Majalah Santunan 05

Page 1

TIDAK DIPERJUALBELIKAN. Versi elektronik dapat diunduh di http://aceh.kemenag.go.id

EDISI SPESIAL TAHUN 2015

KEMENTERIAN AGAMA

Menjaga Harmoni Umat

ISSN 0216-0790


02


DAFTAR ISI

26 Utama

KEMENTERIAN AGAMA: Menjaga Harmoni Umat

10

46

Menag Pastikan Tak Ambil Alih Penyelenggaraan Umrah

Belajar ala Korea Selatan

14

50

Membaca Kitab Kuning dan Hafal Quran

Beng Bukan Bank

Lintas Kemenag

Dayah

Pendidikan

Ekonomi

16

Resensi Meretas Benang Sejarah Islam

18 Wisata

Bisnis Halal di Negeri Ginseng Santunan - Edisi Spesial 2015

03


Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dewan Eksekutif: Kepala Bagian Tata Usaha, Para Kepala Bidang, Pembimas, Kepala Subbag pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penanggung Jawab/ Pemimpin Redaksi: Akhyar. Redaktur Eksekutif: Zulfahmi. Redaktur Kreatif: Ahsan Khairuna. Redaktur Foto: Khairul Umami. Editor/Penyunting: Juniazi, M. Yakub Yahya, Baihaqi, Alfirdaus Putra. Desain: Amwar Citra Hutabarat, Dedi Jufrizal, Hasma Diana. Fotografer: Fuzail, Fuadi, Zarkasyi. Sekretariat: Fajriah Bakri, Lia Nurhilaliah, Syahrul, Fieterson Joeliyus Mangunsong. Kontributor: Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penerbit: Subbag Informasi dan Humas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Alamat Redaksi: Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jln. Abu Lam U No. 9, Banda Aceh. http://aceh.kemenag.go.id email: humasaceh@kemenag.go.id

04


DARI REDAKSI

Maulid Kemenag

J

anuari nanti adalah bulan yang sangat spesial bagi Kementerian Agama RI. Lembaga pemerintah ini akan merayakan hari jadi yang ke 70 tahun. Perjalanan yang tidak mudah bagi lembaga yang turun secara langsung ke kalangan masyarakat. Dulu, lima bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Departemen Agama didirikan pada tanggal 3 Januari 1946 yang berpusat di Jakarta. Bersama Menterinya yang pertama H. Rasjidi, BA (berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946) dan baru aktif pada tanggal 12 Maret 1946. Aktif setelah dicapainya konsensus dalam Rapat Bidang Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) tanggal 25 sampai 27 November 1946 bertempat di Fakultas Kedokteran Salemba Jakarta. Tujuan didirikan lembaga itu memenuhi maksud pasal 29 UUD 1946 (pernyataan Menteri Agama I dalam Konferensi Dinas Djawatan Agama tanggal 17 Maret 1946 di Madura). Seiring dengan waktu, organisasi Kementerian Agama mengembangkan strukturnya sampai ke setiap provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Pada saat berdirinya Kementerian Agama pada tahun 1946, Sumatera masih merupakan satu Provinsi dengan Gubernurnya Mr. Teuku Moch. Hasan yang berasal dari Aceh. Djawatan Agama Sumatera oleh pemerintah dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya, kedudukannya masih berada di bawah Gubernur. Barulah pada tahun 1956, dengan berubahnya struktur pemerintahan, Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa Aceh berkedudukan di Koetaradja

Santunan - Edisi Spesial 2015

Akhyar Pemimpin redaksi

(Banda Aceh) dan untuk memimpin Djawatan Agama Daerah Istimewa Aceh ditunjuk Tengku Wahab Seulimeum. Beberapa waktu lalu, Menteri Agama saat ini Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa lembaga tersebut harus membuka diri agar publik mengetahui apa yang dilakukan sehingga mereka merasa terlayani. Minimal LHS berharap masyarakat tahu bahwa Kementerian Agama sedang bekerja menyelesaikan masalah mereka sehingga masyarakat menyadari benar bahwa lembaga ini terus melakukan perubahan. Ada capaian-capaian kinerja Kemen­ te­rian Agama yang perlu diacungi jempol. Misalnya dalam bidang kehidupan kerukunan ummat beragama, mantan presiden Polandia Lech Walesa mengatakan Indonesia adalah model kerukunan terbaik dunia. Saat Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono menjabat presiden Indonesia, World Statesmen Award dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) atas kerukunan dan toleransi kehidupan beragama di Indonesia juga pernah diterimanya. Dalam bidang penyelenggaran haji, Indonesia juga pernah meraih penghargaan sebagai penyelenggaraan haji terbaik di dunia tahun 2012. Banyak capaian-capaian yang telah didapat oleh Kementerian Agama ini. Untuk edisi terakhir tahun 2015 ini, kami coba kembali mengangkat kilas balik Kementerian Agama RI sebagai laporan utama. Isu ini dipilih agar kita semua tidak lupa betapa panjangnya perjalanan Kementerian Agama beberapa dekade ini.***

05


OPINI

Jangan [Hanya] Islam karena Simbol

Boy Abdaz

“Saya tidak lebih takut [takjub] kepada seorang ulama bersorban dari pada mengetahui seorang pemuda dengan rambut panjang, pakai kaos dan tampak kusut tapi hadir di tempat shalat setiap mendengar suara azan,” begitu kuliah seorang dosen. Di zaman modern, saat teknologi informasi berkembang pesat, simbol masih mempengaruhi pola pikir dan menjadi ukuran sebagai skala penilaian terhadap sesuatu. Kain sarung, peci dan selempang (ridak; Aceh) adalah adopsi budaya yang pada akhirnya menjadi simbolisasi ketaatan beragama di Aceh. Seorang ustaz atau guru pesantren yang tampil di hadapan publik dengan jeans dan kaos, tanpa peci, serta merta akan dinilai sebagai penistaan terhadap marwah (bèh-bèh droë). Tidak perlu seorang ahli ghibah (penggunjing) untuk membuat opini tentang tampilannya, tapi hukum sosial langsung berlaku. Begitu kuat simbolisasi memainkan peran dalam tatanan sosial masyarakat meski pada dasarnya hanya sebuah kelaziman semata. Orang Aceh tentu ingat, ketika kebijakan pemerintah daerah menganjurkan pengggunaan aksara Arab (jawi) pada setiap papan nama kantor, nama jalan, kop surat, dan sebagainya. Itu tidak lebih dari sebuah simbol. Tidak hanya itu, budaya salam sempat masuk dalam anjuran untuk tayangan berita televisi pada bagian pembuka. Itu semua dimaksudkan untuk menunjukkan sisi kaffah terhadap qanun penerapan syariat Islam yang sedang digalakkan. Lalu pada akhirnya satu persatu memudar. Penggunaan aksara Arab kian hilang. Apakah ini pertanda keislaman orang Aceh telah memudar seiring memudarnya simbol? Tentu saja jawabannya, tidak. Simbol, seperti yang ditulis Fritz Dorothy, berasal dari kata symballo dari bahasa Yunani, bermakna melempar bersamasama atau meletakkan bersama-sama dalam 06

satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga objek tersebut mewakili gagasan. Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol adakalanya dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya. Kekeliruan yang umum terjadi ketika memahami simbol sebagai substansi. Sehingga kerap terjebak pada pembenaran terhadap semua hal yang hanya bersifat kasat mata sebagai kebenaran hakiki. Jika mau ditelisik lebih jauh, kain sarung yang melekat sebagai ciri khas para Teungku di Aceh, asal muasalnya dari Yaman dengan sebutan futah atau wazaar yang digunakan sebagai pakaian tradisional. Masuk ke nusantara pada abad ke 14 dibawa oleh saudagar Arab dan Gujarat. Di dunia Arab, sarung bukanlah pakaian yang diidentikkan untuk melakukan ibadah seperti shalat. Bahkan di Mesir sarung dianggap tidak pantas dipakai ke masjid maupun untuk keperluan menghadiri acara formal, tapi hanya berfungsi sebagai baju tidur. Sama halnya dengan peci hitam yang kita anggap simbol kehormatan. Meski dipaksakan menjadi Indonesia banget, peci sesungguhnya telah menjadi pandangan umum di kepulauan Malaya sejak abad ke 13, setidaknya menurut Rozan Yunos. Lalu Soekarno menjadikannya sebagai simbol nasionalisme dan pergerakan. Seorang intelektual sebagaimana halnya sesosok ustaz secara umum dituntut untuk tampil dengan keselarasan simbol agar marwahnya terjaga. Namun adakalanya simbol memalingkan pandangan dari substansi seperti dikemukakan di atas. Kita tentu tidak menampik ada sekian banyak pemakai simbol yang tampil alim dan

bersahaja serta mendapat tempat dalam masyarakat. Padahal ia hanya menguasai kitab-kitab berbahasa jawi saja. Ada pula yang tampil semrautan sementara ia memiliki banyak ilmu. Atau layaknya penampilan intelektual kampus yang dicap ahli kitab putih yang kapasitas ilmu agamanya tidak diakui sebagai hujjah oleh sekalangan hanya karena tidak memakai kain sarung dan peci, dan tentu saja tidak baca kitab kuning. Kita tersentak ketika mendapati dan mengetahui seorang pemuda dengan ilmu agama yang terbatas, tapi menjaga setiap ucapan dan perbuatannya sampai mempertanyakan sumber-sumber pendapatan terhadap sesuatu yang ia merasa tidak berhak untuk menerimanya. Ia tidak mengerti “kieh” (qiyas) sebagaimana ia awam tentang dana mubah. Yang ia mengerti sumbangan adalah bagian dari sedekah, meskipun itu berasal dari pemerintah dan harus dipakai sesuai alokasi. Simbol tidak selalu dapat disandarkan pada perilaku meskipun dapat menjadi bagian dari marwah. Jangan latah pada simbolisasi dengan melupakan substansi. Perhatikan saja dari sekian banyak partai politik yang menggunakan simbol-simbol agama, tapi didiami oleh manusia-manusia munafik yang hanya membawa isu agama. Yang pasti, agama bukan berangkat dari sebuah tujuan partai, dan partai tidak pada tujuan untuk membawa agama ke arah yang lebih baik. Di jaman khalifah saja politik telah mengakibatkan Islam terberai dalam politik kaum yang disebut T Safir Iskandar Wijaya sebagai partai syiah, muktazilah dan khawarij


Drs. H. Herman, M.Sc, MA Kepala Bidang PHU Kanwil Kemenag Prov. Aceh

Tukin Rindu Baitullah

Berbicara Tunjangan Kinerja (Tukin) tentu hal yang sangat menarik untuk dibahas dan disajikan kepada publik, terutama di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Walaupun sebenarnya prestasi kerja secara kualitas dan kuantitas dari ASN belum membaik dan meningkat secara optimal. Tunjangan kinerja bisa dikatakan upah atau bonus yang diberikan oleh pemerintah kepada Kementerian/Lembaga/Intansi yang menurut peni­ lai­an kinerjanya sudah mencapai target yang telah ditentukan sesuai dengan tugas dan fungsi (Tupoksi) masing-masing. Hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dibebankan kepadanya atas dasar kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI menegaskan bahwa tunjangan kinerja atau remunerasi itu tidak diberikan kepada guru dan dosen, tetapi diberikan kepada seluruh pegawai administratif mulai dari grade satu sampai grade tujuh belas sesuai dengan eselon, jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional umum. Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama dapat bersyukur kepada Allah SWT karena pemerintah telah memberikan remunerasi 40% sejak Juli sampai dengan Desembar 2015. Kemudian pada tahun 2016 yang akan datang rencananya akan dinaikkan menjadi 60% karena sudah mampu meningkatkan kinerja reformasi birokrasi di Kementrian Agama sesuai dengan harapan pemerintah dan tuntutan masyarakat. Membuka Tabungan Haji Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi umat Islam, termasuk Aparatur Sipil Negara. Bila sudah mampu menu­ naikan ibadah haji jangan tunggu besok dan lusa untuk mendaftarkannya. Namun bila belum mampu maka niat tersebut harus dikondisikan dan dikelola secara baik agar tukin yang diterima setiap bulan dapat ditabung dalam buku tabungan haji semoga di usia muda atau menjelang masa pensiun umur 58 tahun sudah masuk dalam nomor porsi jadi. Caranya mudah dan gampang, asal punya niat yang tinggi untuk naik haji ke tanah suci. Sisihkan 25% tunjangan setiap bulan untuk tabungan haji.

Santunan - Edisi Spesial 2015

Kenapa tidak mau bersyukur untuk bisa memenuhi panggilan Allah di usia muda. Naik haji di usia muda akan lebih baik dan sempurna dari pada usia tua. Ibadah haji di tanah suci banyak melibatkan aktivitas fisik, belum lagi cuaca yang sangat panas atau terlalu dingin.

Bila Tukin setiap bulan diterima 2,5 juta, maka ditabung dalam buku haji sebanyak 625 ribu rupiah setiap bulannya selama 40 bulan. Hasilnya, 25 juta rupiah ditransfer ke rekening Kementrian Agama untuk mendapat nomor porsi dan ditambah uang 500 ribu rupiah lagi untuk saldo rekening buku tabungan haji. Jangan Takut Miskin dan Hidup Melarat Bukankah tunjangan kinerja itu bonus pemerintah diberikan kepada ASN di luar dari gaji. Kenapa tidak mau bersyukur untuk bisa memenuhi panggilan Allah di usia muda. Naik haji di usia muda akan lebih baik dan sempurna dari pada usia tua. Ibadah haji di tanah suci banyak melibatkan aktivitas fisik, belum lagi cuaca yang sangat panas atau terlalu dingin. Kondisi tersebut akan sangat mengganggu kesehatan jamaah pada saat tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah dan di Mina serta Ibadah haji lain di Mekkah dan di Madinah. Menyisihkan 25% uang Tunjangan Kinerja tidak akan miskin dalam menjalani hidup melainkan Allah SWT akan membuka pintu rezeki yang lain kepada ASN. Dan uang Tukin yang tersisa 75% akan lebih berkah dalam membiayai kebutuhan rumah tangga, menyekolahkan anak, membangun rumah, dan membantu orang tua serta sanak saudaranya. Pastikan Niat dan Rindukan Ka’batullah Jangan tunggu esok dan lusa atau tahun depan, sekarang juga pastikan untuk membuka tabungan haji dan segera sisihkan 25% untuk menabung naik haji. Ingat hidup di dunia ini hanya sementara, rumah yang indah dibangun, anak, istri, suami yang dipuja-puja semua itu hanya titipan yang Allah SWT sementara waktu, jangan sampai lupa bersyukur kepada Allah SWT dan memenuhi panggilan Allah SWT ke tanah suci. Pada akhir risalah ini dapat disimpulkan bahwa sisihkanlah sebagian tukin untuk menabung pada buku tabungan haji sebagai wujud rasa syukur ASN untuk bisa naik haji di usia muda dan Allah akan selalu membuka pintu rezeki kepada kita serta mendapat keberkahan dalam kehidupan di dunia ini. Amin.*** 07


OPINI

Pendidikan dan Pembentukan Karakter Anak Didik Tujuan pendidikan tak semata-mata berurusan bagaimana meningkatkan kualitas kecerdasan anak didik, mampu menjawab soal-soal ujian nasional atau ahli di setiap mata pelajaran sekolah. Sebab, melalui pendidikan pula, kita perlu melahirkan generasi yang memiliki karakter, kepribadian dan sikap mental yang kuat. Singkatnya, pembentukan akhlak peserta didik juga tak kalah pentingnya diban­ ding menghasilkan generasi cerdas dan berkualitas. Ke depan, pemerintah dan guru tak hanya menuntut peserta didik untuk menjadi anak cerdas, meraih rangking satu serta mampu menjawab soal ujian dengan benar. Pemerintah dan guru juga tak membebani siswa untuk semata giat belajar agar memperoleh hasil Ujian Nasional tertinggi. Sudah saatnya kita memikirkan pendidikan karakter dan akhlak anak-anak. Sebab, anak yang cerdas dan pintar belum tentu punya karakter dan kepribadian yang baik. Anak yang cerdas dan pintar belum tentu punya akhlak mulia. Mereka perlu dididik dan dibentuk sejak kecil, melalui pendidikan karakter dan juga dengan kearifan lokal. Dengan demikian, kita boleh berbangga jika kelak mampu melahirkan generasi hebat! Pendidikan karakter Bicara pendidikan karakter, saya pikir, perlu dimulai sejak pendidikan usia dini. Usia antara 4-6 tahun adalah masa-masa ketika mereka mulai belajar apapun dari lingkungan atau apa yang dilihatnya. Di usia tersebut, mereka dapat diarahkan untuk menjadi dan belajar apa saja. Keberadaan orang tua dan pendidik, sangat membantu mereka dalam hal pembentukan karakter dan mental. Hal inilah menjadi dasar kenapa pemerintah dan lembaga penyelenggara pendidikan mulai menganggap penting Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan Tingkat Kanak-kanak (TK). Anak-anak perlu pemandu dan sosok panutan. Tak dapat kita bayangkan, bagaimana jadinya masa depan mereka jika sejak mulai mengenal lingkungan, mereka menyerap hal-hal negatif yang kemudian mempengaruhi perilaku mereka. Mengenai betapa pentingnya pembentukan karakter anak usia dini tersebut, seorang pendidik dan ahli konseling keluarga, Dorothy Law Nolte, Ph.D, menulis sebuah puisi bagus, “Children Learn What They Live” (Anak-anak belajar dari kehidupan­ 08

