■ Minggu Wage ■ 5 April 2015 Harga Eceran Rp 2.000 Harga Langganan Rp 50.000
TAHUN KE-30 NO: 18 TERBIT 16 HALAMAN - ISSN 0215-3203
GERHANA BULAN : Santri Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam dan masyarakat mengamati gerhana bulan total dengan menggunakan teleskop di Observatorium Cassa Assalaam, Sukoharjo, Sabtu (4/4). Foto kanan: Tampak bulan berwarna oranye saat gerhana terlihat dari Taman Tabans Gombel Semarang, semalam. ■ Foto: Antara/Harviyan-yan
Pemerintah Cuma Reaktif ■ Blokir 22 Situs Islam JAKARTA - Pemblokiran 22 situs Islam yang dianggap radikal oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika tak mendatangkan pujian bagi pemerintah. Presiden Jokowi pun masih dinilai kurang memperhatikan penyebaran paham radikalisme.
Padahal, menurut Ali, ISIS bukan organisasi yang bakal bertahan lama. Dibanding AlQaeda, ISIS ia anggap masih kurang matang. “ISIS itu bagai embrio jika dibandingkan dengan Al-Qaeda. Memang dia bisa menguasai wilayah, tapi tidak bisa menjalankan pemerintahan dengan baik,” ujarnya.
Bersambung ke hal 2 kol 3
“Perbedaan Jokowi dan pemerintahan sebelumnya, Pak Jokowi kurang memberi perhatian terhadap radikalisme yang menjadi keprihatinan bersama. Apakah generasi muda Indonesia cukup bisa dipengaruhi radikalisme atau tidak,” ujar Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Jakarta Ali Munhanif dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (4/4). Respons pemerintah hingga saat ini disebut Ali masih bersifat sporadis dan fluktuatif. Belum ada kebijakan jangka panjang untuk menangkal penyebaran paham radikal. “Setelah ada ISIS tiba-tiba paranoid, nanti jika ISIS hilang pasti diam lagi. Pemerintah hanya reaktif,” kata dia.
GEBYAR
8
Dilamar Stuart Collin? SETELAH bercerai dengan Rifky Balweel akhir tahun lalu, nampaknya pesinetron Risty Tagor sudah akan membuka lembaran baru dalam hidupnya. Pasalnya, beredar kabar jika si cantik yang berhijab itu telah dila mar oleh Stuart Collin. Kabar tersebut muncul saat sebuah foto kebersamaan keduanya beredar di internet. Dalam foto tersebut keduanya nam pak berpose dengan seorang wanita. Risty cantik dengan menggunakan hijab ber warna pink sedangkan Stuart sendiri nampak memakai batik. Keduanya pun seperti baru saja menggelar sebuah acara resmi.
Ulama dan Ormas Pemalang Tolak ISIS PEMALANG - Ulama, ormas dan mahasiswa di Kabupaten Pemalang menggelar aksi menolak faham radikal ISIS. Mereka melakukan orasi dan pembagian selebaran ke sejumlah pengguna jalan di jalur alun-alun Pemalang, Sabtu (4/4) sore. Arus lalu lintas sempat melambat karena banyak pengendara yang melambatkan kendaraannya untuk sejenak melihat aksi yang dilakukan. Selain itu juga adanya pembagian selebaran tentang mengenak kelompok ISIS dan sepak terjangnya. Salah satu ulama Habib Muksin mengatakan, ulama pemalang mayoritas tidak menyukai ISIS karena sangat sadis sekali dan tidak sesuai dengan Islam yang cinta kasih sayang di mana orang salah dan berdosa tetap diampuni namun ISIS bertindak sangat kejam. “Umat Islam di Pema-
Pulang Solo, Jokowi Mampir Ponpes SOLO - Kepulangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), ke kampung halamannya Solo, dimanfaatkan untuk mengunjungi sahabatnya, di Pondok Pesantren (Ponpes) Alquraniy Azzayadiy, Bumi,Laweyan, Solo dan pengasuh Ponpes Al-Muayyad, Mangkuyudan Solo, Sabtu (4/4).
