Komunikasi edisi 305 Juli-Agustus 2016

Page 7

Soft Program PIU-IDB UM Soft program terdiri atas empat program. Pertama, research grant. Program ini merupakan penelitian dengan judul yang saling terkait dan melibatkan seluruh warga UM. Sebanyak 66 judul penelitian akan didanai dan dikoordinasi oleh LP2M. Penelitian ini didanai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di UM. Penelitianpenelitian yang dilakukan harus mengarah ke bidang inovasi belajar. Penelitian ini dilakukan sejak awal program IDB dan saat ini sudah sampai pada tahap pengajuan proposal oleh dosen-dosen. Keterlibatan mahasiswa bergantung pada penelitian dosen dan yang lebih mungkin banyak terlibat adalah mahasiswa S3. Kedua, research consortia yang dilakukan bersama Unej, Unmul, dan Untirta. Konsorsium yang digawangi UM dinamai Indonesian Consortium for Learning Innovation Research (I-CLIR). Di program ini, ditunjuk beberapa dosen dari berbagai bidang keahlian yang tergabung dalam sebuah konsorsium. Ketua konsorsium untuk mengelola gagasan tersebut yaitu Prof. Dr. Waras Kamdi, M.Pd. Research consortia gabungan dari 4 perguruan tinggi itu juga memperkuat learning innovation. Empat perguruan tinggi masing-masing mempunyai bidang unggulan, tetapi juga bergabung untuk memperkuat bidang unggulan masing-masing. “Kita masuk ke sana, yang sana juga masuk ke kita,” tegas Sintha. Penelitian ini dilakukan sejak awal program. Tim I-CLIR sering bertemu, baik tatap muka maupun melalui video conference untuk membahas proposal penelitian bersama. Empat perguruan tinggi tersebut juga saling berkunjung satu sama lain untuk proses kelancaran penelitian. “Jadi mesra,” kata dosen Sastra Inggris asli Malang ini. Diharapkan konsorsium ini terus berlangsung tidak hanya sampai masa 3 tahun penelitian selesai, tetapi sampai seterusnya dan bahkan melibatkan perguruan tinggi lainnya. Ketiga, curriculum development. Melalui hasil dari research grant dan research consortia pada tahun pertama, UM akan memperoleh data tentang kebutuhan mahasiswa yang nantinya akan diwujudkan dalam kurikulum inovatif yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa masa kini. Kurikulum baru ini nanti akan disebut Life-based Learning Curriculum. Jadi, melalui research grant dan research consortia, UM melakukan semacam analisis kebutuhan sebagai dasar pengembangan kurikulum yang baru sambil mengevaluasi kurikulum yang ada,” ungkap dosen yang menyukai cwi mie Malang itu. Tentang kurikulum Life-based Learning ini, Dr. Kusubakti Andajani, S.Pd., M.Pd., PIC kegiatan Curriculum Development, menandaskan pula bahwa kurikulum yang bercirikan dengan transdisipliner ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan belajar dengan cara memberikan kesempatan kepada

Foto: Yana/Ajrul

Laporan Utama

Dr. Sinta Tresnadewi, M.Pd memaparkan soft program PIU-IDB.

mahasiswa untuk mengambil matakuliah lintas disiplin dan diakui secara Sistem Kredit Semester (SKS). Namun, dengan catatan bahwa matakuliah yang diambil mendukung disiplin ilmu yang sedang diambil. “Selama ini, mata kuliah transdisipliner hanya terbatas pada mata kuliah umum. Ke depannya, akan dibuat sebuah sistem yang memungkinkan mahasiswa dapat mengambil matakuliah di luar jurusan, luar fakultas, bahkan lintas universitas,” papar dosen Sastra Indonesia itu. Pelaksanaan magang juga akan mendapatkan fasilitas. Dengan demikian, proses perkuliahan tidak hanya dari belajar teori, tetapi juga dari keadaan lapangan secara langsung. Sementara tentang sistem yang mengatur mahasiswa untuk mengambil open course di luar UM, Andajani mengaku saat ini sedang dikaji oleh jajaran akademik. Keempat, degree dan non-degree training. Degree training memberi kesempatan pada 20 dosen untuk kuliah S3 ke luar negeri. Sementara non-degree training memberi kesempatan pada total 109 orang yang terbagi menjadi tenaga kependidikan dalam negeri 27 orang, tenaga kependidikan luar negeri 17 orang, dosen dalam negeri 40 orang, dan dosen luar negeri 25 orang. Degree dan non-degree training sudah disosialisasikan dan ada tahap-tahap seleksi. Untuk degree training, ada syaratsyarat tertentu yang harus dipenuhi dosen, di antaranya usia di bawah 45 tahun. Selain itu, apa pun bidang ilmunya, disertasi yang diambil harus mendukung inovasi belajar. Non-degree training disediakan untuk

tenaga kependidikan dan dosen. Menurut Sintha, pelatihannya tidak sampai terlalu lama. Karena setelah kegiatan UM akan mempunyai laboratorium-laboratorium baru, maka perlu pelatihan untuk tenaga kependidikan ini. Dosen-dosen yang sudah S3 atau profesor juga perlu mengikuti sort course. “Semua ini untuk mendukung terwujudnya UM sebagai pusat inovasi belajar,” tegasnya. Hard Program PIU-IDB UM Hard program terdiri dari pengadaan gedung, pengadaan alat, infrastruktur, dan book and journal. Dua gedung perkuliahan bersama masing-masing sembilan lantai akan menjadi aset baru milik UM yang direncanakan selesai tahun 2019. Desain yang dibuat oleh PT. Patroon Arsindo ini akan sejajar mengapit gedung PPG di Jalan Simpang Bogor. Di antara tiga gedung tersebut, rencananya akan dibangun amphitheater sebagai tempat kegiatan berkesenian mahasiswa di tengah-tengah ruang terbuka hijau. Lantai satu sampai tiga akan dikhususkan untuk laboratorium, sedangkan lainnya adalah ruang kelas, self access center, dan testing center. Menurut WR IV UM, gedung kuliah bersama itu dibangun untuk semua jurusan. “Tujuannya, agar mahaiswa saling mengenal, tidak hanya teman satu kelas,” papar dosen Kimia itu. Berdasarkan kontrak dengan PT. Patroon Arsindo sebagai konsultan pembangunan gedung, rancangan gedung harus diselesaikan sebelum November 2016. Menurut keterangan Eko, PIC Civil Work, desain tersebut masih belum final. Ketika Tahun 38 Juli-Agustus 2016 |

7


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Komunikasi edisi 305 Juli-Agustus 2016 by Majalah Komunikasi UM - Issuu