Taufik Al Mubarak Aktif menulis di blog jumpueng.blogspot.com

nya). Puisi tersebut sudah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan selalu dikutip di setiap pembicaraan tentang pendidikan karakter anak. Bahkan, para guru yang punya mental pendidik (ingat, tak semua guru adalah pendidik), saya yakin pernah membaca dan sangat paham dengan puisi Nolte tersebut. Para mahasiswa yang belajar di jurusan keguruan pun sering memperoleh puisi ini dari para dosennya. Sebab, mereka dididik menjadi guru dan pendidik, dan harus mengerti bagaimana mendidik dan mengajari anak-anak sejak mulai di tingkatan pendidikan paling kecil. Biar menjadi pengetahuan bersama, saya ingin kutip utuh puisi yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dr Jalaluddin Rahmat (baca Islam Aktual; Refleksi-sosial Seorang Cendekiawan Muslim, Mizan, Cet X, 1998). Inilah bunyinya: Anak-anak belajar dari kehidupannya Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan Kalau membaca puisi tersebut, kita tak lagi terkejut mendengar kasus banyak anak sekolah terlibat tawuran, mencontek jawaban, gemar berkelahi, tak menghormati guru dan sebagainya. Jawabannya, karena begitulah mereka dibesarkan. Tak ada anak didik yang salah, melainkan para gurulah yang salah mendidik mereka. Masih ingat


Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri pepatah, “kalau guru kencing berdiri, maka anakanak kencing sambil berlari.” Karena itu sangat penting menciptakan ling­ kungan masyarakat yang ramah terhadap pendidikan karakter anak-anak. Bayangkan, bagaimana jadinya anak-anak jika masyarakat di lingkungan mereka tinggal saling mencela, hidup bermusuhan, saling menghina dan mencemooh satu-sama lain dan sebagainya. Maka genarasi yang dihasilkan masyarakat tersebut tak jauh-jauh dari generasi gemar memaki, gemar berkelahi, dan rendah diri. Kearifan lokal Salah satu cara membentuk karakter dan akhlak siswa yang paling penting adalah kita mengadopsi kembali kearifan lokal Aceh. Kearifan lokal bisa digunakan sebagai medium pendidikan. Hal ini sudah lama dipraktikkan oleh orang-orang tua kita di kampung, tetapi jarang mendapat tempat dalam ruang sekolah. Boleh jadi, karena para guru sudah dididik dengan metode moderen, sehingga tak menganggap penting kearifan lokal dan juga ajaran agama. Aceh lewat Undang-undang No 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA) sebenarnya memuat tentang pentingnya pendidikan karakter yang disesuaikan dengan karakteristik daerah dan juga ajaran Islam, agama yang dianut oleh mayoritas rakyat Aceh. Pasal 215 Ayat 1 (BAB XXX tentang Pendidikan) menyebutkan,“Pendidikan yang diselenggarakan di Aceh merupakan satu kesatuan dengan sistem pendidikan nasional yang disesuaikan dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan masyarakat setempat.” Selanjutnya, diperkuat lagi di Pasal 216 Ayat 1, “Setiap penduduk Aceh berhak mendapat pendidikan yang bermutu dan Islami sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” dan Ayat 2, “Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselenggarakan berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai Islam, budaya, dan kemajemukan bangsa.” Jadi, pembentukan karakter dan akhlak siswa sebenarnya tak semata-mata menjadi kewajiban guru/ pendidikan melainkan juga masyarakat dan peme­ rintah. Para guru/pendidik memberikan pendidikan karakter dan akhlak di dalam ruang dan lingkungan sekolah, masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan usia dini dan lingkungan sosial, sementara

Santunan - Edisi Spesial 2015

pemerintah melalui kebijakan pendidikan. Bagi kita di Aceh, dengan mengadopsi kembali kearifan lokal, kita sebenarnya sedang menyiapkan para generasi hebat, yang tak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga punya karakter dan akhlak yang baik. Coba perhatikan, bagaimana orang Aceh mengajari anak-anak mereka untuk menjadi pribadi yang jujur. Mereka dididik dengan pengetahuan agama yang kuat, bahwa mengambil hak orang lain itu dosa dan harus dipotong tangan. Kejujuran anak-anak yang tak mau mengaku mencuri diancam dengan cara memasukkan tangan ke dalam kuali minyak sedang mendidih. Menurut orang tua, jika mereka benar-benar tidak mencuri maka minyak panas tersebut tak jadi panas saat tangan dicelupkan. Tapi, jika mereka mencuri, maka minyak tersebut akan mengelupas kulit dan daging mereka. Untuk melatih anak-anak gemar memberi dan bersedekah, orang tua mengutip pepatah lama Aceh bahwa,“ureueng kriet juwiet ate, soe nyang kriet bagah mate (orang pelit itu hatinya lemah, siapa yang pelit cepat mati)”. Inilah salah satu senjata kenapa orang Aceh dulu gemar bersedekah dan membantu orang lain. Untuk contoh, bagaimana orang Aceh bahu-membahu membantu menyumbangkan padi, beras dan telur untuk membeli pesawat saat Indonesia baru merdeka atau ketika Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997. Bantuan orang Aceh untuk etnis Rohingya yang terdampar di Aceh juga tak terlepas dari adanya pendidikan karakter bahwa“ureueng kriet bagah mate”. Sementara untuk mendidik anak-anak tidak merokok saat kecil, orang tua menakuti mereka dengan mengatakan bahwa siapa pun yang merokok, nantinya saat sunnah rasul kulit ujung (maaf) penis mereka tak mempan dipotong dengan gunting, melainkan harus pakai gergaji. Dengan pendidikan karakter seperti itu, hampir tak ada anak-anak yang berani mencoba-coba merokok. Jika pun ada satudua yang merokok, mereka lakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan jauh dari pemukiman penduduk. Di atas segalanya, para pendidik, masyarakat dan pemerintah Aceh perlu menggali lagi kearifan lokal Aceh sebagai salah satu alat pendidikan karakter anak didik. Dengan demikian, tak ada lagi lulusan sekolah/perguruan tinggi yang jadi koruptor ketika berkuasa.*** 09


LINTAS KEMENAG

415 Profesor Duduk Bersama Bicarakan Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam akan mengumpulkan 415 orang profesor dibawah naungan Kementerian Agama untuk membicakan pendidikan Islam di Indonesia. Pertemuan tersebut akan dikemas dalam bentuk konferensi guru besar PTKI yang mengusung tema “Meningkatkan integritas dan Reputasi Akademik Guru Besar PTKI”. Dalam keterangan jumpa persnya, Jumat (27/11) di Jakarta, Dirjen Pendis Kamaruddin Amin, yang didampingi Direktur Diktis Amsal Bactiar dan Kasubdit Ketenagaan, Imam Safei menyampaikan bahwa acara ini akan berlangsung pada tanggal 29 November – 1 Desember 2015 di Hotel The Media, Gunung Sahari, Jakarta. Bagi Kamaruddin Amin seorang profesor merupakan halaman depan bagi suatu perguruan tinggi. Sebab, meningkat tidaknya perguruan tinggi adalah dari keberadaan seorang guru besar. Harapannya, dengan berkumpulnya 415 10

profesor ini nantinya bisa mendengarkan mereka (profesor) untuk menigkatkan mutu pendidikan Indonesia, dan juga mendukung visi Kemenag menjadikan Indonesia sebagai pusat studi Islam dunia. Selain itu, papar Kamaruddin, dalam kegiatan tersebut akan ada dialog produktif agar Kemenag bisa menyaring dan profesor juga mengaktulisasikan keilmuannya dalam kerja akademik. “Kita ingin meningkatkan reputasi guru besar ke dunia internasioanl,

kita ingin mempromosikan mereka di dunia internasional,” tambah Kamaruddin Amin. Kamaruddin Amin meyakini bahwa dengan 415 profesor yang ada Indonesia bisa menjadi pusat studi islam dunia, sebab profesor harus mampu membawa PTKI layak jual di dunia internasional. Selain itu,sekuen acara pertemuan akan diramu dalam bentuk konsorsium keilmuan, seperti ilmu hadis, syariah, fiqih, dan ilmu-ilmu islam lainnya.. “Mereka akan menjadi lokomotif, bagian yang berperan dalam konsorsium ini,” kata Kamaruddin. Lebih jauh lagi Kamaruddin Amin mengharapkan akan adanya nasionalisasi karya-karya akademik profesor, karena sudah selayaknya Kemenag dapat mempromosikan penelitian profesor ini ke dunia internasional, baik berbahasa asing dan berbahasa Indonesia. [pinmas/rief/dm/ dm]


Menag Pastikan Tak Ambil Alih Penyelenggaraan Umrah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa Pemerintah tidak akan mengambil alih penyelenggaraan ibadah umrah. Kementerian Agama memang akan membentuk direktorat khusus yang mengurus penyelenggaraan Umrah. Namun, hal itu tidak berarti Kementerian Agama akan langsung menyelenggarakan umrah. Penegasan Menag ini disampaikan untuk menjawab pemberitaan dalam beberapa hari terakhir yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan umrah akan diambil alih dari pihak swasta oleh Pemerintah. “Tidak benar berita yang mengatakan bahwa Pemerintah akan mengambil alih penyelenggaraan ibadah umrah. Itu sama sekali tidak benar,” tegas Menag di Jakarta, Senin (14/12). Menurut Menag, informasi yang benar, Pemerintah sedang memperbaiki sistem dan manajemena penyelenggaraan ibadah umrah. Selain itu, Pemerintah juga sedang membangun regulasi dan sistem pengawasan sehingga siapapun yang menyelenggarakan umrah, maka itu dilakukan secara akuntabel dan transparansi. “Ujungnya, masyarakat tidak dirugikan dari penyelenggara umrah ini,” tegas Menag. Dikatakan Menag, masyarakat adalah pihak yang paling diuntungkan dengan adanya perbaikan kualitas penyelenggaraan umrah. Sebab, masyarakat tidak akan dirugikan oleh sejumlah Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang nakal yang kemudian menipu calon jamaah umrah. “Jadi sekali lagi pemerintah tidak sedang ingin mengambil alih, tapi yang sedang dilakukan adalah membangun sistem penyelenggara ibadah umrah,” katanya. Disinggung mengenai regulasi yang sedang disiapkan, Menag mengaku sedang mengkaji penerapan aturan batas minimal biaya umrah. Pasalnya, selama ini ditemukan beberapa travel umrah yang menawarkan biaya yang sangat murah dan tidak masuk akal. “Ada (travel umrah) yang begitu murah sekali menyebarkan kepada masyarakat yang menurut kita itu tidak mungkin. Misalnya, di bawah 1000 USD orang bisa berumrah, sekarang pesawatnya saja pulang pergi berapa, belum hotelnya selama di sana,” tutur Menag.

Santunan - Edisi Spesial 2015

“Oleh karenanya, harus ada batas minimal biaya umrah itu berapa. Ini yang sedang kita hitung,” imbuhnya. Selain itu, Kemenag juga menjalin kerjasama dengan Kedubes Saudi Arabia dalam proses pengeluaran visa jamaah umrah. Ke depan, proses pengeluaran visa baru bisa dilakukan setelah seluruh persyaratan terpenuhi. Misalnya, memiliki tiket return (pulang pergi), tidak hanya one way saja, tapi juga kembalinya. Di samping itu, hotelnya juga harus jelas, jadwal selama berada di Tanah Suci juga pasti. “Kalau itu semuanya terpenuhi, kita berharap visa baru dikeluarkan. Hal-hal seperti itu yang sedang kita proses,” tegas Menag. Kepada travel dan biro umrah yang nakal, Menag mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan tegas dengan mencabut izinnya. Bahkan, kalau ada indikasi kuat tindak pidana, misalnya penipuan dan lainnya, biro travel nakal tersebut juga akan diproses secara hukum. “Beberapa biro travel sudah kita lakukan seperti itu. Sebab kita

sudah menjalin MoU dengan pihak Polri bagaimana polisi menindaklanjuti temuan yang ada indikasi kuat sebagai tindak pidana,” ujarnya. Kepada masyarakat, Menag mengimbau agar bersikap kritis dalam berhubungan dengan biro-biro umrah. Pastikan lima hal saat akan berumrah, yaitu: pertama, pastikan biro travelnya resmi karena terdaftar di Kementerian Agama. Untuk memastikannya, bisa dengan mengeceknya di website resmi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (www. haji.kemenag.go.id). Kedua, pastikan maskapai dan jadwal penerbangannya. Ketiga, pastikan hotel selama di Tanah Suci, baik Makkah dan Madinah. Keempat, pastikan jadwal selama di Tanah Suci, berapa hari di Makkah dan berapa hari di Madinah, setiap hari apa saja kegiatannya. Dan kelima, pastikan visanya apakah betul-betul sudah keluar atau belum. “Dengan demikian, mudahmudahan masyarakat tidak menjadi objek penipuan pihak-pihak yang nakal,” harap Menag. (humas/mkd) 11


LINTAS KEMENAG

Aceh Juara Umum II PORSADIN Nasional II 2015 Setelah memboyong tiga medali emas dan satu medali perunggu, Kontingen Aceh berhasil merebut Juara Umum II pada

Porsadin Tingkat Nasional Ke-2 Tahun 2015. Aceh unggul setelah berhasil pada cabang lomba Cerdas Cermat, Tahfidz Putri, Pidato

Bahasa Indonesia Putra yang masing-masing mendapat Juara 1 dan Puisi Putra meraih Juara 3. Kegiatan Porsadin yang ditutup secara resmi oleh Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof. DR. Kamaruddin Amin, Sabtu (22/11) menetapkan Jawa Timur sebagai Juara Umum dan berhak membawa pulang piala bergilir Porsadin dengan peringkatIII diraih oleh Provinsi Jawa Barat. Masing-masing pemenang berhak mendapatkan medali dan bonus uang pembinaan dari Panitia dan Forum Komunikasi Diniyah Taklimiyah (FKDT) Pusat dengan nominal yang berbeda antar juara. Tak hanya itu, Pimpinan Ponpes Assidiqiyah, tempat perlombaan dan acara penutupan diselenggarakan juga ikut menyerahkan cindermata bagi seluruh provinsi peserta Porsadin yang telah mempercayakan Ponpes Assidiqiyah

Seminar Kaligrafi Internasional di Ar-Raniry Sebelumnya, Kaligrafer Internasional Syeikh Belaid Hamidi, gelar acara di Balai Kota, Rabu (25/11). Dan syekh lanjutkan pengajian malam, diRumoh Atjeh Kupi Luwak Jeulingke Banda Aceh, undangan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI). Syekh tiba dan disambut Wakil Wali Kota Banda AcehDrs H Zainal Arifin, pejabat Setdakot, dan jajaran Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh. Siangnya syekh ke Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry yang juga bekerja sama dengan IKAT, dan menggelar Seminar Kaligrafi Internasional dengan menggunakan Kurikulum Modern Pembelajaran Kaligrafi Klasik, metode Hamidi dan Pengaruhnya di Asia. Materi disampaikan oleh Syeikh Belaid Hamidi, Kamis (26/11) di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry. Rektor UIN Ar-Raniry Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada kepada Syeikh Hamidi atas partisipasinya menyampaikan materi tentang motode 12

kaligrafi klasik di Lingkungan UIN Ar-Raniry dan alumni Timur Tengah. “Aceh memiliki sejarah yang sangat kental islamnya, Aceh merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menerapkan Sayariah dan hokum Islam, budaya islam sangat ketal bagi masyarakat Aceh, pembelajaran kaligrafi di Aceh telah dilaksanakan sejak dini, baik di Dayah atau pesantren dan tempat pengajian anak-anak seperti TPA/TQA,” kata Farid. Rektor mengumpamakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat makmur dan subur tanahnya, jika dikaitkan dengan ayat yang menggambarkan tentang syurga itu adalah taman yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, Indonesia merupakan negara jutaan sungai, jika kita melihat sebagaimana yang digambarkan dalam al-Quran, maka boleh disebut Indonesia ini sebagai potongan dari pada syurga, oleh karenanya kita bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan Allah. Farid mengarapkan kaligrafi dapat

berkembang di Aceh, semoga seminar kaligrafi ini dapat manfaat banyak bagi generasi muda di Aceh, dalam meneruskan seni kaligrafi di masa mendatang.


sebagai tempat penyelenggaraan Porsadin Tk Naisonal Ke 2 sejak tanggal 20 s.d 22 November 2015. Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh bersama Kepala Bidang PD. Pontren Kanwil Kemenag Aceh, H. Abrar Zym, S. Ag yang senantiasa terus mendampingi kontingen Aceh saat berlangsungnya perlombaan sampai berakhirnya kegiatan merasa bahagia dan bangga atas prestasi yang dipersembahkan oleh santri Aceh. Rasa haru dan bahagia menyelimuti Kakanwil, Kabid PD. Pontren, Official dan seluruh peserta Aceh saat mengetahui Aceh menjadi terbaik II tahun ini. Ini semua tak lepas dari pegiriman peserta yang selektif dan pembinaan intensif dari Jajaran PD. Pontren, terutama semangat peserta yang tinggi dalam mengikuti even Nasional tersebut. “Ini merupakan prestasi yang membahagiakan, walaupun tidak mendapat juara umum I, namun prestasi juara umum II merupakan prestasi luar biasa dan patut kita banggakan” ungkap Kakanwil di selasela pembicaraannya saat penutupan acara. “Berarti tidak rugi selama ini saya berada di Banten” canda Kakanwil mengungkapkan kebahagiaannya.[darwin]

