkk. “Peran Serta Masyarakat dan Kewenangan Pemerintah Dalam Konservasi Mangrove Sebagai Upaya Mencegah ROB dan Banjir Serta Sebagai Tempat Wisata” Jurnal Masalah-Masalah Hukum 47, No. 4 (2018) Anwar, Muhammad Syaiful dan Arthur Muhammad Farhaby, “Analisis Kebijakan Pemanfaatan Lahan dalam Wilayah Hutan Mangrove di Provinsi Bangka Belitung”, University of Bengkulu Law Journal 6, No. 1 (2021) Huda, Nurul, “Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi”, Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro (2008) Setiawan Heru.”Status Ekologi Hutan Mangrove Pada Berbagai Tingkat Ketebalan”. Balai Penelitian Kehutanan Makassar 2.2 (2013) Rhamdhani, Akhbar, and Hasriani. “Pemodelan Spasial Deforestasi Di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit vi Dolago Tanggunung Provinsi Sulawesi Tengah.” Mitra Sains 8 (1). (2020).

Hadi, Bambang syaiful. 2012. Aplikasi Citra Resolusi Tinggi Untuk Penilaian Kondisi Mangrove di Beberapa Negara. 10 (1): 131.

Hamilton, S.E.; Casey, D. Creation of a high spatio-temporal resolution global database of continuous mangrove forest cover for the 21st century (CGMFC-21). Glob.

Ecol. Biogeogr. 729–738. (2016).

ALSA LC UNUD LEGAL REVIEW

Daniel C. D., Kauffman J.B., Murdiyarso D., Kurnianto S., Stidham M., Kanninen M. Mangroves Among The Most Carbon-Rich Forests In The Tropics. Nature Geoscience. (2011).

Artikel dan Website Ridzki, Sigit. 2018. “Mangrove, Ekosistem Penting Langka Yang Semakin Terancam.”

Mongabay.co.id.

August

13.

https://www.mongabay.co.id/2018/08/13/mangrove-ekosistem-penting-langka-yan gsemakin-terancam/. (Diakses pada 21 Juli 2021) “2035 Jakarta Tenggelam - Pokja AMPL : Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan.” Ampl.or.id. 2015. http://www.ampl.or.id/digilib/read/2035-jakarta-tenggelam/39754. (Diakses pada 21 Juli 2021) “BBCIndonesia.com | Laporan Mendalam | Jakarta Terancam Tenggelam?” 2021. Bbc.co.uk. 2021. http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2007/12/071211_studentsjakarta.s html.

(Diakses pada tanggal 22 Juli 2021) Indonesia Maritime Institute. 2012. Ekosistem mangrove: Merintis tergerus keserakahan. http://www.indomaritimeinstitute.org. (Diakses pada 22 Juli 2021)