Kaliputih Punya Cerita: Tentang Aku, Kamu, Kita, dan Kaliputih

Page 1

Scan untuk pengalaman yang lebih baik

KALIPUTIH PUNYA CERITA

4
Tentang Aku, Kamu, Kita, dan Kaliputih Universitas Negeri Yogyakarta 2022

KALIPUTIH PUNYA CERITA

Tentang Aku, Kamu, Kita, dan Kaliputih

Penulis: Farah Firdausi | Anfal Firas Cakra Karnadi | Nanda Raffi Pramudya | Maria Ameylia Trisna Murti | Auliya El Ihsani | Muhammad Taufiq Ridho | Hanifah Furaida, dkk.

Penyunting: Farah Firdausi

Penata Letak: Farah Firdausi

Sampul Buku: Isna Windi Astari Farah Firdausi Tebal: 14x20 cm, 185 hlm

5

KATA PENGANTAR

DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN

Sudiyono, S.Pd., M.A.

Buku Kaliputih Punya Cerita berisi cerita atau curahan pengalaman sepuluh orang mahasiswa UNY yang melaksanakan KKN di Desa Kaliputih. Kisah curahan hati mereka ketika berinteraksi dengan warga Desa Kaliputih dan usaha mereka mengenal sejarah Desa Kaliputih cukup menarik untuk dibaca.

Buku ini ditulis dengan gaya bercerita yang santai dan personal, sehingga ketika kita membaca seperti mendengarkan seseorang yang bercerita pengalaman mereka ketika mengalami kegalauan dan juga kebahagiaan karena mendapatkan sesuatu yang menggembirakan.

Bagi saya buku ini cukup menarik sebagai usaha mahasiswa KKN untuk mengenal warga dan berbagi pengalaman dengan menjadikan buku sehingga akan tersimpan dan bisa dinikmati oleh orang lain yang meskipun tidak hadir di lokasi, bisa membayangkan apa yang mereka rasakan.

Yogyakarta, Desember 2022

6
7
-Tim KKN UNY 2022 Kelompok 3305-1 bersama Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)

PROLOG: MEMBINGKAI SEONGGOK CERITA BERSAMA

BFarah Firdausi ukan lagi tentang sebuah ingin tanpa angan apalagi ekspektasi tanpa eksekusi. Benar kata Nidji dalam lagunya yang berjudul Laskar Pelangi bahwa “Mimpi adalah kunci.” Akan tetapi, mimpi akan tetap jadi mimpi ketika tidak ada usaha untuk mewujudkannya.Mimpi itulayaknyasebuah hadiahbesar yang kita ciptakan sendiri. Kalau kita mau mendapatkannya, artinya kita juga yang harus mengusahakannya.Danpercayamaupuntidak,apayang ada dalam genggaman kalian, kalimat-kalimat yang sedang kalian baca sekarang ini awalnya juga hanya sebatas mimpi yang tidak tahu kapan akan terealisasikan. Sebuah buku yang disusun dengan penuh keraguan dan ketidakmungkinan. Ragu untuk menjadikannya sebagai sebuah program kerja dan rasanya tidak mungkin bisa diselesaikan oleh diri sendiri. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, cukup membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil selagi ada kemauan untuk mencoba. Selaras dengan salah satu ungkapan positif nan inspiratif yang datang dari presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan sekaligus seorang tokoh besar dan

8

berpengaruh pada abad 20. Ia berhasil membuahkan angin segar bagi kulit hitam yang pada saat itu merasa tertindas dan terkungkung dengan sistem apartheid. Benar, dia adalah Nelson Mandela. Sosok yang dijuluki sebagai ‘Bapak Bangsa’ khususnya bagi negara Afrika Selatan pernah mengatakan, “Sesuatu hal akan tampak tidak mungkin sampai hal tersebut dilakukan.”

Siapa yang tidak setuju dengan seuntai kalimat di atas? Kalau saya sudah pasti sangat setuju dengan pernyataan beliau. Bukankah ketika kita terlalu fokus dan terusmembayangkankekhawatiranakankegagalanyang mungkin –belum tentu –akan terjadi, justru mimpi itu akan terasasemakinsulit danberat juga? Bukankahsemuahal memang terlihat begitu sulit dan mustahil ketika tidak segera kita kerjakan? Silakan dijawab dalam hati masingmasing ya.

Di Balik Buku Kaliputih Punya Cerita

Penyusunan buku ini tentu menjadi sebuah pengalaman hebat, berharga, dan prosesnya merupakan salah satu perjalanan favorit saya semasa KKN. Setelah buku ini selesai, saya menyadari bahwa memang benar, ternyata mewujudkannya tidak sesulit yang dibayangkan. Perlu digarisbawahi bahwa sebenarnya buku ini tidak ada sejak awal. Benar. Gagasanuntuk membuat buku muncul begitu saja di tengah obrolan santai saya bersama

9

sebagian kecil teman di ruang tengah yang sekaligus menjadikamarkaumadam.Sayarasaobrolanitulahyang kemudian jadi trigger saya memutuskan untuk menjadikan buku ini sebagai program kerja individu serta garis finish baru yang harus saya tempuh dan tuntaskan. Rencana yang tidak direncanakan. Rencana yang hadir setelah setengah perjalanan di Desa Kaliputih, Kecamatan Kutowinangun berlalu. Tidak apa-apa. Bukankah tidak ada salahnya untuk mencoba? Bukankah tidak ada kata terlambat selagi masih ada kesempatan?

Sebelummenyelamlebihdalamlagipadabukuini, rasanya kurang adil jika sebagian dari kalian mengira bahwa buku ini disusun dengan penuh perencanaan. Menulis, edit, lalu cetak. Tidak. Tentu tidak sesederhana itu. Proses penyusunan buku ini sudah pasti melewati liku perjalanan yang cukup panjang. Maka dari itu, saya ingin berbagi cerita terlebih dahulu. Sedikit cerita tentang di balik buku ini. Akan saya awali dengan mencoba merangkum obrolan ‘kami’. Obrolan yang menjadi awal mula dari semuanya. Walaupun sepertinya tidak akan sama persis atau bahkan sama sekali tidak sama dengan percakapan yang terjadi malam itu, tidak apa-apa ya? Pokoknya intinya seperti ini. ***

10

“Wuzzz,ngeri rek! FarahFirdausi, telah menulis 13 buku antologi,” celetuk salah satu teman yang tidak sengaja membaca curriculum vitae saya di atas lantai, sementara sebut saja dia A. Saya hanya meresponnya dengan senyum kemudian melanjutkan pekerjaan saya. Tak selang kemudian, si A ini memperlihatkan saya sebuah e-book milik temannya yang kebetulan juga sedang KKN di daerah tempat tinggalnya, di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Dia pun mulai menceritakan bahwa e-book tersebut merupakan program utama KKN temannya. Saya tertarik dan membacanya secara sepintas.

“Wah, keren banget ya!” timpal saya.

“Far, kamu ngga pengen coba nulis buku lagi, po?” Sambungnya memecah hening, di tengah saya sedang terkagum-kagum dengan e-book itu.

11

“Mmm… Terus terang, sebelum penerjunan KKN kemarin tuh aku juga udah terbesit buat nulis buku lagi tentang pengalaman KKN, tapi ya engga dijadiin proker kayakgini.Cukupjadikonsumsipribadiduluaja sih,” jelas saya apa adanya.

“Kenapa engga dijadiin prokermu aja?” Tanyanya.

“Pengen sih, tapi ragu. Takut juga. Takut ngga selesai, takut ngga dapet atensi dari masyarakat, dan pokoknyatakutaja.Jadimasih fifty-fifty sampesekarang,” begitulah jawaban saya. Terdengar cukup pesimis.

“Nah, mantab! Mending gas ae, Far! Kalo iya, aku ikut nyumbang tulisan, deh,” balasnya.

“Hooh, aku juga pengen ikut nulis. Banyak lho sebenernya yang bisa diulik dari Desa Kaliputih. Kita bisa tuh angkat beberapa cerita yang ternyata warganya belum tau cerita itu. Kalau aku pribadi jadi tertarik buat nulis tentang salah satu tokoh yang punya peran besar di Desa Kaliputih,” sahut teman saya yang lain, sebut saja yang ini si B. “Iya. Aku juga kepikiran buat nulisin sejarah unik beberapa tempat di Desa Kaliputih,” si A menguatkan cuitan si B.

“Aku juga siap kok Far nyumbang tulisan,” tiba-tiba dua yang lain juga ikut menimpali obrolan kami. Singkat cerita, “Oke, bismillah gass!” Saya pun meng-iya-kannya.

12

Sebanarnya obrolan malam itu cukup panjang. Namun kurang lebih seperti itu terjemahan singkatnya. Speechless. Rasanya tidak ada alasan untuk tidak bilang iya. Tidak ada alasan untuk menolak walaupun nyatanya keraguan masih membuntuti. Namun, pernahkah kalian mendengar kalimat bahwa kesempatan tidak datang dua kali? Sering? Ya. Itulah yang mendasari saya untuk mengambil keputusan dengan cepat. Ada orang yang pernah menitipkan pesan kepada saya, “Jangan pernah ragu untuk mengatakan iya pada peluang yang kita sendiri belum tahu pasti apakah ia akan kembali ketika kita tak menghiraukannya. Ambillah kesempatan itu, jalani dan nikmati prosesnya. Percayalah dari situ kita juga akan jadi banyak belajar.” Dari obrolan itu, banyak penyesuaian dan perubahanyangakhirnyasayalakukanterhadapprogram kerja individu saya. Memutar otak untuk menyusun ulang matriks. Mencari cara bagaimana untuk bisa menjadikan program ini menarik dan berkesan. Menyerap sebanyakbanyaknya masukan dari rekan untuk dijadikan pertimbangan. Sedikit banyak saya mulai mengantongi gambaran apa saja yang ingin saya bingkai dalam buku nantinya setelah mencermati dan membaca beberapa judul dalam e-book yang sudah pasti akan menjadi referensi pertama dalam penyusunan buku ini. Secara

13 ***

sederhana, buku ini disusun mulai dari mini riset dan penentuan tema, menentukan kerangka buku, mencari kontributor penulis, proses menulis, penyuntingan naskah, pengaturan tata letak, hingga percetakan dan pada akhirnya sampai di tangan kalian seperti sekarang ini.

Saya juga setuju dengan apa yang dituliskan oleh sang editor e-book dengan judul “Dari Bulaksumur ke Pesanggaran: NarasiKKN PengalamanMahasiswa KKNPPM UGM di Kandangan dan Sarongan” dalam pengantarnya. Ia mengatakan bahwa cerita, baik yang disadari maupun tidak, pada hakikatnya merupakan perihal penting dalam kehidupan. Setiap manusia menabung cerita dan cerita mengabadikan manusia. Dan menurutsaya, salahsatuataumungkinsatu-satunyacara untuk bisa terus mengenang cerita di ingatan dalam bingkai yang rapi adalah dengan menuangkannya dalam wujud tulisan. Ada banyak feedback dan cerita lucu yang turut mewarnai perjalanan panjang penulisan buku ini. Baik dari kami si mahasiswa maupun dari anak-anak. Ada yang langsung menyangkal dengan dalih tidak bisa menulis cerita, bingung bagaimana caranya menarasikan ceritaatauhanyasekadartakuthasiltulisannyajelek.Ada yang bisa menyusun 1000 kata dalam sekali duduk. Ada yang terlalu exited, saking exited-nya, sampai bingung

14

mau membuka cerita dengan kosa kata apa, bingung dalam memilih judul apa yang bagus untuk isi ceritanya, atau malah bingung ingin menceritakan momen yang mana. Ada yang dihantui oleh writer’s block, tak kunjung menemukan kalimat yang cocok untuk melanjutkan paragraf berikutnya, berdiskusi panjang dengan harapan mendapatkan pencerahan tetapi justru tak menemukan ujung. Ada yang hampir setiap kesempatan selalu menanyakan kepastian, “Kalo nulis tentang ini, boleh kan?”; “Nulisnya pake bahasa sehari-hari nggak papa kan?”. Bahkan ada juga yang diam-diam mengirimkan dokumen naskahnya melalui WhatsApp pribadi.

Membingkai Seonggok Cerita Bersama

Proses perjalanan ini sama seperti sedang menyusun kepingan puzzle. Banyak cerita yang dinarasikan dari berbagai sudut pandang dan bahkan ada curahan hati yang sebelumnya tidak diketahui. Saya selalu menekankan pada rekan-rekan bahwa tulisan apa pun akan diterima. Entah puisi, curahan hati, cerita pengalaman, momen terkesan, pelajaran hidup, keresahan, mendeskripsikan mengenai program kerja yang dilaksanakan, atau ingin menarasikan hal unik yang ada di Kaliputih, jawabannya adalah b-o-l-e-h, boleh. Awalnya saya berharap 9 rekan saya lainnya juga bisa berkontribusi untuk menarasikan cerita dan

15

membagikan pengalamannya selama KKN. Karena keterbatasan waktu, tenaga, dan mungkin satu dua hal lainnya, saya tidak bisa memaksakan harapan tersebut dan akhirnya hanya ada 7 dari 10 yang terhimpun. Labaika Wulan Prima Kusuma, Nurantika Umi Wijayanti, dan Tiara Ganesh Ayu Meilinar adalah tiga nama yang tidak tersematkan pada lembar “Tentang Penulis” di halaman terakhir. Dan tentunya ketiadaan tiga nama di atas melalui tulisannya hanya akan menambah ruang kosong dalam buku ini. Rasanya kurang lengkap karena biar bagaimanapun, kami bersepuluh adalah satu kesatuan yang tidak mungkin dilepaskan dari pertanyaan, “Satu kelompok ada berapa orang mas/mbak? Siapa saja?”. Biar bagaimana pun, buku ini lahir dengan mengatasnamakan KKN UNY 2022 Kelompok 3305-1

16

yang memiliki 10 mahasiswa di dalamnya. Maka dari itu, saya mencoba untuk bisa bernegosiasi dengan tiga nama tersebut. Saya mengopi langkah yang diambil oleh tim KKN Pesan Pesanggaran, yakni dengan meminta yang bersangkutan untuk mengirimkan satu atau lebih foto terbaik hasil jepretannya sendiri beserta caption-nya. Dan foto-foto itu telah tersemat di antara cerita yang terbentang dari tulisan demi tulisan di buku ini bersama dengan beberapa foto lainnya yang juga sudah saya bingkai sebagai penguat ingatan akan perjalanan manis semasa KKN. Setiap tulisan yang hadir dalam buku ini berasal dari kacamata setiap individu berdasarkan apa yang dialami selama KKN. Masing-masing memiliki ketertarikan yang berbeda. Jika ditarik pada benang panjang, secara garis besar, buku “Kaliputih Punya Cerita” terbagi menjadi 3 bingkai. Bingkai pertama, kita akan diajak untuk bisa mengenal dan menyelami lebih dalam lagi dengan Desa Kaliputih. Dan fun fact-nya, bingkaiini yang paling dinantinanti oleh sebagian dan sedikit banyak warga setempat. Bingkai ini yang selalu mendapat pujian, “Keren, jarang loh anak muda yang tertarik mencari tahu dan peduli dengan sejarah.” Bingkai ini yang mendorong selesainya buku Kaliputih Punya Cerita harus segera dituntaskan. Bingkai ini juga yang sepertinya paling banyak menyita

17

waktu, tenaga, dan pikiran. Dan bingkai ini yang paling seru perjalanannya.

Di pemberhentian selanjutnya, bersiaplah untuk mendengarkan sepuluh mahasiswa berbagi cerita. Yap. Bingkai kedua berisi tentang curahan hati dan narasi pengalaman-pengalaman berkesan yang dirasakan. Tentang seseorang yang berhasil membuat penulis terkesima. Tentang pelajaran, wejangan, sampai petuah yang berhasil ia panen semasa KKN. Tentang susunan bait-bait yang indah dan tersusun rapi.

Kita lanjut ke bingkai ketiga, yang tak lain adalah pemberhentian terakhir. Namun, bukan berarti perjalanan ini kemudian berakhir. Pada bingkai ini kalian akan menemukan coretan manis dari adik-adik kami di Desa Kaliputih. Para calon penulis hebat, begitu saya menyebutnya. Coretan dari setiap tulisan mereka sudah cukup menggambarkan ketulusan mereka. Sudah cukup mendeskripsikan kejujuran akan perasaan senang dan sedih mereka. Dan semoga asumsi bahwa anak kecil biasanya selalu jujur atas apa yang dikatakan dan dirasakan itu bukanlah mitos belaka.