Sementara itu, Syeikh Belaid Hamidi mengatakan, metode atau kurikulum modern pembelajaran kaligrafi klasik dengan menggunakan metode Hamidi diharapkan proses pembelajaran kaligrafi di dunia menjadi lebih mudah, secara khusus dikatakan bahwa metode yang dilakukan oleh Hamidi bukan hanya mengajarkan dan menjadi murid saja, namun bagaimana menjadikan muridnya sebagai guru dan seterusnya. “Alhamdulillah bagi murid yang belajar kaligrafi dengan metode Hamidi ini, yang telah mendapatkan Ijazah dan kembali ke Negaranya masing-masing untuk mengembangkan kaligrafi metode hamidi ini. Dengan demikian metode ini akan terus berkembang di seluruh dunia,” ujarnya. Keberhasilan dari metode ini yang menarik, salah satu di antaranya metode Hamidi selama tiga tahun dapat melahirkan lima generasi. Pada seminar ini Syeikh Hamidi memberikan ijazah kepada tujuh muridnya yang telah dinyatakan lulus. [nat]

Santunan - Edisi Spesial 2015

Kabag Tata Usaha, H. Habib Badaruddin, S.Sos:

Bagi Tugas, Habis dan Merata Semestinya siapa pun yang memimpin, di mana pun (di Kanwil dan Kemenag) dalam posisinya sekarang, tidak hanya sebagai pemimpin. Apalagi pemimpin yang sematamata dia disebut ‘pejabat/penjabat’. Idealnya, jadilah jabatan dia itu (sekaligus sebagai pemimpin), yang dengan kepemimpinannya (jika ada jabatan dan tidak ada jabatan), tetap melayani dan dihargai dan ‘dimanfaatkan’ pascamenjabat oleh jajarannya. Ini seperti imam informal di kampung. Kepala Bagian Tata Usaha (Kabag TU) Kanwil Kementerian Agama Aceh H Habib Badaruddin ajak pejabat di jajaran Kanwil dan Kemenag, yang bukan hanya leader(atasan, pemimpin), tapi pejabat/pemimpin yang akan membawa jajarannya mewujudkan misi dan visi. Kabag TU, dalam acara “Evaluasi dan Pembinaan Organisasi Kementerian Agama” didampingi Lukman Hakim (Biro Ortala dan Tata Laksana) dan Samhudi SSi (Kasubbag Ortala dan Kepegawaian), sampaikan bahwa, “Seorang pemimpin mampu membagi habis tugas, dan merata, Jadi tugas bukan dikumpulkan pada dirinya.” “Maka setiap jajaran, mesti ada Laporan Harian (LHK). Setiap menit dan jam jajaran PNS dinilai, kerjanya apa,” sambung dan tanya Kabag TU, dalam acara bertema “Membangun Organisasi yang Efektif dan Efesien” yang digelar Biro Organisasi dan Tata Laksana Sekjen Kemenag RI itu, Kamis (26/11) lalu di Paviliun Seulawah. Ke depan kian ‘sulit (enggan)’ seseorang mau jadi PNS, sebab terikat betul. “Jak cok aneuk pun han jeuet…,” candanya yang bermakna, jemput anak sekolah pun tak bisa. Kabag TU, sebelum Lukman Hakim dari Subbag Organisasi dan Tata Laksana Kemenag RI tampil, jelaskan “Pemimpin itu jadi teladan. Syarat pemimpin misalnya emosi dan empati, peka, dan mememotivasi.” Modal pemimpin ditentukan interest group, dan pressure group. Pemimpin harus efektif, efesian, positif dalam hal memberi manfaat, dan tepat guna. Pemimpin harus berbirokrasi yang bersih, akuntabel, sesuai aturan, transparan. Dengan modal pemimpin yang ada muatan intelektual, sosial, emosional, dan fisik.

Kabag TU, dalam acara yang digelar Subbag Ortala dan Kepegawaian Kanwil yang diikuti jajaran Kanwil, jajaran Kankemenag Banda Aceh, dan Kankemenag Aceh Besar, sampaikan perlunya ‘zona integritas’. Misal, ajak Kabag TU, mestinya di kantor ada tulisan spanduk/baliho “Kawasan Bebas Korupsi”, bukan bermakna, di sini korupsi itu, bebas. Kabag juga sindir, kebetahan dan tak betahnya jajaran di kantor, “Jika nyaman, kayaknya sebentar kerja sudah sore. Jika nyaman, baru masuk sudah waktu pulang. Jika tidak nyaman, satu jam rasanya seminggu.” Hasil Litbang Bapenas, akhiri Kabag didampingi Afrizal ST (dari Subbag Ortala dan Kepegawaian), “Bisa-bisa Kemenag jadi sejarah, jika dievaluasi, pelayanan kita tak dirasakan, tak diperlukan masyarakat.” Katanya, ada warga sekarang, tak merasakan pelayanan Kemenag. Sementara H Lukman Hakim, banyak sampaikan soal eselonering, JFU, rampinggemuk struktur Kemenag, pengalaman dengan Bapenas dan Kemenkeu dan lainnya. [m. yakub]

13


DAYAH

Membaca Kitab Kuning dan Hafal Al-Qur’an oleh Zarkasyi

Eva tampil di mimbar berpidato dengan bahasa lugas, semangat berapi-api mengangkat tema pentingnya ilmu. Eva baru 14 tahun. Pidatonya disimak oleh para santri dengan penuh hikmah, sambil sesekali mereka tersenyum. Para santriwati duduk bersaf di belakang santriwan dengan mukena putih, menambah semarak dan menyemangati pidato Eva. itulah suasana muhadharah santri Dayah Tgk Chik di Reung-Reung Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie yang dilaksanakan pada malam Minggu, november lalu. Dayah Tgk Chik di Reung-Reung didirikan oleh Tgk H. Said Ilyas Ahmad pada tahun 1996 dengan Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP) 510311070207. Sekarang, telah berdiri kokoh dua bangunan asrama santri, masjid, satu unit dapur umum dan fasilitas MCK, serta empat balai pengajian di tanah yang luasnya mencapai 10.000 m2. Tahun 2015 didirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Berbasis Pesantren, penerimaan santri dilakukan pada bulan 14

April sampai dengan Mei 2015. Program ini lahir dengan tujuan mencetak kader generasi Qur’ani yang berkepribadian utuh serta unggul dalam ilmu dan amal, mendidik generasi Islam dengan komitmen salimul aqidah dan salihul ibadah dan berakhlakul karimah, serta mampu melahirkan santri yang mewujudkan izzul Islam wal muslimin serta kelak akan menjadi pemimpin bangsa. Lebih detail dan ringkas, “Mereka mampu membaca kitab kuning dan hafal Al-Qur’an”, demikian penegasan Said Sufyan selaku Kepala Bidang Pendidikan Dayah Tgk Chik di Reung-Reung. Menyangkut pengasuhan, “24 jam mengasuh dengan hati dan keteladanan” itulah motto pengasuhan santri SMP-BP Dayah Tgk Chik di Reung-Reung. Kepada santunan, Sofyan Yusuf selaku Kepala Sekolah menjelaskan target yang ingin dicapai dalam pengasuhan santri SMPBP, “Kelas VII mereka mampu baca tulis AlQur’an dan hafal juz 30, kelas VIII menguasai dasar-dasar nahwu saraf, 1000 mufradat bahasa arab, 1000 kosa kata bahasa Inggris

serta hafal juz 29, kelas IX mampu membaca kitab kuning, menguasai 2000 mufradat bahasa Arab dan kosa kata bahasa Inggris serta hafal juz pertama”. Untuk tahfidh, santri diharuskan untuk mengikuti tahsin Al-Qur’an selama enam bulan, jika dalam waktu enam bulan santri dinilai belum lulus maka belum diperbolehkan untuk mengikuti program tahfidh, waktu pembinaan tahsin dilanjutkan satu bulan lagi. Program ini dilakukan agar para santri yang hafal Al-Qur’an, hafalannya itu benar sesuai kaidah-kaidah ilmu tajwid. Tidak hanya fokus pada pencapaian target yang telah ditetapkan serta penuntasan kurikulum Sekolah Menengah Pertama, santri juga diajarkan kegiatan ekstrakurikuler seperti muhadharah (pidato), latihan beladiri Kempo serta kaligrafi yang diasuh oleh Ustadzah Hayaton Wardani (salah seorang peserta MTQ Provinsi Aceh Cabang Khattil Qur’an Kabupaten Pidie). ***


Seorang pemuda mengenakan dogi berdiri tegap di depan para santri. Dogi adalah seragam beladiri kempo. Ia memberikan abaaba, “hidari mae jodan gamae!” Serentak diikuti gerakan santri membentuk kudakuda. Dengan fokus dan cekatan Shimpai Sofyan Yusuf (KYU IV) memperagakan jurus-jurus (waza) beladiri kempo, santri pun memperhatikan dengan seksama langkah demi langkah Shimpai Sofyan Yusuf. Pemandangan ini rutin dijumpai setiap minggu pagi mulai pukul sembilan pagi sampai dengan duabelas siang..

Santunan - Edisi Spesial 2015

Mengapa beladiri Kempo yang diajarkan kepada para santri? Said Sofyan mengatakan “Latihan Kempo hanya untuk memotivasi santri agar mereka betah dan tekun dalam belajar, sebab beladiri adalah olah raga yang mereka gemari”. Firdaus yang berusia 13 tahun, salah seorang kenshi (murid) pada sesi latihan setiap minggu pagi kepada santunan mengaku senang dengan latihan Kempo. Meskipun berseragam olahraga biasa (tanpa baju dogi) para santri begitu tekun mengikuti latihan Kempo yang dilatih lang-

sung oleh kepala Sekolah, Sofyan Yusuf. Pagi itu saat santunan berkunjung ke Dayah Tgk Chik di Reung-Reung, tidak hanya santri laki-laki yang mengikuti latihan kempo, tetapi juga terlihat santri-santri perempuan, ratarata usia mereka duabelas sampai limabelas tahun. Tidak hanya kempo, olahraga lain yang digemari santri adalah tenis meja. Mengenai latar belakang Kehadiran lembaga Pendidikan Sekolah Umum di Dayah Tgk Chik di Reung-Reung diakui Waled sapaan akrab Tgk. H. Said Ilyas Ahmad sebagai tuntutan zaman, ”sekolah di dayah adalah tuntutan zaman, tetapi pendidikan dayah tetap lestari dan berjalan seperti biasa, karena dayah adalah utama sedangkan sekolah adalah suplemen”. Memadukan dua sistem pendidikan, dayah ini menggunakan tiga model sistem pembelajaran, yaitu klasikal, talaqi dengan meliputi ziadah dan murajaah serta sistem sistem pembelajaran non formal yang diselenggarakan di luar kelas. Perpaduaan ketiga sistem ini untuk diharapkan ilmu yang diperoleh santri mampu diterapkan dalam kehidupan nyata, demikian harapan Said Sofyan yang disampaikan kepada santunan. Jumlah santri yang belajar di dayah Tgk Chik di Reung-Reung sebanyak 157 Orang, 20 orang diantaranya adalah santri Sekolah Menengah Pertama (SMP), sedangkan jumlah Guru/Teungku sebanyak sebanyak 20 orang.[] 15


RESENSI

Meretas Benang Sejarah Islam Judul Buku : Inilah Faktanya (Meluruskan Sejarah Umat Islam Sejak Wafat Nabi hingga Terbunuhnya Al-Husain) Judul Asli : Hiqbah Minat Taariikh Penulis : Dr. 'Utsman bin Muhammad Al- Khamis Penerjemah : Syafaruddin,Lc Penerbit : Pustaka Imam Asy Syafi’i Cetakan : Keempat, September 201 Tebal : xvi + 418 hlm; 15x23,5 cm ISBN : 978 602-9183-37-5

Mengenal Penulis : Nama lengkap beliau Utsman bin Muhamad bin Hamad bin Abdullah bin Shalih bin Muhammad AlKhamis An-Nashiri At-Tamimi. Syaikh Al-Khamis termasuk ulama Islam masa kini yang mengkritik ulama-ulama Syiah Imamiah dan menentang pemahaman mereka dalam sebagian buku yang beliau tulis. Syaikh Utsman bin Muhammad Al-Khamis merupakan ulama dan dai dari Kuwait, seorang sunni yang berusaha meniti manhaj ahlus sunnah wal jama’ah. Beliau menamatkan kuliah di Universitas Al-Imam Muhammad bin Su’ud AlIslamiyyah di kota Qasim, Arab Saudi. Syaikh AlKhamis telah membuahkan banyak karya tulis, salah satu adalah “Hiqbah Minat Taariikh (Culikan Sejarah)” Pada awalnya, beliau adalah salah seorang staf di sebuah lembaga wakaf Islam. Saat ini, beliau adalah Kepala Sekolah “Waratsatul Anbiya” di negeri Kuwait serta khatib dan imam di Masjid Sabiq. Syaikh Utsman bin Muhammad Al-Khamis mena­ ruh perhatian besar untuk menjelaskan kesesatan Syi’ah Rafidhah dan kitab-kitab mereka. Bersama beberapa ulama Ahlus Sunnah, beliau tampil dalam acara-acara debat ringkas yang terkenal—bertema Syi’ah Rafidhah—dalam program televisi berjudul “Al-Muhadatsah Al-Balatuk”. Resensi : Sejarah senantiasa menghadirkan warna, dan warna itu selalu dipengaruhi oleh kepentingan untuk mewarnai kepentingan lainnya secara berkelanjutan. Demikian juga halnya dengan Sejarah Islam. Jika kita tekuni secara lebih dalam akan memberikan asupan nutrisi dan renungan panjang kearifan sehingga membuat kita tidak gegabah dalam berkelakuan juga tindakan. Demikian juga halnya dengan Sejarah Islam tidak dapat dilepaskan dari keberadaan para Sahabat Rasulullah SAW. Kegegabahan dalam menelusuri peristiwa sejarah pada masa Sahabat, tentu akan berujung kekeliruan dalam meretas peristiwa sejarah pada masa masa berikutnya.

16


Juhaimi Bakri juhaimibakri@yahoo.co.id.

Buku “Inilah Faktanya (Meluruskan Sejarah Umat Islam sejak Wafat Nabi hingga Terbunuhnya Al-Husain)” menghidangkan sajian sejarah pada masa tujuh khalifah setelah Rasulullah SAW. Diramu dengan gaya yang berbeda, buku ini mencoba meretas dan meluruskan kembali pemahaman kita yang keliru selama ini terkait sejarah Islam khususnya pada era sahabat, hingga terbunuhnya Husein bin Ali juga termasuk cara yang lebih elegan dalam mencicipi sejarah Islam. Siapapun yang mencermati sejarah Islam secara mendalam pasti mengetahui bahwa masa yang paling gemilang adalah masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sahabat-sahabat beliaulah yang mengemban tugas mulia dan mendebarkan dalam menyebarkan Islam. Merekalah hamba Allah SWT yang terpilih. Akan tetapi dalam perjalanannya, sejarah Islam banyak mengalami pengaburan, pencemaran, dan penyelewengan fakta dan data, dikarenakan munculnya firqah sempalan yang sesat. Tiap-tiap firqah itu berusaha menjatuhkan firqah yang lain dan pada saat yang sama mencoba mengangkat citra pribadi tertentu. Buku ini juga meluruskan kesimpangsiuran masalah suksesi kepemimpinan sepeninggal Rasulullah SAW. Termasuk adanya konspirasi Yahudi dalam pembunuhan ‘Utsman yang menjadi cikal bakal pemberontakan pada masa-masa berikutnya di kalangan umat Islam. Pembahasan buku “Inilah Faktanya (Meluruskan Sejarah Umat Islam sejak Wafat Nabi hingga Terbunuhnya Al-Husain)” dibagi menjadi empat bagian utama. Dalam buku ini, dibahas satu periode sejarah penting dari sejarah panjang umat Islam, yaitu periode setelah Rasulullah SAW wafat sampai tahun 61 H dengan dua pokok pembahasan yaitu Muqaddimah dan Tiga Bab Utama. Pada Bagian Muqaddimah terdapat tiga sub bahasan mengenai tiga masalah mendasar: 1. Cara membaca sejarah Islam, 2. Kitab sejarah apa saja yang pantas dibaca, dan 3. Metode para sejarawan dalam mendistorsi sejarah Islam.

Santunan - Edisi Spesial 2015

Bagian Kesatu, Menjelaskan peristiwaperistiwa bersejarah sejak wafatnya Rasulullah (11 H) sampai tahun 61 H. Bagian ini menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa penting pada periode ini dengan penjelasan sanad-sanad yang shahih. Tidak lupa disertakan kritik-kritik atas kisah-kisah bohong dan bathil yang beredar luas di kalangan masyarakat. Bagian Kedua, menjelaskan tentang keshalihan para Sahabat radhiallahu’anhum, berdasarkan dalil-dalil al-Quran dan as-Sunnah juga me­ nyebutkan syubhat seputar para Sahabat yang sering dikemukakan terhadap keshalihan mereka sekaligus bantahan-bantahannya. Bagian Ketiga, membahas masalah kekhalifahan setelah Rasulullah SAW dan dihamburkan dalildalil kelompok Syi’ah secara terperinci tentang lebih berhaknya ‘Ali karamallahu sebagai khalifah dari pada Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman radhiallahu’anhu. Selanjutnya dalil-dalil kelompok Syiah tersebut dikritisi dan dibantah secara ilmiah dan terperinci. Dengan tidak berlebihan mungkin uraian menarik buku ini tidak akan Anda temukan dalam buku-buku sejarah Islam sebelumnya. Dengan membaca buku ini, kita seakan diajak kembali untuk memintal ulang sejarah Islam dan perlu mendaur ulang pemahaman kita selama ini terutama tentang terbunuhnya Husein bin Ali dan hal yang terpenting bahwa sikap kritis sangat dibutuhkan dalam membaca peristiwaperistiwa sejarah, terutama yang berdampingan dengan sisi negatif terkait kehidupan para Sahabat yang telah mendampingi Rasulullah SAW dalam mengembangkan dakwah Islam. Sejarah memang penuh warna, tentu saja warna itu milik mereka yang melukis di atas kanvas perjalanan waktu. Namun sikap kritis dan tasamuh dalam meretas benang sejarah, khususnya Sejarah Islam jauh sangat dibutuhkan saat ini karena membaca sejarah adalah menoleh kembali ke masa lalu untuk merawat hari ini agar kita mampu menata masa depan yang lebih baik. Sudah saatnya kita memiliki buku ini.***

Buku ini juga meluruskan kesimpangsiuran masalah suksesi kepemimpinan sepeninggal Rasulullah SAW. Termasuk adanya konspirasi Yahudi dalam pembunuhan ‘Utsman yang menjadi cikal bakal pemberontakan pada masa-masa berikutnya di kalangan umat Islam.

