1
Oxford Impianku IsaAbdulAziz
Tampak seorang pria dengan kulit sawo matang dan rambutnya kerating menggantung. Ia adalah Bayu.
Seorang pria kelahiram Jogja, dengan umur sekira 21 tahun. Bayu merupakan seorang mahasiswa. Ia memiliki pekerjaan sampingan sebagai pelayan kafe yang tak jauh
dari kampusnya. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya. Dapat dikatakan bahwa keluarganya merupakan keluarga yang kurang mampu. Bayu dikenal sebagai anak yang
pendiam. Ia juga merupakan seorang yang tekun belajar, hingga memiliki mimpi untuk melanjutkan studinya di Oxford.
Pada saat Bayu sedang bekerja sebagai pelayan, Bayu tidak sengaja menabrak seseorang yang ada didepannya. Dengan merasa bersalah, ia langsung meminta maaf atas perbuatannya yang ceroboh tersebut.
Beruntungnya orang tersebut mau memaafkannya. Orang yang tidak sengaja tersebut bernama Usman, yang merupakan mahasiswa yang sama dengan Bayu. Setelah
memaafkan Bayu, Usman mengajak berkenalan. Sejak
saat itu mereka menjadi sangat dekat, kedekatan itu membuat bayu menjadi lebih terbuka dengan orang lain.
Ia memberitahu Usman tentang mimpinya untuk
melanjutkan studinya di Oxford. Usman pun kagum
2
“Aku baru tau kamu memiliki mimpi setinggi itu. Terlebih untuk masuk Oxford kan susah.” Ungkap Usman.
“Iya, benar. Aku pun mengetahui bahwa masuk Oxford susah, tapi aku harus mewujudkan mimpiku.”
jawab Bayu tegas.
“Sepertinya kamu akan berhasil dan bisa masuk Oxford. Terlebih nilai kamu paling yang bagus dikelas.”
Kata Usman
“Semoga, ya! Terima kasih Usman.” Celetuk Bayu.
Ayah Bayu memiliki pekerjaan sebagai seorang buruh, sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Sehingga tidak jarang juga mereka kehabisan beras. Hingga pada suatu hari mereka benarbenar kehabisan beras.
“Bayu, persediaan beras kita habis, bapak juga sudah kehabisan uang.” Ucap ibu dengan lemas.
“Ini Bayu ada uang, bu. Dipakai saja.” Bayu mengayunkan tangannya memberikan beberapa lembar uang.
“Tapi nanti kamu tidak bisa jajan.”
“Tidak mengapa, bu, yang penting kita bisa makan.” Jawab Bayu.
“Terima kasih, ya nak.”
Bayu menjawab dengan mengangguk sambil tersenyum.
3
Sedangkan Usman, ternyata merupakan seorang anak dari orang tua yang jauh lebih berkecukupan daripada Bayu. Pada suatu waktu, dia mencari tahu mengenai keluarga Bayu. Setelah mengetahui bahwa bayu adalah orang yang kesusahan, Usman pengin membantu perekonomian keluarga Bayu
“Ada apa, Man, memanggil aku?” Tanya Bayu kebingungan.
“Ini, aku pengin membantu perekonomian keluarga kamu, Bayu. Meskipun enggak banyak, semoga dapat membantu ya!” Usman memberi sebuah amplop ke arah Bayu.
“Ini Beneran, Man?” Mata Bayu berkaca-kaca.
“Kamu memang sahabat terbaik aku, Man.” Bayu memeluk erat Usman yang telah membantunya/
Suatu hari Usman menemukan brosur beasiswa ke Oxford. Tanpa menunggu lama, Usman bergegas menemui Bayu.
“Bayu!” Usman memanggil Bayu dengan girang.
“Kamu kenapa, Man? Kok tampak penat begitu?” Tanya Bayu.
“Ini ada brosur beasiswa di kampus impian kamu. Di Oxford!”
“Hah, beneran?” Jawab Bayu terkaget.
“Iya beneran.”
“Alhamdulillah.”
Setelah pulang dari kampusnya, Bayu memberitahu orang tuanya mengenai brosur yang
4
ditemukan oleh Usman. Bapak dan ibu Bayu tampak bahagia bukan main.
“Pak, buk, ini ada brosur dan informasi tentang beasiswa ke Oxford. Bayu boleh mendaftar?” Bayu meminta izin ke orang tuanya.
“Ikut saja, nak. Bapak dan ibu pasti mendukung.”
Sejak saat itu, Bayu belajar dengan lebih giat dari bisaanya. Bayu juga mengajak Usman untuk mengikuti beasiswa tersebut. Tak terasa, waktu berputar dengan cepat. Saat ingin pergi untuk melaksanakan ujian tes, Bayu meminta doa restu dari orang tuanya
“Pak, buk, Bayu izin pergi ya, minta doanya agar diberi kelancaran.”
“Iya nak, semoga tesnya nanti dimudahkan.”
Tampak dari kejauhan, sahabatnya Usman berlari menghampirinya. Ternyata Usman berniat untuk berangkat bersama dengan Bayu.
“Wah beneran ini, nggapapa?” Tanya Bayu meyakinkan.
“Gapapa, santai saja.”
Mereka pun akhirnya berangkat bersama. Tak terasa, mereka sudah sampai di tempat melaksanakan ujian. Bayu dan Usman terlihat sangat bersemangat. Sebelum ujian dimulai, tak lupa mereka berdoa agar tesnya diberi kelancaran.
Setelah selasai mengerjakan tesnya, mereka bergegas untuk pulang.
5
“Wah, terima kasih, ya Man, sudah mau mengantarkan.”
“Sama-sama,Yu.Toh, kan kita sahabat.”
Setelah menuggu beberapa hari, akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Pengumuman kelolosan tes yang telah Bayu dan Usman kerjakan. Saat memasuki ruangan, jantung Bayu dan Usman berdebar dengan kencangnya. Saat mulai nama peserta lain sudah dipanggil, jantung Bayu tambah berdebar-debar. Nama Usman pun terpanggil, mereka berdua kaget kegirangan.
Mereka berharap nama Bayu terpanggil. Disaat detik detik terakhir, nama Bayu dipanggil. Bayu terkaget bukan main, ia tak bisa berkata-kata. Sungguh.
Mimpinya dapat terwujud!
Setelah sampai di rumah, Bayu menceritakan tentang ia diterima beasiswa dan akan melanjutkan studi di Oxford.
“Pak, buk, Bayu keterima beasiswa ke Oxford!”
Ungkap Bayu dengan girang.
“Alhamdulillah, nak.” Mata orang tua Bayu berkaca kaca.
Satu bulan kemudian, Bayu dan Usman berangkat ke Inggris. Tak lupa Bayu berpamitan kepada orang tuanya
“Pak, buk, Bayu pergi dulu ya.”
***
6
“Iya nak, semoga kamu selamat sampai tujuan dan diberi kelancaran di sana.”
Bayu memeluk kedua orang tuanya dengan erat dan meninggalkan keduanya dengan perlahan. Bayu telah mewujudkan mimpinya!
7
Aku dan Teman-Temanku
Muhammad Faqih Nur Ghozy
Di suatu pagi hari yang cerah, aku sedang tertidur pulas dikamarku. Hingga tiba-tiba terdengar suara alarm yang membangunkanku dengan segera.
KRINGGG (Suara alarm)
"Hoammmh, suara itu lagi, selalu saja mengganggu tidurku,” CKLEK (mematikan alarm)
“mana masih ngantuk lagi, kemarin begadangnya kelamaan sih, yaudahlah tidur lagi aja."
