10 minute read

Analisis Perbandingan

5

BAGAIMANA JIKA DIBANDINGKAN DENGAN INDONESIA ?

Advertisement

Menilai perbandingan dalam bentuk kesamaan dan kesenjangan urban heritage tourism di Amsterdam dengan Indonesia.

Latar Belakang Karakteristik Amsterdam & Indonesia

Belanda dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki skema pengembangan perencanaan sesuai paradigma masing-masing. Namun, dalam payung pengembangan sustainable urban and region, keduanya memiliki tujuan yang sama

yaitu untuk menstimulasi dan mengefektif kan tata kelola wilayah dan kota

yang berkelanjutan. Dalam posisi global, keduanya pernah dan akan mengalami fenomena peningkatan penduduk perkotaan, adaptasi perekonomian, hingga dampak perubahan iklim. Tidak sedikit pula kota-kota besar yang berkembang pesat di Indonesia adalah kota-kota bertajuk waterfront city sebagaimana seperti Amsterdam yang identik dengan lingkar kanalnya dan berada di bawah permukaan air laut. Dalam hal ini, konsepsi urban heritage conservation merupakan suatu peranan penting untuk mengupayakan integrasi kualitas historis dan urban modern. Operasionalisasi kebijakan Amsterdam sekaligus upaya penerapan melalui pendekatan strategis Urban Heritage Landscape mampu menjadi sebuah bencmark bagi kota kota bersejarah di Indonesia. Hal tersebut juga disertai dengan adanya positioning situs urban heritage yang ditempatkan sebagai prioritas pembangunan spasial sehingga berimplikasi terhadap penyediaan anggaran belanja hingga kebutuhan proyek pusat pengunjung. Kontekstualisasi hal tersebut dapat diupayakan di Indonesia melalui skema partisipatif yang menempatkan urban heritage conservation dalam kerangka pembangunan yang lebih luas sekaligus implementasi desain dan manajemen perancangan kawasan dalam mewujudkan keberlanjutan wilayah dan kota.

Penerapan Sustainable Cities and Region

A

msterdam

Penerapan sustainable city di Amsterdam sejatinya telah dimulai sejak lama. Rencana telah dilaksanakan selama 400 tahun pasca perang 80 tahun pada abad ke-17. Perang ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan ruang untuk mengakomodasi populasi besar-besaran oleh eksodus Protestan dari Provinsi Selatan, dan pada saat yang sama Amsterdam telah berkembang menjadi pusat perdagangan internasional. Perencanaan kawasan di Amsterdam di masa lampau ini dilakukan dengan pembagian ruang dalam blok-blok sempit yang disejajarkan untuk membentuk lanskap kota yang sekarang kita kenal sebagai “Seventeenth-Century Canal Ring Area of Amsterdam”. Dasar pemikiran yang mendasari rencana itu adalah: penghematan ruang (bangunan bertingkat rendah dengan kepadatan tinggi); penyediaan sistem drainase untuk perlindungan dan penyediaan air; penggunaan kanal sebagai cara untuk mengakses dan melayani rumah (dan ruang perdagangan lantai atas mereka) dan; akhirnya, kepedulian terhadap kualitas hidup melalui penyediaan fasilitas pribadi seperti taman kecil di belakang rumah. Secara keseluruhan, tata ruang melingkar yang direncanakan abad ketujuh belas dari kanal-kanal dan pembagian tanah menjadi petak-petak kecil dalam implementasinya selama empat abad telah membuktikan kekokohan dan keberlanjutan dari Kota Amsterdam. Penggunaan kembali bangunan secara adaptif, pembalikan akses laut akhir abad kesembilan belas, dan -

A history of Amsterdam’s Golden Age - ctestark.com (2018)

pembangunan stasiun kereta api tepat di utara pelabuhan dan pusat bersejarah, telah menciptakan perubahan yang tidak dapat diubah dalam fungsi perkotaan. Singkatnya, sejarah dan desain kawasan Cincin Kanal Amsterdam, menggabungkan keberlanjutan ekonomi jangka panjang, koherensi sosial tata letak dan kepedulian lingkungan untuk perlindungan air, penyediaan lahan, transportasi hemat energi, dan penghijauan, membenarkan kualifikasi terbaik praktek dalam pembangunan berkelanjutan.