Terima Kasih Tak Terhingga

Buku ini selesai bukan karena saya yang hebat, melainkan karena Tuhan yang mudahkan semuanya. Ya, sekali lagi saya tegaskan bahwa bukan karena saya yang

18

hebat, melainkan Tuhan yang mudahkan semuanya. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing Lapangan, Pemerintah Desa Kaliputih, adik-adik SDN Kaliputih, santriwan/wati TPQ Tarbiyatul Athfal, adik-adik di Samagedhe dan Pesalakan, tokoh masyarakat dan sebagian kecil warga Desa Kaliputih, serta keluarga baru sekaligus partner KKN terbaik yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Oh iya, terima kasih juga kutujukan khusus kepada teman SMP-ku, Isna Windi yang sudah mempercantik halaman depan buku ini dengan ilustrasinya. Terima kasih kepada seluruh pihak yang dengan hangat menyambut program ini, dengan tulusmengulurkantangannya,denganmantab menemani langkah kaki ini, dengan senang hati menitipkan kisahnya di sini, dengan sukarela bersedia menampung berbagai bentuk keluh kesah serta penguat ketika saya mulai kehilangan kepercayaan diri, dan dengan sabar menanti kehadiran buku ini. Terima kasih, terimakasih,dan terima kasih. Berkat kalian semua, pengalaman KKN saya menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Apresiasi setinggi-tingginya terhadap segala bentuk dukungan dan effort yang teman-teman berikan demi membantu saya dalam mewujudkan mimpi ini. Sekalipun saya sudah pasti tidak mampu mengembalikan waktu kalian yang tersita oleh saya. Biarkan Tuhan yang membalas segala bentuk kebaikan kalian. Saya

19

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Jadi, maaf dari saya mengenai itu. Terima kasih sudah berkenan baca dan dengar kami bercerita. Selamat menyelami kenangan bersama kami. Hope you enjoy it!

-With love, Farah.

And, Hi! It’s me, Farah.

20
21 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DOSEN PEMBIMBING LAPANGAN.....6 PROLOG: MEMBINGKAI SEONGGOK CERITA BERSAMA.8 Di Balik Buku Kaliputih Punya Cerita..........................................9 Membingkai Seonggok Cerita Bersama....................................15 Terima Kasih Tak Terhingga.....................................................18 DAFTAR ISI ................................................................................21 Bingkai 1: MENGENAL KALIPUTIH........................................23 DI BALIK NAMA KALIPUTIH .....................................................25 SANG PENJAGA IMAN .............................................................34 SENDANG BEJI: TAPA KUNGKUM JAKA SANGKRIB ...............41 Mengenal Jaka Sangkrib ......................................................41 Jaka Sangkrib Si Jaka Gudig................................................42 Bertapa Selama 40 Hari ........................................................43 Sendang Beji........................................................................44 Pasca Sembuh, Jaka Sangkrib Berguru Mencari Ilmu...........45 Menikah Batin dengan Dewi Nawnagwulan...........................47 Gelar Arung Binang I............................................................48 Bingkai 2: KALIPUTIH DAN CERITANYA..............................50 90 HARI BERSAMAMU .............................................................52 Bersyukur: Partner KKN Terbaik ..........................................52 Perbedaan yang Melengkapi.................................................64 SALAM DARI SI KECIL .............................................................69 KISAH KASIH KALIPUTIH.........................................................77
22
Memperingati Hari Besar Islam ........................ 80 Bekal Menjadi Manusia ........................................................ 84 DARI TERPAKSA MENJADI LUAR BIASA ................................ 91 SELAMAT DATANG, TUAN .................................................... 102 SEBUAH PUISI....................................................................... 105 UNTUK SUKMA YANG BERTUAN .......................................... 108 Bingkai 3: CORETAN CALON PENULIS HEBAT ................ 110 TENTANG SEBUAH ASA: SEMUA BISA JADI PENULIS.......... 111 Cerita Pendek .................................................................... 116 Puisi .................................................................................. 132 Komik atau Cerita Bergambar ............................................ 145 Surat Cinta Untuk Mas Mbak KKN ...................................... 148 TENTANG PENULIS................................................................. 179
Pengalaman

Bingkai 1: MENGENAL KALIPUTIH

23
24

DI BALIK NAMA KALIPUTIH

Farah Firdausi

T“Apalah arti sebuah nama?” –William Shakespeare. idak asing di telinga, bukan? Ungkapan yang pernah dan cukup terkenal di negara kita. Lengkapnya, Shakespeare mengungkapkan seperti ini: “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” (Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi). Seakan mengatakan bahwa nama tidaklah begitu penting bagi seseorang karena tidak akan mempengaruhi karakter si pemilik nama tersebut. Apakah kalian setuju? Kalau saya pribadi kurang setuju dengan mas William di atas. Biar bagaimanapun, bagi saya nama merupakan sesuatu yang penting. Pasalnya, saya meyakini bahwa setiap nama pasti memiliki makna dan mungkin juga mengandung doa dan harapan. Sebuah nama tidak diberikan kepada seseorang atau sesuatu begitu saja, tanpa ada maksud. Seperti nama saya

25

misalnya,FarahFirdausi.Ketikamasihkecil,sayasempat mengajukan pertanyaan ke ibu saya mengenai nama.

“Buk, kenapa namaku Farah Firdausi?”

“Kebahagiaan di dalam Surga Firdaus,” begitu jawabnya singkat.

Kembali ke bahasan pertama tadi, bahwa bagi saya setiap nama pasti mengandung do’a atau harapan. Mungkin orang tua saya menginginkan putri bungsunya ini bisa menjadi tiket kebahagiaan mereka menuju surgaNya (aamiin). Kalau pun kenyataannya tidak sesuai, ya sudah, namanya juga doa dan harapan. Hanya ada dua kemungkinan: terwujud atau belum terwujud. Berbicara mengenai nama dan makna, paragraf ini saya tulis untuk membingkai kembali bongkahan cerita di balik nama salah satu desa yang pernah menjadi tempat singgah saya, sebut saja Desa Kaliputih.

Mengapa memilih “Kaliputih” untuk dijadikan nama desa? Mengapa bukan “Kalimerah”, “Kalihijau” atau “Kaliungu”? Nah, di sini yang menjadi menarik. Lantas apakah nama “Kaliputih” hanya begitu saja ditetapkan sebagai nama tanpa ada makna? Saya rasa tidak. Akan tetapi, yang sangat disayangkan adalah faktanya hingga saat ini belum ada literatur atau sumber lain yang menjelaskannya secara pasti bagaimana asal-usul yang melatarbelakangi pemilihan nama “Kaliputih” sebagai salah satu nama desa di Kecamatan Kutowinangun ini.

26

Hal inilah yang mendorong kami untuk kemudian mencari kepingan puzzle Kaliputih yang nyaris hilang. Mengapa saya katakan hilang? Karena tiap kali kami menanyakankebeberapawargaterkaitasal-usulnya,dari yang tua bahkan yang masih muda. Setiap kali ditanya, mereka selalu melempar kami untuk tanya ke sana dan sini.

“Duh, kurang tau Nyong, Mbak, Mas. Coba tanya sama si A yang lebih tahu.” Pada akhirnya kami diarahkan pada satu dua orang yang mungkin bisa saya katakan telah mengantongi beberapa kepingan puzzle yang original. Berdasarkan analisis yang kami dapati setelah mendengar cerita dari mulut ke mulut, ada tiga versi berbeda yang kami dapatkan mengenai asal-usul nama “Kaliputih”. Pertama, cerita yang paling popular di masyarakat. Bermula dari adanya sungai bernama Kali Tolang yang letaknya memanjang di tepi Desa Kaliputih. Konon dari cerita yang berkembang di masyarakat, ada seorang pemuda yang sedang membuang hajat di sungai sembarangan. Kemudian, usut punya usut di dalam sungai tersebut terdapat seekor buaya. Melihat pemuda tersebut, buaya perlahan mulai mendekati dan menyerang pemuda tersebut hingga anggota tubuh vital pemudatersebuthilang.Dengandemikian,disebutlahkali

27

itu Kali Tolang yang diserap dari Bahasa Jawa ilang artinya hilang. Kedua, berangkat dari kisah yang di ceritakan oleh salah satu sesepuh di Desa Kaliputih. Menurut pernyataan dari warga, beliau sangat senang jika diajak berbincang mengenai sejarah. Ketika ditanya mengenai asal-usul Desa Kaliputih, beliau menceritakan dengan sangat antusias. Akan tetapi, menariknya adalah beliau menceritakan dengan versi yang berbeda dari sebelumnya. Beliau menyebutkan bahwa bukan Kali Tolang namanya, melainkan Kali Pesajen. Singkatnya alasan dinamakan Kali Pesajen karena dulu di kali tersebut sering sekali ditemukan korban yang konon katanya dijadikan tumbal setiap tahunnya. Maka dari itu sungai itu disebut Kali Pesajen yang mana sajen dalam Bahasa Jawa artinya sajian atau makanan yang dipersembahkan kepada orang halus (hal ghaib). Ketiga atau yang terakhir adalah versi yang menurut saya paling sederhana dan cukup lugas. Melihat tepian Desa Kaliputih terdapat sungai panjang. Dulu sungai tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat dapat digunakan untuk bersuci karena kondisinya yang masih bersih. Dengan demikian, disebutlah desa itu Desa Kaliputih. Kali dalam Bahasa Jawa artinya sungai dan putih secara makna filosofi artinya suci atau bersih.

28

Secarageografis,DesaKaliputihmerupakansalah satu desa yang berada di Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Berbatasan langsung dengan Desa Tunjungseto di bagian barat, Desa Pesalakan di bagian utara, Desa Kuwarisan di bagian timur, dan Desa Tunjungmeru di bagian Selatan. Berdasarkan data yang kami peroleh langsung dari Sekretaris Desa Kaliputih, Desa Kaliputih memiliki luas wilayah 142,42 hektar dengan 1.803 penduduk jiwa yang teridiri dari 991 penduduk laki-laki dan 892 perempuan. Desa Kaliputih terbagi menjadi 12 RT 4 RW serta empat dusun,yaituDusunKrajan,Jagamertan,Somagedhe,dan Gunung. Eits, jangan salah, empat nama dusun tersebur ternyata juga memiliki cerita dan maknanya masingmasing. Percaya atau tidak, bahwa pemberian nama suatu daerah seperti halnya Kaliputih di atas, memang

29

seringkali didasarkan pada suatu peristiwa yang pernah terjadi di tempat itu. Pertama, Dusun Jagamertan konon kata orang dahulu, Jagamertan merupakan resapan dari 2 kata: jaga dan gegremetan. Dulunya masyarakat setempat hidupnya rekasa (sulit), serba terbatas. Sehingga penamaan Jagamertan memiliki arti menjaga diri agar dapat bertahan hidup dari segala yang serba rekasa (sulit). Sehingga disebutlah Dusun Jagamertan. Dalam keadaan yang serba terbatas itu, secara tidak langsungmasyarakatdidoronguntukterusbersyukuratas apa saja yang dimilikinya sekarang. Kedua, Dusun Somagedhe. Somagedhe diambil dari kata kusuma yang artinya bunga dan gedhe yang dalam Bahasa Jawa artinya besar. Jadi Somagedhe artinya bunga yang besar. Secara makna filosofinya, dulu katanya banyak penduduk Somagedhe merupakan orang yang berada baik dari segi ekonomi maupun aspek lainnya. Konon ceritanya, banyak tokoh-tokoh yang memiliki nama besar yang tinggal di daerah Somagedhe. Dengandemikian,wilayahitudisebutDusunSomagedhe. Ketiga, Dusun Gunung. Cukup sederhana alasan penamaanDusunGunungini,yaknikarenaletaknyayang berada di dataran tinggi, lebih tinggi dari Jagamertan, Krajan, dan Somagedhe. Sehingga diberi nama Dusun Gunung. Selanjutnya yang terakhir adalah Dusun Krajan. Krajan diambil dari kata Kerajaan, artinya rata-rata

30

penduduk di wilayah tersebut orang mampu dan mayoritas berhasil menjadi pejabat. Mengutip dari arsip buku profil yang dimiliki PemerintahDesaKaliputih,dijelaskanbahwakeberadaan Desa Kaliputih sudah ada sejak 1923. Konon, dulunya DesaKaliputihbukanlahsebuahpusatpemerintahanatau perdagangan sehingga sedikit ditemukan benda-benda peninggalan sejarah atau artefak. Masa kepemimpinan kepala desa Kaliputih juga dapat kita jumpai dalam buku profil tersebut. Berikut urutan pejabat Kepala Desa Kaliputih beserta masa jabatannya:

(2019-sekarang) Asumsi saya, mungkin karena terbatasnya akses informasi dan latar belakang yang dimiliki Desa Kaliputih sebagaimana yang tertulis dalam buku profil di ataslah yang menyebabkan banyak masyarakat kurang mengetahui cerita-cerita yang ada di balik Desa Kaliputih

31
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Jasem (1940-1949)
Lasiman (1949-1975)
Sanliyas (1975-1986)
Muslichin BA (1986-1994)
Sukimin (1994-2002)
Mukhlisin (2002-2007)
Sukimin (2007-2013)
Ngadiman (2013-2019)
Ngadiman

itu sendiri. Oleh karenanya, semoga rangkaian satu kesatuan paragraf dalam buku ini dapat menjadi salah satu media terbingkainya sejarah dan cerita yang ada di Desa Kaliputih. ***

32

Mbah Abdul Karim Ilustrasi oleh Farah Firdausi

33

SANG PENJAGA IMAN

JAnfal Firas Cakra Karnadi & Nanda Raffi Pramudya ika kamu pergi ke makam Si Aglik di Dusun Jogomertan, Kaliputih, maka kamu akan menemukan 6 makam yang di cungkup atau diberi atap untuk melindungi makam tersebut. Di bagian paling barat dari cungkup tersebut terdapat satu makam istimewa, yaitu makam Mbah Jaganiman atau Mbah Abdul Karim. Sebenarnya siapa sih Mbah Jaganiman atau Mbah Abdul Karim tersebut? Baiklah, di sini akan kami ceritakan tentang tokoh tersebut, di mana cerita ini bersumber dari pernyataan sesepuh desa dan para tokoh masyarakat. Mbah Abdul Karim atau yang memiliki nama asli MbahJaganimanadalahseorangulamayangberasaldari Tunjungmeru, Kuwarisan. Nama Jaganiman sendiri memiliki arti ‘menjaga iman’ yang menandakan bahwa beliau adalah seorang tokoh yang berperan dalam menjaga iman atau mendakwahkan agama Islam kepada masyarakat. Berdasarkan pernyataan beberapa orang, Mbah Jaganiman biasa memakai tutup kepala berwarna putih. Beliau memiliki rambut ikal dengan muka yang bersih tanpa kumis dan jenggot, perawakan beliau tidak gendut juga tidak kurusdan tidak tinggi juga tidak pendek,

34

melainkan Mbah Jaganiman memiliki tubuh yang sedang atau ideal.

Beliau bukanlah ulama sembarangan, melainkan beliau memiliki karomah yang sangat luar biasa. Munculnya karomah tersebut bermula dari pembangunan Masjid At Taqwa atau yang sekarang dikenal dengan Masjid Jami’ Al Karim. Masjid Jami’ Al Karim adalah masjid karesidenan atau masjid yang dibangun atas perintah presiden. Perintah pembangunan masjid tersebut bebarengan dengan masjid yang ada di Karang Anyar. Pada saat pembangunan Masjid Jami’ Al Karim, sokoguru atau tiang tengah yang menjadi tonggak masjid tersebut berasal dari kayu yang diambil dari hutan di Tirtomoyo.

Singkat cerita, pada saat pohon yang akan menjadi soko guru tersebut sedang ditebang dan mulai terpotong sebagian, pohon tersebut kembali utuh sehingga pohon tersebut tidak bisa ditebang. Mendengar kabar tersebut, Mbah Jaganiman segera mengambil tindakan dengan menunggu dan mendoakan pohon tersebut, lalu pohon tersebut ditebang kembali dan akhirnya bisa tumbang. Seiring berjalannya waktu, pembangunan Masjid At Taqwa pun selesai. Namun, di masa mendatang Masjid At Taqwa kurang diperhatikan dan dirawat sehingga lambat laun menjadi rusak. Melihat hal tersebut, seorang tokoh masyarakat bernama H.

