








@kmbkedokteranui









by: Celina Patricia Ramli ( 2023)
@kmbkedokteranui


![]()









@kmbkedokteranui









by: Celina Patricia Ramli ( 2023)
@kmbkedokteranui





Merupakan suatu frasa yang umumnya digunakan sebagai penghormatan atau junjungan kepada Buddha. Dalam bahasa Pali, "Namo" berarti "junjungan" atau "penghormatan kepada," sementara "Buddhaya" adalah bentuk jamak dari "Buddha," yang berarti "yang telah mencapai pencerahan."

Buddhānubhāvena sotthi hotu yang biasa disingkat dengan
Sotthi hotu adalah sebuah frase yang secara harfiah dapat
diterjemahkan sebagai "semoga dalam keadaan baik" atau "semoga sejahtera".
Sotthi hotu sendiri berasal dari kata “sotthi” yang berarti kesejahteraan/keselamatan (wellbeing, safety, or blessing) baik dan kata "hotu" memiliki arti "semoga terjadi" atau "semoga menjadi kenyataan"


@kmbkedokteranui




Perbedaan Namo Buddhaya dan
Sotthi Hotu


Meskipun keduanya sering digunakan bersama-sama dalam konteks salam dalam agama Buddha, mereka memiliki makna dan penggunaan yang berbeda. "Namo Buddhaya" lebih merupakan bentuk penghormatan kepada Buddha, sementara "Sotthi Hotu" adalah pengharapan atau doa untuk keselamatan dan kesejahteraan.


@kmbkedokteranui




Mengapa kata Sotthi Hotu diucapkan?


Ekspresi Kebajikan: Frase ini dapat diucapkan sebagai bentuk ekspresi kebaikan dan empati terhadap orang lain dimana frase ini dapat menunjukkan perhatian, simpati, dan niat baik terhadap kesejahteraan mereka.
Ritual atau Tradisi: Dalam beberapa budaya atau tradisi, pengucapan frasa ini mungkin merupakan bagian dari ritual atau tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi.


@kmbkedokteranui

Mengapa
@kmbkedokteranui





Mengirimkan Pesan Positif: Walaupun terdengar sebagai suatu frasa yang simpel, frasa ini dapat memberikan dampak dan peran positif bagi sekitar kita karena dapat menjadi suatu bentuk afirmasi, seperti untuk memulai hari dengan keadaan batin atau pikiran yang baik ataupun sebagai bentuk afirmasi diri untuk menghadapi berbagai kejadian yang terjadi dalam kehidupan








Pengharapan terhadap keselamatan dan kesejahteraan: Dengan memegang pengharapan yang kuat terhadap keselamatan dan kesejahteraan orang lain, seseorang secara tidak langsung mencurahkan energi positifnya untuk mendorong terwujudnya kedamaian dan ketenteraman bagi mereka, dengan harapan agar mereka mencapai keadaan yang bebas dari segala kesengsaraan dan penderitaan. Kondisi batin yang baik: Melalui upaya membangun pengharapan yang baik terhadap kebaikan orang lain, seseorang akan menciptakan suasana batin yang damai dan harmonis dalam dirinya sendiri, sehingga ia dapat berbagi kebaikan dan dukungan dengan mereka, dalam harapan bahwa mereka semua akan mencapai kebahagiaan dan kedamaian.







Sebagai salah satu bentuk melatih Metta: Dalam latihan Metta, seseorang belajar untuk mengembangkan pengharapan yang tulus dan kasih sayang terhadap semua makhluk, dengan pengharapan agar mereka semua mencapai kebahagiaan dan kedamaian yang sejati, melatih pikiran dan hati mereka agar lebih terbuka, empatik, dan penuh kasih sayang terhadap semua makhluk, tanpa memandang perbedaan atau diskriminasi.

@kmbkedokteranui






Penggunaan istilah "Sotthi Hotu" dan "Namo Buddhaya" benar asalkan digunakan pada waktu dan konteks yang tepat. "Sotthi Hotu" lebih cocok digunakan sebagai salam/pengharapan dan "Namo Buddhaya" lebih cocok digunakan saat upacara keagamaan.