Bersambung ke hal 2 kol 1 KUNJUNGI PESANTREN : Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan pengasuh Pondok Pesantren Alquran Azzayadi, KH Abdul Karim atau dikenal dengan Gus Karim di Laweyan, Solo, Sabtu (4/4). ■ Foto: Antara
lang sangat menentang gerakan-gerakan ISIS//ulama akan terus bergerak guna menggelorakan anti ISIS,” tegasnya. Tak berbeda apa yang disampaikan perwakilan mahasiswa yang juga memprotes tindakan ISIS yang sangat ke-
jam dan tidak berperikemanusiaan, serta berkedok agama padahal Agama Islam justru mengajarkan cinta kasih sayang. Karena itu mahasiswa menolak adanya paham radikal ISIS yang masuk ke Indonesia. ■ Obo-yan
ORASI: Ulama Pemalang dan mahasiswa menggelar orasi menentang paham radikal ISIS, Sabtu (4/4) di Alun-alun Pemalang. ■ Foto: Probo Wirasto-yan
■ Mahasiswa Hilang di Sindoro
Diduga Tersesat di Watubelah YOGYA - Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian terhadap Zaenuri Ahmad (20) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta yang tersesat atau dihilang di Gunung Sindoro, Temanggung. Namun hingga Sabtu (4/4) pencarian belum membuahkan hasil Zaenuri asal Klaten itu terpisah dengan rombongan pada hari Jumat (3/4). Mereka melakukan bersama beberapa rekannya pada hari Kamis (1/4). “Sampai hari ini belum ketemu,” kata salah satu petugas di posko Kledung, Kabupaten Temanggung. Menurut dia, pencarian dilakukan melalui beberapa titik atau jalan pendakian menuju Sindoro. Saat ini Tim SAR ga-
bungan masih melakukan pencarian di semua titik baik melalui jalur Kledung maupun jalur pendakian yang lain. “Ada beberapa titik atau tempat yang masih dilakukan penyisiran,” katanya. Zaenuri dikabarkan hilang sejak Kamis, 2 April lalu. “Dia naik (gunung) hari Rabu 1 April lalu. Pada 2 April pas dia mau ke puncak, dia hilang di sana,” ujar Gilang, rekan Zaenuri. Gilang menceritakan, Zaenuri berangkat menuju Sindoro bersama 7 rekannya. Diperkirakan, Zaenuri hilang di Watubelah yang merupakan track Gunung Sindoro untuk menuju puncak. “Dia hilang di Watube-
Bersambung ke hal 2 kol 1
Lulusan SD Temukan Pengolahan Biogas Murah
Kerja Keras agar Rakyat Miskin Nikmati Teknologi Teguh Haryono (26), pemuda Desa Kesenet Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara menemukan teknologi pengolahan biogas. Inovasi dilakukan dengan memanfaatkan kotoran kambing. Hasi penemuan itu mampu memenuhi kebutuhan gas warga di desaya. PEMUDA lulusan Sekolah Dasar (SD) dari Desa Kesenet, ini mengatakan temuannya merupakan pengembangan dari materi pelatihan di kota Malang yang pernah diikutinya. Di pelatihan tersebut, dirinya diajarkan pembuatan teknologi biogas dengan menggunakan ba-
han-bahan yang mahal dan dengan menggunakan kotoran sapi. Namun, sepulangnya ke desa, aku Teguh, dirinya menemukan banyak kendala untuk mengaplikasinya pelatihannya tersebut. “Kendala muncul sebab bila mengikuti apa yang diajarkan, modal tidak punya. Pertama, soal modal yang cukup besar. Kedua, masyarakat mayoritas punyanya kambing” katanya. Kondisi ini, membuat dia memutar otak. Bagaimana caranya masyarakat desa yang miskin bisa menikmati teknologi yang akan membawa manfaat yang sangat besar mengingat
keuntungannya dari pengolahan ini. “Tantangan inilah yang kemudian melahirkan teknologi digester sederhana dan murah ini. Bila di tempat lain pembuatan instalasi biogas membutuhkan modal kisaran Rp 15 juBersambung ke hal 2 kol 1 PENGOLAHAN: Teguh Haryono (26), pemuda Desa Kesenet, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara menjelaskan pengolahan biogas hasil temuannya kepada tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB). ■ Foto: Joko Santoso-yan