Majalah Santunan 02

Page 1

TAMASYA KALBU DI BULAN SYAHDU

II/Juni 2015

TIDAK DIPERJUALBELIKAN. Versi elektronik dapat diunduh di http://aceh.kemenag.go.id

Isbat Nikah Pengakuan Negara dan Agama

ISSN 0216-0790

Jufrizal


02


DAFTAR ISI

08

38

Tamasya Kalbu di Bulan Syahdu

Arsitektur Timur Tengah di Pusat Kota Intan

Mesjid

Wisata

Adi Warsidi

Khairul Umami

16 Selalu Berikan yang Terbaik

Khairul Umami

Sosok

50 Jurnal

Kuah Beulangong Rasa Tanah Laut

22

Laporan Utama Isbat Nikah, Pengakuan Negara dan Agama Jufrizal

Santunan - II/2015

03


SURAT

Santunan APBN Terlambat? Nama saya Amiruddin, sebelumnya saya mengucapkan selamat atas terbitnya kembali majalah Santuanan setelah beberapa bulan tidak terbit. Majalah edisi batu versi DIPA sangat menarik. Terlihat dari kualitas design dan isi berita. Ada perubahan dari edisi-edisi sebelumya. Semoga bisa terus dilanjutkan ke arah yang lebih baik. Saya hanya berandai-andai, seandainya versi APBN ini dibuat sejak dulu pasti pegawai depag lebih senang. Maju terus Santunan. Terimakasih atas tanggapan saudara atas majalah Santunan. Apapun yang kita lakukan

untuk kebaikan majalah kita bersama. Terkait veri APBN (DIPA), Ini sebenarnya sudah kami rencanakan di tahun sebelumnya. Namun adanya beberapa kendala membuat keingan tersebut tertunda. Awal Januari tahun 2015 niat itu pun terpenuhi. Kami bersama Kakanwil saat itu, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd dan Kabag TU sepakat untuk menerbitkan Santunan versi DIPA. Pada proses pergantian tampuk pimpinan, Drs. Daud Pakeh juga menyambut baik niat tersebut dan memerintahkan untuk melanjutkan Santunan Versi DIPA ini. Semoga Bisa Menjadi Jawaban. Terima Kasih, Salam.

Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dewan Eksekutif: Kepala Bagian Tata Usaha, Para Kepala Bidang, Pembimas, Kepala Subbag pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Akhyar. Redaktur Eksekutif: Zulfahmi. Redaktur Kreatif: Ahsan Khairuna. Redaktur Foto: Khairul Umami. Editor/Penyunting: Juniazi, M. Yakub Yahya, Baihaqi, Alfirdaus Putra. Desain: Amwar Citra Hutabarat, Dedi Jufrizal, Hasma Diana. Fotografer: Fuzail, Fuadi, Zarkasyi. Sekretariat: Fajriah Bakri, Lia Nurhilaliah, Syahrul, Fieterson Joeliyus Mangunsong. Kontributor: Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penerbit: Subbag Informasi dan Humas Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Alamat Redaksi: Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jln. Abu Lam U No. 9, Banda Aceh. http://aceh.kemenag.go.id email: humasaceh@kemenag.go.id 04


DARI REDAKSI

Nikah vis-à-vis Puasa Nikah dan puasa, sepertinya dua ibadah yang tidak bisa dipisahkan. Dalam rangkaian ayatayat tentang puasa (QS Al-Baqarah 183-188) misalnya, setelah ayat seputar shiyam, qadhafidyah, hilal, Nuzulul Quran, dan doa, dengan jelas Allah SWT iringi firman-Nya dengan hal-ihwal suami istri. Setelah ayat, “Dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kalian. Mereka itu adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka...,” baru Allah membicarakan etika buka puasa, sahur, dan i’tikaf. Jadi dalam Al-Quran, ayat nikah pun ada dalam ayat-ayat puasa, dipit oleh ayat-ayat puasa. Juga halnya dalam banyak hadits, nikah dan puasa kadang dikaitkan. Di sini, khusus bagi para muda, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa; karena puasa dapat menekan syahwatnya (sebagai tameng).” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan AtTirmidzi). Dalam Edisi Kedua (II/2015) majalah SANTUNAN ini, sengaja diangkat liputan tentang Isbat Nikah sebagai Laporan Utama (Laput). Mengingat agenda Isbat Nikah merupakan hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Di samping itu legalisasi itu melibatkan tiga lembaga terkait yang selama ini bekerja secara parsial. Namun dalam Isbat ini dapat melaksanakan tugas secara integral. Maraknya pasangan yang tidak memiliki Buku Nikah (Kutipan Akta Nikah) akibat konflik yang berkepanjangan yang menimpa Aceh, juga tsunami, dengan adanya Isbat ini, persoalan yang dihadapi pasangan dan Kementerian Agama tentunya dapat dieliminir, bahkan dinihilkan. Terbitan kedua majalah SANTUNAN ini masih bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1436 H/2015, dikaitkan dengan dua permasalahan (nikah dan puasa) yang tidak bisa dipisahkan, saling mengisi atau saling berhadapan (vis-à-vis) seperti uraian di atas,

Santunan - II/2015

Akhyar Pemimpin redaksi

liputannya semakin menarik disimak. Ramadhan merupatan bulan yang sangat istimewa bagi ummat Muslim sedunia. Di mana segala amal ibadah kita dilipat gandakan oleh Allah SWT, pintu doa di buka lebar oleh Allah SWT, serta segala dosa orang yang berpuasa diampunkan. Ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, maka akan diampuni dosa yang telah lalu” (HR Ahmad). Berbagai penelitian ilmiah terhadap organ tubuh manusia dan aktivitas fisiologisnya menemukan bahwa puasa sangat dibutuhkan oleh tubuh, sama seperti halnya makan, bergerak, dan tidur. Jika manusia tidak bisa tidur dan tidak makan dalam rentang waktu yang lama, ia akan sakit karena tubuhnya tidak beristirahat secara cukup. Apabila puasa dipandang sebagai kebutuhan dan bukan sekedar kewajiban, energi positif dari dalam diri kita akan memotivasi dan membuat kita berpuasa dengan senang dan ringan, tidak berat dan tidak banyak mengeluh. Menurut Dr Ahmad Taj dalam tulisannya “AlSyiam Mu’jizat Ilmiyah” puasa tidak hanya dapat mengerem gejolak hawa nafsu yang membara, tetapi dapat mengoptimalkan tingkat tanggungjawab seseorang dalam mengemban tugas. Tahun 2015 Dinas Syariat Islam Aceh melaksanakan pengesahan Pernikahan (Isbat Nikah) massal di lima Kabupaten yaitu Pidie Jaya (Pijay), Aceh Tengah, Aceh Timur, Aceh Jaya, dan Aceh Barat Daya (Abdya). Acara Isbat perdana di buka secara simbolis oleh Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah pada Selasa, 26 Mei 2015 di Meureudu Pijay. Pelaksanaan Isbat Nikah menggunakan sistem pelayanan terpadu yang menyatukan tiga layanan sekaligus yaitu: Mahkamah Syar’iyah melakukan sidang Isbat untuk pasangan suami istri, Kementerian Agama mengeluarkan Buku Nikah/Kutipan Akta Nikah dan Dinas Kependudukan mengeluarkan Akta Kelahiran sehingga dapat dipastikan pola “one day service” akan dapat memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan oleh Pemerintah. 05


SISI LAIN Seorang pedagang di pasar Peunayong memotong daging ketika hari meugang, Rabu (17/6). Tradisi meugang masih dilestarikan sampai saat ini dan berlangsung tiga kali setahun, yaitu menjelang Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha. [Ahmad Ariska]

06


Santunan - II/2015

07


WISATA

Tamasya Kalbu di Bulan Syahdu oleh Khiththati

08


Jamaah shalat ‘isya dan tarawih pada malam pertama Ramadhan, Rabu (17/6) membludak hingga pekarangan Mesjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. [Adi Warsidi]

Santunan - II/2015

09


WISATA

J

ejeran penganan berbuka seperti Timun Kerok, Timun Kapur, Kanji Rumbi atau Ie Bu Beudah merupakan kuliner Aceh yang sangat populer di Bulan Ramadhan, belum lagi retentetan pedagang yang membuat berjualan disore hari persis festival kuliner. Tak hanya suara tadarus yang bersahut sahutan sepanjang malam serta suara serune tanda berbuka dan Imsak saat sahut dan semua rumah makan yang tutup di sepanjang matahari terang sampai sore merupakan suasana unik namun biasa bagi warga Aceh. Setiap tahun selalu seperti ini. Tanggal 24 Juni 2015 tepat pada hari kamis seluruh umat Islam melaksanakan ibadah puasa dibulan Ramadhan. Bulan puasa yang selalu berlangsung dengan suasana sama di Aceh ternyata membuat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Aceh mencoba sesuatu yang berbeda, yaitu mengundang para pelancong menikmati dan melihat bagaimana Ummat islam di propinsi paling barat ini mengabiskan waktu mereka sambil beribadah. Pada tanggal 13 mei sebulan sebelumnya melihat potensi ini kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Drs. Reza Fahlevi, MSi melauching paket wisata Ramadhan dengan tema “Amazing Ramadhan di Aceh” di gedung Museum Tsunami bersama sederet paket wisata unggulan lainnya. Drs. Rahmadani, M.Bus Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh mengatakan ada banyak daya tarik berpuasa di Aceh dan ini mungkin bagian yang belum tergarap maksimal sebelumnya. “Sebagai wilayah yang melaksanakan Syariat Islam daerah Aceh mempunyai aktifitas Ramadhan yang menarik bagi turis,” tambahnya lagi. Wisman dari negeri jiran Malaysia menjadi target utama dari paket wisata ini selain wisman lokal seperti dari Bandung, Jogjakarta, Jakarta dan Medan. Tour ini dilakukan dengan mengajak beberapa Tour Operator yang ada dengan harga dimulai dari Rp 890.000. “Dalam hal ini Dinas tidak bisa berkerja sendiri sehingga mengajak beberapa pihak untuk kerjasama sehingga kami juga bisa fokus terhadap hal lain,” ungkap Rahmadani. Lulusan manajemen pariwisata ini juga mengatakan memang ada beberapa kendala yang ditemui seperti masih kurangnya masyarakat yang sadar wisata dan masih banyak lokasi wisata yang perlu dibenahi.”Kita selalu mencoba melakukan yang terbaik,” tambahnya lagi. Paket tour yang dipampang di web dinas kebudayaan dan pariwisata dengan alamat www.disbudpar.acehprov.go.id ini sudah termasuk akomodasi selama dua malam di hotel bintang tiga, menikmati kopi selepas shalat tarawih , berbuka puasa dengan kuliner Aceh serta tour ramadhan sesuai

10

Warga membeli penganan berbuka puasa di pasar Lambaro. [Ahmad Ariska]

jadwal bersama pemandu wisata “Namun jika ada perminta lain seperti berbuka bersama anak yatim, Qiamu Lail atau lainnya juga bisa dikoordinasi kan,” tutur Rahmadani sambil menjelaskan paket yang ditawarkan. Ridha Sahputra, SE pemilik Glory Tour mengatakan bahwa program wisata pemerintah dibulan Ramadhan ini sangat menarik. Walaupun Tournya tidak termasuk Tour operator yang digandeng oleh pemerintah dalam program ini ia tetap mempromosikan paket Amazing Ramadhan ini. “Sudah ada beberapa kelompok yang melakukan reservasi hampir semuanya adalah wisatawan Malaysia,” ceritanya lagi. Pemilik Musafir Tour, Mujiburrizal yang kali ini bekerjasana dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga mengatakan bahwa sudah ada beberapa kelompok tamu yang mendaftar. “ Tren ramadhan itu pada minggu pertama para wisma lebih banyak menghabiskan waktu di daerahnya sendiri bersama keluarga dan akan mulai berwisata pada minggu kedua

dan ketiga dan lebih ramai lagi nanti pada 17 Ramadhan karena ada Nuzulul Quran,” tutur Mujiburrizal. Turis yang datang kebanyakan dari Malaysia, Singapore, tren terbaru adalah orang orang Eropa dan Tiongkok yang tertarik belajar Islam sedangkan dari dalam negeri adalah Bandung, Jakarta, Banten dan Medan. “Kita sudah memulai tour ramadhan ini selama tiga tahun yang lalu sebelum pemerintah membuat program karena tanggapan wisman sangat bagus,”tambahnya lagi sambil membuka handphonenya, disana ia memperlihatkan seorang penikmat tour Ramadhan yang datang dari Polandia. Lelaki mualaf itu bahkan menurut Mujiburrizal ini mengajak sang ibu yang ada di Polandia untuk menikmati Ramadhan di Aceh. Duta Museum Aceh ini juga menjelaskan beberapa hal yang menjadi daya pikat ramadhan di Serambi Mekah ini “Shalat Subuh dilanjutkan dengan Kultum, aneka jajanan yang ada ketika bulan puasa, buka


puasa bersama dengan anak yatim.” Suasana disini seperti tadarus malam mengunakan mic, semua warung makan tutup di siang hari itu sudah hampir tidak dikota-kota besar lain,” tambahnya lagi. Wisata Mesjid juga lebih menarik, yang menjadi primadona diantaranya Mesjid Raya Baiturrahman, Baitul Musyahadah, Baiturrahim, Mesjid Oman, Mesjid Ramatullah Lampuuk dan Mesjid Tuha Indrapuri. Adakalanya wisatawan meminta untu shalat tarawih di mesjid tertentu dan berhenti sejenak ketika tour untuk shalat dhuha. Tak lupa pula berbuka puasa bersama di Mesjid atau ditempat anak yatim. Disamping beberapa kelebihannya namun masih ada beberapa hal yang menjadi tanda tanya besar sebelum penikmat traveling ini memilih menghabiskan liburan mereka di ujung barat Sumatra ini. “Pertanyaan mereka yang paling mendasar yang tentang pemberitaan terbaru mengenai keamanan di Aceh kemudian juga mengenai pelaksanaan

Santunan - II/2015

Syariat Islam kepada pelancong seperti apa?” papar Mujiburrizal. “Ya pertanyaan itu kita jawab semuanya dan kita selalu mengatakan Aceh aman dan nyaman untuk berwisata,” tambahnya lagi. Hal yang senada juga dikatakan Ridha Sahputra “ada bebetapa dari mereka yang sekarang juga menanyakan tentang jam malam yang akan mulai diterapkan dikota Banda Aceh.””kita mencoba memberi pemahaman bahwa terkadang itu hanya disatu daerah saja bukan keselurahan Aceh dan hal ini tidak akan menggangu kenyamana mereka, namun ada juga yang kemudian menunda keberangkatan mereka,” kisahnya lagi. Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Prof. Dr Syahrizal Abbas, MA mengatakan bahwa banyak yang memiliki penafsiran yang salah tentang peraturan tersebut dan mengharap Dinas terkait dalam hal ini Kebudayaan dan Pariwisata merilis klarifikasi kepada para wisatawan yang akan berkunjung ke Aceh “Peraturan ini dibuat dalam rangkap memberi perlindungan kepada mereka yang berkerja terutama kepada pekerja wanita di Cafe dan Internet terhadap hal-hal yang tidak diinginkan kalau pekerja profesional seperti dokter misalnya mereka sudah dilindungi oleh profesi mereka. ”Masyarakat kita kurang mau belajar kemudian menyukai berita yang tidak jelas, tidak melakukan verifikasi dan kurang tabayun,” sambungnya kemudian. “Apapun yang dibuat oleh hukum syariat itu tidak ada yang merusak dan selalu ada yang terbaik dibalik itu, hanya kita yang tidak paham dan belum mengerti,” tegasnya lagi. Masyarakat yang sadar wisata dan pemahaman terhadap turis tentang Aceh harus terus disosialisasikan. “Kita harus bisa menjelaskan bahwa syariat islam itu menghormati orang lain dan juga non muslim,” kata Mujiburrizal tesenyum. Walaupun beberapa Tour Operator mengungkapkan kesiapan mereka terhadap paket wisata ini namun menurut Ridha Sahputra tidak semuanya siap. “Ini sudah sangat baik sehingga dapat memicu teman teman yang lain sehingga tahun depannya dapat terus bersemangat melakukan promosi dan pemerintah juga terus bersosialisasi agar masyrakat sadar,” lanjutnya lagi. Pemerintah juga harus mengajak banyak pihak terutama untuk menahami cross culture understanding seperti guru dan sekolah. “Harga yang kemudian tidak tertera dan karena mereka para turis kemudian

harga dinaikan atau ada turis asing lalu kita memanggil lalu karena mereka tidak menjawab langsung menyerang mereka dengan kata kata kasar itu akan menimbulkan kesan negatif,” tambah Ridha Sahputra lagi. Minimnya informasi tentang berwisata tanpa tourpun beberapa kali dikeluhkah oleh wisman. Seperti yang diceritakan oleh dua turis dari Belanda. “Waktu itu kami datang semua toko dan rumah makan tutup bahkan kami tidak mendapatkan transportasi dikota” kisahnya. “Lalu kemudian kami tahu bahwa hari itu masyarakat masih libur karena merayakan hari raya ditambah lagi saat itu hujan,” tambah temannya lagi. Ester seorang wisman dari Amerika memiliki cerita lain, suatu hari ia datang bersama saudaranya ke pasar Aceh untuk berbelanja “Bahkan setelah kami memakai kerudungpun setiap kami lewat terdengar suara siulan tapi kami abaikan lalu seseorang merokok dan menghembuskan asapnya tepat dimuka kami”ceritanya disambut angukan saudara perempuannya. “Saya suka berwisata disini, masyarakatnya ramah dan murah senyum, budaya dan tradisi hingga kulinernya sangat enak namun terkadang mereka sedikit suka ikut campur yang buka urusan mereka,” katanya lagi. Son Nouson pergi seorang diri ke Aceh dari Bali dia datang dari Korea Selatan “saya ajak teman saya yang orang Bali, dia takut tidak berani taku mati nanti katanya, banyangan tentang Aceh bagi orang luar masih kurang aman.” Ia juga mempertanyakan kenapa dirinya tidak diperbolehkan masuk kedalam mesjid padahal ia jauh-jauh datang ingin melihat bangaimana orang Aceh berdoa dan berzikir. “Makanannya enak-enak namun sayangnya berapa harganya jarang yang tertera dengan jelas,” tambahnya lagi. Mujiburrizal dan Ridha Sahputra juga sependapat bahwa kita bersama pemerintah harus sama sama melakukan perubahan. Masalah yang harus diperhatikan adalah peningkatan pelayanan dan Infrasuktur di lokasi wisata seperti tersedianya MCK standar dan bersih. Ramadhani selaku kabid pemasaran Disbudpar mengataka akan menampung semua masukan yang ada dan memulai berbenah satu persatu. “Kita mulai dari wisata Ramadhan ini, mari kita melayani dengan sepenuh hati bukan sekedar untuk bisnis namun juga untuk amal,” lanjutnya lagi sambil tersenyum.*** 11


LINTAS KEMENAG

Menag: Pernikahan Sejenis Sulit Terjadi di Indonesia Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, bahwa perkawinan sesama jenis, sulit dilakukan di Indonesia. Menag menilai, (pernikahan sejenis) merupakan sesuatu yang sangat sulit terjadi di negara seperti Indonesia, karena Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius. Masyarakat memandang, pernikahan tidak sebatas peristiwa hukum. Lebih dari itu, pernikahan merupakan sebuah peristiwa sakral dan bahkan bagian dari ibadah. Karenanya, nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan. “Sangat sulit untuk bisa menerima atau melegalkan pernikahan sesama jenis,” terang Menag saat ditanya wartawan terkait Pernikahan Sesama Jenis, di Gedung Kemenag, Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (02/07). Ditanya tentang hubungannya de­ngan HAM, mantan Wakil Ketua MPR ini menyatakan, bahwa konstitusi Indonesia telah mengatur HAM. Ia menyebutkan bahwa dalam UUD kita, terkait HAM, Pasal 28 J ayat 2 menegaskan: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk pada UU.