@kmbkedokteranui




Content checked by: yayasan Satipatthana indonesia
Content checked by: yayasan Satipatthana indonesia
1.Sintiani P. Makna ucapan salam agama buddha dan pentingnya meditasi [Internet]. Surabaya: Prima Radio; 2024 [cited 2024 Feb 8]. Available from: https://primaradio.co.id/agama/makna-ucapansalam-agama-buddha-dan-pentingnya-meditasi/


2. Chomsah A. Salam buddhis [Internet]. Nusa Tenggara Timur: Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur; 2023 Oct 5 [cited 2024 Feb 8]. Available from: https://ntt.kemenag.go.id/opini/747/salam-buddhis

3. Dhammakāyārām WLPS. Traditional pali chants in english [Internet]. 1st ed. Thailand: Wat Luang Phor Sodh Dhammakāyārām; 2011 Mar. [cited 2024 Feb 8]. Available from: https://books.google.co.id/books?id=paqDwAAQBAJ&lpg=PA57&ots=LxMumppp &dq=benefit%20of%20saying%20sotthi%20hotu&pg=PP1#v =onepage&q=benefit%20of%20saying%20sotthi%20hotu&f=false
@kmbkedokteranui










by: Ananda Pipphali Vidya (2021)







Adalah suatu frasa yang berarti perasaan mendesak, rasa takut yang disertai kebijaksanaan (ottapa-ñana) yang mendorong seseorang ingin segera mempraktikkan Dhamma. Selain itu, frasa ini juga dapat dikatakan sebagai suatu hal-hal batiniah yang muncul atas tanggapan yang menggugah hati karena pengetahuan kebenaran alamiah.







@kmbkedokteranui
Frasa ini umumnya digunakan dalam mengucapkan belasungkawa saat seseorang meninggal dunia.


Samvega sendiri mengacu pada nilai nilai positif berupa Pañña (kebijaksanaan) dan Upekkha (ketenangseimbangan) sehingga seseorang dapat menyadari bahwa kondisi di dunia ini tidak kekal adanya.






Terdapat 8 dasar atau objek yang bisa
memunculkan saṃvega:
Kelahiran
Penuaan/ usia tua
Penyakit
Kematian
Kehilangan


Penderitaan (samsāra) di masa lalu
Penderitaan (samsāra) di masa depan
Penderitaan saat ini untuk mencari nutrisi (bertahan hidup)


@kmbkedokteranui

Perbedaan dengan Sabbe Perbedaan dengan Sabbe
Sankhara Anicca? Sankhara Anicca?





Sabbe Sankhara Anicca dan Saṃvegacittas ering digunakan beriringan. Namun, Sabbe Sankhara Anicca memiliki arti semua kondisi bersifat tidak kekal. Hal ini menunjukan bahwa adanya kesinambungan yang konkret berupa kebijaksanaan manusia dalam berdikir saat menghadapi masa-masa sulit. Dalam konteks memberikan belasungkawa, Sabbe Sankhara Anicca merupakan pilihan yang lebih tepat dibandingkan Saṃvegacitta.


@kmbkedokteranui






Pemahaman yang lebih dalam: Merenungkan konsep Samvegacitta dapat membantu seseorang untuk lebih memahami sifat sementara dan tidak kekal dari dunia ini. Ini dapat membawa pemahaman yang lebih dalam tentang penderitaan (dukkha) dan konsep penting lainnya dalam ajaran Buddha.
Pemantapan dalam meditasi: Memahami dan merenungkan tentang Samvegacitta dapat membantu dalam meditasi. Ini dapat membawa fokus pada sifat sementara dari pikiran dan pengalaman, yang pada gilirannya dapat membantu dalam pengembangan konsentrasi dan pencerahan.








Pemacu untuk tindakan positif: Merenungkan tentang kecemasan dan kegelisahan dapat menjadi pemacu untuk bertindak secara positif dalam mengatasi penderitaan di dunia. Ini dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan baik dan mempraktikkan kasih sayang terhadap semua makhluk.
Pemahaman tentang empati: Merenungkan tentang Samvegacitta dapat membantu seseorang untuk memahami penderitaan yang dialami oleh orang lain dengan lebih dalam. Ini dapat meningkatkan empati dan keinginan untuk membantu mengurangi penderitaan orang lain.


@kmbkedokteranui






Motivasi untuk Mengembangkan Kebijaksanaan: Merenungkan tentang kecemasan dan kegelisahan yang muncul dari pemahaman akan penderitaan dunia dapat menjadi dorongan untuk mengembangkan kebijaksanaan (prajna) dalam ajaran Buddha. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk mencari jalan keluar dari penderitaan dengan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan berpenuh pengertian.

@kmbkedokteranui




Saṃvegacitta merupakan suatu frasa yang digunakan dalam kondisi menggugah agar mengingatkan seseorang untuk berpikir positif dan bijaksana sehingga orang yang dilanda suatu kejadian menggugah tersebut dapat menjadi lebih memahami kenyataan dunia yang ada, terutama ketidakkekalan.


