Majalah Komunikasi UM | Edisi 327 Maret - April 2020

Page 1



DAFTAR ISI Sudah siap menyambut Merdeka Belajar di kampus UM? Ya, ini merupakan salah satu kebijakan baru yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam kegiatan proses pembelajaran. Mau tidak mau pasti kita akan merasakan dan mengalaminya. Kebijakan baru ini akan mulai aktif diterapkan di UM pada tahun ajaran 2020/2021. Lalu, bagaimana persiapan dan kesiapan UM dalam menyambut kebijakan baru Kemendikbud ini? Yuk simak pembahasannya di rubrik Liputan Utama!

dok. Komunikasi

Menuju Kampus Merdeka SALAM REDAKSI 4

6

SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA UP TO DATE 9

19 22 24

OPINI 10 SEPUTAR KAMPUS 12 PROFIL

Siapa bilang berkeluarga adalah akhir bagi wanita untuk menggapai segala cita? Justru dengan cinta dan dukungan keluarga, kedua sosok ini dapat terus berkarya dan bermanfaat bagi sesama. Yuk simak obrolan inspiratif bersama dua Kartini Masa Kini, Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd. (Dekan FIS) dan Prof. Dra. Utami Widiati, M.A., Ph. D. (Dekan FS) di rubrik Profil!

CERITA MEREKA CURHAT 24 INFO 25

­­Sinan Tegar Menggenggam Harapan

LAPORAN KHUSUS 30 PUSTAKA 31

Sinan Tirmidzi, salah satu mahasiswa istimewa dari Tuhan. Kehilangan penglihatan di usia remaja tidak membuat tekadnya kendur. Bagi Sinan kekurangan dalam dirinya bukan suatu halangan demi masa depan yang gemilang. Terlebih, dia adalah mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan. Kekurangannya tidak sebanding dengan cita-citanya yang membumbung tinggi. Kisah selengkapnya di rubrik Cerita Mereka.

WISATA RANCAK BUDAYA 34 KOMIK 38 LENSA UM 39

Menyusuri Perjalanan Cafe Sawah

Hingga Dikenal Ribuan Mata

Siap sangka, di balik keindahan dan kesejukannya, Cafe Sawah Pujon menyimpan perjuangan panjang. Pengelolaan tempat wisata ini juga patut dijadikan contoh oleh banyak orang. Penasaran? Baca selengkapnya di Rubrik Wisata!

32

dok. Komunikasi

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Kartini Masa Kini Berkeluarga Bukan Alasan Pemupus Cita

Tahun 41 Maret-April 2020 |

3


Salam Redaksi

STT: SK Menpen No. 148/ STT: SK Menpen No. 148/ SK DITJEN PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978

Menyongsong Kampus Merdeka

T

uhan mencipta manusia begitu istimewa, potensi akal, emosi, dan raga memampukannya berpikir dan bertindak dalam berbagai situasi. Dengan akalnya, manusia bebas belajar, mengeksplorasi alam seolah tanpa batas, berkreasi, mencipta hal baru, dan memecahkan masalah yang muncul seiring tantangan perubahan sosial budaya dari masa ke masa, termasuk dalam konteks revolusi industri 4.0. Beragam perubahan teknologi yang mendisrupsi di era ini menghadirkan berbagai trend bahkan berpotensi menghadirkan kondisi uncertainty. Pesatnya perkembangan teknologi dan sosial budaya saat ini tentu harus direspons segera oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun pendidikan tinggi. Sebagai pusat kajian keilmuan dan lembaga pendidikan tinggi, kampus perlu mengembangkan berbagai strategi jitu agar lembaga dan lulusannya adaptif dengan tantangan era disrupsi. Salah satu wujud kebijakan pemerintah yang merespons perkembangan era disrupsi adalah program Kampus Merdeka. Kebijakan ini merupakan implementasi lanjut dari kebijakan Merdeka Belajar di jenjang perguruan tinggi; sebuah langkah solusi model pendidikan yang diselaraskan dengan karakteristik generasi milenial agar adaptif terhadap tantangan revolusi industri 4.0. Terdapat empat pokok kebijakan Kampus Merdeka yang sedang digulirkan. Pertama yaitu pembukaan program studi baru, dimaksudkan untuk menjawab pesatnya perubahan dunia usaha, industri, dan kerja. Kedua yaitu sistem akreditasi perguruan tinggi. Melalui kebijakan baru, prasyarat dan prosedur akreditasi dikemas lebih sederhana. Ketiga yaitu status perguruan tinggi negeri badan hukum, bertujuan untuk memotivasi perguruan tinggi negeri agar lebih mandiri dan berdaya saing. Keempat yaitu hak belajar tiga semester di luar program studi, bertujuan memberikan peluang para pebelajar untuk memperluas wawasan, keterampilan, dan sikap dengan belajar secara interdisipliner. Untuk menerapkan pokok kebijakan keempat, kampus perlu melakukan penyesuaian kurikulum dan sistem pembelajaran. Melalui Kampus Merdeka, Nadiem Makarim

idabirP .kod

oleh Muslihati

ingin mendorong generasi masa depan agar lebih banyak belajar dari dunia luar secara interdisipliner. Dengan begitu mereka dapat memetik inspirasi dalam menciptakan inovasi yang efektif sesuai kebutuhan masyarakat. Kampus Merdeka juga bertujuan menyederhanakan sistem administrasi, khususnya akreditasi institusi dan program studi agar perguruan tinggi tidak terjebak dalam rutinitas administrasi tersebut. Kebijakan tersebut tentu merupakan angin segar sekaligus tantangan bagi kampus-kampus di bumi pertiwi. Sebagai salah satu LPTK terkemuka di Indonesia, UM menyambut kebijakan ini dengan berbagai strategi. Pada edisi kali ini, Komunikasi memuat paparan tentang berbagai persiapan UM dalam menerapkan kebijakan Kampus Merdeka. Strategi yang diterapkan UM dalam menyambut penerapan kebijakan kampus merdeka dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) melalui program pendidikan doktor bagi dosen, pengembangan kurikulum berbasis kehidupan yang menerapkan perkuliahan interdisipliner, memanfaatkan sistem online dan praktik di lapangan yang didukung kerja sama dengan berbagai pihak, pengembangan mata kuliah manajemen inovasi, persiapan membuka program studi yang relevan dan diperlukan di masyarakat, meningkatkan status akreditasi nasional maupun internasional. Merujuk pada penuturan yang disampaikan Rektor UM, Prof. Dr. Rofiudin, M.Pd., jelas UM telah bergerak lebih awal. Semua strategi yang diterapkan UM menggambarkan antusias kampus pendidikan ini dalam menyongsong kebijakan Kampus Merdeka. Segala upaya merealisasikan pokok-pokok kebijakan kampus merdeka pun tidak lemah meski Covid-19 menerpa. Dengan tetap patuh pada kebijakan nasional untuk Stay at Home, proses pembelajaran jarak jauh melalui sistem daring pun terus berjalan. Komunikasi dan interaksi pembelajaran dilakukan melalui berbagai model kreatif, sembari terus berdoa wabah segera mereda. Nampaknya situasi ini sekaligus menjadi kesempatan untuk menerapkan konsep merdeka belajar. Penulis adalah Dosen BK FIP UM dan Penyunting Majalah Komunikasi

KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.

4 | Komunikasi Edisi 32

Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Wakil Penanggung Jawab Hendra Susanto Ketua Pengarah Sucipto Ketua Penyunting Zulkarnain Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Yusuf Hanafi Muslihati Evi Susanti M. Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Kun Sila Ananda Tika Dwi Tama Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Fitriyanti Bunga Layouter Fitrah Izul Falaq Nadifah Adya Ilham Desainer dan Ilustrator Nur Aviatul Adaniyah Reporter Rosa Briliana Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nikmatul Khoiriyah Caecilia Sherina Dewi Nurul Laili Rohmatin Zahira Alfiani Niken Puspitsari M. Izam Masroir Administrasi Taat Setyohadi Su’udi Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Hadi Mulyono Distributor Adi Santoso


Surat Pembaca

Promosi di Komunikasi Assalamualaikum, wr. wb.

Salam, Niken Puspitasari Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan Waalaikumsalam Wr. Wb. Dear Niken, terimakasih atas responnya terhadap majalah Komunikasi. Iklan atau promosi kegiatan bisa dikirimkan ke Komunikasi, kami akan muat di website. Iklan dapat dikirim ke: komunikasi@um.ac.id

Nur Aviatul Adaniyah

Saya Niken, mahasiswa jurusan ekonomi pembangunan. Selama ini saya setia menjadi pembaca majalah komunikasi UM. Sejauh yang saya lihat majalah komunikasi sangatlah memberikan informasi maupun wawasan baik di dalam maupun luar kampus. Dan patut diacungi jempol. Saya ingin bertanya, apakah bisa majalah komunikasi memberikan ruang khusus sebagai tempat promosi atau iklan baik itu berupa produk atau sesuatu hal lainnya seperti kegiatan di kampus ? Terima kasih. Jalur eksklusif sudah dipersiapkan untuk pemikir-pemikir progresif. Cover Story

Repro Internet

Salam, Redaksi

Jadikan kampus tempat untuk mengasah, bukan tempat untuk berkeluh kesah Najwa Shihab

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Tahun 41 Maret-April 2020 |

5


dok. Komunikasi

Laporan Utama

Menuju Kampus Merdeka

K 6 | Komunikasi Edisi 327

ampus Merdeka merupakan kebijakan versi lanjut dari program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ada empat pokok kebijakan Kampus Merdeka, yaitu pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, perguruan tinggi negeri badan hukum, dan hak belajar tiga semester di luar program studi. Universitas Negeri Malang (UM) menjadi salah satu perguruan tinggi yang mengikuti kebijakan baru ini dan akan mulai aktif menerapkannya pada tahun ajaran 2020/2021 mendatang. UM menyambut baik adanya kebijakan baru yang dinilai bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) ini. Berbagai persiapan sudah dilakukan UM agar ke-

bijakan baru ini dapat berjalan dengan baik. Berikut ulasannya. Kesiapan UM Menyambut Kebijakan Kampus Merdeka Menyambut baik programprogram kementerian yang menyangkut Kampus Merdeka maupun Merdeka Belajar. Sisi kesiapan UM sebenarnya sudah masuk tahun ketiga. Salah satunya ialah pengembangan dari sisi akademik. Upaya UM tersebut dapat dilihat dengan adanya Islamic Development Bank (IsDB), menguliahkan dosen-dosen ke luar negeri, dan pengembangan di bidang penelitian pendidikan yang terus dilakukan. UM juga telah menyiapkan kurikulum baru sejak tiga tahun lalu. Kurikulum yang dikembangkan tersebut sudah sesuai dengan yang di-

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

canangkan oleh Mendikbud saat ini. Dalam penerapannya nanti, mahasiswa UM diberi opsi untuk mengambil bidangbidang di luar program studinya dengan kisaran mencapai 30 SKS. “Dasar pemikiran kita saat ini adalah bahwa hidup sekarang memang menuntut mahasiswa harus betul-betul mempunyai fleksibilitas tinggi dan mereka harus bisa merespon dengan cepat apa yang ada di masyarakat,� papar Prof. Dr. AH. Rofi’uddin, M.Pd., Rektor UM. Maka dari itu ada mata kuliah yang dirancang seperti mata kuliah manajemen inovasi di mana mata kuliah tersebut dimaksudkan ke arah yang bisa membekali mahasiswa untuk bisa menerapkannya di kehidupan bermasyarakat. Pada kurikulum ini mahasiswa bisa men-


gambil mata kuliah di jurusan lain, fakultas lain, bahkan perguruan tinggi lain. Sebenarnya kurikulum ini mulai berlaku di tahun 2018, namun saat sekarang dengan adanya kebijakan dari Kemendikbud maka hanya memodifikasi dengan prinsip yang sudah berjalan sebelumnya. UM saat ini bekerja sama dengan dunia industri dan dunia usaha dengan lebih masif lagi dibandingkan yang sudah dilakukan kerjasama sebelumnya. “Kesiapan UM menghadapi kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka dengan adanya momentum ini pas sekali, UM sudah menyiapkan, kebijakan Kementerian diarahkan kesana bahwa mahasiswa memang harus merdeka dalam hal belajar untuk memilih arah tujuan hidupnya. UM diberi kebebasan untuk pengelolaan-pengelolaannya,” tuturnya. Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi (Prodi) Di tahun 2020 mahasiswa akan melakukan magang sesuai kurikulum 2018 dengan sedikit perbaikan. Mahasiswa bisa belajar di luar jurusan dan prodinya sampai dengan maksimal tiga semester atau maksimal 60 SKS. “Pengaturannya sedang dimatangkan, untuk yang prodi pendidikan (dik, red.) yang selama ini lebih pada observasi, sekarang kita sedang merancang kerja sama dengan pemerintah-pemerintah daerah (pemda) di seluruh Indonesia, yaitu pada daerah yang dianggap kurang tenaga gurunya. Kita akan memberikan take and give,” ujar Rofi’uddin saat ditemui di ruang kerjanya. Mahasiswa UM diharapkan bisa sampai satu sampai dua semester untuk proses belajar mengajar di sana. Selama kegiatan berlangsung, mahasiswa akan memperoleh ekuivalen untuk 40 SKS dan kegiatan online di sistem pembelajaran (sipejar). UM sedang intensif bermitra dan sepakat untuk menentukan jumlah guru yang dibutuhkan di salah satu daerah yang membutuhkan. Guru yang dikirim ke daerah yang membutuhkan adalah guru yang benar-benar sudah siap dalam penguasaan konten, metodologi, serta sudah siap terjun ke lapangan. Selain mengajar, mereka juga melakukan skripsi, Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta kegiatan lain yang relevan untuk dipadukan. Perlakuan serupa juga akan diterapkan untuk prodi non-kependidikan (non-dik,

Repro Internet

Laporan Utama

Empat Poin Kebijakan Merdeka Belajar : Kampus Merdeka

red.). UM sedang gencar bekerja sama dengan berbagai perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), industri besar sampai kecil, serta usaha mikro kecil menengah (UMKM). Sebelumnya memang sudah diterapkan, tapi sifatnya sangat parsial. Terkadang mahasiswa datang tidak membawa target tertentu dalam penguasaan bidangnya, dunia usaha yang menampung mahasiswa juga tidak memasang target. Hal ini yang menjadi pelajaran bagi UM sehingga nanti mahasiswa diharapkan paling tidak mendapatkan upah minimum regional. “Masuk di perusahaan tersebut sebagai pekerja, serta industri sudah punya target, mahasiswa bekerja seperti pegawai yang lain. Dari kampus dia memiliki target sesuai dengan SKS yang ditempuhnya, serta di industri pun mempunyai target yang harus dilakukannya yang diiringi pengawasanpengawasan,” tutur rektor yang berasal dari Fakultas Sastra ini. Keuntungan yang dapat dirasakan apabila mahasiswa bagus dalam melaksanakan kuliah praktek di industri, perusahaan bisa langsung merekrut tenaga tersebut untuk bekerja di perusahaannya. Mengingat, saat ini mencari lowongan kerja di perusahaan juga tidak mudah. “Jadi kalau digambarkan sekilas, itulah hal yang kita realisasikan untuk menyambut kebijakan kementerian yang baru ini. Mahasiswa baru yang masuk di tahun 2020 akan sepenuhnya menggunakan kurikulum baru ini,” imbuhnya. Kemunculan kebijakan baru ini turut mengundang berbagai respons dari mahasiswa. “Kuliah lima semester, magang tiga

semester, saya setuju dengan kebijakan ini karena di dunia kerja sekarang yang diperlukan selain pengetahuan tetapi juga butuh skill. Selama ini kan magang hanya satu semester, jadi kurang balance menurutku,” ungkap Nur Indah Permata. “Bisa diterapkan dengan porsi yang proposional, apalagi untuk kita sebagai calon guru yang sebenarnya butuh banyak jam terbang,” lanjutnya. Sejalan dengan pendapat teman seprodinya, Wahyu Putri Lestari juga mengungkapkan hal yang sama. “Menurut saya tujuannya bagus banget, karena saya sebagai mahasiswa juga lebih suka terjun ke lapangan atau praktik langsung daripada dapat teori terus,” ungkapnya. Pengecualian untuk Bidang Pendidikan dan Kesehatan Kebijakan Kampus Merdeka diberi keleluasaan untuk mengembangkan program studi dan mengembangkan berbagai sisi. Hanya ada satu catatan bahwa hal ini tidak berlaku untuk bidang kesehatan yaitu dokter dan bidang kependidikan. Kependidikan dikecualikan karena sedang berkonsentrasi untuk menghasilkan guru terbaik. Lulusan bidang kependidikan sekarang ini mengalami over supply, kenyataannya tiap tahun dibutuhkan sekitar 100.000, sementara di Indonesia S-1 pendidikan bisa mencapai 300.000 sampai 400.000. Hal ini disebabkan jumlah perguruan tinggi di Indonesia sebanyak 4500 perguruan tinggi, serta mayoritas dari mereka mempunyai Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Pemerintah telah memberikan apresiasi bagi pendidik seperti mendapat

Tahun 41 Maret-April 2020 |

7


Laporan Utama

Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.PD., Rektor UM menyampaikan edukasi tentang kebijakan Kampus Merdeka

Hal ini penting diperhatikan karena apabila gurunya tidak pintar, akan sulit mengharapkan anak-anak di Indonesia menjadi pintar. Kependidikan tidak dilepas karena mutu guru bisa menjadi semakin buruk, begitu juga dengan bidang medis. Kalau tidak dibatasi maka Indonesia akan memiliki dokter-dokter yang tidak kompeten.

non-dik saat mereka melakukan aktivitas di dunia industri, nanti akan diberi frame berpikir teoritiknya, ditulis, dirangkum dalam satu jawaban, dipertanggungjawabkan, dan selesailah skripsi mereka,” terangnya lebih lanjut. Peraturan yang sama berlaku bagi mahasiswa dik. Aktivitas di sekolah dengan kegiatan pembelajarannya, inovasi pengembangan media, dikaitkan dan dikembangkan dengan kerangka berpikir, pemanfaatan medianya, diujicobakan di sekolahnya, mendapatkan data dengan hasilnya, dan dirangkum dalam sebuah skripsi. Bagi dosen, tri dharma tetap berjalan dengan melakukan riset. Harus meneliti dan publikasi di jurnal bereputasi. Kegiatan ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap tahun.

