


Alfienda Choerul Putra Hiswara
Azhar Mufidah
Falah Fakihudin
Gesang Tahta Ainullah
Ignasius Aldy Pramudya
Lulu Maknun Laila Okta
Maulidan Mirza Tsany Gozali
Nia Kurnia Rizki
Putri Alfia Zahra
Rifatghani Panatahusna Adizaputra
Puji dan Syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan buku yang berjudul Potensi Desa Wisata Kawasan Tepi Hutan Sewurejo, Kec. Mojogedang, Kab. Karanganyar. Kami juga mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah terlibat dan memberikan dukungan sehingga buku ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :
1. Pak Agus Wibowo, selaku kepala desa Sewurejo, beserta jajarannya, yaitu seluruh perangkat desa Sewurejo
2. Pak Joko Sularto, selaku kepala dusun Bulukerto & Gambarwi
3. Dosen Pembimbing Lapangan, Dwi Priyo Ariyanto, S.P., M.Sc., Ph.D.
4. Seluruh narasumber yang telah meluangkan waktunya
Desa Sewurejo, dengan keindahan alamnya yang menawan dan kaya akan tradisi, menawarkan pengalaman wisata yang autentik dan menyegarkan. Dari lanskap hijau yang memukau hingga keramahan penduduknya, setiap elemen desa ini memiliki kisah menarik untuk diceritakan. Desa Sewurejo memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi desa wisata unggulan. Oleh karena itu, buku ini disusun untuk memperkenalkan kekayaan yang ada di Desa Sewurejo kepada khalayak luas. Buku ini akan menguraikan berbagai aspek kekayaan Desa Sewurejo, termasuk profil desa, serta daya tarik budaya, alam, dan home industry.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang jauh dari kata sempurna dalam buku ini, oleh karena itu kami menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi masyarakat Desa Sewurejo.
Karanganyar, Agustus 2024
Kelompok 97 KKN UNS Tematik Kemitraan Periode Juli-Agustus 2024
Provinsi : Jawa Tengah
Kabupaten/Kota : Karanganyar
Kecamatan : Mojogedang
Desa/Kelurahan : Sewurejo
Status Pemerintahan : Desa
Alamat Kantor Desa : Sumberejo, Sewurejo, Kec. Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57752
Pada zaman Hindia-Belanda, wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Sewurejo awalnya terdiri dari dua desa terpisah, yaitu Desa Tepus dan Desa Sewurejo. Desa Tepus mencakup dukuh Tepus, Blimbing, Bulurejo, dan Gambarwi, sementara Desa Sewurejo terdiri dari dukuh Sewurejo, Jubleg, dan Gragalan.
Pada tahun 1918, di bawah kekuasaan Demang Pontjomiguno, dibentuklah
Kademangan Sewurejo melalui penggabungan Desa Tepus, Desa Sewurejo, dan Seratan atau tanah Mangkunegaran yang terdiri dari dukuh Sumberejo, Bulukerto, dan Gondangmanis. Proses ini akhirnya mengantar pada pembentukan pemerintahan resmi Desa Sewurejo sebagai bagian dari Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
Daftar nama kepala desa yang menjabat sejak berdirinya Desa Sewurejo sejak tahun 1918 :
1. Rekso Wiryono (<1974)
2. Agus Sutarno (1974-1993)
3. Suyanto (1993-2006)
4. Suharno (2006-2019)
5. Agus Wibowo (2019-Sekarang)
Desa Sewurejo merupakan sebuah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Desa Sewurejo memiliki lahan non terbangun yang mencakup lahan pertanian tadah hujan, lahan kering, tegalan, dan hutan karet. Sedangkan lahan terbangun meliputi rumah dan berbagai fasilitas pendukung permukiman, seperti sarana pendidikan, kesehatan, peribadahan, perdagangan dan jasa, serta sarana ruang terbuka. Dengan kondisi tersebut, sebagian besar pendapatan ekonomi Desa Sewurejo berasal dari hasil pertanian, terutama padi, karena mayoritas penduduknya adalah petani. Selain itu,
