Segala Hal Tentang Kuretase (Proses, Alat medis, Anestesi, Mengapa Kuretase)

Seputar Kuretase: Tujuan, Prosedur, dan Pemulihannya Metadeskripsi: A to Z seputar kuretase. Metode dan pemulihan pasca-kuretase. Alat medis pada prosedur kuretase.

Dalam dunia kedokteran dikenal istilah kuretase, atau yang lebih jamak dikenal dengan kuret. Kuretase adalah prosedur medis yang bertujuan untuk mengeluarkan jaringan endometrium di dalam rahim lewat proses pengerukan.

Endometrium merupakan jaringan berlendir yang akan menebal pada dinding rahim. Jika tidak terjadi pembuahan atau kehamilan, maka dinding endometrium akan luruh dan keluar dalam bentuk darah haid.

Nah, selain mengeluarkan endometrium abnormal, kuretase biasanya dilakukan untuk mengeluarkan janin yang mati dalam kandungan dan membersihkan sisa-sisa plasenta yang masih menempel di dinding rahim (retensi plasenta).

Kuret sendiri sebetulnya merupakan alat yang dipakai dalam tindakan kuretase. Dikutip dari laman web Klinik Raden Saleh, Tindakan ini umumnya berlangsung sekitar 10-15 menit.

Selama proses kuretase berlangsung, pasien tidak akan merasakan sakit karena sudah dibius terlebih dulu. Kuretase terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan tujuannya: 1. Kuretase Diagnosis Tindakan kuretase diagnosis dilakukan untuk memeriksa atau mengetahui ada tidaknya sel endometrium abnormal pada dinding rahim. Sel yang diambil pun sedikit karena hanya akan digunakan sebagai sampel. Biasanya kuret diagnosis ditempuh jika pasien mengalami kondisi seperti: -

Perdarahan per vaginam abnormal

-

Perdarahan pasca-menopause

-

Pemeriksaan lanjutan jika pada tes papsmear (pemeriksaan untuk mendeteksi ada tidaknya kanker serviks) ditemukan sel abnormal.

2. Kuretase Terapi Berbeda dari kuretase diagnosis, kuretase terapi dilakukan dengan mengeruk semua jaringan yang tertinggal di dalam rahim. Biasanya dokter akan menempuh prosedur ini jika terjadi hal-hal seperti: -

Keguguran atau pasca-aborsi

-

Hamil anggur (kehamilan mola)

-

Polip rahim

-

Janin tidak ada (blighted ovum)

-

Pengangkatan tumor jinak (fibroid) pada dinding rahim

Mengapa Kuretase Penting Dilakukan?

Kuretase perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kondisi kesehatan yang lebih parah.

Misalnya saat terjadi keguguran atau sisa plasenta janin yang tidak keluar, ada jaringan tertinggal di dalam rahim yang harus dibersihkan. Sebab jika tidak, hal ini akan membuat rahim sulit berkontraksi, tidak bisa menutup pembuluh darah, dan akhirnya berakibat pada perdarahan yang terjadi terus menerus.

Di samping itu, sisa jaringan yang tidak dibersihkan juga bisa menjadi tempat berkembang biak kuman, sehingga potensial menyebabkan terjadinya infeksi. Lewat prosedur kuret, semua jaringan abnormal yang mengganggu akan dibersihkan secara menyeluruh, sehingga rahim bisa berkontraksi dan bekerja dengan sempurna. Risiko infeksi pun dapat dihindari.

Anda tak perlu khawatir meski jaringan endometrium pada dinding rahim dibersihkan sampai habis, karena seiring waktu sel ini akan kembali terbentuk. Efeknya, siklus menstruasi setelah kuretase mungkin akan sedikit terganggu. Pada beberapa kasus, pasien bahkan tidak akan mendapatkan haid selama beberapa waktu.

Hal tersebut wajar, sebab rahim juga perlu mempersiapkan diri untuk membangun kembali sel endometrium secara sempurna. Yang bisa Anda lakukan agar proses pemulihan bisa berjalan lebih cepat adalah menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi serta cukup istirahat.

Anda bisa mendapatkan penanganan kuretase di Rumah Sakit atau Klinik Kuret yang secara khusus menyediakan layanan kuret. Kalau rumah sakit biasanya prosedurnya akan lebih berbelit jika dibandingkan anda menempuh jalur klinik khusus.

Apakah Pasien Kuret Masih Bisa Hamil?