Apakah Kebijakan Kampus Merdeka Lebih Condong ke Dunia Industri?

Apakah UM Akan Membuka Prodi Baru?

Kehidupan itu memang selalu ada multidimensi, artinya memang sudut pandang sangat menentukan apakah sesuatu itu bermakna atau tidak. Tidak ada sesuatu yang seratus persen positif atau negatif. Begitu juga dengan kebijakan Kampus Merdeka. Kebijakan ini untuk meningkatkan kualitas SDM UM di level regional dengan adanya standardisasi. Bukan tiga semester belajar di luar perkuliahan bukan berarti meninggalkan kegiatan akademik, tetapi itu menjadi satu kesatuan dan saling melengkapi. “Walaupun banyak yang mengkritik bahwa kebijakan ini lebih mengarah untuk mengembangkan kegiatan praktis dan hard skill, tapi Tri Dharma Perguruan Tinggi tetap berjalan,” tegas Rofi’uddin. Mahasiswa nantinya juga akan diberi kemudahan dalam pengerjaan skripsi. “Bagi mahasiswa | Komunikasi Edisi 327

Diaminkan oleh Rofi’uddin, UM akan membuka prodi-prodi baru yang sesuai dengan kebijakan dan memiliki nilai pasar tinggi. Pihak kampus masih dalam tahap persiapan untuk membuka prodi baru, tetapi Rofi’uddin menyatakan telah mengantongi daftar nama prodi baru yang akan dibuka di UM. “Saat ini kita sedang menyiapkan di bidang statistik, ada aktuaria. Nah, kita sedang menyiapkan hal tersebut,” kata Rofi’uddin. Disampaikan lebih lanjut olehnya, hampir semua fakultas akan dikembangkan satu prodi baru. UM juga akan diproses menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).

tunjangan sertifikasi guru, sekali gaji pokok, itu artinya rangsangan cukup bagus. “Di UM mulai diberlakukan untuk prodi-prodi kependidikan memiliki skor masuk yang tinggi. Artinya, anak-anak pintar banyak yang berminat untuk menjadi guru. Beda dengan yang dulu, apabila tidak bisa masuk ke mana-mana baru memilih masuk keguruan,” terang Rofi’uddin.

8

Orang nomor satu di UM ini turut menjelaskan perihal PTN-BH yang selalu dikaitkan dengan isu komersialisasi pendidikan tinggi. Dia menuturkan, PTN-BH masih

mendapatkan dana dari pemerintah, subsidi negara kepada mahasiswa sangat tinggi. “Ini momentum yang baik dan terbuka untuk segera kita respon dan manfaatkan, harapannya saya sebagai rektor mutu mahasiswa menjadi baik dan bisa memberi kontribusi di dalam kehidupan dan profesi apa pun,” ujarnya. Kebijakan Kampus Merdeka dan Tantangannya untuk UM Tidak mudah untuk bermitra dengan dunia industri atau dunia usaha. Dunia industri selama ini kurang tertarik dengan mahasiswa yang masuk sana. Alasannya, banyak kampus yang tidak membekali mahasiswa secara khusus, sehingga ketika melakukan kuliah kerja di lapangan jauh dari bidang keahliannya dan tidak memperoleh skill apa pun. “Sekarang kita ajak dunia industri, kalau SDM ini tidak di-back up oleh dunia industri dan usaha, sampai kapan pun kualitasnya tetap rendah. Dunia Industri banyak yang mengeluh bahwa lulusan perguruan tinggi masih mentah dan tidak siap memasuki dunia kerja,” papar Rofi’uddin. Atas dasar itu, pria kelahiran Jombang ini menegaskan, mengubah mindset dari dunia kampus ke dunia industri merupakan pekerjaan berat. UM tidak ingin saat magang mahasiswa tidak mendapat apa-apa, perusahaan juga tidak mendapat apa-apa, terlebih mereka menganggap bahwa kehadiran mahasiswa hanya merepotkan. “Tetapi ke depan kita sudah mendesain mahasiswa dengan skill yang seperti ini dan ini, maka magang dapat berjalan sesuai dengan bidang yang ditekuninya. Upaya ini mendapat tanggapan dari civitas UM. Wahyu Putri Lestari berpesan


Laporan Utama

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

agar pelaksanaan kegiatan belajar di luar kampus dikaji benar-benar matang. Mahasiswi prodi Pendidikan Ekonomi ini mengatakan dalam dunia magang kadang ada perusahaan yang hanya menerima anak magang, tapi tidak benar-benar dididik, sehingga magang yang dilakukan mahasiswa ujung-ujungnya menganggur atau bahkan ditempatkan di bagian yang bukan bidang keilmuan mahasiswa tersebut. “Penilaian dari magang itu sendiri mau seperti apa juga harus jelas. Kalau di kelas kan jelas kita menempuh berapa sks, ada silabus dan lain-lain, nah tujuan belajar kita ini harus bisa diukur. Kalau memang sistemnya sudah digodok dengan matang menurut saya bagus sekali, tapi kalau masih abu-abu bakal merugikan mahasiswanya sendiri,” terang wanita berkacamata ini. “Kalau bisa perusahaan yang dijadikan tempat magang itu dikoordinasi sama pemerintah, ibaratnya dipamitin kalau mau titip mahasiswa. Jadi, biar mahasiswanya benar-benar dibimbing,” harap Putri. Pemerintah juga sudah memberikan support. Tidak ada pengurangan pajak terkait dengan mahasiswa yang melakukan PKL di suatu perusahaan atau industri, hal ini merupakan suatu insentif usaha di mana mereka mau peduli,” kata Rektor UM. Saat ini perguruan tinggi di Indonesia, termasuk UM, sudah mulai intensif berkomunikasi dengan dunia usaha. Harapannya, dari sini UM bisa memberi contoh. Jika melihat dari negara yang sukses seperti Jerman, magang di dunia industri benar-benar dibu-

tuhkan bagi kampus. Namun perlu diingat, mereka sudah sangat panjang prosesnya, sedangkan di Indonesia kita baru memulai. Pesan kepada Mahasiswa menghadapi Kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka Mahasiswa sebenarnya diberi pilihan lebih banyak untuk memperkuat skill-nya melalui kebijakan ini. Mahasiswa bisa memilih mata kuliah yang dibutuhkannya untuk menambah kemampuannya. SKS yang diambil nantinya akan ada rambu-rambunya sesuai yang dibutuhkan mahasiswa. Artinya, mahasiswa betul-betul diberi peluang atau kesempatan. Di satu sisi mahasiswa menguasai bidangnya, satu sisi lain dia punya perspektif bidang keilmuan lain yang bisa diambil, entah di luar prodi atau pun perguruan tinggi lain. “Dan dengan adanya kebijakan kaya gitu yang akhirnya membuat mahasiswa bisa mempelajari mata kuliah yang ada di jurusan lain,” ujar Minnati Izzatul Asna. Wanita yang akrab disapa Mimin ini menyampaikan bahwa dengan begitu mahasiswa tidak melulu menjumpai apa yang di prodinya saja. “Nilai plusnya kayak enggak belajar itu-itu gitu, akhirnya mahasiswa bakalan punya wawasan dan keterampilan lain,” ujar mahasiswi Bimbingan dan Konseling tersebut. Rofi’uddin mengimbau agar anak didiknya memanfaatkan semua ini dengan baik. Mahasiswa sekarang ini diharapkan harus bisa menjadi lulusan yang memang tidak hanya cakap di bidangnya, tetapi juga ilmu lain. “Jadi harapannya, mahasiswa UM

harus bisa memiliki inovasi-inovasi dengan berkreasi dan berpikir kritis, serta melihat sesuatu secara multidimensi karena hidup tanpa inovasi sama saja dengan mati. Sebab inovasi sekarang ini dibutuhkan di dunia kerja mana pun dan kapan pun,” pesan Rofi’uddin. Dia mengajak mahasiswa untuk melatih diri dan menggunakan berbagai potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. “Asah semua itu, karena asahan itulah yang nantinya digunakan dan diperlukan di dalam masyarakat. Manfaatkanlah kesempatan ini sebaik mungkin, pilih yang sesuai dengan minat. Walaupun belum tahu lebih jelas kebijakannya, pasti ada dosen sebagai pembimbing yang akan mengarahkan tujuan mahasiswa,” tutur Rofi’uddin. Dia juga sangat optimis bahwa mahasiswa pasti bisa. Dirinya akan sangat bangga apabila alumni UM bisa berkiprah di masyarakat. Bukan hanya lulus dengan nilai bagus, tapi bisa menunjukkan inovasi dan kreativitasnya untuk hidup yang lebih baik. Dalam syukurnya, ia menyampaikan bahwa sampai sekarang alumni UM selalu diperhitungkan banyak pihak di seluruh wilayah Indonesia. Mahasiswa diharapkan sudah mulai merencanakan tujuan hidup dan karirnya sejak awal. Tidak ada larangan untuk tidak mengambil mata kuliah di luar fokus program studinya. Berkaitan dengan manajemen diri, masing-masing mahasiswa dituntut untuk bisa mengatur kesibukannya. Irkhamin/Tanzilla Tahun 41 Maret-April 2020 |

9


Opini

Gencarkan Literasi Sebelum Bayi oleh Nor Lai

S

etiap memperbincangkan literasi, peringkat miris Indonesia di dunia internasional selalu terngiang-ngiang. Ada dua survei yang sering diangkat. Pertama survei The World’s Most Literate Nation dari Central Connecticut State University (CCSU) bulan Maret 2016 yang meletakkan Indonesia di urutan 60 dari 61 negara. Survei kedua yang memengaruhi persepsi kita tentang kesejahteraan literasi Indonesia adalah survei Program for International Student Assessment (PISA) yang mendudukkan Indonesia di posisi 62 dari 70 negara. Dalam World Economic Forum 2015, disepakati ada enam literasi dasar yaitu literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewarganegaraan. Indonesia bukanlah negara papan atas dalam hal literasi, namun banyak fakta yang perlu membuka mata kita untuk berbangga dan optimis memperkuat budaya literasi. Pada kenyataannya, kondisi minat dan kegemaran membaca masyarakat Indone-

10 | Komunikasi Edisi 327

sia meningkat dari 26,5% menjadi 36,48% pada 2017. Di tingkat akademik, Indonesia memimpin dalam jumlah jurnal ilmiah terbuka jauh di atas negara sekelas Inggris. Perpustakaan tertinggi kedua di dunia pun dimiliki Perpustakaan Nasional RI. Jika kita generasi optimis, seharusnya ini menjadi penyulut semangat menggencarkan gerakan literasi supaya jutaan ilmu di Perpusnas Jakarta sampai juga ke seluruh Nusantara. Bukan waktunya lagi menganggap ini salah pembangunan yang hanya terpusat. Meskipun begitu, tidak dapat dipungkiri pula hasil kajian Center For Digital Society (CFDS) dari Fisipol UGM menyimpulkan rendahnya tingkat literasi Indonesia disebabkan oleh disparitas antara teknologi dan sumber daya manusia. Teknologi berkembang sangat cepat namun tidak diimbangi oleh kesiapan masyarakat merespon secara bijak. Ketidak siapan tersebut sangat terlihat dengan munculnya fenomena anak yang melakukan tindak kekerasan terhadap orangtua ketika dilarang main game maupun tidak dibelikan gawai terbaru. Secara data, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII) mengungkapkan hasil survei 143.26 juta penduduk Indonesia adalah pengguna internet. 75% di antaranya berusia 13 hingga 18 tahun. Sayangnya, aktivitas digital yang paling sering diakses masih media sosial dan chatting yaitu sebanyak 87.13%-89.35% dari total waktu berselancar di internet. Fakta di atas perlu dikhawatirkan orangtua. Gawai berpotensi menimbulkan efek adiktif. Akan menjadi kabar gembira apabila aktivitas digitalnya mendukung budaya literasi, namun bisa jadi pula bencana besar justru dimulai dari sini. Efek negatif baik secara waktu, biaya, fisik, maupun intelektual dapat meningkat tajam akibat kurang bijak berteknologi. Idealnya, sejak sebelum membentuk keluarga, calon bunda dan calon ayah sudah harus memiliki gambaran program literasi macam apa yang akan dijalankan dalam keluarga. Dari pemerintah telah meluncurkan program 1820. Dimana sejak pukul 18.00 hingga 20.00 anak-anak di rumah akan didampingi orangtua untuk melakukan aktivitas literasi. Program ini sebenarnya bagus, namun bagi orangtua yang sibuk bekerja


Opini Di samping itu, menonton sebenarnya bisa menjadi bagian literasi, sebagaimana Perpusnas sering menggelar nonton bareng. Mengulas setelah menonton film dapat memperkaya pengetahuan anak dan mempertajam daya kritisnya. Oleh karenanya, para orangtua perlu diedukasi lagi untuk membimbing anak saat menonton. Edukasi ini akan menentukan apakah tontonan si kecil hanya akan menghiburnya sesaat atau bisa mengasah literasinya. Sehingga menurut saya, budaya literasi keluarga seharusnya dapat dimulai dari aktivitas sederhana yang dapat dilakukan oleh kalangan keluarga di strata mana saja. Mulai dengan bernyanyi dan berkisah. Dunia anak harus selalu dipenuhi semangat keceriaan. Lagu merupakan alternatif untuk menyampaikan pesan-pesan literasi daripada harus memaksa anak membaca dan menulis lebih dini dari usia milestonenya. Maka perbanyak menyanyi dan berkisah sebelum tidur atau saat menemani anak makan. Meja makan adalah tempat yang pas dalam mendampingi literasi anak untuk orangtua karir.

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

akan merasa bertambah bebannya jika setiap hari harus merutinkan kegiatan tersebut. Mengajak anak berbelanja buku, datang ke bazar buku, membuat perpustakaan mini keluarga, menerapkan aturan pemakaian gawai, kesepakatan porsi waktu belajar dan membaca hanya berjalan efektif di keluarga yang orangtuanya memiliki cukup waktu serta modal baik finansial maupun intelektual. Sementara untuk dapat membudayakan literasi, keluarga menjadi sumber pertama dan utama yang dapat diharapkan. Anak-anak memulai mengenal dunia dari keluarga. Begitu pula ketika mereka masuk sekolah, anak-anak akan tetap lebih banyak menghabiskan jam di rumah daripada sekolah. Apalagi waktu efektif untuk belajar seperti sebelum tidur, bangun tidur, serta senja hari dilewati di luar jam sekolah. Maka, keluarga memiliki peran vital untuk menanamkan budaya literasi pada setiap jiwa yang tumbuh di tengah-tengahnya. Di era digital ini strategi penanaman budaya literasi keluarga bisa dimulai sejak ibu mengandung. Budaya di negara-negara

maju mendorong para perempuan hamil untuk menghabiskan lebih banyak buku dan ensiklopedia. Konten-konten yang dibaca sebaiknya ramah anak bahkan meskipun si bayi belum lahir. Ini juga dapat mengakomodir kebutuhan literasi dasar. Misalnya mengenalkan Tuhan dari memperdengarkan murottal Al Qur’an atau pujian Gereja, membaca kisah-kisah inspiratif, pengetahuan alam, hingga ensiklopedia binatang. Aktivitas literasi bagi ibu mengandung perlu digalakkan lagi oleh para pegiat literasi maupun pemerintah. Terlebih hal ini sejalan dengan penelitian dari Pacific Lutheran University yang membuktikan bayi pada 10 minggu terakhir di kandungan sudah bisa mendengar suara ibu yang mengajaknya bicara dan ketika lahir ia merespon bahwa dia mengerti apa yang dibicarakan ibunya selama di kandungan. Aktivitas literasi budaya bisa dikenalkan ketika bayi berusia 0 hingga 2 tahun. Dimana nyanyian pengantar tidur atau penenang ketika bayi rewel sebaiknya bermuatan budaya lokal. Beberapa ibu kekinian tampak pragmatis dengan menyodorkan gawai pada anak 3 tahunnya yang menangis.

Literasi sains, digital, budaya, kewarganegaraan dapat diasah sejak pra natal. Sementara literasi lainnya akan mengikuti sesuai usia perkembangannya. Kegiatan literasi pra dan pasca mengandung ini akan sangat menentukan peringkat literasi Indonesia 5 sampai 10 tahun mendatang. Di mana pada tahun-tahun tersebut Indonesia sedang mengalami bonus demografi. Sehingga apabila sejak dini calon pemudanya terdidik berliterasi, maka ketika memasuki usia produktif mereka akan aktif berkontribusi. Inilah saatnya membuktikan bahwa perempuan adalah rahim peradaban. Perempuan yang fitrahnya sebagai ruh dari keluarga benar-benar dinantikan kiprahnya. Literasi pra dan pasca mengandung akan memutuskan maju atau mundurnya peradaban Indonesia dalam perannya di dunia internasional.