desa ini juga memiliki sektor UMKM yang mencakup pembuatan keripik talas dan keripik singkong, produksi kandang ayam, tusuk sate, budidaya dan pengolahan jamur, pembuatan batako, dan berbagai usaha lainnya
Jarak pusat pemerintahan desa dengan :
• Pemerintahan Kecamatan : 2,2 km
• Ibukota Kabupaten : 9,3 km
• Ibukota Provinsi : 129 km
• Utara : Desa Pojok, Desa Mojogedang, dan Desa Ngadirejo
• Timur : Desa Gondangmanis, Desa Tohkuning
• Selatan : Kelurahan Delingan
• Barat : Kelurahan Gedong
Desa Sewurejo terdiri dari 10 dusun, 21 dukuh, 33 RT, dan 10 RW. Adapun dusun yang terdapat di Desa Sewurejo :
1. Gragalan (3 Dukuh, 3 RT, 1 RW)
2. Jubleg (1 Dukuh, 2 RT, 1 RW)
3. Sumberejo (2 Dukuh, 4 RT, 1 RW)
4. Sewurejo (1 Dukuh, 2 RT, 1 RW)
5. Bulukerto (1 Dukuh, 3 RT, 1 RW)
6. Gambaruwi (3 Dukuh, 3 RT, 1 RW)
7. Gondangmanis (1 Dukuh, 5 RT, 1 RW)
8. Blimbing (3 Dukuh, 2 RT, 1 RW)
9. Bulurejo (1 Dukuh, 3 RT, 1 RW)
10. Tepus (5 Dukuh, 6 RT, 1 RW)
Bulurejo
Blimbing
Gondangmanis
Bulukerto
Sewurejo
Jubleg
Sumberejo
Gambarwi
Gragalan
1. TK 01 Sewurejo
2. TK 02 Sewurejo
3. SD Negeri 01 Sewurejo
4. SD Negeri 02 Sewurejo
5. SD Negeri 03 Sewurejo
6. SD Negeri 04 Sewurejo
1. Posyandu Margi Rahayu (Tepus)
1. Masjid Nurul Iman
2. Masjid As-Sirooth
3. Masjid Jami' An Nuur
2. Posyandu Anggrek (Bulurejo)
3. Posyandu Kenanga (Blimbing)
4. Posyandu Flamboyan (Gondangmanis)
5. Posyandu Kamboja (Bulukerto)
6. Posyandu Mekar Sari (Sewurejo)
7. Posyandu Ngudi Rahayu (Jubleg)
8. Posyandu Mawar (Sumberejo)
9. Posyandu Melati (Gambarwi)
10. Posyandu Mugi Rahayu (Gragalan)
4. Masjid Umar bin Khattab
5. Masjid Al Fattahul Mubin
6. Masjid Al Mukarramah
7. Masjid Al-Ikhlas
8. Masjid Al Firdaus
9. Masjid Al Muna
10. Masjid Al Fattahul Mubin
11. Masjid Al Hidayah
12. Masjid Mambau'ul Ulum
13. Masjid Al-Hikmah
14. Gereja GPKAI Sewurejo Sarana
Reog merupakan jenis seni pertunjukan yang menggabungkan tarian, musik, dan drama. Meskipun demikian, setiap desa atau daerah mungkin memiliki keunikan dan variasi dalam pertunjukan Reog mereka. Di Sewurejo, Reog lebih dikenal dengan penampilan jathilan. Istilah jathilan berasal dari kata "jathil," yang merujuk pada salah satu tokoh dalam seni Reog Ponorogo yang digambarkan sebagai prajurit berkuda.
Saat pertunjukan dimulai, penonton akan melihat para penari duduk sila dalam formasi melingkar di sekitar menyan, jaran, dan cambuk. Penari kemudian memulai tarian dengan memukulkan cambuk sambil diiringi musik gamelan. Bagian yang paling menarik terjadi ketika musik sesekali tiba-tiba berhenti dan para penari mulai mengejar penonton yang mengenakan pakaian atau atribut berwarna merah. Salah satu ciri khas dari jathilan adalah adanya efek trance yang dialami oleh beberapa penari, di mana mereka menunjukkan perilaku yang tidak biasa atau bahkan tampak seperti tidak merasakan rasa sakit. Fenomena ini sering dihubungkan dengan kepercayaan spiritual atau mistis dalam masyarakat yang mengadakan pertunjukan tersebut. Pertunjukan jathilan sering kali diiringi dengan musik gamelan atau alat musik tradisional lainnya, dan biasanya diadakan dalam acara-acara festival atau upacara adat.
