Makalah Manajemen - Pengorganisasian

MAKALAH MANAJEMEN PENGORGANISASIAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ir. Wahyu Wasokowati, M.A.Sc.

Disusun Oleh : DIMAS DANINDRO DEWANTO AJI

21/474017/TK/52271

MUHAMMAD ARIF

21/474672/TK/52368

MUHAMMAD ALVIN SOFYAN

21/477219/TK/52554

SEBASTIAN BINSAR PANGARIBUAN

21/477842/TK/52635

ASADUDDIN BARI

21/479299/TK/52855

DIVANI INDIRA SAVITRI

21/479717/TK/52921

AZIS BRAMANTYO SUSILO

21/480110/TK/52976

ADISA KINTAN PUANA

21/482698/TK/53345

ZAHRA AISYA ROSA FEBRIANINGTYAS

21/482831/TK/53380

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2023

A. Pengertian Organisasi Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang merupakan wadah atau sarana untuk mencapai berbagai tujuan. Sasaran organisasi memiliki banyak komponen yang melandasi diantaranya terdapat banyak orang, tata hubungan kerja, spesialis pekerjaan dan kesadaran rasional dari anggota sesuai dengan kemampuan dan spesialisasi mereka masing-masing. Orang-orang di dalam organisasi memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing dalam menjalankan suatu organisasi. Organisasi selain dipandang sebagai wadah kegiatan orang juga dipandang sebagai proses, yaitu menyoroti interaksi diantara orang-orang yang menjadi anggota organisasi. Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia yang saling berinteraksi dan mengembangkan organisasi yang bersangkutan. Organisasi dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam rangka mengoptimalkan kinerja pegawai tidak terlepas dari pemberdayaan potensi yang ada.

B. Elemen Pengorganisasian Untuk menjalankan unsur-unsur organisasi, seorang manajer harus memiliki pedoman agar pengorganisasian dapat berjalan dengan baik. Tugas penting manajer dalam hal ini adalah mengatur, mendefinisikan tugas, dan menyelesaikan tugas dengan efektif dan efisien. Prinsip atau elemen pengorganisasian yang dapat dijadikan pedoman oleh seorang manajer agar dapat menjalankan fungsi organisasi antara lain: 1. Spesialisasi kerja Spesialisasi kerja merupakan prinsip pembagian tugas yang kompleks menjadi beberapa unit pekerjaan untuk dijalankan oleh tiap individu. Prinsip ini sering disebut dengan prinsip pembagian kerja atau division of work. Dengan adanya pembagian pekerjaan, tiap individu dapat meningkatkan produktivitasnya karena tugas yang dijalankan terfokus dan sama setiap harinya sehingga pekerjaan lebih efisien. Di samping kualitas yang terjaga, tiap individu juga dapat merasakan kebosanan akan rutinitas yang berulang yang dapat berpengaruh ke produktivitas yang kian menurun. Untuk mengatasi masalah ini, dapat dilakukan rotasi pekerjaan untuk menghindari kebosanan tiap individu.

2. Departementalisasi

Departementalisasi dapat diartikan sebagai pembagian menurut departemen dalam suatu organisasi atau perusahaan sesuai dengan kebutuhan, jenis kegiatan, wilayah, proses,

waktu,

dan

sebagainya.

Departementalisasi

dapat

dibagi

menjadi

departementalisasi fungsional dan divisional. Departementalisasi fungsional merupakan bentuk umum dan dasar dari departementalisasi, yaitu dengan menggunakan pendekatan fungsi yang sama atau kegiatan yang sejenis, sedangkan departementalisasi divisional dapat ditemui pada perusahaan dengan banyak produk, yang kemudian membagi divisinya atas dasar kategori produk, wilayah, langganan, dan proses atau peralatan.

3. Rantai komando Rantai komando merupakan jalur otoritas yang jelas dan pasti diantara semua posisi yang ada di dalam organisasi. Dalam elemen ini pada dasarnya mempunyai dua komponen yaitu: a) Kesatuan Komando Bahwa setiap orang didalam suatu organisasi harus memiliki suatu hubungan pelaporan yang jelas kepada satu dan hanya satu atasan saja. b) Prinsip Skalar Bahwa harus tercipta suatu jalur yang jelas dan tidak terputus yang menghubungkan posisi terendah hingga posisi tertinggi dalam organisasi .

Ada tiga konsep yang perlu kita pahami untuk menerapkan elemen ini yaitu wewenang dimana merujuk pada hak mutlak dalam posisi manajerial untuk memerintahkan apa yang harus dilakukan stafnya dan mengharapkan itu dijalankan dengan amanah, tanggung jawab adalah kewajiban untuk melaksanakan tugas sesuai perintah, dan kesatuan komando yang juga merupakan komponen elemen ini dimana mempunyai tujuan agar tidak ada tumpang tindih dari beberapa jabatan atas yang dapat memunculkan suatu masalah.