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa dan Juara 3 Penulisan Opini majalah Komunikasi

Tahun 41 Maret-April 2020 |

11


Seputar Kampus

Klinik Beasiswa LPDP :

dok. Komunikasi

Raih Mimpi Wujudkan Prestasi

Sharing dialog interaktif

B

easiswa LPDP menjadi solusi bagi seseorang yang ingin menempuh jenjang pendidikan magister dan doktoral. Orang-orang akan berbondong untuk mendapatkan informasi seputar beasiswa tersebut, salah satunya melalui Klinik Beasiswa LPDP yang dilaksanakan pada Minggu (1/3). Bertempat di Sasana Budaya Universitas Negeri Malang (UM), acara tersebut sukses menarik ratusan pengunjung. Klinik beasiswa ini diadakan oleh penerima beasiswa LPDP atau Awardee LPDP UM berkolaborasi dengan Awardee LPDP UIN dan UB. Acara ini merupakan acara tahun kedua terbesar yang diselenggarakan setiap tahunnya. Dengan mengusung tema “Raih Mimpi, Siap Hadapi Era Disrupsi”, acara ini diharapkan mampu membagikan informasi, pengalaman, dan bekal untuk calon penerima beasiswa LPDP. “Klinik beasiswa ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dan dukungan terhadap penyelenggara pendidikan Indonesia agar mahasiswa maupun masyarakat umum dapat mengenyam pendidikan gratis melaluli beasiswa ini,” ungkap Umi Husnun Nihayah, ketua pelaksana. Serangkain acara digelar dengan forum seminar, dialog interaktif, simulasi, dan lomba karya tulis ilmiah bertema “Peran Mahasiswa

12 | Komunikasi Edisi 327

dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan di Era Disrupsi”. Dalam forum seminar dihadirkan para pemateri yang sukses berkontribusi untuk negeri. Mereka adalah Tri Susilo selaku Tri Susilo, Corporate Secretary LPDP yang menjelaskan tentang ketentuan dan persyaratan beasiswa LPDP. Ada juga dr. Gamal Albinsaid yang merupakan CEO Indonesia Medika yang memberikan materi tentang program pelayanan jasa miliknya yang bergerak dalam bidang kesehatan. Programnya mengambil sampah dan membayar sampah untuk berobat secara gratis. “Yang kita lakukan kadang kecil dan sederhana, tetapi dengan keikhlasan dan kerja keras gotong royong yang dapat membesarkan kebaikan dan memperkuat inovasi,” ungkap dr. Gamal yang berhasil menghipnotis peserta. Setelah forum seminar, ada dialog interaktif dengan menghadirkan beberapa alumnus beasiswa LPDP. Selanjutnya, ada simulasi seleksi administrasi, seleksi berbasis komputer (SBK), dan seleksi substansi. Pada sesi peserta diberi kesempatan untuk mencoba langsung. Pada acara terakhir, Klinik Beasiswa LPDP memberikan apresiasi kepada para juara lomba karya tulis ilmiah. Niken


dok. Komunikasi

Seputar Kampus

Menilik Pameran Diklat UKM Samin

M

enghadirkan tajuk “Arung Tarung”, Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Minat (UKM Samin) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar Pameran Diklat ke-27 selama tiga hari (13-15/03). Pameran yang diselenggarakan di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) tersebut menyuguhkan karya seni buatan anggota baru UKM Samin. Jonathan selaku ketua pelaksana mengungkapkan, pameran ini diadakan sebagai sarana belajar para anggota baru dalam berorganisasi, berkarya, serta menyelenggarakan pameran. Sejumlah 42 karya yang ditampilkan dalam pameran ini menyampaikan respons serta pesan dalam mempersiapkan kemungkinan terburuk masalah terkini. “Arung Tarung artinya ‘mengarungi pertarungan’. Pertarungan yang dimaksud yaitu kondisi lingkungan dan sosial zaman sekarang, misalnya persebaran hoaks yang cepat atau ancaman persebaran penyakit di balik kemudahan transportasi,” terang

Jonathan ketika diwawancara kru Komunikasi. Karya seni yang ditampilkan pun beragam, mulai dari karya seni 2 dan 3 dimensi, bahkan karya yang dipadukan dengan seni digital. Dalam proses pembuatan karya, para anggota baru UKM Samin dibimbing oleh senior mereka. “Para senior membantu kami mulai dari berkonsultasi mengenai konsep, cara berkarya, sampai teknik display,” tutur ketua pelaksana. Mahasiswa yang akrab dengan sapaan Jo tersebut juga menerangkan bahwa penyelenggaraan pameran diklat tahun ini berbeda dengan sebelumnya. “Dilihat dari konsep, pameran tahun ini terkesan lebih berat,” ungkapnya. Pameran tahun sebelumnya sekadar mempererat hubungan antaranggota, sedangkan kali ini peserta dituntut menyampaikan respons terhadap permasalahan yang ada. Tempat penyelenggaraan pameran pun juga berada di luar kampus, berbeda dengan penyelenggaraan beberapa tahun sebelumnya. “Saat ini kami sudah diminta menyelenggarakan pameran di luar kampus dan kebetulan DKM ini merupakan

Seni lukis buatan anggota Samin

tempat yang ideal untuk penyelenggaraan pameran semacam ini,” imbuh Jo. Selama tiga hari pelaksanaan, pameran ini tidak hanya menampilkan karya seni anggota UKM Samin, tetapi juga menghadirkan hiburan lain. Di hari pertama acara dibuka dengan art performance serta live akustik. Pada hari kedua dilaksanakan sarasehan serta bedah karya. Hari terakhir dimeriahkan oleh penampilan band. Jo juga menambahkan bahwa sistem ticketing tidak diberlakukan dalam penyelenggaraan pameran ini. “Tanggapan masyarakat di Kota Malang terhadap seni bisa dikatakan masih dalam tahap berkembang. Oleh karena itu, kami sebagai pelaku seni juga harus mengedukasi masyarakat melalui pameran ini,” ujarnya. “Kami menemui banyak masalah, tetapi masalahmasalah tersebut juga memberi inspirasi pada karya kami. Itulah semangat Arung Tarung, kita mempersiapkan kondisi terburuk sambil mencoba mengembangkan potensi diri di tengah hadirnya masalah supaya menjadi pribadi yang lebih baik,” pungkasnya. Zahirah

Tahun 41 Maret-April 2020 |

13


dok. Komunikasi

Seputar Kampus

“Satu Dunia Satu Keluarga” Pembukaan Lomba Pidato dan Unjuk Bakat dalam perayaan hari bahasa Mandarin

P

eringati Hari Bahasa Mandarin Kedelapan Mengusung tema “Satu Dunia Satu Keluarga”, Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang (UM) menyelenggarakan kembali lomba pidato dan unjuk bakat pada Sabtu, (7/3) di Aula Fakultas Sastra UM. Dua lomba ini diselenggarakan untuk memperingati hari Bahasa Mandarin yang kedelapan. Durasi Lomba Pidato Bahasa Mandarin kurang lebih 90 detik untuk setiap penampilan, sedangkan lomba unjuk bakat salah satunya menulis tulisan cina atau hanze dengan menggunakan tinta asli dari sana. Acara pagi itu dibuka dengan penampilan tari Molihua yang dibawakan oleh mahasiswi prodi Bahasa Mandarin. Evi Eliyana, S.S.,M.A., Ph.D., Direktur Hubungan Internasional UM dalam sambutannya mengatakan, peringatan Hari Bahasa Mandarin kedelapan ini bertujuan untuk mempromosikan kebudayaan Tiongkok dan sebagai jembatan persahabatan. Dia juga menjelaskan, tema “Satu Dunia Satu Keluarga” merupakan tema paten tiap tahunnya. Dalam kegiatan tersebut juga dilangsungkan seleksi peserta untuk mengikuti lomba pidato bahasa Mandarin yang dipadukan dengan keterampilan di tingkat Jawa Timur. “Anak yang dapat mengikuti seleksi lomba ke Jatim hanya mahasiswa program studi (prodi) Pendidikan Bahasa Mandarin,” ujar Nadya Nafisah selaku ketua pelaksana. Nantinya, akan dipilih delapan peserta terbaik yang diseleksi langsung oleh dosen-dosen dari Tiongkok. Lebih

14 | Komunikasi Edisi 327

lanjut, lomba ini tidak dipungut biaya. Bahkan selain mendapat uang tunai dan sertifikat, peserta bisa meminjam kostum untuk lomba unjuk bakat secara gratis bagi mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Mandarin, tetapi untuk mahasiswa nonprodi tersebut dikenai biaya sewa sebesar Rp20.000,00. Tahun ini jumlah peserta yang mengikuti kedua lomba sebanyak 40 peserta, 12 peserta dari Lomba Pidato Bahasa Mandarin dan sisanya lomba unjuk bakat. Jika tahun lalu lomba ini dikhususkan bagi mahasiswa prodi Bahasa Mandarin, tahun ini mahasiswa nonprodi bisa mengikuti kedua lomba ini secara gratis. Di akhir acara panitia mengumumkan pemenang masing-masing lomba. Tiap lomba diambil lima kategori juara, yaitu juara 1, 2, 3, harapan, dan potensial. Di samping itu, semua peserta juga memperoleh penghargaan dari penyelenggara. “Pusat Bahasa Mandarin selalu bisa mengapresiasi semua peserta,” ujar Nadya. Juri yang menilai kedua lomba ini berasal dari beberapa universitas yang tergabung di Pusat Bahasa Mandarin, di antaranya staf Pusat Bahasa Mandarin UM, Universitas Brawijaya, dan Universitas Ma Chung. “Harapannya, semoga tahun depat pesertanya meningkat, kemampuan berbahasa Mandarin meningkat, dan semangat peserta juga terus meningkat, karena dengan mengikuti lomba bahasa Mandarin, penghargaan lomba bisa dijadikan bekal saat melamar pekerjaan setelah lulus,” pungkas Nadya. Nurul


Seputar Kampus

dok. Komunikasi

Patuhi Pajak, Bersama Lapor SPT Konsultasi wajib pajak kepada pihak DJP

Isi bersama E-SPT ini diselenggarakan dengan bantuan 40 relawan pajak. Acara ini juga diikuti oleh seluruh dosen UM dan tenaga pendidikan di unit kerja Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan, Informasi, dan Kerja sama (BAKPIK), Biro Umum dan Keuangan (BUK), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3), Unit Pelaksana Teknis (UPT), dan Program Pascasarjana

(PPS). Sebanyak 150 lebih wajib pajak telah melaporkan SPT tahunan dalam acara tersebut. Ditemui di sela acara tersebut, Yogi Dwi Satrio, ketua pelaksana mengatakan bahwa acara tersebut mendapat sambutan baik dari wajib pajak. Antusias dan partisipasi dosen serta tenaga pendidikan di masing-masing unit kerja membuahkan hasil baik dalam pelaporan SPT. Cara pengisian E-SPT ini pun cukup mudah. Wajib pajak cukup membawa bukti potong pajak, Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan Nomor Electronic Filing Identification Number (EFIN) yang diterbitkan oleh DJP atau password login DJP Online. Apabila wajib pajak lupa nomor EFIN maupun password, mereka akan dibantu oleh petugas untuk mendapatkan solusi. Dengan adanya acara ini, masyarakat, khususnya warga UM dapat melaporkan SPT dengan disiplin dan patuh membayar pajak sebagai langkah untuk memajukan Indonesia. Niken dok. Komunikasi

H

adapi musim pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), Direktorat Jenderal Pajak (DJP) gencar sosialisakan pelaporan SPT melalui E-filling. Mendukung upaya ini, Tax Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Malang (UM), bekerja sama dengan Kanwil DJP Jatim III menyelenggarakan isi bersama E-SPT di Ruang Sidang Senat Gedung Graha Rektorat lantai 9 pada Selasa (17/3). Acara ini merupakan kolaborasi bersama yang diselenggaarakan setiap tahun. Tujuannya untuk membantu masyarakat mengisi SPT agar lebih mudah.

Suasana isi E-SPT bersama

Tahun 41 Maret-April 2020 |

15


dok. Pribadi

Seputar Kampus

Villa_Chem TIM UM Bawa Pulang Emas dari Sabah

T

Senyum bangga perwakilan Tim UM setelah sukses membawa pulang Gold Medal

im Universitas Negeri Malang (UM) lagi-lagi menorehkan prestasinya dalam ajang internasional. Dengan mengusung produk Villa-Chem, tim yang mayoritas beranggotakan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) tersebut sukses membawa pulang Gold Medal kategori Tertiary S&T (Science & Technology) pada hari Rabu (5/2) dalam kompetisi Sabah International Virtual Innovation & Invention (SIVIIC). Kompetisi yang telah dibuka sejak bulan November tersebut diselenggarakan oleh Universiti Teknologi Mara, Sabah, Malaysia. Dengan tema Bridging Research, Industry and Society for Sustainable Development, SIVIIC 2019-2020 bertujuan menampilkan kreativitas para mahasiswa, peneliti, praktisi, dan para profesional dari seluruh dunia melalui penemuan atau inovasi yang dapat memberikan kontribusi pada pengembangan berkelanjutan. Dalam hal ini, tim UM mengembangkan sebuah produk yang diberi nama Villa-Chem. Produk tersebut adalah aplikasi android berupa virtual laboratorium yang digunakan pada matakuliah Pemisahan Kimia. “Produk ini bermanfaat untuk membantu mahasiswa dalam melakukan pre praktikum. Pada aplikasi ini juga terdapat menu-menu lain yang bertujuan menunjang perkuliahan praktikum Pemisahan Kimia,� ungkap Deni, mahasiswa Jurusan Kimia, FMIPA, yang juga merupakan salah satu anggota tim pengembang produk Villa-Chem. Deni juga menjelaskan bahwa Kimia sebagai cabang ilmu sains yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan praktikum. Praktikum pada dasarnya bertujuan memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Pada umumnya, praktikum membutuhkan prasyarat berupa petunjuk praktikum untuk men-

16 | Komunikasi Edisi 327

guasai pengetahuan lebih tinggi. Namun, selama ini petunjuk praktikum belum optimal dalam menunjang keberhasilan tujuan praktikum. Berdasarkan hasil observasi tim, kecenderungan pengetahuan prasyarat (awal) peserta didik yang rendah berdampak pada rendahya hasil belajar. Berdasarkan hal tersebut, tim UM yang beranggotakan Ardian Arifka W (FMIPA), Annida Dhea H.M (FMIPA), Deni Ainur R (FMIPA), M. Roy Ashrori (FMIPA), dan Rahadian Dimas D. A (FS) kemudian mengembangkan produk Virtual Laboratory on Analytical Chemistry terintegrasi android (Villa-Chem). “Proses awal kompetisi SIVIIC ini adalah pengumpulan abstrak. Tim kami berhasil lolos seleksi abstrak, kemudian mengemas presentasi dalam bentuk video untuk diunggah ke Youtube,� tutur Deni. Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa setelah mengirimkan video presentasi tersebut, timnya berhasil lolos menjadi 20 tim terbaik yang kemudian diundang ke Sabah untuk melakukan presentasi secara langsung di hadapan dewan juri dan beberapa tamu kehormatan, seperti Menteri Pendidikan dan Inovasi Malaysia. Deni juga mengaku bahwa dia dan teman-teman satu timnya melalui masa-masa perjuangan yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Mereka mengerjakan semuanya dengan santai, namun tetap secara maksimal dengan diiringi doa. Menutup wawancara yang dilakukan oleh Komunikasi, Deni juga mengungkapkan pesannya untuk generasi Z. Dia berharap generasi Z tidak hanya memanfaatkan perkembangan teknologi, tetapi juga dapat terlibat dalam prosesnya dengan turut andil dalam penelitian dan pengembangan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Azril


AZIZAH: HADAPI TANTANGAN DEMI MERAIH PRESTASI

dok. Pribadi

dok. Pribadi

Seputar Kampus

Kemenangan Tim UM ajang LKTIN IKAHIMATIKA 2020

P

restasi ajang nasional berhasil ditorehkan oleh mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang (UM) pada acara yang diselenggarakan oleh Ikatan Himpunan Mahasiswa Matematika (Ikahimatika) Indonesia Pusat di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Rabu (11/03). Prestasi datang dari Azizah Nur Laily Rahmawati, Muhammad Arif Wahyudi, dan Rifki Diva Riyanto yang dibimbing oleh Nur Atikah, S.Si, M.Si. Ketiganya berhasil menyabet juara harapan 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Ikahimatika Indonesia 2020. ”Ikhlas berjuang dan penuh arti, banyak sekali halangan yang membuat kami untuk berpikir akan terus melanjutkan perlombaan ini atau tidak. Mengingat tanggal pelaksanaan yang bentrok dengan Ujian Tengah Semester (UTS), kebetulan juga kami se-tim merupakan anggota dari Rumah Edukasi BEM FMIPA UM yang tentunya pada waktu-waktu tertentu harus melaksanakan program kerja. Namun, karena saling menguatkan

dan saling memberi semangat, akhirnya kami mampu mempresentasikan hasil karya tulis ilmiah dengan lancar,” ujar Azizah. LKTIN Ikahimatika Indonesia 2020 merupakan serangkaian acara Kongres Ikahimatika yang diikuti oleh semua perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Dari puluhan peserta di babak abstrak, tim dari UM lolos bersaing dengan 30 tim lainnya untuk pengiriman full paper. Tahap selanjutnya yakni penyisihan beberapa tim menjadi 18 finalis yang berkesempatan mempresentasikan hasil karya tulis di babak final. Pada babak presentasi finalis ini, setiap tim harus mempresentasikan hasil karyanya selama 10 menit di depan ke-6 juri, kemudian melakukan tanya jawab selama 5 menit, setelah itu disaring kembali untuk menjadi pemenang dengan 6 kategori, best presentation, dan best paper. “Kurang lebih 2 minggu sebelum perlombaan sudah megajukan dana ke fakultas untuk pendanaan keberangkatan ke Gorontalo, karena harga tiket

pesawat cukup mahal. Hingga H-min beberapa jam keberangkatan akhirnya didanai oleh fakultas untuk tetap berjuang dalam mempresentasikan hasil karya ilmiah yang telah dirancang oleh tim kami. Akhirnya kami sampai Gorontalo pada saat hari H hanya dalam hitungan menit tim kami mengambil undian. Datang terlambat tapi maju duluan, ya mau tidak mau, siap tidak siap harus siap dalam segala risiko yang diberikan untuk peserta yang maju pertama,” jelasnya saat diwawancarai tentang perjuangan ketiganya memenangkan perlombaan. Azizah juga berharap perlunya peran generasi muda untuk mewujudkan cita-cita bangsa dengan mengikuti perkembangan jaman dalam hal Revolusi Industri 4.0. Tetap berdedikasi dan mengimplementasi hasil belajar yang telah diperoleh, untuk dikembangkan lagi dalam berbagai aspek utamanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan seperti halnya tujuan dari Sustainable Development Goals (SDg’S) 2030. Waviq.