Wayang kulit adalah teater boneka yang menggunakan kulit yang dipotong dan dibentuk menjadi tokoh-tokoh cerita. Boneka ini biasanya terbuat dari kulit lembu atau kerbau yang dipahat dan dicat dengan warna-warna cerah. Tokoh-tokoh ini diletakkan di depan layar transparan dan diterangi dari belakang, sehingga bayangannya tampak bergerak di layar. Wayang kulit di Desa Sewurejo merupakan cerminan dari kekayaan budaya dan tradisi yang telah berkembang selama berabad-abad. Melalui pertunjukan ini, nilai-nilai, cerita, dan seni tradisional tetap hidup dan terus berlanjut dalam kehidupan masyarakat. Pertunjukan wayang kulit biasanya menampilkan cerita-cerita epik dari Mahabharata dan Ramayana, yang merupakan dua karya sastra klasik India yang sangat berpengaruh dalam budaya Jawa. Tokoh-tokoh wayang, seperti Arjuna, Bima, dan Hanuman, dimainkan oleh dalang (pemain) yang sangat terampil, dan cerita-cerita ini sering kali disampaikan dengan cara yang dramatis dan menghibur. Pertunjukan wayang kulit diiringi oleh musik gamelan, yang menciptakan suasana yang magis dan mendalam. Musik gamelan berfungsi untuk menegaskan suasana, menandai perubahan dalam cerita, dan menambah keindahan pertunjukan.
Wayang kulit bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan kultural yang mendalam. Pertunjukan sering kali dipandang sebagai bentuk meditasi atau renungan, dan banyak elemen cerita yang mengandung nilai-nilai moral dan filosofi Jawa. Dalam lingkup desa, wayang kulit juga berperan sebagai sarana untuk melestarikan dan menyampaikan nilai-nilai tradisional kepada generasi berikutnya.
Merti Dusun adalah sebuah upacara adat turun temurun yang diadakan di Desa Sewurejo. Upacara ini merupakan bagian dari tradisi lokal yang bertujuan untuk merayakan dan menghormati tanah serta leluhur. Merti Dusun adalah sebuah ritual atau upacara adat yang biasanya dilakukan di setiap dusun atau kampung untuk memohon berkah dan keselamatan dari Tuhan, menjaga keharmonisan dengan lingkungan, dan menghormati leluhur. Istilah "Merti" berasal dari bahasa Jawa yang berarti "membersihkan" atau "merawat", sedangkan "Dusun" merujuk pada komunitas atau wilayah tempat tinggal. Merti dusun biasa disebut juga sebagai “bersih dusun”. Dalam upacara ini, warga dusun atau desa secara bersama-sama melaksanakan prosesi adat dengan mengarak berbagai makanan, hasil bumi, dan sejenisnya ke berbagai lokasi tertentu, biasanya makam leluhur desa atau sendhang sambil berdoa bersama. Setelah doa bersama, acara dilanjutkan dengan tasyakuran atau makan bersama makanan hasil bumi yang diarak tersebut. Merti Dusun dianggap sebagai cara bagi masyarakat Sewurejo untuk menolak malapetaka.
Seiring dengan perubahan zaman, beberapa elemen dari Merti Dusun mengalami adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya yang berkembang. Namun, esensi dari upacara sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur tetap dipertahankan. Merti dusun di Sewurejo, selain melakukan upacara adat, biasanya dimeriahkan dengan berbagai lomba, pagelaran wayang, dan pertunjukkan reog. Merti Dusun di Desa Sewurejo adalah contoh nyata bagaimana tradisi lokal dapat memainkan peran penting dalam kehidupan komunitas, menjaga hubungan harmonis dengan alam dan leluhur, serta memperkuat ikatan sosial diantara warga desa.