1. Rantai kendali Maksud dari rantai kendali adalah jumlah staf yang dapat melapor dan diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif. Adapun sudut pandang pembagian ini dibagi menjadi dua yaitu: a) Rentang luas

Mempercepat waktu penyebaran informasi, mengurangi kemungkinan distorsi informasi, penggunaan sumber daya manajer menjadi efisien.

b) Rentang sempit Moral dan produktivitas meningkat dalam organisasi kecil, terlalu lebar manajer tidak dapat menjalankan fungsinya dengan efektif Faktor yang mempengaruhi rantai kendali: a. Kompetensi supervisor dan bawahan: Semakin tinggi kompetensi, maka potensi rentang semakin tinggi. b. Penyebaran bawahan secara fisik: Semakin lebar atau luas penyebaran, maka rentang pun akan semakin sempit. c. Tingkat pekerjaan manajer yang tidak berkaitan dengan pengawasan: Semakin banyak pekerjaan yang tidak berkaitan dengan pengawasan, maka potensi rentang akan semakin sempit. d. Tingkat interaksi yang diperlukan: Semakin sedikit interaksi yang diperlukan, maka potensi rentang akan semakin luas. e. Tingkat prosedur yang terstandarisasi: Semakin banyak prosedur, maka potensi rentang akan semakin luas juga. f. Kemiripan tugas yang berada dalam pengawasan: Semakin serupa tugas- tugas, maka potensi rentang akan semakin luas. g. Frekuensi masalah baru: Semakin tinggi frekuensi, maka potensi rentang akan semakin luas. h. Preferensi supervisor dan bawahan.

2. Sentralisasi dan desentralisasi Desentralisasi adalah proses yang secara sistematis mendelegasikan kekuasaan dan otoritas kepada manajer tingkat menengah dan manajer tingkat rendah di seluruh organisasi. Desentralisasi merupakan ujung dari satu kontinum yang diujung lainnya terdapat sentralisasi, proses yang secara sistematis mempertahankan kekuasaan dan otoritas ditangan manajer puncak. Sedangkan sentralisasi adalah proses yang secara sistematis mempertahankan kekuasaan dan otoritas di tangan manajer tingkat tinggi.

Organisasi yang terdesentralisasi adalah organisasi dimana kekuasaan pengambilan keputusan dan otoritas didelegasikan sejauh mungkin dalam rantai komando. Sebaliknya, organisasi yang tersentralisasi, kekuasaan pengambilan keputusan dan otoritas dipertahankan pada tingkat manajemen yang lebih tinggi.

Faktor-faktor yang menentukan posisi organisasi dalam kontinum desentralisasi sentralisasi yaitu lingkungan eksternal organisasi. Biasanya semakin besar kompleksitas dan ketidakpastian lingkungan, semakin besar kecenderungan untuk desentralisasi.

Faktor penting lainnya adalah sejarah organisasi.

3. Formalisasi.

Formalitas menyatakan sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan. Hal ini menyatakan perbedaan posisi lini dan staf dalam organisasi. Posisi lini ialah yang berapa di rantai komando langsung yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Posisi staf adalah yang menyediakan keahlian, nasihat, dan dukungan untuk posisi lini. Organisasi dengan elemen ini akan ada syarat dan aturan organisasi serta mempunyai gambaran yang jelas mengenai prosedur yang terkait dengan proses kerja.

C. Prinsip Pengorganisasian Prinsip pengorganisasian merujuk pada pedoman atau aturan dasar yang digunakan untuk merencanakan, mengkoordinasi, dan mengelola suatu organisasi. Prinsip-prinsip ini diperlukan agar dapat memastikan bahwa organisasi berjalan secara efektif dan efisien.

Prinsip tersebut meliputi: 1. Prinsip Spesialisasi Kerja (Work Specialization) Prinsip ini merujuk pada pembagian pekerjaan menjadi tugas-tugas yang lebih kecil dan spesifik kemudian diberikan kepada individu atau kelompok yang memiliki ketrampilan dalam melaksanakan tugas tersebut. Fokus pada tugas yang spesifik membuat individu atau kelompok dapat melakukan tugas mereka dengan efisien karena mereka lebih berkonsentrasi pada pengembangan yang diperlukan dan waktu pelatihan akan lebih singkat. Spesialisasi kerja dapat meningkatkan produksi karena pekerjaan dilakukan bersama-sama oleh berbagai spesialis serta meminimalkan adanya risiko kesalahan.