Tahun 41 Maret-April 2020 |

17


,

dok. Pribadi

Seputar Kampus

M

ahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) kembali mengharumkan UM pada Lomba dan Seminar Matematika XXVIII (LSM XXVIII) 2020 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), pada (07/03). Mereka adalah Rofiud Darojad dan Muhammad Nur Alamsyah, mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UM. Keduanya berhasil memboyong Juara 5 Kompetisi Matematika Mahasiswa Perguruan Tinggi Tingkat Nasional. Perlombaan LSM XXVIII membawa kesan berbeda untuk mahasiswa angkatan 2017 ini. Bagaimana tidak, mereka harus bersaing dengan perguruan tinggi bergengsi lainnya, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang merupakan alumni peraih medali olimpiade. Lomba dan Seminar Nasional Pendidikan Matematika (LSM) adalah kegiatan tahunan yang diadakan rutin oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (HIMATIKA) FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, LSM adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari Lomba Matematika, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Lomba matematika diselenggarakan untuk siswa SMP, SMA, dan Mahasiswa se-Indonesia. Seminar Nasional Matematika diselenggarakan untuk pelajar, mahasiswa, guru, dosen, dan seluruh praktisi matematika. Kegiatan ini juga memberikan kesempatan kepada para praktisi untuk menyalurkan bakatnya sebagai pemakalah dalam acara seminar. Di tahun ini dengan mengusung tema “Mengop-

18 | Komunikasi Edisi 327

timalkan Masa Depan dengan Matematika“ , event LSM menginjak tahun ke 28 pelaksanaannya dan dilangsungkan pada bulan Februari 2020. Dalam wawancaranya dengan kru Majalah Komunikasi UM, Rofiud menjelaskan proses timnya sampai di peringkat kelima nasional, “Untuk mempersiapkan LSM XXVIII, saya dan rekan saya sering belajar bersama walaupun saat hari libur atau sore hari setelah jam kuliah yang dinaungi oleh Komunitas Matematika. Dari penyisihan sampai final kita diberi beberapa soal olimpiade matematika mahasiswa dengan waktu hanya 1 jam dan di sini dituntut untuk kerja sama yang baik antar anggota tim serta menuliskan solusi secara baik, tepat, dan efektif. Ketika penyisihan selesai dan diumumkan, ada 2 tim UM yang lolos ke babak semifinal di UNY. Ketika final diambil 5 besar dan Alhamdulillah tim saya lolos di peringkat 3. Namun, ketika di final tim saya turun menjadi peringkat 5 sehingga menjadi juara 5,” ujar Rofiud saat menjelaskan perjuangannya dengan tim sampai berhasil boyong juara 5. Rofiud juga memiliki harapan untuk mahasiswa UM harus bersemangat membawa nama UM menjadi besar. “Intinya jangan bawa nama almamater ke dalam namamu, tapi bawalah namamu ke dalam nama almamatermu. Maka dari itu nggak ada yang namanya leyeh-leyeh santai, harus ada pengorbanan lebih ke waktu dan tenaga. Saya percaya mahasiswa UM bisa banget bersaing dengan universitas besar seperti UI, UGM, dan IPB yang terpenting niat, usaha, doa, dan tawakal,” tandasnya. Waviq.

dok. Pribadi

Kemenangan Tim UM Kompetisi Matematika Nasional

Duduki Peringkat Lima Nasional di LSM XXVII 2020


,

Profil

KARTINI MASA KINI

Berarti Bagi Banyak Orang Pengurus IGI, Pengurus HISPISI, Dewan Pengarah P3GI, Asesor BAN PT, reviewer penelitian, dan pengabdian masyarakat. Ternyata banyak sekali kesibukan Bu Marmi selain menjadi dekan dan juga Ibu rumah tangga. Apakah ada kendala dalam menjalani semuanya? Sampai saat ini masih bisa dilakukan semua dengan pembagian waktu yang detail. Ibu Marmi menikah tahun berapa? Saya menikah tahun 1984 Nama suami Bu Marmi siapa? Sedang sibuk apa? Suami saya almarhum, meninggal tahun 2005. Anak Ibu sekarang ada berapa dan sedang sibuk apa? Anak saya 2, sudah bekerja semua. Bagaimana Bu Marmi menjalani rutinitas seharihari sebagai seorang dekan dan juga sebagai Ibu rumah tangga?

dok. Pribadi

Memanfaatkan waktu dengan maksimal.

Bu Marmi, sosok Kartini Masa Kini

Nama lengkap TTL Alamat

: Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd. (Marmi) : Jombang, 17 Juli 1962 : Jalan Taman Bunga Merak Kavling 64 Malang

Riwayat Pendidikan S-1 Pendidikan Geografi IKIP Malang S-2 Manajemen Pendidikan IKIP Malang S-3 Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Pengalaman Kerja • Staf pengajar Jurusan Geografi UM (1987—sekarang) • Wakil Dekan II (2012—2015) • Pembantu Dekan (2009—2012) • Dekan Fakultas Ilmu Sosial (2015 — sekarang) • Anggota tim Asesor BAN-PT (2010—sekarang) • Tim Penilai Kenaikan Pangkat di Jakarta (2012—sekarang)

Bagaimana tanggapan suami dan anak-anak Ibu terhadap kesibukan Ibu? Anak-anak sangat mendukung. Pernahkah anak-anak Ibu protes dengan kesibukan Bu Marmi? Mereka tidak pernah protes. Apakah Ada waktu khusus (Q-time) bersama keluarga? Waktu khusus di hari minggu, setelah ibadah di gereja pagi selalu kita manfaatkan untuk makan bersama di luar atau di rumah sambil ngobrol. Mungkin Ada tips dari Bu Marmi, sebagai seorang Kartini masa kini untuk bisa menjalani peran sebagai seorang Ibu dan pengemban amanah dari berbagai instansi? Saya punya motto untuk bisa berarti bagi banyak orang. Apa pesan Bu Marmi untuk Mahasiswa dan Mahasiswi UM? Belajarlah dengan serius supaya bisa lulus cepat waktu, tidak hanya siekedar lulus tepat waktu. Bagaimana sosok Bu Marmi menurut Anda?

Menjadi orang nomor satu di tingkat fakultas tentu meninggalkan beragam jejak perjuangan. Begitulah yang juga dirasakan Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd.. Saat pertama kali Fakultas Ilmu Sosial (FIS) didirikan, ibu dari dua anak ini mengantongi jabatan sebagai wakil dekan tiga bidang sekaligus. Tepat 2015 dirinya dilantik menjadi Dekan FIS hingga sekarang. Perjalanannya pun semakin penuh warna. Selain sebagai dekan, perempuan hebat ini juga tetap menjalankan kewajibannya sebagai ibu teladan bagi kedua anaknya. Berikut kisah selengkapnya. Apa saja kesibukan Bu Marmi saat ini? Kesibukan saya saat ini yaitu menjadi dosen di jurusan geografi, dekan FIS,

Deva Satria/Jurusan Geografi (2016) Beliau adalah dosen yang baik dan sangat disiplin. Gaya mengajar beliau santai dan mudah dipahami. Maulida/Jurusan Geografi (2016) Bu Marmi itu baik banget. Hanya saja beliau sangat sibuk. Beliau biasanya datang ke kelas, namun sering dibantu oleh asistennya. Begitupun kalau sempro, beliau basanya keluar duluan dan izin buat berbicara paling awal, karena saking sibuknya. Tapi Bu Marmi memang baik banget. Nilam Tahun 41 Maret-April 2020 |

19


,

,

Profil Nama

: Prof. Dra. Utami Widiati, M. A., Ph. D. (Utami)

TTL

: Lawang, 13 Agustus 1965

Alamat : River Side Kav. D-412, Blimbing, Malang. Bidang ilmu : Teaching English as a Foreign Language

Riwayat Pendidikan : S-1 Pendidikan Bahasa Inggris, IKIP Malang, Indonesia. S-2 Pendidikan Dasar, Spesialisasi Bahasa, College of Education, University of London, Great Britain. S-3. TESOL, Monash University, Australia. Other: Certificate, RELC, Singapore.

• Staf pengajar Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra, UM (1990—sekarang) • Staf pengajar Program Studi Bahasa Indonesia SD Pascasarjana UM (1997—2007) • Staf pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana UM (2005—sekarang) • Staf pengajar Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Pascasarjana UM (2005—sekarang) • Ketua Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra UM (2006—2011) • Wakil Direktur 1 Pascasarjana UM (2011—2015) • Dekan Fakultas Sastra UM (2015—sekarang)

M

enjalani kehidupan kampus sehari-hari dengan segala tugas dan kewajiban yang diemban oleh mahasiswa tentu sangat melelahkan. Lantas, bagaimana rasanya menjadi mahasiswa S-3 sekaligus menjadi seorang ibu rumah tangga? Apalagi di negeri orang. Inilah kisah luar biasa sosok kartini masa kini, Prof. Dra. Utami Widiati, M.A., Ph.D. Wanita yang akrab dipanggil ‘dek’ oleh suami tercintanya dan “mama” oleh anak-anak tersayangannya ini memiliki kisah menarik yang penuh inspirasi, terutama bagi mahasiswi-mahasiswi UM yang nantinya akan menjadi calon ibu . Inilah hasil wawancara langsung bersama, Prof. Utami, Dekan Fakultas Sastra dua periode. Apa saja kesibukan Ibu di rumah? Di rumah kebetulan saya punya empat anak, yang pertama menjadi dosen di UNDIP, Semarang dan sudah memberi kami (saya dan suami, red.) satu cucu. Sekarang dia sedang menempuh pendidikan S-3 di Griffith University, Brisbane, Australia.

20 | Komunikasi Edisi 327

Bu Utami saat pertemuaan wali mahasiswa di fakultas sastra

Repro Internet

Riwayat Pekerjaan :

Berkeluarga Bukan Alasan Pemupus Cita

Kemudian yang kedua, mengambil master di Universitas Kebangsaan, Malaysia. Sekarang anak saya yang ketiga mondok di Pesantren Ilmu Al-Quran, Singosari. Anak keempat masih SMP mondok di AlRifa’i. Keempat anak saya tidak ada yang di rumah, suami saya tahun kemarin juga sudah pensiun. Jadi, sekarang saya dan suami berdua di rumah, seperti manten baru. Apakah Ibu memang menyukai bahasa Inggris sejak dulu? Dulunya saya sangat suka matematika karena waktu SMA saya dari jurusan IPA. Saat mendaftar masuk kuliah, saya ambil matematika sebagai pilihan pertama dan bahasa Inggris sebagai pilihan kedua. Namun, ternyata jodoh saya ada di bahasa Inggris. Saya merasa sangat kesulitan dengan bekal bahasa Inggris saya yang sangat kurang. Dulu sempat ingin pindah jurusan, tapi dilarang oleh kedua orang tua. Ternyata memang di sini jalan saya, melalui bahasa Inggris saya mendapatkan kesempatan studi ke luar, menjadi dosen, dan lain sebagainya.

Bagaimana perjalanan pendidikan Ibu setelah lulus S-1? Setelah lulus S-1 saya menjadi dosen di IKIP Malang tahun 1990. Pada waktu itu, lulusan S-1 sudah bisa menjadi dosen. Dari situ saya baru memiliki keinginan untuk melanjutkan S-2. Akan berbahaya jika dosen tidak sekolah lagi. Kami dari bahasa Inggris, yang ada di cita-cita, studi lanjutnya kalau bisa pasti keluar negeri. Hingga akhirnya saya mendapatkan beasiswa untuk bisa melanjutkan studi S-2 di University of London, Inggris dan selesai selama 1,5 tahun. Namun sayangnya, saya tidak bisa membawa keluarga ke sana. Padahal, posisi saya sudah mempunyai dua anak. Berat sekali rasanya terpisah dengan keluarga karena waktu itu jaringan komunikasi tidak semudah sekarang. Kalau sekarang hampir setiap hari saya bisa videocall-an dengan cucu dan anak saya. Dari pengalaman S-2 itu, apa yang menjadi pertimbangan ibu untuk lanjut S-3? Dari pengalaman S-2 saya akhirnya mencari beasiswa yang memperboleh-


,

Profil kan membawa serta keluarga. Namun, perjuangannya memang luar biasa sekali karena tidak cukup hanya apply sekali. Saya sempat lolos hingga tes waancara, tapi ternyata gagal dan mencoba kembali di tahun berikutnya. We try hard, we work hard, we pray hard. Saya hanya bisa berdoa dalam hati, kalau memang ada kesempatan S-3 dan membawa keluarga, saya bisa lanjut. Saya berharap, di sana anak-anak bisa sekolah gratis, mendapatkan asuransi, dan segala macem. Alhamdulillah, pada tahun 2001 saya diterima di Monash University dan menyelesaikan studi selama 33 bulan. Menjadi mahasiswa S-3 di luar negeri dengan membawa keluarga tentu tidaklah mudah, apa kendala yang Ibu hadapi di sana?

dok. Pribadi

Pengaturan waktu. Selain menjadi mahasiswa, saya harus menjalani kewajiban menjadi seorang ibu. Saya harus menyiapkan pakaian, makanan, dan segala hal untuk suami dan anak-anak. Saya akan pergi ke kampus setelah anak-anak berangkat sekolah dan dan suami berangkat kerja. Jam 9 pagi anak-anak dan suami berangkat, kemudian jam setengah 4 mereka pulang. Saya sendiri harus berangkat ke kampus setiap hari untuk mengerjakan disertasi, Saya harus disiplin untuk hal ini, walaupun tidak ada kuliah, karena memang by research, langsung penelitian.

Saya harus memaksa diri saya berangkat tiap hari ke kampus agar bisa lulus dengan cepat. Di semester 3 saya sempat pulang ke Indonesia untuk mengambil data dan meninggalkan anak dan suami di sana. Selama di Australia, suami saya bekerja di bakery yang menyuplai roti untuk maskapai penerbangan. Sering kali suami pulang dari bekerja dengan membawa rotiroti yang di-reject oleh toko, namun yang pasti tetap aman dan enak, hanya kadang bentuknya tidak terlalu perfect. Bagaimana tanggapan suami terhadap aktivitas ibu selama ini? Suami saya selalu mendukung. Alhamdulillah beliau selalu support saya, terbukti saat saya mengambil studi S-2 beliau mengizinkan saya dan rela untuk tetap tinggal di Indonesia bersama anak-anak. Waktu saya lanjut untuk studi S-3, beliau juga rela mengambil cuti PNS di luar tanggungan negara (cuti tanpa menerima gaji) selama tiga tahun. Beliau mempunyai prinsip bahwa istrinya sedang diamanahi oleh Allah untuk mengemban tugas-tugas tersebut dan dibutuhkan oleh orang banyak. Sehingga, beliau selalu rida terhadap apa yang saya lakukan. Di sini saya tidak bekerja karena dalam islam seorang istri dilarang untuk bekerja. Saya niat keluar dari rumah tidak dalam rangka mencari nafkah, tetapi untuk membagikan apa yang dititipkan Allah kepada saya.