ndonesiaI

Di Indonesia, istilah kota berkelanjutan hanya populer di kalangan akademisi dan profesional di bidang perkotaan. Konsep sustainable city ini juga sangat sarat dengan kepentingan dari negara-negara maju saja. Pemerintah Indonesia sendiri belum membuat definisi yang jelas mengenai konsep ini dalam kaitannya yang sesuai dan relevan dengan kondisi dan karakteristik Indonesia (Muluk, 2014). Indonesia belum menerjemahkan konsep pembangunan berkelanjutan secara jelas dalam dokumen-dokumen resmi perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah (Novianti, 2016). Wardhono, dkk (2012) menganalisis bahwa untuk dapat mewujudkan Kota Jakarta yang berkelanjutan, pembangunan harus dilakukan secara komprehensif dan -

- melibatkan seluruh stakeholder terkait. Peran serta aktif dari masyarakat dan kerjasama dengan pihak swasta juga sangat penting dalam pembangunan karena Jakarta memiliki permasalahan sosial, ekonomi, pemerintahan, dan lingkungan yang sangat serius dan kompleks. Selain itu, upaya ini juga tidak akan dapat berhasil tanpa peran dari kota-kota penyangga di sekitarnya yaitu Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Perbandingan Konteks Urban Heritage Tourism

Urban Heritage Tourism Amsterdam

Urban heritage di Amsterdam dan kota-kota lain di Belanda dikelola oleh Rijksdienst voor het Cultureel Erfgoed (Badan Warisan Budaya Belanda) atau sering disingkat sebagai Cultureel Erfgoed. Rijksdienst voor het Cultureel Erfgoed adalah organisasi warisan Belanda yang bekerja untuk perlindungan dan konservasi Situs Warisan Nasional. Badan Warisan Budaya Belanda adalah bagian dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Sains. Pemerintah Belanda menetapkan kebijakan yang disebut the Heritage Act (Erfgoedwet) pada tahun 2016 untuk mengatur pengelolaan dan pelestarian heritage termasuk di Amsterdam. The Heritage Act (Erfgoedwet) merupakan langkah pemerintah Belanda dalam menggantikan dan menyederhanakan peraturan perundang- undangan yang sebelumnya terdapat beberapa peraturan yang menyebabkan terjadinya perbedaan definisi dan prosedur dalam pengelolaan cultural heritage. Aturan ini juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap konteks urban heritage tourism di Amsterdam karena atraksi yang menjadi daya tarik dari aktivitas pariwisata tersebut bergantung dari bagaimana kondisi urban heritage yang dikelola. Di Amsterdam terdapat sebuah kawasan yang disebut “Seventeenth-Century Canal Ring Area of Amsterdam”, merupakan sebuah kawasan urban heritage berupa lanskap kota yang tersusun dari kanal-kanal melingkar dan telah berusia empat abad. Ini merupakan sebuah situs yang ditetapkan sebagai World Heritage UNESCO dan daya tarik utama pariwisata Amsterdam. Atraksi di kawasan ini selain dari kanal-kanalnya yang fenomenal, juga terdapat bangunan atau monumen bersejarah lain berbentuk museum, gereja, jembatan, dan sebagainya. Beberapa atraksi urban heritage tersebut antara lain Dam Square, The Portuguese Synagogue, Homomonument, De Oude Kerk, The Canal Belt, Anne Frank House, Rembrandt House Museum, Nieuwmarkt, dll..

Dam Square - jetsanza.com (2021)

The Portuguese Synagogue - www.timesofisrael.com (2021)

Urban Heritage Tourism Indonesia

Terkait proses pelaksanaan kebijakan konservasi warisan budaya kota (urban heritage) di Indonesia, terdapat beberapa persamaan maupun perbedaan yang mendasar dengan kebijakan yang ada di Kota Amsterdam. Sejatinya proses pelaksanaan konservasi warisan budaya kota ini telah ditetapkan dalam beberapa aturan hukum yang berlaku baik dari pusat maupun peraturan daerah. Kebijakan ini, salah satunya terdapat dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya (Arimbi, dkk., 2011). Berbagai peraturan tersebut pada perkembangannya telah membantu sektor pariwisata dan berdampak pada pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya kota secara maksimal.