“Nah, UU No 1 Tahun 74 tentang perkawinan, menyatakan bahwa sahnya perkawinan, terjadi jika dilakukan antara laki-laki dan perempuan, menurut agama yang dipeluknya. Dan hal ini sudah clear,” imbuh Menag. Dikatakan Menag, HAM bisa dibatasi dengan pertimbangan salah satu dari 4 hal, yakni: pertimbangan moral, keamanan, ketertiban umum, dan pertimbangan agama. Jadi, nilai-nilai agama bisa membatasi hak dan kebebasan seseorang. Meski demikian, ujar Menag, kepada mereka yang terkait LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender), kita jangan memusuhi dan mengucilkan. Lebih baik jika kita merangkul, mengajak berdiskusi dan dialog, sehingga bisa memahami dari esensi pernikahan. Lebih baik jika kita membangun dialog, menyamakan paradigma kita tentang hakekat perkawinan, inti pernikahan dan tujuan rumah tangga. “Saya rasa, jika terbangun sebuah kesamaan cara pandang, ada solusi yang bisa kita berikan,” jelas Menag. (kemenag.go.id)

Kakanwil Serahkan Bantuan Dana dan Al-Qur`an Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh serahkan bantuan 50 juta rupiah dan Al-Qur?an kepada Panitia Masjid AtTakrim, Desa Amaiteng Mulia, Kecamatan Simeulue Timur. Bantuan dari Kanwil Kemenag Aceh yang telah dialokasikan ke DIPA Kemenag Kab. Simeulue tersebut diserahkan secara simbolis di sela-sela selesai ceramah tarawih, Selasa(30/6) di Mesjid At-Takrim, Amaiteng Mulia dichadapan jamaah shalat isyatarawih. Dalam sambutan singkatnya Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh mengharapkan dana bantuan tersebut dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya digunakan untuk pembangunan fisik tapi lebih kepada pembangunan program masjid tersebut. “Ke depan, Pemerintah akan memberikan bantuan kepada masjid-masjid yang memiliki kualitas program kegiatan keagamaan yang tinggi, tidak lagi melihat besar kecilnya fisik sebuah masjid,” ungkap Kakanwil. “Semoga dengan bantuan ini, dapat meningkatkan program-program yang telah ada di mesjid At-Takrim, seperti program pengajian TPQ dan program pembinaan hafidz-hafidzah cilik, pengajian subuh dan 12

kegiatan keagamaan lainnya.” Masjid At-Takrim merupakan sebuah meunasah yang sangat kecil, bangunan tua dan sebagian kerangkanya telah lapuk de­ ngan kondisi yang memperihatinkan. Berkat kerjasama masyarakat melaui swadana maupun bantuan Pemerintah seperti dari Badan

Dayah, Dinas Syari?at Islam, dan Kementerian Agama Aceh ditargetkan masjid ini akan direnovasi sebelum Idul Fitri Tahun ini. “Insya Allah mesjid ini akan kita renovasi menjadi masjid yang representatif,” ungkap Ustad Fauzan, Ketua Pembangunan Mesjid At-Takrim Amaiteng Mulia. [Darwin/y] Darwin


2.885 Calon Mahasiswa Daftar pada IAIN Zawiyah Cot Kala karena proses pendaftaran dilakukan secara online,” ujar Basri yang didampingi Kepala Biro AUAK, Ibnu Sa’dan. “Melalui jalur SPAN-PTKIN peminat sebanyak 962 orang, yang lulus seleksi 626 orang, jalur UM-PTKIN pendaftar sebanyak 1.923 orang, sedangkan kuota lulus 432 orang, dan jalur Mandiri pendaftar diprediksi 600 orang, dengan kuota 288 orang,” rincinya. Sementara itu Kepala Biro AUAK IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Ibnu Sa’dan mengatakan bahwa proses seleksi calon mahasiswa baru berlangsung secara jujur, adil, dan transparan sehingga semua calon memiliki hak yang sama untuk lulus. “Proses ujian UM-PTKIN dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia, menurut pantauan Kami berjalan dengan lancar, tertib dan aman, tampak calon mahasiswa siap secara mental dan fisik untuk mengikuti ujian, proses pemeriksaan hasil ujian akan dilakukan secara transparan, karena pemeriksaan hasil ujian dilakukan oleh panitia nasional di UIN Malang,” jelasnya. Ibnu Sa’dan juga menambahkan bahwa sarana dan pra sarana di

Kampus IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa siap menampung seluruh mahasiswa baru sesuai kuota sebanyak 1.346 orang tahun ini. “Tahun ini kita siap menampung seluruh mahasiswa baru, fasilitas gedung dan tenaga pengajar mudah-mudahan tersedia dengan cukup,” imbuhnya. [Yakub] iain-langsa.blogspot.com

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa, membuka pendaftaran Jalur Mandiri sejak 23 Juli. Sementara ini, 2.885 calon mahasiswa telah mendaftar pada IAIN Zawiyah Cot Kala melalui dua jalur seleksi yang sudah dibuka. Diprediksi, 600 orang akan mendaftar melalui Jalur Mandiri yang akan dibuka sampai 7 Agustus 2015 mendatang. Sehingga total pendaftar tahun ini diperkirakan sebanyak 3.449 orang. Hal itu disampaikan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Kelembagaan, Basri Ibrahim, Selasa (23/6) di sela-sela ujian masuk calon mahasiswa di kampus IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa. Basri menjelaskan bahwa peminat untuk kuliah di IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. “Proses seleksi calon mahasiswa sudah dibuka melalui dua gelombang yaitu, melalui jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN), dan jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN), disini sudah terlihat berapa orang peminat pada masing-masing kampus

Tiga Jalur Ujian Masuk UIN Ar-Raniry

Nazarullah

Rektor bersama jajaran pimpinan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh meninjau tempat dan proses pelaksanaan tes Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) tahun 2015 yang berlangsung 23 – 24 Juni 2015. Rektor UIN Ar-Raniry, Farid Waj­ di Ibrahim usai meninjau peserta tes menga­ takan, UIN Ar-Raniry Banda Aceh melaksanakan tes atau ujian seleksi mahasiswa baru melalui tiga jalur dan ini sedang berjalan jalur ke dua yaitu UMPTKIN.

Santunan - II/2015

“Alhamdulillah yang memilih UIN ArRaniry melalui jalur UM-PTKIN tahun 2015 ini sebayak 6.396 orang, ini merupakan ada peningkatan dari tahun sebelumnya, dari total pemilin hanya 120 orang, selebihnya mereka menentukan pilihannya pada UINArRaniry, tes ini sifatnya nasional dimana peserta dapat memilih kampus di seluruh Indonesia,” ujar Farid. Menurut Rektor, peserta tes tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya yang berkisar 5000-an peserta, UM-PTKIN ini merupakan salah satu sistem penjaringan

masuk ke UIN Ar-Raniry secara nasional, sebelumnya telah berjalan jalur jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN), yang mengambil di UIN Ar-Raniry ada 9.000 orang, tetapi diterima cuma 2000 orang saja atau 40 persen dari total yang diterima UIN tahun ini. Selanjutnya dibuka jalur PMB Mandiri atau jalur Lokal UIN Ar-Raniry, pada jalur ini diterima 20 persen dari total yang diterima UIN Ar-Raniry tahun ajaran 2015/2016, pendaftarannya akan dibuka stelah pengumuman kelulusan UM-PTKIN, ini diberikan kesempatan sebesar-besarnya bagi putera-puteri di seluruh Aceh. Sementara itu kata Farid Wajdi, program studi yang favorit tahun ini masih seperti tahun sebelumnya, yaitu Prodi ekonomi, perbankan islam, bahasa inggris dan prodi arsitektur pada fakultas baru, Alhamdulillah bagi prodi-prodi pada fakultas lama tidak berkurang peminatnya. “Beberapa prodi di UIN Ar-Raniry banyak peminatnya, namum sangat terbatas dengan fasilitas dan ruang kuliah, oleh karena itu kita sangat terbatas dalam menerima mahasiswa baru, sampai saat ini UIN hanya dapat menerima lebih kurang 5000 mahasiswa setiap tahunnya,” ujarnya. [Nat/y] 13


OPINI

Ayo Ngopi di Negeri Syariat! B Baihaqi Remaja Masjid Sibreh, Aceh Besar

14

arangkali judul “ayo ngopi” di atas adalah hal yang biasa, karena setiap orang di dunia ini pastilah pernah menikmati secangkir kopi, baik di rumah, kantor maupun warung ataupun gerai yang menyediakan berbagai jenis kopi mulai dari kelas teri hingga kelas kakap. Namun hal itu akanlah berbeda jika kita menikmati kopi di warungwarung yang tersedia di negeri syariat yang jumlah warung kopinya bisa dikatakan paling banyak serta sudah menjadi kebiasaan ngopi untuk mengawali hari agar lebih bersemangat. Tentu pemandangan akanlah berbeda ketika menyaksikan banyaknya warung kopi yang bertebaran bak nya lalat yang menghinggap makanan. Ya, kunjungilah Aceh, maka kita akan terbawa kepada budaya ngopi di warung kopi nya. Seakan tidak ada strata sosial di warung kopi, maka semuanya berbaur tak mengenal miskin, kaya, tua, muda, sehingga ngopi tak dapat dipisahkan dalam aktifitas sehari-hari masyarakat Aceh. Aceh terkenal dengan produksi kopi yang berkelas dunia. Barangkali karena ketenaran Aceh sebagai salah satu produsen kopi terbaik di dunia sehingga tradisi minum kopi tersebut menjadi semacam “budaya” yang terus berlangsung sejak dulu secara turun temurun dan “harus” dilestarikan. Tak hanya itu, masyarakat Aceh melahirkan banyak warung-warung ataupun gerai-gerai kopi yang menjajakan berbagai jenis kopi sehingga tradisi minum kopi beralih ke warung-warung kopi yang tak mengenal strata sosial konsumennya. Namun menjamurnya warung kopi baik yang masih tradisional maupun konsep modern bukan hanya menyerap lapangan kerja bagi pengangguran, tetapi juga membawa semacam bencana sosial bagi masyarakat yang terlena dengan ngopi di warung kopi hingga ber jam-jam. Penulis berpendapat, masyarakat Aceh dapat menilai sendiri bagaimana suasana glamour yang sering kita temui di warung kopi di Aceh. Misalnya bercampur antara lelaki dan perempuan yang sangat berlebihan hingga larut malam, ada pula yang hanya sekedar menghabiskan waktu dengan browsing intenet selama berjam-jam. Yang lebih parah adalah ada beberapa warung kopi yang menyediakan fasilitas perjudian. Ini adalah tantangan bagi kita semua terlebih kepada pemegang kekuasaan di negeri ini. Menjamur­nya warung kopi bukan masalah, namun yang salah adalah sistim yang diterapkan pada warung-warung tersebut. Tak ada salahnya jika kita ingin mem-booming-kan kata-kata “syariah” di Aceh, artinya bukan hanya lembaga perbankan di syariahkan, namun segala aspek harus disyariahkan. Mulailah dari warung kopi bersyariah yang mengatur tentang konsep-konsep yang tidak melanggar syariah.

Kenapa harus warung kopi bersyariah? Karena masyarakat Aceh berbaur antar golongan masyarakat tempatnya adalah di warung-warung kopi, sehingga ada juga lelucon dalam masyarakat Aceh mengatakan, “Ka rame ureung bak keude kuphi daripada meunasah/masjid.” Ini artinya ada pergeseran nilai-nilai syariah terhadap sebuah warung kopi. Penulis kira tidak ada salahnya pemilik warung menutup sejenak 15 menit warungnya untuk minimal mengajak konsumen menjalankan shalat, ataupun minimal dengan menutup warung di waktu shalat (waktu adzan) setidaknya konsumen telah diingatkan bahwa telah masuk waktu shalat dan penulis kira agak lebih beradab daripada menjajakan kopi (tidak menutup warung) di saat azan berkumandang. Kemudian tak ada salahnya pemilik warung menutup lapak rezekinya tidak serta larut malam sehingga fasilitas-fasilitas yang melanggar syariah seperti pergaulan antar muda mudi dapat diminimalisir dan penulis beranggapan tidak setuju dengan warung kopi yang brand nya “buka 24 jam”. Kemudian tak ada salahnya warung kopi juga mencegah praktek-praktek perjudian, katakanlah perjudian bola yang sudah menjadi rahasia umum, bukan berarti tidak boleh menonton bola di warung kopi, namun praktek pelanggaran syariahnya yang harus dicegah. Juga tidak ada salahnya pemilik warung menegur secara persuasif pengunjung yang berbusana tidak islami dan juga apa salahnya membuat fasilitas tempat shalat di setiap warung kopi. Penulis kira ini adalah dilema dari sebuah kebudayaan ngopi di Aceh. Pertumbuhan warung kopi di Aceh menjadi bukti bahwa perekonomian Aceh semakin baik dan juga dapat menyerap lapangan kerja.Namun disisi lain juga perlu dibuat semacam regulasi peraturan terhadap warung-warung kopi yang menjamur sehingga “brand” negeri syariah tidak terkontaminasi akibat pemandangan-pemandangan yang penuh dengan pelanggaran syaraiat di warung kopi di Aceh. Yang dirugikan adalah kita rakyat Aceh sendiri yang barangkali akan dicemooh oleh orang luar ketika berkunjung ke Aceh. Ya minimal jika tidak mampu mencegah dengan kekuatan, pemilik warung dapat menempatkan poster-poster peraturan ketika ngopi di warung tersebut mengenai aturan pelanggaran sayraiah yang tidak boleh dilakukan. Dilema ini penulis kira terjadi karena barangkali tidak adanya peraturan yang mengatur tentang mekanisme warung kopi dan lemahnya pengawasan. Semoga ini menjadi harapan kita semua agar budaya ngopi di Aceh tetap lestari namun tidak melanggar nilai-nilai syariah, yang outputnya melahirkan warung kopi yang bersyariah. Amin Ya Rabbal Alamin.***


Pentingnya Reformasi Dayah Mardhiati Ustazah pada Pesantren Darul Hikmah Islamiyah, Aceh Barat

P

esantren—lazimnya di Aceh disebut dayah—telah lama memiliki kontribusi penting dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren dan jumlah santri menjadikan lembaga ini layak diperhitungkan dalam kaitannya dengan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan moral. Perbaikan-perbaikan yang secara terus-menerus dilakukan terhadap pesantren, baik dari segi manajemen, akademik (kurikulum) maupun fasilitas, menjadikan pesantren keluar dari kesan tradisional dan kolot yang selama ini disandangnya. Sebagian besar pendidikan pesantren di Indonesia belum testandardisasi secara kurikulum dan tidak terorganisir sebagai satu jaringan pesantren Indonesia yang sistemik. Ini berarti bahwa setiap pesantren mempunyai kemandirian sendiri untuk menerapkan kurikulum dan mata pelajaran yang sesuai dengan aliran agama Islam yang mereka ikuti. Sehingga, ada pesantren yang menerapkan kurikulum Depdiknas dengan menerapkan juga kurikulum agama. Kemudian, ada pesantren yang hanya ingin memfokuskan pada kurikulum ilmu agama Islam saja. Yang berarti bahwa tingkat keanekaragaman model pesantren di Indonesia tidak terbatasi. Berdirinya pesantren biasanya atas usaha pribadi kiai/abu/abuya. Maka dalam perkembangan selanjutnya dia menjadi figur pesantren. Pola semacam ini tak pelak mengimplikasikan sistem manajemen yang otoritarianistik. Pembaruan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan karena sangat tergantung pada sikap sang abu. Pola seperti ini pun akan berdampak kurang prospektif bagi kesinambungan pesantren di masa depan. Banyak pesantren yang sebelumnya populer, tiba-tiba “hilang� begitu saja karena sang abu meninggal dunia. Kedua, kelemahan di bidang metodologi. Muhammad Tholhah Hasan, mantan Menteri Agama dan salah seorang intelektual muslim dari kalangan pesantren NU, pernah mengkritik bahwa tradisi pengajaran yang mendapatkan penekanan di pesantren itu adalah fiqih (fiqh oriented), sehingga

Santunan - II/2015

penerapan fiqih menjadi teralienasi dengan realitas sosial dan keilmuan serta teknologi kontemporer. Ketiga, terjadinya disorientasi, yakni pesantren kehilangan kemampuan mendefinisikan dan memosisikan dirinya di tengah realitas sosial yang sekarang ini mengalami perubahan yang demikian cepat. Dalam konteks perubahan ini, pesantren menghadapi dilema antara keharusan mempertahankan jati dirinya dan kebutuhan menyerap budaya baru yang datang dari luar pesantren. Kalau oleh MM. Billah pesantren diberi ciri kontekstual, yaitu ciriciri lingkungan sekitar (sosial dan fisik) di mana pesantren berada, yang tersadap oleh dan memberi warna pada ciri-ciri pesantren, maka kini ciri kontekstual tersebut terjadi pemekaran, yang juga sudah mulai merambah ke desa. Belakangan ini, dunia secara dinamis telah menunjukkan perkembangan dan perubahan secara cepat, yang tentunya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap dunia pesantren. Terdapat beberapa tantangan yang tengah dihadapi oleh sebagian besar pesantren dalam melakukan pengembangannya, image, sarana dan prasarana,SDM, aksesibilitas dan networking, manajemen, kemandirian, dan kurikulum. Mengutip Sayid Agil Siraj (2007), ada tiga hal yang belum dikuatkan dalam pesantren: tamaddun yaitu memajukan pesantren. Tsaqafah dalam memberikan pencerahan, dan hadharah dalam membangun budaya. Sudah tidak diragukan lagi bahwa pesantren memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan pendidikan. Apalagi dilihat secara historis, pesantren memiliki pengalaman yang luar biasa dalam membina dan mengembangkan masyarakat. Bahkan, pesantren mampu meningkatkan perannya secara mandiri dengan menggali potensi yang dimiliki masyarakat di sekelilingnya. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta pesantren dalam proses pembangunan merupakan langkah strategis dalam membangun masyarakat, daerah, bangsa, dan negara. Terlebih, dalam kondisi yang tengah mengalami krisis (degradasi) moral.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang membentuk dan mengembangkan nilai-nilai moral, harus menjadi pelopor sekaligus inspirator pembangkit moral bangsa. Sehingga, pembangunan tidak menjadi hampa melainkan lebih bernilai dan bermakna. Pesantren pada umumnya bersifat mandiri, tidak tergantung kepada pemerintah atau kekuasaan yang ada. Karena sifat mandirinya itu, pesantren bisa memegang teguh kemurniannya sebagai lembaga pendidikan Islam. Karena itu, pesantren tidak mudah disusupi oleh ajaranajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Perubahan dan pembenahan yang dimaksud hanya sebatas menejemen dan bukan coraknya apalagi berganti baju dari salafiyah ke mu’asyir (modern), karena hal itu hanya akan menghancurkan nilainilai positif Pesantren seperti yang terjadi sekarang ini, lulusannya ora iso ngaji. Maka, idealnya pesantren ke depan harus bisa mengimbangi tuntutan zaman dengan mempertahankan tradisi dan nilai-nilai kesalafannya. Pertahankan pendidikan formal Pesantren khususnya kitab kuning dari Ibtidaiyah sampai Aliyah sebagai KBM wajib santri dan mengimbanginya dengan pengajian tambahan, kegiatan extra seperti kursus computer, bahasa inggris, skill lainnya dan program paket A, B dan C untuk mendapatkan Ijazah formalnya. Atau dengan menjalin kerjasama dengan sekolah lain untuk mengikuti persamaan. Jika hal ini terjadi, akan lahirlah ustad-ustad, ulama dan fuqoha yang mumpuni. Sekarang ini, ada dua fenomena menarik dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni (a) munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah); (b) penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut dengan boarding school. Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Para murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau pendidikan nilainilai khusus di malam hari. Selama 24 jam anak didik berada di bawah didikan dan pengawasan para guru pembimbing.*** 15