35

Muhammad Danuri menjadi prihatin dan mengajak para masyarakat sekitar untuk turut serta merawat Masjid At Taqwa tersebut. Akan tetapi, respon warga terhadap ajakan tersebut kurang baik.

Ada warga yang malah berkata, “Lah, itu bukan masjid kita. Itu kan masjid negara, ya negara yang ngurusi.”

Mendengar perkataan tersebut, H. Muhammad Danuri pun berkata, “Wisss… iki udu masjide negoro, udu masjide sopo-sopo. Iki masjide wong Islam. Kalau merasa umat Islam, ada masjid mari kita openi.” (Sudah… ini bukan masjidnya negara, bukan masjidnya siapa-siapa. Ini masjidnya orang Islam. Kalau merasa umat Islam, ada masjid ya mari kita rawat).

Melalui sebab itu, Masjid At Taqwa diganti namanya menjadi Masjid Jami’ Al Karim, dengan maksud semata-mata untuk mengenang dan menghargai jasa Mbah Jaganiman atau Mbah Abdul Karim sebagai orang yang telah memimpin pembangunan masjid tersebut. Konon ceritanya, Masjid Jami’ Al Karim menjadi sebuah masjid yang keramat, pasalnya dahulu ada yang tidur di soko guru dan ketika bangun tiba-tiba sudah berpindah posisi di kamar mandi. Wallahua’lam Bish-Showab.

Di Desa Kaliputih terdapat sebuah dusun bernama Jogomertan. Nama Dusun Jogomertan memiliki arti “jogone gegremetan” atau untuk menjaga daerah tersebut

36

sangat sulit, sehingga dikatakan “gegremetan”. Namun, ada pendapat lain berupa nama Jogomertan diambil dari nama Mbah Jaganiman karena dahulu beliau sangat berjasa di daerah tersebut. Dahulu, Mbah Jaganiman berjasa dalam menjaga daerah Jogomertan dari serangan musuh yang berasal dari Lundong. Para warga bersama Mbah Jaganiman menyerang para musuh hanya dengan bersenjatakan tanah yang dikepal yang dileparkan ke musuh. Namun, Mbah Jaganiman memiliki senjata yang digunakan untuk memberantas para musuh, senjata tersebut adalah Kudi. Kudi merupakan senjata seperti golok dengan bagian pangkalnya yang melebar membentuk setengah lingkaran. Dari pernyataan salah satu sesepuh desa, ketika kudi dilemparkan maka ia akan terus mencari musuhnya sampai dapat dan jika sudah mendapatkan korban, maka kudi tersebut akan kembali ke Mbah Jaganiman. Ketika kudi kembali dengan berlumuran darah, maka tandanya kudi tersebut sudah selesai menjalankan tugasnya dalam memberantas musuh dan

37

siap untuk dilemparkan kembali jika ada musuh yang harus diberantas lagi.

Mbah Jaganiman wafat sekitar tahun 1947 dan dimakamkan di makam Si Aglik, Desa Kaliputih. Hal tersebut mendorong rasa ingin tahu kami dan menghadirkan pertanyaan dari kepala kami. Mengapa jasad beliau tidak dimakamkan di tempat asalnya sendiri di Tanjungmeru, tetapi malah dimakamkan di desa Kaliputih? Berdasarkan pernyataan salah satu sesepuh desa, Mbah Jaganiman pernah berpesan: “Aku mbesok nek mati mohhh dikubur nang bumi Tunjungmeru.” (Aku besok kalau meninggal tidak mau dimakamkan di tanah Tunjungmeru).

BelumadaalasankuatmengapaMbahJaganiman menyampaikan pesan seperti itu. Namun, setelah ditelusuri, ternyata dahulu tanah di Kuwarisan apabila digali akan mengeluarkan air, sehingga sulit untuk memakamkan jenazah di sana. Terkait dengan penempatan jasad Mbah Jaganiman di makam Si Aglik DesaKaliputihituterdapatbeberapaversi.Versipertama, ketika Mbah Jaganiman meninggal jasad beliau diperebutkan oleh beberapa orang dan yang memenangkan perebutan jasad tersebut adalah Glondongyang berasal dari Kaliputih. Makadari itu, jasad Mbah Jaganiman dimakamkan di Kaliputih. Versi lain menyatakan bahwa jasad Mbah Jaganiman diperebutkan

38

oleh empat desa, yaitu Kaliputih, Kuwarisan, Tunjung Seto, dan Pekunden. Guna mengakhiri perebutan jasad tersebut, maka dilakukan lotre atau pengundian dan akhirnya yang terpilih dari pengundian tersebut adalah Desa Kaliputih, sehingga jasad Mbah Jaganiman dimakamkan di Desa Kaliputih. Mbah Jaganiman adalah ulama yang sangat luar biasa, sehingga wajar saja jika jasad tersebut diperebutkan oleh banyak orang karena jika ada ulama ataupun wali yang meninggal dan jasadnya dimakamkan di suatu tempat, maka tempat tersebut dapat menjadi lebih barokah atas seizin Allah SWT. Semoga Desa Kaliputih mendapatkan barokah dari Allah melalui perantara Mbah Jaganiman dan para orang sholeh di sana. Aamiin… ***

39
40

SENDANG BEJI: TAPA KUNGKUM JAKA SANGKRIB

Farah Firdausi, Maria Ameylia Trisna Murti, dan Anfal Firas Cakra Karnadi

Mengenal Jaka Sangkrib

Berbicara mengenai Kebumen rasanya kurang lengkap apabila kita tidak menceritakan Jaka Sangkrib atau yang kita kenal sebagai Arung Binang 1 tentu tidak bisa lepas dari sejarah Kota Kebumen itu sendiri. Kisah yang tertuang dalam tulisan ini bersumber dari buku catatan Serat Arung BinangJilid1yangditerjemahkandalamtulisanlatinpada tahun 1986 serta beberapa cerita dari tokoh masyarakat sekitar. Dalam babad Aroeng Binang, Jaka Sangkrib merupakan putra dari Pangeran Puger (Pakubuwana I) dan Nyai Puger dari Kesultanan Mataram yang kemudian diasuh oleh Kyai Hanggayuda. Mengutip penjelasan dari Paguyuban TrahAroeng Binang (PATRAB), jika ditelusuri dari segi silsilahnya, Putra Nyai Ageng bernama Wergonoyo, Demang di Mirit memiliki dua anak perempuan yang mana putri pertama menjadi istri dari Kyai Hanggayuda dan putri kedua diperistri oleh

41

Pangeran Puger. Dari pernikahan Pangeran Puger dengan Nyai Puger inilah kemudian melahirkan seorang putra bernama Jaka Sangkrib dan kemudian diangkat anak oleh Kyai Hanggayuda. Jaka Sangkrib Si Jaka Gudig Dahulu, Jaka Sangkrib hidupnya cukup sengsara karena terserang penyakit kulit yang menyebabkan tubuhnya dipenuhi oleh nanah dan mengeluarkan bau yang kurang sedap. Oleh sebab penyakit kulitnya ini, orang-orang menjadi enggan untuk mendekat, tak terkecuali sanak saudaranya sendiri sampai-sampai ia tidak diperbolehkan lagi tinggal di rumah. Siapa pun akan membuang mukanya ketika bertemu Jaka Sangkrib. Bukan karena sifatnya, melainkan karena bau anyir yang bersumber dari tubuhnya. Dengan dalih takut tertular,

42

mereka selalu berusaha menghindar dan menjauhinya, pemuda yang notabenenya baik hati dan suka menolong. Bahkan tak sedikit pula yang mengolok-olok Jaka Sangkrib. Segala penderitaan ia jalani dengan penuh prihatin. Siang dan malam ia selalu memohon kepada Allah untuk segera mengangkat penyakitnya itu. Hanya tersisa pasrah, semua ia serahkan kepada Allah. Jaka Sangkrib sudah berada di titik legawa, apa pun yang terjadi padanya sekali pun ia harus meninggal dunia, selagi penyakit beserta penderitaannya sirna, bukanlah masalah baginya. Suatu hari, karena tidak tahan dengan penyakit yang dideritanya serta perlakuan yang ia terima, akhirnya Jaka Sangkrib memberanikan diri untuk meninggalkan rumah dan pergi ke dalam hutan dari yang sebelumnya ia tinggal dan tidur di tempat sembarang seperti di bawah pohon pisang, emperan di kendang sapi, dan tempat tersembunyi lainnya.

Bertapa Selama 40 Hari

Di dalam hutan, Jaka Sangkrib menemukan sumber mata air atau sebut saja sebuah sendang yang airnya bening. Tanpa pikir panjang, ia pun masuk ke dalamnya untuk berendam dengan harapana bisa mendapatkan kesembuhan. Usaha yang dilakukannya

43

tersebut tentu tidak langsung membuahkan hasil. Setiap malamiaberendamdansiangiagunakanuntukberjemur. Guna memenuhi kebutuhannya, ia hanya makan dari buah dan dedaunan yang ada di hutan. Selama proses panjangnya itu, Jaka Sangkrib pernah hampir menyerah dan putus asa. Namun, tidak semudah itu untuk menyerah. Jaka Sangkrib berendam kembali sembari bertapa dan memohon belas asih dari Tuhan. Setelah 40 hari lamanya, akhirnya usaha tidak mengkhianati hasil. Penyakit yang diderita Jaka Sangkrib perlahan menghilang. Pagi harinya, seluruh bekas lukanya benar-benar hilang tak tersisa dan sembuh total.

Sendang Beji

Berdasarkan cerita dari Jaka Sangkrib tersebut, seiring berjalannya waktu, masyarakat setempat kemudian menjadikan sendang tersebut sebagai tempat yang disakralkan. Sendang inilah yang dikenal dan disebut Sebagian warga Desa Kaliputih dengan nama Sendang Beji. Mengenai penyebutan nama memang masih banyak versi yang berbeda. Ada yang mengatakan dinamakan Sendang Beji karena lokasinya berada di daerah yang bernama Kebejen. Ada pula yang

44

menyebutkan Sendang Kuwarasan karena konon airnya bisa membuat orang ‘waras’ atau sembuh. Sejarah Sendang Beji ini masih erat kaitannya dengan yang ada di Bulupitu. Konon ceritanya, ada tujuh pohon bulu di antaranya 6 pohon berada di Bulupitu, Tunjungseto dan 1 pohon berada di Sendang Beji yang ada di Samagedhe, Kaliputih. Berdasarkan pernyataan salah seorang –tokoh masyarakat setempat –di Sendang Beji yang ada di Kaliputih tersebut terdapat makhluk penunggu dengan ciri fisik tubuhnya ditutupi bulu hingga di atas hidung dan tidak memiliki kaki. Makhluk ini sudah sejak lama berada di sana.

Pasca Sembuh, Jaka Sangkrib Berguru Mencari Ilmu Setelah sembuh, Jaka Sangkrib memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke arah barat laut melalui wilayah pegunungan yang dikenal dengan nama Bulusapto atau Bulupitu. Kemudian ke arah utara melalui

45

lereng gunung karena pada saat itu pepohonan masih sangat banyak dan lebat. Langkahnya terhenti di Pesantren Bojong Sari, ia bertujuan ingin berguru dengan KyaiAhmadYusupyangdikenalmemilikiilmuyangtinggi. Namun, Jaka Sangkrib kembali dengan nama yang baru agar tidak dikenali orang-orang. Ia membuang nama kecilnya –Jaka Sangkrib –dan menggantinya dengan nama samara, yakni Surawijaya. Sebelum kembali ke Kutowinangun, seakan belum cukup dengan ilmu yang telah dikantongi sebelumnya, Surawijaya atau Jaka Sangkrib ini masih melanjutkan perjalanannya untuk mencari ilmu. Usai berguru dengan Kyai Ahmad Yusup, Surawijayamendapatpesanuntukmengabdidankembali ke Kutowinangun. Namun, sebelum kembali, Surawijaya melanjutkan perjalanannya menyimpang ke daerah selang dengan niat ingin berguru dengan Kyai Jahiman. Akan tetapi, tibanya ia di sana, Surawijaya malah ditolak karena Kyai Jahiman melihatnya sudah cukup “berisi”. Singkat cerita, ia meneruskan langkah kakinya. Gua demi gua dilewatinya hingga kakinya mengantarkan Surawijaya di Karangbolong tepatnya di dalam Gua Menganti untuk menyepi. Di sini ia memperoleh sebuah cemethi pusaka bernama Naga Geni langsung dari penguasa Gua Menganti, yakni Kyai Kerta.

46

Setelahitu,Surawijayamelanjutkanperjalanannya kembali menuju Hutan Moros. Hutan ini konon katanya merupakan kerajaan para demit. Pada malam harinya, Surawijaya diperlihatkan wujud tinggi besar bergigi putih berwajah menyeramkan. Ternyata makhluk tersebut merupakan nujum dari Kanjeng Ratu Kidul bernama Kumbang Ali-Ali. Nujum tersebut menyampaikan sebuah pesan kepada Surawijaya, bahwa kelak ia akan menjadi orang yang dekat dengan raja dan memiliki pangkat tinggi. Selain itu, Surawijaya pun diajari aji pemetik oleh Kumbang Ali-Ali yang dapat dimanfaatkannya ketika membutuhkan pertolongan.

Menikah Batin dengan Dewi Nawnagwulan

Tidak hanya berhenti sampai sana, setelah sebulan berlalu, Surawijaya masih melanjutkan perjalanannya menuju Bukit Bulupitu, istana Dyah Ayu Dewi Nawangwulan, salah satu keluarga dari penguasa pantai Selatan –adik Dewi Nawangningrat, ratu lelembut laut Selatan. Pertemuan dengan Dewi Nawangwulan tersebut cukup menggoyahkan pertapaan Surawijaya. Ia tahu bahwa Dewi Nawangwulan bukan dari bangsa manusia, maka segala perasaannya ia serahkan kepada Allah. Pada akhirnya, Surawijaya diceritakan menikah batin (ghaib) dengan Dewi Nawangwulan.

47

Gelar Arung Binang I

Selama mengembara dan bertapa, Surawijaya telah dibekali banyak kesaktian dan ilmu pengetahuan. Mulai dari dapat menyembuhkan penyakit secara tibatiba, mendapatkan wangsit dan wejangan, hingga mendapatkan kesempatan bisa berdialog dengan roh-roh halus. Setelah ia memperistri Dewi Nawangwulan, Surawijayamenghentikanmasapertapaannyadan mulai mencari jalan untuk bisa menjadi prajurit berpangkat tinggi seperti yang disampaikan Kumbang Ali-Ali sebelumnya dan berniat untuk mengabdikan diri kepada raja serta pulang kembali ke orang tuanya.

Agar bisa pulang, Surawijaya mencari perhatian kepada para prajurit yang sedang berjalan menuju ke keraton dengan menghadang dan merampas upeti-upeti yang dibawa. Dengan begitu, Surawijaya ditangkap dan

48

turut dibawa ke Mataram. Di sana ia bertemu dengan orang tuanya dan mengaku bahwa Surawijaya adalah Jaka Sangkrib. Singkat cerita, ia diutus untuk memimpin peperangan penumpasan pemberontakan di Banymas. Setelah berhasil dan menang, ia akhirnya pulang dan diangkat menjadi mantri gladhag dengan gelar Kyai Hanggawangsa. Selesai memimpin banyak peperangan dan menang, Jaka Sangkrib kemudian kembali ke Kutawinangun dengan gelar baru, yakni Kanjeng Raden Tumenggung Arung Binang I. ***

49

Bingkai 2: KALIPUTIH DAN CERITANYA

50

Nurantika Umi Wijayanti

“Tidak apa menjadi seliar-liarnya, asal selalu ingat rumah tempat pulang. Tidak apa pula merantau sejauh-jauhnya, tapi sesekali kirimlah pesan, ‘Hai, apa kabar?’”