Belum sempat Firman tertidur. Tiba-tiba terdengar suara kencang dari luar kamar.
“Firman ayo bangun! Sudah jam berapa ini? Kata kamu hari ini ada study tour ke Museum Budaya Jayakarta.” Suara ibu bergema dalam kamar Firman.
Dengan malasnya, akhirnya Firman bangun kembali.
“Hah, tadi ibu bilang apa, ya? Study tour kalau nggak salah. Masih ngantuk lagi, baru aja tadi tutup mata,” belum sempat membenarkan duduknya, Firman bergumam kembali. “Eh, benar study tour! Harus cepatcepat beberes nih.”
Kemudian Firman langsung mengambil hp untuk
melihat jam yang terus berputar itu. Betapa kagetnya ia, ternyata sudah pukul 06.25 WIS. Setelah melihat jam, Firman pun langsung buru-buru mandi untuk
mempersiapkan barang bawaan dan bergegas untuk
8
melaksanakan sarapan. Saat Firman sudah selesai sarapan, Firman langsung berpamitan dengan kedua orangtuanya.
Sesampainya di sekolah, tiba-tiba ada suara teriakan dari belakang. Firman yang tengah berlari pun merasa penat.
“Hei, Fir! Kamu mau nebeng motor aku nggak? Sebentar lagi telat nih.” UjarAsep tergesa-gesa.
“Oh, Asep, aku kira siapa tadi, boleh. Terima kasih, ya!” Balas Firman.
Sesampainya di sekolah Firman dan Asep langsung berlari menuju bus “Untung saja belum tertinggal!” kata Firman dengan mengelus dada.
“Iya, nih hampir aja telat. Eh memangnya kamu belum di absen Fir?” balasAsep.
“Mana aku tahu. Aku juga baru datang seperti kamu Sep.” Firman memperhatikan sekitar sebentar, “nah itu ada Rama sama Udin, tanya sama mereka saja.” kata Firman.
“Din, Ram, ini udah di absen belum sama Ustad Rizal?” kataAsep.
“Hayo! Kalian telat ya? Kok nanya udah di absen apa belum?” Balas Rama.
“Eh, Ram, jangan keras-keras. Kemarin aku ada
taruhan bertiga saat lagi begadang main. Katanya, yang besok masuk busnya lebih dari pukul 07.10 harus jajanin lima ribu rupiah perorang. Mana aku lagi nggak bawa uang lagi.” Kata Firman bersungguh-sungguh.
9
“Santai aja. Dari tadi belum di absen kok. Meskipun kamu datangnya lebih dari pukul 07.10 sih.
Tapi sepertinyaAgha danAfiq belum datang, deh.” balas
Udin.
Beberapa menit kemudian, Ustaz Rizal datang
dan mengabsen siswa dan siswi. Setelah absen, bus
langsung berjalan menuju Museum Budaya Jayakarta.
Firman memiliki tiga teman dekat, yakni Asep, Rama, dan Udin. Asep merupakan teman Firman sedari
TK hingga SMP. Terkadang, Asep gemar bermain ke
rumah Firman, maupun sebaliknya. Sehingga menurut
Firman, Asep merupakan sahabatnya yang paling dekat.
Kemudian ada Rama. Rama merupakan teman SD
Firman. Sama halnya dengan Asep, Rama juga sering
bermain ke rumah Firman, maupun sebaliknya. Yang
terakhir, yakni Udin. Udin jauh berbeda dengan Firman, Asep, maupun Rama, sehingga Udin jarang sekali ikut
bermain. Akan tetapi Udin lebih cenderung senang
bermain gim.
Sesampainya di Museum Budaya Jayakarta, Firman dan rombongan mengikuti Kak Faiq. Kak Faiq
merupakan seorang pemandu tour dari SMPJaya Maju.
“Halo, salam kenal semuanya! Nama saya Faiq.
Disini saya akan menjadi pemandu tour di Museum
Budaya Jayakarta. Baiklah, di sini adakah yang tau
mengetahui nama motif kain ini?” tanya Kak Faiq sambil
menunjuk ke arah salah satu kain yang memiliki motif
khas.
10
“Batikk!” balas rombongan.
“Benar! Jadi di sini Kak Faiq hendak menjelaskan mengenai batik, ya. Batik merupakan
sebuah kerajinan dari kain yang dilukis menggunakan cairan malam, sehingga, menghasilkan beragam motif yang bernilai tinggi. Nah, pola-pola yang dilukis pun
memiliki keunikannya sendiri, sesuai dengan daerah asalnya.” Ujar Kak Faiq mudah dimengerti.
Tiba-tiba salah seorang dibelakang Firman menyela penjelasan Kak Faiq.
“Kak Faiq, apakah saya boleh bertanya?” Tanya
Agha.
“Tentu saja boleh.” Balas Kak Faiq dengan ramah.
“Saya pernah membaca dari sebuah jurnal, terdapat peneliti dari Belanda, akan tetapi saya terlupa
dengan namanya, beliau mengatakan, bahwasannya batik
berasal dari India atau Sri Lanka pada abad ke-6 atau ke7, kak. Lantas yang ingin saya tanyakan, apakah pendapat tersebut benar, kak?”TanyaAgha kritis.
“Tidak benar. Peneliti Balanda itu salah, karena selain motif batik terdapat di kain-kain, motif batik juga
ditemukan juga pada relief-relief candi, seperti yang
terdapat dalam Candi Prambanan dan Candi Borobudur.
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa batik sebenarnya
sudah ada di Indonesia sejak dulu dan bukan berasal dari
India maupun Sri Lanka. Meskipun begitu, awal mula
11
keberadaan batik di Indonesia masihlah menjadi tanda
tanya.” Jawab Kak Faiq lugas.
“Baiklah, sekarang Kak Faiq akan menjelaskan
mengenai sejarah perkembangan batik di Indonesia.
Apakah kalian mengetahui bahwasannya kerajaan
Majapahit adalah kerajaan yang hampir menguasai
seluruh nusantara dalam sejarah Indonesia?”
“Tauu!” Balas rombongan dengan semangat.
“Keren sekali! Jadi di Jawa Timur terdapat
sebuah kota yang bernama Tulungagung. Kota tersebut
memiliki keterkaitan dengan berkembangnya batik yang
ada di Indonesia. Saat itu, Tulungagung atau disebut juga
sebagai Bonorowo yang dipimpin oleh Adipati Kalang.
Adipati Kalang pemimpinnya tidak mau tunduk terhadap
kerajaan Majapahit. Akibatnya, Majapahit mengambil
tindakan yang menyebabkan Adipati Kalang tewas
dalam pertempuran di daerah Kalangbret. Setelah
Adipati Kalang dikalahkan, maka Tulungagung
sepenuhnya dikuasai oleh kerajaan Majapahit. Nah, para
ahli batik yang tinggal di kota Tulungagung atau
Bonorowo pun membawa budaya batik ke kerajaan
Majapahit, akibat karena daerah mereka sudah di kuasai
oleh kerajaan Majapahit, karena itu, batik ada yang
bilang kalau batik itu bukan budaya yang berasal dari
Indonesia. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto
dan Tulungagung ini banyak dipengaruhi oleh batik
Yogyakarta. Itulah alasan mengapa batik Mojokerto dan
Tulungagung memiliki warna dasar putih dengan corak
12
coklat muda dan biru tua, sedangkan batik Yogyakarta
memiliki warna yang didominasi oleh cokelat (soga)
yang melambangkan tanah, putih bersih (pethak) yang
menjadi simbol kesucian, biru tua (wedel) yang memberi ketenangan, serta hitam (cenderung biru pekat
kehitaman) yang mencerminkan kekuatan
dan,kemewahan.” Jelas Kak Faiq dengan enteng.