@kmbkedokteranui
Kmbbemikmfkui@gmail.com







”Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal adanya. Apabila dengan kebijaksanaan orang dapat melihat hal ini; maka ia akan merasa jemu dengan penderitaan. Inilah Jalan yang membawa pada kesucian.”
@kmbkedokteranui






Content checked by: yayasan Satipatthana indonesia
Content checked by: yayasan Satipatthana indonesia


Yoyo T. Belasungkawa ala Buddhis, sabbe sankhara anicca, dan samvegacitta [Internet]. Jakarta: Samaggi Phala; 2024 [cited 2024 May 9]. https://www.mettasik.com/belasungkawa-alabuddhis-sabbe-sankhara-anicca-dan-samvegacitta/ Pengalaman menjelang kematian dapat dipelajari dengan meditasi [Internet]. London: Berita bhagavant; 2018 Dec 22 [cited 2024 May 9]. Available from: https://berita.bhagavant.com/2018/12/22/pengalamanmenjelang-kematian-dapat-dipelajari-dengan-meditasibuddhis.html
Dhammapada XX: 277- kisah yang berhubungan dengan anicca, dukkha dan anatta [Internet]. Pustaka Dhammat; 2013 Jun 29 [cited 2024 May 9] Available from: http://tanhadi blogspot com/2013/07/dhammapada-xx-277kisah-yang.html

@kmbkedokteranui










by: Jennyfer Febrina Widjaya (2022)




Santuṭṭhi




Santuṭṭhi berasal dari kata kerja bahasa Pali tussati , artinya (menjadi) puas dan imbuhan saṃ , sehingga santuṭṭhi dapat diterjemahkan sebagai “kepuasan” atau “contentment” (bahasa Inggris).
Dalam agama Buddha, santuṭṭhi memiliki pengertian menerima keadaan dengan batin seimbang dan merasa puas terhadap apa yang menjadi miliknya.






Perasaan puas yang dimaksud oleh istilah santuṭṭhi
sendiri mengacu pada kepuasan yang berasal dari diri sendiri, bukan kepuasan yang berasal dari halhal eksternal.


Sebagai contoh, santuṭṭhi adalah ketika kita merasa puas dengan barang-barang yang sudah kita miliki, sedangkan kepuasan eksternal adalah ketika kita
baru merasa puas saat membeli/memperoleh barang yang kita inginkan.











Santuṭṭhi diterangkan oleh Buddha dalam
Anguttara Nikāya 4.27 pada Santuṭṭhi Sutta.







Dalam sutta tersebut, Buddha menerangkan bahwa terdapat empat barang sepele yang mudah diperoleh dan tanpa cela oleh seorang Bhikkhu, yaitu: jubah potongan kain 1. segumpal makanan 2. bawah pohon 3. air kencing yang bau. 4.

Kepuasan pada keempat hal tersebut menggambarkan bahwa seorang bhikkhu berhasil melepaskan dirinya dari keterikatan duniawi sehingga dapat lebih mudah mencapai ketenangan batin.



Kaitan dengan pancasila Kaitan dengan pancasila buddhis buddhis




Dalam Pañca Dhamma, Santuṭṭhi adalah kebenaran ketiga yang mendukung pelaksanaan Pañcasīla Buddhis, terutama pada pelaksanaan sila ketiga. Dalam hal ini, santuṭṭhi dapat diartikan sebagai kepuasan terhadap pasangan hidup sehingga seseorang tidak akan tergoda melakukan tindakan asusila.


@kmbkedokteranui

@kmbkedokteranui











Apa manfaat menerapkan Santuṭṭhi?


Ketika kita menerapkan santutthi dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya memberantas lobha atau keserakahan. Dengan merasa puas terhadap apa yang telah kita miliki, pikiran dan batin kita akan merasa lebih tenang sehingga kita akan bahagia.






Santuṭṭhi adalah istilah Buddhis yang berarti kepuasan terhadap apa yang dimiliki. Dengan melaksanakan santuṭṭhi dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengurangi keserakahan kita dan hidup lebih tenang.




@kmbkedokteranui
Kmbbemikmfkui@gmail.com




Content checked by: yayasan Satipatthana indonesia
Content checked by: yayasan Satipatthana indonesia
Rasimin. Kajian Kebenaran Dukkha (Dukkhalakkhana) dalam Menciptakan Kebahagiaan bagi perumahtangga [Internet].


Lampung: Stiab Jinarakkhita Lampung; 2023. [cited 2024 Aug 6]. Available from: https://repository.stiabjinarakkhita.ac.id/id/eprint/171/#:~:text=Kepuasan%20hati%20( santutthi)%20adalah%20menerima,kebahagiaan%20bagi%20se tiap%20anggota%20keluarga.
Vicaranamedhi C. A Philosophical Analysis of the Concept of Santutthi in Theravada Buddhism. Mahachulalongkornrajavidyalaya University. 1998 Jan 28: 1-5. Malalasekera GP, Weeraratne WG. Encyclopaedia of Buddhism. Vol. VII. Colombo: Government of Sri Lanka; 2006.