51

SFarah Firdausi aya selalu meyakini bahwa setiap detik yang kita lewati di dunia ini pasti terjadi atas izin Tuhan. Tiada kata kebetulan. Semua telah tersusun rapi dalam skenario-Nya. Melalui tulisan ini, izinkan saya untuk menceritakan kembali seonggok kisah yang belum tentu dapat terulang kembali di kemudian hari. Kisah yang memberikan banyak pelajaran dan saya rasa akan menjadi sebab tawa kecil itu terdengar kala ‘kami’ duduk melingkar bersama (lagi). Pun tentunya kisah yang akan kami simpan baik-baik dalam kotak memori. Namun, saya tidak akan menyimpan memori itu sendirian. Akan dengan senang hati saya bagikan melalui narasi yang sudah saya tuliskan di sini. Narasi yang tercipta atas apa yang saya lalui dan rasakan tentunya. Bersyukur: Partner KKN Terbaik

Bermuladarisebuahpertemuanyangtidakpernah terlintas dalam benak saya. Pertemuan yang tidak pernah direncanakan sebelumnya bahkan terjadi atas dasar sebuah kewajiban yang harus kami jalankan sebagai mahasiswa semester tua. Ya, sebut saja KKN –Kuliah Kerja Nyata. Menurut saya, KKN bukan hanya sekadar

52 90
HARI BERSAMAMU

mata kuliah yang wajib ditempuh, melainkan esensi dari KKN itu sendiri yang saya lihat adalah sebuah peluang bahkanwahanabagikami,paramahasiswa,untukbelajar mengenai banyak hal. Terutama dalam hidup bermasyarakat. Tentang bagaimana kami dapat mengurai permasalahan yang ada di masyarakat, bagaimana kami membangun hubungan dengan orang dan organisasi sekitar, bagaimana kamidapat menata diri dan mengelola perbedaan yang dijumpai, bagaimana kami dapat membangun empati serta kepedulian terhadap masyarakat, serta tentang bagaimana kami meredamegodanmengelolaemosimasing-masinguntuk bisa berjalan seiringan menuju garis finish yang sama. Setelah (hampir) genap dua tahun melawan gejolak kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, sudah saatnya kami keluar dari sangkar dan kembali menghirup udara segar. Taman Randu, barat Gedung Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menjadi titikawalbersatunyasembilanpersepuluhkepaladengan buah pikirnya masing-masing –yang satu masih di kampung halaman. Sepuluh manusia dengan latar belakangberbedaseakandipaksatinggalbersamadalam satu atap selama tiga bulan, tidak lain dengan tujuan untuk mengabdi. Terus terang saja, salah satu hal yang paling saya takutkan dan khawatirkan perihal KKN selain lokasi

53

adalah tentang siapa yang akan menjadi pertner selama pengabdian. Namun, seketika ketakutan itu hilang begitu saja setelah bertemu dengan mereka. Iya, mereka. Bolehkah aku mendeskripsikannya melalui kacamata saya? Karena saya juga ingin kalian tahu betapa manusia-manusia ini sangat baik dan keren. Tentu banyak hal baru yang didapatkan. Banyak hal positif yang bisa serap. Mungkin akan terdengar lucu dan berlebihan. Maaf ya, kalau terkesan lebay. Saya juga tidak keberatan jika ada yang tidak setuju dengan yang saya tuliskan setelah ini mengenai mereka karena faktanya memang seperti itu yang saya lihat dan rasakan selama bersama sembilan manusia yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Banyak yang saya pelajari dari masing-masing karakter mereka meskipun saya belum sepenuhnya mengenal mereka. Tiga bulan ternyata masih kurang.

Kami biasa memanggilnya Hani. Sekalipun dirinya selalu menolak akan statusnya yang tertaut di sistem. Sekalipun dirinyajugarelajika status “ketua” dipinang oleh yang lain. Gapapa ya, Han? Tetap tenang. Kami ada di belakangmu kok. Hehe. Sebentar lagi juga selesai. Hanifah, Pendidikan Bahasa Jerman

54

Bahkan ketika kamu sudah membaca ini, artinya kamu sudah selesai meminang status itu, bukan?

Hanifah: Si paling ich liebe dich, si paling gasuka sayur, si paling anti sama ulet, si paling coklat addict, si paling sambutan, si paling mengabadikan momen, si paling wanita karir, si paling ijo dominan bajunya, si paling tidur harus mojok tembok, si paling anak senja, si paling SalPriadi,sipalingapalagiya?Haniiniadalahsalahsatu rekan lembur saya di posko, rekan sesama Bantul pride, dan mungkin juga salah satu yang paling sering saya hubungi dan mintai pendapat. Saya banyak belajar darinya. Terutama perihal ikhlas. Legawa. Hani sering bilang pada saya kalau dia selalu diberi wejangan dari ibunya tentang itu. Bahwa apa yang kita punya sekarang itu hanyalah titipan. Akan ada masanya titipan itu diambil lagi oleh pemiliknya, Sang Khaliq. Dan perempuan yang sayakenal kuat dan hebat ini telah memegang erat pesan ibunya. Terbukti dari hal-hal tak terduga datang menimpanya ketika KKN. Mulai dari laptopnya yang dua kali jatuh sakit di tengah-tengah hectic dan riuh isi kepala sampai harus menerima kenyataan bahwa sejuta momen sekali seumur hidup yang ia tangkap dalam ponselnya harus hilang dalam kedipan mata. Ia selalu berusaha

55

meyakinkan dirinya bahwa ya memang jalannya seperti ini, tidak ada gunanya juga untuk meratapi. Ikhlas yuk!

Anfal Firas Cakra Karnadi. Kami memanggilnya Anfal. Sepertinya dia adalah salah satu di antara tiga laki-laki di kelompok KKN yang paling sering kena omel kami, para kaum hawa. Haha. Ini lucu. Rasa-rasanya seperti sedang bermain peran dalam sinetron “Dunia Terbalik” season 2. Anfal: Si paling ngopi tiap pagi, si paling Lampung pride, si paling nggak pernah buka WhatsApp, si paling slebew, si paling lupa naruh kunci, si paling slobor, si paling ngerendem baju berhari-hari, si paling setting alarm subuh pake instrumen marching band, si palingsukamotoran,sipalingsantuy,sipalingditungguin, si paling apa lagi ya? Oh, iya. Anfal adalah si B yang saya maksud di awal tadi. Iya. Dia yang paling tertarik dengan sejarah itu secara tidak langsung sudah banyak membantu dalam proses penyusunan buku ini. Dia yang paling semangat untuk bersilaturahmi ke tokoh masyarakat untuk bisa menggali banyak informasi dan cerita unik. Sekalipun Anfal kaminilai sebagai yang paling lama dalam persiapan, sekalipun Anfal yang paling sering

Anfal, Pendidikan Jasmani, Kesehatan, & Rekreasi

56

mendapatkan omelan dari para kaum hawa, tetapi saya akui, ketika sedang mengerjakan sesuatu justru ia ingin selalu melakukannya dengan totalitas tanpa batas. Jangan setengah-setengah, apalagi kalau dalam hal kebaikan. Darinya saya juga belajar perihal jangan takut untuk mencoba. Gas aja dulu!

Nanda Raffi Pramudya. Sebagian besar memanggilnya Raffi, sebagian kecil lainnya memanggilnya Nanda. Dan sayaadapadasebagiankecil itu. Nanda: Si paling ambis, si paling hooh tenan, si paling sering nglindur, si paling susah ditebak, si paling banyak ingin tahu, si paling takut boncengin cewek, si paling semangat magang, si paling apa lagi ya? Kalau si B adalah Anfal, maka si A itu adalah Nanda. Ya. Dia yang membantu meyakinkan saya untuk bisa melahirkan buku ini dengan proses panjangnya. SepertinyaNandayangmenjadiorangpertamapenyebab buku ini akhirnya ada dengan waktu yang sebenarnya bisa dibilang singkat. Nanda yang saya lihat tipe orang yang cepat dan mau belajar. Ide-idenya cukup liar. Dan cukup terimbangi dengan effort usahanya yang keren.

Nanda Raffi, Fisika

57

Nggakadasalahnyabuatmencoba,bukan?Darinyasaya belajar untuk selalu mempertimbangkan dengan baik langkah-langkah yang hendak kita ambil. Entah dari tenaga, risiko, materi, atau faktor lainnya yang bisa menjadi penghambat.

Labaika Wulan Prima Kusuma. Kami memanggilnya Lala, tapi dia kurang suka jika ada penekanan ‘k’ di akhir namanya. Hehe maafkan ya La, karena sayasering begitu. Lala: Si paling homesick, si paling nggak bisa lembur, si paling tidur cepet, si paling pelor, si paling suka ngomeldi kamar, si paling matematika, si paling Klaten pride, si paling minum susu setiap pagi, si paling detail masalah keuangan, si paling apa lagi ya? Kami satu ruangan tempat tidur, bareng Antik dan Aul. Saya bisa melihat bahwa ia termasuk sangat dekat dengan keluarganya. Secara tidak langsung, saya juga belajar banyak darinya. Belajar untuk selalu menyikapi sesuatu dengan tenang dan tidak grusah-grusuh. Kalau ada yang simple, ngapain harus ngribetin diri sendiri. Kurang lebih seperti itu yang sayalihatdarinya.Hehe. Belajaruntukbodoamatdengan

Lala, Akuntansi

58

hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan diri kita, yang justru berpeluang merugikan diri sendiri. Belajar memanajemen keuangan dengan baik. Keren sih, dia selalu mencatat setiap pemasukan dan pengeluarannya selama KKN di buku agenda warna kuningnya itu.

Pokoknya banyak hal positif yang saya dapatkan dari Lala. Oh iya, kalau kalian mampir di Instagram kami (@kknkaliputih2022), ini nih salah satu admin dan yang ngelola konten-kontennya.

Nurantika Umi Wijayanti. Orangnya antik seperti namanya, Antik. Hehe.. bercanda. Satu-satunya yang tinggal di Jogja lantai dua. Antik: Si paling oreo, si paling sumringah, si paling GK pride, si paling pelor, si paling ga tahan kantuk, si paling bu guru biologi, si paling rajin ngisi botol minum temennya, si paling purple, si paling lupa nutup pintu kamar, si paling wanita karir, si paling anti wacana, si paling rica ayam, si paling exited buat cerita, si paling apa lagi ya? Masih satu ruangan tempat tidur. Hujan – Jourdy Pranata adalah playlist yang paling sering diputar. Katanya mau dijadikan goal KKN, harus hafal liriknya. Tetapi, belum selesai

59
Antik, Pendidikan Biologi

menghafal,dirinyasudahdipertemukandenganjudullagu baru lainnya. Entah mengapa, saya selalu tertarik mendengar Antik bercerita. Cerita tentang guru pamongnya di sekolah yang baiknya seperti malaikat, cerita tentang kelucuan tingkah muridnya, atau sekadar cerita yang ia dapatkan dari internet. Positive vibes dan pembawaannya yang menyenangkan membuat siapa saja nyaman berada di dekatnya. Dan itu yang saya lihat dari seorang Antik.

Auliya El Ihsani. Dia kami panggil Aul. Elsa juga bisa, katanya. Pikirku pertama membacanamanyapadasistem, Auliya El Ihsani ini adalah lakilaki. Hehe.. Aul: Si paling receh, si paling overthinking, si paling percaya diri, si paling tiba-tiba ketawa tanpa sebab, si paling nggantung kalo ngomong, si paling gas kalo di ajak pergi, si paling klarifikasi, si paling pecel, si paling tidur dalam keadaan HP masih dalam genggaman, si paling nggak mau keluar kamar pertama, si paling nggak bisa tahan ketawa, si paling apa lagi ya? Masih dengan teman satu kamar. Saya juga banyak menerima kebaikan-kebaikan darinya. Dan kita sama-sama banyak menemukan

Auliya, Biologi

60

kebiasaan baru selama di Desa Kaliputih. Sama-sama pertama kali ikut tahlil-an, pertama kali ikut membaca kitab al barzanji, dan pertama kali lainnya. Darinya saya mendapatkankebiasaan-kebiasaanbaruyang baik,salah satunya membaca al-ma’surat tiap pagi dan petang. Bareng Lala juga. “Nggak papa. Setia pada kesulitan pasti ada kemudahan. Nggak papa, Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai kemampuannya. ” Itu jawaban yang selalu Aul berikan ketika saya atau yang lain mulai putus asa dengan keluhannya.

Maria Ameylia Trisna Murti. Kami memanggilnya Maria. Di mana ada yang lembur, di situ pasti ada Maria. Maria: Si paling lembur, si paling deket sama anak paud, si paling suaranya bagus, si paling ngerti wayang, si paling jamnya banyak, si paling sedikit bicara, si paling apa lagi ya? Maria adalah salah satu teman lembur saya. Maria juga bsedikit banyak membantu dalam penyusunan buku ini. Bahkan jadi kontributor pertama yang sudah menyelesaikan tulisannya. Nanti di halaman berikutnya kalian juga akan menemukan puisinya. Maria yang saya

Maria, Psikologi

61

lihat adalah wanita kuat. Ia selalu berusaha yang terbaik untuk orang lain hingga lupa berbaik dengan dirinya sendiri. Memprioritaskan dirinya sampai lupa akan prioritasnyasendiri. Sayabelajardarikegigihannyadalam mencapaisesuatudanitukeren. Kamiberbeda,tapitidak dapatdipungkiribahwasayabelajarjugadaricaranyataat dalam beribadah. Bayangin deh, dia harus menempuh 30 menit untuk bisa sampai ke gereja setiap pekannya, sendirian. Kalaupun terkendala untuk berangkat, hadir daring menjadi solusinya. Tidak ada alasan untuk tidak taat. Terima kasih Maria yang selalu menawarkan bantuan di tengah kesibukannya.

Tiara Ganesh Ayu Meilinar. Kami memanggilnya Ganesh, tapi sebagian lainnyayangadadiDesa Kaliputih mengenalnya sebagai Tiara. Termasuk adik-adik yang hampirsetiaphari bertemudengan mas mbak KKN. Ganesh: si paling jago masak, si paling usil, si paling nyimpen foto aib temen-temen, si paling malak iuran kas KKN, si paling atlet, si paling nggak bisa tidur tanpa kipas, si apa lagiya?Sayayangkurangbisamemasaksangatterbantu dengannya di jadwal piket saya. Masakannya enak. Yang

Ganesh, Ilmu Keolahragaan

62

saya suka dan salut dari sosok Ganesh adalah ia selalu berusaha mencari celah untuk tidak berlarut dalam kesedihannya atau pikirannya yang sedang berantakan. Ia tau dirinya dan bagaimana mengantisipasinya. Celah untuk dirinya dan celah agar orang lain tidak mengetahuinya. Ya. Saya belajar darinya untuk bisa lebih mengenal diri sendiri.

Muhammad Taufiq Ridho. Kami memanggilnya Taufiq: Si paling nggak mau ribet, si paling jago nyambel, si paling dipanggil ndut, si paling ambis, si paling banyak bawaan bajunya, si paling laundry, si paling apa lagi ya? Sepertinya tidak ada banyak kata di paragraph ini. Jujur saya mulai kehabisan kata. Yang jelas, darinya saya belajar untuk beranimenjadibeda.Beraniuntuk speak-up,beraniuntuk jujur pada apa yang sedang dirasakan sebenarnya. Dalam sebuah kelompok seperti memang membutuhkan orang dengan tipe seperti Taufiq, yang berani menyampaikan di muka. Fakta menariknya adalah Taufiq sejakawalbukanbagiandarikelompok3305-1melainkan sistem yang mengubahnya. Dan saya rasa kehadirannya sangat cukup untuk melengkapi kami.

Taufiq, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum

63

Ah, benar kan! Semakin ke sini semakin menipis kosa kata yang saya punya untuk bisa mendeskripsikan kalian. Sudah ya. Maaf untuk yang ada di barisan terakhir karenakalianyangharuskenaimbasnyaatas menipisnya stock kata saya. Namun, terlepas dari itu semua, kalian adalah partner KKN terbaik yang pernah saya temukan. Bagi saya, kalian telah menjalakan peran kita dengan baik. Tidak lebih juga tidak kurang. Ada banyak hal yang ingin saya tuliskan tetapi mungkin bukan pada kesempatan ini. Bukan di buku ini dan bukan di judul ini. Mungkin setelah ini akan ada cerita baru atau cerita lama yang belum sempat tertuang dalam buku ini. Nanti ya, karena saya akan jadi orang pertama yang menantikan cerita-cerita baru itu, bersama orang yang sama.

Perbedaan yang Melengkapi

“Telung wulan, Mbak? Suwi men, yak?” (Tiga bulan, Mbak? Lama juga, ya…) Celetuk seorang ibu dengan logat khasnya. Tampak dari mimiknya, ia cukup terkejut dan terheranheran mendengar jawaban kami saat ditanya, “Berapa lama KKN di sini, mas-mbak?” Jangankan beliau, kami pun juga demikian ketika Surat Edaran tentang pelaksanaan KKN UNY tahun 2022 sampai ke tangan kami. Tiga bulan bukanlah waktu yang singkat. Banyak penyesuaian yang harus dijalani,

64

perbedaan yang harus ditoleransi, hingga konflik yang harus dikompromi. Mulai dari penyesuaian dengan budaya yang ada di lokasi setempat juga budaya yang kami bawa masing-masing. Kami datang dari pijakan tanah yang berbeda. Dan perbedaan itulah yang menjadi satudiantarabanyakhallainyangmenarikuntukdibahas selanjutnya.