“Baiklah, sekarang merupakan sesi berdiskusi ya, teman-teman. Akan tetapi sebelum itu, kita harus
membagi kalian menjadi 6 kelompok, yang mana
masing-masing kelompok, akan berisi 4 orang dengan
anggota bebas dapat teman-teman tentukan. Kelompok yang dapat menjawab seluruh pertanyaan dari Kak Faiq
dan benar, nantinya akan mendapatkan uang sejumlah
Rp28.000 ya!”
Seluruh siswa maupun siswi riuh mencari teman
satu kelompok. Setelah beberapa menit berlalu, terbentuklah 6 kelompok sesuai dengan instruksi dari
Kak Faiq. Tentunya Firman memilih untuk satu
kelompok dengan Asep, Udin, dan Rama. Kak Faiq mulai membacakan pertanyaannya.
“Simak pertanyaan yang Kak Faiq sampaikan, ya! Berikut adalah pertanyaannya,
1. Apa nama kerajaan yang hampir menguasai seluruh nusantara dalam sejarah Indonesia?
2. Siapa nama pemimpin yang tidak mau tunduk terhadap kerajaan Majapahit?
13
3. Apa nama wilayah yang membawa budaya Batik ke dalam kerajaan Majapahit?
4. Tulis kan nama Museum yang sedang kalian kunjungi sekarang?
5. Kenapa bisa dibilang kalau batik itu berasal dari Indonesia?
6. Apa warna dasar batik Yogyakarta? Baik, itu tadi pertanyaan dari Kak Faiq, dapat dikerjakan dengan seksama bersama kelompok kalian masing-masing.”
Setelah pertanyaan selesai disampaikan, kelompok Firman dapat menjawab keseluruhan pertanyaan dengan benar. Sedangkan kelompok yang lain tidak sepenuhnya dapat terjawab dengan benar.
“Setelah Kak Faiq melihat jawaban dari setiap kelompok. Dapat diremukan pemenangnya ialany
Firman, Asep, Udin, dan Rama. Silakan Firman sebagai perwakilan untuk menerima sedikit hadiah dari Kak Faiq.”
Setelah permainan yang menyenangkan tersebut, mereka di beri waktu untuk membeli snack barang sebentar. Saat Firman, Asep, Udin, dan Rama jajan bersama, tiba-tiba Udin menyampaikan bahwa uang yang diberi Asep tiba-tiba hilang dari sakunya. Tanpa berpikir panjang, Firman langsung berinisiatif untuk membagi dua uang yang ia miliki.
“Yasudah, ini uangku dibagi dua saja jadi kamu.”
Kata Firman dengan tulus.
14
“Eh, engga usah Fir, ini kita bagi ulang saja uangnya. Gimana, setuju?” KataAsep menengahi.
“Boleh!” Seru Firman.
“Setuju!” Balas Rama tak kalah semangat.
“Aku ikut teman-teman saja.” Balas Udin merendah.
Setelah mereka selesai jajan bareng, saat di bus, mereka pun langsung saling mengulurkan tangan
kanannya dan berseru bersama,
“Faruu! Solid! Solid! Solid!”
Mereka berempat tertawa bersama-sama dengan
renyahnya. Setelah perjalanan yang panjang, mereka kembali ke sekolah dengan girang. Sebelum berpamitan, Firman tak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada Asep karena telah memberi tumpangan kepadanya.
15
Persahabatan Berbeda Budaya
Muhammad Hanieffaisal Hasyaramadhan Sukamto
Pada suatu pagi yang cerah, seorang anak
bernama Badrun sedang bersiap-siap untuk berangkat ke
sekolah. Badrun tinggal dan juga bersekolah di Jakarta.
Saat ini Badrun berumur 9 tahun. Badrun juga memiliki
seorang sahabat bernama Riza yang berasal dari Padang, dan juga berumur 9 tahun sama dengan umur Badrun. Riza merupakan murid pindahan dari Padang ke Jakarta
dikarenakan tuntutan pekerjaan Ayahnya. Riza dan
Badrun bersekolah di sekolah yang sama dan juga
kelasnya juga sama. Sesampainya Badrun di sekolah, Badrun bertemu Riza di kelas dan kemudian menyapanya.
“Assalamualaikum, Riza apa kabarmu?” sapa Badrun.
“Waalaikumsalam Badrun, alhamdulillah, baik Badrun.” jawab Riza.
“Tringgg…” bel masuk sekolah sudah berbunyi. Badrun dan Riza bersiap-siap untuk belajar. Setelah
pembelajaran selesai, “Tringgg…” bel jam istirahat
sudah berbunyi, Badrun dan Riza pun berjalan ke kantin
bersama-sama. Setiap ke kantin, Badrun dan Riza selalu
bersama, bercanda dan mengobrol juga bersama. Meski
begitu, mereka bersahabat tidak memandang ras dan
budaya. Bahkan terkadang Badrun dan Riza pernah
berbicara mengenai budaya yang ada didaerahnya.
16
“Riza, suku apa saja, sih yang ada di Padang?” Tanya Badrun.
“Di Padang memiliki suku bernama suku Minangkabau.” Jawab Riza singkat.
“Apakah kamu mengetahui suku yang ada di Jakarta?”
“Aku belum tau sih, memangnya di Jakarta ada suku apa?” tanya Riza mendekat.
“Kamu ternyata belum tau, ya, kalau di Jakarta ada suku namanya suku Betawi.” Jawab Badrun dengan pengetahuannya. “Oh, ya, aku ingin bertanya sesuatu, memangnya kalau di suku Minangkabau tarian adatnya apa?”
“Kalau di suku Minangkabau memiliki tarian adat bernama tari piring.” Riza sambil memperagakan bak sedang menari piring betulan.
“Oh, aku baru tau.”
“Memangnya kalau di Suku Betawi tarian adatnya apa?”Tanya Reza kesekian kalinya.
“Kalau di suku Betawi memiliki tarian adat bernama tari ondel-ondel.”
“Oh aku juga baru tau.”
“Tringggggg…” bel masuk kelas pun sudah berbunyi, Badrun dan Riza segera memasuki kelas. Setelah pembelajaran di kelas selesai, “Tringgggg…” bel pulang sekolah telah berbunyi. Kemudian Badrun dan Riza pun saling berpamitan.
“Assalamualaikum Riza, sampai ketemu besok.”
17
“Waalaikumsalam Badrun. Sampai ketemu besok juga!”
Keesokan harinya Badrun sedang melahap
sarapan yang sudah disiapkan oleh ibunya. Setelah
sarapan, Badrun pun bersiap-siap berangkat sekolah
dengan rasa tidak sabar ingin bertemu sahabatnya lagi.
Setiap berangkat sekolah, Badrun selalu di antar ibunya.
Sesampainya di sekolah, Badrun berpamitan dengan
ibunya. Setelah itu, Badrun langsung menuju ke kelas
dengan rasa senang karena bertemu dengan sahabatnya
kembali. Akan tetapi, saat Badrun sampai di kelas, Badrun tidak mendapati sahabatnya di sana.
“Kok Riza belum datang ke sekolah, ya?
