komunika 01 2006

Page 8

KOMUNIKA

"Saya kaget dan hampir tidak percaya, ketika diberi tahu bahwa saya diangkat menjadi menteri. Tetapi saya segera sadar bahwa semua ini atas kehendak Allah SWT dan dengan keyakinan seperti itu saya berangkat menjadi menteri," kata alumnus program S3 Fakultas Kedokteran UI itu. Meski dia cukup dikenal sebagai dokter jantung di RS Jantung Harapan Kita, tetapi sebagai peneliti yang biasanya berada di belakang layar nama wanita kelahiran Solo, Jawa Tengah 55 tahun lalu itu, jarang disebut-sebut bahkan nyaris tidak dikenal. Pakar farmakologi yang pernah bergabung di Puslitbang Badan POM ini sekarang sedang berusaha keras mengatasi kasus penyakit yang relatif baru di Indonesia, tetapi sangat mematikan, flu burung yang disebabkan oleh virus avian influenza. Bahkan belum lama ini dia menghadiri pertemuan negara-negara yang terkena kasus flu burung di Bangkok, untuk berbagi pengalaman dalam mencari cara pencegahan agar kasusnya tidak makin merebak dan mengupayakan cara pengobatan yang jitu terhadap pasien yang sudah terinfeksi. Dokter yang lulus dari FK-UGM tahun 1976 itu, awal pekan ini mengusulkan agar dibentuk gugus tugas flu burung dengan tugas utamanya selain memantau kasus penyakit tersebut juga menggerakkan secara langsung peran serta masyarakat. Staf pengajar Badan Kardiologi FK-UI, Jakarta, berpendapat, sebaiknya gugus tugas ini berada di bawah presiden agar lebih efektif, "karena tanpa peran serta langsung dari masyarakat, program pemerintah sebaik apapun tidak akan berhasil," tuturnya. Barangkali dia memang "diakrabi" oleh berbagai penyakit menular. Bayangkan, begitu diangkat menjadi Menteri Kesehatan, tiba-tiba saja kasus polio merebak, flu burung mengganas dan demam berdarah mulai lagi mewabah. Namun semua tantangan itu dihadapinya dengan tenang, berkat mentalnya yang kuat yang dia tempa dengan taat beribadah, banyak tirakat dan kerja keras. Sebenarnya Siti Fadilah kecil dulu tidak pernah bercita-cita menyandang stateskop sebagai seorang dokter, karena dia lebih mengimpikan menjadi seorang insinyur pertambangan jebolan ITB Bandung. Tetapi, sebagai seorang anak yang patuh kepada orangtua dan taat beribadah, dimana agama mengajarkan bahwa anak yang baik adalah anak yang mengabulkan keinginan ayah-ibunya, KH Syahlan dan Musrifah, dia rela melepaskan impiannya. "Saya masuk ke Fakultas Kedokteran UGM untuk menuruti keinginan orangtua saya dan saya tak pernah menyesali keputusan tersebut," kata isteri Supari. Tentang pengalaman yang paling mengesankan, menurut wanita yang selalu tampil sederhana itu, salah satunya adalah saat-saat shalat tarawih bersama teman akrab sekampungnya di Solo, Amien Rais dan Hari Sabarno. Perempuan yang dikenal teman-teman dekatnya ulet dan suka bekerja keras ini, memiliki kenangan indah tentang ayahnya yang merupakan panutannya. "Saya sangat bangga akan ayah saya dan selalu terkenang kepadanya. Berkat beliaulah saya menjadi seperti sekarang ini." Sebagai salah satu menteri yang sedang menghadapi banyak masalah, boleh dibilang Siti Fadilah harus siap bekerja selama 24 jam dalam sehari. "Tetapi, saya bisa menjalaninya dengan baik berkat dukungan suami dan anak-anak." Suaminya, Ir Supari sebelum Siti Fadilah menjadi menteri adalah seorang pensiunan yang berwiraswasta. "Tetapi, sekarang kegiatan usahanya itu dihentikan untuk menghindari prasangka yang tidaktidak." Wanita yang tidak suka diganggu ketika sedang bekerja ini mengaku hanya punya satu obsesi dalam karirnya, "menyehatkan rakyat Indonesia." (Illa)

ade

Makan daging ayam di depan umum, terlebih pada saat isu flu burung sedang kencang-kencangnya berhembus, rasanya sulit dilakukan oleh seorang pejabat tinggi. Namun Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari, melakukan itu dengan sepenuh hati. Ketika omset penjualan ayam menurun drastis akibat ketakutan masyarakat tertular flu burung jika mengkonsumsi daging unggas itu, sehingga ratusan ribu peternak kecil terancam bangkrut, ibu tiga anak ini tanpa ragu memberikan contoh nyata--makan daging ayam di depan umum. Sebagai menteri yang terlibat langsung dalam penanganan penyakit flu burung yang meresahkan itu, dia berusaha meyakinkan masyarakat bahwa mengkonsumsi daging ayam itu aman, jika cara memasaknya benar. "Makan daging ayam tetap sehat dan aman kok, asal dimasak dengan panas 60-80 derajat Celcius," kata dokter yang tak pernah bermimpi jadi menteri ini. Sebagai dokter yang lebih banyak menghabiskan waktunya di bidang penelitian dan menerapkan keahliannya dalam penyakit pembuluh darah, Siti Fadilah memang tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari dia akan duduk di kursi kabinet.

TOKOH

Edisi 01/Tahun I/November 2005

8


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.