2. Prinsip Wewenang atau Otoritas (Autority)

Prinsip wewenang adalah konsep dasar dalam pengorganisasian yang menetapkan kekuasaan untuk memberikan perintah, membuat keputusan, dan mengarahkan orang lain dalam organisasi. Prinsip ini memastikan bahwa setiap tingkatan dalam struktur organisasi memiliki tingkat kekuasaan yang jelas dan terdefinisi. Wewenang harus dijelaskan dengan jelas agar setiap anggota organisasi memahami batas dan tanggung jawabnya sehingga mencegah adanya konflik dan kebingungan. Individu atau kelompok yang memiliki wewenang harus bertanggung jawab terhadap tugasnya.

3. Prinsip Rantai Komando (Chain Of Command) Prinsip ini menetapkan jalur resmi atau hirearki dalam mengambil keputusan dan penyampaian perintah dari tingkat tertinggi sampai tingkat terendah. Prinsip ini menjelaskan tentang siapa yang bertanggung jawab dan harus melapor kepada siapa. Dua dasar utama dari prinsip ini antara lain: a. Kesatuan Komando (Unity Of Command) Prinsip ini menyatakan bahwa setiap individu dalam organisasi menerima perintah dan bertanggung jawab pada satu atasan. Menerima perintah dari atasan yang terlalu banyak menyebabkan kebingungan dan kesulitan menentukan tugas prioritas. b. Jenjang Berantai (Scalar Chain) Prinsip ini berupa garis vertikal wewenang dari atas sampai ke bawah tanpa putus yang menunjukkan seseorang apa saja wewenang dan tanggung jawabnya.

4. Prinsip Pendelegasian Wewenang (Delegation) Prinsip ini adalah memberikan tanggung jawab, kewenangan, dan kekuasaan kepada orang lain dalam organisasi. Pendelegasian harus sejalan dengan tanggung jawab yang diberikan kepada orang tersebut. Tanpa ada delegasi wewenang, seorang manajer akan kesulitan jika mengerjakan semuanya sendirian.

5. Prinsip Rentang Kendali (Span Of Control) Prinsip ini merujuk pada jumlah karyawan yang dapat secara efektif dan efisien diawasi oleh seorang atasan dalam organisasi. Jumlah ini bervariasi tergantung pada kompleksitas tugas, keahlian manajerial, dan tingkat interaksi yang diperlukan.

D. Proses Fungsi Pengorganisasian

Proses fungsi pengorganisasian terjadi beberapa fase yang ditunjukkan sebagai berikut: 1. Mengacu pada Rencana dan Tujuan Proses organisasi dalam manajemen diawali dari memutuskan dan meninjau rencana serta tujuan manajemen. Fungsi organisasi yang selanjutnya adalah pelaksanaan dari rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan dalam proses ini. Proses ini merupakan proses pertama dalam penerapan rencana manajemen. Desain fungsi dari organisasi akan dipengaruhi dan disesuaikan menurut rencana. Setiap karyawan dari organisasi perlu mengerti tujuan manajemen, supaya arah kerja semua orang benar dan efektif. Melalui kerja yang efektif, biaya yang perlu dikeluarkan juga akan lebih rendah.

2. Menentukan Tugas Utama Setelah rencana dan tujuan sudah disusun, tahap selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menentukan tugas-tugas utama dari organisasi. Manajemen memiliki banyak tingkat dan bagian, seperti dari atasan ke bawahan, juga seperti manajemen di bagian keuangan, pemasaran, atau operasional. Pada tahap ini, tugastugas utama dari masing-masing manajemen ditentukan. Bidang yang berbeda akan memiliki tugas yang juga berbeda, oleh karena itu, setiap departemen dalam organisasi memiliki tanggung jawab dan kewenangan yang jelas.

3. Membagi Tugas kepada Individu Anggota individual menjadi eksekutor rencanan organisasi, sehingga keberhasilan organisasi tersebut sangat bergantung pada orang yang mengelolanya.

Para individu perlu ditempatkan pada bagian yang dikuasai dengan baik, karena kesalahan identifikasi atas seseorang dapat menyebabkan kerugian yang besar.

Pembagian tugas, besar atau kecil, perlu diberikan kepada orang yang tepat, untuk meminimalisir masalah yang mungkin terjadi dari kesalahan. Fungsi organisasi seperti ini juga dapat diartikan sebagai pemberian kewenangan sehingga pemberian imbalan tentu akan diperoleh oleh anggota mampu mengerjakan tugas yang diberikan kepada mereka.

