[Muhammad Hafiz: Registrasi Agama dan Organisasi Keagamaan]
HAK KEBEBASAN BERAGAMA ATU BERKEYAKINAN: REGISTRASI AGAMA DAN ORGANISASI KEAGAMAN1 Muhammad Hafiz2
A. Peta Permasalahan Registrasi dan Organisasi Keagamaan Kebebasan untuk berfikir, hati nurani dan beragama merupakan hak yang tidak dapat dikurangi dalam situasi apapun (underogable rights). Keberadaannya dijamin oleh hukum HAM internasional dan sejumlah instrumen lainnya, termasuk pula UUD RI 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Di luar kategori kebebasan internal ini, terdapat hak yang melekat pada setiap orang dan komunitas keagamaan sebagai suatu hak yang melekat secara eksternal (manifestasi), yaitu hak untuk mendaftarkan dirinya sebagai entitas sosiologis atau subyek hukum dan dengannya pula kelompok keagamaan memiliki hak-hak untuk bertindak secara hukum atau diakui sebagai komunitas. Meskipun termasuk dalam kategori kebebasan eksternal, registrasi agama atau hak untuk berorganisasi ini tidak boleh digunakan oleh Negara untuk membatasi secara sewenang-wenang kelompok agama, apalagi digunakan sebagai alat kontrol dan menjadikan registrasi agama sebagai sebuah kewajiban. Pendaftaran agama ini berada pada posisi yang dilematis, terutama bila praktiknya tidak secara hati-hati diterapkan. Di satu sisi keberadaannya merupakan prasyarat penikmatan hak-hak keagamaan yang lain, namun di sisi yang lain registrasi sangat rentan terhadap pembatasan hak dan memunculkan diskriminasi. Hal ini terjadi di sejumlah negara, pendaftaran keagamaan dibuat secara ketat, seperti hanya komunitas yang mencapai jumlah minimum pengikut dan/atau masa waktu keberadaan komunitas agama yang dapat mendaftarkan diri sebagai kelompok agama. Di Rusia, misalnya, kelompok keagamaan telah dapat mendaftarkan institusi agamanya dengan jumlah tidak kurang 10 orang pengikut. Di Polandia, melalui UU 7 Mei 1989 Tentang Jaminan Kebebasan Berfikir dan Bekeyakinan, pendaftaran agama mengharuskan 15 jumlah penganut. Di Hungaria, pendaftaran agama mengharuskan jumlah 100 minimal, sementara di Slovakia setidaknya terdapat 20.000 tanda tangan yang diajukan untuk pendaftaran institusi keagamaan.3 Di Austria, status “agama yang diakui” hanya dapat 1 Tulisan ini bagian dari tulisan yang telah diterbitkan oleh The Wahid Foundation dalam buku “Buku Sumber: Hak atas kebebasan beragama atau berkeyakinan di Indonesia”, (Jakarta: The Wahid Foundation, 20176) 2 Direktur Eksekutif Human Rights Working Group (HRWG), Koalisi NGO HAM Indonesia untuk advokasi HAM internasional. 3 Johan D. van der Vyer, “The Relationship of Freedom of Religion or Belief Norm to Other Human Rights”, dalam Tore Lindholm, at.al., Facilitating Freedom of Religion: A Deskbook, h. 92-93
1