17


WISATA

Bisnis Halal di Negeri Ginseng oleh Khiththati

18


Santunan - Edisi Spesial 2015

19


WISATA Jimin bingung menjelaskan bagaimana makanan yang bisa dikonsumsi oleh umat Islam. Pada November lalu, Jimin akhirnya memutuskan mengundang saya untuk makan bersama di rumah. Ia mengabari keluarganya (ayah, ibu, dan nenek) bahwa mengundang saya yang beragama Islam untuk makan siang bersama. Sebagai keluarga yang ramah, tentu mereka bersemangat menyambut keberadaan saya. Hanya saja, mereka kebingungan ketika Jimin mengabari bahwa saya tidak makan daging, karena kekhawatiran soal makanan halal. “Mereka bingung makanan apa yang bakal dihidangkan,” ujar pemilik nama lengkap Lee Jimin. Sebagai solusinya, keluarga Jimin siang itu memasak banyak sayur-sayuran. Sang nenek, dengan cekatan pergi ke pasar dan belanja aneka sayuran. “Kami akhirnya membuat pelbagai jenis Banchan untuk vegetarian karena saya juga bingung menjelaskan tentang halal,” aku Jimin. Kebingungan keluarga Jimin beralasan. Pasalnya, di negaranya, Korea Selatan, sangat sedikit pusat perbelanjaan yang menyediakan makanan halal. Mereka juga tidak sepenuhnya paham mengenai masakan dan makanan halal. Orangtua Lee Jimin mempunyai restoran

20

khas Korea bernama Kyobukdong yetnal Bulgogi yang menyediakan daging sapi. Ayahnya, Youngho Lee, merupakan kepala koki dan dibantu oleh ibunya Sunhee Her. Saat orang tuanya menjamu saya di restoran mereka, khusus hari itu mereka menyediakan cumi-cumi besar yang dimasak ala Korea. “Di sini hidangannya self cooking jadi pemilik kedai hanya menyediakan semua bahan dan pengunjung yang memasak,” kata Jimin sambil memasukan potonganpotongan cumi ke dalam wajan di depannya. Saya menjadi tamu spesial hari itu. Ia berkali-kali meminta maaf karena siang itu tidak menjamu saya dengan menu daging sapi khas toko ayahnya. Saya jadi tidak enak hati, sehingga berulang kali saya bilang tidak ada masalah dengan menu yang sedang kami masak siang itu. Saya terus mengaduk-aduk cumi yang dicampur bihun. Saya juga mengambil beberapa jamur, cabai hijau, paprika, dan beragam Banchan. Setelah siap saji, makanan ini tidak dimakan dengan nasi. Saya mengerti kebingungan yang melanda Jimin. Untuk menjawab rasa penasarannya, saya mengajak Jimin menemuui Ahmed Syaukas, pemilik resto Taj Palace, yang berada di Itaewon. Restoran ini menjadi langganan wisatawan muslim yang

menghabiskan liburan di Korea Selatan. Tempat yang beralamat di Jalan Usadanro, Yongsan-gu nomor 39, masuk dalam lima restoran India yang paling enak di Seoul. Restoran ini menyedikan pelbagai makanan seperti Naan restoran yang biasanya disantap dengan kari, beragam kari seperti butter chicken, tikka masala serta tak ketinggalan tandori chicken, lamp kabab dan chai serta lassi. “Awal saya memulai tempat ini hanya ada beberapa rumah makan halal dari Turki. Lihat sekarang hampir di sepanjang jalan ini ada tulisan halalnya,” Ahmed Syaukas memulai ceritanya. Ayah dua orang anak ini berasal dari Kasmir, India Utara, sehingga banyak makanan bergaya Mughal di restorannya. Mencoba peruntungan bisnis halal awal tahun 2000 setelah menjelajah tiga tahun di Jepang. “Semakin ke sini peluangnya semakin meningkat setiap tahun apalagi pemerintah turut mendukung,” tambahnya lagi. “Ada yang membuat saya penasaran apa itu halal food,” tanya Jimin. “Selain babi, makanan tidak mengandung alkohol,” kata Ahmed sembari menuang chai, teh khas India ke gelas Jimin. “Di restoran halal, Anda tidak boleh menjual minuman


beralkohol,” Ahmed melanjutnya. Halal adalah segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syariat untuk dikonsumsi. Terutama, dalam hal makanan dan minuman seperti yang sudah dijelaskan di dalam AlQuran surah Al-Baqarah ayat 173. Pada tahun 2012 Korsel memproyeksikan potensi pertumbuhan industri halal global mencapai USD 1,088 triliun dan terus naik naik setiap tahunnya. “Dulu jalan ini penuh dengan bar sehingga disebut sebagai red high light namun sekarang coba lihat berapa banyak perubahannya,” kenang Ahmed sambil menunjuk ke sisi luar jendela restorannya. Taj Palace berada di lantai dua food mart, di sisi depannya ada restoran India lain yang juga menjadi penyedia makanan halal, kebab Turkish, Turkish cake shop, dan lainnya. Menurutnya dulu saat awal bermukim di Negeri Ginseng hanya ada satu tempat yang menyediakan makanan hal di sebelah Masjid Itaewon. “Kalau kalian ke masjid nanti coba lihat di dekat pintu masuk itu ada satu tempat menjual daging, itu yang paling tua dan satu satunya. Selepas salat Jumat kami membeli daging dan membawa pulang untuk dimasak di rumah, lihat sekarang berapa banyak perubahan yang ada,” sambungnya lagi. Jimin menanyakan banyak hal kepada Ahmed tentang makanan halal. “Terkadang saya ingin mengajak teman untuk makan bersama di restoran tapi kami hanya menyediakan daging sapi dan juga rumit menjelaskan ini itu kepada orangtua saya,” katanya lagi. “Kamu bisa membeli daging yang halal untuk mereka,” saran Ahmed. “Di depan ini ada international mart mereka selain menjual produk luar juga menyediakan makanan halal,” jelasnya lagi. Mirah, alumni Universitas Konkuk juga menceritakan bagaimana awalnya susah menjelaskan tentang kenapa ia sering memilih menyibukkan diri di laboratorium dan menolak undangan makan oleh temantemannya. “Mereka kalau makan pasti minum soju, arak dari beras khas di sini dan terkadang juga tempat makannya tidak ada menu yang bisa saya makan,” kata Mirah, yang mengambil jurusan teknik pesawat terbang itu sambil tersenyum. Ruri, mahasiswa pertukaran pelajar lebih menyukai mengonsumsi Bibimbab dan Kimchi selama berada di Korea. “Setiap hari saya makannya Bibimbab,” ujarnya. Bagi Mutiara Hikmah, mahasiswa lainnya, mencari makanan halal di Korea Selatan susah-susah gampang. Ibu satu anak ini pada awal tiba di Korea mengaku kesulitan mencari makanan halal. Namun setelah tinggal dalam waktu beberapa lama, ia makin terbiasa dan memilih memasak

Santunan - Edisi Spesial 2015

sendiri makanan yang akan dikonsumsi. “Saya sering beli bumbu Indonesia yang diimpor ke sini,” lanjutnya. Selama ini, kata Mutiara, pemerintah Korea Selatan sudah makin ramah dengan kalangan muslim, termasuk soal perizinan restoran yang menyediakan makanan halal. “Pemerintah juga bikin halal expo dan membuat buku khusus panduan restoran halal,” ujarnya. Menurut KTO (Korea Tourism Organization) jumlah wisatawan muslim yang berkunjung ke Korea pada tahun 2013 mencapai 624,000 orang dan meningkat setiap tahunnya. Pada pertengahan 2015, sekitar 750.000 wisatawan muslim berkunjung ke Korea. Hal ini membuat KTO bekerjasama dengan KFF (Korean Food Foundation) membuat aplikasi yang dapat diunduh yaitu halalKorea. Selain informasi tentang restoran halal, aplikasi ini juga memuat jadwal shalat, arah qiblat dan lainnya. Pada awal 2015 seiring dengan terus meningkatnya pelancong muslim, KTO kembali menerbitkan buku panduan ”Muslim-Friendly Restaurants in Korea" yang dapat diunduh gratis. Buku ini berisi sekitar 118 restoran yang makanannya dapat dikonsumsi muslim. Dibagi dalam lima kelompok yaitu empat restoran halalcertified, 37 restoran self-certified, 24 restoran Muslim-friendly, 49 restoran Muslim-welcome, dan 4 restoran pork-free. Serifikat halal dikeluarkan oleh Korea Muslim Federation (KMF) berdasarkan kriteria halal, lembaga ini sudah berdiri sejak tahun 1967. Untuk self-certified adalah restoran yang mengunakan bahal-bahan halal tapi belum mendapatkan sertifikat. Muslim-friendly adalah restoran yang

dikelola oleh muslim tetapi masih menjual alkohol. Muslim-welcome adalah restoran yang menyajikan menu vegetarian dan menu bebas daging babi. Sementara itu, yang masuk dalam kategori free-pork adalah restoran yang tidak menyajikan daging babi tetapi memiliki daging tidak halal lain. Panduan ini juga mengelompokkan 36 menu makanan Korea yang terkenal ke dalam 4 kategori, yaitu sayuran saja, makanan berbahan seafood, makanan berbahan sayur dan seafood, dan makanan berbahan daging tetapi bukan babi. “Bisnis halal di sini tumbuh dengan cukup baik. Kalau berkeliling di Itaewon kalian akan bertemu tiga restoran yang khusus menjual menu tradisional Korea dan mereka semuanya sibuk,” papar Ahmed. “Kalau dulu banyak muslim yang ingin mencicipi takut tidak halal tapi sekarang semuanya jadi lebih mudah walaupun untuk terus berdenyut sasaran kami 70 persen adalah penduduk lokal yang ingin mencoba makanan halal,” tambahnya lagi. Dulu Ahmed memiliki tiga restoran India halal. Selain di Itaewon juga ada di Myoengdong dan Gangnam. “Karena terlalu ramai yang dua lagi terpaksa saya tutup karena nggak ada waktu beristirahat.” Selesai berdiskusi dengan pemilik Taj Palace Restoran, saya mengajak Jimin berkunjung ke masjid yang terletak tidak jauh dari situ. Di teras masjid terdapat banyak brosur dan juga buku panduan tentang muslim yang dapat diambil secara gratis. Ia mengambil sebuah buku tentang “Why Pork dan Alcohol Forbiden for Muslim” dan brosur tentang makanan halal. “Saya sekarang tahu apa yang kamu inginkan. Nanti, kalau kamu ke Korea lagi, saya akan menjamumu dengan makanan lezat lagi halal,” ujar Jimin, tersenyum. ***

21


SISI LAIN Joki cilik memacu kuda saat lomba pacuan kuda tradisional di Lapangan Sengeda, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah. Pacuan tradisional ini merupakan agenda rutin dan diikuti ratusan kuda yang berasal dari tiga kabupaten serumpun, Gayo Lues, Bener Meriah dan Aceh Tengah. [Ahmad Ariska]

22


Santunan - Edisi Spesial 2015

23


MASJID

Pesona Agung Masjid Sepakat oleh M Nasril

Mesjid Agung At-Taqwa Kutacane merupakan salah satu mesjid termewah dan terbesar yang terdapat di Kabupaten ujung provinsi Aceh itu, mesjid itu merupakan icon negeri sepakat segenap yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat, ia terletak di pusat ibu kota kabupaten dengan luas lebih kurang 2.670 meter dan memiliki kapasitas kira-kira mampu menampung 4.000 jamaah. Salah seorang pengurus mesjid At-Taqwa Hendra menejelaskan bahwa masjid itu awal pembangunan dilaksanakan pada tahun 2009 dan direncanakan selesai pada tahun 2016. Ia juga menjelaskan nantinya pengurus Administrasi dan badan takmir Masjid berada di bawa kendali Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sehingga operasionalnya tidak menguras dana kas pemasukan masjid, tentunya dengan harapan agar manajemen lebih baik. Masjid Agung itu semakin indah dan menarik untuk 24

dikunjungi, karena keindahan, sarana dan prasarananya juga sangat memadai, seperti rumah tamu, rumah imam, rumah muazzin, rumah Nadzir, tempat wuddhuk yang luas, TPA, Kantor UPTD dan juga tersedia gedung perpustakaan yang bisa digunakan untuk menambah wawasan. Selain itu, masjid juga dilengkapi lampu lampu kristal, kaca jendela penahan panas matahari, lantai granit yang dapat membuat nyaman,tenang dan sejuk saat berada didalamnya. Menurut Hendra, nantinya di bawah UPTD ada bagian pendidikan yang akan membidangi TPA dan juga ada program tahfidh Al-Qur’an, sehingga dari pojok-pojok Masjid itu akan melahirkan para Huffadh. Keberadaan Masjid Agung nan megah ditengah beragamnya penduduk di Kota Sepakat itu patut diberikan apresiasi, menunjukkan keharmonisan umat beragama di kota tersebut, masjid sebagai lambang kedamaian pemersatu umat dan

menjadi pusat peradaban apabila fungsinya betul-betul dilaksanakan. Keindahan dan kemewahan serta rancangan program dari masjid itu layak mendapat pujian setiap orang yang berkunjung kesana. Selain itu, secara geografis masjid indah itu juga berada di tanah perbatasan provinsi Aceh dengan Sumatera Utara, tentu ada nilai lebih dengan sendirinya, berbeda dengan Masjid yang letaknya di pusat ibukota Provinsi. Masjid termegah yang ada di kutacane ini kalau dilihat dari luar akan terpancar keindahan bentuk bangunannya itu sendiri yang dibalut dengan kubah kubah warna emas, seakan-akan terasa di Timur Tengah sehingga keberadaannya begitu mempesona dengan ukiran bangunannya. Sedangkan dari dalam masjid itu sendiri pengunjung akan merasakan kenyamanan, ketenangan dan begitu sejuk serta hiasan hiasan kaligafi timbul di dinding yang menjadikan keindahan masjid itu semakin terang.


M Nasril

Rilies/Wikimedia Commons

M Nasril

Segenep Asnawi (32), salah seorang pengunjung Agung Attaqwa dari Banda Aceh mengungkapkan kekagumannya kepada masjid itu. �Subhanallah, Masjidnya sangat Megah nyaman dan sangat mendukung kekusyukan dalam beribadah,� ungkap Asnawi Akan tetapi, katanya, perlu perawatan dan penjagaan yang benar benar maksimal agar masjid yang indah itu tidak cepat rusak hanya karena kurang perawatan. Kehadiran masjid Agung ini benar-benar dinikmati oleh masyarakat Kota sepakat segenap itu, selain untuk tempat beribadah juga dimanfaatkan sebagai tempat rihlah atau rekreasi islami, apalagi perkarangan mesjid yang sang memadai, karena luasnya area yang dimiliki membuat masyarakat nyaman bermain diseputar masjid itu. Menurut cerita hendra, biasanya menjelang sore masyarakat mulai mendatangi lokasi disana, bahkan dimanfaatkan oleh keluarga

Santunan - Edisi Spesial 2015

sambil menemani anaknya bermain, disana juga ada berbagai aktivitas warga, anak anak tampak ceria bermain disana karena keindahan masjid itu mampu memikat pengunjung dan semakin lengkap lagi disana juga ramai pedagang makanan dan mainan, sehingga para pengunjung bisa menikmati dan menghabiskan waktu disana. Walaupun tidak berada langsung dalam perkarangan masjid, dari jauh juga mampu menyejukkan mata melihat keindahan

masjid itu. Sehingga menurut cerita salah orang masyarakat sekitar yag juga pengurus, jamaahnya juga ramai dan rencananya nanti kegiatan kegiatan keagamaan akan di pusatkan di masjid ini. Pesona keindahan Masjid agung AtTaqwa Kutacane semakin terlihat pada saat menjelang magrib dan setelah subuh, semoga masjid agung nan indah itu membuat kita semakin terikat dengan masjid. 25


UTAMA

KEMENTERIAN AGAMA

Menjaga Harmoni Umat oleh Khiththati

26


Santunan - Edisi Spesial 2015

27


UTAMA 3 Januari menjadi hari istimewa bagi jajaran Kementerian Agama Republik Indonesia. Pada tanggal itu, lembaga yang awalnya bernama Departemen Agama ini resmi berdiri di bawah kepemimpinan H. Rasjidi, BA. Pemerintahan Presiden Sukarno mendirikan Departemen Agama lima bulan setelah memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia atau tepatnya pada 3 Januari 1946. Kini, saban tanggal itu diperingati sebagai Hari Amal Bakti Kementerian Agama. Presiden Sukarno mengangkat Haji Rasjidi sebagai Menteri Agama pertama melalui surat Penetapan Pemerintah Nomor 1/SD Tahun 1946. Meski didirikan pada awal Januari, namun Departemen Agama baru benar-benar aktif dan operasionall pada 12 Maret 1946. Lalu, Konsensus Rapat Bidang Pekerja Komite Nasional Pusat pada 25-27 November 1946 makin membuat kerja Depag makin eksis dan menjangkau banyak daerah. Departemen ini mengurusi pelbagai isu keagamaan di Indonesia –tak hanya Islam, tapi juga agama Kristen, Hindu, Budha, Protestan. Ia juga mengurusi urusan haji, penetapan awal tahun hijriyah, penetapan puasa dan hari raya, pernikahan, pendidikan, dan lain sebagainya. Belakangan, Departemen Agama berubah nomenklaturnya menjadi Kementerian Agama. Kementerian Agama dibentuk untuk memenuhi maksud pasal 29 UUD 1946, hal sesuai dengan pernyataan Menteri Agama I dalam Konferensi Dinas Djawatan Agama tanggal 17 Maret 1946 di Madura. Seiring dengan waktu, organisasi Kementerian Agama mengembangkan strukturnya sampai ke setiap provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Pada saat berdirinya Kementerian Agama pada tahun