4. Mengalokasikan Sumber Daya Setelah tugas dan penanggung jawab ditetapkan, tahap selanjutnya adalah alokasi sumber daya organisasi untuk digunakan dan dimanfaatkan. Setiap sumber

daya dapat digunakan dengan maksimal asalkan sesuai rencana dan tujuan organisasi. Perlu mencari cara yang paling ideal untuk menggunakan sumber daya, sehingga bisa memberikan manfaat maksimum. Alokasi ini akan dilakukan oleh anggota organisasi yang berwenang.

5. Evaluasi Strategi Pengorganisasian Evaluasi adalah proses terakhir dari fungsi pengorganisasian. Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan evaluasi terhadap apa yang terjadi sejak proses perencanaan dilaksanakan. Pertahankan kemajuan yang diperoleh, terus bangun menjadi lebih baik. Evaluasi masalah yang telah terjadi, lakukan perbaikan pada tiap masalah hingga diperoleh hasil yang lebih baik.

E. Desain Organisasi yang Umum Dalam pembentukan dan pengeksekusian suatu organisasi, desain organisasi menjadi penting karena bagan tersebut akan memberikan gambaran yang jelas mengenai struktur yang diadaptasi oleh sebuah organisasi. Dari bagan ini, skala kerja dan prinsip kerja organisasi tersebut dapat diidentifikasi. Umumnya, struktur organisasi dibagi menjadi dua, yaitu tradisional dan modern.

1.

Struktur Organisasi Tradisional Saat sebuah organisasi mengadaptasi struktur tradisional, organisasi ini berfokus pada prinsip komando yang jelas dari tingkat manajemen bagian atas sampai ke bawah. Jika sebuah organisasi dipimpin oleh seorang CEO, manajemen setiap departemen akan melapor langsung kepada CEO dan staff setiap departemen akan melapor langsung terhadap manajernya. Hal ini menyebabkan desain organisasi tradisional menyerupai piramid. Berdasarkan skalanya, struktur organisasi tradisional dapat dibagi menjadi tiga bagian.

A. Struktur Organisasi Sederhana

Struktur ini ditemui pada organisasi tingkat kecil, biasanya bisnis skala kecil.

Strukturnya yang sederhana menyebabkan kecilnya tingkat departementalisasi, tidak ada lapisan manajemen dan departemen yang khusus. Selain itu, tingkat spesifikasi kerjanya juga rendah, kepemimpinan dipegang sepenuhnya oleh pemiliki, dan sedikitnya formalisasi aturan. Umumnya, bisnis akan selalu dimulai dari struktur organisasi sederhana, sampai saat bisnis terus berkembang, staf dengan kemampuan khusus dapat ditempatkan menjadi manajer di departemen tertentu. Saat departemen mulai terbentuk, struktur organisasi sederhana akan mengalami transisi ke bentuk fungsional.

B. Struktur Organisasi Fungsional

Struktur ini ditemukan pada organisasi yang telah mengadaptasi sebuah departemen di dalamnya. Kebanyakan organisasi mengadaptasi struktur ini karena dengan sekelompok sumber daya manusia dengan pengetahuan yang sama, jika dikombinasikan dalam sebuah tim, dapat membantu perusahaan meraih tujuannya. Dengan struktur ini, CEO dapat berfokus kepada tujuan skala

besar dari organisasi, sedangkan setiap manajer dapat berfokus untuk mencapai tujuan departemen masing-masing. Staff pada setiap departemen akan bertanggung jawab secara langsung terhadap manajernya.

C. Struktur Divisional

Struktur ini membuat divisi berdasarkan fungsi organisasinya yang berbeda-beda. Fungsi yang dimaksud dapat berupa produk yang dihasilkan atau area didirikannya perusahaan. Artinya, setiap divisi dapat memiliki bagian marketing, R&D, dan keuangannya sendiri. Misalnya, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang FMCG, menghasilkan sabun dan shampo. Divisi penghasil sabun dan shampo akan memiliki “struktur fungsionalnya” sendiri. Contoh lainnya adalaah sebuah perusahaan yang dibangun di Amerika Utara dan Eropa memproduksi produk berupa makanan ringan dengan jenis yang sama. Kedua divisi yang berada di tempat yang berbeda ini akan memiliki “struktur fungsionalnya” sendiri karena lokasi geografi yang berbeda dapat memengaruhi selera dari konsumen.

2. Struktur Organisasi Modern

Struktur organisasi modern dapat diidentifikasi dari tidak adahanya hierarki dan rantai komando dari manajemen bagian atas ke bawah. Struktur ini tidak menggunakan batasan departemen antara stafnya dan seluruh stafnya harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnisnya. Hal ini menyebabkan diperlukannya kreativitas dari staf untuk mencari cara yang terbaik dalam menyelesaikan proyeknya. Terdapat tiga jenis struktur organisasi modern.