“Mengko bali KKN lak dadi ngapak le ngomong,” (nanti setelah pulang dari KKN pasti ngomongnya jadi ikut ngapak) Canda ibu saat mengetahui lokasi mengabdi kami. Kota Kebumen yang ada di Jawa Tengah itu memang diketahui menggunakan Bahasa Ngapak dalam kehidupan sehari-harinya. Logatnya khas dan mudah untuk dikenali. Namun terkadang perlu waktu untuk mencernanya karena ada beberapa penekanan dan diksi yang cukup asing di telinga.

Ada fakta menarik tentang bahasa Ngapak. Konon katanya, bahasa Ngapak disebut sebagai bahasa Jawa Asli. Bahasa Ngapak juga tidak memedulikan status social dan cenderung lebih blak-blakan. Jadi ketika ada perkumpulan bersama karang taruna setempat saat itu, hal ini yang cukup mengejutkan untuk saya. Karena tidak ada tingkatan bahasa dalam Ngapak. Dalam percakapan sehari-hari ya bahasa yang digunakan adalah Ngapak

65

yang sama. Tidak ada Ngapak alus, ngoko atau apa pun itu. Menarik bukan?

Awalnya saya setuju dengan candaan ibu waktu itu. Bahasa Ngapak akan perlahan menjajah lidah kami. Namun, kenyataannya tidak hanya ngapak melainkan Jawa Timuran pun ikut menjajah kami. Mungkin selama

tiga bulan itu kami bisa juga membuat kamus Pengabdi Jam. (Anyway, pengabdi jam adalah julukan yang kami buat untuk kami sendiri. Pokoknya ceritanya panjang dan yang pasti julukan itu masih tersemat pada nama grup kami. Oke, kembali ke topik.) Banyak sekali kosa kata baruyangterdengar.Mulaidari jeding, slobor sampaikata yang sama tapi ternyata punya beda arti, seperti kata mari.

Berbicara tentang perbedaan. Saya melihat perbedaan yang ada di tengah-tengah kami justru turut

66

mewarnai perjalanan KKN kami. Bersyukur tidak ada konflik yang berarti terjadi di tengah kami. Kalau masalah perbedaan pendapat itu sudah biasa dan memang wajar kehadirannya. Tapi perbedaan-perbedaan itu selalu berhasil kita kompromi bersama. Mulai dari perbedaan bahasa yang selalu menjadi topik favorit kami ketika duduk melingkar dan makan bersama. Jangankan beda daerah beda bahasa, sama sama Jogja dan sama-sama Bantul saja banyak perbedaan bahasa. Perbedaan cara masakjugakadangmenjaditopikobrolanbarusetiappagi dan sore. Perbedaan cara ngepel, cara cuci baju, cara tidur, dan masih banyak perbedaan lainnya yang mungkin belum pernah kita temukan sebelumnya. Tidak ada yang merasa terpojokkan atau dipojokkan. Semua melebur jadi satu. Bukan lagi tentang aku atau kamu, melainkan tentang kita. Saya selalu meyakini bahwa masing-masing dari kita memilikiperannya.Setiap peranjuga punya porsi dan takaran. Bisajadi sayabelum tentu bisamengambil peran si A, si A belum tentu bisa mengambil peran si D dan begitu seterusnya. Masing-masing peran bertemu untuk bisa saling melengkapi, saling belajar, juga saling berbagi pengalaman.

67
***
68

SALAM DARI SI KECIL

HAnfal Firas Cakra Karnadi ari pertama KKN di Desa Kaliputih rasanya bisa kunobatkansebagaihariyangsangatmelelahkan. Pasalnya, saat itu ketika tiba di posko KKN, aku bersama teman-teman langsung memasukkan barang yang kami bawa dari Jogja ke dalam. Tak hanya itu, Pak Pairan –pemilik rumah –yang juga turut mengulurkan tangannya untuk membereskan rumah tersebut yang di dalam salah satu kamarnya terdapat 12 karung beras ukuran 50 kg yang harus kami pindahkan agar rumah tersebut dapat kami jadikan posko KKN di Desa Kaliputih. Lelah rasanya tubuhku dan aku pun memutuskanuntukberistirahat.Taklamakemudiansurya pun tenggelam dan azan Maghrib berkumandang, lalu kulihat dari dalam posko para jemaah salat Maghrib berjalan menuju musala. Musala Al Amin namanya. Terdengar jelas lantunan puji-pujian yang indah dan penuh makna membuatku teringat pada saat tinggal di kampung halaman. Iqomah pun dikumandangkan dan aku bersama 2 kawan laki-lakiku bergegas menuju musala. Tampak terlihat dari luar masjid para jemaah sudah menempati safnya dan memulai salat, lalu aku pun

69

masuk ke dalam dan segera bergabung dengan jemaah salat tersebut.

Tak ada yang aneh pada salat Maghrib itu, tapi pada saat akan memulai salat pandanganku tertuju kepada seorang anak kecil menggemaskan yang menoleh ke arahku sambil mengucap, “Wald-dloolliin… Aamiin.”

Hal tersebut membuat aku ingin mendekati anak kecil itu,tetapi sayang keinginan itu harus kutahan karena aku harus segera melaksanakan salat sebelum tertinggal oleh imam. “Assalamu’alaikum warohmatullah … Assalamu’alaikum warohmatullah…” Salam telah diucapkan pertanda salat Maghrib itu telah usai.

Dari saf kedua, kuperhatikan kembali anak kecil menggemaskan yang ada di saf paling depan. Kulihat dia mengulurkan tangan kepada Pak Kyai yang menjadi imam, mengajak beliau untuk bersalaman. Kemudian dilanjutkan bersalaman ke bapak di sebelah kanan dan kirinya. Saat itu kupikir dia akan langsung duduk kembali ataupulangmenujurumahnya.Namun,ternyatapikiranku itu salah karena dia malah keliling untuk bersalaman dengan seluruh jemaah putra di musala itu. Tiba saatnya tanganku menyentuh tangan mungilnya, kupegang tangannya sambil kupandangi wajahnya dengan penuh senyuman. Tetapi apa yang kudapat? Hanya muka datar

70

dari bocah cilik itu yang kudapat. Sehingga aku hanya dapat bersikap biasa saja sambil berbicara di dalam hati. “Gak papa lah… Namanya juga anak kecil, lagi pula kita juga baru pertama kali bertemu.” Setelah selesai salat Maghrib itu aku bersama kawanku kembali ke posko KKN. Pertemuanku dengan bocah cilik tadi mungkin terlihat biasa saja oleh sebagian orang. Bahkan mungkin sebagian beranggapan tidak ada istimewanya. Namun, tidak bagiku. Nyatanya pertemuan pertamaku dengannya yang sangat singkat itu berhasil membuatku tidak bisa melupakannya. Masih terngiangngiang bahkan sampai tanggal 21 September 2022 tengah malam, tepatnya pukul 00:21 WIB. Sesampainya di posko, lepas berjemaah salat Maghrib,akubermainHPdiruangtengahposko.Bayangbayang bocah cilik itu sesekali melintasi pikiranku. Mendorong rasa ingin tahuku perihal namanya. Namun, tak lama kemudian azan Isya dikumandangkan dan aku bersama kawanku kembali ke Musala Al Amin untuk salat berjemaah. Tak terbayangkan sebelumnya bahwa aku kembali menjumpai bocah cilik tadi dan dia berada di saf pertama dengan posisi yang sama seperti di salat Maghrib tadi. Lagi-lagi tak terbayangkan sebelumnya bahwa bocah cilik tersebut kembali menengok ke arahku sambil mengucap, “Walad-dloolliin… Aamiin”.

71

Mukanya yang menggemaskan dan suaranya yang lucu berhasil mencuri perhatianku sehingga terganggu pula ke-khusyu’-anku saat salat. Selesai salat, seperti biasa, bocah cilik tersebut kembali keliling untuk bersalaman dengan seluruh jemaah putra yang salat di musala, termasuk aku. Pada saat itu, aku sangat ingin sekali berinteraksi lebih lama dengannya, tetapi sepertinya kesempatan belum berpihak kepadaku karena ketika aku menoleh ke belakang, terlihat seorang anak perempuan mengenakan mukena biru yang ternyata ia adalah kakak dari bocah cilik tersebut. Ia berdiri menunggu adiknya untuk pulang ke rumah bersama.

Hari pertama di Desa Kaliputih, telah aku lewati dengan penuh rasapenasaran dan keinginan untuk dapat bermain dengan bocah cilik yang dari awal aku ceritakan dalam tulisan ini. Singkat cerita, ketika salat Isya berjemaah di Musala Al Amin, aku menjadi makmum masbuk karena tertinggal 3 rakaat. Setelah imam salam, sebagaimakmummasbuk,akuharusmenambah3rakaat lagi. Usai salat, para jemaah pun saling bersalaman, termasuk si bocah cilik. Bocah cilik tersebut berkeliling menyalami seluruh jemaah kecuali aku karena aku sedang melanjutkan salatku yang belum selesai. Beberapa menit kemudian, salatku pun selesai dan tibatiba datanglah bocah cilik itu menghampiri dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku

72

kemudian barulah ia pergi. Hal tersebut sangat menyenangkan hatiku karena dia rela menunggu cukup lama hanya untuk bersalaman denganku.

Pada suatu ketika, aku bersama tim KKN bersilaturahmi ke kediaman Bapak Miswan selaku Kepala Dusun Krajan Jogomertan. Di sana kami berkenalan dan berbincang-bincang serta diselingi dengan candaan agar semakin mengakrabkan hubungan di antara kita. Di tengah perbincangan tersebut terucap dari lisanku pertanyaan tentang si bocah cilik.

“Pak… anak kecil yang selalu salat di depan itu sinten nggih, Pak?”

“Kui jenenge Prio mas,” kata Pak Miswan. Lalu aku pun berkata sambil sedikit tertawa, “Anaknya lucu ya pak, kalau mau pulang salaman dulu sama semua jemaah. Lah, pas itu aku ketinggalan sendiri 3rakaatajaditungguinlhosampaiselesai.Terussalaman dulu sama aku baru dia pulang.”

Kemudian Pak Miswan pun berkata, “Itu kalo nggak salaman sama semuanya, pas sampai rumah bakal nangis mas, hahaha…” Kurang lebih seperti itulah perbincanganku dengan Pak Miswan tentang bocah cilik yang selalu membuatku penasaran sebelumnya.

Prio, dialah si bocah cilik berusia 4 tahun yang menjadi tokoh utama dalam tulisan ini. Tubuhnya yang mungil, kulitnya putih, pipinya agak tembem, dan

73

suaranya yang lucu menggambarkan betapa menggemaskannya dia. Prio punya kebiasaan sangat baik, dia tak pernah melewatkan 1 tangan pun untuk disalaminya setelah selesai salat walaupun ada makmum yang tertinggal seperti aku. Prio sangat rajin untuk salat berjemaah di Musala Al Amin pada waktu Isya dan Maghrib kecuali ada halangan. Tak pernah kudapati Prio telat pada saat salat berjemaah di musala. Ketika azan berkumandang, biasanya dia langsung bergegas menuju Musala Al Amin dan biasanya dia salat di saf pertama nomor 2 dari sebelah kanan. Sungguh aku sangat kagum kepadanya karena dia adalah anak lucu dan mulia yang mampu menyenangkan hatiku ketika bersamanya. Aku sering berpikir, apakah nanti ketika dia sudah dewasa masih mengenalku? Semoga melalui tulisan ini dapat menjadi kenangan tersendiri dan pengingat masa kecilnya bersamaku yang selama kurang lebih 3 bulan menjadi tetangganya. Sebenarnya masih banyak anak-anak lucu, unik, dan hebat yang kutemui selama KKN di Desa Kaliputih. Ada Dira dan Alisa yang gemar menata dan merapikan sandal para jemaah Musala Al Amin. Ada Rara yang sering menungguku di serambi musala untuk berjalan pulang bersama. Ada Restu dan Khansa yang suka menangis apabila mendengar kabar kepergian mas mbak KKN. Ada Ihza yang sudah besar bercita-cita ingin

74

menjadi KKN wkwkwk. Ada Selfi, si calon polwan yang suka membantu sang nenek untuk mencari plastik agar bisa dijual. Dan ada Radit, si anak jahil yang suka mengagetkanku setelah pulang dari musala. Karena keterbatasanku, aku tidak mampu apabila harus menuliskannya satu per satu. Pokoknya, aku ada satu pantun untuk kalian semua.

“Bila ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, Bila ada umur yang panjang boleh kita bertemu lagi”. Terima kasih… ***

75

Labaika Wulan Prima K Lihatlah senyum yang terlukis di wajah anak itu, bukankah rasa senang mereka bisa kita rasakan juga? Bukankah foto ini bisa jadi tidak dapat terulang untuk kedua kalinya? Untuk itu, jangan lupa abadikan setiap momen berhargamu, ya!

76

KISAH KASIH KALIPUTIH

SNanda Raffi Pramudya aya merupakan orang yang tidak percaya pada keberuntungan karena menurut saya keberuntungan adalah ketika kesempatan bertemu dengan kemampuan. Kesempatan bisa dicari dan kemampuan bisa diasah. Jadi, keberuntungan pada dasarnya bisa diciptakan. Seperti halnya dengan kegiatan KKN ini, karena adanya kesempatan untuk mengikuti dan kemampuan untuk menjalani, maka saya merupakan orang yang beruntung bisa berdinamika dengan masyarakat. Ekspektasi saya tentang KKN tahun 2022 akan dilaksanakan berbasis domisili seperti tahun sebelumnya, dengan ekspektasi tersebut saya dan teman sedaerah sudah merencakan untuk KKN di Banyuwangi. Namun, akhirnya kebijakan dari ULKKN-PK UNY keluar dan menyatakan bahwa KKN dilaksanakan berbasis offline, selama 3 bulan, dan lokasi juga tim sudah di plotting. Hal inilah yang membuat hati dan pikiran saya ragu. Apakah mungkin 10 orang dengan latar belakang berbeda dapat disatukan dalam 1 tim? Apakah mungkin 10 orang yang memiliki sifat yang berbeda dapat disatukan dalam 1 tim? Apakah mungkin 10 orang dapat menyelesaikan program

77

kerja dengan baik? Keraguan-keraguan tersebut pun terjawab semua dengan dua kata: SANGAT MUNGKIN.

Akhir Juni 2022 merupakan pengumuman hasil plotting lokasi KKN, tulisan ‘Kaliputih, Kutowinangun, Kabupaten Kebumen’ pun muncul di web SiKKN UNY.

Dalam benak langsung terpikirkan “ngapak”, bukan tentang budaya yang membuat keraguanku muncul lagi, melainkan lokasi KKN. Sebelum “Kisah Kasih Kaliputih” dimulai, 8 dari 10 anggota KKN melakukan observasi ke lokasi, yakni Desa Kaliputih. Salah satu dari 2 orang yang tidak mengikuti observasi adalah saya sendiri karena pada saat itu masih berada di Banyuwangi. Saya ingat betul hal pertama yang saya tanyakan kepada tim melalui chat WhatsApp Group adalah: “Tempat tinggal aman?” Dengan cepat tim yang melakukan observasi menjawab dengan melampirkan sebuah foto rumah yang akan kami tinggali selama 3 bulan ke depan.

Tanggal 14 Juli 2022 merupakan awal dari perjalanan “Kisah Kasih Kaliputih”. Di tengah perjalanannya pun saya masih dihantui perasaan ragu terhadap lokasi KKN. Beberapa pertanyaan pun terlontar dari mulut saya ke salah satu anggota tim. “Tempat KKN-nya deket dengan jalan raya?”

“Dekat dengan Laundry?” “Dekat dengan Indomart?”