Biasanya kan Riza sudah datang.” Gumam Badrun
dalam hati. “Mungkin Riza datangnya agak telat.”
Gumamnya kembali. Setengah jam kemudian bel tanda
masuk sekolah berbunyi.
Badrun terus bergumam dan cemas. Ia kebingungan mengapa sahabatnya belum juga sampai ke sekolah.
“Assalamualaikum, kakak-kakak semua!” kata
Pak Guru.
“Waalaikumsalam, Pak!” Jawab seluruh siswa serentak.
“Sebelum memulai pelajaran, bapak akan
menyampaikan berita duka kepada kalian perihal yang di alami oleh teman kita.” Kata Pak Guru sembari
membenarkan kancing di pergelangan tangannya.
18
“Teman kita, yakni ananda Riza, mempunyai asma yang saat ini sedang kambuh dan sedang berada di rumah sakit untuk berobat.” Lanjut Pak Guru.
Badrun tampak terkejut dan langsung mengucapkan kalimat “innalillahi” saat mendengar kabar duka tersebut.
“Dengan ini, mari kita berdoa kepada Allah
SWT, agar Riza dapat kembali sembuh dan bisa masuk
sekolah seperti bisaa lagi. Al-Fatihah!” Seru Pak Guru sambil menundukkan kepala.
Seluruh murid di kelas tersebut pun
menundukkan kepala dan berdoa membaca surat AlFatihah untuk Riza. Badrun pun merasa sedih karena sahabatnya sedang sakit dan sekarang berada di rumah
sakit untuk berobat. Setelah berdoa, pelajaran pun dimulai.
Badrun pun masih merasa sedih dan kali ini
Badrun pergi ke kantin sendiri, tidak bersama Riza.
Badrun pun berpikir ingin sekali menjenguk sahabatnya
Riza, tetapi dia bingung bersama siapa dan naik apa.
Badrun pun melihat teman sekelasnya yang sedang
berkumpul di kantin sekolah. Badrun bingung mengapa
mereka berkumpul dengan ramainya. Kemudian ia pun
menghampiri teman-teman sekelasnya yang sedang
berkumpul di kantin.
“Assalamualaikum! Kalian ngapain ngumpul
ramai-ramai di kantin?”Tanya Badrun.
19
“Waalaikumsalam, Badrun. Kita sedang membahas Riza yang sedang sakit.” Jawab Faiz yang duduk tak jauh dari tempat Badrun berdiri.
“Kita sedang membicarakan Riza, kita memiliki ide untuk menjenguk Riza di rumah sakit dan membawa sedikit makanan untuk Riza.” Jawab teman yang lain Badrun.
“Wah, ide yang bagus! Sebelumnya, apakah aku boleh memberi saran dengan kita berangkat bersama naik angkot saja?” Ungkap Badrun bersemangat.
“Boleh! Setuju!” Seru teman-teman Badrun bersepakat.
“Kita menjenguk Riza saat pulang sekolah ya!” Ujarteman Badrun.
“Tringggg…” bel pulang sekolah pun sudah berbunyi. Badrun menyegerakan langkahnya untuk pergi ke pos satpam sambil membawa tasnya. Sesampainya di pos satpam, Badrun berbicara kepada Pak Satpam.
“Pak, saya dengan teman sekelas saya izin ke rumah sakit untuk menjenguk teman saya yang sedang sakit ya Pak. Jadi kalau orang tua saya datang untuk menjemput saya, mohon beri tahu ke orangtua saya kalau saya lagi memjenguk teman saya ya Pak. Terima kasih!” Izin Badrun kepada Pak Satpam.
“Baik, dek siap! Hati-hati di jalan ya dek!” kata Pak Satpam
Badrun dan teman-temannya pun segera mencari angkot untuk pergi ke rumah sakit menjenguk Riza. Saat
20
menemukan angkot, mereka segera berangkat menuju rumah sakit sambil membawa makanan untuk Riza. Sesampainya di rumah sakit, Badrun dan teman-teman
Badrun mencari kamarnya Riza. Tak butuh waktu lama, Badrun dan teman-temannya menemukan kamar Riza.
“Assalamualaikum!” kata Badrun dan temanteman Badrun.
“Waalaikumsalam, silakan masuk.” Terdengar suara Ibu Riza dari balik kamar. Sejurus kemudian, Ibu Riza muncul di muka pintu. “Oh, ternyata teman-teman satu kelasnya Riza. Silakan masuk, mari!”
“Iya, bu, kami teman-teman satu kelas Riza yang mau menjenguk Riza.” kata Badrun dan teman-temannya Badrun.
Setelah itu Badrun dan teman-teman Badrun berbicara dengan Riza yang sedang terbaring di atas kasur rumah sakit.
“Halo Riza, bagaimana keadaan kamu sekarang?” Tanya Faiz cemas.
“Alhamdulillah sudah lumayan membaik. Terima kasih, ya, sudah berkenan menjenguk aku.” Ungkap Riza terharu.
“Iya tidak masalah kok, Riza. Yang penting kamu segera sembuh.” kata Badrun.
Tak terasa petang sudah mulai merayap. Mereka
terlupa karena sedang asyik bercengkrama dan menghibur Riza agar lekaslah pulih.
21
“Wah, Riza, ternyata hari sudah menjelang petang. Kami pamit undur diri ya. Semoga lekas pulih dan dapat kembali sekolah lagi!” Ucap Badrun dan teman-temannya yang lain.
“Baik, terima kasih banyak ya, hati-hati di jalan!” kata Riza.
Badrun dan teman-temannya Badrun pun bergegas mencari angkota. Tak membutuhkan waktu lama, mereka mendapatkan angkot kembali.
Beberapa hari kemudian tampak Riza sudah masuk kembali ke sekolah. Riza tampak sudah sehat dan dapat beraktivitas seperti dahulu. Badrun merasa senang karena sahabatnya telah kembali sehat dan dapat bersamanya kembali.
22
Perjuangan Raka untuk Membanggakan Orangtuanya
M. RezaAdy Pratama
Raka merupakan seorang anak SMAyang berasal
dari keluarga yang kurang mampu. Raka dikenal sebagai siswa yang pendiam. Oleh karena itu, Raka tidak mempunyai banyak teman. Akan tetapi, Raka mempunyai teman dekat bernama Tio. Raka dan Tio sudah berteman sedari SMP. Tio adalah anak dari yang jauh lebih berkecukupan daripada Raka. Selain berasal dari keluarga yang kaya Tio adalah anak yang pintar. Tio adalah murid terpintar di kelasnya. Raka ingin lulus
SMA dengan nilai yang bagus karena ingin membuat orang tuanya bangga. Tetapi, Raka adalah anak yang agak malas belajar. Tak jarang, Raka mendapatkan nilai yang jelek. Oleh karena itu Raka ingin lulus dengan nilai yang bagus agar bisa membuat orang tuanya bangga.
“Aku ingin lulus dengan nilai yang bagus agar membuat orang tuaku bangga” begitu ucapnya.
“Raka, Raka, Ayo bangun! Hari ini kamu harus sekolah. Ayo bangun, mandi, lalu sarapan!” Ucap ibu sembari sedikit menggoyangkan badan Raka.
”Baik, ibu.” Jawab Raka sekenanya.
”Hari ini kamu akan berangkat ke sekolah bersama denganTio, kan?”