Apakah Ibu punya Q-time bersama keluarga? Untuk quality time, mulai setelah maghrib hingga isya, biasanya kami ngaji bareng di rumah, kemudian dilanjut dengan belajar. Kami juga sering mengajak anak-anak hadir kajian di Masjid Sabilillah dan Masjid Jami’ antara Maghrib-Isya. Mereka senang bisa ikut, sambil membawa buku PR-nya, mereka ngerjain PR di masjid. Setelah itu, kami akan mampir-mampir, mungkin ketempat makan, seperti Pizza Hut, Lesehan Jogja, atau mampir ke toko buku beli buku komik, dll. Apa pesan ibu untuk mahasiswa UM? Dalam hidup ini, tugas kita adalah berusaha sekuat tenaga. You work hard, you study hard dan jangan lupa, you pray hard. Mudah-mudahan Allah mudahkan urusan kita. Kita bisa begini, bisa begitu, bukan karena kita pinter ya, tapi memang ada bantuan dari Allah. Saya kalau di rumah membisakan kepada anak-anak untuk sering silaturahmi ke orang tua dan setiap hari Jumat mereka dibiasakan minta maaf ke saya dan suami. Sering-seringlah berbuat baik, sering-sering menolong. Terkadang saat situasi sulit ada saja pertolongan yang datang dan itu bisa jadi adalah bibit-bibit perbuatan baik yang dilakukan oleh orang tua kita dahulu.Nilam

"

Perempuan dan pilihan Perempuan hadir dengan tuntutan, Namun perempuan bisa menjadi multiperan Dilema akan pilihan, selalu jadi keraguan atas amanat Mengembangkan bakat atau melawan kodrat Padahal menjadi ibu dan terus berkarya adalah peran yang bisa dipilih bersama Pilihan untuk saling melengkapi dan bukan saling menegasi Bu Utami bersama keluar tercintanya

Tahun 41 Maret-April 2020 |

21


Cerita Mereka

Sinan TEGAR MENGGENGGAM HARAPAN

T

uhan selalu punya kejutan istimewa bagi umat-Nya, begitulah tutur Sinan Tirmidzi. Baginya, dunia tetaplah terang dan indah meskipun Tuhan telah mengambil penglihatannya. Lelaki yang pernah tergabung dalam Paskibraka di daerahnya ini harus menelan kenyataan pahit ketika dokter mengatakan bahwa dia dinyatakan sebagai penyandang tunanetra. Pelik memang, tapi kenyataannya dia masih seperti remaja pada umumnya. Perlahan, dia mencoba bangkit dan menata kembali hidupnya dengan jalan yang sudah ditentukan.

dok. Pribadi

Memulai perjalanan hidup sebagai penyandang tuna netra sejak 2014 bukanlah hal yang mudah. “Penglihatan aku mulai menurun ketika pelaksanaan Ujian Nasional, aku merasa mata aku buram dan tidak jelas ketika melihat lembar jawab ujian,” kenang Sinan. Menghadapi kenyataan tersebut, dia dan keluarga berniat memeriksakan matanya ke rumah sakit. Sayangnya, ketika menjalani perawatan di rumah sakit mata kirinya justru semakin parah dan tidak dapat melihat. Sementara itu, mata kanannya masih normal. Bahkan ditengah penglihatan yang semakin berkurang, dia masih bisa mengendarai motor sendiri bersama orang tua atau kakanya. Semakin lama, penglihatan kedua matanya semakin menurun dan dia dinyatakan tidak dapat melihat lagi dikarenakan radang saraf mata (neuritis). Sejak hari itu, Sinan yang aktif dan ceria berubah menjadi lebih tertutup. Dia yang dikenal sebagai siswa yang aktif dalam berbagai organisasi di sekolah mendadak seperti kehilangan semangatnya. Tidak mudah baginya untuk menerima kenyataan bahwa dia tidak dapat melihat indahnya dunia. Semangat yang dimiliki Sinan ini mulai menurun drastis setelah dia benar-benar dinyatakan tidak mampu melihat oleh dokter di salah satu rumah sakit di Bandung. Sosoknya yang tegar akhirnya harus menitikkan air mata. ”Ya ketika divonis nggak bisa lihat jelas emosi labil, kenapa Allah menguji aku seberat ini gitu,” jelas Sinan. Baginya Tuhan tidak adil, dengan kondisinya saat itu tentu saja dia harus mengubur dalam-dalam semua cita-citanya. Setitik harapannya saat itu hanya dia dapatkan dari keluarga dan temanteman sekolahnya. Dukungan luar biasa datang dari orang tuanya yang ingin anaknya tetap tegar di tengah ujian yang cukup berat. “Orang tua dukung banget apa pun keadaanku, mereka nyari cara supaya aku bisa ketawa lagi, ceria seperti dulu lagi, bahkan mereka melayani aku dengan baik,” ceritanya kepada kru Komunikasi. Awalnya, teman-temannya kaget dengan kondisi Sinan yang tiba-tiba tidak dapat melihat padahal dia tidak memiliki riwayat mata minus. “Teman-temanku semuanya support aku banget, bahkan hampir semua teman SMA aku datang dan jenguk aku.” Berdiri setelah badai, tak akan terusik oleh gerimis, peribahasa inilah yang menggambarkan diri Sinan Tirmidzi Aulia. Di tengah keterbatasan yang dia miliki, akhirnya dia membuka hatinya untuk bangkit lagi. Dia menyadari bahwa hidupnya harus terus berjalan. “Motivasi terbesar karena tidak ingin menyusahkan orang lain, sih. Aku nggak mau nyusahin orang tua dan orang-orang Sinan di Candi Prambanan

22 | Komunikasi Edisi 327


Cerita Mereka

sekitarku,” Dia mengaku sempat direhabilitasi di Panti Wyataguna, Bandung untuk dimotivasi bahwa tunanetra mampu melakukan segala aktivitas seperti orang normal. “Setelah berada di panti itu, aku akhirnya penasaran gimana tuna netra bisa survive, bahkan kuliah di universitas ternama.” Motivasi yang dia dapat di panti itu akhirnya membawa dampak yang luar biasa dalam diri Sinan. Dia mencari Sekolah Luar Biasa (SLB) agar bisa belajar mengembangkan diri dengan keterbatasan yang dia miliki. “Di SLB aku belajar caranya nerima diri, konsep diri, belajar pakai tongkat, komputer dan HP,” kenang Sinan. Kemandirian dan prinsip yang dimilikinya adalah bukti bahwa remaja ini adalah sosok yang tangguh. Ketangguhan dan kemandiriannya dia buktikan dengan keberadaannya di UM sebagai salah satu mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) pada tahun 2017. Setelah gagal tes di UM pada tahun 2016 dia memutuskan untuk tetap berada di Malang dan menimba ilmu di Pondok Tahfiz Baitul Manshurin. Di pondok Sinan belajar Qur’an braile, komputer, mengoperasikan HP melalui suara, dan belajar mengenali suara-suara. Sekitar empat bulan Sinan belajar Qur’an braile untuk proses menghafal Al-Qur’an. Di pondok Sinan juga belajar mandiri. “Awalnya sih orang tua nggak ngizinin aku mondok, tapi aku meyakinkan mereka kalau aku akan baik-baik saja,” jelas-

nya. Dia melakukan semua pekerjaan seperti mencuci dan menyetrika sendiri. Terkadang ada teman-teman yang membantu dan tentunya pihak pondok memberikan perhatian lebih kepada santri yang mengalami keterbatasan.

"

Perjalanan Sinan untuk menggapai cita-cita akhirnya terwujud ketika dia diterima di UM pada tahun 2017. “Menurut aku, PLB adalah satu-satunya jurusan yang bisa bantu aku menjadi orang yang lebih mandiri dan aku perlu ilmu yang banyak untuk menjadi tunanetra yang berkulitas,” tutur Sinan. Remaja yang saat ini menjadi wakil ketua di UKM Gempita ini juga menuturkan bahwa orang tunanetra juga berhak untuk bermimpi dan mendapat pekerjaan yang layak. Bagi Sinan statusnya sebagai mahasiswa dan santri tentu saja sangat menyenangkan dan memiliki kesan tersendiri. Dia memutuskan untuk tinggal di koskosan pada tahun 2017. Di sinilah perjalanan Sinan sebagai mahasiswa tunanetra semakin berwarna dan menantang. Perjalanan dari kos ke kampus dia tempuh dengan berjalan kaki. Keputusannya tinggal di kos tentu membuat Sinan harus mencari cara untuk sampai di kampus dan belajar beradaptasi dengan baik di lingkungan kos. Dia mengaku, awalnya cukup deg-degan dan belum terbiasa. Namun, dia tetap yakin akan sampai di kampus dan kembali ke kos dengan selamat. “Pernah sih hampir diserempet mobil pas

dok. Pribadi

Sinan dalam kunjungan mahasiswa PLM UM di Lab. PLB Universitas Sebelas Maret

Tentang menerima dan menjadi manusia Menerima adalah mencintai tanpa meminta Menjadi manusia adalah menerima kebahagiaan bukan hanya dari orang lain, tapi juga dari dirinya. Menjadi bahagia dengan memaafkan kekurangan Menjadi bahagia dengan menerima cinta lebih banyak setiap harinya

mau nyebrang,” kenang Sinan sambil tertawa.

Di dunia perkuliahan, Sinan yang aktif dan ceria kembali lagi. Dia mengikuti beberapa kegiatan seperti UKM Gempita, English Difa Club (EDC), dan pengajian. Dia juga pernah dipercayai sebagai ketua pelaksana dan wakil ketua UKM Gempita. Sedangkan kegiatannya di EDC dia pilih agar bisa belajar bahasa Inggris untuk menunjang cita-citanya melanjutkan studi ke luar negeri.

“Mas Sinan itu orangnya selalu tersenyum dan pantang menyerah sih,” jelas Ines, salah satu teman Sinan ketika ditanya tentang kesannya terhadap Sinan. Harapan terbesar Sinan saat ini ialah dapat menyelesaikan studi S-1 di UM, melanjutkan S-2 di Australia, dan S-3 di Inggris. “Bukan hal yang tidak mungkin bagi tunanetra untuk kuliah di luar negeri, terlebih di luar negeri kepedulian terhadap inklusi cukup tinggi,” jelas Sinan. Cita-cita Sinan yang tinggi seharusnya mampu membuka mata mahasiswa yang memiliki penglihatan normal untuk lebih gigih dalam mewujudkan cita-cita. Sebelum mengakhiri perbincangan, Sinan berpesan kepada siapa saja yang memiliki pengelihatan normal, jangan pernah melihat orang dari fisiknya, tetapi lihatlah kemampuannya. Tak lupa, dia juga berpesan kepada teman-teman tunanetra lainnya untuk tidak mengeluh dan berusaha seoptimal mungkin untuk mencari solusi bagi keterbatasannya. Safira Tahun 41 Maret-April 2020 |

23


dok. Pribadi

Seputar Kampus

S-Box Karya Mahasiswa UM Unggul di LKTIN

P

Senyum Sumringah mahasiswa FT UM dalam ajang CeC

encapaian membangggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Perwakilan tim UM menyabet juara harapan 3 dalam Chemistry Competition (CeC): Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) yang diselenggarakan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Jumat (603). Tim ini berasal dari Fakultas Teknik (FT) dengan tiga anggota yaitu Made Radikia Prasanta, Enggie Hendrawan Saputra, dan Muhammad Aditya Firnanda. Chemistry Competition 2020 diselenggarakan dengan tema “Optimalisasi Peran Intelektual Muda menuju Indonesia Ramah Lingkungan dalam mewujudkan SDGs 2030”, bertujuan mengajak peserta untuk berperan aktif memberikan ide dalam mewujudkan Indonesia yang ramah lingkungan. Karya tulis dengan judul “S-Box (Smart Power Plants Box): Inovasi Pembangkit Listrik Energi Terbarukan guna Meminimalisasi Pengggunaan Listrik Hasil Pembakaran Bahan Fosil” berhasil menyumbangkan juara dalam kompetisi ini. Diakui oleh ketua tim Made Radikia Prasanta kemenangan ini tidak akan terwujud tanpa adanya persiapan yang matang. “Dari awal sebelum final kami benar benar mempersiapkan full paper baik dari segi tata Bahasa kerapian dan sebagainya secara matang.” ujarnya. Dia juga menambahkan bahwa persiapan terus dilakukan setelah pengumuman lolos full paper dengan membuat presentasi yang dapat memukau dewan juri dan penyampaian presentasi dengan baik. Sama seperti kompetisi LKTI pada umumnya, CeC mengambil 12 karya terbaik yang akan diundang ke UNY untuk mengikuti final. UM termasuk ke dalam 12 karya terbaik bersaing dengan Perguruan Tinggi bergengsi Nasional antara lain Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknoloi Sepuluh Nopember, Universitas Brawijaya (3 tim), Universitas Negeri Malang,

24 | Komunikasi Edisi 327

Institut Pertanian Bogor, Universitas Diponegoro, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Negeri Yogyakarta. “Dari dua belas tim tersebut akan dipilih enam tim terbaik untuk mendapatkan penghargaan juara 1, 2, 3 dan juara harapan 1, 2, 3,” ujar Radikia. Selain penghargaan yang diperoleh dapan kompetisi ini, tim juga mendapatkan pengalaman baru di bidang kimia. Hal ini menjadi alasan Radikia, Enggie, dan Aditya untuk mengikuti CeC. “Karena kami ingin mencoba out of the box, dalam artian karena lomba ini lebih ke arah kimia. Sehingga menambah pengalaman baru berkompetisi di luar bidang studi yang kami pelajari,” tuturnya. Diungkapkan oleh Radikia, dalam persiapan kompetisi ini manajemen waktu menjadi salah satu kendala. Selain itu bersaing dengan tim-tim terbaik dari seluruh Indonesia menjadi tantangan terbesar mereka.”Tentu saja kendala yang dihadapi mahasiswa itu iya manajemen waktu yang baik. karena sebelum mengikuti lomba ini kami harus mengikuti lomba di Surabaya dan seminggu kemudian kami harus berangkat ke UNY,” ujarnya. Tidak lupa ia menyampaikan bahwa kendala tersebut dapat mereka lalui dengan adanya bimbingan dari dosen Fakultas Teknik, Siti Sendari, S.T., M.T. Radikia dan anggota timnya bersyukur dapat mengikuti kompetisi ini, karena mereka dapat bertemu dengan tim terbaik. “Kami merasa sangat beruntung bertemu teman-teman yang memiliki inovasi sehingga menambah wawasan kami dan menambah rasa kompetitif kami.” Mahasiswa Fakultas Teknik tersebut menuturkan bahwa penting bagi mahasiswa untuk mempelajari di luar bidang masing-masing dan mengikuti kegiatan yang dapat menunjang kemampuan karena gelar tidak menentukan kesuksesan seseorang. Sehingga yang akan ia kembangkan selanjutnya dengan mengembangkan riset yang sudah ada saat ini.”Kami ingin mengembangkan inovasi yang dapat bermanfaat untuk Universitas dan masyarakat,” ujarnya. Rosa


dok. Komunikasi

Info

Pengecekan suhu tubuh di jalan masuk gerbang surabaya

UM TANGGAP COVID - 19

M

enindaklanjuti keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di perguruan tinggi, petinggi Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan rapat pada Senin (16/3). Rapat tersebut untuk membahas pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan UM. Disusul dengan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Kewaspadaan Covid-19 pada (18/3) di Gedung Graha Rektorat UM. Hasil rapat tersebut memutuskan, terhitung sejak 17 Maret hingga 1 April UM akan melakukan pencegahan khusus di lingkungan kampus UM serta sosialisasi Protokol Kewaspadaan Pencegahan Covid-19. dr. Sendhi Tristanti P., M.Kes., kordinator satgas mengimbau agar pembelajaran, baik tatap muka maupun praktikum digantikan menggunakan pembelajaran secara daring atau memberi tugas lain yang ekuivalen.

Wawancara dengan dr. Sendhi

Warga UM juga harus melakukan sosial distancing atau stay at home, serta tidak boleh melakukan mobilitas ke luar kota maupun luar negeri karena hal itu dapat mengurangi daya tahan tubuh. Bagi tenaga pendidik UM yang tidak memiliki tugas tambahan atau struktural mendesak bisa melakukan pekerjaanya dari rumah, bagi yang memiliki kewajiaban masuk akan dijadwal secara bergantian. Langkah-langkah tersebut sebagai upaya mengurangi kerumunan masa dan memutus rantai penularan Covid-19. Menurut Sendhi, UM Merespons peristiwa wabah pandemik ini secara berhati-hati dengan pengeluaran kebijakan yang diyakini matang. “Saya rasa bukan lambat, tetapi UM lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Jangan sampai UM mengeluarkan kebijakan, tetapi penunjang-penunjangnya belum siap. Itu yang dihindari oleh UM,� tegasnya. Sendhi juga menyampaikan bahwa pimpinan UM telah bergerak sejak pemerintah mengatakan bahwa Covid-19 masuk dalam status bencana nasional.