78

Teman saya pun menjawab, “Tenang, aman!” dengan senyumannya yang cukup menenangkan pula. Perjalanan kami tempuh kurang lebih 4 jam lamanya, berangkat dari Hall Rektorat Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan bus dan di drop ke Kecamatan Kutowinangun. Sambutan hangat yang kami dapatkan dariPakCamatdanperangkatcamatmembuatsayalebih yakin dalam ber-KKN di Kaliputih. Sambutan pun selesai kemudiantimKKNmelanjutkanperjalananmenujuposko. Kami diantar oleh Pak Ngadiman, selaku Kepala Desa Kaliputih dan Pak Dion, selaku Dosen Pembimbing Lapangan kami. Sesampainya di posko, tim KKN juga turut disambut oleh Pak Pairan, selaku pemilik rumah denganramah.Pertamakalikamimasukkedalamposko, kami dikagetkan dengan tumpukkan karung beras yang ada pada salah satu ruangan. Keberadaan tumpukan karungberasinimenandakanbahwamayoritaspekerjaan

79

masyarakat setempat adalah petani. Koper, alat masak, kasur, dan perlengkapan lainnya kamiturunkandari mobil angkutan ke dalam posko sembari bersenda gurau dengan tim KKN yang baru terbentuk kurang dari satu bulan. Sebelum menjalankan program-program kerja yang notabenenya menjadi tugas utama saya dan tim KKN, kami berkesempatan untuk melakukan observasi. Kami juga diantar untuk menilik Sendang Beji dan Bulupitu yang jaraknya tidak terpaut jauh dari titik posko KKN. Kedua tempat tersebut merupakan petilasan dari Jaka Sangkrib yang mungkin sudah diceritakan pada bab sebelumnya. ***

Pengalaman Memperingati Hari Besar Islam

Singkat cerita, ketika tinggal menghitung hari menuju penarikan, Desa Kaliputih mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Hal inilah yang membuat saya kagum. Bukan hanya karena acaranya melainkan karena budayanya. Di mana saat bulan Rabi’ul Awwal, ketika tahlil setiap malam Jumat, saat itu juga dilaksanakan pembacaan surat al barzanji maulid Nabi. Pada puncak acara, 12 Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 2022, banyak

80

kegiatan yang sebelumnya belum pernah saya temui. Pada pagi hari, masyarakat Desa Kaliputih melakukan pembersihan makam. Di waktu siang hari, melakukan kenduren weton dan pembacaan surat al barzanji. Pada waktu inilah saya berhasil dibuat kagum, bukan hanya orang tua yang melakukan kenduren weton, melainkan anak-anakpunturutbersemangatmenujuMusalaAlAmin dengan membawa rantang berisi nasi lauk dan buahbuahan.

Di balik kekaguman saya, tersimpan cerita lucu yang tidak akan saya lupakan karena saya, Taufiq, dan Anfal datang ke Musala Al Amin hanya membawa piring dan sendok. Doa dan pembacaan surat al barzanji pun selesai, tibalah waktunya untuk makan bersama. Ehhhh…. Tapi ternyata ada kotak infaq di sana. Sponta saya menoleh ke arah dua teman saya dengan senyum karena benar-benar datang ke musala hanya membawa piring dan sendok. Saya merogoh saku celana, berharap ada uang yang terselip, kendati demikian malah selembar tisu yang saya temukan. Dengan wajah penuh senyuman dan hati malu, saya hanya bisa menundukkan kepala. Makan bersama pun dimulai, saya yang duduk bersebelahan dengan Taufiq hanya bisa diam karena tidak membawa nasi dan lauk. Namun, di sekeliling kami ada banyak orang baik yang menawarkan dan memberikan hidangannya kepada kami. Sebenarnya

81

agak sungkan juga kalau mau mengambil hidangannya, akan tetapi ada bapak yang menyeletuk, “Dah makan aja, lihat tuh mas Anfal ngambil makannya banyak.” Tanpa pikir panjang, perut kecilku yang baru terisi tahugorengdankopimendorongkuuntukmengambilnasi satu piring, ayam bumbu, dan bregedel kentang. Saya memotong ayam yang ada di piring menggunakan sendok. Eh, ayamnya malah tidak sengaja keluar dari piring. Ya ampun, saya pun bergegas mengambilbya dengan senyum sambil menahan malu. Setelah mengisi amunisi untuk perut, kurang lengkap kalau belum cuci mulut. Di depan saya ada buah kelengkeng dan anggur merah. Hal lucu lagi-lagi terjadi. Saya merupakan orang yang tidak bisa membuka kulit kelengkeng menggunakan jari, jadi saya memanfaatkan gigi untuk membuka, kelengkeng pun saya gigit dan duarrr, air dari kelengkeng keluarmembasahiwajahsayayanggantengini,huahaha.

82

“Perut kenyang, hatipun senang!” Mungkinkurang lebih seperti itu semboyan dari kami bertiga. Hehe Setelah acara di Musala Al Amin selesai, nanti akan dilanjutkan dengan acara kirab santri sekaligus KhatamanQuran pada malam harinya. Namun, saat kirab ini saya tidak mengikuti dikarenakan badan mungilku terasa sakit, saya memutuskan untuk melakukan hibernasi sampai malam guna mengisi energi. Selain Khotmil Quran, pada malam hari juga diadakan pengajian dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan mendatangkan Kyai Ahmad Hanafi dari Purworejo. Hal yang menarik perhatian saya adalah ketika beliau melakukan ceramah menggunakan wayang sebagai media dan dibubuhi komedi yang bisa mengusir rasa kantuk di mata. Sebagai mahasiswa, melalui KKN ini, saya belajar banyak hal, bukan hal besar saja yang dapat saya pelajari, melainkan hal kecil. Seperti bagaimana cara menghidangkan teh, yang juga saya dapat saat bermasyarakat. ***

83

Bekal Menjadi Manusia

“Mas, tulung diewangi ngedumne Aqua, rapopo yo, belajar dadi pelayan disit, men mbesuk nek dadi pejabat iso ngrasakne rekasane dadi pelayan” (“Mas, minta tolong dibantu membagikan Aqua, belajar jadi pelayan dulu, supaya ketika menjadi pejabat –orang sukses –bisa merasakan susahnya jadi pelayan”) Kurang lebih seperti itu kalimat yang keluar dari mulut Pak Miswan, Kepala Dusun Krajan Jogomertan, ketika melihat kursi-kursi yang mulai dipenuhi oleh mu’azziyin. Kalimat tersebut tidaklah terucap begitu saja tanpa ada maksud. Bukan pula sekadar basa-basi guna mengisi senyap di antara kami. Kalimat yang masuk ke gendang telinga itu mungkin terdengar sederhana untuk sebagian orang. Namun, bagi saya ada segudang makna

84

di baliknya. Sebuah wejangan sekaligus pengingat untuk kita bahwa sukses itu membutuhkan proses bukan hanya protesdanjangansepertikacangyanglupasamakulitnya atau dalam artian bertolak pinggang setinggi dada –sombong. Berangkat dari wejangan itu pula, saya teringat dengan cerita Thomas Alva Edison yang disindir oleh seorang bangsawan perihal kegagalannya dalam pertemuan ilmuwan di Inggris. Saya berhasil dibuat kagum oleh jawaban yang diberikan oleh Thomas, “Tuan, maaf saya tak pernah gagal, saya cuma menemukan cara yang tak bisa membuat bola lampu menyala lewat listrik sebanyak 1448 kali dan cara sampai kali ke 1449 kali kutemukan cara untuk menyalakan bola lampu dengan listrik”. Jawaban yang sejalan dengan perumpamaan tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan. Analogi sederhananya adalah dalam pertandingan sepak bola. Pemain harus melakukan percobaan berulang kali untuk bisa mencetak skor. Dan dalam proses percobaan tersebut pasti pernah melewati fase gagal, entah ketika bola akan di shot ke arah gawang, bola justru keluar lapangan, menatap tiang atau bahkan tertangkap oleh si keeper. Artinya adalah kita perlu untuk terus mencoba, mencoba,danmencobaagarbisamencapaikeberhasilan atau kesuksesan. Berbagai strategi pun harus dicoba,

85

sampai akhirnya dapat mencetak goal. Percobaan dan strategi inilah yang merupakan wujud dari sebuah proses kita untuk mencapai kesuksesan tersebut. Pernah dengar lagunya JKT48?

“Usaha keras tak akan pernah menghianati hasil” Sepenggal lirik yang menurut saya cukup relate dengan kedua analogi di atas. Akan tetapi, untuk mencapainya tentu tidaklah sesederhna, “Oke, aku usaha kok, pasti nanti akan berhasil.” Perlu diingat pula bahwa yang namanya sebuah proses itu tidak ada yang instan. Hasil itu bisa didapatkan dari perjalanan yang panjang dan pastinya tidak luput dari kerikil-kerikil bahkan batuan di tengah jalan yang harus kita hadapi dan lewati. Jangankan proses untuk sukses, mie ‘instan’ saja perlu dimasak terlebih dahulu untuk kemudian bisa dinikmati. Sukses merupakan suatu pilihan yang mana dalam hidup tentu kita akan mencari jalan kebenaran yang nantinyaakanmembawa kita ke arahyang benar. Namun sampai saat ini banyak sekali orang yang ingin sukses tanpa adanya suatu proses atau bahkan orang mau melakukan apa pun agar sukses datangnya lebih cepat. Cara-cara yang salah itu hanya akan membenamkan diri kitasendiriadalumpurpenistaanyangmanakenistaanitu justru akan menghilangkan kemuliaan diri. Untuk bisa menggapai suatu tujuan hidup atau pun keinginan serta cita-cita pastinya harus dengan

86

perjuangan yang tidak membutuhkan waktu sebentar. Akan tetapi terdapat berbagai tahap yang harus kita jalani bahkankegagalansekalipundalamusahaharustetapkita jalani. Tujuannya agar kita lebih tahu jalan mana ya salah dan pasti nanti aku memilih jalan yang benar.

Tak ada suatu kesuksesan tanpa adanya proses semua kesuksesan akan selalu saja dibayar dengan suatu proses yang panjang. Karena bayaran dari proses itu untuk kesuksesan merupakan fondasi yang kokoh untuk mencapai kesuksesan yang sesungguhnya. Kesuksesan tidak bisa kita raih dengan instan namun memerlukan proses yang panjang. Dan dari proses itulah seseorang akan belajar semuanya dari tahap yang satu ke tahap yang selanjutnya step by step sampai ia memiliki fondasi yang kuat untuk menopang kesuksesan itu. Semua orang tanpa kecuali pasti ingin sukses dan setiap orang pasti mempunyai jalannya sendiri untuk menggapai kesuksesan itu. Bahkan banyak orang yang sedari kecil sudah mengetahui ingin jadi apa dan hal apa saja yang harus dilakukannya. Akan tetapi, ada juga orang yang tak mementingkan apa yang dia lakukan saat ini namun harus sukses dan menyenangkan hati mereka sendiri. Sukses itu satu impian atau tujuan yang kita inginkan akan tercapai dengan usaha dan kerja keras yang kita jalani dalam hidup. Dalam mencapai

87

kesuksesan itu ada hal positif entah itu untuk diri kita sendiri atau pun untuk orang lain. Kita bisa disebut sukses jika kesuksesan itu bermanfaat tak hanya untuk diri kita sendiri tetapi orang lain yang berada pada sekitar kita. Seperti yang sudah dijelaskanpadaanalogipermainansepakbolayangmana untuk memperoleh atau berhasil bola masuk ke gawang lawan perlu usaha dan kerja keras yang berulang-ulang. Meskipun dalam percobaan itu sesekali ada kegagalan namun tujuannya adalah mencetak gol jadi kita harus tetap semangat dan terus berusaha sampai bola masuk ke gawang lawan. Sama halnya dengan diri kita sendiri yang ingin sukses pasti harus melewati berbagai macam usaha dan kerja keras yang dilakukan berulang-ulang. Wajar pasti dalam proses ada kegagalan namun kegagalan bukan suatu alasan untuk kita tidak bangkit lagi dalam meraih kesuksesan yang sudah kita impikan selama ini. Teruslah berusaha sekuat tenaga kita sampai kesuksesan yang kita impikan benar-benar bisa kita raih. Perlu kita ingat kesuksesan itu tak hanya berupa materi saja namun kesuksesan bisa berupa non materi. Untukmencapaikesuksesanadabeberapahalyangperlu kita lakukan salah satunya dimulai dari diri kita sendiri yangharusyakinjikakitabisamenggapaisemuahalyang kita impikan.

88

Sukses tak bisa kita raih hanya dengan membalikkan telapak tangan banyak hal yang harus kita laluiyangharuskitalakukansepertimisalnyameyakinkan diri kita sendiri. Memang sedikit susah untuk meyakinkan diri kita sendiri namun dengan support dari orang sekitar dan meyakini diri kita nantinya bisa sukses tentu itu akan menjadi pacuan semangat untuk mencapai kesuksesan. Namun, perlu diingat saat kita sudah mencapai dan berhasil menggapai apa yang kita impikan jangan seperti kacang lupa kulitnya. Maksudnya adalah ketika kita berada pada titik kesuksesan kita jangan pernah lupa siapa orang yang sudah membantu menolong dan mensupport kita agar kita bisa meraih hal yang diimpikan selamaini.Rangkullah merekayangmembantukitauntuk mencapai kesuksesan meskipun kontribusinya hanya sekedar memberi semangat namun itu sungguh sangat berarti untuk diri kita. ***

89
90 Tiara Ganesh Ayu M. Ganesh si paling ngoleksi foto aib teman-teman KKN

DARI TERPAKSA MENJADI LUAR BIASA

Muhammad Taufiq Ridho

Kaliputih merupakan sebuah desa di Kecamatan Kutowinangun, Kabupaten Kebumen. Desa yang kayaakantradisidankulturinimembuatwarganya selalu melekat dalam kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong. Dengan demikian, sudah dapat dipastikan bahwa wilayah ini cocok untuk kegiatan pengabdian seperti halnya KKN, kegiatan pengabdian masyarakat yang kemudian dijadikan ajang bagi kelompok 3305-1 yang telah tertuang dalamMoUantaraUniversitasNegeriYogyakartadengan Pemerintah Desa Kaliputih. Sepuluh mahasiswa dengan background dan keilmuan berbeda dipertemukan dalam satu tim untuk mengabdi bersama di Kaliputih. Ketika mengetahui bahwa lokasi KKN beradai di Desa Kaliputih, ada banyak hal yang muncul dan mendorong untuk bertanya dengan kerabat yang paham akan desa di daerah Kebumen itu.

“Eh, Put! –sebutan teman satu jurusan yang kebetulan rumahnya di Kebumen –Kebumen itu ada daerah yang namanya Kaliputih? Menurutmu wilayahnya gimana?” Tanya saya.

91

“Wah, kurang tahu itu daerah mana. Kayaknya itu ada di daerah bukit dan cukup pelosok deh,” jawab Putri. Mendengarjawabannya,membuatsemangatsaya patah untuk melakukan KKN karena anggapan saya adalah ketika wilayah itu kurang terkenal, maka tidak kemungkinan besar bukan termasuk wilayah yang maju. Atau mungkin merupakan wilayah terdalam. Penelusuran saya untuk mendapatkan informasi mengenai Desa Kaliputih tidak berhenti di sana saja. Masih banyak hal yang ingin saya tanyakan dengan teman-teman lainnya yang tinggal di Kaliputih. Jawaban yang saya dapatkan hampir sama, yaitu mayoritas dari mereka kurang tahumenahu dengan Desa Kaliputih. Lagi-lagi, hal itulah yang membuat saya merasa down dan tetap kurang bergairah dalam melakukan KKN di Kebumen dan membuat saya membandingkan dengan teman jurusan saya lainnya yang mendapatkan wilayah di Kebumen Kota, Buluspesatren, Selang, Rantewringin, dan wilayahwilayah yang dinilai maju di Kebumen. “Kenapa nasib saya begini ya? Ke Jogja kuliah udah merantau, KKN jauh lagi. Padahal yang lain banyak yang dapat lokasi KKN di Jogja, Magelang, Purworejo, dan Klaten. Kenapa saya dilempar sampai Kebumen?” Keluh saya. Masih belum puas dengan informasi sebelumnya yang sayadapat dari temanselaku wargalokalKebumen.