SOSOK

Selalu Berikan yang Terbaik oleh Amwar Citra Hutabarat Foto: Khairul Umami

16


P

ria berpeci itu mempercepat langkahnya dari ruangan Bidang Urais dan Binsyar menuju ruang Subbag Informasi dan Humas. Diinformasikan padanya bahwa rekan-rekan di Inmas Kanwil kemenag Aceh dapat memberikan informasi bahkan solusi untuk pembuatan video profil. Menurutnya, kabar tersebut dia dapat dari Kabid Urais dan Binsyar, Drs. H. Hamdan, MA. Dia mendengar bahwa tenaga-tenaga yang bisa membantunya itu ada pada subbag yang pimpin Akhyar, M.Ag. Alasan tersebut didukung oleh adanya produksi video profil Kanwil Kemenag Provinsi Aceh beberapa waktu lalu oleh Subbag Inmas. “Kami diminta segera menyiapkan profil KUA dalam bentuk video, apa humas bisa bantu membuatkannya?” tanya M. Iqbal, S.Ag, MH kepada pegawai tersebut. Kepala KUA kecamatan Ulee kareng menjelaskan bahwa keperluan video profil itu akan dikirim ke Kemenag RI jakarta sebagai keikutsertaannya pada seleksi KUA Teladan tingkat Nasional tahun 2015 mewakili Aceh. Ya, dia mewakili Aceh setelah berhasil meraih juara I Kepala KUA Teladan tingkat Provinsi Aceh 2015 yang acara pengukuhannya dilaksanakan di Hotel Grand Nanggroe (3/6) yang lalu. Sayangnya, ‘gayung tak bersambut’ bukan dikarenakan tak adanya tenaga ahli, proses pembuatan video profile yang harus segera diproduksi ternyata berbentu dengan kegiatan subbag inmas yang harus turun kebeberapa daerah dalam rangka monitoring data dan dikejarnya deadline majalah Santunan. Akhirnya pihak ketiga menjadi alternatif untuk memecahkan masalah tersebut. Diskusi tak langsung terhenti, pria yang lahir di Baid Mesjid, 11 September 1974 itu melanjutkan perbincangannya dengan staf subbag inmas. Dia menceritakan bagaimana perjuangan rekan-rekannya di KUA sampai bisa menjadi KUA Teladan tingkat Provinsi Aceh. “Dalam dua bulan kami all out persiapkan KUA Ulee Kareng untuk mengikuti seleksi KUA Teladan tingkat Provinsi Aceh tahun 2015 ini, alhamdulillah kami dapat meraih juara I,” kata M.Iqbal yang menyelesaikan program Pasca sarjananya tahun 2009 di Unsyiah. “Ini juga berkat kerjasama seluruh pegawai Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Ulee Kareng dan rekan-rekan KUA di lingkungan Kota Banda Aceh serta

Dalam dua bulan kami all out persiapkan KUA Ulee Kareng untuk mengikuti seleksi KUA Teladan tingkat Provinsi Aceh tahun 2015 ini, alhamdulillah kami dapat meraih juara I. Kepala Kantor Kemenag Kota Banda Aceh dan jajaran tentunya. Tanpa dukungan dan dorongan dari mereka, semua ini sulit akan tercapai.” imbuhnya. Putra dari pasangan Drs. H.A.Djalil Ahmad (Almarhum) dan Hj. Hendon Ahmad itu memulai karir Aparatur Sipil Negara (ASN) di KUA Lueng Bata pada tahun 2002 sampai 2005, kemudian dipindahkan ke KUA kecamatan Bandar Raya sampai tahun 2008. Pada Tanggal 25 Juli 2008 dicatat pertama sekali diamanahkan menjadi Kepala KUA. “Pada pertengahan tahun 2008 saya diamanahkan menjadi Kepala KUA Kecamatan Kuta raja dan sekarang di Kecamatan Ulee Kareng,” terangnya. Iqbal yang aktif di beberapa organisasi dan yang mempunyai motto “Selalu menjadi dan memberikan yang terbaik” ini menyatakan keikutsertaan dalam seleksi Kepala KUA teladan ini karena banyak manfaatnya. “Salah satunya berguna untuk peningkatan kompetensi dan usaha peningkatan kinerja di KUA apalagi ini masuk salah satu program andalan kementerian Agama,” terang Iqbal. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya,

tahun ini untuk meningkatkan pelayanan publik di KUA, selain membuat profil, Iqbal memasang beberapa perangkat IT di kantor, seperti buku tamu elektronik, pengumuman kehendak nikah dan running text. Rencananya pada HUT RI Agustus 2015 peraih juara I Kepala KUA Teladan bersama Keluarga Sakinah seluruh Indonesia akan diundang ke Istana Negara Repubik Indonesia. Sepulangnya dari Istana, M. Iqbal mengatakan harus segera mempersiapkan diri lagi untuk tugas negara ke Arab Saudi. Insya Allah bulan September M. Iqbal akan bertugas sebagai Tim Pemandu Haji Indonesia, memandu perjalanan Kloter pada Haji tahun ini setelah dinyatakan lulus seleksi petugas haji bulan lalu. Dengan rentetan rezeki ini mungkin kata bijak Aceh ‘Tuah ngoen ta gagah, raseuki ngoen ta ilah’ (keberuntungan datang dari kesungguhan, dan rezeki datang karena berusaha) mungkin cocok diperuntukkan kepada M.Iqbal, S.Ag, MH. Kepala KUA Kecamatan Ulee Kareng yang meraih juara I Kepala KUA Teladan Tingkat provinsi Aceh dan akan berangkat bertugas ke tanah suci sebagai TPHI. ***

M. Iqbal (duduk paling kanan) saat Seleksi Kepala KUA Teladan tingkat provinsi. [M Yakub/inmas]

Santunan - II/2015

17


TAFSIR

Puasa dan Fitrah Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Q.S. al-Hajj [22]: 46).

Menurut Qatadah dan Ibn Jubayr, asbabunnuzul ayat ini adalah pertanyaan Ibn Ummi Maktum yang buta matanya: “Ya Rasulullah, kami ini buta di dunia, apakah kami juga buta di akhirat?” Lalu turunlah ayat ini sebagai jawaban, bahwa yang sebenarnya buta—dunia-akhirat—adalah mereka yang ‘buta mata hati’-nya. Masalahnya, apakah ‘buta mata hati’ di sini bersifat majazi (metafor), atau haqiqi? Secara redaksional ayat ini berupa metafor, sebab ayat sebelumnya berbicara tentang negeri yang dihancurkan (al-Hajj ayat 45: fa ka’ayyin min qaryah ahlaknaha) yang dapat disaksikan dengan mata kepala atau informasi yang sampai ke telinga. Lalu ayat 46 menyuruh manusia berjalan di muka bumi agar memiliki “hati yang berpikir” dan telinga yang mendengar. Kesan (qarinah) metafor menguat ketika penjelasan secara kausasi (ta’lil) terhadap “qulub ya‘qiluna biha” justru menggunakan kata “alabshar,” yaitu mata kepala. Ini tergolong majaz mursal yang menyebutkan efek (almusabbab) memiliki hati yang berpikir pada posisi sebab (melihat dengan mata kepala). Analisis ini tergolong atomistik, sebab kajiannya masih terbatas dalam perspektif linguistik saja. Akibatnya ‘pembaca’ cenderung terhenti pada tataran majazi yang memesona rasa bahasa, bahkan terpuaskan. Padahal ada sisi lain yang diungkapkan ayat ini, jika dikaji secara holistik dengan melibatkan temuan di bidang psikologi, neurosains, ilmu sel, DNA dan lain-lain sesuai relevansi. Mufasir klasik seperti al-Qurthubi (w. 671 H) telah merintisnya, walaupun sains di masa hidupnya masih sederhana. Dalam kitabnya al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an ia menyatakan, bahwa penyandaran kata “berpikir” pada “hati” karena hati adalah tempat berpikir, sebagaimana telinga sebagai tempat mendengar. Jadi ia keluar dari asumsi metaforis (majazi), dan melihat kedua kata (qulub ya‘qiluna) secara hakiki. Lalu ia mengutip pendapat lain yang menyatakan proses berpikir terjadi di otak (al-dimagh). 18

Secara mawdhu‘i (tafsir tematik), pandangan al-Qurthubi diperkuat ayat berikut: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Q.S. al-A‘raf [7]: 179). Ayat ini mengandung penjelasan tentang psikofisik manusia yang memiliki hati (qulub) yang dikaitkan dengan pemahaman keagamaan (tafaqquh). Adapun kata tafaqquh ini semakna dengan Hadis dalam Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal: “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, tentu ia akan diberikan pemahaman tentang agama (yufaqqihhu fi al-din).” (HR. Imam Ahmad). Menariknya, ayat 179 surat al-A‘raf hanya menyerupakan manusia dengan binatang secara epistemologis (kayfiyyah), yaitu samasama tidak ber-tafaqquh. Namun secara ontologis (mahiyyah) ia tetap manusia yang berpikir (intelek) meski tidak ber-tafaqquh. Dapat disimpulkan, bahwa ‘intelektualitas’ adalah esensi yang membedakan manusia dengan binatang, sedangkan ‘bertafaqquh’ jadi pembeda dari manusia yang dicitakan. Adapun manusia yang dicitakan adalah manusia yang mengikuti fitrah kemanusiaannya, sebagaimana dijelaskan dalam ayat 30 surat al-Rum. Dan salah satu sarananya adalah lewat perintah berpuasa (Q.S. al-Baqarah [2]: 183). Tentunya fitrah ini hanya bisa dicapai dengan ber-tafaqquh fi al-din. Hal ini dapat dipahami dari penjelasan al-Qur’an, bahwa keberpalingan dari kebenaran (agama

hanif) disebabkan oleh faktor eksternal yang memalingkan seseorang dari ber-tafaqquh, bukan karena tidak berpikir-intelek. Perhatikan ayat berikut: Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaithan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (Q.S. Muhammad [47]: 25). Sampai di sini jelaslah adanya perbedaan nilai menurut al-Qur’an, antara proses berpikir intelek-rasional dengan proses berpikir yang melibatkan hati (qulub). Al-Qur’an memberi penghargaan pada proses berpikir yang melibatkan hati, yaitu tafaqquh. Sementara proses berpikir intelekrasional yang tidak ber-tafaqquh disamakan dengan binatang. Hal ini menarik karena al-Qur’an punya pandangan bahwa fitrah manusia adalah fitrah Islam sebagai agama hanif (Q.S. 30: 30), maka meninggalkan tafaqquh fi al-din berarti berpaling dari fitrah manusia. Lalu, apakah berarti jatuh ke derajat binatang? Lewis Wolpert, profesor emeritus biologi di Universitas College London, dalam bukunya The Miracle of Cells menyatakan, bahwa proses berpikir merupakan aktivitas di tingkat sel. Ada sekitar seratus miliar sel saraf yang disebut neuron dalam otak, bahkan lebih banyak lagi sel-sel pendukung. Sel-sel inilah yang melakukan proses berpikir dan merasakan. Tetapi tentang bagaimana sel-sel ini berkomunikasi sehingga menghasilkan pikiran, emosi, gerakan, dan bahkan kesadaran, masih merupakan misteri. Ilmu sel telah sampai pada temuan, bahwa sel-sel saraf bertugas membawa pesan dengan cepat ke sel-sel lain, termasuk ke sel otot. Sebaliknya sel saraf juga membawa informasi dari berbagai bagian tubuh ke otak sehingga kondisi di sekitar diketahui. Ada sel saraf yang terlibat pada indera perasa sehingga rasa sakit dirasakan dan timbul usaha menyingkirkan penyebabnya.


Dorongan fisiologis berhubungan dengan kebutuhan tubuh dan kekurangan atau hilangnya keseimbangan yang terjadi dalam jaringan tubuh. Dorongan ini mengarahkan tingkah laku individu pada tujuantujuan yang bisa memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh atau menutup kekurangan yang terjadi pada jaringan tubuh dan mengembalikannya pada keseimbangan yang ada sebelumnya. Semua transfer terjadi dengan mengirim pesan di sepanjang sel saraf berdasarkan perubahan muatan listrik lintas membran sel. Temuan ini menjadi penjelas bagi asumsi ilmu psikologi tentang hubungan dorongan fisiologis dan psikis. Dorongan fisiologis berhubungan dengan kebutuhan tubuh dan kekurangan atau hilangnya keseimbangan yang terjadi dalam jaringan tubuh. Dorongan ini mengarahkan tingkah laku individu pada tujuan-tujuan yang bisa memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh atau menutup kekurangan yang terjadi pada jaringan tubuh dan mengembalikannya pada keseimbangan yang ada sebelumnya. Usman Najati, dalam bukunya Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, mencontohkan dua dorongan fisiologis yang disebut dalam Alquran: 1) dorongan menjaga diri; 2) dorongan untuk mempertahankan kelestarian hidup jenis yang terdiri dari dorongan seksual dan dorongan keibuan. Bagi orang yang tidak berpikir (tentunya juga tidak ber-tafaqquh), dorongan-dorongan fisiologis dapat menjadi stimulus bagi perbuatan yang merusak (agresi) dan menjatuhkan manusia pada perilaku yang tidak berperikemanusiaan. Ilmu tentang otak (neurosains) menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga lapisan otak. Pertama, lapisan terendah adalah otak reptil yang mendukung kegiatan vegetatit tubuh seperti bernafas dan aliran darah. Lapisan kedua disebut otak paleomamalia, yaitu otak yang juga ada pada binatang, tugasnya mengatur emosi. Otak ini menanggapi stimulus dengan agresi. Lapisan ketiga adalah otak neomamalia, yaitu otak berpikir yang bertugas memilih respon jika ada stimulus. Menurut Paul McLaen, tindakan agresif berarti respon terhadap stimulus berhenti pada lapisan otak kedua, jadi tidak terjadi proses berpikir.

Santunan - II/2015

Kiranya inilah alasan penyamaannya dengan binatang oleh al-Qur’an. Selain cara di atas, tindakan agresi juga dapat terjadi jika otak neomamalia tidak memiliki data untuk dijadikan pilihan dalam menanggapi stimulus. Tapi sebenarnya ini tidak beralasan, sebab akal memiliki kemampuan berkreasi menciptakan alternatif-alternatif baru. Maka patutlah dipertanyakan, jika kebutuhan fisiologis memberi dorongan psikis yang menggerakkan tubuh kala sampainya informasi dari sel saraf ke sel otot, lalu apa yang bisa menentukan tindakan yang boleh dan tidak boleh dilakukan? Penelitian tentang DNA menjawab, bahwa genlah yang memerintahkan sel-sel tersebut sehingga suatu perbuatan terlaksana atau tidak terlaksana. Adapun fungsi otak berpikir tergantung dari informasi yang dikandung oleh sel-sel otak. Di sinilah inti permasalahan, sebab sel-sel otak mengadung gen, lalu gen menentukan fungsi dari sel. Menurut Kazuo Murakami, seorang ahli genetika asal Jepang, semua sel memiliki struktur dan fungsi yang sama. Namun dalam proses pembelahan ia berdiferensiasi dan terspesialisasi, sebagian sel menjadi otak, sebagian lainnya menjadi hati, dan seterusnya. Informasi yang tersimpan dalam setiap gen dari seluruh sel tubuh manusia adalah sama, namun sebagian aktif dan sebagian nonaktif. Misalnya sel yang menyusun otak tidak pernah berubah menjadi sel hati, ia bekerja sesuai informasi genetik yang aktif di dalamnya, maka ia hanya menjalankan peran sebagai otak saja. Beranjak dari asumsi nyala-padam/aktifnonaktif informasi genetik dalam sel tubuh manusia, Kazuo Murakami mengembangkan teori aktivasi gen positif. Ia yakin tindakan positif atau negatif tergantung dari informasi

Dr. Jabbar Sabil, MA

genetika yang teraktivasi dalam sel tubuh. Namun kita bisa melakukan aktivasi gen positif dan menonaktifkan gen negatif dengan menerapkan pola pikir positif. Kiranya teori Kazuo Murakami dapat menjelaskan secara saintifik tentang proses berpikir intelek, dan proses berpikir yang melibatkan hati. Proses berpikir intelek hanya melibatkan sel-sel otak, sementara berpikir yang melibatkan hati berarti keterlibatan seluruh sel dalam tubuh. Jika ini diikuti, maka kata qulub harus diartikan sebagai gen yang aktivitasnya bukan terpusat di otak, tapi di jantung sebagai sentral peredaran logistik bagi sel-sel yang ada di seluruh tubuh manusia. Aksi ber-tafaqquh mengaktifkan info/kode positif pada gen dalam setiap sel tubuh, dan menonaktifkan info/kode negatif, maka terwujudlah “qulub ya‘qiluna biha.” Perwujudan hati yang berpikir (qulub ya‘qiluna biha) adalah syarat mencapai takwa. Ini menimbulkan tanda tanya, meng­ apa al-Qur’an menjadikan takwa sebagai konsekuensi dari amalan ibadah puasa? Rahasianya sangat dalam, sebab selain dorongan fisiologis, dalam diri manusia juga terdapat dorongan psikis yang juga bisa memicu aktivasi kode gen negatif. ‘Usman Najati mencontohkan empat dorongan psikis yang disebutkan Alquran: 1) dorongan memiliki; 2) dorongan memusuhi; 3) dorongan berkompetisi; 4) dorongan beragama. Selain yang keempat, tiga dorongan lainnya dijamin tidak cukup ampuh dipositivasi dengan pola berpikir positif saja, sebab ia berada dalam gen itu sendiri. Maka diperlukan langkah yang melemahkan tiga dorongan itu terlebih dahulu, yaitu puasa. Inilah kenapa puasa dapat mengantarkan manusia pada fitrahnya, yaitu memiliki hati yang berpikir, “qulub ya‘qiluna biha,” wa Allah a‘lam. *** 19