Selama kondisi kesehatan ibu cukup baik dan tidak ada gangguan kesuburan, pasien kuretase masih berpeluang untuk hamil lagi. Nah, bagi Anda yang menjalani kuret karena keguguran dan ingin menyusun program hamil berikutnya, ada baiknya melakukan konsultasi kepada dokter kandungan terlebih dahulu.

Hal ini sangat penting diperhatikan sebab dokter lebih tahu kapan waktu yang tepat bagi Anda untuk kembali hamil setelah menjalani kuretase. Rentang kehamilan pasca-kuretase dengan kehamilan berikutnya biasanya variatif, tergantung kondisi si ibu.

Penggunaan Anestesi (Bius) pada Kuretase Sebelum tindakan dimulai, pasien akan diminta untuk berbaring dengan posisi kedua tungkai tertekuk (lutut didekatkan ke dada) sambil merentangkan paha. Dokter kemudian akan memberikan obat bius yang jenisnya sudah ditentukan dan disepakati sebelumnya.

-

Bius Lokal Anestesi lokal umumnya digunakan pada operasi kecil. Bius ini akan membuat area yang akan dioperasi (dalam hal ini sekitar rahim) menjadi kebas dan mati rasa.

Sepanjang kuretase berlangsung, pasien akan tetap sadar dan ada bagian kecil tubuh yang ikut terpengaruh, gigi misalnya.

Umumnya anestesi (bius) lokal disuntikkan, dioles, atau disemprotkan pada anggota badan atau selaput lendir di area tubuh yang akan dibedah.

-

Bius Regional Setingkat lebih tinggi dari bius lokal, bisu regional akan memblok rasa sakit pada hampir separuh bagian tubuh, misalnya pinggang ke bawah. Nah, bius regional ini dibagi menjadi 3 macam: blok saraf perifer, epidural, dan spinal.

Dari ketiganya, yang paling sering digunakan, terutama pada tindakan kuretase, adalah bius epidural. Bius dilakukan dengan menyuntikkan cairan anestesi ke dekat sumsum tulang belakang dan saraf yang terhubung. Hasilnya, pinggul, perut, dan kaki akan mengalami kebas total.

-

Bius Total Bisa juga disebut dengan anestesi umum. Bius total ini hanya digunakan pada tindakan operasi besar. Saat dibius total, Anda tidak akan sadar sama sekali, termasuk mengingat kejadian yang berlangsung selama operasi. Namun, bius ini cukup berisiko untuk pasien lansia, anak-anak, dan mereka yang menderita penyakit kronis tertentu.

Penentuan jenis bius yang dipakai selama kuretase didasarkan pada pertimbanganpertimbangan tertentu, salah satunya adalah kondisi kesehatan pasien. Jika pasien cukup sehat, maka bius lokal saja dirasa sudah cukup.

Prosedur Kuretase yang Wajib Diketahui Sebagaimana tindakan medis lain pada umumnya, kuretase juga mempunyai risiko yang tidak boleh diabaikan. Adapun keluhan yang paling sering terjadi biasanya berupa pembekuan darah, peradangan pada panggul, serta endometritis dan salpingitis.

Sebelum menjalani kuretase, pasien akan diminta untuk melakukan puasa selama 6-8 jam.

Ini bertujuan agar proses operasi berjalan lancar. Sebelum, selama, dan sesudah kuretase berlangsung, pasien harus didampingi oleh pasangan atau anggota keluarganya.

Selain itu, penting juga bagi pasien untuk memberi tahu tentang kondisi kesehatannya kepada dokter sebelum tindakan kuretase dilakukan, terutama jika:

-

Sedang hamil

-

Mengonsumsi obat pengencer darah

-

Ada keluhan pembekuan darah

-

Alergi obat-obatan tertentu atau lateks (sarung tangan karet milik dokter), dll

Informasi seperti itu penting disampaikan agar dokter bisa melakukan kuretase dengan tindakan yang tepat. Selain itu, kondisi pasien juga menjadi penentu jenis anestesi yang akan diberikan; apakah berupa bius lokal, bius regional (setengah badan), atau bius total.

Pada sebagian kasus, beberapa hari menjelang kuretase dokter akan melakukan tindakan dilatasi untuk memperlebar mulut rahim, sehingga proses kuret bisa dilaksanakan dengan mudah. Nah, dokter umumnya akan memberikan obat berupa misoprostol untuk membantu proses dilatasi pada pasien.