92

Saya masih terus berusaha mencari informasi melalui Youtube. Ketika memasukkan key words pada kolom pencarian, yakni Desa Kaliputih, Kabupaten Kebumen, muncul sebuah video yang memperlihatkan dengan jelas bahwa wilayah itu bisa dibilang memang cukup pelosok dan terlihat masih belum maju. Hal itu semakin mematahkan semangat saya untuk melakukan KKN ke depannya. Penelusuran masih berlanjut. Kini beralih platform, mencoba mencari informasi melalui Google. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Ketika saya klik ‘enter’, hal yang membagongkan pun terjadi. Headline berita yang keluar pada urutan atas justru adalah: “BUNUH DIRI, DENGAN CARA GANTUNG DIRI!!!!” “Ya Allah, ini tempatnya kok sangat serem banget sih. Banyak kasus bunuh diri lagi,” pikir saya. Saya spontan membagikan berita tersebut ke grup teman dekat, bukan grup KKN. Respons yang saya dapat adalah sebagian teman justru tertawa dan sebagian lago mencoba untuk menenangkan dengan satu kata andalan, yaknisabar.Secaratidaklangsung,sepertinyainilahyang juga semakin membuat mental saya semakin down. Alasan saya tidak membagikan artikel berita itu ke grup kelompok KKN 3305-1 adalah saya khawatir kalau turut mematahkan semangat teman-teman yang lain di awal. Suatu hari, saya melakukan bincang-bincang santai dengan rekan jurusan membahas mengenai KKN.

93

“Pek, Kamu KKN di mana?” Tanya Sunarwi.

“Di Kebumen. Ora ngapak, ora kepenak, dengan wajah kurang bahagia,” tutur saya.

“Hahaha, sabar ya! Tapi gak papa, coba deh lihat teman yang lain yang dapet lokasi di Blora, Bojonegoro. Itu lebih jauh lho dari Kebumen,” balas Sunarwi.

“Iyo kui! Disyukuri, ming sedilit kok –hanya sebentar kok,” sambung Galuh yang satu suara dengan Hidayah.

Mendengar respons dari mereka, membuat saya sedikit berpikir, “Apa yang bisa disyukuri? Wilayahnya saja pelosok, tidak terkenal, dan banyak kasus bunuh diri lagi,” celetuk saya sedikit kesal.

“Ya itu baru yang namanya KKN, di desa. Kalau di kota mah namanya ya liburan, bukan KKN,” kata Sunarwi menanggapi gerutuan saya.

Perkataan Sunarwi barusan berhasil membuat saya menjadi sadar. Sadar bahwa KKN itu merupakan wujud pengabdian kita sebagai mahasiswa kepada masyarakat. Ya, wajar kalau di desa, bukan di kota. Dan memang semestinya seperti itu. Singkat cerita, setiap kali tersambung telepon dengan orang tua yang jauh di rumah, mereka selalu memberikan semangat yang sangat membangun.

“Tidak apa-apa. Dijalani aja dulu. Nanti juga akan selesai,” itu kalimat yang selalu terdengar dalam telepon.

94

Setelah saya pikir-pikir dan renungi, ternyata ada benarnya juga. Ya dijalani aja dulu, nanti juga akan selesai pada akhirnya.

Waktu yang semakin mendekat, membuat jantung saya berdegup dua kali lebih kencang dari sebelumnya. Pada suatu hari, semakin mendekati hari pemberangkatan kami ke lokasi KKN, lebih tepatnya sehari sebelumnya, saya segera mempersiapkan barang dan kebutuhan yang dibawa. Barang-barang tersebut dikumpulkan jadi satu di kostnya Auliya, salah satu anggota tim KKN 3305-1, bersama barang anggota lainnya. Semua barang satu tim dijadikan di satu tempat untuk mempermudah pengangkutan barang ketika berangkat ke Kebumen dan mengantisipasi agar tidak tercecer. Dari kampus juga menyediakan fasilitas untuk mengangkut kendaraan pribadi seperti motor dan di kumpulkan sehari sebelum penerjunan, di belakang Gedung LPPMP.

Pada saat itu juga, saya menyempatkan untuk bertemu dengan teman dekat saya di kampus sebelum berpisah sementara. Karena motor saya tinggal di kampus bersama dengan kendaraan lainnya, otomatis saya tidak ada kendaraan untuk bisa pulang ke rumah. Untung saja, teman saya berkenan dan dengan senang hati mengantarkan saya ke rumah di Maguwoharjo. Padahal dia tinggal di daerah Imogiri, Bantul. Meskipun

95

sebenarnya terpaut jarak yang sangat jauh dari rumah saya, dia dengan sukarela mau mengantar. Ya begitulah, istilah zaman sekarang bestie namanya.

Pada hari H, kami kelompok 3305-1 berkumpul dan duduk di dalam bus untuk berangkat menuju Kebumen, lokasi kami KKN. Setelah sampai, memang penilaian awal saya mengenai wilayahnya kok sepi ya? Kok penjual makanannya dikit ya? Ahh, ini baru awal aja udah bikin badmood. Kok tidak kota? Setelah kami sampai Posko, di mana tempatnya alhamdulillah layak untuk ditempati. Selama dua hari full kami melakukan bersih-bersih pokso. Belum ada kegiatan, jadi masih rebahan aja.

“Iki kok KKN tura-turu tok ki pie iki?” celetuk Aul. “Rapopo mumpung isih iso tura-turu, sebelum sesok kerja rodi, hehe” jawab saya bercanda. Seminggu berjalan begitu terasa lama, ya karena memang masih belum ada kegiatan untuk menyibukkan diri ini. Masa adaptasi, masa yang butuh proses penyesuaian karena kita satu kelompok memang sebelumnya benar-benar tidak mengenal satu sama lain. Dipertemukan satu kelompok KKN 3305-1 di Desa Kaliputih yang butuh adaptasi dan pastinya penyesuaian. Rasanya masa-masa satu pekan pertama itu sangat canggung bertemu warga sekitar posko, mungkin hanya

96

Salam, Sapa, dan Senyum. Ya, hanya sebatas itu. Namun, satu nilai yang bagi saya sangat menjadi bumbu khas untuk bisa tetap betah di desa ini adalah warganya yang sangat humble. *** Tiba suatu saat, kami (Anfal, Raffi, dan saya) yang sering berbaur dengan bapak-bapak tetangga posko dan sering berinteraksi, banyak cerita pengalaman dan tradisi di Kaliputih yang kami dengar dan dapat. Memang Desa Kaliputih ini cukup sering dan intens sekali melakukan syukuran dan sebagainya. Kami bertiga khususnya yang sering sekali turut hadir di acara kenduri dan bisa langsung bebaur dengan warga sekitar.

“Kok kene ki sering banget toh acara kenduri, hampir tiap pekan ada aja,” celetuk saya heran.

97

“Hiayo kui, sering pol nang kene kenduren,” timpal Anfal setuju. Singkat cerita, pada suatu hari, kami tim KKN mengikuti acara sedekah bumi atau patok sapi. Masih dalam ruang lingkup sekitar posko, kami diundang untuk dapat maghadiri kegiatan tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan setelah Jumatan. Kami datang bersama denganwargadandisitujugakamibersamabapakkadus Krajan Jogomertan, Pak Miswan. Sosok Pak Miswan ini bisa dikatakan mudah akrab dengan saya karena panggilan beliau kepada saya selalu diawali dengan kata ‘Ndut’ . Saya sama sekali tidakmarah dengan sebutan yang beliau berikan, saya justru beranggapan bahwa dengan hal itu bisa membuat kami bertiga “The Boys” khususnya akan lebih akrab. “Cah 10 kui sek paling terkenal yo sing paling gendut,” ujar Pak Miswan. Saya hanya bisa senyum mendengarnya. Dengan kebiasaan beliau yang memanggil saya gendut, membuat saya juga jadi lebih dikenal warga dan secara tidak langsung hal itu juga membuat warga di sekitar posko jadi ingat terus dengan saya. Hehe. Tiba suatu saat kami sudah dianggap seperti saudara bahkan keluarga oleh masyarakat sekitar. Hal itu membuat kami penghuni satu posko menjadi semakin nyaman menjalankan KKN di Desa Kaliputih. Terlihat dari

98

banyaknya kegiatan masyarakat yang turut melibatkan mahasiswa KKN. Hari demi hari kami jalani dengan ikhlas dan lambat laun rasa kekeluargaan itu menjadi lebih melekat pada kita semua. Itulah KKN. Sesuatu yang belum pasti akan terjadi jangan dipikirkan dulu. Terkadang yang kita kira jelek untuk kita nyatanya belum tentu akan berakhir jelek juga. Ada fakta menarik di Desa Kaliputih, khususnya Jagamertan, yang merupakan titik posko kami berada. Fakta mengatakan bahwa tempat tersebut memang terkenal banyak sekali kegiatan kenduri, syukuran, among-among seperti yang telah disebutkan di awal tadi. Dan itu yang membuat dusun ini sering bertemu satu sama lain. Bersyukur pula tim KKN berada di sini, ditempatkan di sini. Kami selalu dilibatkan, apalagi Three

99

Boys (Anfal, Taufiq, Rafi). Kami sering berbaur dan sudah tidak canggung lagi karena kamimulai terbiasadan selalu dihargai masyrakat sekitar. Tentunya membuat kegiatan dan aktivitas yang kami jalani menjadi terasa lebih nyaman.

Ekspektasi, asumsi, rasa takut, dan kekhawatiran yang sempat menghantui di awal tadi kini telah terbantahkan. Pada kenyataanya, hanya ada kenyamanan yang kami rasakan selama KKN di Desa Kaliputih. Sangat nyaman. Kekeluargaan yang terbangut begitu terasa. Inilah salah satu yang membuat kami semakin ingin melakukan lebih untuk mengabdi. Kami banyak diberikan apresisasi dan dukungan sehingga dalam menjalankan program pun kami juga harus semaksimal mungkin. Kami tentu tidak akan melupakan kebaikan dari warga Kaliputih yang sudah berhasil mengubah dari yang sebatas KKN menjadi kekeluargan.

100
I LOVE KALIPUTIH. BAROKAH DESANYA. MAKMUR RAKYATNYA! ***

Pada titik ujung cerita Semoga masih banyak sempat setelah ini -Hanifah

101

SELAMAT DATANG, TUAN Maria Ameylia Trisna Murti

Selamat datang, Tuan. Di kehidupan Puan yang penuh hitam putih.

Selamat datang, Tuan. Selamat mengembara di sela gurun hati.

Mulanya, Puan takut. Puan takut tak bisa bertahan. Puan takut tak bisa hidup nyaman.

Tetapi Tuan, Terima kasih sudah hadir. Terima kasih telah membantu Puan belajar. Terima kasih telah memberi kehangatan. Kenyamanan yang mungkin hanya akan Puan dapatkan sekali sepanjang hayat.

Tuan, Terima kasih telah menjadi rumah Puan kala berpulang. Tempat bertukar isi kepala kala segala sesuatu terasa bising.

102

Tempat berbuat banyak hal yang tak pernah Puan dapatkan sebelumnya.

Andai saja Tuan, Waktu bisa ditukar, Puan inginkan tukar segalanya dengan waktu.

Andai saja Tuan, Puan bisa hidup lebih lama di sini. Puan ingin selesaikan lebih banyak hal.

Suatu saat Tuan, Kala waktunya tiba, Puan harus ucapkan selamat tinggal. Selamat menapaki jalan kehidupan masing-masing, Tuan. Terima kasih telah membersamai.

Hati-hati di perjalanan, Selamat berjuang menemukan tambatan diri, Kalau Tuan lelah, jangan lupa kembali. Ke memori yang pernah terjadi, Jangan berhenti. Selamat datang, Tuan. Kebumen, 15 September 2021; 13.08

103
104

SEBUAH PUISI

Auliya El Ihsani

Sang surya mulai mengeluarkan pancaran sinar Orang-orang berlalu lalang mulai beraktivitas Namun, diri ini baru beranjak dari pulau kapuk Tiba-tiba muncul notifikasi dari benda gepeng Jeritan, keluhan, dan emosi muncul tanpa diundang Ikhlas dan pasrah kucoba untuk kuterapkan

Bohong… bohong... dan bohong.... Ternyata diri ini masih belum bisa menerima dengan ikhlas

Pertemuan yang direncanakan telah tiba Berbagai macam wajah, sifat, dan perilaku bertemu menjadi satu Sepuluh kepala yang berbeda mencoba disatukan menjadi 1 kepala Mudah? Oh, sama sekali tidak Usaha terus dilakukan sampai bisa menjadi satu kesatuan

Kesatuan inilah yang akan menghasilkan kebersamaan dan kekompakan Kesatuan inilah yang akan memudahkan suatu urusan

105

Dan kesatuan inilah yang akan sulit dilupakan

Hanya bersyukur yang bisa kulakukan

Nikmatdarituhanyangmanalagiyangakankudustakan?

Dipertemukan dengan orang-orang yang ahli dibidangnya, peduli, dan rendah hati

Sehingga mendapatkan ilmu dan relasi yang luas

Tapi,apadayamanusiahanyabisaberencanadanTuhan yang mengatur

Waktu yang dinantikan dan ditakuti telah tiba

Saatnya melanjutkan dan memikirkan masa depan Akankah berakhir pertemuan ini?

Akankah berakhir komunikasi selama ini?

Dan akankah berakhir tali persaudaraan selama ini?

Harapannya tidak.... Kenangan dan memori selama ini akan kusimpan

Ikhlas dan pasrah juga akan kuterapkan

Takdir dan garis hidup tidak bisa ditentang Karena setiap kelahiran pasti ada kematian

Begitu juga dengan pertemuan ini Setiap pertemuan pasti ada perpisahan

Dan inilah kenyataan hidup didunia.

Kebumen, Rabu 28 September 2022 pukul 14:05

Direvisi pada Sabtu, 29 Oktober 2022 pukul 19:17

106
107

UNTUK SUKMA YANG BERTUAN

Hanifah Furaida

Harapku diawal semoga cerita ini panjang Rasa nyaman atau sekedar adu pandang Lelucon sukar, per sekian detik tak nihil dari tawa Kalau masa boleh bicara jawabnya pasti ingin lebih lama

Kutemukan diri baik dari masing-masing Kesamaan pun diborong Entah doa siapa yang paling baik Entah kapan doa melangit

Tak terlewat Ratusan ayat berkumandang Sedikit malam untuk-Nya Lisan baik terjaga Bentuk syukur yang mana lagi?

Bukankah tak elok kata berlebihan? Seingatku, setelah hal yang tak kunjung sembuh Ini penawar paling ampuh singkatnya, pertemuan ini lebih dari sekedar hangat

108

Masih ingat saat duduk beralas tanah?

Kereta menjelang pergantian hari tak luput dari pandang mata

Malam itu benar-benar sesak

Benar-benar sesak

Hampir usai

Ini yang ditunggu-tunggu bukan?

Kalau saja deras dan sesak tak terjadi Boleh aku memilih

Semoga luka sembuh dan berkenang

Terima kasih untuk tiga purnama penuh bahagia

Pada titik ujung cerita

Semoga masih banyak sempat setelah ini

109

Bingkai 3: CORETAN CALON PENULIS HEBAT

110

TENTANG SEBUAH ASA: SEMUA BISA JADI PENULIS

Farah Firdausi

“Ada tiga syarat untuk jadi penulis: MENULIS, MENULIS, dan MENULIS”

Begitu kata Kuntowijoyo, seorang sastrawan, budayawan, sekaligus sejarawan Indonesia. Setiap dari kita pasti memiliki asa dan cita-cita. Saya ingat betul, dulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, hampir di setiap kelas selalu mendapatkan pertanyaan seperti ini:

“Besok kalau sudah besar, anak-anak ingin jadi apa?”

Seketika satu kelas menjadi riuh dengan jawaban kami yang saling bersahutan. Ada yang ingin menjadi guru, dokter, tentara, polisi, pilot, tentara, astronot, artis, pemain sepak bola, bahkan ada yang ingin menjadi presiden. Ternyata tidak berbeda jauh ketika pertanyaan yang sama saya lemparkan kepada anak-anak di Desa Kaliputih, lokasi kami mengabdi. Ketika saya diberi kesempatan untuk bertanya kepada mereka mengenai cita-cita, ternyata kebanyakan jawaban mereka masih

111

sama dengan jawaban saya dan teman-teman 12 tahun silam. Namun, dari sekian banyak jawaban dari mereka, ada satu yang cukup menarik perhatian saya. Ya. Tidak ada satu pun yang keluar dari mulut mereka bahwa menjadi penulis adalah cita-citanya. Tidak ada. Antara tidak tahu bahwa menulis bisa dijadikan sebagai profesi yang menjanjikan atau memang benar-benar tidak ada yang menarik dari menjadi seorang penulis. Tetapi tidak apa-apa. Setidaknya, hal ini membuat saya dapat sedikit bernapas lega karena artinya apa yang akan saya sampaikan nantinya memang diperlukan untuk mereka. Ya. Mereka perlu tahu dan harus tahu bahwa penulis itu juga merupakan salah satu profesi dan menjadi penulis dapat mengantongi banyak manfaat. Sebelum saya menyampaikan materi mengenai penulisan, saya meminta adik-adik untuk praktik terlebih dahulu. Yap. Saya meminta mereka untuk menulis di selembar kertas dan dikumpulkan pada saat penyampaian materi. “Mbak, nyong bingung arep nulis apa.” (Mbak, aku bingung mau nulis apa.)