Tidak hanya mengalihkan perkuliahan ke sistem daring, UM juga memproduksi hand sanitizer. Produksi tersebut dilakukan secara masal oleh mahasiswa dan dosen Jurusan Kimia UM. Hand sanitizer tersebut telah didistribusikan ke semua fakultas dan diletakkan di tempat-tempat umum di UM. Sebagai upaya preventif mencegah masuknya Covid-19, UM hanya membuka satu pintu masuk, yaitu gerbang Jalan Semarang. Setiap orang yang akan masuk lingkungan UM akan dicek suhu tubuhnya. Selain itu, apabila civitas akademika UM merasakan keluhan yang merujuk pada gejala Covid-19, satgas kewaspadaan Covid-19 UM dapat dihubungi di nomor 082131702300 atau ke Hotline Poliklinik UM: 081357025343. Di akhir wawancara, Sendhi mewakili satgas kewaspadaan Covid-19 UM berharap UM bebas dari Covid-19. “Berawal dari UM yang bebas Covid-19, kita juga turut menciptakan lingkungan yang sehat di wilayah Kota Malang,� pungkasnya. Berlian Tahun 41 Maret-April 2020 |

25


Info

Dari Duta Kampus UM

Berjaya di Raka Raki Jatim 2020

G

dok. @galerisemarkaun

Gloria menerima penghargaan Juara Raki Jawa Timur

26

Gloria berfoto bersama Gubernur Jawa Timur Ibu Khofifah

| Komunikasi Edisi 327

loria Vincentia Riyadi atau biasa dipanggil Glo berhasil kembali membanggakan Universitas Negeri Malang dan Kabupaten Malang dengan menyabet gelar juara 1 di ajang bergengsi Raka Raki Jawa Timur 2020. Kemenangan tersebut diumumkan pada malam puncak Duta Wisata Raka Raki Jatim yang diadakan di Graha Candra Wilwatikta (7/3) lalu. Ajang pageant tersebut diikuti oleh 76 finalis dari 38 kota/kabupaten di Jawa Timur. Ditanya mengenai latar belakang mengikuti Raka Raki Jatim, Gloria mengatakan bahwa yang mendorongnya adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang. Menurut Gloria, ajang Raka Raki Jatim memiliki perbedaan dengan ajang kecantikan lainnya. Ajang ini tidak hanya adu kepintaran, wawasan, kecantikan, program, maupun fisik. Di Raka Raki Jatim dia merasakan adu mental dan karakter. “Selama kita bisa menunjukan mental tahan banting dan karakter yang kuat, merekalah pemenangnya,” ujarnya. Raka Raki Jatim juga memiliki sejumlah tes yang tidak kalah rumitnya dengan ajang kecantikan nasional. Pada saat karantina ada banyak tahap yang dilalui, tes interview (tentang wawasan pariwisata dan kebijakan pemerintah),

deep interview (program yang kita bawa ketika kita menjabat), bahasa Inggris (conversation dan tes tulis), ngadi sliro ngadi busono (catwalk), dan bakat. Gloria bercerita, persiapan Raka Raki membentuk pribadinya secara mental dan karakter. Glo yang merupakan mahasiswa Jurusan Bahasa Jerman ini sejak mahasiswa baru sudah malang melintang di dunia pageant. Pertama kali mengikuti pemilihan Duta Kampus UM tahun 2017, dia mendapat gelar Runner-Up 2. Setelah berkaca dari kekurangannya, dia kembali melaju ke Pemilihan Duta Wisata Joko Roro Kabupaten Malang tahun 2018 dan mendapat gelar Wakil I Roro Kabupaten Malang. Akhirnya, dia berani maju di ajang pageant nasional, membawa nama sendiri dan mewakili Jawa Timur di ajang Putra Putri Batik Nusantara yahun 2018. Di ajang tersebut dia mendapat gelar Wakil II Putri Batik Nusantara. Tahun itu seharusnya Glo dipersiapkan maju ke Raka Raki tahun 2019, tapi karena menjabat Putra Putri Batik Nusantara, Glo mengikuti Raka Raki tahun 2020. Selanjutnya, dia akan melenggang ke Duta Wisata Indonesia yang akan dilaksanakan di Kalimantan Timur. “Mahasiswa UM sangat luar biasa jika mau berusaha dan berdoa,” pungkasnya memberi pesan pada mahasiswa UM. Nikmah


Info

Jadi Jawara,

Badminton UM Berlaga di LIMA Nasional

dok. Pribadi

K

abar menggembirakan datang dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Badminton Universitas Negeri Malang (UM). Minggu, (01/03) tim badminton UM meraih prestasi pada ajang Liga Mahasiswa (LIMA) East Java Conference (EJC) 2020. Dalam rangkaian pertandingan yang dilaksanakan di Universitas Islam Malang selama sepuluh hari (21/02-01/03) lalu ini tim badminton UM meraih prestasi pada empat kategori cabang badminton sekaligus. Deretan prestasi emas dan perak tersebut meliputi Juara 1 kategori Beregu Putra—yang diwakili oleh Yusril Argya Maulana (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan/ PJK), Zulhaj Akbar Firdaus (PJK), Hariyanto Arbi (Akuntansi), Mega ciputra (PJK), Cholid Bardan Lazuardi (PJK), Dwiki Falintino Andreansah (PJK), Aldo Ganang Amiranda (PJK), Royyan Firdaus (Ilmu Keolahragaan/ IKOR), Juara 2 Beregu Putri—yang diwakili oleh Palupi Nur Afifah (PJK), Sima Fatma Kusuma (Pendidikan Kepelatihan Olahraga/ PKO), Ingedy Vyola (IKOR), Yelly Diyunsari (PKO), Fitria Ayu Nawangwulan (Manajemen), dan Juara 1 Tunggal Putri oleh Mega Ciputra (PJK) serta Juara 1 Ganda Campuran—yang diwakili oleh Aldo Ganang Amiranda dan Yelly Diyunsari (PKO).

Senyum bahagia para atlet badminton UM serelah menyabet kemenangan

Ketua UKM Badminton UM Yusril Argya Maulana yang juga mewakili dalam pertandingan mengaku dirinya amat senang dengan prestasi pada seleksi LIMA di tingkat regional tahun ini. Lebih lanjut, dirinya menuturkan bahwa tahun ini merupakan sejarah baru bagi UKM Badminton setelah empat tahun mengikuti LIMA, khususnya pada kategori beregu Putra. “Sebelum event LIMA UKM badminton UM sudah banyak juara di event-event tertentu yang tidak kalah bergengsinya, namun di LIMA tahun ini adalah prestasi terbaik UKM badminton UM.” Tuturnya bangga. “LIMA sudah berjalan delapan tahun tapi UM baru saja mengikuti di tahun ke empat, dan empat tahun menunggu akhirnya bisa juara khususnya buat beregu putra, dan untuk beregu putri alhamdulillah dapat mempertahankan gelar tahun kemarin.” Ucap mahasiswa pendidikan jasmani dan kesehatan itu bersyukur. Sebelumnya, dalam pertandingan LIMA ini memang telah dilakukan seleksi untuk memilih perwakilan UM yang dipegang oleh sang pelatih. Seleksi regional LIMA yang biasa disebut East Java Conference diikuti oleh berbagai perguruan tinggi lain di Jawa Timur antara lain Universitas Brawijaya (UB), Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Islam Negeri Malang (UINMA), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Dr. Soetomo

(UNITOMO), Universitas Islam Negeri Surabaya (UNISMA), Universitas Petra, Universitas Ciputra (UC), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Surabaya (UBAYA), dan Institut Tenologi Surabaya (ITS). Liga Mahasiswa notabene merupakan multisport event yang diselenggarakan oleh PT Bina Mahasiswa Indonesia. Selain badminton, cabang olahraga lain yang dipertandingkan dalam ajang ini yaitu futsal, sepakbola, voli, dan basket. Untuk badminton, cabang olahraga terbagi menjadi 4 conference yang nantinya pemenang dari setiap conference berhak maju ke babak nasional. Tak pelak, dari prestasi ini tim UM turut menjadi perwakilan regional ke ajang LIMA nasional, yang pada awal rencananya akan diselenggarakan 19-28 Maret di Bandung. “Tapi ditunda karena ada covid-19” tutur Yusril. Yusril yang juga akan mewakilkan UM di tingkat nasional mengungkap, dirinya dan tim bersiap lebih giat lagi untuk menghadapi pertandingan mendatang. “Karena LIMA ini adalah event bergengsi antar mahasiswa, jadi kita punya target sendiri di event ini,” jelasnya. Lebih lanjut, dia berharap tim badminton UM bisa mendapat hasil yang bagus di LIMA nasional. “Untuk anggota UKM badminton UM dan untuk UKM-UKM lain untuk terus berprestasi dan membawa nama baik UM.” Pesannya. Diah Tahun 41 Maret-April 2020 |

27


Info

Di Ufuk Timur,Pagi Merekah oleh Ayu Saraswati

S

ekitar bulan Maret—April, umat Nasrani merayakan paskah. Sebenarnya, apakah paskah itu?

Paskah menurut orang Israel merupakan peringatan ketika mereka bebas dari perbudakan Bangsa Mesir. Cerita tentang paskah pertama tercatat dalam kitab Keluaran. Ketika Bangsa Israel diperbudak oleh Bangsa Mesir, Tuhan, melalui Musa, meminta Firaun untuk membebaskan Bangsa Israel. Namun, Firaun menolak. Sebagai ganjarannya, Tuhan menurunkan sepuluh tulah, pada tulah terakhir Tuhan berkata kepada Musa bahwa Tuhan akan melewati tanah Mesir dan membunuh semua anak sulung. Bangsa Israel diminta untuk menyembelih domba dan mengecat pintu dengan darah domba. Mereka juga diminta memakan roti tak beragi selama tujuh hari. Peristiwa inilah yang dalam Alkitab disebut paskah. Hari ketika Tuhan melewati rumah-rumah orang Israel. Putra sulung Firaun terbunuh dalam peristiwa ini dan Firaun membebaskan Bangsa Israel dari perbudakan. Sekarang Bangsa Israel merayakan paskah dengan makan bersama keluarga, salah satu makanannya adalah roti tak beragi dan menceritakan kisah keluarnya Bangsa Israel dari perbudakan Mesir. Umat Nasrani merayakan Paskah sebagai hari kebangkitan Yesus. Rangkaian Paskah dimulai dari Rabu Abu sampai dengan Minggu Paskah. Rabu Abu merupakan tanda dimulainya Masa Raya Paskah. Abu ditorehkan di dahi jemaat sebagai tanda kerapuhan manusia, sekaligus mengingatkan bahwa manusia terbuat dari debu dan akan kembali menjadi debu. Abu juga merupakan pertanda bahwa manusia adalah pendosa yang dengan terbuka mengaku kesalahannya di hadapan Allah. Mulai Rabu Abu, umat Nasrani juga diajak untuk berpantang selama 40 hari. Berpantang tidak hanya soal jasmani, tetapi juga soal menahan godaan dunia. Sehari sebelum Jumat Agung, umat Nasrani mengenang peristiwa Kamis Putih. Dalam tradisi Yahudi, sebelum merayakan paskah haruslah mengadakan jamuan makan. Peristiwa Kamis Putih inilah yang

28 | Komunikasi Edisi 327

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

menginspirasi Leonardo da Vinci melukis “The Last Supper”. Sebelum mengadakan jamuan makan, seorang dengan kedudukan lebih rendah harus membasuh kaki orang berkedudukan lebih tinggi. Dalam peristiwa Kamis Putih, Yesus membasuh kaki para murid meskipun kedudukan Yesus sebagai pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin seharusnya bukan orang yang otoriter dan memaksa, tetapi kemauan diri untuk menghamba dan melayani. Dalam perjamuan makan, Yesus mengangkat cawan berisi anggur dan memecah-mecah roti. Dua hal tersebut melambangkan tubuh dan darah-Nya yang dipersembahkan menggantikan domba paskah. Setelah makan bersama, Yesus yang sadar bahwa sengsara-Nya sudah dekat, berdoa di Taman Getsemani. Ia mencurahkan kesedihannya dengan berkata, “Ya Abba, ya Bapa, ambilah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Pada malam itu juga salah satu murid Yesus, Yudas Iskariot, mengkhianati Yesus untuk sejumlah uang. Dia menjual Yesus kepada imam-imam kepala dan ahli Taurat. Hal ini merefleksikan bahwa ketika seseorang melakukan perbuatan baik tidak selalu dibalas dengan kebaikan. Setelah Yesus semalaman disesah, masuklah pada peristiwa Jumat Agung. Yesus dibawa ke hadapan Pilatus untuk diadili. Namun, Pilatus tidak menemukan kesalahan apa pun dalam Yesus, sehingga dia mencuci tangan dengan menyerahkan Yesus kepada orang banyak yang meminta agar dia disalib. Pada masa itu, hukuman salib adalah hukuman paling hina bagi para penjahat yang keji. Tentara Romawi membawa Yesus ke gedung pengadilan dan menyiksa Yesus. Sesudah disiksa dan diolok-olok, Yesus dipaksa memanggul salib menuju Bukit Golgota. Jalan menuju Bukit Golgota inilah yang dikenal sebagai Via Dolorosa atau “Jalan Salib”. Sesampainya di Bukit Golgota, Yesus disalib dan terus diolok-olok oleh banyak orang. Namun, Dia berkata, “Ampunilah

mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Gereja merenungkan sengsara Yesus dan menghormati salib yang merupakan penebusan dosa manusia. Darah Yesus merupakan saksi dari penebusan dosa manusia. Pada saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya, kegelapan menyelimuti dan gempa mengguncang sehingga tabir bait Allah terbelah. Terbelahnya tabir bait Allah menunjukkan perbaikan hubungan Allah dan manusia. Ketika dulu manusia harus menyembah Allah melalui pemuka agama, sekarang manusia bisa langsung menyembah Allah. Korban domba pun sudah tidak dipakai lagi karena Yesus yang menggantikan korban domba tersebut. Sabtu sunyi memang tidak umum terdengar oleh orang awam, tetapi sabtu sunyi juga memiliki makna. Sabtu sunyi adalah peristiwa saat mayat Yesus diturunkan dari kayu salib untuk dimakamkan. Peristiwa ini merupakan masa hening karena Yesus tidak ada. Para murid tercerai-berai tanpa pemimpin. Minggu Paskah merupakan tanda kemenangan bagi umat Nasrani. Minggu paskah merupakan hari kebangkitan Yesus. Peristiwa ini merupakan bukti bahwa Yesus menang atas maut. Umat nasrani mengartikan kebangkitan Yesus sebagai permulaan kehidupan yang baru. Kematian dan kebangkitan Yesus merupakan bukti bahwa Dialah jalan keselamatan dan hidup. Keselamatan diberikan pada siapa pun yang menuruti firman-Nya. Fajar baru merekah mengakhiri malam yang kelam, inilah yang menjadi poin iman Kristiani. Hal lain yang unik dalam paskah ialah paskah seringkali disimbolkan dengan telur. Ketika sebuah telur menetas, ada kehidupan baru yang tercipta, sama seperti kebangkitan Yesus yang membawa hidup baru.

Penulis adalah kru majalah Komunikasi UM


ISRA’ MIKRAJ, MOMENTUM PEMBERSIHAN ROHANI

R

Agama

oleh Yusuf Hanafi

ajab sebagai bulan ketujuh dalam kalender Hijriah adalah bulan yang sangat istimewa. Imam al-Balkhi menyebutnya sebagai kunci kebaikan dan keberkahan menuju bulan-bulan berkah berikutnya (Sya’ban dan Ramadhan). Beliau menyatakan, “Rajab adalah bulan untuk menanam kebaikan. Sya’ban adalah bulan untuk menyiram tanaman kebaikan itu, dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen kebaikan.” Keistimewaan Rajab semakin tidak terbantahkan, karena adanya sejumlah peristiwa besar yang terjadi pada bulan ini. Di antara yang paling populer adalah pada tanggal 27 Rajab, Nabi Muhammad Saw diperjalankan oleh Allah Swt dari AlMasjidil Haram (Makkah) ke Al-Masjidil Aqsha (Yerussalem Palestina) yang berjarak ± 2500 KM (kala itu ditempuh dengan perjalanan normal selama ± 40 hari), dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dalam peristiwa Isra’-Mi’raj guna menerima perintah kewajiban shalat lima waktu. Operasi Hati Nabi, Sebuah Episode Awal Isra’ Mikraj Telah populer dikisahkan, sebelum perjalanan Isra’ Mikraj dimulai, terjadi operasi pembedahan dada beliau oleh Jibril As dan Mikail As, untuk selanjutnya hati beliau dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan diisi dengan hikmah dan keimanan. Ibarat sebuah adegan film, operasi pembedahan ini merupakan fragmen awal sebelum memasuki inti cerita perjalanan sesungguhnya. Inilah yang menjadi titik fokus tulisan ini. Mengapa hati yang dibedah dan dibersihkan? Kenapa bukan ginjal, usus atau lambung yang notabene mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh, dan secara biologis lebih kotor karena menjadi jalur pencernaan makanan? Mengapa pula pembedahan ini dilakukan sebelum perjalanan Isra’ Mikraj, kenapa tidak di tengah perjalanan, atau seusai perjalanan? Sesungguhnya dalam kejadian tersebut, terdapat filosofi dan hikmah yang sangat mendalam. Pertama, hati adalah bagian terpenting dalam kedirian manusia. Hati merupakan pusat metabolisme keimanan dan ketakwaan. Bagaikan pilot pesawat,

hati mengarahkan kehidupan spiritual manusia sekaligus mempengaruhi dan menentukan perilaku sosialnya. Sejalan dengan itu, Rasulullah Saw menyatakan dalam sebuah hadis yang sangat terkenal, “Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang itu, terdapat segumpal daging. Apabila gumpalan daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika (seebaliknya) gumpalan daging itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah, gumpalan itu adalah hati” (Muttafaq ‘Alaih). Mencermati isi kandungan hadis di atas yang sangat menekankan pentingnya posisi hati bagi tubuh dan diri manusia, kita menjadi mengerti: mengapa Allah Swt memerintahkan operasi pembedahan dada dan pembersihan hati Rasulullah Saw sebelum melakukan Isra’ dan Mikraj. Peristiwa langka tersebut merupakan isyarat bagi kita semua selaku umatnya bahwa hati adalah bagian diri yang paling penting untuk dirawat, melebihi perawatan anggota-anggota tubuh lainnya. Menyehatkan hati dan meriasnya jauh lebih penting daripada merias wajah, berdandan fisik, bahkan lebih penting daripada mengasah otak dan intelektualitas. Posisi Strategis Hati dalam Pembentukan Karakter Inilah yang sering kita lupakan. Hati tidak lagi menjadi panglima dalam kehidupan ini. Sejak lama kedudukannya telah digantikan oleh otak yang mengandalkan nalar dan logika. Padahal berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran; sumbernya adalah hati, bukan dari otak. Karena itu, sungguh tepat pernyataan al-Ghazali dalam kitab monumentalnya, Ihya’ Ulumiddin, “Selalu mintalah petunjuk pada hati dan ikutilah arahannya! Meski orang di sekelilingmu memberi nasihat yang berbeda.” Mencermati petuah al-Ghazali di atas, jika

kita hendak memutuskan sesuatu, pertama kali kita harus bertanya kepada hati kecil kita. Bukan sekadar mempertimbangkan bukti-bukti yang didapat di tempat kejadian perkara (TKP). Karena semua itu bisa dipalsukan oleh otak dan logika. Jika hati membawa kita kepada kebaikan universal, maka otak hanya akan mengantarkan kita kepada kebaikan parsial dan partikular, kebaikan yang telah terkontaminasi oleh kepalsuan dan kepentingan. Hikmah lain di balik peristiwa pembedahan hati Nabi, jika Rasulullah Saw yang ma’shum (terjaga dari dosa dan kesalahan) itu perlu dioperasi dan dibersihkan hatinya. Bagaimana dengan kita yang rentan berbuat salah, alpa, bahkan dosa? Demikianlah, hikmah di balik perintah Allah kepada Jibril As dan Mikail As untuk membedah dada dan mencuci hati Rasulullah Saw. Bukan karena di hati Rasulullah terdapat kotoran apalagi penyakit. Sama sekali bukan, karena Nabi itu memiliki sifat ma’shum. Di atas semua itu, operasi pembedahan dada dan pembersihan hati beliau itu adalah isyarat bagi kita semua selaku umatnya. Bahwa membersihkan, merawat, dan menghias hati adalah pekerjaan utama yang harus diprioritaskan di atas tugas-tugas lainnya—sebagaimana Allah SWT mendahulukan pembedahan dan pencucian hati Rasulullah sebelum melakukan perjalanan Isra’-Mikraj. Wallahu a’lam. Penulis adalah anggota kepenyuntingan majalah Komunikasi dan Wakil Dekan III Fakultas Sastra UM.