Setelah mendengarkan pertanyaan dari ibunya, Raka teringat dan segera bergegas mandi, dan disusul
23
dengan sarapan. Setelah selesai menyantap sarapannya, Raka langsung berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah bersama Tio. Saat Raka keluar
rumah, Raka melihat Tio sedang berdiri di depan rumah Raka. Raka pun langsung menghampiriTio.
”Sudah lama,Tio?“Tanya Raka.
“Sekitar lima menit yang lalu.” Jawab Tio singkat.
”Yasudah, ayo berangkat sebelum kita terlambat.” Beberapa menit kemudian Raka dan Tio sampai ke sekolah.
“Akhirnya sampai ke sekolah dan belum sampai terlambat.” UcapTio lega.
“Benar, untung saja.” Jawab Raka menenangkan.
“Kalau begitu, ayo ke kelas!”
Raka dan Tio pun mengikuti pelajaran seperti biasanya. Ditengah tengah pembelajaran, pak guru memberikan informasi mengenai ujian yang akan diadakan beberapa minggu lagi.
Kringg... bel isitirahat berbunyi dengan kencangnya. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelas.Tio pun menghampiri Raka.
“Raka yuk jajan ke kantin.”
”Yuk!” Jawab Raka penuh semangat.
Saat berada di kantin, Raka dan Tio makan
sambil membicarakan tentang ujian kelulusan yang beberapa minggu lagi akan mereka hadapi.
24
“Raka, apakah kamu sudah mempersiapkan ujian kelulusan yang tinggal beberapa minggu lagi?”
”Belum. Toh ujiannya masih beberapa minggu
lagi, kan.” Ungkap Raka dengan santainya.
“Iya, tapi apa salahnya belajar lebih awal? Kan kamu juga ingin lulus SMA dengan nilai yang bagus.”
UjarTio menegaskan.
”Iya juga sih.” Jawab Raka dengan sedikit terbata.
”Gimana kalau kita belajar bersama dirumahmu minggu depan?”
”Setuju!” Jawab Raka senang.
Seminggu kemudian, Raka menunggu kabar dari
Tio. Tiba-tiba saja, gawai Raka bergetar dengan
kencangnya.Ternyata ada pesan masuk dariTio .
”Hari ini jadi belajar bareng, kan?”
”Iya, jadi!” Raka menjawab dengan cepat.
Satu jam kemudian, Tio sampai di rumah Raka.
Tio mengetuk pintu rumah Raka dan dengan cepat Raka
membukakan pintu untuk mempersilakan Tio masuk ke dalam rumah. Raka dan Tio mulai belajar bersama.
Disaat mereka berdua belajar bersama Raka bertanya kepadaTio.
“Tio, soal yang ini bagaimana caranya?”
Tio menjelaskan dan membantu Raka untuk
memahami materi pelajaran yang belum dia pahami.
Setelah bejalan selama satu jam, Ibu Raka datang ke
25
kamar Raka dan mengajak Raka bersama Tio untuk makan siang terlebih dahulu.
Raka dan Tio pun keluar kamar dan menuju ke ruang makan untuk makan siang. Dimeja makan sudah tersedia banyak makanan. Ada ayam goreng, tempe, sayur-sayuran, dan berbagai macam lauk lainnya.
“Mari, Tio, tidak usah malu-malu. Silakan ambil saja, ya, lauk yang dingginkan.”
“Baik, ibu.” JawabTio merendah.
“Kalian sudah selesai belajarnya?” Tanya Ibu Raka sambil mengambil tempe goreng didepannya.
“Belum, ibu, kita mau belajar beberapa materi lagi.” Ucap Raka pelan.
Setelah selesai makan siang, Raka danTio belajar beberapa materi yang belum mereka pelajari bersama. Setelah belajar,Tio pamit untuk pulang.
Raka sangat ingin membahagiakan orang tuanya dengan mendapatkan nilai yang bagus. Raka terus belajar untuk mempersiapkan ujian kelulusannya yang sudah tinggal menghitung hari.
Hari ujian telah tiba. Raka mengerjakan soal ujian dengan serius, sungguh-sungguh dan penuh percaya diri. Raka merasa percaya diri karena sudah
belajar dengan giat dan sungguh sungguh sebelum ujian.
Hari ujian telah selesai. Sekarang tinggal menunggu hasil ujiannya.
”Gimana ujiannya susah, nggak?” Tanya Tio
dengan membenarkan ikatan sepatunya.
26
“Agak susah sih.” Jawab Raka singkat.
”Nggapapa, Insyaallah kita bisa lulus dengan
nilai yang baik. Terpenting adalah kita sudah berusaha
dengan sungguh-sungguh”.
Tak berangsur lama, hari pembagian hasil ujian
sudah tiba. Hasilnya, Raka dan Tio pun lulus dengan
nilai yang memuaskan. Raka dan Tio sangat senang akan hal tersebut. Tak terkecuali kedua orang tua Raka.
Mereka juga sangat bangga kepada Raka.
27
Terkenang dalam Relung Sahabat
Zaki Maulana Rizky PutraA.
Aku, Fakhri, Ady, Reza dan Putra merupakan 5 sekawan yang sudah bersahabat sejak kecil. Kami
berlima telah banyak melewati masa-masa suka dan duka secara bersama. Di sisi lain, kami semua memang satu kampung dengan rumah yang berdekatan. Hal tersebut
semakin membuat pertemanan kami begitu lekat.
Sampai saat ini, persahabatan kami semua tetap
terjaga dan terjalin dengan indah. Kini kami telah duduk
di bangku sekolah kelas XII di salah satu sekolah
menengah atas di Kabupaten Bogor. Akan tetapi kami tidak satu kelas.
Disuatu hari rabu yang cerah, kami pulang sekolah dengan berjalan kaki secara bersama-sama.
Ketika tiba di suatu tempat yang sewaktu kecil menjadi lokasi bermain sehari-hari, aku kembali teringat masamasa indah tersebut.
“Eh teman-teman, kalian masih ingat nggak, bawasannya tempat ini sering jadi denah bermain kita sewaktu kecil.” Ucapku spontan.
“Iya nih, setiap lewat di tempat ini, terkadang aku merasa sedih.Apalagi masa indah seperti dulu tidak akan terulang kembali.” Sambung Putra dengan wajah masam.
Tiba-tiba saja, Ady memotong pembicaraanku
dan Putra sambil berkata, “Eh eh, kemarin ayahku baru
saja membuat sebuah video yang berisikan foto-foto
28
masa kecil kita semua. Banyak sekali memori yang diabadikan oleh ayahku.” UcapAdy semangat.
“Wahh bener tuh! Aku juga masih ingat.”
Sambung Fakhri.
“Kalau begitu, nanti habis makan siang kalian semua datang ke rumahku ya! Kita nonton bersama video itu di laptop ayahku. Nanti aku akan meminta izin terlebih dahulu ke ayah.” Tawar Ady kepada temantemannya.
“Setuju!” Serentak ungkapku dan teman-teman yang lain.
Setelah kami semua berkumpul di rumah Ady, video tersebut pun diputar. Videonya benar-benar
berisikan mengenai koleksi foto kenangan masa kecil kami semua yang diringi dengan backsound lagu Sheila on 7 yang berjudul “Sahabat Sejati”.
Isi seluruh foto di videonya benar-benar membuat perasaan dalam hati dan pikiran kami bercampur aduk.
Terasa antara sedih, rindu, lucu dan tetunya bahagia.
Setelah video tersebut selesai, kami semua berpelukan dan saling berjanji satu sama lain untuk senantiasa
menjaga persahabatan yang sekarang terjalin hingga
kapanpun dan dalam keadaan apapun.