1946, Sumatera masih berada dalam satu provinsi dengan Gubernurnya Mr. Teuku Moch. Hasan. Ia sendiri berasal dari Aceh. Saat itu Djawatan Agama Sumatera oleh pemerintah dipercayakan kepada H. Muchtar Yahya, kedudukannya masih berada di bawah Gubernur. Pada tahun 1956, dengan berubahnya struktur pemerintahan, Daerah Aceh dijadikan Daerah Istimewa Aceh berkedudukan di Koetaradja. Tengku Wahab Seulimeum kemudian ditunjuk untuk memimpin Djawatan Agama Daerah DI Aceh. Badruzzaman Ismail punya kenangan tersendiri bekerja di jajaran Departemen Agama. Ia ingat betul, setelah menamatkan pendidikan di BPGA ia mendaftarkan diri sebagai calon pegawai negeri sipil di lingkungan Departemen Agama. “Saya mulai bekerja di Depag pada tahun 1963,” katanya. Pria yang akrab disapa Pak Bad itu awalnya di Inspeksi Pendidikan Agama, sebelum berubah namanya menjadi Kantor Wilayah Departemen Agama. Inspeksi Pendidikan Agama membidangi sejumlah jawatan, di antaranya mengurusi pendidikan agama di Aceh. “Belakangan, perlahan-lahan berubah menjadi Kanwil,” ujarnya. Badruzzaman pernah menjabat sebagai kepala sekretariat. “Kantornya sederhana dan uangnya sedikit susah melakukan perjananan dinas, tetapi pegawainya disiplin,” katanya. Ia juga sempat menjadi sekertaris pada saat penyatuan dan pembentukan kantor wilayah Departemen Agama provinsi di ujung Barat Pulau Sumatera ini. Kantor Djawatan Urusan Agama Daerah berubah menjadi Perwakilan Departemen Agama setelah adanya Keputusan Menteri Agama No 53/1971 tentang struktur

organisasi, tugas, wewenang, dan tata kerja instansi Departemen Agama. Setelah adanya keputusan itu, istilah Kepala Djawatan Urusan Agama diganti menjadi Pimpinan Perwakilan Departemen Agama Provinsi. Pada masa itu, jabatan Kepala Perwakilan Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Aceh berturut-turut dipercayakan kepada H. M. Hasan, dilanjutkan dengan A. Kadir Thahir (AKTA), MA, Ibrahim Amin, dan H. Ibrahim Husin yang pada masa jabatannya keluarlah Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975, sehingga terjadi perubahan nama perwakilan menjadi Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Pada masa ini, setelah Prof. H. Ibrahim Husin, kepala kantor berturut-turut dijabat oleh Drs. H. T. A. Mahmudi, Drs. H. Razali Azis, dan Drs. H. M. Nur Ali. Saat awal-awal bekerja Badruzzaman masih mengingat banyak di antara mereka ke kantor berjalan kaki atau naik sepeda bahkan saat itu jika ada perjalanan dinas bersama uangnya disumbang oleh kantor Depag kabupaten atau kota. “Kami jarang membeli oleh-oleh kalaupun ada kalau bawa pulang oleh-oleh cuma jeruk satu kilogram,” kenangnya lagi. Selama bekerja di Depag, Badruzzaman dan kawan-kawannya menggagas lahirnya Pekan Olahraga dan Seni (Porseni), menerbitkan majalan internal Santunan, dan membangun asrama putri di Darussalam. “Dananya diambul dari zakat,” kata Pak Bad. Badruzzaman bahkan saat itu sering menulis untuk majalah santunan khususnya pembahasan pembahasa yang menyangkut adat istiadat. Ia juga sempat menjadi wakil ketua pengarah. Ia bahkan masih menyimpan lengkap dan mengoleksi

1956

1972 - 1972

1972 - 1973

Tgk. Abdul Wahab Seulimum

H. M. Hasan

Abdul Kadir Thair, MA

28


majalah Santunan. “Waktu itu senang bekerja karena lebih tenang tidak banyak terganggu tidak sibuk dengan proyek waktu kerjanya biasa saja memang, kalau diukur dengan kondisi sekarang nampak kesulitan,” ungkapnya tersenyum. Kembali ke zaman tanpa banyak teknologi. “Kalau buat konsep juga tulis tangan atau mengetik pakai mesin tik.” Kebanggaan sebagai pegawai

Departeman Agama itu sangat besar sehingga semuanya terlihat menyenangkan dan berusaha menjadi pegawai yang jujur tidak menyelewengkan tugas. “Belum ada baju dinas. Kantornya dulu dari kayu kalau kantor baru sekarang di situ dulu kolam. Sudah lama sekali sehingga banyak yang lupa, semuanya disiplin dalam bekerja kalau dulu yang pakai mobil cuma Kanwilnya,” ujarnya.

Visi Kanwil Departemen Agama adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir batin yang didasari oleh keputusan Menteri Agama Nomor 2 tahun 2010. Hal ini disadari penuh oleh pegawainya. “Kemenag merupakan lembaga vertikal yang sumber anggaran dari APBN. Program dan kegiatan mengacu kepada renstra (rencana strategis) pemerintah yang

1973 - 1974

1974 - 1982

1982 - 1992

Ibrahim Amin

Prof. Ibrahim Husen, MA

H. T.A. Mahmudi

Santunan - Edisi Spesial 2015

29


UTAMA 1992 - 1997

1997 - 2002

2002 - 2006

Drs. H. Razali Aziz

Drs. H. M. Nur Ali

Drs. H. Gazali Mohd. Syam

toloh dimuat,” katanya saat wawancara terakhir dilakukan di kantor Ketua MPU Aceh. “edisi ini tidak ada tolong edisi depan ya,” tambahnya lagi masih bercanda. (Ghazali Mohd Syam meninggal saat menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh pada Senin, 14 Desember 2015—red). Ketika Ghazali memasuki masa pensiun pada tahun 2006, maka sebagai Pgs. Kepala dipercayakan kepada Drs. H. A. Rahman TB, Lt yang pada masa itu menjabat sebagai Kepala Bagian Tata Usaha. Ia dilantik pada tanggal 2 November 2007 menjadi Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan menjabat sampai November 2011. Peraturan Gubernur Aceh No. 46 Tahun 2009 tentang penggunaan sebutan nama Aceh, maka Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam disesuaikan lagi namanya menjadi Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Aceh. Pemerintah melalui Peraturan Presiden

No. 47/2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, mengubah semua bentuk Departemen, Kantor Menteri Negara dan Kantor Menteri Koordinator menjadi Kementerian Negara, dan juga dengan adanya Peraturan Menteri Agama RI No. 1 Tahun 2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang perubahan penyebutan Departemen Agama menjadi Kementerian Agama, maka Kanwil Departemen Agama Provinsi Aceh berubah namanya menjadi Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Pada akhir tahun 2011 Kementerian Agama Aceh dikomandoi oleh Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, yang sebelumnya Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulussalam dan Kabid Urais Kanwil Kementerian Agama Aceh. Tanggal 04 Maret 2015 H.M. Daud Pakeh dilantik oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menggantikan Drs. H. Ibnu Sa’dan sebagai Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh sampai saat ini. Kemenag memiliki misi meningkatkan kualitas kehidupan beragama, meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama, meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan. Lalu ia bermisi meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji, mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa. “Kita termasuk pejabat diangkat oleh pemerintah untuk menjaga kerukunan seluruh umat beragama, ikut menyebarkan nilai atau menjadi perekat sehingga tidak terjadi masalah dan sengketa antara umat beragama,” ujar Akhyar. Kementerian Agama tidak hanya milik umat Islam tetapi semua agama dan bertugas mengakomodasi dan mengayomi semua agama yang diakui oleh pemerintah. “Tetap pada prinsip mengayomi seluruh

dalam hal ini Kementerian Agama,” ujar Kepala Sub Bagian Informasi dan Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Akhyar, M.Ag. “Apapun yang dilakukan oleh satker yang terkecil sudah diatur tidak boleh keluar dari print renstra yang sudah diatur sehingga selalu ada kebanggan untuk menjadi pegawai yang baik,” tambah Akhyar. Adanya Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, maka disesuaikan lagi namanya menjadi Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan kepala kantor masih dijabat oleh Drs. H. M. Nur Ali dan kemudian digantikan oleh Drs. H. Ghazali Mohd. Syam. Ghazali terkadang berkelakar supaya majalah Santunan juga memuat fotonya setelah wawancara. “Sudah lama sekali wajah saya tidak ada di sana jadi sesekali

30


2006 - 2011

2011 - 2015

2015 - sekarang

Drs. H. A. Rahman TB, Lt

Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd

Drs. H. M. Daud Pakeh

agama yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan peratuaran perundang undangan yang berlaku,” tambahnya. Menurut Akhyar pencapaian kinerja secara keseluruhan baik serapan anggota juga baik dan terus ditingkatkan seluruh anggaran yang terserap kepada bidang pendidikan, madrasah, guru agama di sekolah dan pondok pesantren. Kemudian bimbingan syariat, haji, penerangan agama Islam, zakat, dan wakaf, pendidikan agama Islam, pondok pesantren dan madrasah. “Sinergi di bidang kurikulum penyediaan tenaga pengajar. Kita juga menjamin terselengaranya pendidikan agama yang baik di sekolah. Pesantren maupun di dalam lingkungan masyarakat, walaupun juga bergerak di bidang pendidikan di dayah

atau pesantren namun sedikit berbeda karena lembaga badan dayah karena mereka lebih berfokus kepada pembangunan fisik,”sambungnya. Peningkatan dari tahun ke tahun lebih bagus semakin besar tangung jawabnya dan detail serta menyentuh masyarakat hingga paling bawah masing-masing pegawai berkerja pada jalurnya sehingga tidak terjadi overlaps dan terus berusaha lebih baik. Segala lini terus diperbaiki sehingga kesejahteraan masyarakat dibidang agama semakin meningkat. “Tugas kami di bidang Informasi dan Humas ini lah menjaga keselarasan baik di luar maupun di dalam agar bersinergi dan lebih kuat sehingga keterbukaan dapat dilakuan dan masyarakat menjadi tahu

Santunan - Edisi Spesial 2015

apa saja yang menjadi tugas dan kewajiban Kanwil Kemenag,” lanjut Akhyar. Saat ditanya nilai apa saja yang harus dimiliki oleh setiap Pegawai Kanwil Kemenag Aceh, Badruzzaman mengatakan, “berprinsiplah pada nilai amaliah, iklas dan saling membantu, jangan mempersulit urusan, jangan main uang, jangan menyeleweng. Berkerjalah sesuai petunjuk dan prosedur.” Hal yang sama juga dikatakan Akhyar, “terus dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja melalui berbagai cara seperti pelatihan, penyuluhan dan lainnya kemudian juga pemimpin harus diikuti dan ke depannya semoga Kemenag menjadi lebih baik dalam hal melayani harus bersih dan ikhlas.”***

31


UTAMA

Kemenag Aceh di Mata Mereka Kementerian Agama Republik Indonesia sudah berusia 70 tahun. Ia lahir lima bulan setelah proklamasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di usia 70 tahun, Kementerian Agama terus berbenah untuk memberikan pelayanan prima bagi umat beragama di Indonesia. Di Aceh, Kantor Kemenag awalnya bernama Kantor Djawatan Urusan Agama dengan lingkup tugas yang terbatas. Perlahan-lahan Kantor Djawatan Urusan Agama diberikan tugas semakin banyak. Meski dengan tugas seabrek, kantor ini memiliki tugas utama yaitu menjalin harmoni di kalangan umat beragama. Lalu, bagaimana mereka melihat Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh? Simak penuturan sejumlah pegawai yang berhasil kami rangkum.

32

ABRAR ZYM, S.Ag

Drs. H. SAIFUDDIN AR

Saya mengabdi di Kemenag Aceh sejak 1 Maret 1996. Saya menilai bahwa Kementerian Agama yang lahir beberapa bulan setelah Indonesia merdeka (3 Januari 1946)/70 tahun yang lalu, telah sukses dengan misinya mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir dan batin walau Aceh daerahnya sudah bersyariat. Kelebihan Kementerian Agama dari slogannya: Iklhas Beramal. Kalau kekurangan, ya kurang eselon. Harusnya Kantor Kemenag ini Eselon Iib sehingga setara dengan Kadis di Kabupaten/Kota. Untuk Kemenag Provinsi Aceh ke depan bisa lebih kompak lagi dan terus meningkat kualitas pelayanan, kualitas kerja dan kualitas pejabat kantor assesment.

Saya bekerja di Kantor Wilayah Kementerian Agama sejak 1 Maret 1983. Bekerja di sini memberikan tantangan tersendiri bagi saya, karena kantor ini punya peranan dan fungsi yang sangat besar dalam pembangunan umat. Saya berharap Kanwil Kemenag Aceh mampu menjaga dan berperan dalam membangun kurikulum antarumat beragama serta dapat membangun koordinasi dengan pemerintah yang baik dan harmonis. Memang, Kemenag ada kekurangan di sana-sini. Misalnya soal kuantitas dan kualitas sumber daya manusianya, ada juga kekurangan di struktur organisasi. Ke depan saya berharap Kemenag bisa lebih melengkapi, berkualitas, sehingga bisa lebih berkembang dan berperan dalam pelayanan umat.


ABD. RAHMAN HANAFIAH, M.Pd Sejak diangkat tahun 1985, saya mengikuti suatu acara yang dibuat oleh Kanwil Dikmad Prov. Aceh. Saat pembukaannya ketika kepala Kanwil memasuki aula, mengatakan "Hadirin mohon berdiri Kakanwil Depertemen Agama memasuki ruangan" ini pertanda fungsi Depag sangat diperhitungkan instansi lain. Melihat perlakuan seperti itu, saya bangga menjadi pegawai Kemenag. Lalu semua pegawai juga dituntut untuk memiliki karakter jujur, ikhlas beramal, berwibawa, dan berkomitmen pada cita-cita agar umat taat beragama. Ke depan saya berharap agar pimpinan meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan silaturahmi dengan semua sektor dan para pemangku kepentingan.

SULAIMAN Lt Saya senang bisa bekerja di Kanwil Kemenag Aceh yang menaungi 23 kantor Kemenag Kabupaten/ Kota di seluruh provinsi ini. Kita bisa mengembangkan potensi atau keahlian bidang masing-masing. Kemenag Aceh memiliki sejumlah kelebihan, apalagi kita berada di provinsi yang memberlakukan syariat Islam, sehingga motto “Ikhlas Beramal� bisa lebih kita hayati. Namun sayang, ada keterbatasan dalam pemberdayaan sumber daya manusia yang ikhlas beramal dan berstandard menurut profesionalitas masing-masing. Ke depan saya berharap bisa ditingkatkan dan Kemenag betul-betul dikelola oleh orang yang ikhlas beramal, berstandard, dan profesional di bidangnya.

SUNARDI

IWAN MAHATHIR

Sudah tujuh tahun saya bekerja secara nyaman di Kemenag Aceh. Iklim kerja di sini sangat mendukung, antarpegawai kita seperti memiliki ikatan persaudaraan dan kekeluargaan. Tidak ada sekat-sekat. Mungkin ini terjadi karena pegawai di sini mengahayati betul makna Ikhlas Beramal. Itu yang menjadi nilai lebih bekerja di Kemenag –bekerja untuk dunia dan akhirat. Saya lihat selama ini Kemenag baik-baik saja dan berjalan dengan bagus. Sebagai security, saya berharap agar tenaga-tenaga kontrak seperti kami ini lebih diperhatikan lagi dan diangkat menjadi PNS. Serta ada pudding lah malam-malam

Bekerja di Kemenag sejak 2009 lalu. Saya melihat ada peningkatan kualitas pelayanan dari tahun ke tahun, baik itu kualitas SDM, peningkatan mutu pendidikan, pelayanan haji, dan lainnya. Ini harus dipertahankan, agar Kemenag menjadi lembaga yang betul-betul bekerja untuk memberikan pelayanan prima kepada umat. Saya bangga bekerja di sini karena lembaga ini mengurusi masalah dunia dan akhirat, dan ini yang tidak dimiliki instansi lain di Aceh. Saya menyarankan agar ke depan ditingkatkan sarana dan prasarana, terutama untuk mendukung kinerja kami, satuan pengamanan. Harapan saya, kami Satpam di lingkungan Kemenag Aceh supaya dapat ditingkatkan kesejahteraan dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Santunan - Edisi Spesial 2015

33


UTAMA

Napak Tilas Kementerian Agama Tahun 2015 Berusaha untuk lebih baik daripada tahun sebelumnya adalah sebuah upaya yang selalu dilakukan banyak lembaga untuk menujukkan kualitas diri dari lembaga itu sendiri. Kementerian Agama salah satu dari beberapa lembaga yang ingin menunjukkan cita-cita tersebut. Pada tahun 2015 banyak hal yang sudah dilakukan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin beserta jajarannya. Mulai dari menanamkan fondasi berupa lima nilai budaya kerja sampai dengan sukses penyelenggaraan haji, peningkatan kinerja dan akuntabilitas, pembinaan kehidupan dan kerukunan umat beragama, serta peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan. Hasilnya, banyak penghargaan dan apresiasi diberikan kepada Kementerian yang bermotto Ikhlas Beramal ini. Bahkan pada tahun 2015 ini untuk pertama kalinya Kemenag berhasil memperoleh nilai B pada penilaian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Lalu apa saja hal-hal yang dilakukan dibawah kendali LHS tahun 2015? Berikut yang berhasil kami rangkum dari situs resmi Kementerian Agama RI, kemenag.go.id. Terbuka Pada HAB ke-69, LHS berharap seluruh satuan kerja pada Kementerian Agama agar memiliki hotline dan media komunikasi dengan masyarakat. Menurutnya, masyarakat berhak tahu apa yang dilakukan Kementerian Agama. “Kita harus membuka komunikasi yang interaktif dengan masyarakat, mereka berhak tahu apa yang kita lakukan dalam rangka melayani kebutuhan mereka,” kata Menag. LHS berharap saat Kementerian Agama belum mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, minimal rakyat tahu bahwa ada usaha yang kuat dan sungguhsungguh dalam menyelesaikannya. Karena itu pula, LHS berharap masyarakat harus bisa mengakses informasi dan melakukan komunikasi yang baik dengan mereka. 34

Menag juga menjelaskan peran Kementerian Agama terus mendorong dan memfasilitasi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan melalui penyempurnaan regulasi dan transformasi kelembagaan pengelola zakat, wakaf dan pengelolaan keuangan haji yang merupakan langkah besar memperkaya sejarah Kementerian Agama. Terkait pelaksanaan program dan ang­ garan, Menag meminta agar lembaga yang dipimpinnya bisa melakukan penghematan keuangan negara, meningkatkan transpa­ ransi, akuntabilitas dan tetap memper­ ha­ ti­­ kan efektivitas program yang dilaksana­ kan. Karena menurutnya, selain diawasi oleh auditor negara baik internal maupun eksternal, Kementerian Agama juga diawasi oleh masyarakat.