BUDAYA

Dunia di Atas Nun D

alam pemahaman paling awam yang sering kita dengar dari orang tua dulu, terjadinya gempa bumi disebabkan geliatan seekor lembu hitam yang merasa kesakitan digigit oleh seekor pitok (sejenis lalat basar). Karena, dalam pemahaman tradisional itu, bumi yang kita tempati ini terletak di atas tanduk seekor lembu berwarna hitam. Ketika lembu tergeliat karena gigitan pitok tadi, maka bumi yang terletak di atas tanduknya ikut bergoyang. Begitu sering kita dengar prakiraan awam orang Aceh dalam menanggapi setiap terjadinya gempa bumi. Pemahaman yang kita anggap sangat awam itu, temyata jika dikaitkan dengan awal kejadian penciptaan bumi yang terdapat dalam kitab-kitab para ulama dan filosof, pemahaman itu hampir mendekati kebenaran, bahwa bumi ini memang terletak di atas tanduk seekor sapi. Dalam buku Kisah Para Rasul. Hiburan Bagi Or­ ang-Orang Yang Berakal yang ditulis Muhammad bin Ahmad Al-Hanafi (2003) menyebutkan, ketika Allah menciptakan bumi ini, pertama sekali Allah memerintahkan seorang malaikatNya dari bawah Arasy untuk menuju ke bawah tujuh lapis bumi. Malaikat itu kemudian mengeluarkan kedua belah tangannya, yang satu memegang ujung bumi sebelah barat, yang satu lagi memegang ujung bumi sebelah timur. Sedangkan kedua kaki malaikat itu belum ada tempat berpijak. Melihat kesulitan itu, maka Al­lah menurunkan seekor lembu jantan dari dalam surga yang bernama Nuun. Dalam riwayat ini lembu tersebut memiliki

20

Nab Bahany As budayawan, tinggal di Banda Aceh

40.000 tanduk dan 40.000 kaki. Jarak dari satu tanduk ke tanduk lainnya lebih kurang 500 tahun perjalanan. Maka berpijaklah malaikat itu di atas lembu ini. Sedangkan lembu itu sendiri juga belum tahu di mana harus berpijak untuk menapung malaikat yang sedang menatang bumi di atasnya. Lalu Allah kembali menurunkan satu permata hijau dari sekian permata dalam surga. Tebal permata ini juga mencapai 500 tahun perjalanan. Maka berpijaklah 40,000 kaki lembu itu di atas permata tadi. Untuk meletakkan permata itu Allah menciptakan satu batu besar yang tebalnya seperti jauhnya langit dan bumi. Batu yang bernama Shaikhuul ini menurut suatu riwayat memiliki 9.000 lubang. Setiap lubangnya terdapat lautan, yang luas lautan itu hanya Allah yang tahu. Sedangkan tempat untuk meletakkan batu besar itu, tarakhir Allah menurunkan satu ikan paus yang sangat besar dari laut ketujuh yang berada di bawah Arasy. Menurut riwayat, ikan paus yang bernama Bahmitud atau Balhuut ini, kalau diibaratkan ukuran besarnya—seandainya seluruh samudera yang ada di dunia ini diletekkan pada salah satu lubang hidungnya, maka samudera itu akan terlihat seperti satu biji sawi di tengah tanah yang lapang. Hingga akhirnya ikan paus ini setelah sujud kepada Allah atas kekuatan yang diberikanNya untuk memikul semua benda bumi yang ada di atasnya, setelah itu ikan paus tersebut memenpati tempatnya di dalam air tak bergerak sedikitpun sampai hari kiamat nanti. Dari kronologis riwayat proses awal tentang


Berdasarkan riwayat ini, bisa jadi kalau pada suatu waktu terjadi gempa bumi, orang terus menganalogikan kejadian gempa itu disebabkan geliatan lembu hitam yang menahan dunia ini di atas tanduknya.

bagaimana Allah menciptakan bumi ini, riwayat itu menerangkan bahwa apa yang menjadi pemahaman awam tentang letak bumi ini di atas tanduk seekor lembu hitam sepertinya sudah mendekati kebenarannya. Karena, dari kronologis itu menunjukkan makhluk pal­ ing teratas setelah malaikat membentangkan bumi ini atas perintah Allah, yang pertama menahannya adalah Nuun, yaitu seekor lembu jantan yang diturunkan Allah dari dalam surga untuk jadi tempat perpijak malaikat pada waktu pertama sekali membentangkan bumi ini. Berdasarkan riwayat ini, bisa jadi kalau pada suatu waktu terjadi gempa bumi, orang terus menganalogikan kejadian gempa itu disebabkan geliatan lembu hitam yang menahan dunia ini di atas tanduknya. lbarat suatu benda yang diletakkan di atas sebuah benda lainnya. Jika benda yang di bawah mengalami kegoyangan, otomatis benda yang diatasnya ikut bergoyang. Ditinjauan dari astronomi yang menyatakan bumi ini bulat seperti bola, yang letaknya diantara planet-planet yang mengitari dari seluruh arah, seperti kuning telur yang dilingkari oleh putih telur yang ada di dalam telur itu sendiri. Maka jika dikaitkan dengan riwayat kejadian bumi yang diceritakan di atas, mungkin perbedaannya hanya pada perumpamaan dan penggunaan istilah saja. Atau bisa jadi hanya karena sudut pandang yang berbeda. Sebab, pada dasarnya semua kejadian yang ada di langit dan di bumi sudah diterangkan semuanya di dalam Kitabullah. Bahkan Allah sendiri mempersilahkan manusia untuk menyelidiki semua apa yang ada di langit dan di bumi, kecuali tengtang zatNya. Lalu bagaimana proses Allah menciptakan bumi ini? Perawi Hadist Ibnu Abbas r.a mengatakan, Rasulullah bersabda: Allah SWT menciptakan bumi ini pada hari Sabtu, menciptakan gunung pada

Santunan - II/2015

hari Ahad, pepohonan pada hari senin, dan pohon anggur pada hari Selasa, sedangkan kegelapan dan cahaya pada hari Rebu, binatang-binatang pada hari Kemis, sementara masunia (Adam) diciptakan Allah pada hari Jumat. Dinamakan hari Jumat, tanah untuk membentuk Adam (manusia) dikumpulkan pada hari itu, maka hari tersebut dinamai “Jumat”, yaitu hari pengumpulan. Diemikian pula dengan lautan yang telah Allah ciptakan. Sungguh banyak keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalam laut yang belum diketahui manusia. Menurut Syeh Abdul Faraj Ibnul Jauzi yang dikutip Muhammad bin Ahmad Al-Hanafi (2003), di dunia ini terdapat 29 lautan, 7 diantaranya adalah lautan terbesar di dunia. Seperti laut Muhiith, laut ini adalah Samedera yang mengelilingi dunia, yang luasnya mencapai 24.000 Farsakh, dan seluruh laut yang ada di dunia berasal dari laut ini. Karena itu, filosof Aristoteles menyebut laut ini dengan nama “aliklil” (mahkota), karena laut ini mengitari bumi laksana mahkota yang mengitari kepala. Dan setiap laut yang ada di dunia ini menurut Ibnul Jauzi memiliki keajaibannya tersendiri. Seperti di laut Cina sebagai lautan terbesar kedua— setelah laut Muhiith—sebelah tumur dunia. Di dasar laut Cina ini banyak sekali terdapat mutiara dan pertambangan permata. Diperkirakan, permata yang tumbuh di dasar laut Cina ini sama halnya de­ ngan pepohonan yang tumbuh di perkukaan bumi. Begitu juga keajaiban yang ada di lautan India sebagai laut terbesar ketiga di dunia. Salah satu keajaiban yang terdapat di sebuah pulau lautan India ini adalah terdapatnya bebatuan yang gemerlap, namanya batu Dhahkatul Baahir. Keanehan yang terdapat pada bebatuan ini adalah apabila seseorang melihatnya, orang itu akan tertawa sekekita itu juga, dan orang tersebut akan terus tertawa karena melihat batu ini sampai ia meninggal. Wallahu alam.*** 21


LAPORAN UTAMA

22


Isbat Nikah, Pengakuan Negara dan Agama oleh Khiththati Foto: Jufrizal

Saya terima nikah anak bapak dengan mas kawin tersebut tunai,” ujar Lelaki itu mantab, peluh terlihat dari dahinya. “Bagaimana para saksi? Sah?” Tanya suara yang lain. “Sah” Sahut yang lain kompak. Prosesi akad nikah yang berlangsung di KUA (Kantor Urusan Agama) Ulee Kareng itu berakhir tak lama setelah kedua pasangan suami-istri baru itu menandatangani akta nikah. UU Perkawinan yang berlaku di Indonesia merumuskan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tanggga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Fiqih yang mengatur hal ihwal perkawinan disebut Fiqh Munakahat. Munakahat ini termasuk dalam ruang lingkup Muamalah secara umum yang mengatur hubungan antara sesama manusia. Karena ia memang mengatur hubungan suami istri dan antara keduanya dengan anak-anak yang lahir dalam kehidupan keluarga. Selain itu kajian tentang pernikahan ini sendiri sangatlah luas karena menyangkut tentang hubunganhubungan yang terbentuk karena sebuah perkawinan itu sendiri. Menurut Undang-Undang Pernikah tahun 1974 bahwa sahnya sebuah pernikahan itu ditentukan oleh agama dan kepercayaan masing-masing pihak sehingga apabila telah memenuhi rukun dan syarat sebuah perkawinan selain itu perkawinan yang sah itu juga harus dicatat oleh pemerintah sesuai dengan pasal 2 ayat (2) tentang pencatatan perkawinan. Akta nikah inilah nanti yang menjadi

Santunan - II/2015

bukti kuat bahwa telah terjadi pernikahan dan dokumen yang memiliki kedudukan penting dihadapan hukum. Unsur pokok dalam sebuah pernikahan adalah pasangan laki-laki dan perempuan yang akan kawin, akad nikah, keberadaan wali yang nantinya melangsungkan akat nikah tersebut, dua orang saksi yang melihat pernikahan itu secara langsung dan mahar. Namun dalam fiqih kekinian adanya sebuah pencatatan atau akta nikah juga menjadi hal yang penting. Prof. Dr. Syahrizal Abbas. MA, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh menyebutkan pencatatan nikah ini memang belum ada dalam Fiqih klasik namun sudah diatur dalam Fiqih moderen. “Sehingga pemerintah merasa bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan terhadap mereka yang sudah melakukan pernikahan yang sah secara syar’i untuk mendapatkan pengakuan negara dengan membuat akta pernikahan tersebut,” jelasnya. “Pencatatan itu adalah tambahan saja, kalau sudah mencukupi syarat dan rukunnya sebuah perkawinan itu telah sah” ungkap Drs. Tgk. H. Ghazali Mohd Syam, Ketua MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh). “Namun menurut tata hukum indonesia harus ada pencatatan itu pada akta nikah sehingga nanti semua kebutuhan isteri dan anak itu terpenuhi,” ujarnya lagi. Peraturan tambahan atau bersifat tawtsiqiy ini dilakukan dengan tujuan agar pernikahan di kalangan ummat Islam tidak liar, tetapi tercatat pada buku register Akta Nikah yang dibuat oleh pihak yang berwenang untuk itu yang diatur dalam peraturan perundangan administrasi negara. Fatwa Jad al-Haq Ali salah seorang 23


LAPORAN UTAMA ulama Mesir mengatakan tanpa memenuhi peraturan perundang-undangan pun, secara syar’iy nikahnya sudah dianggap sah, apabila telah melengkapi segala syarat dan rukun seperti diatur dalam Syari’at Islam. Namun Syekh Al-Azhar ini juga mengigatkan dalam fatwanya bahwa setiap warga negara tidak boleh seenaknya mengabaikan UU yang telah dibuat oleh negaranya , beliau juga menegaskan bahwa perauran perundangan yang mengatur pernikahan adalah hal yang mesti dilaksanakan setiap muslim yang mengadakan perkawinan, sebagai antisipasi bilamana diperlukan berurusan dengan lembaga peradilan. Kitab Al-Fiqh Al Islami Wa Adillatuhu karya Wahbah Al-Zulaily membagi syarat nikah menjadi dua yaitu syarat Syar’iy dan Syarat Tautsiqy. Syarat Syar’iy berbicara tentang keabsahan nikah yang dalam hal ini dilihat dari terpenuhinya syarat dan rukun yang telah ditetapkan oleh ketentuan agama. Sedangkan syarat Tautsiqy merupakan sesuatu yang telah dirumuskan yang kemudian menjadi bukti suatu tindakan atau perbuatan tersebut. Pentingnya pencatatan nikah ini menurut Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh, Drs. H. Jufri Ghalib, SH., MH, dikarenakan oleh Pencatatan perkawinan akan menimbulkan kemaslahatan umum karena dengan pencatatan ini akan memberikan kepastian hukum terkait dengan hak-hak suami/isteri, kemaslahatan anak maupun efek lain dari perkawinan itu sendiri. “Perkawinan yang dilakukan di bawah pengawasan atau di hadapan Pegawai Pencatat Nikah/Kantor Urusan Agama akan mendapatkan Akta Nikah sebagai bukti telah

dilangsungkannya sebuah perkawinan,” tambahnya kemudian. Akta Nikah merupakan akta autentik karena Akta Nikah tersebut dicatat dihadapan pegawai pencatat nikah yang merupakan pejabat yang berwenang untuk melakukan pencatatan sesuai peraturan pemerintah No 9 Tahun 1975 serta dibuat di Kantor Urusan Agama (KUA) atau tempat pegawai pencatat nikah. Namun walaupun Undang - undang mengharuskan adanya bukti perkawinan berupa akta nikah namun masih ada juga pasangan suami istri yang telah menikah tetapi tidak mempunyai kutipan Akta Nikah. “Biasanya Orang menyebut nikah tanpa adanya akta itu adalah nikah siri,” ungkap Tgk Ghazali Mohd Syam. “Namun nikah siri itu ada 2, yaitu yang sah dan tidak sah karena kurangnya rukun nikah,” katanya lagi. Menurut ketua MPU Aceh ini ada beberapa sebab yang membuat orang malas mencatatakan pernikahannya seperti mempunyai keinginan melakukan poligami. “Namun di Aceh ada juga yang melakukannya karena kondisi seperti ketika konflik, tsunami atau juga karena alasan ekonomi”. “Namun juga harus diingat apakah pernikahan sebelumnya yang dilakukan sudah sah atau belum harus di verifikasi sebelum nantinya melakukan Isbat Nikah,” pesannya. “Terkait masalah Isbat nikah itu bukanlah hal yang baru di Aceh, pasti banyak masyarakat yang sudah mengetahuinya,” tambah salah satu tokoh ulama Aceh ini lagi. hal yang sama juga diungkapkan oleh Jufri Ghalib bahwa

Pelaksanaan isbat nikah di salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat pertengahan April lalu. [Jufrizal]

24

pengesahan atau itsbat nikah diperlukan untuk pencatatan terhadap nikah yang belum dicatat dan nikah yang dapat diitsbatkan adalah nikah yang sah. Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 7 ayat (2) menyebutkan “Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akad nikah, dapat diajukan itsbat nikahnya ke Pengadilan Agama”. Sementara itu pasal 7 ayat (3) berbunyi: isbat nikah yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan: a. Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian; b. Hilangnya Akta Nikah; c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan; d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya UU No. 1 Tahun 1974; e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 Itsbat sendiri berasal dari kata Bahasa Arab yang berarti penetapan, pengukuhan, pengiyaan yang kemudian diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi isbat. Kamus besar Bahasa Indonesia merumuskan bahwa Isbat Nikah adalah penetapan tentang kebenaran (keabsahan) nikah. Itsbat nikah adalah pengesahan atas perkawinan yang telah dilangsungkan menurut syariat agama Islam, akan tetapi tidak dicatat oleh KUA atau PPN yang berwenang. Rumusan ini diambil dari Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor KMA/032/SK/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan. Perintah pencatatan nikah sendiri dalam hukum islam, setidaknya dapat dilihat pada dua alasan, yaitu qiyas dan maslahah mursalah. Pada pencatatan kegiatan Mudayanah dalam situasi tertentu diqiyaskan pada surat Al - Baqarah ayat 282 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya ...” sehingga diambil pendapat bahwa apabila akad hutang piutang atau hubungan kerja yang lain harus dicatatkan, mestinya akad nikah yang begitu luhur, agung, dan sakral lebih utama lagi untuk dicatatkan. Akad nikah bukanlah muamalah biasa, namun adalah perjanjian yang sangat kuat seperti yang dimuat dalam surat An-Nisa’ ayat 21 yang artinya “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” Sementara itu jika dilihat dari maslahah mursalah atau sesuatu yang tidak dilarang dan juga tidak ada dalam syariat namun hadir atas dasar kebutuhan masyarakat, kemaslahatan merupakan salah satu prinsip penerapan hukum dalam


Sidang isbat terpadu di gedung DPRK Aceh Barat Daya, akhir Februari lalu. [Khairul Umami]

islam sehingga isbat nikah merupakan sebuah kemaslahatan yang diperlukan oleh masyarakat. Permenag No. 3 Tahun 1975 yang dalam pasal 39 ayat 4 menentukan bahwa jika KUA tidak bisa membuatkan duplikat akta nikah karena catatannya telah rusak atau hilang atau karena sebab lain, maka untuk menentukan adanya nikah, talak, cerai, atau rujuk, harus ditentukan dengan keputusan (dalam arti penetapan) Pengadilan Agama. “Kewenangan Mahkamah Syar'iyah dalam menangani permohonan itsbat nikah sama dengan kewenangan Pengadilan Agama di Provinsi lain baik berdasarkan kompetensi absolut maupun kompetensi relatif,” ujar Ketua Mahkamah Syar’iyah, Jufri Ghalib. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 dan Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2002 telah menentukan kewenangan Mahkamah Syar'iyah untuk menerima, memeriksa, mengadili dan memutuskan perkara dalam bidang : Ahwalul al-Syakhshiyah, Mu'amalah dan Jinayah. “Adapun itsbat nikah termasuk dalam bidang ahwalul alsyakshiyah,” lanjutnya lagi. Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh juga memberi penjelasan tentang ketentuan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan dan peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tatacara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Hal ini dilakukan menurut Jufri Ghalib untuk mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara Nasional guna