A. Struktur tim

Struktur ini terdiri dari beberapa tim yang bekerja sama untuk meraih serbuah tujuan utama lewat melakukan pekerjaan mereka masing-masing.

Struktur ini tidak menekankan hierarki dan memberikan fleksibilitas kerja yang lebih. Misalnya, sebuah perusahaan kertas yang memproduksi tiga jenis kerja dapat memiliki manajer proyek di setiap produksi kertasnya.

Dalam setiap tim, terdapat ahli yang membuat kertas, ahli yang memastikan kualitas kertas memenuhi regulasi pemerintah, dan pemimpin tim yang memanajemen setiap ahli di grupnya.

B. Struktur matriks

Struktur ini terdiri dari hierarki struktur fungsional yang dipimpin oleh manajer dari setiap departemen dan manajer proyek yang dapat mengatur staff dari departemen yang berbeda-beda. Tipe struktur ini biasanya diadaptasi jika proyek yang dikerjakan sangat kompleks. Tipe struktur ini memperbolehkan adanya kolaborasi antara departemen dibandingkan mencari solusinya dari manajemen tingkat atas. Dengan struktur ini, proyek dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang keahlian dan mereka dapat bekerja sama untuk menemukan solusi terhadap masalah yang ada.

C. Struktur Datar

Pada struktur ini, kebanyakan manajemen tingkat tengah (pemimpin tiap departemen) ditiadakan. Artinya, para staf diberikan lebih banyak tanggung jawab utnuk membuat keputusan tanpa adanya tekanan hierarki atau pengawasan yang akhirnya dapat menyebabkan organisasi lebih produktif. Tipe ini biasanya diadaptasi oleh perusahaan kecil atau start up karena mereka memiliki sedikit staff dan proyek untuk diatasi.

F. Struktur Pengorganisasian

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menggambarkan susunan dan hubungan antarbagian pada suatu organisasi. Struktur ini memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana tugas, tanggung jawab, dan wewenang didistribusikan di antara anggota organisasi. Berikut merupakan bentuk-bentuk dari struktur organisasi.

1. Struktur Organisasi Lini Struktur organisasi lini diciptakan oleh Henry Fayol. Struktur organisasi lini merupakan bentuk yang paling sederhana dalam organisasi. Struktur ini menjelaskan bahwa wewenang organisasi dipegang langsung oleh manajemen puncak atau manajer atas yang di terapkan pada karyawannya untuk mencapai keberhasilan.

Namun, manajer dari masing-masing departemen masih diberi kesempatan untuk membuat pengambilan keputusan bagi departemennya, tetapi manajemen puncak tetap menjadi komando. Organisasi lini hanya tepat dipakai dalam organisasi kecil, seperti rukun tetangga, perbengkelan, dan kedai nasi.

DIREKTUR

MANAJER

PELAKSANA

PELAKSANA

MANAJER

PELAKSANA

PELAKSANA

Berikut merupakan keuntungan dari organisasi lini: 1) Kedisiplinan pegawai tinggi 2) Koordinasi lebih mudah dilaksanakan 3) Proses pengambilan keputusan cepat 4) Garis kepemimpinan jelas dan tegas 5) Pengendalian mudah dilaksanakan dengan cepat 6) Pengawasan berjalan efektif

Berikut merupakan kerugian dari organisasi lini: 1) Tujuan dan keinginan pribadi pimpinan terkadang sulit dibedakan dengan tujuan organisasi 2) Pembebanan yang berat dari pejabat pimpinan 3) Adanya kecenderungan pimpinan bertindak secara diktaktor dan bersikap kaku (tidak fleksibel).

4) Kesempatan pegawai untuk berkembang agak terbatas karena sukar untuk berinisiatif sendiri 5) Organisasi terlalu tergantung kepada pimpinan

2. Struktur Organisasi Lini dan Staff Struktur ini merupakan struktur di mana para staff memberi masukan dan datadata yang dibutuhkan ke pada pemimpin. Pada struktur ini, pucuk pimpinan tetap hanya satu orang dan dibantu dengan staff, memiliki jumlah karwayan yang banyak, biasanya berbentuk organisasi yang besar dan kompleks.

DIREKTUR

MANAJER PEMASARAN

MANAJER PRODUKSI

UNIT – I Sepatu, Sandal, Selop

MANAJER KEPEGAWAIAN

MANAJER KEUANGAN

UNIT – II Tas, Koper, Dompet

Berikut merupakan keuntungan dari organisasi lini dan staff: 1) Asas kesatuan komando tetap ada dan pimpinan tetap dalam satu tangan.