Santunan - Edisi Spesial 2015

35


UTAMA Pendidikan Seperti yang dikutip dari kemenag. go.id, hal yang sangat tegas dikatakan oleh LHS bahwa kemajuan pengelolaan pendidikan agama dan keagamaan harus terus dikembangkan. Pendidikan agama yang diwajibkan melalui jalur sekolah dan penyelenggaraan pendidikan formal berciri keagamaan secara institusional di bawah Kementerian Agama, tidak dapat dipisahkan dari misi kementerian ini sebagai pelaksana utama prinsip negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. “Institusi pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Agama selama puluhan tahun bukan sekedar tanggung jawab pembinaan administratif dan ang­ garan, tetapi mencakup tanggungjawab dalam mengembangkan spiritualitas pendi­ dik­­ an manusia Indonesia seutuhnya,” ungkap Menag. Dengan tidak mengkesampingkan para ‘ujung tombak’ Kementerian Agama dalam bidang pelayanan kehidupan beragama, seperti pelayanan pencatatan nikah, penyelenggaraan ibadah haji, dan bimbingan keagamaan lainnya, Menag mengapresiasi pengabdian seluruh jajaran Kementerian Agama yang tetap tabah dan sabar di tengah sorotan publik yang belum menggembirakan. “Kepada para Penghulu KUA di seluruh Tanah Air, para penyuluh agama, para dosen Perguruan Tinggi Agama, para guru agama di sekolah dan para guru madrasah serta guru TPQ/TPA dan guru PAUD lainnya, yang tidak kenal lelah mendidik generasi bangsa, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya,” tutur Menag.

36

KUB Menyangkut kerukunan antarumat beragama, Menag berpendapat bahwa kerukunan beragama di Indonesia sendiri telah menjadi model bagi negara lain. Pemerintah sendiri menegaskan Kemerdekaan memeluk agama dan beribadah bagi setiap warga ne­ gara merupakan prinsip dasar yang dijamin konstitusi. Akan tetapi, Menag mengeaskan bahawa segala tindakan penodaan agama, penyiaran suatu agama kepada orang yang sudah memeluk agama tertentu serta pemaksaan penggunaan atribut suatu agama kepada orang yang berbeda keyakinan tidak dapat dibenarkan dalam negara yang berdasarkan Pancasila ini. “Kerukunan antarumat beragama harus dimaknai sebagai sikap saling memahami, menghargai segala perbedaan dan menghormati identitas keyakinan orang lain. Untuk itu saya mengimbau kepada seluruh umat beragama di Tanah Air, marilah mengamalkan ajaran agama yang diyakini dengan sungguh-sungguh dan menghargai orang lain dengan keyakinan agama yang berbeda,” tandasnya.

Amin menerima langsung kunjungan tersebut menuturkan bahwa kunjungan itu untuk menindaklanjuti pembicaraan kerjasama Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dengan universitas-universitas yang ada di Belanda. Menurutnya, Kerjasama itu juga tindak lanjut dari program 5.000 doktor yang dirancang Ditjen Pendis untuk lima tahun ke depan. Program itu sendiri langsung di launching oleh Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara. Secara teknis, Kamaruddin menyam­ paikan, bahwa tahun ini ada 30 sampai 50 dosen yang akan dikirim untuk studi di Belanda. Dosen-dosen itu nantinya akan dipilih dari universitas yang ada di Indonesia. Para Professor dari Belanda ini sangat mengapresiasi program 5.000 doktor yang dirancang Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam meningkatkan kualitas para dosen perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia. “Kami akan sangat senang menerima para dosen untuk studi di tempat kami,” ungkap Profesor. Dr. Leon Buskens dari Leiden Universiteit.

Kerjasama dengan 9 Universitas Belanda Ada 9 universitas di Belanda yang diajak untuk bekerjasama dengan Pendis. Leiden Universitteit, Tilburg University, Amsterdam University, dan Erasmus University Rotterdam. Tamu-tamu yang diwakili oleh lima proffesor dari negeri Kincir Angin itu diterima Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Pendis). Jumat, 09 Januari 2015, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin

500 Pilot Project Zona Integritas Kementerian Agama bergerak cepat dalam gerakan implementasi Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Untuk tahun 2015, sedikitnya ada 500 dari 4.484 satker Kementerian Agama yang dijadikan sebagai pilot project implementasi ZI menuju WBKWBBM ini. Piloting itu dilakukan mulai dari satker pusat setingkat eselon II, Kanwil, Kankemenag, sampai pada Unit Pelaksana Teknis (UPT). Sekjen Kemenag Nur Syam mengatakan tiga aspek ZI, WBK, WBBM akan menjadi titik tekan di tahun 2015 dalam kerangka untuk peningkatan kualitas pelayanan Kementerian Agama. Dia berharap sekurang-kurangnya ada sekitar 500 satker di Kemenag diminta untuk masuk dalam projek percontohan tersebut. Untuk memastikan proses piloting implementasi ZI WBK WBBM ini berjalan, Nur Syam mengaku akan melakukan evaluasi terhadap 500 satker yang dijadikan sebagai pilot project. Untuk itu, proses evaluasi akan dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. “Akan kita evaluasi secara temporal, periodik untuk melihat apakah mereka sudah benarbenar menerapkan indokator penilaian dalam ZI dan seterusnya itu,” katanya. Kementerian Agama telah mencanangkan pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) pada Desembar 2012 lalu. Kemenag bahkan telah menerbitkan Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan


Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Kementerian Agama. Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 60 Tahun 2012 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK dan WBBM di Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah, proses pembangunan zona integritas dilaksanakan melalui penerapan program pencegahan korupsi yang terdiri atas 20 (dua puluh) kegiatan yang bersifat konkrit yang akan diukur melalui indikator proses. Kuota Haji dan Rute Penerbangan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin bertolak ke Arab Saudi pada Januari 2015 untuk kembali melakukan lobi-lobi penambahan kuota haji kepada Pemerintah Arab Saudi dengan logika menggunakan kuota dari negara lain yang tidak terpakai (misalnya karena) terjangkit Virus Ebola (sehingga terkena) warning, kan nanti kuotanya kosong. Mungkin tidak, itu kita gunakan,” jelasnya. Selain itu, tim haji yang dipimpin Menag juga akan mengajukan usulanusulan terkait perbaikan rute penerbangan. Kemenag akan mengusulkan agar seluruh jamaah haji Indonesia gelombang pertama bisa langsung mendarat di Madinah, dan gelombang kedua yang datangnya melalui Jeddah bisa dipulangkan langsung melalui Madinah. Rute penerbangan seperti ini akan mengungtungkan jamaah karena tidak perlu lagi menempuh perjalanan jauh dari Jeddah ke Madinah atau sebaliknya yang ditempuh selama 5 – 6 jam. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umran, Abdul Djamil yang ikut dalam rombongan menteri mengatakan pemerintah berharap jamaah jamaah tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi ke Jeddah dari Madinas dengan melakukan perjalanan selama 5 sampai 6 jam ke Madinah, tapi dari Madinah bisa langsung ke Tanah Air. “Itu untuk gelombang kedua yang setelah Arafah ke Madinah,” jelas Abdul Djamil “Sebaliknya yang gelombang pertama langsung (mendarat) ke Madinah dan ke pemondokan. Tidak ada lagi perjalanan Jeddah ke Madinah,” tambahnya. Hal lain yang juga akan dibahas menyangkut kepastian kebijakan parameter kapasitas pemondokan, apakah berdasarkan ehajj atau berdasarkan tasyrih yang dibuat oleh hotel itu sendiri. “Jadi agar tidak terjadi double standard , nanti yang dirugikan kita,” katanya. Selain Dirjen PHU, Menteri Kesehatan juga akan ikut dalam kunjungan kerja ke Arab Saudi. Selama di sana, tim Indonesia akan melakukan sejumlah pertemuan

Santunan - Edisi Spesial 2015

dengan Menteri Haji Arab Saudi, GACA, dan beberapa pihak lainnya. Layanan Pencatatan Nikah Tahun 2015, Kemenag melalui Ditjen Bimas Islam kembali melakukan terobosan untuk memperbaiki layanan pencatatan nikah. Setelah sebelumnya menginisiasi terbitnya PP No 48 Tahun 2014 yang mengatur biaya layanan pencatatan nikah dan rujuk, Kemenag menjalin Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kemendagri untuk menyederhanakan layanan pencatatan nikah. Selain itu, MoU ini menjadi bagian dari gerakan anti korupsi karena dimaksudkan juga mencegah gratifikasi. “Intinya, semangatnya (MoU) adalah penyederhanaan layanan tentang persyaratan nikah. Satu lagi adalah pencegahan korupsi,” demikian penegasan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muhtar Ali kepada kontributor Pinmas, Jakarta, Kamis (08/01/2015). Dia menambahkan, Kemenag ingin membangun komitmen bersama dengan Kemendagri dalam dua hal, yaitu: men­ cegah korupsi dalam pelayanan nikah dan pertukaran data untuk menyeder­hanakan layanan persyaratan pencatatan nikah. Dengan MoU ini, maka KUA bisa mengakses data Nomor Induk Kependudukan yang ada di DUKCAPIL (Kependudukan dan Catatan

Sipil) dan sebaliknya DUKCAPIL bisa mengakses data KUA yang terkait dengan pernikahan. “Orang sudah tidak perlu lagi meminta N1 – N7 itu di kelurahan. Dia tinggal buka secara online karena ini bisa diaplikasikan ke data di KUA,” jelasnya. Menurut Muhtar, kalau NIK yang ada pada DUKCAPIL itu bisa ditransfer pada KUA-KUA dan diperkenankan diakses KUA, maka calon pengantin sudah lebih mudah mengakses secara online tanpa harus datang ke kantor desa. “Begitu juga sebaliknya, KUA akan memberikan data tentang perubahan status perkawinan seseorang ke DUKCAPIL,” ujarnya. Senada dengan Muhtar Ali, Kasubag Sistem Informasi Ditjen Bimas Islam Thobib Alasyhar menjelaskan bahwa MoU ini nantinya akan ditindaklanjuti dengan integrasi data pada server Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH) yang ada di Kemenag dan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) yang ada di Kemendagri. “Kalau sudah integrasi, Simkah bisa akses data Siak, demikian sebaliknya,” terang Thobib. Nantinya calon pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahannya, secara otomatis akan tercatat status perkawinannya dalam SIAK sebagai “nikah”, meski yang bersangkutan belum mengurus perubahan status pernikahan yang tertulis di KTP. *** 37


LENSA 2015

38


Februari 2015 Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Kanwil Kemenag Aceh pada 18 Februari. [Ahsan Khairuna]

Penandatangan MoU Pelayanan Terpadu Identitas Hukum Masyarakat Aceh antara Pemkab Aceh Barat Daya, Dinas Syariat Islam, Mahkamah Syar’iyah, Dinas Registrasi Kependudukan dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, 24 Februari di Blangpidie. [Khairul Umami]

Januari 2015 Upacara Hari Amal Bakti ke-69 di Lapangan Tugu, Darussalam. [Khairul Umami]

Santunan - Edisi Spesial 2015

39


LENSA 2015

Maret 2015 Pelantikan Pejabat Eselon III dan IV di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Rabu, 3 Maret. [Khairul Umami]

Apel perdana Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menggantikan Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, Senin, 9 Maret. [Khairul Umami]

40


Maret 2015 Pelantikan Pejabat Eselon III dan IV di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Senin, 9 Maret. [Khairul Umami]

Lepas sambut Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd dan Drs. H. M. Daud Pakeh, Rabu, 18 Maret. [Khairul Umami]

Santunan - Edisi Spesial 2015

41


LENSA 2015

Maret 2015 Rapat pimpinan jajaran Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Rabu, 18 Maret. [Khairul Umami]

April 2015 Seleksi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji 1436 H, 23 April. [Khairul Umami]

42


Mei 2015 Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh memberi keterangan pers setelah pembukaan Rakor RKA-SK di hotel Hermes, Jumat, 8 Mei. [Khairul Umami]

Santunan - Edisi Spesial 2015

43


LENSA 2015 Juni 2015 Pembukaan Pentas PAI II, dati Taman Ratu Safiatuddin, Rabu, 10 Juni. [Khairul Umami]

Pembukaan Kompetisi Sains Madrasah, Senin, 15 Juni di Asrama Haji. [Khairul Umami]

Kakanwil diwawancarai wartawan usai pengamatan hilal awal Ramadhan 1436 H, Kamis, 16 Juni. [Khairul Umami]

44


Juli 2015 Buka puasa bersama jajaran Kanwil Kemenag Prov. Aceh, Minggu, 6 Juli. [Khairul Umami]

Agustus 2015 Pelantikan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi Banda Aceh, 3 Agustus. [Khairul Umami]

Oktober 2015 Kunjungan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin ke Banda Aceh, 26 Oktober. [Khairul Umami]

Santunan - Edisi Spesial 2015

45


PENDIDIKAN

Belajar Ala Korea Selatan oleh Khiththati

46


OECD menempatkan sistem pendidikan Korea Selatan pada peringkat 11 dunia. Pemeringkatan itu dilakukan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pengambangan Ekonomi melalui program penilaian siswa internasional pada 2012 lalu. Lalu lembaga Pearson menempatkan sistem pendidikan Korea Selatan berada di bawah Finlandia. Bagi masyarakat Korea Selatan, pendidikan merupakan harga diri dan tidak bisa ditawar-tawar. “Pendidikan itu masalah hidup mati,” kata Olivia Kim, mahasiswa Geumgang University. “Makanya semuanya berupaya keras untuk mendapatkannya.” Menurut Olivia, dari awal sudah ditanamkan bahwa tidak ada kesusksesan tanpa pendidikan yang baik. “Saya tidak tahu dengan Indonesia, tapi di sini kami sangat sadar bahwa sumber daya alam tidak kaya sehingga harus banyak menghasilkan

Santunan - Edisi Spesial 2015

manusia yang unggul kalau ingin berhasil, terlebih kami dikelilingi oleh raksasa lainnya seperti Cina, Jepang, Rusia bahkan Korea Utara.” Di Korsel, terdapat 84,6 persen siswa laki-laki dan 82,4 persen siswa perempuan lulusan SMA melanjutkan universitas. Masih berdasarkan versi OECD, negara Ginseng ini menempati posisi lima saat pengukuran skor Pisa (kemampuan siswa membaca, matematika dan ilmu pengetahuan). Selain itu dengan sistem wajib belajar dasar 12 tahun menempatkan mereka sebagai salah satu negara dengan angka melek huruf tertinggi di dunia. “Mereka kalau mau tes kerjanya belajar terus, bahkan roomate saya sampai membatalkan menonton pameran air force,” kata Andrie. “Kalau kita selalu

belajar saat mau ujian atau paling tidak seminggu sebelumnya tapi mereka sebulan lagi mau ujian itu udah mulai bergadang dan perpustakaan selalu penuh sampai tengah malam.” Andrie belajar di Dongguk University karena mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar selama satu semester sudah mulai merasakan aura persaingan yang kuat di kampus. “Kalau kita biasanya sibuk dengan ngopi atau main games tapi kalau ada teman yang cuma belajar saja kita bilang kuper (kurang pergaulan) kalau di sini semuanya sibuk sama belajar kalau semesteran dimulai, pas libur semester itu baru main main atau liburan,” ungkapnya. Sistem pendidikan secara umum hampir sama seperti Indonesia. Jenjang pendidikan dimulai dari pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas dan pendidikan