Santunan - II/2015

memberi perlindungan dan pengakuan terhadap penetuan status pribadi dan status hukum atas peristiwa kependudukan serta peristiwa penting yang dialami penduduk dan dengan memperhatikan tuntutan masyarakat yang semakin tinggi mengenai kepastian identitas hukum bagi pasangan suami isteri yang tidak tercatat di KUA dimana pasangan yang ingin mencatat perkawinannya di KUA memerlukan itsbat nikah oleh Pengadilan Agama. “Sedangkan mayoritas permohonan itsbat nikah yang diajukan masyarakat ke Pengadilan Agama melalui pelayanan terpadu adalah masyarakat tidak mampu secara financil maka dikeluarkalah Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor Tahun 2004 tentang Tatacara Pelayanan dan Pemeriksaan Perkara Volunter Intsbat Nikah dalam Pelayanan Terpadu,” tuturnya lagi. “Tanpa bermaksud menutup kemungkinan alasan yang lain, biasanya orang memohon penetapan itsbat nikah karena ingin mendapatkan kutipan buku nikah bagi mereka yang pernikahannya belum terdaftar, untuk melengkapi dokumen lampiran dalam pengurusan pensiun bagi mereka yang buku nikahnya telah hilang” cerita Jufri Ghalib saat ditanya tentang alasan pasangan melakukan Isbat Nikah. Alasan lainnya diungkapkan oleh Hj. Ainal Mardhiah, S.Sos, MM Kepala Dinas Registrasi Kependudukan Aceh, bahwa Akta nikah itu nantinya menjadi salah satu syarat penerbitan Akta Kelahiran bagi anak. “Akta itu penting untuk pengurusan dokumen

lainnya nanti, sehingga juga nantinya hakhak anak itu terlindungi,” tambah Kepala Dinas paling bungsu di Aceh itu. “Mereka yang selama ini tidak memiliki Kartu Keluarga karena tidak mempunyai Buku Nikah, setelah adanya penetapan isbat nikah akan mudah mengurus Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran anak-anak mereka sehingga sudah tidak kesulitan untuk masuk sekolah, tidak hanya itu calon jamaah haji yang tidak mempunyai Buku Nikah sangat terbantu dengan itsbat nikah oleh Pengadilan Agama untuk mengurus paspor,” jelas Ainal Mardhiah tersenyum. Kepastian Hukum yang ditimbulkan oleh adanya isbat nikah kepada status perkawinan serta status anak akan memberikan kepastian hukum juga terkait harta pernikahan itu, sehingga dengan adanya isbat penyelesaian sengketa harta pernikahan dapat merujuk kepada perundang undangan yang ada. “Ketika hak isteri dan anak tidak terpenuhi, mereka juga nantinya yang paling dipermasalahkan terkait hak hak faraid (warisan),” papar Ketua MPU Aceh. Di Aceh paska Konflik dan Tsunami didapatkan halsil penelitian bahwa banyaknya masyarakat yang sudah menikah namun tidak mencatatkan diri atau tidak mempunyai akta perkawinan. “Pemerintah Aceh dalam hal ini mengambil sebuah tindakan untuk melindungi rakyatnya dengan pelaksanaan Isbat Nikah Terpadu,” ungkap Syahrizal Abbas, Kepala Dinas Syariat Islam. “Ini sangat penting dan juga bentuk perlindungan yang diberikan,” tuturnya lagi.*** 25


LAPORAN UTAMA

Isbat Nikah

Massal dan Terpadu S elasa tanggal 26 Mei 2015 suasana kantor Bupati Pidie Jaya lebih ramai dari biasanya. Hari ini akan dilakukan sidang Isbat pernikahan terhadap beberapa pasangan suami istri. Setelah melakukan verifikasi, akhirnya 25 pasangan yang akan melakukan persidangan terpadu perdana yang dananya diambil dari kas daerah Aceh. Namun nantinya 25 pasangan yang terdaftar hanya 24 yang menghadiri acara yang difasilitasi oleh Dinas Syariat Islam tersebut. Menurut Prof. Dr. Syahrizal Abbas, MA “Kegiatan ini merupakan Program Pemerintah Aceh untuk memberikan perlindungan Hukum terhadap Korban Konflik, Tsunami dan juga fakir miskin untuk mendapatkan Akta perkawinan dan Akta kelahiran.”pernikahan yang sah menurut hukum agama namun tidak mempunyai dokumen resmi tidak mendapatkan pengakuan dari negara memiliki efek juga nantinya,” tambah dosen ini lagi. Isbat Nikah terpadu ini memberikan pelayanan secara One day service dan Free Service. Saat itu Mahkamah Syar’iyah, Kementerian Agama serta Dinas Registrasi penduduk dihardirkan sekaligus. Kegiatan serupa nantinya juga akan dilaksanakan di

Aceh Timur, Aceh Tengah, Aceh Jaya dan Aceh Barat Daya. “Sebenarnya Isbat nikah terpadu ini direncanakan dapat dilaksanakan pada tahun 2014 namun karena keterbatasan dana tertunda setahun,” kata Drs. H. Hamdan, MA, Kabid Urais dan Binsyar Kanwil kementerian Agama Aceh . “Awalnya ada LSM Logica yang memberikan data hasil penelitian mereka setelah Tsunami tentang adanya warga masyarakat yang tidak mempunyai akta nikah, jumlahnya pada saat itu ada 3.705 pasangan yang tersebar di Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Timur dan Aceh Tengah,” sambungnya lagi. Mengangap penting mengenai isu hasil penelitian tersebut Kanwil Kemenag Aceh mengirim tim ke Jakarta untuk membahas masalah ini lebih lanjut dengan kementerian Agama Pusat. Usulan diterima lalu melalui kantor KUA kecamatan pendataan ulangpun dilakukan “Ada 11.788 yang berkeinginan mendapatkan akta nikah, namun baru 2.181 yang terpenuhi,” ungkap Hamdan. Prosedur pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu kantor urusan agama di kecamatan melaporkan ke kantor Kementerian Agama di Kabupaten/Kota

Bupati Aceh Barat Daya, Jufri Hasanuddin menyerahkan buku nikah secara simbolis usai penandatanganan MoU tentang Pelayanan Terpadu Isbat Nikah, Selasa (24/2) di ruang sidang DPRK, Blangpidie. [Khairul Umami]

26

kemudian ke Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh dan terakhir akan dilaporkan kepada Dinas Syariat Islam selaku fasilitator pelaksanakan Isbat nikah secara terpadu. Kabupaten Aceh Barat Daya adalah lokasi pertama pelaksanaan Isbat nikah massal dan terpadu namun saat itu masih menggunakan dana dari anggaran Kabupaten belum menggunakan uang yang dikeluarkan oleh Pemerintah Aceh. Pelaksanaannya ketika itu di bantu oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat. Menurut Hamdan, program tersebut dianggap penting karena membantu pasangan yang telah menikah tanpa akta mendapatkan hak mereka sebagai warga negara terlebih lagi jika anak mereka nantinya ingin melanjutkan jenjang pendidikan. 2.181 buku nikah yang sudah dikeluarkan sampai pertengahan tahun 2015 ini nantinya akan ada permintaan pertambahan jika permintaan melebihi. “Kalau untuk isbat nikah terpadu ini sudah pengecualian karena ada dalam permintaan yang khusus, untuk tahun ini ada 400 buku yang diangarkan,”terang Hamdan. Pada hari dilaksanakan Isbat Nikah para pasangan yang sudah menikah itu akan melewati tiga meja. meja pertama adalah persidangan untuk mendapatkan amar putusan pembuktian bahwa telah menikah sesuai hukum agama Islam yang diselengarakan oleh Mahkamah Syar’iyah, lalu ke meja pencatatan akta nikah (buku nikah) yang diselengarakan oleh Kementerian Agama (KUA) yang terakhir tempat untuk membuat akta kelahiran anak oleh Disbudukcapil (Dinas Registrasi Kependudukan Aceh). Ketua Mahkamah Syar’iyah Drs. H. Jufri Ghalib, SH., MH menjelaskan tupoksinya yang terkait dengan itsbat nikah, yaitu menaksir biaya perkara isbat nikah sesuai peraturan perundang-undangan yang ber­­ laku, melakukan regestrasi perkara permo­ hon­ an itsbat nikah yang telah memenuhi syarat, menetapkan hakim yang bersidang untuk setiap perkara, menjadwalkan hari sidang, melakukan panggilan pemohon untuk sidang. “Kemudian menyelenggarakan persidangan pada hari yg telah ditentukan untuk mendengar dan mengkomfirmasi permohonan itsbat nikah pada pemohon, mendengar saksi-saksi yang diajukan oleh


pemohon dan mengeluarkan penetapan itsbat nikah dengan menyerahkan satu berkas salinannya kepada Pemohon sebagai dasar untuk pendaftaran nikahnya pada KUA Kecamatan setempat,” katanya lagi. Pada tanggal 26 mei 2015 itu tidak hanya KUA yang mengeluarkan Akta Nikah, namun ada juga 54 Akte kelahiran yang diterbitkan kepada putra-putri pasangan yang hadir. “Biasanya akte kelahiran itu tidak bisa dikeluarkan begitu saja tetap saja harus memenuhi syarat dan kemudian di verifikasi yang waktu bisa mencapai sebulanan tergantung pada pemenuhan syarat,” ungkap Hj. Ainal Mardhiah, S.Sos, MM. Terkait penyediaan blangko akte kelahiran Ainal Mardhiah mengakui bahwa bahwa setiap tahunnya penyediaan sudah terpenuhi. Namun dikarenakan ada isbat nikah terpadu ini blangkonya diperbanyak dan akan diterus dipantau dan dilihat sehingga kalau sudah habis langsung dikirim lagi. “Karena masih ada beberapa kabupaten dan kota lainnya yang akan melaksanakan dan dimasing-masing tempat ada 25 pasangan maka blangko akan terus dipenuhi sesuai kebutuhan,” sambungnya lagi. Adanya KK (Kartu Keluarga), KTP dan adanya catatan kelahiran oleh saksi apakah orang tersebut membantu proses kelahiran, mengetahui kelahiran anak seperti keluarga atau tokoh masyarakat merupakan syarat yang diperlukan untuk mengeluarkan sebuah akte kelahiran. “Masyarakat sangat antusias dengan adanya proses isbat nikah terpadu ini selain tanpa biaya namun proses yang cepat menambah baiknya respon yang diberikan,”kata Ainal Mardhiah. Menurutnya walaupun seluruh pembuatan dokumen kependudukan itu gratis setelah adanya UU No 24 tahun 2013 namun untuk mengelar sidang isbat nikah ada biaya yang harus diberikan kepada pengadilan yang nantinya terkait dana persidangan diluar persidangan. Hal yang serupa juga disampaikan Jufri Ghalib terkait dengan dana yang harus dikeluarkan terkait digelarnya sidang Isbat Nikah.”Mengenai biaya yang diperlukan untuk disetor ke rekening biaya perkara pada bank yang ditunjuk oleh Mahkamah Syar'iyah (MS),” terang Jufri Ghalib. Pentingnya kebutuhan dokumen terkait pernikahan membuat Pemerintah sangat peduli terhadap tersediannya dokumen pernikahan selain itu terus perlunya ada pembekalan kepada penyuluh agama di gampong-gampong tak hanya kepada da’i saja.”Kita selalu mencoba meyakinkan masyarakat bahwa setiap perbuatan hukum dalam syariat juga mengikut sertakan hukum agama,” ujar Syahrizal Abbas. ”Menurut data yang diperoleh hampir lima ribu pasangan di Aceh menikah tidak tercatat namun nikah isbat nikah terpadu pada tahun 2015 hanya tersedia dana untuk

Santunan - II/2015

150 KK saja sedangkan nantinya di tahun 2016 jumlahnya akan dipertimbangkan lagi,” lanjutnya lagi. Pembatasan jumlah ini dikarena isbat nikah terpadu mempunyai sistem yang berbeda. Isbat nikah biasa permohonannya langsung diajukan oleh pemohon ke Mahkamah Syar'iyah dan sidangnya dilakukan di kantor Mahkamah Syar'iyah atau tempat lain yang ditentukan oleh Mahkamah Syar'iyah dalam kegiatan sidang keliling (sidang di luar gedung pengadilan). “Sedangkan itsbat nikah terpadu pelaksanaan dan pembiayaannya dikoordinir oleh Pemerintah Daerah atau Lembaga Swadaya Masyarakat secara terpadu untuk mempercepat proses penerbitan identitas hukum kepada masyarakat di mana intansi terkait yang berwenang seperti Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, KUA yang dikoordinir Kementerian Agama Kab/Kota dan Mahkamah Syar'iyah Kab/Kota bekerja satu atap dalam sebuah tim di tempat yang telah disepakati sebelumnya,”papar Ketua Mahkamah Syar’iyah Aceh. Kabid Urais dan Binsyar Kanwil Kemenag Aceh mengharapkan masyarakat yang belum memiliki akta nikah untuk segara melapor. “Jangan ragu,” tegas Hamdan. Hal yang serupa juga disampaikan oleh kepala Dinas Syariat Islam Aceh. “Kepada masyarakat harap melapor kepada kantor depag kabupaten atau kota.” “Kepada semua stekholder juga memberi pemahaman bahwa penyediaan dokumen hukum ini sangat penting sehingga demi kemaslahatan bersama untuk juga mengangarkan dana disetiap kabupaten dan kota,” lanjutnya lagi. Ketua Mahkamah Syar’iyah juga menghimbau kepada masyarakat yang kutipan buku nikahnya sudah hilang atau rusak akibat kebakaran, kebanjiran, tsunami atau dimakan rayap untuk segera meminta duplikatnya di KUA Kec tempat ia melangsungkan nikah. Apabila di kantor KUA tidak ditemukan lagi data pernikahannya maka segera mengajukan permohonan itsbat nikah ke Mahkamah Syar’iyah supaya setelah mendapatkan penetapan isbat nikah dapat didaftarkan ulang dan dikeluarkan kutipan buku nikah baru oleh KUA. Sedangkan bagi mereka yang belum sempat mendaftarkan nikahnya di KUA akibat konflik dan gangguan keamanan maka segera mengajukan permohonan isbat nikah secara terpadu atau biasa. “Untuk diketahui bahwa pelayanan itsbat nikah secara terpadu hanya dilaksanakan pada masa tanggap darurat saja dengan batas waktu tertentu dalam rangka melayani itsbat nikah terhadap pernikahan yang berlangsung pada saat konflik atau di tempat yang KUA nya tidak berfungsi karena bencana alam atau sebab lainnya,” sambung Jufri Ghalib lagi. Ainul Mardhiah selaku Kepala Dinas

Registrasi Kependudukan Aceh juga berpesan kepada masyarakat yang belum mempunyai akta kelahiran dapat mendaftarkan anaknya ke Disdukcapil dengan cara membawa semua persyaratan yang diperlukan atau melaporkan melalui kantor Keuchik di gampongnya. “Harus diingat bahwa kemungkinan terburuk karena tidak tercatatnya dokumen hukum ini adalah haknya sebagai warga negara bisa tidak terpenuhi atau bahkan lebih buruk lagi bisa kehilangan status kewarganegaraannya,” lanjut Ainul Mardhiah di akhir wawancara. [khiththati]

Yang perlu DIKetahui - Biaya pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang harus disetor ke kas negara, terdiri dari: - biaya pendaftaran Rp 30.000,- biaya redaksi Rp 5000,- Biaya materai Rp 6000,- Biaya ATK Rp 50.000,- Biaya panggilan pemohon, terdekat Rp 75.000,- terjauh Rp 150.000,- (wilayah Mahkamah Syar’iyah Calang). Besarannya tidak sama untuk setiap MS, tergantung pada Penetapan Biaya Perkara yang dibuat oleh Ketua MS yang berlaku untuk wilayah yurisdiksinya masing-masing untuk jangka waktu minimal satu tahun. Hal lain yang perlu anda ketahui: - Permohonan itsbat nikah harus diajukan oleh kedua belah pihak (suami dan isteri) secara langsung. - Perkara volunter itsbat nikah yang diperiksa dan dilaksanakan dalam pelayanan terpadu dapat disidangkan dengan Hakim Tunggal. - Jurusita dapat menyerahkan relaas panggilan sidang kepada para pemohon secara kolektif melalui instansi/pelaksana yang bertanggungjawab melaksanakan pelayanan terpadu. - Untuk pembukuan biaya panggilan, yang dimasukkan dalam buku jurnal adalah panggilan radius terjauh/tersulit, apabila radiusnya sama maka hanya salah satu biaya panggilan sedangkan yang lain diisi nihil. - Permohonan perkara voluntair itsbat nikah yang dikabulkan langsung mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde) sesaat setelah penetapan tersebut diucapkan.***

27


DAYAH

Babussalam Al-Aziziyah Dayah Salafi dengan dukungan IT oleh Zarkasyi Yusuf. Foto-foto: Ihsan Jenif

S

ekitar 200 meter dari arah barat Keudee Jeunieb, di bibir jalan lintas Sumatera (Medan – Banda Aceh), berdiri sebuah gedung bertingkat sepanjang 52 meter dengan nuansa perpaduan arsitektur timur dan modern. Empat buah kubah berwarna kuning emas menjulang di atas gedung, seakan memberi pesan bahwa Islam akan selalu berjaya laksana gedung megah yang kokoh di tanah itu. Di tengah-tengah gedung terdapat sebuah gerbang besar yang diapit oleh tembok besar yang menjulang tinggi di sisi kanan dan kiri. Pemandangan tersebut menghanyutkan jiwa seakan berada di depan tembok konstatinopel, Istambul, Turkey yang pernah ditaklukkan oleh Sultan AlFatih beberapa abad lalu. Tepat di mulut gerbang yang megah itu, terpancang sebuah pamplet berwarna hijau dengan coretan tinta berwarna emas bertulis “Yayasan Pendidikan Islam, Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Gampong Blang Me Barat, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen”. Tulisan itu mempertegas bahwa

28

gedung tersebut adalah salah satu gedung milik Dayah Babussalam Al-Aziziyah dan gerbang yang ada di tengahnya adalah pintu memasuki komplek ‘Kebun Surga’ tersebut. Hari sudah menjelang senja, kaki langit di ufuk barat mulai menguning, menandakan matahari akan segera terbenam. Beberapa orang tua santri terlihat hilir mudik digerbang; keluar masuk komplek dayah seraya menenteng kantong plastik di tangan, mereka datang untuk menjenguk anaknya yang mondok di dayah ini, sementara seorang petugas piket posko dengan seragam putih dan kain sarung, sigap di pintu gerbang melayani setiap tamu yang datang. Dari arah gerbang, terlihat satu unit musalla dua lantai yang bendiri indah tepat ditengah komplek dayah. Bangunan yang kira seluas 19 x 10 meter itu menjadi pusat kegiatan ibadah keseharian santri dayah. Di pojok kanan belakang, terdapat tangga kayu yang menghubungkan lantai pertama dengan lantai kedua. Jika musalla lantai pertama dijadikan sebagai pusat ibadah santri, lantai dua musalla ini merupakan

pusat pengembangan dakwah dan Informasi Teknologi (IT) Dayah Babussalam AlAziziyah. Sungguh mengharukan, selain fokus menyelenggarakan pengkajian kitab kuning, juga serius menjalankan misi dakwah melalui berbagai media yang ada. Pelataran lantai dua musalla dayah ini disekat dengan kaca hitam tembus pandang menjadi lima ruangan. Disudut timur, terdapat ruang aula dengan fasilitas AC, panggung utama lengkap dengan proyektor dan soundsystem. Selain sebagai ruang rapat dan pertemuan pengurus dayah, ruang ini juga dijadikan sebagai balai utama tempat para dewan guru belajar kitab dari mudir (pimpinan). Di sebelahnya juga terdapat ruang kaca yang dipintu masuknya tertulis “Dayah Multmedia Aceh”. Di dalamnya terdapat tiga unit computer di tiga meja berbeda. Beberapa teungku terlihat khusyuk di depan komputer seraya memencetmencet keyboard komputer. Ya, mereka sedang menulis butiran-butiran ilmu untuk dibagikan ke dunia maya melalui situs www.