Salah satu kawasan urban heritage di Indonesia yang kini menjadi destinasi wisata adalah Kota Lama Semarang. Kawasan Kota Lama Semarang dikelola oleh Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang atas dasar Peraturan Walikota Semarang No 11 Tahun 2007. BPK2L adalah Lembaga Non Struktural yang keanggotaannya melibatkan unsur pemerintah, swasta dan masyarakat, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Wewenang BPK2L adalah melaksanakan sebagian kewenangan konservasi dan revitalisasi Kawasan Kota Lama.

Kota Lama Semarang

BPK2L mempunyai tugas mengelola, mengembangkan dan mengoptimalkan potensi Kawasan Kota Lama melalui pelaksanaan konservasi, revitalisasi, pengawasan dan pengendalian Kawasan Kota Lama.

Kota Lama Semarang merupakan citra visual yang menyajikan kemegahan arsitektur Eropa di masa lalu. Banyak berdiri Bagunan kuno nan eksotis dan megah peninggalan Kolonial Belanda, seakan menyimpan segudang cerita yang tak kan pernah habis dikisahkan. Daya tarik bangunan dari Kawasan yang disebut “Little Netherland” ini antara lain Gereja Blenduk, Gedung Marba, Gedung Spiegel, Museum Kota Lama, dan berbagai bangunan peninggalan lain yang kini dimanfaatkan sebagai bangunan perdagangan dan jasa seperti Old City 3D Trick Art Museum, Galeri UMKM, Semarang Creative Gallery, Gedung Jiwasraya Semarang, serta berbagai restoran dan cafe dengan tetap mempertahankan fasad asli bangunan.

Kota Tua Jakarta

Kota Jakarta juga memiliki sebuah kawasan kota tua peninggalan Kolonial Belanda selama menduduki kota yang dulu dikenal dengan nama Batavia ini. Kota Tua Jakarta dikelola oleh Unit Pengelola Kawasan Kotatua atas dasar Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 321 Tahun 2016. Unit Pengelola Kawasan Kotatua merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam pengelolaan Kawasan Kota Tua. Kawasan Kota Tua Jakarta kini menjadi sebuah kawasan pariwisata yang menyajikan atraksi wisata utama berupa bangunan- . bangunan kuno peninggalan Belanda nan megah. Bangunan-bangunan kuno di kawasan ini antara lain Museum Fatahillah (Museum Sejarah . Jakarta), Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Wayang, . .

- Museum Mandiri, Museum Bank Indonesia, Kantor Pos Kota Tua, Rumah Akar Kota Tua, Stasiun Jakarta Kota, Gedung Cipta Niaga, Toko Merah, de Portugeesche Buitenkerk, Nederlandsch-Indische Escompto Maatschappij te Batavia, Jembatan Kota Intan, dan lain sebagainya. Di kawasan ini juga terdapat sebuah ruang terbuka publik di depan Museum Fatahillah yang biasa dikenal dengan Taman Fatahillah. Taman Fatahillah merupakan pusat kegiatan dan tempat berkumpulnya wisatawan untuk sekedar duduk dan mengobrol maupun menikmati suasan Kota Tua Jakarta.