47


PENDIDIKAN tinggi di universitas. Sistem pendidikan disiplin dan terstruktur adalah pengaruh Konfusianisme yang sudah tertanam sejak lama dalam masyarakat. Para siswa jarang memiliki waktu bersantai mereka belajar dari pagi hingga malam hari. “Awalnya saya kira bisa sedikit bersantai ketika sudah mulai kuliah namun sama saja harus tetap belajar keras agar tetap mendapatkan beasiswa,” ujar Olivia Kim. Namun menurut Olivia kehidupan sudah lebih santai dari pada sekolah. Ia dulu ketika sekolah baru sampai ke rumah hampir jam 12 malam dan keesokannya berangkat lagi ke sekolah jam 7 pagi. “Jadwal belajarnya sanggat ketat mulai makan siang di sekolah, makan malam kemudian dilanjutkan ke kelas malam dan hagwon (tempat les) belum lagi kalau ada tugas,” katanya. Para siswa sudah berada di sekolah jam 7.40 dan jam belajar dimulai tiga puluh menit kemudian dan baru selesai sekitar jam 21.30 yang berarti waktu mereka di sekolah rata-rata lebih dari 13 jam 10 menit. Tidak heran jika Korsel sempat dinobatkan sebagai negara dengan jam pelajaran sekolah terlama di dunia. “Waktu itu memang terasa berat namun kami sadar manfaatnya sekarang namun upaya pemerintah mengurangi jam belajar disekolah itu sangat baik bisa mengurangi tingkat stres pada siswa,” kata Lee Jimin. Saat ini pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan baru untuk mengurangi angkat stres pada anak dan

48

demi kesehatan mereka. Sekolah dasar dimulai pada pukul 9 pagi sehingga mereka mempunyai waktu untuk sarapan bersama orang tua di rumah dan kelas malam atau Hagwon harus sudah tutup pada jam 9 malam. Belajar gila-gilaan ini dilakukan agar mereka dapat bersaing untuk masuk di universitas terbaik, karena dengan begitu saat lulus mereka dapat memperoleh pekerjaan yang baik. Seorang anak yang masuk universitas terbaik tidak hanya demi diri sendiri tetapi juga untuk meningkatkan ekonomi dan reputasi keluarga. Ada sekitar 330 perguruan tinggi negeri dan swasta yang menjadi tujuan para siswa ini nanti, namun di antara yang terbaik disebut SKY yang merupakan Seoul Nasional University (SNU), Korea University dan Yongsei University sedangkan kampus lainnya yang juga diincar adalah KAISH, Ehwa University, Kyunghee, Dongguk, Sungkyungkwan dan lainnya. Belajar mati-matian ini akan berujung pada sebuah ujian Kemampuan Skolastik ke Perguruan Tinggi (College Scholastic Ability Test/CSAT) yang disebut juga Suneung (수능). Ujian ini dikelola oleh Institut Kurikulum dan Evaluasi Korea yang dilaksanakan pada setiap November setiap tahunnya. Tahun ini dilaksanakan pada 12 November 2015. “Bagi siswa suneung itu seperti hantu,” ujar Choi Mung Yoon, mahasiswa Jurusan Geografi. “Tapi saya sudah melewatkannya tahun lalu.” Suneung ini memegang peran penting dalam dunia pendidikan Korsel karena

dengan hasil ini mereka bisa masuk perguruan tinggi favorit. Ujian ini juga digambarkan sebagai kesempatan untuk membuat kebanggaan atau menjadi mimpu seseorang, sehingga tak heran Choi Mung Yoon menyebut ujian ini sebagai hantu. Begitu berartinya ujian ini sehingga pada hari itu pasar saham akan dibuka terlambat, bus dan subway akan ditambah armada dan jam operasinya sehingga peserta tidak terlambat. Para pekerja kantoran akan masuk lebih terlambat sehingga tidak menghambat siswa yang ikut ujian, para orang tua bisa menemani anaknya sebelum ujian, bahkan terkadang calon mahasiswa mendapat pengawalan polisi menuju lokasi ujian serta tempat terdekat ujian haruslah tenang sehingga terkadang beberapa statiun terdekat akan tutup. “Kalau belajar larut dan terlambat bangun kita bisa menelpon kantor polisi dan meminta mereka mengantar kita ke lokasi ujian,” cerita Lee Jimin. Orang tua dan para junior akan datang memberikan semangat kepada peserta ujian dengan membawa spanduk. Para artis K-Pop akan membuat video khusus untuk mendukung mereka yang ikut ujian. Mereka yang tidak lulus diwajibkan mengulang lagi tahun depan. Menurut Lee Jimin memang tidak ada istilah tidak lulus namun jika nilai sedikit tidak ada kampus yang menerima mereka sehingga harus mengulang lagi tahun depan. Karena beratnya ujian ini ada beberapa hal yang menjadi mitos menjelang ujian, antara lain tidak boleh memakan sesuatu yang licin. “Jangankan makan mengatakan kata tergelincir atau terpeleset juga tidak boleh dilakukan di depan siswa yang akan ikut ujian,” papar Jimin. Karena itu sup rumput laut dan mie menjadi makanan terlarang menjelang ujian karena diibaratkan akan membuat terkelincir atau gagal. Para orang tua biasanya juga memberi anak mereka hadiah seperti garpu, cermin atau tisu menjelang ujian. Soal pada ujian ini akan dibuat berdasarkan buku teks berstandar nasional yang dikerjakan oleh para dosen dan guru sekolah yang terpilih dan mereka diharuskan menandatangani perjanjian kerahasian soal sedangkan yang akan memeriksa adalah tim lainnya. Para pengawas bahkan tidak boleh membawa atau melakukan apapun yang bisa membuat para siswa hilang kosentrasi saat ujian. Hasilnya akan keluar sebulan kemudian. Untuk mengurangi tingkat stres dan depresi selama menempuh pendidikan atau tes pemerintah Korsel menyediakan bimbingan psikologi secara gratis kepada para pelajar dan orang tua mereka. Penilaian dalam memasuki universitas ialah kombinasi dari pencapaian selama masa SMA digabungkan dengan nilai Suneung


Rapor ketika SMA menyumbang 40% dalam penentuan kelulusan. karena ujian di sekolah juga memegang peran penting. “Kehidupan sekolah kami dulu selalu diisi dengan belajar walaupun juga ada kisah seru seperti remaja lain, kalau pernah menonton drama School 2013 hampir seperti itu,” kenangnya tertawa pelan. Para penyuka drama Korea yang pernah menonton Reply 1988 akan melihat bagaimana kehidupan masyarakat di sana di akhir periode 80an. Para siswa belajar dengan keras dan baru pulang ke rumah sekitar jam satu malam dan keluar lagi paginya untuk sekolah, bagaimana para orang tua sangat menginginkan anak mereka lulus ke universitas agar bisa memperbaikin nasib. “Iya kehidupan kami seperti itu dulunya,” ujar Jimin. Korsel masih merupakan negara yang miskin sampai awal ‘80-an karena perang saudara, namun mereka berkembang cukup pesat setelah itu. Salah satunya karena ditunjang oleh sistem pendidikan yang disiplin dan kompetitif. Menurut Choi Mung Yoon walaupun sudah sedikit longgar bukan berarti masa di kampus bisa dipakai untuk bermain-main. “Masih banyak yang perlu dipelajari, ada club di universitas yang harus diikuti ada

Santunan - Edisi Spesial 2015

banyak tugas jadi nggak main-main,” ungkap gadis berkacamata ini. Demi fokus belajar Mung Yoon bahkan rela tidak menggunakan smartphone. “Bukan karena tidak ada uang tapi untuk lebih fokus saja, lagi pula saya sampai saat ini memiliki parttime dan uangnya saya simpan,” sambungnya lagi. Ribkah yang merupakan salah seorang peserta pertukaran pelajar mengatakan cukup satu semester saja belajar di sini. “Pulang dulu belum siap belajar kayak mereka, walaupun suasana asik tapi cara mereka belajar agak gila-gilaan mungkin demi mengejar beasiswa,” kata mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Jakarta ini. “Saat kuliah kita kurang tidur dan belajar dengan giat dengan selalu ke perpustakaan namun ketika liburan semesteran itu saatnya bermain atau melakukan beberapa kunjungan pertukaran budaya keluar negeri,” kata Olivia Kim. Mahasiswa di Korsel belajar selama empat bulan di setiap semesternya pada musim gugur dan musim semi dan mereka mempunyai libur pada musim dingin dan musim panas. Kebanyakan mahasiswa sudah memiliki pasport ketika kuliah sehingga memudahkan mereka melakukan kunjungan. “Liburan tahun lalu saya sempat ke Filipina ada program voluntering dan liburan selanjutnya berkesempatan

ke amerika untuk belajar bahasa Inggris langsung semuanya dibiayai oleh kampus, mungkin tahun ini akan ke Jepang,” tambahnya. Menurut Wahidah memang belajar di Korsel penuh tekanan namun banyak nilai positif yang dapat diambil juga. Ibu dua anak asal Medan ini sudah dua tahun berada di Negeri Ginseng mengikuti suaminya yang melanjutkan sekolah doktoral. “Di sini anakanak diajarkan cara hidup ketika awal-awal sekolah dan tidak ada paksaan sama sekali,” ujar Wahidah. Anaknya Arini yang baru berusia delapan tahun bersekolah tingkat SD kelas dua. Ia sengaja tidak mendaftarkan anaknya untuk bersekolah di Internasional School. “Kelas satu sampai kelas tiga semua anak diajarkan bagaimana disiplin waktu, antre, merapikan sendiri makanan mereka, meminta maaf, bagaimana berbicara dengan orang yang lebih tua, sikat gigi dan lainnya,” kata dia. Wahidah terkadang terkagum kagum saat anaknya membuat beberapa origami dan kerajinan tangan lainnya selepas pulang sekolah, mengatur jadwal belajar, menonton televisi dan kapan bermain serta selepas itu merapikan mainannya sendiri. Inilah sikap yang ditanamkan dari sistem pendidikan berkarakter ala Korea Selatan. 49


EKONOMI

Beng Bukan Bank oleh Dandhy Laksono dan Suparta Arz

Siapa yang mau menabung tanpa bunga? Ada 180-an orang yang mau. Sebagian besar petani atau peternak yang tinggal di Kemukiman Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Sekitar 78 kilometer dari Banda Aceh. Tahun 2014 lalu, terkumpul uang sekitar 130 juta rupiah yang dipinjamkan kembali kepada nasabahnya dengan sistem bagi hasil, tanpa embel-embel “syariah”. Sebab, secara adat, masyarakat Aceh telah memiliki konsep ekonomi sendiri yang disebut “mawah” atau kerjasama usaha dan bagi hasil. Aturan mainnya hampir sama dengan yang berlaku secara tradisional di berbagai tempat di Nusantara, yakni pemilik modal dan penggarap membagi rata keuntungan (50:50). Tapi Beng Mawah “lebih radikal”. Pemodal hanya mendapat 30 persen, dan 70 persen untuk penggarap. Kata “Beng” ditambahkan sebagai adaptasi pelafalan kata “bank” di lidah masyarakat Aceh. Tapi praktiknya, berbeda dengan bank umum, bahkan bank syariah. Perhatikan bagaimana sistem keuangan mereka bekerja: Bila Anda ingin mulai musim tanam jagung dan perlu membayar tenaga kerja

untuk menyiapkan lahan dan membeli bibit, sebagai anggota, Anda bisa mengajukan pembiayaan (kredit) kepada Beng Mawah. Sebut saja lima juta rupiah, dengan menyertakan rinciannya. Hal pertama yang dilakukan Beng Mawah bukan menanyakan agunan atau jaminan (karena memang tanpa jaminan), tapi mensurvei dan memastikan apakah Anda benar-benar akan menanam jagung dengan rincian yang dimaksud. Beng Mawah bahkan akan membeli sendiri bibit atau pupuk untuk sang debitur. Setelah panen, 3-4 bulan kemudian, barulah pinjaman dilunasi dengan pembagian 70 persen untuk peminjam, dan 30 persen untuk Beng Mawah. Di akhir tahun, 30 persen ini akan kembali ke semua anggota atau nasabah dalam bentuk sisa hasil usaha setelah dikurangi biaya operasional lembaga. Bagaimana bila panen gagal? “Kalau karena faktor alam, kami akan beri pinjaman baru agar anggota tetap bisa berusaha. Tetapi pinjaman lama tidak dihapuskan, karena kami belum sanggup (mencadangkan dana) untuk risiko seperti itu,” papar Nurdin Juned (41), pengawas Beng Mawah yang juga petani setempat.

Dari sistem bagi hasil pembiayaan inilah, tahun 2014 lalu, Beng Mawah yang berbadan hukum koperasi, punya sisa hasil usaha (SHU) sembilan juta rupiah yang dibagikan kepada anggota (nasabah). Salah satunya karena mereka tidak memiliki beban membayar bunga tabungan (cost of money). Begitu juga dengan usaha penggemukan sapi. Bila ada peternak yang berminat, Beng Mawah bisa membelikan beberapa ekor sapi dengan syarat peternak tersebut memiliki lahan yang cukup untuk jaminan ketersediaan pakan (hijauan). Seekor sapi muda pun dibeli seharga 10 juta rupiah, seperti yang sedang dipelihara oleh Ibrahim (26). Delapan hingga sepuluh bulan kemudian, sapinya laku hingga 17 juta rupiah. Dalam sistem “mawah” konvensional, biasanya keuntungan tujuh juta langsung dibagi dua (50:50). Tapi di Beng Mawah, mereka hanya mengambil sekitar 2,1 juta atau 30 persennya (foto 2). “Itu pun dengan sistem pendampingan untuk kesehatan ternak. Kalau sapinya sakit, Beng Mawah yang membantu,” tandas Nurdin. Lalu dari mana modal awalnya? Oktober 2012, 18 perempuan dan ibuibu sepakat membentuk lembaga pembiaya­ an bersama yang lepas dari bantuan lembaga lain seperti Saree School yang selama ini membantu. Mereka didukung para suami yang belakangan bergabung. Maka 30 orang itulah para “founding mothers dan fathers” dari Beng Mawah. Untuk usaha penggemukan sapi, mereka mendapat bantuan awal dari Bank Indonesia sekitar 200 juta rupiah, dan terus bergulir. “Kalau dibandingkan dengan bantuan-bantuan pasca-tsunami lainnya, alhamdulillah kami masih terus bertahan,” pungkas Nurdin. Beng Mawah bergerak lebih agresif. Melalui usaha kelompok tani, mereka mengolah sendiri jagung pipil dan memproduksi pakan ternak untuk mengurangi ketergantungan ekonomi dari pihak lain. ***

50


Di tempat ini, Nurdin Juned (41) berusaha memutus ketergantungan para peternak dengan pakan buatan pabrik. Berbekal informasi dari berbagai sumber, termasuk internet, ia meracik pakan sapi dari 8-9 bahan yang selama ini dibuang atau kurang dimanfaatkan. Bahan-bahan itu di antaranya kulit kakao (cokelat), tongkol jagung, potongan ubi, ampas kelapa, kedelai, dan garam. “Di sini kulit kakao dibuang. Atau sehabis panen ubi, banyak potonganpotongan yang kecil yang dibuang begitu saja. Sekarang sudah ada harganya,” terang Nurdin. Usaha ini adalah bagian dari dukungan Beng Mawah kepada para peternak yang menjadi mitra bagi hasil usaha penggemukan sapi di Kemukiman Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. “Kami jual ke peternak 2.200 rupiah per kilogram. Kalau ke orang luar bisa 2.700 per kilo. Satu sapi perlu lima kilogram pakan ini dalam sehari.” Menurut Nurdin, dengan pakan ini, ditambah pakan hijauan, pertambahan berat badan sapi bisa mencapai tiga kilogram per hari. Selain pakan sapi, mereka juga membuka usaha penggilingan jagung untuk pakan ayam. “Selama ini petani hanya menjual jagung mentah. Lalu membeli lagi bahan pakan ayam dari luar. Padahal kita bisa memprosesnya dulu.”

Santunan - Edisi Spesial 2015

Dari sekitar 185 anggota (nasabah) Beng Mawah, tak semuanya peternak dan petani. Ada juga pedagang dan mahasiswa yang membutuhkan pendanaan dengan sistem jual beli. Seorang anggota yang memiliki usaha konveksi, misalnya, bila membutuhkan bahan baku, ia akan menghubungi Beng Mawah. Beng Mawah akan membeli bahan baku, lalu menjualnya kembali kepada anggota dengan harga baru untuk dicicil.

Di akhir tahun, semua sisa hasil usaha ini akan kembali kepada anggota. Lalu apakah ada kredit macet? “Ada,” jawab Nurdin. “Berapa kredit macet terbesar di sini?” tanya kami. “Satu setengah juta rupiah,” sahutnya. “Small is beautiful”, kata ekonom Inggris, EF Schumacher, mengkritik praktik kapitalisme dan globalisasi.***

51


BUDAYA

Adat dan Penjara Nab Bahany As budayawan, tinggal di Banda Aceh

52

Dalam sebuah orasi budaya Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haitar pada Raker Majelis Adat Aceh belum lama ini, Wali menceritakan, saat dia masih kanak-kanak di Singapur dulu, ada seoarang warga Inggris sahabat dekat Ayahnya Tgk. Mahmud. Orang Inggris ini sering kali datang ke rumahnya di Singapura. Hingga suatu waktu kebetulan ayahnya Tgk. Mahmud hendak pulang ke Aceh. Sahabatnya yang warga Inggris itu mengatakan pada Tgk. Mahmud, “kalau Tuan Mahmud mau berangkat ke Aceh, saya pingin ikut ke sana, karena saya sudah lama sekali ingin melihat Aceh”, kata orang Inggris itu. Tgk. Mahmud tidak keberatan kalau sahabatnya itu ikut serta ke Aceh. Lalu Tgk. Mahmud pulang ke Aceh bersamanya. Selama dua minggu di Aceh, si Inggris ini sempat mendatangi tempattempat yang dianggap harus dilihatnya di Aceh, termasuk penjara-penjara yang ada di Aceh kala itu. Sekembalinya ke Singapura, Tgk. Mahmud bertanya pada sahabatnya yang orang Inggris ini. “Apa kesan saudara setalah melihat Aceh selama dua minggi dua minggu di sana?”. “Aceh luar biasa Tuan Mahmud”, jawab si Inggris itu, seraya meneruskan, “yang membuat saya tak habis pikir setelah melihat Aceh, penjara-penjara di Aceh kelihatan kosong, tak berpenghuni. Kenapa begitu Tuan Mahmud?”, tanya orang Inggris ini pada Tgk. Mahmud. “Percakapan ayah saya dengan sahabatnya itu sempat saya dengar, tapi karena saya masih anak-anak waktu itu, tak begitu paham dengan kesan orang Inggris ini terhadap Aceh, yang melihat penjara-penjara Aceh masih kosong tak ada penghuninya”, jelas Malik Mahmud menceritakan.