@kmbkedokteranui







Oktober Oktober







Papañca




Kecenderungan pikiran untuk memperbesar masalah dari rasa "diri" disebut sebagai papañca, yang dapat diterjemahkan sebagai pemikiran reflektif diri, reifikasi, pemalsuan, distorsi, elaborasi, atau melebih-lebihkan
Secara Buddhis sendiri papañca adalah rintangan/ halangan penundaaan kemajuan spiritual.








Dalam konteks psikologis Buddhis, papañca dianggap sebagai sumber utama dari kegelisahan dan ketidakbahagiaan, karena kecenderungan ini menyebabkan pikiran untuk terjebak dalam lingkaran perenungan yang tidak produktif. Proses papañca biasanya muncul melalui tiga elemen utama: keinginan (tanhā), pandangan salah (ditthi), dan kesombongan (māna). Ketiga elemen ini memicu pola pikir yang berpusat pada diri sendiri dan mengaburkan persepsi seseorang terhadap realitas.










Ajaran Buddha menekankan pentingnya mengatasi papañca dengan mencapai nippapañca, yang berarti pembebasan dari proliferasi mental ini. Nippapañca dikaitkan dengan Nibbāna, keadaan bebas dari ilusi keduniawian dan pemurnian pikiran dari kecenderungan untuk mengembangbiakkan pemikiran yang rumit. Dengan demikian, praktik meditasi dan perenungan dalam Buddhisme diarahkan untuk meredam papañca, sehingga memungkinkan terciptanya ketenangan, kejernihan batin, dan pencerahan.







Dalam kehidupan sehari-hari, papañca sering muncul sebagai kecenderungan pikiran untuk melebih-lebihkan atau memperumit situasi.

Misalnya, ketika seseorang menghadapi masalah kecil, pikiran cenderung memperbesar dampaknya dengan memunculkan skenario terburuk, perasaan cemas berlebihan, atau memikirkan terlalu banyak
kemungkinan yang belum tentu terjadi. Hal ini membuat kita terjebak dalam siklus pemikiran negatif yang tidak produktif, sehingga memperburuk stres dan kebingungan.









Untuk mengatasi papañca dalam kehidupan seharihari, ajaran Buddha menyarankan untuk melatih kesadaran (mindfulness) dan mengembangkan pemahaman yang lebih jernih. Saat pikiran mulai menyimpang, seseorang bisa kembali fokus pada napas atau kondisi saat ini, mengamati tanpa terjebak dalam pola pikir yang berlebihan. Dengan praktik ini, kita dapat merespons situasi secara lebih tenang, rasional, dan efektif, tanpa terpengaruh oleh distorsi mental.








Menghindari papañca juga berarti melatih diri untuk tidak terlalu cepat menilai, tidak terbawa oleh gosip, atau menghindari pola pikir seperti "bagaimana jika..." yang menimbulkan kecemasan tak perlu. Dengan belajar untuk tidak memproyeksikan makna berlebih pada situasi, seseorang dapat menikmati kehidupan dengan lebih damai, mengurangi konflik dengan orang lain, dan tetap tenang saat menghadapi tantangan sehari-hari.




“Whatever




a person thinks and ponders upon, that becomes the inclination of their mind.”


@kmbkedokteranui




Papañca dalam ajaran Buddha adalah kecenderungan pikiran memperumit realitas melalui ego, keinginan, dan pandangan salah, yang menyebabkan konflik batin dan menghalangi ketenangan serta pemahaman jernih.


Oleh karena itu, mengatasi papañca dengan melatih kesadaran, tidak terjebak dalam spekulasi, dan fokus pada saat ini adalah langkah penting menuju kedamaian pikiran dan pencapaian kebebasan batin.


@kmbkedokteranui
Kmbbemikmfkui@gmail.com




Content checked by: yayasan
Content
Wisdom Library. Papanca, papamca, papañca: 4 definitions [Internet]. India: Wisdom Library. 2019 [cited 2024 Oct 11].


Available from: https://www.wisdomlib.org/definition/papanca Amaro A. Puncture your Papañca [Internet]. Mindfulness. 2021 Nov 4 [cited 2024 Oct 11];12(12):3101–7. Available from: https://link.springer.com/article/10.1007/s12671-021-01746-x Buddhaorg. The arrows of thinking: Papañca & the path to end conflict [Internet]. Thailand: Buddho.org. 2022 [cited 2024 Oct 11]. Available from: https://buddho.org/the-arrows-of-thinkingpapanca-the-path-to-end-conflict/

@kmbkedokteranui