Di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, terdapat dua pohon beringin besar yang memiliki daya tarik khas tersendiri. Terletak di tempat tinggi dengan pemandangan yang luas, kawasan ini menawarkan panorama megah Gunung Lawu dan Gunung Merapi, menciptakan suasana kebatinan yang tenang dan harmonis dengan alam. Kedua pohon beringin ini dikenal dengan nama Jati Unggul. Meskipun namanya "Jati Unggul," tidak ada pohon jati di lokasi tersebut. Menurut penduduk setempat, dahulu terdapat pohon jati di antara kedua beringin tersebut, tetapi pohon jati itu telah ditebang. Oleh karena itu, nama Jati Unggul diberikan karena kedua pohon beringin ini dianggap sebagai yang paling unggul dan tinggi di sekitarnya.
Saat ini Jati Unggul belum menjadi obyek wisata. Tidak ada tiket masuk bagi siapa saja yang akan berkunjung. Fasilitas hanyalah bangunan kecil bagi mereka yang akan melakukan tirakat di sini..
Salah satu destinasi wisata hutan yang dapat ditemukan dekat Desa Sewurejo adalah Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Alas Bromo. Kawasan ini, yang dulunya dikelola oleh Perhutani, kini diurus oleh Unit Pelayanan Terpadu Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan (UPT PPK) UNS dan lebih difokuskan untuk tujuan pendidikan dan penelitian. Namun, Alas Bromo juga dibuka untuk umum bagi mereka yang ingin menikmati keindahan hutan yang masih asri.
Di dalam kawasan ini, pengunjung dapat menemukan berbagai jenis pepohonan rindang serta beragam hewan, termasuk kambing, rusa totol, kupu-kupu langka, dan elang brontok. Untuk menjaga kelestarian habitat, kendaraan bermotor dan mobil tidak diizinkan masuk, sehingga untuk parkir dapat didepan pintu masuk. Meskipun dekat dengan kota, suasana di sini tetap sejuk berkat hutan lebat yang asri yang mengelilinginya. Lokasinya hanya berjarak sekitar 15 menit dari pusat Kota Karanganyar, dan buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 dengan tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang.
Meskipun tidak seramai destinasi wisata lainnya, Alas Bromo sering kali menjadi tempat acara edukasi dan kesenian, seperti pramuka, kegiatan outing class mahasiswa KKN, dan Bromo Culture Festival.
Dusun Bulukerto memiliki potensi yang sangat menjanjikan sebagai desa wisata dengan daya tarik utamanya terletak pada area persawahan yang menawan, di mana keindahan panorama gunung lawu di senja hari menciptakan pengalaman yang menakjubkan. Ketika matahari terbenam, langit yang berwarna-warni membingkai siluet gunung yang megah, sementara hamparan sawah yang menghijau memantulkan cahaya keemasan, menciptakan pemandangan yang menenangkan dan penuh pesona. Pengunjung dapat menikmati momen-momen magis saat senja sambil menjelajahi sawah, berinteraksi dengan petani lokal, dan mempelajari proses pertanian tradisional. Ditambah dengan suasana damai yang hanya bisa didapatkan di pedesaan, Dusun Bulukerto menawarkan kesempatan untuk bersantai, berfoto dengan latar belakang gunung, dan menikmati keindahan alam yang jarang ditemukan di tempat lain.
UMKM Tempe Mbah Patmo ini sudah berdiri selama kurang lebih 30 tahun. Usaha yang didirikan oleh Mbah Patmo ini kemudian diturunkan ke putri keduanya, yaitu Bu Daruki. Usaha ini berlokasi di Dusun Gambarwi, Dukuh Jerukwangi, dan dikelola oleh 4 tenaga kerja yang semuanya adalah anggota keluarga. Tempe yang diproduksi biasanya dijual di pasar terdekat, atau konsumen dapat membeli langsung di rumah. Selain memproduksi Tempe, Bu Daruki juga dapat menerima pesanan aneka snack dan makanan siap saji tergantung pesanan yang biasanya dipesan untuk acara-acara, meski begitu produksi tempe tetap menjadi usaha utama Bu Daruki.