Inovasi Amsterdam untuk Diadaptasi di Indonesia

Berdasarkan kontekstualisasi tema sustainable urban and region yang dibahas dalam fokus urban heritage conservation di Amsterdam, terdapat beberapa fenomena di Amsterdam yang mampu menjadi best practise bagi negara-negara lain. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang diperkaya pula dengan bangunan bersejarah mampu mengadopsi hal tersebut dengan adaptasi yang relevan. Salah satu contohnya adalah penerapan prinsip urban design pada area lingkar kanal Amsterdam. Pada mulanya, titik permasalahan berada pada peningkatan penduduk yang signifikan di Amsterdam sehingga memerlukan banyak ruang hidup. Amsterdam pada awalnya berencana untuk membangun kawasan permukiman berupa distrik berkelanjutan dengan campuran bangunan tinggi mencapai 143 meter. Konsultasi publik membuahkan hasil bahwa skema desain tesebut akan memengaruhi tampilan visual distrik kanal yang tenggelam sekaligus nilai universalnya. Hal ini sejalan dengan visi struktural Amsterdam tahun 2040. Melalui konsensus tersebut, rencana bangunan diturunkan menjadi maksimal 125 meter untuk tetap mempertahankan keutuhan integritas visual distrik kanal. Hal ini sangat relevan dengan Indonesia yang juga sedang mengalami pertumbuhan penduduk cukup pesat sehingga berimplikasi terhadap penyediaan ruang tinggal masyarakat serta pemenuhan fasilitas penunjang. Pada prinsipnya, adaptasi ini dapat dilakukan di Indonesia bahwa integritas situs bersejarah harus dipertahankan dengan skema ruang yang mendukung sense of place dari kawasan heritage tanpa adanya pengaruh gedung-gedung pencakar langit yang mampu menggeser nilai strategis kawasan tersebut.

Tidak hanya lingkar kanal, skema pengembangan jaringan pabrik Kinderdijk-Elshout juga dapat diadopsi di Indonesia. Hal ini diperoleh dari relevansi permasalahan kawasan pariwisata urban heritage yang meningkat sehingga menyebabkan arus sirkulasi dan pergerakan tidak teratur. Desain spasial yang kurang mendukung welcoming area sebagai kesan utama memengaruhi daya tarik wisatawan sehingga berimplikasi pada tingkat kunjungan dan pemasukan wisata. Skema penyelesaian yang dilakukan oleh Amsterdam adalah dengan memposisikan beberapa bangunan baru sebagai unit- …………. terpisah tetapi tetap menekankan keterbukaan landscape dan hubungan antar zona. Indonesia dapat mengadaptasi penyelesaian ini dengan mengalokasikan ruang pusat kunjungan dalam segi arsitektural modern yang unik. Tidak hanya itu, pusat pengunjung di beberapa situs urban heritage ditempatkan di garis pandang sehingga kesan integritas kawasan akan tetap terlihat dan utuh. Penggunaan desain transparan juga dapat diberlakukan serta pemisahan jalur keluar masuk. untuk memudahkan sirkulasi pengunjung melalui beberapa moda transportasi.

Kinderdijk-Elshout - weloveyatours.blogspot.com (2012)

Arimbi D. A., dkk. 2011. Pelestarian dan Revitalisasi Kawasan Bersejarah Perkotaan {Urban Heritage) sebagai Alternatif Pengembangan Wisata Pusaka (Sejarah dan Budaya) di Kota Surabaya. Laporan Penelitian Hibah Riset Unggulan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga Fitri, I., Ratna, Marisa, A., & Sitorus, R. 2020. Challenges for Heritage Conservation and Management in Medan, North Sumatra, Indonesia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 452(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/452/1/012047 Laconte, P, and Chris Gossop. 2016. SUSTAINABLE CITIES: Assessing the Performance and Practice of Urban Environments. I.B.Tauris & Co. Ltd; London and New York; 185-194 Muluk, Saeful. 2014. JAKARTA MENUJU KOTA YANG BERKELANJUTAN: Analisis Pembangunan Kota Berkelanjutan Dalam Dokumen RPJMD DKI Jakarta Tahun 2013 – 2017. Diakses online inisiatif.org/.../Jakarta-Menuju-Kota-yang-Berkelanjutan_Ipung.pdf. Novianti, Kurnia. 2016. KOTA BERKELANJUTAN: Antara Ide dan Implementasi dalam Perspektif Pemangku Kepentingan. Pusat Penelitian Sumber Daya Regional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2SDR-LIPI) Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 321 Tahun 2016 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Kawasan Kotatua Peraturan Walikota Semarang No 11 Tahun 2007 Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang Wardhono, Fitri dan Hesti Nawangsidi. 2012. Pembangunan Kota Berkelanjutan. Presentasi sebagai bagian dari laporan akhir berjudul “Kajian Upaya Perwujudan Kota Jakarta yang Berkelanjutan”.