Ketika Aku, Fakhri, Ady, Reza, dan Putra telah
sampai di sekolah. Kami semua terkaget melihat
pengumuman di papan informasi dan kami semua
mengumpul di salah satu sudut sekolah. Bisaanya jika
kami berlima telah berkumpul, keadaan akan pecah dan
29
meriah, penuh canda tawa dan gurauan satu sama lain. Namun saat itu, perlahan semuanya membisu, tidak banyak kata-kata yang mampu diucapkan. Wajah masing-masing temanku dipenuhi dengan kemurungan dan kesedihan.
Raut wajah itu mendeskripsikan ketidaksiapan untuk berpisah. Aku dan mereka merasa bahwa 3 tahun tersebut terasa berlalu begitu cepat. Hingga pada akhirnya, tibalah di penghujung masa. Momen ini merupakan salah satu momen paling haru dalam hidupku. Aku sadar, perpisahan ini memang pasti akan terjadi. Hanya saja, entah kenapa kebersamaaan berlalu begitu cepat.
Momen tersebut merupakan salah satu momen paling haru dalam hidupku. Aku menyadari bahwa perpisahan ini memang pasti akan terjadi. Hanya saja, entah kenapa kebersamaaan tersebut terasa berlalu begitu cepat. Akhirnya kami semua mengukir janji setia, untuk senantiasa menjaga persahabatan ini sampai kapanpun, dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, karena kita semua akan berpisah dalam waktu yang tidak ditentukan.
Meskipun tidak bertemu di lingkungan sekolah, tetapi kita masih bisa bertemu di lingkungan rumah.
Setelah hari itu berlalu, Ady dan Putra mulai meninggalkan lingkungan rumah. Menyisakan Reza dan
***
30
Fakhri. Mereka berencana untuk berjalan-jalan untuk mengilangkan rasa bosan. Ketika mereka sedang
berjalan-jalan, mereka menemukan peta kuno yang
diyakini mengarah ke sebuah harta karun yang tersembunyi di dalam hutan terlarang. Tanpa ragu, mereka berdua memutuskan untuk mengejar petualangan
itu bersama-sama. Dengan hati penuh semangat, mereka membawa bekal dan berangkat ke hutan dengan peta
sebagai panduan.
Perjalanan mereka melewati lebatnya hutan, melintasi sungai-sungai yang deras, dan mendaki bukit.
Meskipun kelelahan dan mengalami beberapa kesulitan, Fakhri dan Ady saling mendukung dan memberikan semangat satu sama lain. Mereka berbagi canda tawa di tengah kelelahan dan saling memberikan dorongan ketika semangat mereka melemah. Setelah beberapa jam
mencari, akhirnya mereka menemukan sebuah gua rahasia yang dijelaskan dalam peta. Mereka memasuki
gua dengan hati berdebar, dan di dalamnya mereka
menemukan harta karun yang berkilauan.
Namun, kegembiraan mereka seketika berubah
menjadi kekhawatiran ketika tiba-tiba terjadi gempa
bumi yang membuat pintu gua tertutup dan menghalangi
jalan keluar. Fakhri dan Ady saling berpegangan tangan, saling menatap dengan keyakinan bahwa mereka akan
melewati cobaan ini bersama-sama. Mereka berdua
berusaha mencari jalan keluar, menggerakkan batu-batu
yang besar, dan bekerja sama dengan penuh tekad.
31
Meskipun rasa takut melanda, persahabatan mereka menjadi sumber kekuatan dan ketenangan di tengah
keadaan yang sulit. Akhirnya, setelah beberapa saat, mereka berhasil menemukan jalan keluar yang sempit.
Mereka keluar dari gua dengan kelegaan yang
besar dan berselimut debu. Keduanya saling memeluk
dengan erat, mengetahui bahwa persahabatan mereka telah mengatasi rintangan terbesar dalam petualangan
ini. Ketika mereka kembali ke desa, berita tentang petualangan mereka menyebar dengan cepat. Penduduk
desa terkagum-kagum dengan keberanian dan kekuatan
persahabatan Fakhri dan Ady. Mereka menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar mereka, menunjukkan bahwa
dengan persahabatan, segala hal menjadi mungkin.
Fakhri dan Ady menyadari bahwa harta karun yang
sebenarnya adalah persahabatan mereka yang telah teruji
dan tetap kokoh dalam menghadapi tantangan. Mereka berjanji untuk selalu saling mendukung dan menjaga persahabatan mereka sepanjang hidup.
32
Van Persie
Anezka NathanielaAnindyaTaudy
PROLOG
23.57 WIB, Bandoeng, 1897
Terdengar suara-suara aneh lagi dari loteng
kamar Audy. Takut. Itu yang dirasakan oleh Audy. Suara
gemuruh petir bergema di seluruh ruangan rumah dengan
gaya eropa tersebut. Karena merasa kaget, Audy
langsung keluar kamarnya dan menuruni tangga sunyi, gelap, dan suram. Itulah yang bisa di rasakan oleh Audy.
Merinding menusuki kulit-kulit rapuhnya. Rumah
mewah nan besar itu, ketika malam menjelang
memanglah terasa seram bukan main.
Ia tidak sendiri. Bersama temannya bernama
Alma, ia tak perlu takut berlebih. Sebab Alma
merupakan seorang yang pemberani. Memang
berkebalikan dengan Audy yang cukup penakut. Alma
merupakan teman sedari kecil Audy. Mereka tumbuh
bersama dalam balutan kehangatan masing-masing keluarganya.
Sebenarnya bukan musabab Audy tak lebih
berani dibandingkan Alma. Tetapi memang ia memiliki
masa lalu yang membuatnya merasa ketakutan berlebih
akan sesuatu hal. Kerap kali ia merasa takut meskipun
sedang dirumahnya sendiri. Sebagai teman yang
memahami akan hal tersebut, Alma selalu sigap
membantu apabila temannya membutuhkan bantuannya.
33
“Alma, bisa antarkan aku ke kamar mandi?” “Baik!”
Meski tidak sering, akan tetapi Audy lebih merasa tenang apabila ada yang menemaninya ke kamar mandi, atau ke loteng, atau ke suatu tempat yang terasa
sepi. Begitulah Alma. Ia tak pernah sekalipun protes dan mengatakan kata “tidak” kala mengetahui Audy merasa ketakutan dan membutuhkan bantuannya.
BAB I
Sudah sekitar satu setengah jam aku mendengar
kisah lampau buyutku. Nenek bercerita bahwa mamanya
dulu adalah seorang pilot dari pasukan veteran belanda
yang meninggal karena terkena ranjau. Tiba-tiba papa memanggilku untuk makan siang bersama saat itu. Aku juga memanggil adikku yang berada di depan kolam koi
yang berada dirumah ku. Halo! Namaku Dellta
Gabbriella Van wijk. Aku adalah anak sulung dari
keluarga tuan dan nyonya van wijk dan aku memiliki
adik bernama Armand Gabbriell Van wijk. Saat berada di meja makan, aku masih memikirkan tentang cerita
nenekku tadi. Rumah yang ada di dalam cerita nenek itu
adalah rumah turun-menurun di keluarga kami. Dan tentu yang dimaksud nenek adalah mengenai rumahku
saat ini. Tapi aneh, aku enggak pernah mendengar suarasuara aneh di rumah. Kata nenek yang bisa mendengar
hanyalah orang-orang yang terpilih dan aku ingin
menjadi orang terpilih itu.
