7 minute read

Lesson Learned

3

LESSON LEARNED

Advertisement

Rijksmonument - widipedia.org

URBAN HERITAGE TOURISM

DALAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pembelajaran yang didapat dari Urban Heritage Conservation dan Urban Heritage Tourism

LESSON LEARNED SUSTAINABLE CITIES AND REGION

Sebagai salah satu warisan budaya, kawasan dan bangunan bersejarah secara jelas mempunyai tujuan untuk pengelolaan lingkungan hidup, menjaga atau melindungi dalam melestarikan warisan budaya tersebut. Ahli perkotaan Witold Rybezynski mengatakan “budaya telah menjadi industri besar di beberapa kota tua”. Kota-kota tetap pada lokasi dari budaya yang paling utama –museum, teater, auditorium, dan universitas, juga pabrik-pabrik dan beberapa kantor– ada pada suburbans. Mereka menjadi tujuan wisata karena daya tarik budayanya. Pembangunan Berkelanjutan dilihat sebagai cara untuk meningkatkan ekonomi perkotaan dalam proses dan membangun kembali ruang kota. Upaya untuk memahami proses dan hasil yang terkait, perspektif yang menekankan peran faktor global dan faktor eksternal dalam mendorong pembangunan kembali perkotaan; dan perspektif “bottom-up” yang berfokus pada pengaruh lokal. Pendekatan “bottom Up” cenderung berfokus pada penggambaran bentuk dan struktur \tujuan perkotaan tanpa terlibat dalam perdebatan tentang internasionalisasi modal dan budaya,dengan pengembangan pariwisata warisan perkotaan.

Pembangunan berkelanjutan melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan untuk generasi di masa mendatang dengan menitikberatkan pada daya dukung lingkungan, pencapaian keadilan sosial, berkelanjutan ekonomi dan lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan dirumuskan untuk mencegah atau mengurangi dampak pemekaran kota yang tidak terstruktur (urban sprawl) sehingga kota menjadi tidak efisien dan efektif dalam melayani kehidupan di dalamnya.

Pembangunan berkelanjutan dapat dipicu dengan terjadinya peningkatan dalam lingkup aspek sosial dan ekonomi, Konsep kota atau wilayah berkelanjutan merupakan kota yang mandiri mencapai luar skala bangunan individu dan meluas ke seluruh kota, keberhasilan dalam pembangunan berkelanjutan tidak hanya bergantung pada sektor ekonomi perlu ada campur tangan berbagai macam pihak, seperti pemerintah melakukan implementasi pembangunan secara berkelanjutan secara merata. Bangunan dan kawasan yang sudah terbangun lama di suatu kota mempunyai nilai dan rentang budaya yang panjang,dengan konservasi yang mapan akan melahirkan keterikatan emosional dengan bangunan dan kawasan lain yang berada di sekitar. Demikian juga, sejarah budaya yang berhubungan dengan sejarah budaya. Upaya untuk menyatukan

unsur-unsur yang membentuk sejarah bangunan dan kawasan, sebaiknya memperhatikan asal-usul geografis aneka tradisi budaya yang menyumbang warisan budaya bagi bangunan dan kawasan bersejarahnya. Kelekatan kita dengan komunitas -masyarakat, tradisi-budaya, kearifan lokal, warisan arsitektur- harus dilihat bahwa komunitas ini menjadi milik kita bersama. Karena konservasi dalam bangunan dan kawasan dengan aspek budaya dapat berfungsi sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan.

Bangunan yang dimiliki memiliki kisah cerita sendiri yang mengingatkan bangunan tersebut tentang masa lalu, Pelestarian peninggalan bersejarah adalah cara penting bagi manusia untuk menyampaikan pemahaman tentang masa lalu kepada generasi mendatang. Dikutip dari Kiddle, peninggalan bersejarah adalah benda fisik maupun tak berwujud (intangible) dari suatu kelompok atau masyarakat.

LESSON LEARNED URBAN HERITAGE TOURISM

Belanda dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki skema pengembangan perencanaan sesuai paradigma masing-masing. Namun, dalam payung pengembangan sustainable cities and region, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menstimulasi dan mengefektif kan tata kelola wilayah dan kota yang berkelanjutan. Dalam posisi global, keduanya pernah dan akan mengalami fenomena peningkatan penduduk perkotaan, adaptasi perekonomian, hingga dampak perubahan iklim. Tidak sedikit pula kota-kota besar yang berkembang pesat di Indonesia adalah kota-kota bertajuk waterfront city sebagaimana seperti Amsterdam yang identik dengan lingkar kanalnya dan berada di bawah permukaan air laut.

