22
DESTINASI
MINGGU
5 FEBRUARI 2017
Asyiknya Bercengkerama dengan Kawanan Rusa di Tahura
Suasana Tahura Wan Abdul Rachman yang berisi hewan rusa yang jinak.
Pengunjung tidak perlu takut untuk bercengkerama dan bersentuhan dengan kawanan rusa di Tahura Wan Abdul Rachman karena hewan ini sangat jinak. Pengunjung memberi makan rusa di Taman Hutan Rakyat (Tahura) Wan Abdul Rachman di Desa Sumberagung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. ASRUL SEPTIAN MALIK
U
NTUK bercengkerama dengan rusa, masyarakat Kota Bandar Lampung tidak perlu bepergian jauh-jauh ke Kebun Binatang Ragunan atau Kebun Raya Bogor. Hewan memamah biak yang cukup jinak dan bersahabat dengan manusia itu kini dapat dijumpai di pinggiran Kota Tapis Berseri. Di penangkaran rusa di Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman, Desa Sumberagung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Tepatnya sebelum taman Kupu-Kupu Gita Persada. Untuk menuju lokasi penangkaran rusa seluas 2 hektare ini hanya butuh waktu 20 menit dari Kota Bandar Lampung. Pengunjung bisa melalui SMAN 7 Bandar Lampung di Kemiling. Adapun tarif masuk hanya dikenakan Rp5.000 per orang. Dengan biaya murah meriah itu, Anda dapat menikmati sajian rumah pohon, pondok, juga saung-saung untuk bersantai. Bagi yang senang ber-selfie ria, tersedia sangkar burung buatan yang dijadikan spot foto bagi para pengunjung, untuk sekadar dishare ke media sosial. Jika ingin langsung bersua dengan rusa timur, pengunjung bisa membeli pakan rumput seharga Rp5.000 per ikat. Kemudian pawang rusa akan menemani para pengunjung yang hendak memberi makan rusa tersebut, ia bersiul-siul sebagai tan-
da untuk memanggil kawanan rusa. Salah satu penjaga penangkaran rusa Tahura Wan Abdu Rachman, Senen, mengatakan ada sekitar 40 rusa yang dipelihara di penangkaran tersebut. Sebagian merupakan indukan dari Bogor. Ia mengatakan pengunjung tempat ini cukup banyak. Dalam sehari ada sekitar 200 pengunjung. Bahkan pada Sabtu dan Minggu bisa mencapai 400 orang. Dalam sehari bisa 50 ikat rumput yang dibeli pengunjung untuk memberi makan rusa tersebut. “Sudah setengah bulan sih dibuka untuk umum. Alhamdulillah sudah mulai ramai, bisa 200 dan 400 pengunjung di weekend. Selain itu, nanti juga akan ditambah beberapa wahana, seperti teropong dan juga hewan lainnya, agar taman wisata ini makin ramai dikunjungi,” ujarnya kepada Lampung Post, Minggu (22/1). Salah seorang pengunjung, Ratu Yulianti Mentari, mengaku mengunjungi penangkaran rusa ini sangat menarik dan bisa menghilangkan penat dari pekerjaan. Apalagi kawanan rusa di sini sangat jinak sehingga membuat para pengunjung betah
dan tidak takut untuk bercengkerama dan bersentuhan dengan hewan yang termasuk famili Cervidae ini. “Rusanya lucu-lucu dan jinak. Tempat ini cocok buat liburan sama teman dan keluarga, enggak usah jauh-jauh sampe ke Kebun Raya Bogor,” ujar Ratu.
Sentra Pembibitan Rusa Sekretaris Provinsi Lampung Sutono mengatakan Lampung diproyeksikan menjadi pusat pembenihan dan penangkaran rusa. Pihaknya kini sudah merintis penangkaran di Tahura Wan Abdul Rachman di Desa Sumberagung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, dan di beberapa daerah lain. Saat ini rusa masih menjadi satwa yang dilindungi. Namun, bisa dimanfaatkan untuk pengembangbiakan dan bisa dikonsumsi. Rusa punya nilai yang tinggi dan dagingnya bisa diolah menjadi satai. “Lampung memiliki potensi untuk pengembangbiakan rusa dan selanjutnya bisa dikirim ke provinsi lain,” kata dia, saat menjadi narasumber dalam diskusi bertema Menggugat kawasan konservasi untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat pada Rabu (25/1). Diskusi yang digelar Pemprov Lampung dan Jaringan Kelola Ekosistem Lampung itu berlangsung di Ruang Abung, Kantor Gubernur Lampung. Menurut dia, pengembangbiakan rusa bisa membawa dampak ekonomi untuk Lampung. Hal ini menjadi bagian dari konsep konservasi dalam bentuk pemanfaatan kekayaan
foto-foto: LAMPUNG POST / HENDRIVAN GUMAY
genetik di Bumi Ruwa Jurai. Konservasi tidak hanya perlindungan dan pengawetan, tetapi juga ada aspek pemanfaatan. Ia berharap Kementerian Lingkungan Hidup membantu daerah untuk menyediakan bibit rusa yang bisa dimanfaatkan. “Kementerian perlu menyediakan pembenihan flora fauna dari wilayah konservasi. Di Taman Nasional Bukit Barisan banyak jenis anggrek yang indah dan bisa dirilis serta dikembangbiakkan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis,” ujarnya. Pengajar Fakultas Kehutanan Institur Pertanian Bogor (IPB), Irdika Mansur, mengatakan di Selandia Baru, rusa sudah diternakkan dan
menjadi komoditas yang diperjualbelikan. Harga dagingnya cukup tinggi mencapai Rp300 ribu/kg. Rusa juga bisa menjadi binatang peliharaan. Untuk mendapatkannya, seseorang harus membeli sepasang rusa seharga Rp26 juta. Lampung, kata dia, memiliki potensi untuk pengembangbiakan rusa. Pemeliharaan rusa terbilang sederhana, cukup diberi pakan wortel dan kangkung. Penangkaran rusa juga bisa menjadi lokasi wisata yang menarik bagi pengunjung. Ia sepakat bahwa pemanfaatan flora dan fauna di Nusantara merupakan bagian dari konservasi. (PAD/M1) asrul@lampungpost.co.id