Tempe Bu Daruki dijual seharga Rp4.000 untuk 4 iket tempe. Berbeda dari produsen tempe lainnya, Bu Daruki menggunakan metode khusus untuk memastikan kualitas dan citarasa tempe yang khas. Proses pembuatan dimulai dengan pemisahan kulit ari kedelai secara manual dan pembungkusan menggunakan daun pisang. Proses pembuatan tempe ini memakan waktu dua hari. Pada hari pertama, kedelai direbus dan direndam semalaman. Pada hari kedua, kedelai yang telah direndam kemudian dikupas, direndam lagi, dibersihkan, dan kemudian dimasukkan ke dalam karung untuk diinjak-injak. Setelah itu, kedelai direbus kembali, dijemur hingga kering, dan setelah dingin, proses fermentasi dilakukan. Pada hari ketiga, tempe sudah siap untuk dipasarkan.
Tantangan yang dihadapi termasuk kenaikan harga daun pisang selama musim kemarau dan kemungkinan kegagalan dalam proses pembuatan yang dapat menyebabkan kerugian. Meski begitu hal kebanggaan Bu Daruki dalam berwirausaha terletak pada tingginya minat konsumen terhadap tempe yang dibuatnya, yang bahkan sudah diekspor hingga ke Hongkong.
Pak Sunarno, seorang pengusaha UMKM tusuk sate di Desa Sewurejo, telah menjalankan usaha ini selama 2 tahun. Motivasi Pak Sunarno dalam memulai usaha ini adalah untuk menambah penghasilan tanpa membebani anak dan cucunya, terutama mengingat usianya yang sudah lanjut. Sebelum memulai usaha ini, Pak Sunarno bekerja sebagai tukang ngarit untuk kambing ternakannya. Melihat potensi bahan baku bambu di Desa Sewurejo, Pak Sunarno memutuskan membuka usaha tusuk sate dengan modal bambu dan mesin yang dibelinya. Tusuk sate yang diproduksi Pak Sunarno terbuat dari bambu petung, bukan bambu biasa, karena mempertimbangkan bobot bambunya agar menghasilkan tusuk sate yang berkualitas. Bambu untuk produksi ini dibeli dari pemasok bambu. Tusuk sate Pak Sunarno dijual dengan harga Rp7.000 per kilogram, dan dalam sehari Pak Sunarno dapat memproduksi sekitar 20 kilogram. Produk ini dipasarkan kepada juragan yang akan mendistribusikannya ke berbagai kota.
Produksi pembuatan kandang ayam oleh Bu Suharti telah berdiri selama 4 tahun. Usaha produksi kandang ayam ini beralamat di Bulukerto RT 01 RW 05. Pada awalnya usaha produksi kandang ayam ini adalah milik ayahnya yang kemudian dilanjutkan oleh Bu Suharti. Alasan Bu Suharti memilih melanjutkan usaha ini adalah karena dapat dilakukan di rumah, memungkinkan dia untuk bekerja sambil menjaga anaknya yang masih kecil. Dalam sehari, Bu Suharti dapat memproduksi 3 hingga 5 kandang ayam dengan ukuran berbeda: 72 cm untuk ayam jago dan 50 cm untuk ayam kecil. Kandang-kandang tersebut dipasarkan ke toko-toko dan dipromosikan melalui media sosial, seperti TikTok dengan username @Putrambarep.
Kendala dalam usaha ini adalah kesulitan mendapatkan bahan baku akibat fluktuasi harga. Bu Suharti dapat memproduksi antara 40 hingga 50 kandang per bulan, tergantung permintaan dari toko. Harga kandang berkisar antara Rp40.000 hingga Rp65.000, tergantung ukuran. Dalam sehari, Bu Suharti meraup keuntungan sekitar Rp500.000 dengan penghasilan bersih sekitar Rp200.000. Bu Suharti merasa bangga ketika mendapatkan pesanan besar dan dapat memasarkan produknya hingga ke luar Jawa. Dia berharap usahanya dapat berkembang lebih besar di masa depan, dengan cita-cita untuk mendirikan pabrik pembuatan kandang ayam.