Dalam hal ini, konsepsi urban heritage conservation merupakan suatu peranan penting untuk mengupayakan integrasi kualitas historis dan urban modern. Tahapan perencanaan Belanda khususnya di Amsterdam dalam kontekstualisasi Urban Heritage mampu menjadi lesson learned bagi Indonesia maupun negara lainnya. Berikut merupakan beberapa poin yang perlu diperhatikan .

“BELANDA” Operasional Landscape Kota Bersejarah

01 Melakukan kajian lengkap pada sumber daya alam, budaya dan manusia 02 Menggunakan skema partisipatif dan menentukan sasaran pelestarian 03 Melakukan penilaian kerentanan akibat tekanan sosial, ekonomi dan iklim 04 Memadukan nilai dan status kerentanan ke dalam kerangka pembangunan kota 05 Memprioritaskan kebijakan dan tindakan pelestarian berbasis kemitraan. 06 Mengembangkan mekanisme koordinasi antar pemangku kepentingan.

Sumber : UNESCO, 2013

“INDONESIA” Regulasi UU No.11 Tahun 2010

01 Pelestarian yang dilakukan berdasarkan studi kelayakan terkoordinasi tenaga ahli 02 Perlindungan berbasis penyelamatan dan pengamanan atas kerusakan 03 Penetapan sistem zonasi untuk mengatur batas keleluasaan dalam pemanfaatan ruang 04 Pemeliharaan sebagai penanggulangan kerusakan 05 Pemeliharaan sebagai penanggulangan kerusakan 06Pengembangan (Penelitian/Revitalisasi/Adaptasi) 07 Pemanfaatan dalam sektor sosial, pendidikan, teknologi, dan pariwisata

Sumber : UU No.11 Tahun 2010

Mengacu pada sistem komparasi tersebut, dapat diketahui bahwa dari segi pentahapan perencanaan urban heritage, Amsterdam (Belanda) sudah melakukan pendekatan Landscape Kota Bersejarah yang lebih aplikatif dan dapat diimplementasikan dalam tataran konseptual maupun operasional. Dalam hal ini, lesson learned yang diperoleh dalam skema perencanaan urban heritage conservation adalah dengan tetap mengawali proses melalui pengkajian input (sumber daya alam, budaya, dan manusia) untuk nantinya dapat digunakan skema partisipatif dalam mewujudkan sasaran pelestarian yang diinginkan. Isu-isu tekanan sosial, ekonomi dan lingkungan harus dinilai secara valid dan diketahui status kerentanannya sehingga dapat memperjelas positioning urgensitas kasus. Selanjutnya, hal yang paling utama dalam skema ini adalah penempatan paradigma perencanaan partisipatif dapat diimplementasikan melalui prioritas kebijakan, tindakan pelestarian, dan mekanisme koordinasi antar pemangku kepentingan.

Operasionalisasi kebijakan Amsterdam sekaligus upaya penerapan melalui pendekatan strategis Urban Heritage Landscape mampu menjadi sebuah benchmark bagi kota-kota bersejarah di Indonesia. Hal tersebut juga disertai dengan adanya positioning situs urban heritage yang ditempatkan sebagai prioritas pembangunan spasial melalui beberapa kebijakan ★ Restorasi gedung bersejarah yang dapat menjadi percontohan dalam rangka menghentikan degradasi bangunan sehingga memperpanjang rentang umur. Opsi yang dapat dilakukan berupa perubahan total atau konservasi dengan mempertahankan fasadnya ★ Kawasan konservasi kota dan desa sebagai contoh perlindungan yang berfokus pada struktur bersejarah, karakteristik, serta fungsinya. Selain itu, perlindungan monumen juga perlu memperhitungkan penampilan, keaslian, dan integritasnya dengan kawasan sekitarnya. ★ Momerandum Belvedere yang menjadi percontohan untuk melakukan integrasi kebijakan tata ruang dan kebijakan pengelolaan untuk penguatan cagar budaya. Hal ini dapat mewujudkan empat perkembangan yaitu perluasan konsep pusaka, peremajaan konsep warisan, partisipasi publik, serta minat dan masukan dari desainer.