34
06.29 WIB, Bandung, 2023
Hari ini tidak ada kegiatan di sekolah. Libur
nasional. Aku segera menyambar ruang makan kala
melihat mama telah menyiapkan beberapa hidangan
untuk kami. Mamaku adalah gadis Jakarta yang jatuh
cinta dengan seorang pemuda Belanda yaitu papaku. Dan
papaku adalah pemuda Belanda yang jatuh cinta dengan
mamaku. Di sekolah, aku di kenal dengan sebutan “Si
Pirang” karena warna rambutku yang mengikuti warna
rambut papaku aku memanglah remaja SMP biasa.
Tetapi banyak orang yang tak mengetahui apa yang telah
aku sembunyikankan. Dikarenakan adanya masa lalu
yang entah sengaja atau tidak, aku dapat merasakan
sesuatu yang barangkali tidak dapat dirasakan oleh orang lain.
“Kak!”
Ah, lamunanku dibuyarkan oleh adikku. Entah.
Aku sendiri tengah bingung memikirkan apa. Tapi
bukankah pamali ketika kita hanya melamun dengan pikiran kosong? Untuk saja adikku segera membuyarkan lamunanku.
“Kenapa, dik?”
“Ada yang mencari di luar.”Adikku menunjuk ke
arah teras rumah. “Temannya Kak Dellta sepertinya. Kak
Danies bukan, ya?”
Benar! Danies adalah teman sekelasku. Kami
sangat dekat. Aku terlupa bahwasannya Danies memang
35
hendak bermain ke rumah. Segera saja aku bergegas untuk menemui Danies di ruang tamu.
“Danies! Maaf ya, sudah membuat menunggu.”
“Enggak, Del. Aku baru saja sampai, kok.”
Danies memenggal kalimatnya sambil mengamatiku
dengan lekat, “kamu kenapa, Del?Ada masalah?”
Aku terdiam sejenak. Sepertinya Danies tahu
betul apa yang tengah menimpaku. Perihal rumah ini, agaknya aku mulai merasa tidak nyaman. Aku
menyampaikannya kepada Danies dengan hati-hati.
Syukur. Danies memang teman yang baik. Ia memberiku
saran bahwasannya rumahku memang butuh sebuah pengajian. Bukan ritual. Bukan.
“Coba bicarakan dengan mama dan papa dulu, Del. Sepertinya memang sudah menjadi adat juga
apabila rumah harus diadakan pengajian agar terhindar
dari suasana yang tidak diinginkan.”
Saran dari Danies tersebut aku sampaikan kepada
mama dan papa dengan segera. Ternyata mama dan papa
juga menyadari hal-hal ganjil sepertiku. Akan tetapi
mama dan papa tak pernah menggubrisnya.
Keesokan harinya, mama dan papa mengundang
tetangga untuk mengadakan pengajian bersama. Ah, sejuk benar rumah ini. Terasa lebih cerah. Terasa lebih
segar. Syukurlah. Berkat saran dari Danies, aku menjadi
tidak takut untuk mendiami rumahku lebih lama.
36
Keluarga Itu Apa?
Devone Fatiha Syifa Nalandra
Saat itu, langit sudah berubah menjadi oranye. Semburat merah tipis menghiasi langit sore. Suara azan magrib yang disiarkan masjid disekitar terdengar merdu dan syahdu. Burung-burung yang terbang berkelompok membuat seorang anak yang duduk dibawahnya merasa iri.
“Ya Allah, burung aja bareng keluarganya, kenapa Syauqia, enggak? Tapi, keluarga itu sebenarnya apa, sih? Orang yang punya hubungan darah dengan kita? Sepertinya engga, deh.” Keluh seorang gadis berusia sekitar 15 tahun itu. Syauqia namanya. Dia merupakan seorang anak dari pembatik ternama yang terjerat sebuah kasus, sehingga membuat dia ditinggalkan oleh ibunya. Kini dia tinggal disebuah asrama putri berkat kerabat jauhnya.
“Syauqia! Ayo kembali, kamu dicariin Kak Siti, nih!” Teriak anak seumuran Syauqia yang bernama Kirana.
“Tunggu sebentar, Kir!Aku akan segera kesana!”
ucap Syauqia sembari berlari menuju Kirana.
“Syauqia! Kan kakak sudah memperingatkanmu sering sekali, kalau azan magrib sudah berkumandang, segeralah kembali!” Syauqia mendengarkan Kak Siti yang sedang memarahinya karena pulang terlalu larut dengan kesal.
37
“Lain kali, apabila kamu sampai tidak kembali setelah azan magrib, kamu tidak akan mendapat snack!”
Kak Siti mengakhiri amarahnya dengan ancaman untuk
Syauqia. Syauqia menjawab Kak Siti dengan manyun.
“Iya-iya, Kak Siti! Gak akan Syauqia ulangi lagi.
Janji, deh!” Syauqia mengacungkan jari kelingkingnya ke Kak Siti.
“Kamu sudah bilang itu 3 kali, loh, Syauqia!
Sudah, sekarang kamu salat dulu lalu segera makan!”
Ucap Kak Siti kesal.
Syauqia yang sudah selesai salat, kini berada di meja makan bersama teman-temannya. Syauqia yang masih cemberut memakan makanannya dengan terpaksa karena dia lapar.
“Kenapa sih Kak Siti marah-marah terus!” gerutu Syauqia kepada Kirana di meja makan. “Kak Siti itu kan sayang sama kita, wajarlah jika bersikap begitu.” balas Kirana.
“Sayang apanya, kan marah-marah terus! Itu mah benci namanya!” Syauqia menunjukkan mukanya yang mulai memerah karena kesal.
“Ih! kamu tuh kok ga paham-paham sih! Kak Siti itu sayang banget sama kita! Kalau kamu pulang terlalu malam, takutnya kamu kenapa-napa di luar, tanpa perlindungan lagi! Kak Siti itu khawatir sama kamu!
Paham ga, sih?” Kirana mulai kesal kepada Syauqia yang tidak habis-habisnya menggerutu.
38
“Kamu juga lebih berpihak kepada Kak Siti daripada teman kamu! Terserah, deh! Aku sudah capek mau tidur!” Syauqia membereskan sisa makanannya lalu berlari ke kamar.
“Syauqia! Salat isya dulu sebelum tidur! Ih, kesal, deh!” Ucap Kirana gemas dengan perilaku Syauqia, teman lain disana hanya dapat menonton sembari menatap Kirana, “sabar ya Kirana.” Ujar seorang teman yang ada disana.
Sudah 2 hari sejak hari itu, sekarang adalah hari
Senin dan anak-anak yang berada di asrama putri akan pergi bersekolah, termasuk Syauqia dan Kirana. Syauqia masih merasa kesal pada Kak Siti dan Kirana. Saat menuju kelas, terdengar bisik-bisik saat Syauqia lewat.
“Tau ga sih, Syauqia itu ayahnya di penjara, terus Syauqia ditinggalin ibunya tau!”
“Lalu, dia dibayarin sama siapa sekolah di sini?”
“Paling juga ada orang yang kasihan sama dia, terus dibiarin sekolah di sini.” Anak lain menimpali bisikan temannya. Syauqia yang sudah terbisaa hanya diam saja. Tapi tidak dengan Kirana yang sejak tadi membuntuti Syauqia. Kirana merasa kesal dan berteriak pada anak-anak itu.