dayahmultimedia.com, website dakwah yang dikelola dayah tersebut bermateri nilai-nilai ilmu pengetahuan dan kegiatan keagamaan. Dayah multimedia adalah bagian dari Dayah Babussalam Al-Aziziyah yang dibangun sebagai wadah melatih santri memanfaatkan IT untuk kemudian menjadikannya sebagai tranformasi ilmu melalui dunia maya. Upaya tersebut dilakukan untuk melahirkan santri dayah yang visioner dibidang dakwah dan memiliki kemampuan untuk menyebarkan ilmu agama tanpa terbatas ruang dan waktu. Ini adalah terobosan yang patut diapresiasi. Di ruang sebelahnya, bersebelahan dengan ruang laboratorium komputer, seorang teungku yang terlihat memakai headshet besar melingkar di kepala khusyuk di dalam ruang kedap suara. Sambil mengoperasikan komputer, bibirnya terus bergerak melafazkan kata-kata. Di atas pintu masuk ke ruang tersebut tertulis, “Studio Radio Yadara FM, 92,8 MHz”. Ya, teungku tersebut sedang berbicara pada orang-orang yang mendengarnya melalui frekuensi Radio FM, 92,8 MHz. Dari ruangan tersebutlah semua materi yang tersaji di frekuensi 92,8 MHz disiarkan. Sejak satu tahun terakhir, nama Dayah Babussalam Al-Aziziyah memang kerap terdengar di telinga masyarakat Kabupaten Bireuen, Pidie Jaya, Bener Meriah dan sebagian Wilaya Pidie, Takengon, Lhokseumawe dan Aceh Utara. Bukan tanpa alasan, Radio Yadara FM yang sedang manja di telinga pendengarnya kerapkali menyebut-nyebut nama dayah tersebut. Selain pada jingle radio yang diputar secara berkala, pengisi materi yang disiarkan melalui radio tersebut juga umum adalah teungku-teungku dayah Babussalam AlAziziyah Jeunieb tersebut. Berbeda dengan radio lain, radio yang berslogan “Radio Syiar dan Informasi” itu

menyajikan materi-materi yang sarat dengan nilai-nilai pengetahuan Islam. Pengajian kitab kuning, mau’izah, renungan dan materi-materi lain yang kental dengan syiar Islam. Media radio itu juga menjadi media bagi teungku-teungku dayah setempat untuk berbagi ilmunya dengan masyarakat luas. Dan kehadiran radio tersebut disambut baik oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Dengan terobosan-terobosannya, Dayah Babussalam Al-Aziziyah sudah melompat jauh ke depan dari usianya. Langit semakin semakin gelap, jam menunjukkan pukul 19.30 wib. Santri baru saja selesai melaksanakan rangkaian shalat magrib dan wirid berjama’ah. Setelah melepas lelah sejenak, para santri yang berjumalah sekitar 300-an orang, bergegas keluar musalla menuju ruang belajar masing-masing. Para santri yang berasal dari berbagai kabupaten di Aceh ini seakan tidak ingin membuang-buang waktu. Bagi mereka waktu benar-benar ibarat pedang. Ya jika ia tidak mampu dikendalikan maka ia yang akan mengendalikan kita. Di dayah ini jadwal belajar mengajar terbilang padat, pengajian rutin 3 kali sehari semalam, malam, pagi dan malam dengan kurikulum standar yang umumya diberlakukan di dayah-dayah lain di Aceh. Dayah Al-Aziziyah merupakan salah satu dayah tua di Aceh. Dayah yang sebagian besar halaman depannya tertata indah dengan lantai keramik dan paplingbloc itu sudah dirintis sejak tahun 1964 oleh Tgk H. Abdul Wahab Hasballah atau biasa disapa Abu Wahab Jeunieb. Beliau merupakan salah satu ulama jebolan Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan yang berperan aktif menghidupkan syiar Islam di Kabupaten Bireuen bersama Abon Abdul Aziz Samalanga dan Abu Tumin Blang Bladeh yang juga jebolan dayah yang sama.

Pada tahun 2001, Abu Wahab Jeunieb kemudian mempercayakan tampuk kepemimpinan Dayah Babussalam AlAziziyah ini kepada salah satu putra beliau, Tgk H Muhammad Yusuf H Abdul Wahab. Sosok yang biasa disapa Tu Sop Jeunieb ini merupakan alumnus Ma’had Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya, Samalanga era 90-an. Di tangan sosok ulama muda Aceh inilah, Dayah Babussalam Al-Aziziyah menjadi salah satu dayah yang disegani di kabupaten Bireuen khususnya dan Aceh umumnya. Dalam perjalanannya, dayah yang juga dikenal dengan sebutan “Bale Hameh” ini tampil berbeda dengan dayah lain di Aceh pada umumnya. Banyak teobosan-terobosan hasil prakarsa dayah ini yang tidak lazim didapatkan di dayah lain di Aceh. Misalnya program pengembangan Informasi Teknologi (IT), pengembangan media dakwah dan center majlis ta’lim Minhajul ‘Abidin. Akan tetapi hal ini tentu tidak menafikan prestasi dayah ini di bidang pendidikan. Pada bidang pendidikan, santri dayah ini juga menoreh prestasi dalam beberapa even. Antara lain Juara 1 musabaqah tafsirul quran bahasa Indonesia pada MTQ ke XXX, Juara 2 lomba baca kitab I’anatut Thalibin antar dayah se-kabupaten Bireuen dan beberapa juara pada even lain, baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten. Demikian sekelumit kisah tentang Dayah Babussalam Al-Aziziyah ini. Semoga seiring perkembangan zaman dayah ini mampu tampil menyahuti perkembangan dalam menjawab problematika ummat. Cerita tentang dayah ini saya peroleh saya berdiskusi dengan Teungku Ikhsan Muhammad Jafar, salah seorang guru senior Dayah Babussalam Jeunib pada tanggal 8 Juni 2015. saya berangkat ke Bireuen untuk memberikan sosialiasi Aplikasi Sistem Informasi Alumni Dayah Aceh (SiADA).***

Visi Menciptakan generasi muda untuk bisa menganyomi masyarakat dimasa yang akan datang dalam segala bidang terutama dalam bidang keagamaan serta mewarisi khazanah keislaman untuk melahirkan generasi Islami yang terampil. Misi 1. Menyelenggarakan pendidikan yang berbasis masyarakat islami 2. Menyelenggarakan pelatihanpelatihan dan kegiatan ilmiah 3. Memperkuat jaringan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka penguatan ilmu pengetahuan 4. Menyelenggarakan kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan Santunan - II/2015

29


RESENSI

Mengurai Hikmah di balik Penciptaan Makhluk Tentang Penulis Imam yang dikenal sebagai Hujjah al-Islam alGhazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali athThusi an-Naisaburi. Beliau seorang fakih dan sufi bermazhab Syafi’i dalam fiqih dan mengikuti firqah Asy’ari dalam hal akidah. Al-Ghazali lahir di kota Thus pada tahun 450 H tempat dimana ia mempelajari ilmu fiqih pada masa kanak-kanaknya sebelum datang ke Naisabur untuk mendapatkan pelajaran-pelajaran yang diberikan Imam alHaramain. Pada usia 39 tahun al-Ghazali datang ke Damaskus dalam waktu yang tidak lama, dan setelahnya melanjutkan ke Baitulmaqdis dan mulai mengarang kitabnya al-Ihya’ untuk melawan hawa nafsu, merubah akhlak, memperbaiki tabiat dan membersihkan kehidupannya. Al-Ghazali telah melahirkan sekian banyak karya, namun para peneliti menemukan jumlah yang berbeda atas karangannya. As-Subki menyebut 58 karangan, sementara Thasy Kubra Zadah menemukan 80 karangan. Dr. Abdurrahman Badawi bahkan menemukan 457 karangan alGhazali. Dari jumlah tersebut tentu saja membutuhkan ruang yang sangat lebar untuk menyebutnya sacara utuh. Namun beberapa dari karya beliau adalah; Ihya ‘Ulum ad-Din (Bulaq, 1269 H), Al-Adab fi ad-Din (Kairo 1910 M), Al-Arba’in fi Ushul ad-Din (Kairo, 1910 M), Asas al-Qiyas (mesir, 1907 M), Al-Iqtishad fi al-I’tiqad (Kairo, 1320 H), Tahafut al-Falasifah (Kairo, 1302). Menurut Ibn ‘Asakir, al-Ghazali berpulang ke rahmatullah pada Senin 14 Jumadilakhir 505 H. Sebuah pesan yang dicatat Ibn al-Jauzi ketika al-Ghazali diminta pesannya oleh salah seorang sahabatnya “Berilah aku pesan”, maka al-Ghazali menjawab, “Hendaklah engkau selalu ikhlas.” Ia terus mengulangi pesannya itu sampai wafat. 30

Judul Buku Keajaiban Penciptaan Makhluk Judul Asli Al-Hikmah fi Makhluqatil Azza wa Jalla Karya Imam Ghazali Penerjemah Ali Yahya, S.Psi. Penerbit Zaituna, Jakarta Cetakan Pertama, April 2011 Tebal 201 halaman

Ulasan Buku Buku yang berisi sekumpulan hikmah penciptaan ini telah ditahqiq oleh Muhammad ‘Abdul Khaliq ‘Abdul Qadir Ahmad ‘Atha. Karya asli dari karya ini telah dicetak beberapa kali di Kairo pada tahun 1321 H, 1905 M, dan 1908 M. Cetakan pertamanya sesuai dengan naskah tulisan tangan yang terdapat di Berlin. Buku ini diterjemahkan dengan mengikuti tata Bahasa Arab, sehingga membacanya penuh sentuhan jawi dan Bahasa-bahasa yang sejuk. Pesan inti dari buku ini sebenarnya menuntun dan menunjukkan jalan untuk mengenal Allah dan mengagungkan-Nya dengan cara mengetahui dan memahami makhluk-makhluk-Nya. Dengan memikirkan keajaiban-keajaiban ciptaan-Nya dan memahami hikmah tentang bermacam-macam buatan-Nya, maka semua itu menyebabkan keyakinan yang kuat. Semua hati akan tergugah ketika benar-benar memahami makna yang terkandung dalam QS. Qaaf : 6 misalnya, ketika Allah berfirman; “Maka apakah mereka tidak memperhatikan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikan dan menghiasinya, dan langit itu tidak mempunyai retak sedikitpun.” Dengan perenungan alam pikiran, Anda akan mendapatkan bahwa ia bagaikan sebuah rumah yang dibangun dan di dalamnya tersedia semua yang dibutuhkan oleh rumah itu. Langit ditinggikan bagaikan atap, bumi dihamparkan bagaikan lantai, bintangbintang dipasang bagaikan pelita, dan permatapermata disimpan bagaikan simpanan. Semua itu disiapkan dan disediakan untuk kepentingan alam itu sendiri. Manusia bagaikan pemilik rumah yang dianugerahkan itu dengan segala isinya. Berbagai jenis tumbuhan disediakan untuk kebutuhannya dan bermacam-macam hewan diberikan untuk kepentingannya. Lihatlah bumi yang terhampar begitu luas


Boy Abdaz

agar makhluk dapt berpindah-pindah untuk mencari kebutuhan-kebutuhan mereka. Sungguh jika bumi diciptakan bergetar, maka manusia tidak dapat bekerja dengan teliti. Seberapa besar karunia-Nya yang terkandung di dalam perut bumi? Emas, perak, yaqut, zamrud, besi, tembaga, timah, arsenic, marmer, kapur dan minyak adalah kandungan yang memberi manfaat kepada manusia. Keadaan bumi yang lunak juga membuat manusia dapat menggali sumur-sumur dimana saja ia perlukan. Siapakah kita sehingga Allah SWT menciptakan berbagai binatang untuk kebutuhan manusia? �Dan Dia telah menciptakan kuda, bighal, dan keledai agar kamu menungganginya dan menajdikannya sebagai perhiasan.� (QS. AnNahl : 8). Allah menciptakannya dengan daging yang melekat pada tulang-tulang yang keras yang menahannya, dengan urat-urat dan saraf yang keras. Sebagiannya menyatu dengan sebagian yang lain. Dan binatang-binatang itu diciptakan-Nya dengan keadaan mampu melihat dan mendengar agar manusia dapat mengambil manfaat darinya, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dikehendaki manusia. Masih kurangkah alasan untuk bersyukur? Buku ini mengangkat sub tema dengan berlandaskan satu atau beberapa ayat alQuran yang diuraikan dengan perumpamaanperumpamaan yang mengajak nalar untuk menelisik hal-hal yang tidak umum. Seperti menggambarkan semut yang memperoleh ilham untuk berkumpul dan tolong menolong dalam mengumpulkan makanannya, dan menyiapkannya untuk saat-saat ia tidak dapat keluar karena panas atau dingin. Dan bagaimana ketika mereka membagi biji-bijan yang telah mereka kumpulkan untuk menghindari biji-bijian itu tumbuh akibat kelembaban tanah. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Santunan - II/2015

Di akhir bukunya, al-Ghazali mengajak untuk memperhatikan tentang keindahan dan keajaiban penciptaan makhluk. Jika anda memikirkan sesuatu yang paling dekat dengan Anda yaitu diri Anda sendiri maka Anda akan melihat padanya keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda yang telah diingatkan, bahkan lebih dari itu. Kemudian jika Anda benar-benar memperhatikan tempat Anda menetap, yaitu bumi, dan Anda terus memikirkan tentang semua yang dijadikan di dalamnya dan di atasnya, yaitu gunung-gunung yang tinggi, lautan-lautan yang meluap yang mengelilinginya, sungai-sungai yang mengalir di atasnya, berjenis-jenis tumbuhan dan pohon-pohonan yang tersebar, hewan-hewan berserakan di atasnya, dan hal-hal lainnya yang dapat diambil sebagai pelajaran dan memikirkan luas jangkauannya, maka Anda akan mengetahui kelemahn makhluk untuk meliputi semua arah dan sisinya. Lalu pikirkanlah bagaimana Anda dapat melihat matahari yang 160 kali lebih besar dari bumi dan bintang yang 100 kali lebih besar dari bumi dan juga bulan yang semua terhimpun dalam sebuah pandangan mata Anda, padahal mata itu kecil? Dengan mata, Anda mengetahui jarak dan ketinggian benda itu dari Anda. Anda tidak ragu bahwa dalam sekejab saja angkasa bergerak seperti planet, sehingga gerakannya dalam sesaat 100 kali gerakan bumi atau lebih dari itu, namun Anda tidak merasakannya. Di bagian akhir buku ini al-Ghazali juga mengarahkan pikiran kita untuk memperhatikan hal-hal yang ghaib seperti penciptaan malaikat yang agung, apa yang dikabarkan oleh Jibril as kepada Nabi SAW tentang Israfil, di mana Jibril mengatakan, “Bagaimana jika engkau melihat Israfil. Sesungguhnya Arsy berada di atas pundaknya dan kedua kakinya berada di ujung bumi yang paling bawah.�***

... Seperti menggambarkan semut yang memperoleh ilham untuk berkumpul dan tolong menolong dalam mengumpulkan makanannya, dan menyiapkannya untuk saat-saat ia tidak dapat keluar karena panas atau dingin. Dan bagaimana ketika mereka membagi biji-bijan yang telah mereka kumpulkan untuk menghindari biji-bijian itu tumbuh akibat kelembaban tanah.

31


MANAJEMEN

Penyusunan RKA Tahun 2016 Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja

D

alam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Peren­canaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain ­peng­organisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan pengambilan keputusan tak akan dapat berjalan. Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan. Banyak perencanaan pemerintah yang gagal gara-gara apa yang direncanakan tersebut tidak mempunyai pijakan yang relevan dengan kondisi sosial budaya masyarakat. Bahkan kadang-kadang program yang direncanakan dapat memberdayakan masyarakat, akan tetapi pada akhirnya ternyata malah menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Artinya pemerintah selalu memberikan ikan, bukan kail seperti yang sering disampaikan oleh beberapa pakar. Melihat kenyataan ini, timbul tanda tanya besar bagi perencana, kenapa hal ini terjadi. Tulisan singkat ini berusaha mendeskripsiklan kajian perencanaan dalam

...sehingga kebijakan dalam penyusunan program dan anggaran akan menetapkan buttom up planing sepenuhnya dengan tidak mengabaikan perangkat perwakilan di setiap kabupaten/kota. 32

perspektif yang mendasar berkaitan dengan filosofi , tujuan dan proses perencanaan tanpa pretensi dapat menjelaskan semuanya. Aktivitas Utama dalam Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja adalah mendapatkan data kuantitatif dan membuat keputusan penganggarannya. Proses mendapatkan data kuantitatif bertujuan untuk memperoleh informasi dan pengertian tentang berbagai program yang menghasilkan output dan outcome yang diharapkan. Sedangkan proses pengambilan keputusannya melibatkan setiap level dari manajemen pemerintahan. Pemilihan dan prioritas program yang akan dianggarkan tersebut akan sangat tergantung pada data tentang target kinerja yang diharapkan dapat dicapai. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran merupakan suatu proses perencanaan yang dilaksanakan yang ber­ tujuan untuk mendapatkan langkah yang tepat dalam pencapaian tujuan semenara Rapat Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja (RKA-SK) Tahun 2016 Provinsi Aceh yang dilaksanakan dari tanggal 8-10 Mei 2015 di Hermes Palace Hotel Banda Aceh dengan mengangangkat Tema “Rencana Kerja dan Anggaran yang berkualitas menuju Anggaran Berbasis Kinerja”.bertujuan mendapatkan masukan masukan dan data data dari satker tingkat bawah agar penyusunan rencana kerja dan anggaran yang akan dislaksanakan untuk tahun 2016 relevan dengan kondisi lapangan atau kondisi sosial disetiap unit kerja di daerah, sehingga kita harapkan kegagalan program dapat diminimalisir sesuai dengan harapan pemerintah. Anggaran dengan pendekatan kinerja merupakan suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Anggaran kinerja yang efektif lebih dari sebuah objek anggaran program atau organisasi dengan outcome yang telah diantisipasi. Hal ini akan menjelaskan hubungan biaya dengan hasil. Ini merupakan kunci dalam penanganan program secara efektif. Sebagai variasi antara perencanaan dan kejadian

Saifuddin, SE Kasubbag Perencanaan dan Keuangan Kanwil Kemenag Prov. Aceh

sebenarnya, kita dapat menentukan inputinput resource dan bagaimana input-input tersebut berhubungan dengan outcome untuk menentukan efektivitas dan efisiensi program. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana operasional dari perencanaan strategik dan anggaran tahunan merupakan komponen dalam penganggaran berbasisi kinerja. Langkah penyusunan program kerja dan anggaran pemerintah tidak terlepas dari siklus yang telah ditetapkan untuk menjamin ketercapaian dan ketepatan waktu dalam pelaksanaan anggaran sehingga usulan anggaran dari satker ke tingkat wilayah harus selalu mengikuti siklus yang ada, usulan program dan kegiatan diluar siklus tentunnya akan menganggu kinerja penyusunan dan besar kemungkinan untuk tidak mendapat perhatian, ini dikarenakan siklus anggaran sangat tergantung dengan siklus nasional sehingg mau tidak mau akan kita harus mengikutinya karena menyangkut dengan proses legalitas anggaran di legislatif. Dalam Lingkungan Kementerian Agama Provinsi Aceh untuk anggaran 2016 para pemangku kebijakan sejak awal sudah sangat ingin menerapkan anggaran berbasis kinerja sehingga kebijakan dalam penyusunan program dan anggaran akan menetapkan buttom up planing sepenuhnya dengan tidak mengabaikan perangkat perwakilan di setiap kabupaten kota, artinya setiap usulan yang akan masuk ke tingkat wilayah harus melalui kantor kementerian agama kabupaten kota dan diharapkan tidak ada lagi usulan program dan anggran yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dan hanya berlandaskan sms dan telepon. Semoga!!!!***