2) Adanya tugas yang jelas antara pimpinan staff dan pelaksana 3) Tipe organisasi garis dan staf fleksibel, karena dapat ditempatkan pada organisasi besar maupun kecil

4) Pengembalian

keputusan

relatif

mudah,

karena

mendapat

bantuan/sumbangan pemikiran dari staff 5) Koordinasi mudah dilakukan, karena ada pembagian tugas yang jelas

Berikut merupakan kerugian dari organisasi lini dan staff: 1) Kelompok pelaksana terkadang bingung untuk membedakan perintah dan bantuan nasihat 2) Solidaritas pegawai kurang, karena adanya pegawai yang tidak saling mengenal 3) Sering terjadi persaingan tidak sehat, karena masing-masing menganggap tugas masing-masing yang paling penting

3. Struktur Organisasi Fungsional Organisasi fungsional diciptakan oleh F.W. Taylor adalah suatu organisasi dimana wewenang dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan fungsional untuk dikerjakan kepada para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus. Setiap pegawai mempunyai pengawas lebih dari satu orang atasan yang berberda-beda. Pada pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan, bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan, pekerjaan lebih banyak bersifat teknis, target-target jelas dan pasti, pengawasan ketat, dan penempatan jabatan berdasarkan spesialisasi.

DIREKTUR

MANAJER PEMASARAN

MANAJER PRODUKSI

MANAJER SDM

KARWAYAN

MANAJER OPERASIONAL

MANAJER KEUANGAN

Berikut merupakan keuntungan dari organisasi fungsional: 1) Spesialisasi dapat dilakukan secara optimal 2) Para pegawai bekerja sesuai ketrampilannya masing-masing 3) Produktivitas dan efisiensi dapat ditingkatkan

Berikut merupakan kerugian dari organisasi fungsional: 1) Pekerjaan seringkali sangat membosankan 2) Sulit mengadakan perpindahan karyawan dari satu bagian ke bagian lain karena pegawai hanya memperhatikan bidang spesialisasi sendiri saja 3) Sering ada pegawai yang mementingkan bidangnya sendiri, sehingga koordinasi menyeluruh sulit dan sukar dilakukan

4. Struktur Organisasi Divisional Organisasi divisional terbagi atas divisi berdasarkan beberapa jenis, yaitu pelanggan, produk, dan juga geografi. Direktur memiliki tanggung jawab atas setiap produk yang akan di keluarkan berdasarkan kebutuhan dan juga jenis konsumen.

DIREKTUR

DIVISI PRODUK 1

SDM

MANUFAKTUR

DIVISI PRODUK 2

AKUNTANSI

SDM

MANUFAKTUR

Berikut merupakan keuntungan dari organisasi divisional: 1) Lingkungan kerja lebih kolaboratif

AKUNTANSI

2) Alur kerja lebih fleksibel 3) Pengelolaan lebih mudah karena dibagi setiap divisi

Berikut merupakan kerugian dari organisasi divisional: 1) Pengawasan dari pihak atas kurang baik 2) Alokasi anggaran biaya operasional yang besar 3) Terjadi persaingan antardivisi 4) Berpotensi memiliki koordinasi kerja yang kurang baik

G. Pendekatan untuk Memperbaiki Sistem Pengorganisasian Pendekatan yang dapat diterapkan perusahaan untuk memperbaiki sistem pengorganisasian sehingga mampu menciptakan lingkungan yang inovatif dan meningkatkan kinerja adalah sebagai berikut : 1.

Pendekatan Inovatif Pendekatan ini memandang perusahaan sebagai laboratorium ide yang menciptakan ide baru dan memfasilitasi inovasi melalui sumber daya yang ada.

Adaptabilitas, kemauan berkesperimen, pengambilan keputusan, eksekusi yang cepat, dan kemampuan untuk melihat peluang yang unik adalah kunci dalam membangun sistem inovatif.

2.

Pendekatan Struktural Pendekatan ini melibatkan modifikasi dan pengaturan sistem internal seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja, sistem komunikasi, hubungan tanggung jawab, atau wewenang. Modifikasi aliran kerja dalam organisasi juga mampu meningkatkan produktivitas dan semangat kerja.

3.

Pendekatan Teknologi Pendekatan ini bertujuan memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi mau pun teknologinya. Misalnya, pengenalan teknologi baru yang diikuti dengan pengorganisasian kembali bagian-bagian menjadi lebih kecil, pemanfaatan analitika data, dan penerapan internet of things (IoT).

4.

Pendekatan Sistem

Pendekatan ini melihat organisasi sebagai kesatuan yang tak terpisahkan dan saling berinteraksi. Hal yang diperbaiki meliputi sistem pengelolaan kinerja organisasi, manajemen rantai pasokan terintegrasi, dan sistem manajemen proyek.