112

“Mbak, cerita dari pengalaman nyata boleh?”

“Mbak, nyong gaisa nulis, kepriye?”

Kurang lebih seperti itu respons yang saya terima setelahsayamemberikan ‘oleh-oleh’ itukepadaadik-adik. Beragampertanyaandanpernyataan.Tidakjauhberbeda ketika saya juga meminta teman-teman KKN untuk ikut menulis. Lagi-lagi, memang harus di-gapapa-in. Ini merupakan bagian dari proses belajar. Saya selalu menekankan, jangan bilang “nggak bisa” dulu ya, tetapi “belum bisa”. Nah, karena belum bisa, maka kita belajar supaya jadi bisa. Tidak apa dipaksa dulu. Karena terkadang segala sesuatu itu butuh paksaan untuk kemudian bisa terbiasa. Termasuk kebiasaan-kebiasaan baik yang mungkin sebelumnya jarang atau bahkan tidak pernah kita lakukan. Sebenarnya saya tidak ingin membatasi adik-adik dalam berkarya dan berimajinasi. Jadi saya pikir, saya bebaskan saja mereka mau menulis apa. Tidak hanya terpakupadaceritapendek.Kalauadayangmaubermain kata, menjadikannya sebuah puisi juga boleh. Sangat boleh. Yang terpenting adalah di sini saya ingin mentrigger adik-adik untuk maumenulis. Minimal mereka mau untuk mencobanya juga. Pada dasarnya semua orang bisa menjadi penulis asalkan ia mau untuk menulis. Sesederhana itu. Ya seperti kutipan sebelumnya. Syarat untuk menjadi seorang penulis adalah menulis, menulis,

113

dan menulis. Dan adik-adik sudah membuktikannya bahwamerekabisamenulis.Merekaadalahcalonpenulis hebat.

Saya menamai program ini sebagai “Kelas Penulisan: Menulis Jadi Buku” . Sasaran utama program ini dari awal memang saya peruntukkan kepada anakanak. Karena bagi saya, keterampilan menulis itu penting untuk dikenalkan dan dikembangkan di usia anak-anak. Menulis dapat mengajarkan sang anak untuk bisa menjelaskan sesuatu secara runtut dan logis agar dapat dipahami oleh pembacanya. Dengan menulis, dapat menumbuhkan kebiasaan sang anak untuk menyimpan atau mendokumentasikan gagasan, imajinasi, atau bahkan momen serta pengalamannya. Sebab melalui tulisan, semuanya itu dapat tersimpan ‘abadi’ dan bisa menjadi jejak sejarah bagi penulisnya. Sebagai bentuk apresiasi, karya-karya yang mereka kumpulkan, akan saya bukukan dan kemas dalam sebuah buku antologi bersama. Benar. Saya lebih senang menyebut buku ini sebagai buku antologi bersama. Buku antologi merupakan sebuah buku yang berisi kumpulan-kumpulan tulisan yang tidak berkaitan tetapi masih dalam satu atap, yakni tema yang sama. Karena ada embel-embel ‘bersama’ jadi masing-masing tulisan yag ada di dalamnya, ditulis oleh penulis yang berbeda.

114

Darienampuluhkertaslebihberisikantulisanyang mereka kumpulkan, saya dapat membagikan ke dalam 4 kelompok tulisan, sesuai dengan jenisnya. Pertama adalah cerita pendek, kedua puisi, ketiga komik atau cerita bergambar, dan yang terakhir adalah semacam seuntai kata yang berisikan pesan untuk kami yang mereka panggil ‘Mas-Mbak KKN’ . Setiap lembarnya memiliki keunikannya sendiri. Bahkan setiap cerita yang merekatulisjugamemilikiceritadibaliknya.Pokoknyaout of the box. Benar-benar di luar ekspektasi. Benar-benar sukar ditebak. Seperti yang saya katakan di atas. Setiap lembar memiliki keunikannya dan setiap cerita bahkan juga memiliki ceritanya. Semua tulisanyang sayaterima selalu kamibacalepasmakanmalam.Semuanyaselaluberhasil melukis garis senyum pada wajah kami. Bahkan sesekali tidak sengaja garis itu luntur terkena cairan yang keluar dari mata kami. Cairan yang kita kenal dengan sebutan air mata. Bukan karena tidak bagus atau karena kami tidak bisa membaca coretanya. Bukan. Air mata itu tidak sengaja jatuh karena memang benar adanya bahwa ketulusan dan kejujuran dari mereka begitu amat nyata kami rasakan. Terima kasih Rara, Sabrina, Nauval, Sifa, Icha, Vina, Restu, Satria, Rangga, Naswa, Al-Fatih, Akmal, Adeeva, Clarisa, Melysa, Selfi, Arif, Fitra, Radit, Ervina,

115

Feli, Khansa, Davi, Ihza, Anin, Safira, Fajar, Syifa, Mutia, Dhifa, Ulaya, Hikmah, Karaisaa,Zanetta, Fikri, Maya, Fiola, Rini, Indah, Diah, Revi, Anggita, Najwa, Shena, Azzam, Hilmi, Naysilla, Fathur, dan tulisan lainnya yang tanpa nama dan tidak bisa mbak Farah sebutkan satu per satu. Terima kasih sudah dengan tulus menyusun kata demi kata, kalimat demi kalimat indah ini untuk kami. Kalian anak-anak pembelajar yang keren! ***

Cerita Pendek

Cerita pendek atau yang kemudian di singkat cerpen merupakan salah satu jenis tulisan yang isi ceritanya bukan kejadian nyata dan hanya dibuat-buat (fiktif). Namun, cerpen tidak selamanya dan tidak melulu berisi rekaan atau imajinasi dari si penulis. Kisah nyata pun juga dapat dinarasikan dalam sebuah cerpen. Dan berikutadalahkumpulanceritapendekdarisebagiankecil anak-anak di Desa Kaliputih. Ada yang menceritakan tentang daily activity-nya. Sebagian lainnya turut membagikan pengalamannya mengikuti kegitan KKN dan berbagi cerita kebersamaannya dengan mas mbak KKN. Ada juga yang sedang mencoba berimajinasi dan membangun cerita baru juga menghadirkan tokoh cerita yang baru.

116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131

Puisi

Puisi diartikan sebagai sebuah karangan atau teks yang berisikan ungkapan perasaan dan pikiran penyairnya(penulis puisi) dengan bermain kata-kata. Apa pun yang sedang kita rasakan bisa kita ungkapkan dan bagikan melalui sebuah puisi. Permainan kata yang penuh makna dan disusun dalam baris dan bait. Berikut ini adalah beberapa kumpulan puisi dari anak-anak Desa Kaliputih. Ada yang menuliskan puisi tentang sahabat, guru, desa, kehidupan, dan KKN. Ada bilang bahwa puisi ini murni ciptaannya sendiri, ada juga yang dengan polosnya bilang membuatnya dibantu nenek dan ibu. Menggemaskan, bukan?

132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144

Komik atau Cerita Bergambar

Baiklah, untuk yang satu cukup menarik perhatian saya karena sejak awal tidak pernah terpikirkan untuk membuat cerita bergambar atau komik. Saat penyampaian materi pertama di Krajan Jogomertan, saya menjelaskan jenis-jenis tulisan ada fiksi dan nonfiksi. Contoh tulisan fiksi ada cerita pendek, puisi, dan komik atau cerita bergambar. Saya hampir su’udzon dengan 4 anak laki-laki yang juga hadir siang itu karena mereka pulang sebelum materi selesai disampaikan. Sedih. Namun, tak selang kemudian, kesedihan saya terobati karena ternyata mereka pulang untuk kembali menyerahkan maha karyanya itu, cerita bergambar. Ketika saya tanya pesan dari cerita yang mereka gambar itu, jawabannya membuat saya tergelitik. Dengan polos mereka menjawab, “Ga reti mbak, soale Nyong ming ndeleng seka internet, ” (nggak tahu mbak, soalnya aku Cuma liat di internet) saya hanya tersenyum mendengarnya. Lucu wkwk

Baiklah. Kali ini tidak apa-apa. Saya menghargai effort kalian. Terima kasih sudah menjadi bagian warna dari buku ini.

145
146
147

Surat Cinta Untuk Mas Mbak KKN

Bagian ini juga cukup menggelitik saya. Menjadi hal lain yang juga tidak kalah menariknya karena tulisan yang seperti ini justru sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Sama sekali tidak berekspektasi akan ada yang menulis tulisan semacam ini. Tulisan yang lucu, tetapi berhasil membuat kami menjadi terharu. Beberapa potret lembar berikut ini berisi tentang pengalaman perasaan adik-adik selama dibersamai oleh mas mbak KKN. Tulisan yang amat terasa ketulusannya. Saya menyebutnya sebagai ‘surat cinta untuk mas mbak KKN’ . Mengapa? Karena selain pengalaman perasaan, di dalamnya ada juga ucapan maaf dan terima kasih. Bahkan di dalamnya juga ada pesan dan doa yang mereka titipkan untuk kami. Menemukan lalu membaca tulisan sejenis ini menjadi salah satu yang kami tunggu-tunggu. Karena sebagian besar tidak pernah gagal membuat kami jadi speechless. Menjadi tiba-tiba kehabisan kosa kata atau tiba-tiba menitikkan air mata. Ungkapan kesedihan dan ketidaksiapan akan perpisahan yang mereka tuliskan itu hanya membuat hati kami semakin tersayat dan semakin beratrasanyauntuksekadarbilang, “Sampaijumpadilain kesempatan.”

148

Terima kasih ya untuk permainan kata yang indahnya, adik-adik. Ada yang dihias stiker pada kertasnya, ada yang setiap sudutnya dipotong dan dibentuk hati atau bunga, ada yang diwarnai, bahkan ada yang menggambarkan karakter sepuluh mas mbak KKN.

“Masyaa Allah, bagus banget. Kalian kreati sekali! Makasih ya,” ujarku menerima hasil karya mereka.

“Iya mbak, itu sudah dipersiapkan sejak sepekan yang lalu lho mba. Dibuat dengan cinta. Tapi bacanya nanti aja ya mba di posko. Aku malu,” celetuk seorang anak.

Ah, lagi-lagi saya kehabisan kosa kata. We love u too, swities!

149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174

Ini covernya lucu yaa

175

“Terima kasih telah mendidikku hingga sejauh ini” - Ulaya

176
177
178

TENTANG PENULIS

Tak kenal, maka tak sayang ta’aruf~

179

FARAH FIRDAUSI, perempuan yang akrab disapa Farah atau Ipil ini lahir di Yogyakarta, 7 Oktober 2000. Saat ini sedang menempuh pendidikan program Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Yogyakarta. Selain menjadi cat lovers, ia juga memiliki ketertarikan pada dunia penulisan dan berhasil mendorongnya untuk mengikuti projek menulis. Hingga sekarang, ada 13 buku antologi yang telah diterbitkan. Kalimat, "Bukan karena kita yang hebat, melainkan karena Allah yang mudahkan urusan kita," menjadi penguat dan pengingat dirinya bahwa apa pun yang ia lakukan di dunia tidak pernahlepasdaricampurtanganTuhan.Pembacabisalebihdekat dengan penulis lewat akun sosial media Instagram @frhfir (Email: farahfirdausi.2019@student.uny.ac.id)

ANFAL FIRAS CAKRA KARNADI, seorang penghobi touring mengendarai motor ini lahir di Lampung, 12 Mei 2001. Saat ini sedang menempuh semester 7 program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi di Universitas Negeri Yogyakarta. Sejak umur 7 tahun dirinya telah mempelajari seni bela diri Taekwondo, sehingga dari latihannya tersebut terakhir dia mampu meraih medali emas pada kejuaraannasionalTaekwondoKapolriCupIIpadatahun2019dan bersama rekan satu timnya membawa Lampung Tengah menjadi juara umum pada kejuaraan tersebut. Menurutnya tidak ada orang yangbodohdidunia ini,karenasemuaoranghebatsesuai dengan

180

bakat.Makadariitusemuaoranghanyaperlumemosisikandirinya sesuai dengan keahliannya masing-masing, lalu mereka akan menikmatikehebatanyangmerekamiliki.Pembacabisalebihdekat dengan penulis lewat akun sosial media Instagram @anfalllcakra (anfalfiras.2019@student.uny.ac.id)

NANDARAFFIPRAMUDYA, atau yang lebih sering disapa Nanda, merupakan mahasiswa Fisika, Universitas Negeri Yogyakarta kelahiran Banyuwangi, 29 September 2000. Selain menjadi mahasiswa, penulis juga tertarik dengan Videografi, dalam hal ini adalah Film Pendek. Berkat kolaborasi dengan teman daerahnya, penulis sudah membuat beberapa film pendek dengan judul, Suoro, Buku Pengantar Kematian, dan lainnya. “Apa ditangan siapa, bisa berbeda dalam fungsi apa, karena siapa”, kalimat tersebut yang menjadi salah satu pegangan hidup penulis, sesuatu hal bisa berbeda fungsi, bergantung siapa yang mengendalikan/memegang. Sama halnya pemerintahan, Instansi ataupunOrganisasi,mungkinakanberbedafungsidanperananjika berada ditangan siapa dia dipegang dan dikendalikan (Email: nandaraffi.2019@student.uny.ac.id)

181

MARIA AMEYLIA TRISNA MURTI, perempuan yang lahir di Kulon Progo, 15 Mei 2001 ini kini tengah menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta jurusan Psikologi. Ketertarikannya pada buku dan musik membawanya pada dunia kepenulisan sajak, lirik, dan pembuatan lagu. Saat ini, ada 1 antologi puisi, 1 antologi cerpen, dan 2 lagu self-produce yang berhasil rilis, lho! "This to shall pass, finish what you start, His will be done" menjadi motivasi dan pengingat bahwa Ia harus terus melangkah maju, menyelesaikan apa yang telah ia mulai, dan memasrahkan hidupnya pada Tuhan, karena Tuhan yang akan menyertai sampai akhir. Pembaca bisa mengenal penulis lebih dalam melalui akun sosial media instagram @mariaameyliatrisnamurti (Emali: mariaatm.works@gmail.com )

MUHAMMAD TAUFIQ RIDHO, pria perantau kelahiran Jambi, 12 Mei 2001. Saat ini sedang menempuh Pendidikan tinggidiKotaPelajar.Mahasiswasemester 7 di Universitas negeri Yogyakarta. Dunia kepenulisan memang sudah tidak asing dilakukan, mulai dari ketertarikan, hobi, hingga kegemaran. Mungkin ini bukan tulisan yang pertama dan terakhir, ini ajang untuk mengembangkan memori perjalanan aktivitas sehari-hari. “Cintai hobimu maka rezekimu akan mengikutimu”.E-mail: muhammadtaufiq.2019@student.uny.ac.id

182

AULIYA EL IHSANI, perempuan yang biasadipanggilAul,Auliya,Elsainilahirdi Lamongan, 13 Juli 2000. Saat ini sedang menempuh semester 7 program studi Biologi di Universitas Negeri Yogyakarta. Jalan-jalan adalah hobinya, tetapi terkadang ada waktu untuk malas keluar (mager), yah sifat manusiawilah. Selain itu, membaca wattpad/noveljugamenjadikegemarannya.Sebagaimanusiayang hidup di dunia, diusahakanamalannya seimbang antara dunia dan akhirat.Penulis dapatdijumpai melalui sosial medianya: Ig : @auliya_el Email : auliyael.2019@student.uny.ac.id

HANIFAH FURAIDA, gadis penikmat langit dan senja ini lahir di Bantul, 23 Februari 2001. Saat ini menempuh kuliah Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Ketertarikan dengan langit dan segala ketenangannya membuatiasenangmenulispuisi."Setiap kamu beruntung, percayalah doa ibumu didengar" menjadi pengingat bahwa ibu adalah sebuah sayap dan petunjuk. Mintalah banyakdoabaikpadaibu,Allahpastimeridhoi.Jejaknyabisadiikuti melalui instagram @hanifahfuraida_ atau email hanifahfuraida.2019@student.uny.ac.id

183

Sekarang bukan lagi tentang seberapa sering kita bertemu, melainkan tentang seberapa sering kita saling mendoakan

184
185

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.