KONSULTASI KELUARGA

Pisah Ranjang Dr. H. Abd. Gani Isa, SH, M.Ag Ketua BP4 Provinsi Aceh

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yth Bapak Pengasuh Konsultasi Keluarga Sebelumnya saya memohon maaf kepada Bapak bila dalam tutur kata ini, membuat jengkelnya bapak, maklum saya tak biasa membuat pengaduan. Masalahnya adalah, saya menikah dengan isteri sepuluh tahun lalu, dan alhamdulillah sudah dikarunia anak dua orang laki-laki, keduanya masih duduk dibangku SD. Saya Pak, hari-hari berprofesi sebagai tukang, dan sudah saya mulai pekerjaan ini sebelum saya menikah, dan itulah yang memberi kemudahan selama ini, memenuhi segala keperluan dan kebutuhan isteri dan anak. Maklum Pak kadangkadang ada rezeki, namun juga kadang-kadang tak ada. Namun yang sangat menyedihkan saya isteri saya tak peduli dengan pekerjaan suami, yang penting tiap hari ia harus diberikan uang sesuai permintaannya. Hal itu telah berlangsung hampir lima tahun setelah melahirkan anak kedua. Karena saban hari cekcok, akhirnya karena emosi, saya pernah “memukul”nya, dan sekarang kami sudah pisah tempat tinggal dan berlangsung selama satu tahun lebih. Isteri saya menyewa tempat tinggal sendiri dan saya untuk sementara ditampung pada keluarga. Pertanyaannya adalah, apakah dengan memukul dan pisah ranjang itu sudah jatuh talak dengannya. Mohon jawabannya, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terimakasih. Wassalam, Dek Gam (Bukan Nama Asli) di Lampenurut A.Besar Wa’alaikumussalam Wr. Wb. Saudara Dek Gam, di Lampenurut A.Besar. Pengasuh sangat menghargai kebaikan anda berdua, dalam membina keluarga sehingga Allah swt sudah mengaruniai dua orang anak, di sisi lain pengasuh prihatin karena dalam beberapa bulan terakhir rumah tangga anda mulai goyah, sering terjadi cekcok bahkan anda sebagai suami pernah memukul isteri. Yang membuat rumah tangga anda semakin kacau dan tidak menentu, artinya isteri mencari tempat tinggal sendiri dan anda sebagai suami juga mengalami hal yang sama. Pengasuh memberikan beberapa solusi, kepada anda berdua, Pertama, bersikaplah anda sebagai seorang suami yang baik, dengan melakukan beberapa hal, (a) lakukan komunikasi dengan isteri anda, dan katakan padanya mohon

Santunan - II/2015

‘maaf’ atas semua tindakan yang selama ini sudah membuat tersinggungnya perasaan isteri anda, demikian pula hal yang sama dilakukan oleh isteri anda, (b) kendalikan sifat marah yang berlebihan, dan robahlah kebiasaan buruk yang selama ini anda miliki, salah satunya disiplin shalat dan meninggalkan hal-hal yang tidak baik, (c) di samping sayang pada isteri, juga sayang akan anak yang memang masih membutuhkan kasih sayang dan kedekatan dengan orangtuanya. Kedua, hilangkan semua sifat curiga dan prasangka buruk kepada isteri anda, hal yang sama juga, kepada keluarga isteri anda. Kalaupun ada prasangka anda yang tidak baik kepada pihak ketiga, pengasuh bisa membantu dan menjembataninya sehingga masalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karena semua informasi harus diklarifikasikan kembali, sehingga tidak menimbulkan fitnah apalagi menghancurkan sebuah keluarga yang akan berdampak serius, bagaimana dengan anak bila ikatan perkawinan anda bubar. Ketiga, hal penting yang harus dipahami bahwa ‘memukul’ dan ‘pisah ranjang’ yang sudah berlangsung lebih tiga bulan tidaklah serta merta menjadikan hubungan anda dengan isteri menjadi putus (bercerai), hanya bisa menjadi salah satu alasan untuk bercerai. Namun perpisahan tempat tinggal itu janganlah terus berlangsung lama, dan segera harus diakhiri. Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974, Pasal 39 (1) dinyatakan: Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Di dalam ayat (2) disebutkan, untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 131 dinyatakan, Perkawinan dapat putus karena (a) kematian, (b) perceraian dan (c) atas putusan Pengadilan. Seperti halnya dalam UUP No 1 Tahun 1974, Pasal 39 ayat (1) dan (2), dalam KHI diulang kembali sebagaimana disebutkan dalam Pasal 115: Perceraian hanya dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Dengan demikian anda berdua masih dalam status suami isteri, karena itu segeralah bersikap untuk ishlah, saling introspeksi dan kembali hidup serumah seperti keadaan sebelum konflik. Kami mendoakan semoga anda senantiasa dalam lindungan Allah SWT.***

Bagi pembaca atau masyarakat yang ingin berkonsultasi tentang keluarga, dapat juga mengirim surat ke alamat Redaksi Majalah Santunan Kanwil Kementerian Agama Aceh, Jl. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh, atau mengirim email ke humasaceh@kemenag.go.id. Terima kasih.

33


KESEHATAN

Lebih Sehat Karena Puasa oleh Amwar Citra Hutabarat

Salah satu nikmat yang tidak dapat dinilai dengan materi adalah sehat. Untuk itu tubuh manusia perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa pada Bulan Ramadhan yang mensyaratkan umat muslim untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatanperbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari selain bernilai Ibadah yang tinggi ternyata sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani bagi yang berpuasa. Setiap perintah yang berasal dari Allah SWT, pasti akan berguna bagi manusia seperti wudhu yang telah diulas pada rubrik kesehatan edisi sebelumnya (Santunan-I 2015), wudhu selain membersihkan ternyata baik untuk kesehatan kulit dan kesehatan tubuh lainnya. Begitu juga dengan puasa Ramadhan yang dilakukan setahun sekali. Bila dikaji, sesungguhnya puasa adalah "resep kesehatan". Ditinjau dari perpekstif medis modern terdapat manfaat luar biasa bagi kesehatan manusia ketika ia melaksanakan Puasa. Puasa Ramadhan dapat memberikan kesehatan yang sangat beragam. Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Menurut dr. Balqis, salah seorang dokter Pemda Kabupaten Aceh Besar bahwa mengkonsusmsi makanan yang berlebihan belum tentu baik untuk kesehatan seseorang, “overnutrisi atau kelebihan

asupan mengakibatkan kegemukan, yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, diabetes mellitus, obesitas, hiperkolesterol dan lain-lain,” ungkapnya. “Puasa dan kelaparan biasa ada perbedaan walaupun sama sama tidak makan dan minum, kelaparan adalah kekurangan nutrisi baik secara total atau sebagian dalam jangka panjang atau jangka pendek. Sedangkan konsep puasa dalam Islam secara substansial adalah menahan diri tidak makan, minum dan hal hal yang membatalkannya mulai terbit fajar hingga terbenam matahari, bukan tidak ada makan dan minum sama sekali berhari-hari,” jelas Dr. Balqis yang bertugas di Puskesmas Lampupok. Penghentian meminum air selama puasa sangat efektif meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1000 sampai 12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan melindungi fungsi ginjal. Kekurangan air dalam puasa ternyata dapat meminimalkan volume air dalam darah. Kondisi ini berakibat memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang pada akhirnya memacu fungsi dan kerja sel darah merah. “Jika berpuasa dilakukan secara benar Insya Allah berbagai jenis penyakit dapat

Belanja bahan berbuka puasa di kawasan Peunayong, Banda Aceh. [Ahmad Ariska]

34

dikendalikan. Namun, bila puasa dilakukan dengan tidak sehat dan benar bahaya bagi tubuh pun dapat terjadi. Terutama jika asupan makanan saat sahur dan berbuka tidak diperhatikan komposisi dan jumlahnya. Pada saat bulan puasa, keseimbangan antara karbohidrat, protein dan lemak tetap perlu diperhatikan. Bukan malah dengan mengkonsumsi sebanyak-banyaknya makanan pada sahur dan berbuka dengan komposisi makanan berkalori dan berlemak tinggi, apalagi bila jika seseorang langsung tidur setelah makan maka orang tersebut rentan mengalami refluks asam lambung. Kondisi ini menyebabkan asam lambung naik menuju kerongkongan dan memicu rasa tidak nyaman” pesan dr balqis yang hobi bercocok tanam sayuran ini. Nurbaiti, pegawai pada Subbag Hukum dan KUB Kanwil Kemenag Provinsi Aceh yang selalu tampak semangat dalam bulan ramadhan berbagi tips pada Santunan. “Pada saat futhur atau berbuka puasa dan sahur makanlah dengan menu seimbang. Pada sahur pilihlah makanan yang cukup padat namun tidak berlemak tinggi sehingga cukup untuk memberikan energi. Pada saat berbuka, berbukalah dengan cairan dan makanan berserat seperti buah dan sayur untuk menurunkan kadar rasa lapar sehingga tidak makan terlalu banyak saat berbuka. Sekitar 30-60 menit kemudian, barulah mulai makan malam normal dengan variasi makanan sehat gizi berimbang,” ungkapnya. Nurbaiti yang terus menjaga berat badan ideal ini menambahkan tentang kegemukan pada saat bulan puasa. “Banyak orang berpuasa bukannya kurus malah bertambah gemuk, menurut saya ini dikarenakan ada pola makan yang salah ketika kita berpuasa terutama pada menu makanan saat berbuka puasa,” Katanya. Insya Allah dengan berpuasa yang baik dan sehat, bukan hanya jiwa Anda yang sehat, tapi juga tubuh Anda. Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam makan dan minum. Allah SWT berfirman dalam al-A’raf ayat 31, "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan.”***


STYLE

Pakaian Etis dan Islami oleh Lia Nurhilaliah

G

aya berbusana atau berpakaian selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan wilayah dan masanya masing-masing. Etika berbusana yang ada disetiap wilayah dan disetiap masa juga berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman yang sedang berjalan. Cara berpakaian seseorang dapat dijadikan sebagai cermin karakter diri si pemakainya. Bagi umat Islam, busana yang digunakan bisa dikatakan sebagai bagian dari wujud ketaatan terhadap perintah Allah yaitu menutup aurat, selain itu pakaian yang digunakan juga merupakan pengamalan akhlak terhadap diri sendiri, menghargai dan menghormati harkat dan martabat dirinya sendiri sebagai makhluk yang mulia. Fungsi utama pakaian adalah untuk menutupi aurat, yaitu bagian tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain kecuali yang dihalalkan dalam agama. Dan dianjurkan untuk berpakaian terbaik yang dimilikinya dengan tidak berlebihan. 1. Pakaian harus menutup aurat, longgar tidak membentuk lekuk tubuh dan tebal tidak memperlihatkan apa yang ada dibaliknya. 2. Pakaian laki-laki tidak boleh menyerupai pakaian perempuan atau sebaliknya. 3. Pakaian tidak merupakan pakaian syuhroh (untuk ketenaran/pamer). 4. Tidak menyerupai pakaian khas orang-orang non muslim. 5. Jangan memakai pakaian bergambar makhluk yang bernyawa.

Kaidah –kaidah diatas, tentu saja menjadi interpretative dalam mengaplikasikannya menjadi pakaian yang menjadi pilihan kaum muslimah untuk digunakan sehari-hari. Setidaknya ada beberapa istilah pakaian yang umum di gunakan seperti jilbab, kerudung, hijab, purdah dan cadar. Berikut ini adalah arti dari istilah-istilah tersebut : JILBAB. Berasal dari bahasa arab yang jamaknya jalaabiib artinya pakaian yang lapang/ luas. Pengertiannya yaitu pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan kedua telapak tangan hingga pergelangan saja yang ditampakan. Jilbab ini hukumnya adalah wajib sebagai sebuah keharusan yang pasti atau mutlak bagi wanita dewasa yang mukminat atau muslimat. KERUDUNG. Yang ini berasal dari bahasa indonesia. Bila dalam bahasa arabnya adalah khimaar , jamaknya khumur yaitu tutup/tudung yang menutup kepala, leher, sampai dada wanita. Sekilas kerudung memiliki definisi yang hampir sama dengan jilbab. Tapi tidak sama. Jilbab memiliki arti yang lebih luas, Karena Jilbab

Santunan - II/2015

dapat diartikan sebagai busa muslimat yang menjadi satu corak, yaitu busana yang menutup seluruh tubuhnya, mulai dari atas kepala sampai kedua telapak kakinya yang jadi satu (menyatu) tanpa menggunakan kerudung lagi. Sedangkan Khimar itu (kerudung) hanya tudung yang menutupi kepala hingga dada saja. Sama halnya seperti Jilbab, kerudung ini hukumnya wajib. HIJAB. Berasal dari bahasa arab, artinya sama dengan tabir atau penghalang/dinding/penutup. Pengertian yang dimaksud dari hijab atau tabir disini adalah tirai penutup atau sesuatu yang memisahkan/membatasi/menghalangi baik berupa tembok, bilik, gorden, kain dan lain-lain. Dalam konteks ini tentu saja menutup aurat. Hijab adalah pakaian yang menggabungkan khimar dan jilbab. PURDAH. Sama dengan burdah yaitu pakaian luar atau tirai berjahit, mirip dengan ‘abaaah/’abaayaa. CADAR. Kain penutup muka atau sebagian wajah wanita, dimana hanya matanya saja yang nampak, bahasa arabnya khidir atau tsiqab, sinonim dengan burqu : marguk. Penggunaan cadar, purdah ini bersifat sunat. Semoga kita men­ jadi insan yang dapat mengamalkan tun­ tun­ an Syariat yang semestinya kita l a k­s a n a­k a n . Wallahu A’lam. [Disari *** dari beberap sumber]

Foto diperagakan model. [Khairul Umami]

35


LAPORAN KHUSUS

Ujian untuk Prestasi bukan Frustasi oleh M Yakub Yahya

S

Irfan Efendi

ebelum puncak peringatan Hardikda (Hari Pendidikan Daerah) ke 56 di Sinabang-Simeulue (2/9), mari kita kondisi, problematika, dan evaluasi pendidikan di Aceh. Di sela-sela agenda pendidikan, baik madrasah dan PAI di sekolah, mari kita evaluasi soal murid, guru, dan ujiannya. “Bagaimana menggenjot prestasi, jika dana sertifikasi beli mobil. Satu pun buku tak dibelikannya. Atau buku dibeli juga, tapi tidak dibaca guru,” sindir Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh di ujung acara lomba guru madrasah se Aceh, di Oasis Hotel (3-5/6). Jika, guru ditekan hingga banyak beban, sementara mengajar bukan jiwanya, bukan panggilannya, maka dia akan frustasi. Padahal dalam banyak acara Bidang Pendidikan Madrasah (Penmad) Kanwil Kemenag Aceh, sering tema acaranya sangat kreatif. Misal dalam acara kompetisi guru MI, MTs, dan MA se Aceh, ada tiga spanduk di depan, berisi tiga tema, per jenjang. “Jangan Merasa Terbaik Jika belum Berprestasi. Jangan Merasa Puas Jika belum Belajar Tuntas. Guru Prestasi… Yes. Guru Frustasi… No!” untuk lokal guru MI. “Guru Terbaik Adalah… Tiada Hari tanpa Usaha, tiada Hari tanpa Belajar, tiada Hari tanpa Prestasi,” untuk angkatan MTs, dalam acara yang laporan panitia disajikan Idris SAg MPd. “Guru Berprestasi Adalah Penentu bagi

36

Kejayaan Sebuah Bangsa… Tiada Hari tanpa Prestasi.” untuk peserta lomba MA, yang SKnya dibaca Azhari Tambunan ST. Maka beralasan, bahkan Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh, saat menutup acara Lomba/Kompetisi Guru Berprestasi sempat juga mengulang anekdot tempo doeloe, yang menempatkan guru kelas bawah. “Nangis terus…, nanti mama kawinkan sama guru!” ulang Kakanwil dengan nada tak serius, sebelum menyalami dan menyerahkan hadiah pada juara I. Kasi Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah (Penmad) Kanwil Kemenag Aceh Khairul Azhar SAg dan dewan juri dari LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Aceh, juga kasih hadiah pada sang juara II dan III. Kakanwil menutup sambil mengulangi bahwa dirinya tetap seorang guru (Kakanwil yang kini ini bahkan dulu pernah Kepala MAN), “Memang dulu guru miskin harta, tapi kaya jiwa.” Bagaimana jika kaya gaji dan sertifikasi, tapi miskin jiwa? Bagi guru, ujian dan UN (Ujian Nasional) sering dalam tarik ulur, antara kepentingan dan regulasi. Buat anak kita, murid MI/SD, UN ditiadakan, tapi tergantung daerah. Namun sebelumnya, putra-putri kita yang di MA/ SMA dan MTs/SMP, duluan di-UN-kan. Meski bukan satu-satunnya ukuran lulus sejak 2015, tapi selain MA/SMA, SMP pun UN pada awal Mei.

Biasanya, seperti tahun lalu, UN bareng dengan agenda pencolosan (Pileg, Pilgub, dan Pilpres). Pencoblosan hanya oleh orang dewasa, di bilik suara. Namun ada musibah ‘salah coblos’, di bilik lain, yang memiriskan qalbu siapa pun, misalnya pelecehan dan penodaan, atau yang menuju ke pintu ‘zina’, di beberapa sekolah dan beberapa tempat lain, yang tak banyak kita tahu. Meski ada ‘ujian’ lain di luar ujian sekolah, tapi anakku dan siswaku, asal Anda rajin belajar sepanjang Semester Ganjil/Semester Genap, tak perlu pusing, hingga harus mengerutkan kening. Sering mengerutkan kening, bisa cepat tua. Sebab tidak bakal ada soal ‘orang dewasa’ dalam soal UN anak MA/SMA/SMK/SMKLB lalu, dan MTs/SMP/SMPLB. Sial UN sungguh mudah saja, atau anggap saja mudah dulu, “Yakin usaha sampai,” motto orang besar. Ujian tahun ini, baik ujian lokal, USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) PAI, ujian Paket A,B, dan C, maupun nasional, antara peringatan Hari Buruh (1 Mei), Hari Pendidikan Nasional (2 Mei), Hari Kebangkitan Nasional (20 Mei), yang agung ‘Hari Ulang Tahun Shalat’ (27 Rajab/16 Mei), dan setelah ujian, dalam liburan diperingati ‘Hari Pendidikan Islam Internasional’ (17 Ramadhan/ 3 Juli 2015). Selanjutnya diperingati Hari Pendidikan Daerah (2 September). Artinya, demi kesuksesan pembangunan dan kelangsungan pendidikan di Aceh ini, sesama kita harus saling bekerjasama dan selalu bekoordinasi. Kita saling bergantungan satu sama lain, dengan pembinaan dalam nuansa silaturrahmi kita bisa saling belajar. Tidak mungkin kita berkarya dan mengabdi secara individualis atau personal. Dalam masa liburan, dalam puasa atau seusainya, kita pacu semangat baca kita: iqra’ atau bacalah! Ini modal anakku bangkit. Dengan peringatan Isra' dan Mi'raj bulan depan, kita dirikan shalat dalam diri dan kehidupan kita. Bangun cepat dulu anakku, baru bisa bangkit dan berkembang. Makanya anakku, belajar dan berdoa, jangan kelamaan di kantin, jangan keluyuran di cafe, jangan asyik menghitung ‘skor gol di kaki orang’ atau menghitung ‘taik bintang’ di langit biru sana. Salah satu yang baik ialah menggantung cita-cita setinggi bintang di sana, dengan cara belajar sepanjang malam, tak


cuma malam ujian, dan bukan dengan bikin kopekan usai isya hingga larut malam --cara yang terakhir ini, bukan pengalaman baik.