5.

Evaluasi dan Penilaian Ulang Melakukan evaluasi terhadap proses bisnis yang tekah dijalankan. Meninjau ulang struktur perusahaan, mempertimbangkan sarana prasarana yang digunakan, dan menilai kembali sistem yang berjalan sehingga dapat diketahui kelemahannya.

Hal tersebut dapat membantu memperbaiki sistem manajemen yang tidak efektif.

H. Pengembangan Organisasi Pengembangan organisasi menjadi suatu kebutuhan penting dalam mengelola sebuah organisasi, yang dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti perubahan lingkungan, peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta kebutuhan akan inovasi dan adaptasi.

Berbagai ahli memberikan beragam interpretasi terkait makna pengembangan organisasi sebagai berikut. a. Richard L. Daft dan Dorothy Marcic Pengembangan organisasi merupakan upaya sistematis dan berkelanjutan untuk mengubah organisasi agar lebih efektif dalam mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan stakeholder. b. Wendell L. French dan Cecil H. Bell Jr. Pengembangan

organisasi

merupakan

upaya

yang

direncanakan

dan

berkesinambungan untuk meningkatkan keseluruhan efektivitas organisasi dan kesejahteraan anggota organisasi melalui intervensi yang dipilih. c. Richard Beckhard dan Reuben T. Harris Pengembangan organisasi merupakan usaha yang berencana dan berkelanjutan yang dilakukan bersama oleh anggota organisasi yang memanfaatkan metode bimbingan dari konsultan, untuk meningkatkan kapasitas organisasi dalam memecahkan masalah dan mengubah diri. d. Warren Bennis Pengembangan organisasi merupakan proses menyelaraskan organisasi dengan kebutuhan-kebutuhan lingkungan, mengintegrasikan individu dengan organisasi, dan mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan pribadi para anggotanya.

Dari berbagai definisi pengembangan organisasi oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pengembangan organisasi adalah mencapai perubahan positif dalam organisasi. Hal positif tersebut ialah peningkatan kualitas karyawan dan efektivitas organisasi, peningkatan kinerja individu dan tim, serta pertumbuhan dan keberlanjutan organisasi secara keseluruhan.

Pengembangan organisasi dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, dan salah satu metode yang sangat dikenal adalah “Lewin's Change Model” atau Model Perubahan Lewin. Model ini dikembangkan oleh Kurt Lewin, seorang psikolog sosial ternama, model ini menyajikan suatu kerangka kerja konseptual untuk memahami serta mengelola perubahan dalam konteks organisasi. Model ini terdiri dari tiga tahap utama, yakni "membekukan" (unfreeze), "mengubah" (change), dan "membekukan kembali" (refreeze).

1. Tahap "Unfreeze" (Membekukan): Langkah awal dalam model ini disebut sebagai "unfreeze". Pada tahap ini, organisasi perlu mempersiapkan diri dan anggotanya untuk menerima perubahan yang akan dilakukan. Ini melibatkan pengenalan terhadap kebutuhan atau alasan di balik perubahan, mengidentifikasi hambatan yang mungkin muncul dalam organisasi, dan mengatasi resistensi terhadap perubahan tersebut. Lewin menggambarkan langkah ini sebagai suatu proses "membekukan" kondisi status quo yang ada dan menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya perubahan.

2. Tahap "Change" (Mengubah): Langkah kedua disebut sebagai tahap "change". Pada tahap ini, perubahan sesungguhnya terjadi. Organisasi mengimplementasikan perubahan yang diinginkan, termasuk perubahan dalam kebijakan, proses, struktur, atau budaya.

Pada tahap ini, komunikasi yang efektif, keterlibatan karyawan, dan dukungan manajemen yang kuat sangat diperlukan untuk mengelola perubahan dengan sukses. Proses ini sering melibatkan eksperimen, pembelajaran, dan penyesuaian guna memastikan perubahan tersebut terintegrasi secara efektif dalam organisasi.

3. Tahap "Refreeze" (Membekukan Kembali): Tahap terakhir adalah "refreeze". Pada tahap ini, perubahan yang telah diimplementasikan menjadi bagian dari kehidupan dan budaya organisasi.

Organisasi menstabilkan perubahan tersebut dan memastikan bahwa perubahan

tersebut terintegrasi secara berkelanjutan ke dalam operasi sehari-hari. Pada tahap ini, perubahan yang baru diadopsi dikonsolidasikan melalui pengembangan kebijakan, prosedur, dan sistem yang mendukung. Tujuannya adalah memastikan bahwa perubahan yang telah dilakukan menjadi kebiasaan baru dan tidak kembali ke keadaan semula.