Spiegel - Tempo.com ★ Sumber daya Keuangan

Mekanisme yang dapat dilakukan secara manajerial melalui bantuan hibah, pengurangan pajak, dan bantuan lainnya (dana swasta atau hibah pembaruan perkotaan). ★ Modernisasi pengelolaan warisan yang dapat diadaptasi dalam membawa kepentingan warisan budaya untuk diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang sekaligus memprioritaskan promosi wisata.

Berdasarkan, kontekstualisasi hal tersebut dapat diupayakan di Indonesia terlebih lagi dalam penerapan urban heritage conservation pada payung pengembangan pariwisata. Kondisi ini cukup relevan karena Belanda dan Indonesia memiliki kesamaan karakter terutama terkait daftar warisan budaya yang terdaftar di UNESCO yang cukup banyak. Selain itu, tidak jarang pula aset-aset tersebut difungsikan sebagai salah satu prioritas pariwisata dalam kerangka pembangunan yang lebih luas. Apabila dihubungkan dengan skema pembangunan berkelanjutan, lesson learned terkait perencanaan urban heritage tourism dapat dilakukan dengan pendekatan 3 aspek keberlanjutan yaitu pilar lingkungan, ekonomi, dan sosial budaya. Berikut adalah sintesis lesson learned urban heritage tourism di Belanda yang dapat menjadi benchmark atau percontohan bagi beberapa wilayah lain.

Aspek :

Pilar Lingkungan

Keberlanjutan ekologis diorientasikan sebagai upaya mendukung kehidupan pada tingkat kesejahteraan generasi mendatang. Prinsip ini ditujukan untuk mencapai lingkungan perkotaan berkualitas tinggi dalam mengantisipasi masalah daya dukung lingkungan

Lesson Learned Amsterdam yang digunakan Indonesia

Pada aspek konservasi, Amsterdam memiliki inventarisasi pohon monumental dan peraturan terkait saluran air yang memiliki efek positif dalam integritas dan lanskap kota. Dari aspek pembangunan, kualitas ruang hijau tetap dipertahankan eksistensinya sehingga basis penggunaan energi berkelanjutan dapat direalisasikan. Konteks ini dapat diadopsi di Indonesia sebagai wujud optimalisasi ruang darat, laut, dan udara sebagai kesatuan yang menunjang keberlanjutan bangunan-bangunan warisan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik dan kesan lestari kawasan dan fasad bangunan sehingga fungsinya tetap optimal.

Aspek :

Pilar Ekonomi

Keberlanjutan ekonomi ditekankan sebagai prasyarat penting pemenuhan kebutuhan manusia. Hal ini menekankan bahwa over-commercialized perlu diminimalisasi untuk menekan dampak negatif pelestarian cagar budaya

Lesson Learned Amsterdam yang digunakan Indonesia

Amsterdam menerapkan konsep penggunaan ruang secara intensif dan multi fungsi. Hal ini terealisasi dalam upaya restorasi bangunan bersejarah dengan upaya konservasi yang mempertahankan fasad bangunannya namun meningkatkan nilai fungsinya. Hal lain yang diterapkan adalah skema aksesibilitas dan industri pengetahuan kreatif. Hal ini dapat diadopsi Indonesia sebagai penerapan Urban Heritage Tourism secara integratif dengan akses yang mudah dan inovasi kegiatan rekreasi untuk meningkatkan fakta konservasi pusat bersejarah.

Amsterdam Netherlands - dreamstime.com

Aspek :

Pilar Sosial Budaya

Keberlanjutan sosial budaya ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Fokus hal ini adalah konstruksi sistem hukum sehingga tidak tumpang tindih pengelolaan situs di pihak birokrasi sekaligus meningkatkan keterlibatan masyarakat.

Lesson Learned Amsterdam yang digunakan Indonesia

Amsterdam menerapkan konsep penggunaan ruang secara intensif dan multi fungsi. Hal ini terealisasi dalam upaya restorasi bangunan bersejarah dengan upaya konservasi yang mempertahankan fasad bangunannya namun meningkatkan nilai fungsinya. Hal lain yang diterapkan adalah skema aksesibilitas dan industri pengetahuan kreatif. Hal ini dapat diadopsi Indonesia sebagai penerapan Urban Heritage Tourism secara integratif dengan akses yang mudah dan inovasi kegiatan rekreasi untuk meningkatkan fakta konservasi pusat bersejarah.

Amsterdam Night - Hotcourses.co.id