Baru belakangan, kesan orang Inggris ini tentang Aceh, saya tanyakan saya kembali pada ayah saya Tgk. Muhmud. “Dulu ada sahabat ayah orang Inggris yang pernah ayah bawa ke Aceh, ia mengatakan penjara-penjara di Aceh saat itu masih kosong, kenapa begitu ayah?”, tanya Wali Nanggoe pada ayahnya. Tgk. Mahmud menjawab, “Di tempat kita di Aceh masyarakatnya sangat mentaati adat istiadatnya. Sehingga penjara di Aceh tak ada penghuninya. Semua persoalan sosial kemasyarakatan di Aceh diselesaikan dengan aturan adat, masyarakat kita di Aceh sangat menjunjung tinggi nilai adat itu. Makanya, penjara-penjara di Aceh kosong, kerena semua perkara di Aceh diselesaikan secara adat,” begitu jelas Tgk. Mahmud pada anaknya Malik Mahmud Al-Haitar yang sekarang menjadi Wali Nanggroe Aceh. Cerita Malik Muhmud dalam orasi budayanya di depan peserta Rapat Kerja Majelis Adat Aceh (MAA) ini, adalah sebuah penyampaian masalah yang sangat diplomatis. Sebenarnya, yang ingin dikatakan Wali Nanggroe Aceh pada orasi itu, betapa hebatnya masyarakat Aceh dulu yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai adat dalam kehidupannya. Dengan analogi kesan orang Inggris terhadap pencara yang kosong di Aceh, dapat dibayangkan betapa kelembagaan adat di Aceh dulu begitu berperan dalam mengatur kehiduapan masyarakatnya. Bisa jadi, dulu orang Aceh tak berani berbuat salah dalam menggarap sawah pertaniannya, karena ada aturan Keujruen Blang yang menjatuhkan sangsi pelanggaran aturan adat mublang kepadanya. Begitu pula masyarakat tak berani merambah hutan menurut kemauannya, karena ada Panglima Uteuen yang menjatuhkan


hukuman adatnya. Pedagang di pasar tak berani berbuat macam-macam, karena ada Haria Peukan yang menindaknya. Dan orang tak akan berani mengambil ikan sembarangan—meski itu di laut Tuhan yang luas—karena ada Panglima Laot yang membuat aturan di wilayahnya masing-masing. Dan orang tak berani berbuat onar dalam satu kampung, karena Keuchik dan Tuha Peuet sangat disegani dan berwibawa dalam memimpin masyarakat. Maka wajar kalau kepulangan Tgk. Mahmud ke Aceh dulu bersama sahabatnya orang Inggris itu menyaksikan penjara di Aceh masih kosong tak berpenghuni. Karena semua kelembagaan adat di Aceh saat itu masih berfungsi dan berperan baik dalam masyarakat. Tapi kini Keujruen Blang hanya tinggal nama, Panglima Uteun tinggal dalam catatan, Haria Peukan tak berperan lagi, Panglima Laot telah diorganisasikan, yang namanya Syah Bandar yang mengatur kuala entah kemana. Apa lagi sekarang pemilihan Keuchik sudah dipilsungkan, soal wibawa dan kharisma kepemimpinannya tak dipersoalkan lagi. Hampir segala kearifan lokal kini sirna sudah. Hadih maja Aceh yang mengatakan: Adat meukoh reubong, hukom meukoh purieh, adat hanjeut beurangkaho takong, hukum hanjeut beurangkaho takieh, sepertinya tak berlaku lagi dalam kehidupan hari ini. Difinisi adat yang mengandung arti: “untuk selalu diulang-ulang� dalam kaitan perkataan dan perbuatan hingga melembaga tak lagi berfungsi dan menjadi anutan. Maka adat sebagai bagian dari kebudayaan, dan budaya sebagai bagian dari norma-norma kehidupan seperti lepas dari kendali. Padahal kita sadari, hidup tak beradat adalah kehidupan liar, tak ada

Santunan - Edisi Spesial 2015

Hampir segala kearifan lokal kini sirna sudah. Hadih maja Aceh yang mengatakan: Adat meukoh reubong, hukom meukoh purieh, adat hanjeut beurangkaho takong, hukum hanjeut beurangkaho takieh, sepertinya tak berlaku lagi dalam kehidupan hari ini

aturan, tak ada norma, etika dan sopan santu. Bila manusia sudah tak lagi beradat, apa bedanya ia dengan mahluk yang tak beradat. Yang bebas masuk kebun orang makan semaunya. Yang bebas berkawan di tengah padang dan berbuat menurut instingnya. Mereka wajar bertindak bebas begitu, karena tak diberikan akal dan pikiran untuk membuat aturan hidupnya. Makanya hidup mereka adalah hidup liar. Tapi bila manusia menyamakan hidupnya liar seperti itu, sudah pasti penjara tak sanggup menampung penghuninya. Maka apa yang didiplomasikan Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud terhadap kesan seorang Inggris yang melihat penjara di Aceh dulu kosong dari penghuninya, diplomasi itu ada benarnya, karena kehidupan masyarakat dulu masih menjunjung tinggi nilai adatnya.

53


DUNIA

Yaya Toure, Pemain Eropa Taat Agama Sebagai seorang muslim pemain Manchester City Yaya Touré tahu benar apa yang dilarang dalam Islam. Salah satunya adalah meminum khamar. Touré menolak meneguk sampanye setelah pertandingan liga saat menghadapi Newcastle United. Penolakan adik dari pemain Liverpool Kolo Touré tersebut diberitakan dibeberapa media di Eropa dengan alasan berhubungan dengan keyakinan agamanya, Islam. Saat ini Touré masih terus memperkuat Manchester City dan masih berjuang membawa klubnya untuk merajai liga Inggris pada musim 20152016. Touré meneken kontraknya dengan City pada tanggal 2 Juli 2010 dengan durasi lima tahun. Klub dengan julukan The Citizens

54

itu dengan biaya sekitar £24 juta. Uniknya, pria dengan nama lengkap Gnegneri Yaya Toure itu mendapat nomor punggung 42. Nomor tersebut merupakan kebalikan dari nomor punggungnya saat masih berseragam Barcelona. Ya, Touré juga pernah membela tim Spanyol dari Catalan itu bersama Messi cs. Di sana pria berwarga negara Pantai Gading itu dikontrak dengan biaya transfer €10 juta (£6.7 juta). Debut resminya sendiri bersama Barcelona adalah pada tanggal 26 Agustus 2007 saat pembukaan La Liga kontra Racing de Santander. Namun di awal musim 2008–2009, menajer baru Barcelona saat itu Pep Guardiola lebih sering memilih Sergio Busquets ketimbang dirinya. Pada akhir Juni 2010, Barcelona memberikan konfirmasi bahwa pria dengan tinggi badan 1.89 meter itu diperbolehkan untuk mening­ galkan klub pada musim panas. Itulah alasan Toure saat ini memperkuat klub yang bermarkas di Stadion Etihad, Manchester. Selama Manchester City di perkuatnya bersama Aguero cs, The Citizens seperti menjelma menjadi sebuah klub sepakbola yang disegani di

Britania. Namun, sang tetangga Manchester United tak mau membuat The Sky Blues melenggang begitu saja. Di bawah arah Louis Van Gaal, The Red Devils terus menjadi pesaing City untuk merebut trophy Premiere League musim ini. Seperti yang dilansir detik.com, sejarah pertemuan kedua penguasa Manchester ini sendiri sudah mengakar sejak 1880an. Rivalitas kedua kubu tersebut sudah menghasilkan lebih dari 100 laga. Namun The Red Devils masih unggul atas Manchester City. Pertemuan mereka pertama sekali tercatat sejarah adalah pada tanggal 12 November 1981. Ketika itu MU masih bernama Newton Heath dan City masih di panggil West Gorton. Posisi Yaya sebagai pemain tidak bisa diklaim sebagai gelandang serang. Dia sering beralih dari pola ofensif dan defensif saat pertandingan berlangsung. Selain kemampuan passing dan kekuatan menembak Yaya juga sering didorong ke depan pada akhir dari pertandingan. Tidak hanya mentereng di klub, Yaya juga begitu terkenal di negaranya Pantai Gading. Di Afrika terkahir Yaya terpilih sebagai pemain terbaik Afrika 2014. Dan itu diperolehnya empat kali secara berturutturut. Di luar sepakbola, pada Oktober 2013, Toure bergabung dengan kampanye melawan perburuan gajah, menjadi duta goodwill untuk Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. [Ahsan Khairuna | dbs]

Nama lengkap

: Gnégnéri Yaya Touré

Tanggal lahir

: 13 Mei 1983 (umur 32)

Tempat lahir

: Sekoura Bouaké, Pantai Gading

Tinggi

: 1.89 m( 6 ft 2i n)[1]

Posisi bermain

: Gelandang

Klub saat ini

: Manchester City

Nomor

: 42


Keluarga Besar Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Ikut berduka dan belasungkawa yang mendalam atas berpulang ke Rahmatullah

Drs. H. Gazali Mohd. Syam

Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh (Kepala Kanwil Departemen Agama Prov. Nanggroe Aceh Darussalam Tahun 2002 - 2006)

meninggal dunia di Banda Aceh pada Senin, 14 Desember 2015 dan dikebumikan di Lhok Weng, Kecamatan Nisam, Aceh Utara Semoga amal ibadah almarhum mendapat ridha Allah serta arwah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah Swt

Kepala, Drs. H. M. Daud Pakeh

Santunan - Edisi Spesial 2015

55


CATATAN

Ahsan Khairuna

Sepenggal Memori Molot M

enarik bagi saya saat membaca Kenduri Sepanjang Tahun yang ditulis budayawan Aceh, Nab Bahany As pada majalah Santunan edisi III tahun 2015. Namun ada satu nama bulan yang seperti tak bisa dipisahkan dari masyarakat Aceh. Ya, Rabbiul Awal, bulan yang identik dengan kenduri molot, kenduri bagi sebahagian masyarakat muslim yang ikut memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seperti yang ditulis Nab Bahany As, dulu biasaya masyarakat Aceh memberi tiga bagian dari tiga bulan untuk melakukan kenduri besarbesaran itu. Bulan itu antara lain Rabiul Awal (Buleun Molot), Rabbiul Akhir (Buluen Molot Teungoh) dan Jamdil Awal (Buleun Molot Keuneuleuh). Biasanya, saat peringatan maulid itu dilakukan, secara silih berganti tiap gampong atau desa mengudang gampong lainnya untuk memeriahkan acara tersebut. Jumlah undangan tergantung berapa jumlah hidangan yang disediakan si tuan rumah. Yang paling disibukkan tentunya adalah kaum ibu-ibu. Mulai dari belanja di pagi hari sampai mengolah menu hingga siap santap. Seolah ingin memberikan yang terbaik, masyarakat menyiapkan menu-menu level tinggi. Mulai dari bu kulah (nasi yang sudah dibungkus dengan daun pisang), kuah beulangong, kuah tuheh atau peungat, ayam goreng, rendang, asam udang, telor asin, telor ayam, ikan sambal lado, rujak Aceh dan beberapa menu lain yang tak kalah nikmatnya. Walau terkadang, dalam kesehariannya sebahagian masyarakat yang ikut menyumbang makanan pada kenduri itu hidup dibawah kata sederhana. Di beberapa tempat, kenduri dilakukan pada jam yang berbeda-beda. Namun, kebanyakan dari masyarakat menyusun jadwalnya ba’da ashar, hingga pola dalam beberapa bulan itu sedikit terganggu. Pola makan sehat seperti tidak berlaku

56

pada perayaan itu, sehingga muncul beberapa lelucon dari beberapa teman saya. Nyoe buleun kolesterol (ini bulan kolesterol). Masuk akal, karena dengan menu yang begitu nikmat, tentunya bagi orang-orang yang memiliki riwayat penyakit kolesterol tinggi, asam urat sampai rematik harus berpikir dua kali untuk menyantap hidangan kenduri. Persiapan demi persiapan di lakukan jauh hari sebelum hari H tiba. Masyarakat memulai dengan rapat panitia untuk membicarakan agenda apa saja yang harus dilakukan. Mulai dari persiapan tempat, memasak kuah beulangong (kuah kari kambing atau sapi) sampai menyiapakan sosok penceramah yang memiliki humor tinggi. Saat masih duduk di bangku madrasah tsanawiyah, ada hal yang paling saya tunggutunggu bersama beberapa anak-anak lainnya. Berkeliling menyampaikan pengumuman sebelum malam puncak tiba. Ya, sebelum malam puncak tiba, ada beberapa orang yang bertugas berkeliling ke desa-desa tetangga untuk memberikan pengumuman bahwa ada ceramah molot pada malam harinya. Tentunya sangat menyenangkan beramairamai menaiki mobil pick up dengan satu buah toa sebagai alat pengeras suara berkeliling desa untuk mengumumkan siapa yang akan mengisi tausiah pada malam itu. Seperti ini kira-kira bunyi pengumumannya: Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh Syedara-syedara kamo ban mandum Kaom mak nyang meutuwah Kaom ayah nyang meubahgia Bek tuwo-tuwo Enteuk malam, sama-sama geutanyoe meulangkah bak meunasah gampong ... Untuk bersama-sama tanyoe deungoe bersama Ceuramah molot nyang akan geu sampaikan oleh penceramah tunggal, teungku ...


Biasanya penceramah yang di undang sosok yang sudah terkenal dan memiliki humor tinggi, tujuannya agar dapat mengundang banyak orang berduyun-duyun untuk ikut meramaikan ceramah pada malam tersebut. Pada sisi lain, malam ceramah molot itu adalah malam yang spesial bagi para pedagang-pedagang kecil. Biasanya pedagang menjajakan jualan mereka seperti kacang rebus, jagung rebus, rokok, makanan ringan sampai berbagai macam mainan anak kecil dan itu berlangsung sampai saat ini. Nasehat Semalam Lebih kurang tiga jam lamanya, pada malam kenduri molot itu masyarakat disuguhkan nasehatnasehat bagaimana seharusnya meneladani sosok Rasulullah SAW. Tengku penceramah terus mengingatkan sifat-sifat Rasulullah yang Shiddiq, Amanah, Fathanah dan Tabliqh. Nabi yang selalu perkataan dan perbuatannya benar, Nabi yang terpercaya sehingga dijuluki Al Amin, Nabi yang selalu menyampaikan risalah-risalah tuhan dan sosok nabi yang sangat cerdas. Seperti dalam firman Allah SWT surat AlAhzab ayat 21: “Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” Penceramah juga sering menekankan bahwa mengenali sifat-sifat Rasulullah cara bagaimana kita serius ingin mengikuti segala keteladanan beliau. Banyak hadits yang menceritakan sifat-sifat yang sangat luar biasa dari sosok Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah lelaki yang jujur, baik hati, pemalu, lemah lembut, rendah hati, sangat sederhana pemaaf dan selalu tersenyum. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah ditanya: “Apakah yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah?” Ia radhiyallahu ‘anha menjawab: “Beliau shallallahu

Santunan - Edisi Spesial 2015

‘alaihi wasallam adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” Aisyah radhiyallahu ‘anha juga menuturkan dalam HR. Al-Bukhari: “Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menyalakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air.” Sosok dan gaya hidup Rasulullah SAW yang sangat sederhana dan tidak berlebihan itulah yang selalu diingatkan dalam ceramah-ceramah molot pada setiap kenduri itu. Namun, terkadang kita terlena, seperti sengaja lupa dan terus bergelut dengan kesibukan-kesibukan yang sedikitpun tidak menggambarkan sosok ummat Rasulullah SAW itu sendiri. Yang lebih memperihatinkan lagi, saat tausiyahtausiyah yang diberikan tengku pada malam itu hanya tertanam sesaat saja di otak kita. Seakanakan begitu sulit untuk merekam pesan-pesan penceramah. Mungkin kerena mata yang sudah tak sanggup menahan lagi rasa kantuk akibat perut yang sudah dipenuhi bu kulah, kuah beulangong, kuah tuheh, ayam goreng, rendang, asam udang, telor asin, telor ayam, ikan sambal lado sampai pedasnya rujak yang dibumbui caplak hasil hutang. Ini hanya sepenggal cerita yang mungkin kita alami bersama. Setiap peringatan molot, selalu ada usaha-usaha untuk membuat yang terbaik dan mengingat kembali bagaimana Rasulullah SAW menjadi sosok yang paling sempurna di muka bumi ini. Sebagai ummatnya pula kita harus berusaha meneladani Nabi Muhammad SAW setiap hari dan tidak harus pada kenduri-kenduri tertentu saja. Ya nabi salam ‘alaika Ya rasul salam ‘alaika Ya habib salam ‘alaika Shalawatullah ‘alaika.***

57





Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.