Model Perubahan Lewin dikenal karena pendekatannya yang mudah dipahami dan intuitif, dengan fokus pada pemahaman dan manajemen perubahan sebagai suatu proses yang melibatkan elemen manusiawi. Lewin meyakini bahwa perubahan yang berhasil tidak hanya melibatkan perubahan struktural atau teknis, melainkan juga perubahan dalam pikiran, sikap, dan perilaku individu. Oleh karena itu, melalui langkah-langkah "unfreezechange-refreeze", model ini menyediakan suatu kerangka kerja yang membantu organisasi untuk memahami, merencanakan, dan mengelola perubahan dengan lebih efektif.

I. Kegunaan Pengorganisasian Pengorganisasian merupakan proses mengatur wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang kemudian menjadi satu kesatuan untuk mencapai rencana dan tujuan dari perusahaan atau organisasi. Pengorganisasian wajib dilakukan karena memiliki banyak manfaat terutama bagi perusahaan atau organisasi. Berikut merupakan beberapa kegunaan dari pengorganisasian.

1. Mencapai Efisiensi Pengorganisasian

bertujuan

untuk

meningkatkan

efisiensi

dalam

penggunaan sumber daya organisasi, baik itu waktu, tenaga kerja, atau keuangan.

Dengan menetapkan tugas dan tanggung jawab secara jelas, serta mengatur hubungan antarbagian, organisasi dapat menghindari tumpang tindih dalam pekerjaan dan mengurangi pemborosan sumber daya.

2. Meningkatkan Kinerja Struktur organisasi yang baik membantu dalam meningkatkan kinerja organisasi dengan memastikan bahwa setiap anggota organisasi tahu apa yang diharapkan darinya dan bagaimana tugasnya berkontribusi terhadap tujuan keseluruhan. Ini juga dapat meningkatkan akuntabilitas, karena tanggung jawab dan otoritas diatur dengan jelas.

3. Memfasilitasi Pengambilan Keputusan

Dengan menetapkan otoritas dan tanggung jawab, pengorganisasian membantu memfasilitasi pengambilan keputusan. Setiap tingkat dalam struktur organisasi memiliki tingkat otoritas yang sesuai dengan tanggung jawabnya, memungkinkan keputusan diambil dengan cepat dan tepat.

4. Meningkatkan Koordinasi Tujuan pengorganisasian juga termasuk meningkatkan koordinasi antarbagian atau unit dalam organisasi. Koordinasi yang baik memastikan bahwa semua kegiatan berjalan sejalan dengan tujuan organisasi dan mencegah terjadinya konflik atau tumpang tindih.

5. Mengakomodasi Perubahan Struktur organisasi yang baik dapat mengakomodasi perubahan dalam lingkungan eksternal atau internal. Fleksibilitas dalam struktur memungkinkan organisasi beradaptasi dengan perubahan kebutuhan atau tuntutan pasar.

6. Mendorong Inovasi dan Kreativitas Pengorganisasian yang baik juga menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan kreativitas. Dengan menempatkan orang-orang dengan keterampilan dan keahlian yang sesuai pada posisi yang tepat, organisasi dapat merangsang ideide baru dan solusi kreatif untuk menghadapi tantangan.

DAFTAR PUSTAKA

Bateman, T.S., & Snell, S.A. (2019). Management: Leading & Collaborating in a Competitive World. McGraw-Hill Education.

Beckhard, R., & Harris, R.T. (1977). Organizational Transitions: Managing Complex Change.

Addison-Wesley.

Bennis, W. (1969). Organization Development: Its Nature, Origin, and Prospects.AddisonWesley.

Daft, R.L., & Marcic, D. (2010). Understanding Management (7th ed.). Cengage Learning.

French, W.L., & Bell Jr., C.H. (1995). Organization Development: Behavioral Science Interventions for Organization Improvement. Prentice Hall.

Hellriegel, D., Slocum, J.W., & Woodman, R.W. (2019). Organizational Behavior. Cengage Learning.

Jaelani. 2021. Teori Organisasi. Semarang: Yayasan Prima Agus Teknik.

Lewin, K. (1947). Frontiers in group dynamics: Concept, method and reality in social science; social equilibria and social change. Human Relations, 1(1), 5-41.

Robbins, S.P., Coulter, M., & DeCenzo, D.A. (2017). Fundamentals of Management. Pearson.

Suhardi. 2019. Pengantar Manajemen dan Aplikasinya. Indonesia: Gava Media.

Wijaya, C. & Rifa'i, M., 2016. Dasar Dasar Manajemen : Mengoptimalkan Pengelolaan Organisasi Secara Efektif dan Efisien. Medan: Perdana Publishing.