Jika memang diperlukan, pasien akan diberi cairan infus serta antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi yang bisa saja terjadi selama proses kuret berlangsung. Pemasangan infus ini lazim diberikan kepada pasien yang menderita infeksi panggul. Dokter juga akan memasang kateter untuk antisipasi jika pasien ingin buang air kecil.

Selanjutnya, dokter akan memasukkan alat khusus berupa spekulum ke dalam lubang kemaluan agar vagina tetap terbuka selama prosedur kuretase berlangsung. Secara perlahan, serviks akan dilebarkan memakai alat berbahan logam dengan ketebalan meningkat secara bertahap.

Jika lebar vagina sudah dirasa cukup lebar, dokter akan memasukkan alat kuret—baik kuret berupa pengerokan dengan alat berbahan logam maupun kuret dengan penyedotan (suction). Selanjutnya, alat kuret akan bekerja mengeluarkan jaringan endometrium.

Jumlahnya bervariasi, tergantung tipe dan tujuan kuretase; diagnosis atau terapi.

Nah, untuk melihat keadaan di dalam rahim secara lebih jelas (visual), dokter akan memasukkan alat bernama histeroskopi. Selanjutnya, jaringan endometriosis abnormal yang sudah dikeluarkan kemudian disimpan dalam wadah khusus dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Sedikit informasi, pasien yang mendapatkan bius lokal akan mengalami sedikit kram pada panggul ketika alat kuret dan businasi dimasukkan ke dalam rahim. Efek samping lain biasanya berupa mual dan pusing. Anda tak perlu khawatir karena ini merupakan kondisi yang sangat wajar. Begitu proses kuretase selesai dilakukan, dokter akan mengeluarkan semua alat dari dalam vagina.

Proses kuretase sendiri tidak berlangsung lama. Namun, bukan berarti pasien bisa langsung pulang setelahnya. Dokter biasanya akan meminta pasien untuk tinggal di rumah sakit atau klinik selama beberapa jam untuk memantau kondisi mereka, mengamati efek obat bius, dan yang paling penting untuk memastikan tidak adanya perdarahan pasca-kuretase.

Untuk meredakan kram yang dirasakan, dokter akan memberikan obat pereda nyeri dengan dosis yang sudah disesuaikan. Khusus pasien kuretase diagnosis, hasil pemeriksaan sampel jaringan sudah bisa diambil beberapa hari setelah tindakan. Nantinya dokter akan menjelaskan hasil pemeriksaan dan merencanakan pengobatan yang paling tepat jika memang diperlukan.

Alat Medis yang Dipakai Pada Prosedur Kuretase Ada banyak alat medis yang digunakan dalam prosedur kuretase, antara lain: -

Busi Hegar Busi hegar dipakai untuk tujuan businasimelakukan induksi pelebaran rahim, sehingga alat lain dalam prosedur kuretase bisa masuk ke dalam serviks.

-

Speculum Sims Alat medis yang jamak dijumpai dalam dunia kebidanan dan kandungan ini berguna untuk membuka lubang vagina bagian depan, sehingga pemeriksaan pada vagina bagian dalam bisa dilakukan dengan mudah.

-

Cocor Bebek Dinamakan demikian karena benda yang satu ini bentuknya memang mirip paruh bebek. Sama seperti speculum sims, cocor bebek digunakan untuk membuka dan

melihat bagian dalam vagina. Selain dipakai pada prosedur kuretase, cocor bebek juga digunakan dalam pemasangan kontrasepsi IUD. -

Sendok Kuret Merupakan alat tipis yang dipakai untuk mengeruk dan mengumpulkan jaringan endometriosis atau sisa konsepsi yang mengendap di dinding rahim.

-

Kanula Kanula adalah selang yang dipakai untuk menyedot atau menghisap jaringan yang tersisa di dinding rahim pada proses kuretase.

-

Sonde Sonde dipakai dalam prosedur kuretase untuk mengukur kedalaman uterus (rahim).

-

Tenakulum Dalam dunia kebidanan (obgyn), tenakulum dipakai untuk menjepit leher rahim (serviks) selama kuret berlangsung.

-

Laminaria Alat berupa batang kecil yang digunakan untuk membuka leher rahim pada saat tindakan kuretase berlangsung.