“Hei! Masih mending Syauqia, daripada pengecut seperti kalian! Beraninya ngomong dibelakang aja! Ngomong tuh langsung terus terang didepan orangnya dong!”, Bentak Kirana pada anak disana sembari menunjuk-nunjuk mereka.
39
“Kirana, biarkan saja. Lagipula itu benar, kok.” ucap Syauqia sedih sembari memegang bahu Kirana.
“Tapi Syauqia, mereka kan menghina kamu!
Kamu ga marah?” Kirana berteriak pada Syauqia dengan mata yang terlihat basah.
“Kan mereka sendiri yang dapet dosa, Kir,“
Syauqia memandang Kirana dengan khawatir. “Sudah, ayo kita ke kelas aja!” Rasa kesal Syauqia pada Kirana
kini mereda berkat aksi Kirana yang membelanya.
Syauqia menarik tangan Kirana menuju kelas dan duduk di tempat duduk mereka berdua. Syauqia mengeluarkan
buku dari tasnya dan mulai fokus mempelajari pelajaran yang belum terlalu Syauqia pahami.
Beberapa menit berselang, seorang anak
perempuan yang berparas cantik berjalan menuju tempat
Syauqia berada dan kemudian berkata, “Mending kamu
mencopet deh daripada belajar, Syauqia! Ayahmu pasti
lebih bangga kalau kamu mencopet!” Ujar anak yang
menghina Syauqia tadi. Anak itu bernama Rosalina. Dia
anak dari orang tua asli Belanda dan Jepang, sehingga
dia memiliki wajah yang sangat rupawan. Perawakan
Rosalina yang cantik membuat banyak orang berpihak
padanya. “Heh, kamu denger gak, sih?” ujar Rosalina
dengan nada meremehkan. “Oh iya, kan kamu tidak
punya orang yang mau membela kamu.” Rosalina
tertawa dengan nada merendahkan. Dia terus mengoceh
tentang Syauqia, sesekali terdengar suara cekikikan dari
teman yang lain.
40
Kirana tahu bahwa Syauqia tidak suka dibela oleh temannya, namun Kirana terlihat sangat geram dan akhirnya dia meluapkan emosinya dengan teriakan.
“Maksud kamu apa ya, Lin!?” ujar Kirana dengan wajah kesal. Syauqia hanya diam dan tetap meneruskan belajar.
“Aku hanya ngingetin dia, karena dia ga pantas ada di sini!” Rosalina tersenyum miring sembari menyilangkan tangannya, Kirana terlihat geram dan menatap Rosalina dengan marah. Saat Kirana hendak berdiri. Guru memasuki kelas, sehingga pertengkaran pun dapat terhindar.
Guru yang datang mulai menjelaskan bahwa akan ada praktik membuat batik. Syauqia dipandang sangat ahli dalam hal membatik. Sebab dulu ayahnya adalah seorang pembatik yang cukup terkenal dan ahli dalam bidangnya. Praktik pun berlangsung tanpa hambatan, tentu batik buatan Syauqia adalah yang paling indah dari yang lain. “Indah sekali, Syauqia. Ini sudah terlihat seperti buatan pembatik profesional!” Ujar Bu Sukijan
yang mengajar kelas SBK. Syauqia pun didaftarkan lomba membatik oleh Bu Sukijan.
Meski begitu, banyak teman yang tak mau
mengakui bahwa batik ciptaan Syauqia sangat rapi dan indah. Syauqia tidak berkecil hati dan tetap setuju
mengikuti lomba membatik. Lomba itu akan diadakan
sekira satu minggu lagi. Sehingga, mau di asrama
ataupun di sekolah, Syauqia tetap berlatih membatik.
41
Kak Siti yang heran karena Syauqia sudah jarang pulang larut pun bertanya pada Syauqia.
“Kamu terlihat sudah jarang jalan-jalan sekarang, kenapa?”Tanya Kak Siti heran.
“Aku ingin fokus latihan membatik dulu, kak.
Ada lomba yang harus Syauqia ikuti.” Kak Siti menatap
Syauqia dengan tatapan kagum.
“Semangat! Kakak tahu kamu pasti bisa!” ujar
Kak Siti sembari menepuk-nepuk pundak Syauqia.
Syauqia kini tahu, apa arti keluarga itu. Menurut Syauqia, keluarga adalah orang yang ada di dekat kita dan mendukung semua hal yang baik untuk kita. Syauqia
senang akan hal itu. Dia kini sadar bahwa Kak Siti dan teman-temna di asrama yang selalu mendukungnya adalah keluarga.
Syauqia menangis haru dan memeluk Kak Siti,
“Terima kasih kak, sudah menjadi keluarga keduaku!” Walau Kak Siti terkejut dengan pelukan yang secara tiba-tiba, Kak Siti senang karena Syauqia kini
menganggapnya keluarga dan memeluknya erat.
“Menangis itu kadang membuat orang lebih kuat loh, Syauqia!” ujar kak Siti dengan senyum bangga di wajahnya.
Waktu yang dinantikan kini tiba, ini adalah
waktunya lomba membatik dan Syauqia sudah
menyiapkan yang terbaik. Syauqia membatik sembari
membayangkan ekspresi Kak Siti dan teman-teman jika
dia berhasil memenangkannya. Memikirkan hal itu,
42
Syauqia semakin serius membuat karya batik yang juga mengingatkan pada ayahnya. Syauqia berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan posisi yang bagus di perlombaan ini.
Perlombaan telah berakhir dan kini adalah waktu untuk pengumuman kemenangan pada lomba membatik.
“Dan juara kedua adalah Syauqia Aisyah! Untuk nama yang telah disebutkan, harap naik ke atas panggung!”
Syauqia menangis haru walau itu hanya posisi kedua. Syauqia naik ke atas panggung dengan bangga dan tersenyum penuh semangat. Syauqia mendapat uang sebanyak dua juta rupiah dari lomba itu. Dia menyumbangkan separuh uang yang dia terima dan piala yang dia dapat kepada pihak sekolah, sedangkan sisa uangnya dia berikan kepada asrama, tidak ada yang dia ambil untuk dirinya sendiri.
“Syauqia! Kakak bangga dengan kamu!” Ucap Kak Siti penuh haru dengan mata yang berkaca-kaca.
Dia memeluk Syauqia dengan erat.
“Terima kasih, ya kak, sudah menyemangati aku hingga aku menjadi juara!” seluruh asrama turut terharu dan memeluk Syauqia dengan erat.
“Oh iya! Kita punya hadiah buat kamu, Syauqia!” cap beberapa temannya.
“Hadiah? Hadiah apa?” Ujar Syauqia penasaran dan terbata-bata.
43
“Tutup mata kamu, pegang tanganku, terus ikutin kita ya!” Kirana berkata pada Syauqia. Syauqia melakukan instruksi Kirana dan berjalan mengikuti mereka.
“Buka matamu, Qia!” Ujar Kirana semangat. Saat Syauqia membuka mata, dia melihat ayahnya tersenyum dengan lebar kearahnya.
“A-ayah!! Aku kangen banget!” Ujar Syauqia gemetar dan langsung berlari memeluk ayahnya dan menangis.
“Ayah ‘kan sudah bilang, ayah tidak salah apaapa, cuma difitnah saja!” ucap ayahnya sembari mengusap kepala Syauqia.
“Nah! Sebagai perayaan karena Syauqia menang dan ayahnya bebas dari kasus, ayo kita makan-makan pakai uang yang diberikan Syauqia tadi!” Ucap Kak Siti senang diikuti teriakan senang dari yang lain.
44