Tahun 41 Maret-April 2020 |

29


Curhat

Tangguh Menyelesaikan

“Skripsi�

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Saya mahasiswi FIS yang tengah menempuh semester akhir. Normal jika di semester akhir banyak mahasiswa yang stres dan down dalam proses pengerjaan skripsi. Begitu juga dengan saya. Sejak akhir semester tujuh, saya sudah berusaha rajin bimbingan skripsi. Namun, karena dosen saya detail dalam merevisi, saya jadi tertinggal dari teman-teman. Saya sedih jika mendapat kabar teman-teman saya hampir selesai dan saya masih terus mengerjakan revisi. Saya bahkan merasa malas bertemu teman-teman saya. Apakah ada solusi yang bisa membantu saya menghadapi kekhawatiran tersebut? Terima kasih banyak atas jawaban yang diberikan. J Wassalamualaikum Wr. Wb. ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

Jawaban oleh: Ike Dwiastuti, M.Psi., Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM Jawaban: Waalaikumsalam, Wr.Wb. Motivasi tinggi di awal memang penting, tapi kurang cukup dalam proses penyelesaian skripsi karena motivas mudah turun ketika menghadapi masalah dan tantangan. Diperlukan karakteristik tangguh (resiliensi) dalam menghadapi situasi yang Anda alami ini. Ketangguhan yang dimiliki mahasiswa, khususnya ketangguhan akademik akan mempengaruhi perilaku dalam pengelolaan permasalahan dan tekanan dalam studi, serta kemampuan mengubah kesulitan tersebut menjadi keuntungan dan kesuksesan. Anda menyangka permasalahan yang Anda hadapi adalah permasalahan eksternal, seperti tuntutan dosen pembimbing dan revisi. Namun, sebenarnya Anda juga mengalami permasalahan internal seperti motivasi menurun, kurang fokus, emosi tidak stabil, dan kemampuan mengatur belajar mandiri. Ada dua hal yang dapat dilakukan agar menjadi tangguh dalam situasi menekan ini, yaitu mengelola pikiran dan emosi dengan efektif serta melakukan penyesuaian perilaku positif (adaptasi positif ). Adapun beberapa cara agar dapat mencapai hal tersebut antara lain: 1. Mengubah pemikiran negatif menjadi positif. “Tuntutan dosen ini akan menyempurnakan skripsi dan menjadikan saya belajar menjadi peneliti yang benar, sehingga ketika sidang skripsi bisa lancar dan

kelak ketika memasuki dunia kerja saya bisa menghadapi tantangantantangan lebih besar lainnya�. Pemikiran postif ini memunculkan sikap optimis dan dapat mengubah emosi menjadi positif pula. 2. Pikirkan tujuan jangka panjang Anda. Skripsi adalah karya tulis ilmiah Anda yang akan sering ditanyakan ketika wawancara kerja, bahkan wawancara ketika akan studi lanjut. Oleh karena itu, menghasilkan karya skripsi yang baik adalah perjuangan untuk jangka panjang. 3. Kumpulkan informasi positif tentang dosen pembimbing Anda. Informasi positif dapat menenangkan perasaan emosi Anda. 4. Berjuang melakukan perilaku yang adaptif. Coba Anda ubah perilaku belajar Anda, cari tahu kena revisi masih terus terjadi. Baca-baca lagi skripsi yang bagus, dan skripsi yang mendapatkan nilai A. Jangan menunggu dikoreksi pembimbing, Anda dapat mereview tulisan Anda sendiri, lalu bandingkan dengan skripsi tersebut dan sesuaikan tata bahasa Anda dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Teman-teman Anda adalah support system. Jadi, jangan berpikir negatif kepada mereka. Anda dapat menjalin komunikasi yang menyenangkan dan bercanda agar tidak stress. Anda juga bisa curhat untuk meredakan stress dan tips-tips menghadapi dosen pembimbingnya masing-masing. Bisa jadi teman yang terlihat baik-baik saja juga mengalami tekanan yang sama. Demikian saran pengembangan dari saya, semoga bermanfaat.

Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac. id selambat-lambatnya tanggal 25 Mei 2020. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya.

30 | Komunikasi Edisi 327


Pustaka

RESENSI BUKU “BH” KUMPULAN CERPEN EMHA IDENTITAS BUKU

E

mha Ainun Nadjib tergolong manusia multidimensi. Awalnya dikenal sebagai penyair, kemudian menulis naskah, novel, drama, esai, dan cerpen dengan berbagai tema sosial budaya yang relevan dengan kehidupan masyarakat kecil. Buku ini menunjukkan bagaimana Emha berevolusi menjadi penulis yang benar-benar matang dalam berpikir dan mengolah katakata. Cerpen BH ini merupakan salah satu buah kreativitas Emha dalam berbagai persoalan terkait kehidupan manusia, misalnya cerpen Ambang, Kepala Kampung, BH, Jimat, Lelaki ke 1.000 di Ranjangku, dan lain sebagainya. Cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen BH karya Emha Ainun Nadjib berasal dari rentang masa 1977 – 1982. Berisi 23 kumpulan cerpen yang telah diterbitkan di Koran dan majalah seperti: Kompas, Sinar Harapan, Horizon, dan Zaman. Buku ini menarik untuk menjadi koleksi buku, karena dalam dunia kepenulisan cerpen, nama Emha jarang terdengar. Namun, mengikuti Emha bercerita lewat buku ini seperti membaca esai-esainya yang mengalir deras tak cuma soal sastra tetapi mencakup berbagai dimensi persoalan kehidupan. Banyaknya cerpen dalam buku ini, maka penulis hanya akan menyajikan gambaran singkat pada beberapa cerpen seperti, Ambang dan BH. Kepandaian Emha dalam

Judul

: BH

Penulis

: Emha Ainun Nadjib

No.ISBN

: 9789797095864

Penerbit tara

: PT Kompas Media Nusan-

Tanggal Terbit

: Cetakan Keempat - 2016

Jumlah Halaman

: 246 Halaman

Ukuran Buku

: 14 x 21 cm

menyelami pergulatan batin terlihat jelas dalam judul “Ambang”. Tokoh utama terus meminta kepada Tuhan untuk segera mencabut nyawanya. Dialog-dialog panjang yang Emha sajikan dalam cerpen ini mencerminkan tokoh utama sudah kehilangan semangat hidupnya. Hampa, pasrah dan nyaris tidak waras. Cerpen yang menjadi tajuk utama, “BH” yang mengangkat kisah LGBT, mengisahkan kisah dramatik dua orang laki-laki yang saling mencintai dan memahami arti cinta yang tidak hanya sekedar seks atau hubungan intim di dunia. Cerpen ini mengandung makna ketulusan dan kepandaian memelihara batas, walaupun ada kesempatan untuk “aku” melakukan apa yang Allah larang. Tulisan Emha yang membekas dalam benak penulis terkait cerpen ini “Marilah kita bercinta pada tempatnya. Kau mencintai itu dan bersedia menerima apa yang mampu kuberikan, sementara aku pun mencintai penderitaanmu”. Tulisan Emha ini membuat penulis merasakan, bagaimana perasaan seorang penganut LGBT. Buku ini disajikan dengan bahasa yang khas ala Cak Nun (sapaan hangat beliau), dimana menyampaikan kritik secara menggelitik. Membuat pembaca tertawa miris atau justru malah simpati dengan kondisi yang disajikan. Kelebihan buku ini, meskipun cerpen ini dimuat dari rentang 1977 – 1982 hingga akhirnya dibukukan oleh Kompas sebagai kumpulan cerpen yang

berjudul BH, akan tetapi kesemuanya memiliki dimensi yang lebih luas dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Ketika kita sedang membaca cerpen ini, kita tidak sedang memandang permasalahan kehidupan 20 tahun yang lalu, ataupun 10 tahun yang lalu, tetapi kondisi saat ini. Hal ini tidak terlepas dari kedalaman berpikir seorang Emha Ainun Nadjib. Bahwa setiap persoalan dipetakan secara sungguh-sungguh, tidak dilihat secara parsial tetapi secara holistik. Sayangnya, buku ini banyak memakai analogi yang jarang diketahui masyarakat awam. Buku ini juga memiliki bahasa yang berat, sehingga perlu 2 sampai 3 kali membaca untuk memahami hakikat yang ingin disampaikan dalam setiap cerpennya. Memahami, tulisan-tulisan ini tidak bisa langsung secara instan, sehingga perlu dicerna secara perlahan pada beberapa judul cerpen seperti, tajuk utama cerpen ini “BH”. Pembaca dituntut untuk memiliki kedalam berpikir dan memiliki sudut pandang yang luas, sehingga tidak gampang menyalahkan statement seseorang.

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Geografi dan Juara Harapan 2 Penulisan Pustaka majalah Komunikasi

Tahun 41 Maret-April 2020 |

31


Menyusuri Perjalanan Cafe Sawah Hingga Dikenal Ribuan Mata

dok. Komunikasi

Wisata

Mengabadikan momen di cafe sawah

S

iapa yang tak kenal dengan Kabupaten Malang? Kabupaten wisata ini mempunyai beragam pesona. Jika kita bicarakan wisata, Malang memiliki sejuta wisata yang tidak pernah bosan dan memiliki berbagai daya tarik bagi para wisatawan. Mulai dari wisata budaya, wisata alam sampai dengan wisata kuliner. Café Sawah yang berada di jalan Raya Krajan, Dusun Klajan, Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, merupakan salah satu wisata kuliner dan alam yang tepat untuk dikunjungi bersama keluarga, sahabat, maupun rekan kerja. Di balik keindahannya, wisatawan harus tahu bagaimana awal mula berdirinya Café Sawah ini. Tempat wisata ini berdiri pada tahun 2016 di atas tanah kas milik desa seluas 6.800 m². Hebatnya,

32 | Komunikasi Edisi 327

wisata ini berdiri bukanlah hasil dari individual atau investor, melainkan hasil dari tangan-tangan kreatif masyarakat desa setempat. Awalnya, tempat ini bernama Kopi Sawah, tetapi seiring berjalannya waktu, warga mengganti namanya menjadi Café Sawah. Café sawah ini arahnya pada kuliner tradisional yang target pasarnya adalah wisatawan usia 50—60 tahun. Menurut mereka, tidak ada ceritanya orang bosan makan dan para orang tua bisa menghabiskan waktunya di sana untuk bernostalgia masa kecil. Berdirinya Café Sawah ini dilandasi oleh pemikiran ingin membuka peluang usaha bagi masyarakat yang mayoritas berpendidikan rendah. Jika bekerja di luar, mereka hanya akan menjadi pekerja kasar. Selain itu, warga juga menginginkan agar desa

tersebut dapat berkembang layaknya desa-desa lain. Tujuan awal membangun usaha tersebut untuk berkegiatan sosial. Pihak Café Sawah berharap pengunjung bisa membaur menjadi satu tanpa membedakan strata sosialnya. Dulu masyarakat sangat sulit diajak bekerja sama dalam mengembangkan wisata ini karena kualitas SDM di Desa Pujon ini sangat rendah. Sekitar 80% masyarakat hanya menempuh pendidikan formal hingga jenjang SMP. Namun, lambat laun masyarakat mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Malang. “Kami kelola bersama dengan teman-teman cangar wisata binaan dari dinas wisata Kabupaten Malang. Alhamdulillah, kerja keras kami memuai hasil yang bagus,” tutur Ibadur Rohman, Direktur Bumdes.


Wisata

Menikmati pemandangan yang instagramable

Café Sawah sangat cocok digunakan untuk tempat melepas penat dan bersantai. Café Sawah juga dilengkapi dengan spot-spot cantik yang instagramable, mulai dari gapura bambu bertuliskan “Desa Wisata Pujon” hingga joglo-joglo bambu yang didesain sedemikian rupa seperti jamur sebagai tempat istirahat. Joglo ini bisa juga dimanfaatkan sebagai spot foto yang menawan. Kupukupu, perahu kayu, dan spot foto tangan yang unik sebagai pelengkap wisatawan saat mengabadikan momen. Selain itu, ada fasilitas berkuda dengan pemandunya yang siap mengantar wisatawan berkeliling menikmati indahnya panorama alam di sekitar Café Sawah. Ketika kita merasa lelah dan penat setelah berkeliling, wisatawan bisa menikmati menu makanan dan minuman khas pedesaan yang dijajakan, seperti rujak kriuk, rujak legi, aneka olahan ketan, wedang kopi ndeso, dll. Harganya relatif terjangkau, mulai Rp5.000 hingga Rp25.000 rupiah pengunjung sudah bisa makan sampai kenyang. Bagi wisatawan yang membawa anak-anak tidak perlu bingung karena di Café Sawah juga menyediakan wahana permainan anak-anak seperti balon air, dll. Anak-anak juga bisa memberi makan ikan koi di kolamnya langsung, sehingga liburan keluarga pun semakin hangat.

Spot yang ciamik ala cafe sawah

dok. Komunikasi

Tiket masuk Café Sawah sangat pas di kantong, yakni Rp10.000 per orang. Café Sawah dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Khusus akhir pekan (Sabtu-minggu) tempat ini buka hingga pukul 22.00 WIB. Izam/Nurul

dok. Komunikasi

Bagi wisatawan dari luar kota tidak perlu khawatir. Jalan menuju Café Sawah sangat strategis dan aman. Selain aksesibilitas yang strategis, sambil berkendara wisatawan juga bisa menikmati indahnya pemandangan di sisi kanan dan kiri jalan. Menariknya lagi, untuk memanjakan pengunjung disabilitas menikmati keindahan pemandangan, Café Sawah menyediakan kursi roda dan akses jalan bagi penyandang disabilitas sampai ujung lokasi. Café Sawah juga disediakan beberapa fasilitas seperti musala dan toilet yang memadai.

dok. Komunikasi

Pada tahun 2017 rata-rata pengunjung tiap bulan hanya 15—20 ribu. Namun, pada tahun 2019 Café Sawah kebanjiran wisatawan dan rata- mencapai lebih dari 60 ribu pengunjung. Hal itu merupakan capaian yang sangat bagus. Partisipasi warga desa juga sangat mendukung untuk menyukseskan berdirinya Café Sawah. Warga desa akhirnya ikut mengelola dan memanfaatkan Café Sawah sebagai peluang usaha mereka, seperti dengan membuka stan dagangan, pertunjukan APV dan motor trill yang biayanya dibebaskan dari Bumdes, dll. Total warga yang bergabung membuka usaha sekitar 150 stan. Total pegawai di usaha milik desa 160 orang dan total serapan semua usaha 700—800 orang.

Kesejukan yang menghadirkan kehangatan

Tahun 41 Maret-April 2020 |

33


Rancak Budaya Senja itu aku tidak sengaja mendengar sesuatu yang tak kuharapkan. Hal tersebut membawaku dalam kesengsaraan. Jika waktu boleh terulang, kuharap aku tak datang kala itu. Dua tahun yang lalu kala aku membersihkan jendela di dekat kamar Bung Karno, aku mendengar suara gema langkah kaki. Kusimpan alat bersih-bersihku dan aku bersembunyi. Aku melihat Sukardjo, pengawal presiden yang sudah menjadi kawanku selama tiga tahun. Aku keluar dari persembunyianku dan mendekat ke arahnya. “Mengapa kau berjalan dengan terburu?” tanyaku. Dengan wajah gusar yang sulit disembunyikan, ia berkata, “Bersembunyilah! Sebentar lagi akan ada orang yang membahayakan Bung Karno.” “Ada apa?” tanyaku bingung. “Turuti saja ucapanku. Jangan sampai kau terlibat dalam hal ini!” perintah Sukardjo, lalu berlalu dariku dan mengetuk pintu kamar presiden.

Kemelut Pertiwi oleh Ananda Putri Safitri

Kemudian, dia masuk dan aku kembali bersembunyi. Setengah jam berlalu, tak kurasakan satu pun kehadiran makhluk hidup selain diriku. Kakiku mulai pegal dan oksigen mulai payah kuraih, sebab aku berada di balik pintu. Hingga aku mendapati kembali suara ketukan pantofel yang menggema di lantai dengan tegas. Kupejamkan mataku guna menajamkan pendengaran. Ada sekitar tiga hingga empat langkah berbeda yang jatuh dan terdengar hampir bersamaan menuju kamar Bung Karno. Aku mengintip keluar, hatiku terasa was-was dengan kejadian selanjutnya. Kumantapkan diri untuk keluar dari persembunyian dan berniat untuk pergi. Tapi aku mendengar ada suara seorang perwira yang meminta Bung Karno untuk menandatangani sesuatu, tetapi ditolak.