Efek Samping Kuretase Meski relatif aman, tindakan medis kuretase bukan tanpa resiko sama sekali. Berikut beberapa risiko yang bisa dialami oleh pasien kuret: •

Perdarahan hebat

•

Infeksi rahim

•

Sindrom Asherman atau luka parut pada dinding rahim. Kondisi ini tidak hanya berpengaruh terhadap siklus menstruasi, tapi juga potensial menyebabkan keguguran atau bahkan infertilitas (kemandulan).

•

Cedera berupa perforasi (perobekan) pada dinding rahim akibat penggunaan alat yang kurang tepat. Biasanya terjadi pada wanita yang sudah menopause.

Pemulihan Pasca-Kuretase

Setelah kuret, Anda mungkin akan merasakan sedikit sakit atau kram. Nyeri semacam ini umumnya berlangsung selama 1-2 hari. Ada juga yang tidak merasakan kram, tapi mengalami perdarahan ringan. Pasien bahkan sudah diperbolehkan untuk melakukan aktivitas seksual bersama pasangannya beberapa hari pasca-tindakan.

Nah, berikut beberapa cara yang bisa Anda coba untuk mempercepat proses pemulihan pasca-kuretase.

1. Tetap Bergerak Sesaat setelah prosedur kuretase selesai, cobalah berdiri dan jalan perlahan-lahan.

Selain menghindari risiko penggumpalan darah di kaki, cara ini juga berguna untuk memperkuat otot kaki yang lemah. Lakukan gerak secukupnya saja, tidak perlu berlebihan 2. Pakai Pembalut Biasa Alih-alih tampon, gunakan pembalut biasa yang berbentuk pad untuk menampung darah nifas agar Anda tidak mudah terkena infeksi.

3. Konsumsi Obat Pereda Nyeri Mengonsumsi ibuprofen atau obat pereda nyeri lain akan sangat membantu mempercepat pemulihan. Jangan lupa konsultasikan dulu dengan dokter kandungan atau bidan yang merawat Anda.

4. Bedrest Kuretase akan membuat tubuh terasa lemas. Sebaiknya banyak-banyaklah beristirahat dan hindari melakukan aktivitas yang berat, setidaknya sampai maksimal satu minggu setelah operasi agar luka pada rahim bisa segera sembuh. Jika kondisi sangat lemah, dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk bedrest, entah di rumah atau rumah sakit.

5. Konsumsi Makanan Bergizi Agar luka pada rahim cepat kering dan kondisi tubuh cepat pulih, pasien pascakuretase disarankan untuk memperbanyak asupan bergizi seimbang, seperti protein, karbohidrat, kalsium, lemak, vitamin, dan mineral.

Selain buah dan sayuran, jangan lupa mengonsumsi makanan yang kaya protein, seperti ikan, telur, daging, dan kacang-kacangan. Sumber makanan yang mengandung fiber (serat) juga sangat dibutuhkan agar sistem pencernaan tidak terganggu.

6. Tunda Berhubungan Seks Pada dasarnya, hubungan seksual boleh dilakukan 3 hari setelah kuret. Namun, untuk memastikan kondisi kesehatan Anda sudah benar-benar pulih, lebih baik tunda berhubungan intim sampai setidaknya 2 minggu, atau ketika darah sudah tidak lagi keluar. Alternatifnya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter mengenai kapan waktu paling tepat untuk kembali bersanggama.

7. Kelola Pikiran Tak bisa dimungkiri, kuret akan menyebabkan perempuan mengalami stres, terlebih jika hal ini disebabkan karena keguguran. Selain memulihkan kondisi fisik, jangan lupa untuk menjaga kesehatan jiwa dan pikiran agar tetap tenang.

Sebaiknya jangan membebani pikiran dengan hal-hal yang membuat pusing.

Fokuslah pada kesembuhan Anda. Jika ada keinginan untuk kembali hamil dalam waktu dekat, pikirkan lagi ketika Anda sudah betul-betul pulih.

8. Jangan Lupa Kontrol Pasca-kuret, dokter akan meminta pasien untuk melakukan kontrol rutin—biasanya dilakukan pada 7 hari setelah tindakan. Lakukan saran ini meskipun Anda merasa sudah cukup sehat. Nantinya, dokter akan melakukan pemeriksaan tertentu untuk mengetahui apakah Anda sudah benar-benar sehat atau belum.

Secara singkat, kuretase adalah tindakan medis yang sangat lazim dilakukan. Selama penanganannya dibantu oleh dokter atau petugas medis profesional, tak perlu khawatir jika suatu hari (atau mungkin dalam waktu dekat) Anda akan menjalani operasi ini. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!