Lalu, ada jawaban dari suara yang asing, “Untuk membahas, waktunya sangat sempit. Paduka tanda tangani saja.”

Aku berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan pintu Bung Karno. Punggungku kubungkukkan hingga daun telingaku berada di hadapan lubang kunci sehingga bisa mendengar lebih jelas.

“Hei, jangan takut! Ini saya Sukardjo,” ucapnya menenangkan.

“Mengapa kop surat itu dari Markas Besar Angkatan Darat? Seharusnya surat perintah itu ber-kop surat kepresidenan.” Suara itu kukenali sebagai Bung Karno.

“Bangkitlah! Jika kita terlalu lama di sini, bisa-bisa nyawa kita akan lenyap detik ini juga,” ajak Sukardjo sembari sedikit menarik lenganku. Aku mengangguk dan berjalan

34 | Komunikasi Edisi 327

Setelah itu aku mendengar suara pelatuk yang hampir saja terlepas, tapi telah dihalang oleh Bung Karno. Bung Karno akhirnya menyetujui dengan syarat esok hal tersebut akan kembali dibahas, sebab pikirannya kini sedang tidak jernih. Selepas itu percakapan di antara mereka berhenti. Aku tidak menyadari bahwa pintu tempatku menguping terbuka. Deg. Sesaat jantungku berada di luar jalurnya. Aku tertangkap basah. Aku tidak berani melihat sosok yang telah berada di sampingku. “Din, sedang apa kau di sini?” tanya seseorang meraih lenganku. Badanku gemetaran.

Seketika badanku luruh ke lantai. Aku menutup mata sembari mengelus dada dan berulang kali merapal kata syukur.

mengikutinya untuk sesegera mungkin keluar dari istana negara secara diam-diam. Selepas hari itu kekuasaan Bung Karno perlahan tercabut. Dia menghunus kekuasaannya sendiri dan tergantikan oleh Soeharto. Bung Karno mengira bahwa surat tersebut merupakan mandat darinya untuk mengamankan negara yang sedang kacau akibat G30 SPKI, ternyata surat tersebut dijadikan legitimasi dan Soeharto memperoleh surat sakti yang kemudian bergerak cepat meraih kursi presiden. Bung Karno amat kesal sebab telah dimanipulasi dan dalam pidatonya ia berteriak, “Jangan jegal perintah saya! Jangan saya dikentuti!” Setelah jatuhnya Bung Karno, Sukardjo mulai jarang terlihat di istana. Hingga beberapa hari kemudian, aku dipecat. Pemimpin baru tersebut tak mengharapkanku. Aku mulai cemas dengan keadaan di istana kini. Baik di dalam maupun di luar, terlalu banyak keributan. Aku mencemaskan Sukardjo yang sempat berada di antara penyebab kisruh ini. Menurut desas-desus yang kudengar, Sukardjo telah ditangkap dan dipenjarakan. Tentara bayangan Soeharto kabarnya menangkap siapa pun yang


Rancak Budaya

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

terlibat dalam aksi supersemar yang tak berpihak padanya. Siapa pun itu yang dimaksud, aku turut termasuk. Hari-hariku yang damai mulai berganti. Setiap hari aku merasa cemas akan kemungkinan tertangkapnya diriku. Hingga empat tahun berlalu, aku sejenak lupa. Sekembalinya aku dari warung kulihat pintu rumahku terbuka dan porak-poranda seperti kapal pecah. Barang-barang berganti posisi. Intuisiku mengatakan bahwa aku telah berhasil mereka temukan. Sebagai antisipasi, malamnya aku meminta izin kepada Cik Jing untuk mengambil cuti kerja selama tiga hari. Esok paginya aku berdiam diri di rumah. Kusiapkan semua barang yang diperlukan ke dalam tas tenteng hitam besar seperti orang ingin minggat. Aku berniat pergi ke rumah ibu di Magetan. Kala azan zuhur berkumandang, aku segera berwudu dan salat. Ketika itu, terdengar pintu rumahku yang sedang dicoba untuk dibuka secara paksa. Salatku yang khidmat menjadi buyar. Jatungku terus berpacu pada batasnya. Dalam hati aku ketakutan dan ingin berlari kabur lewat pintu belakang. Tapi, tak mungkin bila aku meninggalkan ibadah ini hanya demi hajat dunia. Kuteruskan saja walau

hati terasa gundah. Kala aku mengakhiri salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri, aku lantas berdoa. “Ya Rabb, bila benar hamba akan ditangkap, tak apa jika itu memang takdirnya. Hamba tahu bahwa Engkau tidak akan memberikan ujian jika hamba tidak mampu melampauinya.� Dari belakang ada dua lengan kekar menarikku secara paksa. Mereka menyeretku tanpa memberi kesempatan untuk melepas kain penutup ini. “Berikan saya waktu sejenak untuk melepas mukenah dan memakai kerudung. Setelah itu, saya akan mengikuti kehendak kalian.� Dua pria tersebut saling beradu pandang. Setelah beberapa menit, mereka pun setuju. Satu hal yang harus aku syukuri saat ini. Mereka pun berjalan menunggu di luar kamar. Kulepas mukenah dan selembar sajadah ikut kulipat. Setelah itu, kumasukkan dalam laci kabinet di sebelah ranjang. Aku membuka lemari dan mengambil satu kerudung pemberian almarhum ayah, warna coklat susu dengan motif bunga matahari. Setelah aurat ini tertutup, aku keluar kamar dan menghampiri dua pria tersebut.

Aku menepati janjiku. Kemudian, mereka berdua membawaku pergi dengan menaiki mobil sedan yang dinaiki empat orang, termasuk aku. Tanganku diikat dengan tali tampar yang terasa erat dan sedikit sakit jika kupaksa untuk dibuka. Sama sekali tidak ada percakapan yang tercipta di dalam sedan itu. Aku menduga sudah tiga hari kami melakukan perjalanan menggunakan jalur darat. Aku hanya mendapat sebotol air mineral darinya. Mungkin mereka tidak ingin membuatku mati sebab ada yang harus mereka cari dariku. Sesampainya di sana aku turun di antara pepohonan yang menjulang tinggi dengan sebuah bangunan yang dipagari kawat tajam. Keringat dingin mulai bercucuran dari keningku. Dua pria tersebut bertemu dengan penjaga yang lengannya juga sama kekarnya. Mereka mengestafet diriku lalu membawaku masuk ke dalam dengan tak kalah bengisnya. Ruangan yang kutapaki ini terasa sangat pengap dan lembab. Bahkan penerangan di dalam sini terbilang temaram. Bangunan ini terasa suram dan seram. Sepertinya sudah banyak yang dibunuh dalam ruangan ini. Di sepanjang koridor ruangan terdapat jeruji besi berukuran Tahun 41 Maret-April 2020 |

35


Rancak Budaya tiga kali tiga meter untuk dihuni sekitar dua puluh orang. Selain itu, ada semacam lapangan yang dipagari tembok semen berukuran empat meter. Sepertinya tempat ini yang menjadi ruang eksekusi ketika ada tawanan yang tidak ingin membocorkan sesuatu. Kekerasanlah satu-satunya cara agar tawanan mereka mau berbicara. Harus kuakui semua tentara bayangan yang bekerja di sini semuanya berdarah dingin. Setelah melewati beberapa jeruji besi, aku dimasukkan ke dalam jeruji besi yang sedikit longgar bersama belasan manusia lain. Dalam jeruji tak dipisahkan antara pria dan wanita. Kulihat tak satu pun dari mereka tidak ada yang kelihatan kucel, kecuali diriku yang masih mendingan karena aku baru bergabung. Malam ini kulalui dengan lapar yang menyiksa. Beberapa kali suara perutku meronta ingin diisi, tapi tak kunjung mendapat makanan. Beberapa jam berlalu, waktu berganti hari. Siksa yang harus kuhadapi dimulai. Kami semua yang berada dalam jeruji besi dibangunkan secara paksa lalu digiring masuk ke dalam lapangan penyiksaan. Kami pun terpisah menjadi beberapa kelompok. Untuk yang paling banyak berkecimpung sebelum maupun pasca Supersemar, mereka mendapatkan siksa yang luar biasa sakitnya. Aku yang termasuk ke dalam taraf sedang mendapat lucutan pecut dari tali tampar yang telah usang berulang kali dan memberikan luka kemerahan di tiap hadirnya. Sembari menahan perih, aku melihat wajah-wajah para tentara yang mungkin merangkap profesi sebagai algojo. Setiap siksa yang mereka terbitkan, selalu ada senyum sumringah yang kudapati. Semacam suatu kebahagiaan ketika melihat orang tersiksa. Pecutan yang kudapati tersebut terus terulang sepanjang waktu. Kami baru bisa menghembuskan napas lega ketika matahari ingin berendam. Kami semua yang menjadi tawanan kembali masuk ke dalam jeruji besi yang kami tempati sebelumnya. Di dalam, aku mencoba bertanya kepada pria di sebelahku. “Kenapa kamu bisa tertangkap?” bisikku. “Shutt, diam!” teriak tentara yang bertugas menjaga jeruji besiku. Pria itu menaruh telunjuk di bibirnya sebagai isyarat untuk menyuruhku diam jika in-

36 | Komunikasi Edisi 327

gin beristirahat dari aksara siksa yang baru saja mereka istirahat darinya. Aku menatapnya masih mengharap sebuah jawaban.

yang mendera. Tiap malam, kugores turus untuk mengingatkanku seberapa lama aku terjebak dalam jeruji besi sialan ini.

“Aku pernah menolak kepemimpinan Soeharto ketika bekerja di istana.” Aku mengangguk lalu bertanya kembali.

Lima tahun berlalu, Sukardjo mengajakku untuk kabur bersama para tawanan lain. Kami mulai merancang rencana di tiap malam. Selain itu, di lapangan penyiksaan kami selalu curi-curi kesempatan untuk berdiskusi mengenai aksi kabur ini. Kami pun menyepakati untuk mengumpulkan berbagai jenis benda tajam yang membantu kami untuk kabur. Rencana ini pun membutuhkan waktu yang lama. Hingga tiga tahun berlalu, rencana kami berhasil. Kami saling berpelukan ketika telah berhasil keluar dari bangunan sialan tersebut. Sekalipun berhasil, kami menyadari fakta bahwa hal tersebut tidak serta merta membuat penderitaan kami berakhir. Sisa makanan yang kami kumpulkan sehari sebelumnya, kami jadikan sebagai perbekalan.

“Sudah berapa lama kau berada di sini?” “Tiga tahun,” jawabnya. “Sepertinya siksa yang kudapati masih cipratan awal,” tuturnya. Setiap tahun ada hari dimana kami akan mendapatkan bonus siksaan berupa setruman menggunakan arus listrik. Benar-benar hari berat yang melelahkan. Tiga hari kemudian, aku mendapati seseorang yang sudah cukup lama kukenal di lapangan penyiksaan. Ia adalah Sukardjo. “Din, bagaimana bisa kau berakhir di sini?” tanya Sukardjo setelah menyadari aku berada di antara tawanan yang terkurung di lapangan penyiksaan. Tatapnya terlihat lemah, tapi masih ada api semangat menjalani hidup yang masih membara. “Entah. Jika ini memang jalanku, tak dapat aku menolaknya.” “Padahal saya tak pernah memberikan sedikit pun tanda-tanda dirimu maupun menyebut namamu,” ujar Sukardjo masih terheran. “Sudahlah. Ini juga sudah terjadi,” ujarku dengan ikhlas. Bersyukurnya, para tentara itu masih memiliki sedikit hati nurani. Mereka selalu memberi jeda waktu sepuluh menit bagi siapa saja yang ingin melakukan salat. Waktu itulah yang selalu kutunggu seperti pelajar yang selalu bersemangat menunggu waktu istirahat atau pulang. Kami yang diizinkan untuk salat dijaga ketat agar tidak kabur. Setiap kamar mandi, kami isi dengan lima orang untuk berwudhu kilat. Setelah itu, kami melakukan salat di dalam jeruji besi. Bersyukurnya lagi, masing-masing dari kami diberi sebuah karung goni sebagai alas tidur maupun sajadah untuk salat. Dalam tiap sujud aku memohon agar luka ini tak terlalu terasa perih walau sekujur tubuh penuh oleh luka. Sepuluh menit yang terasa seperti surga terasa singkat. Kami kembali pada siksaan

Malam kemenangan ini kami lalui dengan penuh raut bahagia. Ketika masih berada dalam radius serratus meter dari bangunan tersebut, kami berjalan dengan berusaha tidak membuat suara sekecil apapun. Setelah itu, barulah kami berlari sekencang mungkin agar tidak sampai kembali tetangkap. Kami bersebelas berjalan menyusuri hutan dengan bantuan salah satu di antara kami yang memang sudah bersahabat dengan alam. Beberapa kali kami berjumpa hewan-hewan buas yang liar yang hendak memangsa kami. Kami bahu-membahu melindungi. Kami juga selalu berjaga agar kami tak sampai terkejar tentara bayangan tersebut. Sedangkan aku, bertugas untuk mencari tanaman apa saja yang bisa kami dimakan. Seminggu kemudian, kami berhasil menemukan jalan raya. Di sana kami saling berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke daerah masing-masing. Sebulan kemudian, kami akhirnya kembali ke kampung halaman. Sukardjo yang sangat pemberani berkoar bahwa dia bukan PKI sesuai yang dituduhkan. Tamat

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS dan Juara 3 Kompetisi Penulisan Cerpen Majalah Komunikasi


Rancak Budaya

Dari Papua, Penuh Cinta

ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah

oleh Firda Nur Afifah Salam dari Dari para perantau di seluruh penjuru dunia Dari para pejuang pendidikan bangsa Aku dedikasikan puisi ini untuk pahlawan tanpa tanda jasa Terimakasih atas segala upaya Untuk berdayakan bangsa Hidup Dunia Pendidikan! Malang, 5 September 2019

Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Arab Juara Harapan 2 Kompetisi Penulisan Puisi Majalah Komunikasi

Tahun 41 Maret-April 2020 |

37


Nama

: Maulidiyah Amaliyah

Fak/Jur

: MIPA/Biologi

Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Mei 2020 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 Maret-April 2020 |

38 | Komunikasi Edisi 327

35


Aku mencintaimu sebanyak hujan. Kau mencintaiku sesingkat senja. Seperti hujan, aku jatuh cinta berkali-kali. Seperti senja, kau jatuh cinta kemudian pergi. Nama : Jesti Susanto Fak/Jur : Ekonomi dan Bisnis/Ekonomi Pembangunan Lokasi : Puncak Mt. Buthak 2868 Mdpl

Ikhlas yang sejati akan bertemu dalam senyuman kecil. Senyum yang tanpa apa-apa, senyum yang sebenarnya senyum. Nama : Hawiki Renalia Fak/ Jur : Ilmu Sosial/ Sejarah Lokasi : Candi Ratu Boko

Kesempatan kadang menyamarkan dirinya sebagai kerja keras. Sehingga kebanyakan orang tidak sempat mengenalinya. Nama : Nanda Ayu Luthfi Khofifah Fak/Jur : Ekonomi/Manajemen Lokasi : Universitas Negeri Malang

Menjadi bahagia dan percaya diri adalah aksesori tercantik yang bisa anda kenakan. Nama : Atma Risanti Fak/Jur : Ilmu Pendidikan/Pendidikan Luar Biasa Lokasi : Hutan Mangrove Pantai Cengkrong, Kabupaten Trenggalek

Seluruh civitas academica UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majawwqlah Komunikasi Gedung Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@ um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Mei 2020 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.


Redaksi menerima tulisan reportase dengan panjang tulisan 1 halaman A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5 dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan ke email komunikasi@um.ac.id. Naskah yang layak akan dimuat di Komunikasi online dan mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai


Articles inside

Dari Papua, Penuh Cinta

1min
page 37

Kemelut Pertiwi

9min
pages 34-36

Menyusuri Perjalanan Cafe Sawah Hingga Dikenal Ribuan Mata

3min
pages 32-33

RESENSI BUKU “BH” KUMPULAN CERPEN EMHA

2min
page 31

Tangguh Menyelesaikan “Skripsi”

2min
page 30

ISRA’ MIKRAJ, MOMENTUM PEMBERSIHAN ROHANI

3min
page 29

Di Ufuk Timur, Pagi Merekah

3min
page 28

Jadi Jawara, Badminton UM Berlaga di LIMA Nasional

2min
page 27

Dari Duta Kampus UM Berjaya di Raka Raki Jatim 2020

1min
page 26

UM TANGGAP COVID - 19

1min
page 25

S-Box Karya Mahasiswa UM Unggul di LKTIN

2min
page 24

Sinan TEGAR MENGGENGGAM HARAPAN

5min
pages 22-23

Berkeluarga Bukan Alasan Pemupus Cita

5min
pages 20-21

KARTINI MASA KINI Berarti Bagi Banyak Orang

2min
page 19

Duduki Peringkat Lima Nasional di LSM XXVII 2020

2min
page 18

AZIZAH: HADAPI TANTANGAN DEMI MERAIH PRESTASI

1min
page 17

Villa_Chem TIM UM Bawa Pulang Emas dari Sabah

2min
page 16

Patuhi Pajak, Bersama Lapor SPT

1min
page 15

Satu Dunia Satu Keluarga

1min
page 14

Menilik Pameran Diklat UKM Samin

1min
page 13

Menilik Pameran Diklat UKM Samin

1min
page 13

Klinik Beasiswa LPDP : Raih Mimpi Wujudkan Prestasi

1min
page 12

Gencarkan Literasi Sebelum Bayi

4min
pages 10-11

Menyongsong Kampus Merdeka

2min
page 4

Menuju Kampus Merdeka

10min
pages 6-9
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.