Santunan - II/2015

Guru di Finlandia Soal guru dan ujian, konon, di Finlandia, negara dingin di utara Eropa, gaji guru memang di bawah pengacara dan dokter, tapi Cekgu, tetap pilihan nomor satu bagi calon sarjana, karena betul-betul diperlakukan bak pahlawan. Masuk sekolah guru di ‘negara Helsinki’ itu

ketat, seleksi guru lebih ketat daripada masuk ke Fakultas Kedokteran. Dari 3.000 peserta, diseleksi dengan bahan tes antara lain essay itu, yang lulus 300-400 saja! Dan calon Guru TK empat lima tahun kuliah, baru bisa mengajar di negara yang masih masuk pendidikan terbaik di dunia. Jika mengajar SD dan seterusnya, bisa enam tahun ditambah lainnnya. Andai mengajar matematika dan fisika, guru ikut pendidikan pedagogig empat tahun lagi. Sebab yang dihadapi anak manusia. Aneh, negara miskin dan pernah kalah perang dengan Jerman itu, semua itu free alias gratis, sebagaimana gratisnya sikula sejak TK hingga PT (dirilis ulang oleh Majalah Tempo, awal Juni 2015). Alhasil, mutu anak didik di negara yang tanpa UN (tapi cukup via survei) itu, selalu nomor satu! Atau masuk lima besar. Anak dididik kreatif bersosial dan bergaul, dalam cara mengajar oleh guru yang menyenangkan. Mengajar tanpa beban, mendidik tanpa ditekan. Pemerintah ganti, kabinet dalam pendidikan (kurikulum) tatap baku, di negara Martin Attasari itu. Pengawas tak ada, birokrasi pendek, dan ramping, ujian dan UN tak, maka uang untuk itu, digunakan untuk lini lain. Anak sejak dini didik saling percaya, jujur, bukan mencurigai pihak lain, dan kelemahan pihak lain. Di kita…? Barangkali sektor SDM ini pun, penuh trik, intrik, curiga-dicurigai, penuh kecurangan, dan sarat ihwal politik. Jadi, anak bukan dididik oleh guru yang datang tanpa senyum ke madrasah/sekolah dengan seabreak masalahnya: pangkat, utang/ kredit, soal rumah tangga (juga soal yang tadi malam itu), dan kasus sosialitanya. Jika guru datang dengan beban dan latar kuliahan jurusan pelarian (bukan keguruan pilihannya, karena tak lulus di jurusan lain lalu masuk keguruan), maka prestasi no, beban yes.*** Irfan Efendi

Ujian ternyata mudah Beberapa sisi, yang menjadi pertimbangan UN masih diperlukan dalam bidang pendidikan antara lain: UN membuat persebaran nilai menjadi lebih lebar, sehingga dapat terlihat lebih nyata kemampuan siswa terhadap pelajaran yang diterima selama sekolah, UN sebagi sarana evaluasi dimana evaluasi adalah dimensi penting dalam manajemen bidang pendidikan, UN sebagai salah satu syarat kelulusan, UN sebagai bentuk evaluasi dan mampu mendorong sikap positif, karena siswa terdorong untuk belajardan berdoa lebih giat, UN adalah untuk pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia, UN adalah salah satu proyek pemerintah yang berorientasi output, UN untuk mengukur kualitas hasil dalam bidang pendidikan, kualitas identik dengan standar dan standar itu diperlukan dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan UN masih menggunakan soal dalam bentuk tertulis oleh sebab itu perlu upaya untuk mengerjakan dengan baik dalam menyelesaikan permasalahan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Salah satu cara meningkatkan pemahaman soal dalam bentuk tulis adalah menemukan keyword (kata kunci soal). Keyword dalam soal adalah kata atau ungkapan yang mewakili konsep atau gagasan yang menandai suatu kelompok soal. Kemampuan siswa untuk mene­ mukan keyword perlu dilatih dan dibiasakan mulai pada jenjang pendidikan dasar. Ada guru mencoba membiasakan siswa pada jenjang sekolah dasar dalam menemukan kata kunci pada soal dengan cara: siswa membaca soal lebih dari satu kali, siswa menggaris bawahi kata-kata penting yang menjadi inti pertanyaan soal dan merupakan kata yang mewakili konsep dalam sebuah soal. Keuntungan yang diperoleh siswa dengan terbiasa mencari keyword antara lain: siswa paham maksud soal sehingga mampu menjawab dengan benar, siswa terhindar dari persepsi ganda terhadap soal, siswa dapat meningkatkan ketelitian dalam menentukan inti dari pertanyaan soal, siswa tidak terkecoh dengan kata berlawanan seperti” tidak dan kecuali”. Melatih dan membiasakan siswa menemukan keyword mulai dari sekarang merupakan langkah tepat untuk mempersiapkan siswa dalam menempuh UN yang dalam waktu dekat akan dilaksanakan. Semoga artikel ini bermanfaat untuk hasil nilai UN yang lebih baik. Ananda kami, ujian dan belajar, mesti tidur cepat dan bangun cepat, agar badan sehat. Di bangku, tenang dan fokuslah. Soal banyak dan seberapa rumit pun, rasanya sama saja dengan tahun-tahun lalu --tapi UN jangan dijawab dengan perasaan, melainkan dengan

pikiran. Rasanya soal itu ‘dibolak-balik’ saja oleh tim, yang kadang terbatas pula ilmu ‘cara tanya’ oleh ‘ahli buat soal’ itu, meski dia master, doktor, dan profesor. Sehingga sering juga, jika soal kita telaah berkali-kali, ada salah antara ‘anak kunci’ jawaban dengan ‘mama kunci’ pertanyaan. Jelang ujian SMP/MTs, juga SD/MI, juga MA/SMA tetap awali dengan bismillah, baca dan hayatilah. Sebelum Anda masuki ruang ujian, pastikan alat tulis lengkap, termasuk kartu, stip, dan pensil 2B. Sebab komputer hanya tahu kense merek itu. Penting, sarapan jangan alpa. Setelah mandi dengan air yang dihemat itu. Sebelumnya tentu ada shalat shubuh (berjamaah) dan mengaji Alquran. Berjamaahlah sama Abi/Abu, sebab ada shubuh apalagi berjamaah, atau tidak, itu pertanda besar atau kecil kadar kemunafikan seseorang. Standar dan identitas itu, tak terkecuali untuk anakku yang sudah mimpi basah (baligh). Mengajilah, sebab mengaji ‘Surat Cinta Ilahi’ (Alquran) di saat fajar, bisa menerangkan hati, dekat Ilahi, dan jadi ‘manusia utuh’. Di tengah sebagian kawan Anda yang keras hati, yang belajar cuma ‘kejar nilai’ dan disoraki oleh ‘mama-papa egois’ yang hanya suruh anak untuk mengejar rangking dan juara itu. Berdoa dan awasi diri dari ‘abang jahat’, meski dari oknum polisi, sebab kejahatan ada karena niat. Awas, jangan jauh-jauh main dari rumah, jangan lama-lama di luar, pulang cepat, tidur cepat, bangun cepat, dan bangkit kembangkan diri, ya!

37


MASJID

Arsitektur Timur Tengah di Pusat Kota Intan oleh Alfirdaus Putra Foto: Khairul Umami

38


P

ernah mendengar Martapura? Kota yang merupakan ibukota Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Kota Intan begitulah julukannya. Benar seperti cerita orang yang pernah kesini, ketika Santunan mengelilingi kota ini, hampir disetiap sudut terdapat penjual batu batu mulia, apalagi ketika menuju pusat penjualan batu permata di kota ini. Waoww…. Sedikit terperangah ketika melihat banyaknya toko yang menjajakan batu mulia seperti intan permata, rubi hingga bermacam motif akik. Menjelang petang kami mulai ke arah utara pusat permata menelusuri pasar rakyat yang menjual rempah rempah hingga berbagai jenis ikan. Sekitar 200 meter kami berjalan, nampaklah sebuah masjid megah di pusat pasar Kota Martapura. Menarik hati untuk singgah di masjid ini karena dari luar terlihat selayaknya bangunan masjid di Dubai, Abu Dhabi atau masjid di kota kota Arab lainnya. “Masjid ini didirikan pada tanggal 10 Muharram 1280 H atau 27 April 1863 M oleh Tuan Guru H. Muhammad Apip atau dikenal dengan sebutan "Datu Landak.” Jelas H. Muhammad Syahroni, salah satu khadam masjid yang kami temui di pelataran parkir masjid ini. “Ada empat tiang yang didirikan sendiri oleh beliau sebagai penyangga masjid, dan tiang tersebut menurut sejarah yang dipercaya oleh masyarakat setempat, dicari oleh Datuk Landak sampai ke daerah Barito, Kalimantan Tengah. Lanjut Syahroni menceritakan sejarah berdirinya masjid ini. Menurut beliau selain H. Muhammad Apip pembangunan masjid ini juga dibantu oleh HM. Nasir, HM. Taher (Datu Kaya), Raden Tumenggung Kesuma Yuda dan Mufti HM Noor serta masyarakat setempat tentunya. Masjid Agung Al Karomah, begitu masjid ini dinamakan, meskipun pada awalnya masjid ini sempat dinamakan dengan Masjid Jami’ Martapura. Masjid ini terletak di pusat kota Martapura. Posisi masjid ini sangat

strategis, berdiri megah dekat jalan raya, berdampingan dengan Pasar Martapura, dan berada di tengah permukiman masyarakat. Setiap Hari ramai dikunjungi kaum Muslimin untuk Shalat 5 waktu ataupun keperluan ibadah lainnya. Bentuk masjid ini pada mulanya mengikuti arsitektur masjid demak, dengan empat tiang utama yang disebut dengan tiang guru. Menurut masyarakat setempat Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat. Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab. Santunan memperhatikan banyak bunga bunga seperti bunga seulanga (begitu dinamakan di aceh) dan bunga melati yang dipasang pada empat tiang ini. Masjid ini pernah dibakar oleh Belanda pada masa penjajahan kolonial karena dijadikann sebagai benteng pusat perjuangan umat Islam. Akan tetapi empat tiang yang didirikan oleh Datuk Landak tidak hilang, dan hingga saat ini masih dapat kita temui di bagian dalam Masjid Al Karomah. Kemudian didirikan kembali pada 10 Rajab 1315 H atau 5 Desember 1897 M. Sampai saat ini bentuk bangunan Masjid yang diketuai oleh K.H. Halilul Rahman, sudah tiga kali rehab. Dengan sedikit mengikuti bentuk bangunan modern Eropa, akan tetapi Arsitektur Masjid Agung Al Karomah Martapura yang menelan biaya Rp. 27 miliar pada rehab terakhir sekitar tahun 2004, lebih banyak mengadopsi bentuk Timur Tengah. Arsitektur bangunan boleh saja banyak berubah, akan tetapi empat tiang guru yang pernah dibangun oleh Datuk Apip dan mimbar tempat khatib berkhutbah yang berumur lebih satu abad sampai sekarang berfungsi seperti sedia kala. Mimbar berukiran untaian kembang dan berbentuk panggung dilengkapi tangga ini diarsiteki H. M Musyafa, seorang arsitek asli Kalimantan Selatan.***

DATA Masjid Agung Al Karomah

- -

- - - - -

- - - - - -

Santunan - II/2015

PENDIRI HM. Apip (Datu Landak) HM. Taher (Datu Kaya) HM. Nasir Raden Tumenggung Kesuma Yuda Mufti HM Noor.

FASILITAS - Daya tampung : 10.000 - Parkir - Taman - Tempat penitipan sepatu/sandal - Kantor sekretariat - Kamar mandi/WC - Tempat wudhu - Sarana ibadah -

Empat soko guru di tengah Mesjid Agung Al-Karomah, Martapura, masih dipertahankan meski sudah tiga kali direhab.

DIDIRIKAN: 10 Muharram 1280 H atau 27 April 1863 M 10 Rajab 1315 H atau 5 Desember 1897 M (dibangun kembali setelah dibakar masa perjuangan melawan Belanda)

- -

KEGIATAN Pemberdayaan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf Taman pendidikan alqur’an Madrasah diniyah Pusat kegiatan belajar masyarakat Menyelenggarakan pengajian rutin Menyelenggarakan dakwah Islam/tablig akbar Menyelenggarakan kegiatan hari besar Islam Menyelenggarakan shalat jumat Menyelenggarakan ibadah shalat fardhu

39


BAHASA

Memahami Bahasa (Daerah) Aceh

Herman RN Tenaga pengajar di FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syiah Kuala

40

“BAHASA adalah jati diri bangsa!� Slogan ini sudah hidup berabad silam. Jargon singkat ini menegaskan bahwa bahasa adalah lambang kebanggaan sebuah bangsa. Manakala bahasa nasional menjadi lambang dan identitas nasional, bahasa daerah menjadi lambang dan jati diri daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, bahasa Aceh adalah identitas rakyat Aceh, lambang kebanggaan daerah Aceh, sekaligus jati diri ureueng Aceh. Bahasa Aceh hidup dan berkembang dalam lingkup Provinsi Aceh, mulai Aceh Singkil sampai Aceh Tamiang. Selain bahasa Aceh, di tanah para aulia ini juga hidup dan berkembang sejumlah bahasa lain. Bahasa-bahasa lain itu disebut sebagai bahasa daerah Aceh. Bahasa Aceh dan bahasa daerah Aceh dua hal yang sama tapi berbeda. Bahasa Aceh adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di Aceh, tapi tidak semua bahasa daerah Aceh disebut sebagai bahasa Aceh. Bahasa Aceh merupakan bahasa yang digunakan oleh penutur berbahasa ibu bahasa Aceh. Bahasa ini adalah bahasa mayoritas ureueng Aceh, yang sebarannya hampir di seluruh daerah Aceh. Bahasa Aceh digunakan oleh penutur mulai dari Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh, sampai ke beberapa daerah lain di Aceh. Sesuai perkembangannya, sejumlah daerah tingkat dua (kabupaten/kota) yang memiliki penutur bahasa Aceh antara lain Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tengah, Bener Meriah. Di Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Aceh Tamiang, dan Aceh Singkil, masih terdapat juga penutur bahasa Aceh, tetapi sangat sedikit. Dengan demikian, dapat dipastikan bahasa Aceh hidup di seluruh daerah di Aceh, mulai pegunungan hingga pesisir pantai. Oleh karena itu, bahasa Aceh menjadi identitas dan kebanggaan ureueng Aceh. Adapun bahasa daerah Aceh merupakan semua

bahasa daerah yang hidup dan digunakan oleh penutur yang mendiami daerah-daerah di Aceh. Harus dibatasi bahwa tidak semua bahasa yang masuk ke daerah Aceh dapat dikatakan sebagai bahasa daerah Aceh. Sebagai contoh, di sebagian Aceh Tengah dan Bener Meriah, hidup bahasa Jawa. Bahasa ini juga terdapat di Nagan Raya, Aceh Tenggara, dan mungkin beberapa daerah lain di Aceh. Namun, bahasa Jawa tidak bisa dianggap sebagai bahasa daerah Aceh, karena bahasa itu masuk dibawa oleh pendatang, bukan penduduk asli Aceh. Bahasa Jawa adalah bahasa daerah dari Jawa. Kategori penduduk asli Aceh adalah masyarakat yang sudah mendiami daerah Aceh sejak lama, hidup dan berkembang biak dalam komunitas masyarakat luas. Bahasa Jawa, meskipun sudah lama masuk ke Aceh, tidak dapat dikatakan sebagai bahasa daerah Aceh meskipun digunakan oleh sejumlah penutur di daerah tertentu dalam wilayah Aceh. Hal ini tentu berbeda dengan bahasa Aneuk Jamee, yang dianggap sebagai salah satu bahasa daerah di Aceh. Bahasa Aneuk Jamee digunakan oleh penutur yang mendiami Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Barat, Simeulue, dan Aceh Barat Daya. Kendati bahasa Aneuk Jamee dibawa oleh pendatang dari Minang (Sumatera Barat), bahasa ini sedikit mengalami perbedaan dengan bahasa Minang. Sesuai dengan pendapat para ahli, jika terjadi perbedaan kosa kata mencapai 30 persen lebih, itu sudah bisa dianggap sebagai bahasa baru, bukan dialek. Dengan demikian, bahasa Aneuk Jamee merupakan bahasa tersendiri, meskipun ada kemiripan dengan bahasa Minang. Selain bahasa Aneuk Jamee, di Aceh Selatan juga hidup bahasa Kluet. Bahasa ini digunakan oleh penutur yang mendiami Kecamatan Kluet Utara, Kecamatan Kluet Selatan, Kecamatan Kluet Timur, Kecamatan Kluet Tengah. Penutur yang mendiami Kecamatan Kluet Barat atau lebih dikenal dengan Kecamatan Pasie Raja tidak menggunakan bahasa


Berkaca pada pengalaman masa Kongres Bahasa Aceh tahun 2007 silam, ada kekeliruan pemahaman khalayak. Jika pada kain rentang disebutkan “Kongres Bahasa Aceh” seharusnya tidak muncul bahasa-bahasa daerah lain dalam makalah. Namun, jika disebutkan “Kongres Bahasa Daerah Aceh” sejatinya harus dibahas semua bahasa daerah yang ada di Aceh, bukan sekadar bahasa Aceh semata.

Kluet sebagai bahasa sehari-hari. Daerah ini secara umum dihuni oleh penutur berbahasa Aceh. Bahasa daerah lain yang hidup di Aceh adalah bahasa Gayo. Bahasa Gayo merupakan salah satu bahasa mayoritas di Provinsi Aceh. Bahasa ini hidup di daerah Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, sebagian kecil Aceh Tenggara, dan sebagian di Lokop, Aceh Timur. Dekatnya posisi Bener Meriah dengan Kabupaten Bireuen membuat bahasa Gayo juga hidup sebagian kecil di Kabupaten Bireuen, terutama wilayah Kecamatan Juli. Adapun di Aceh Tenggara, selain bahasa Gayo, daerah ini mayoritas dihuni oleh penutur berbahasa Alas. Karenanya, Aceh Tenggara juga dikenal sebagai Tanoh Alas. Tersebut pula bahasa Tamiang sebagai salah satu bahasa derah di Aceh. Bahasa ini khusus terdapat di Aceh Tamiang. Bahasa Tamiang punya dialek Hulu dan Hilir. Selain itu, di Aceh Taming juga hidup bahasa Melayu sehingga daerah ini kental dengan kebudayaan Melayu untuk acara adat tertentu. Khusus kepulauan Simeulue, mereka punya bahasa sendiri. Bahasa-bahasa daerah yang hidup di pulau kecil itu antara lain bahasa Devayan, bahasa Sigulai, bahasa Lekon, dan bahasa Aneuk Jamee. Kendati setiap pelosok di Simeulue punya bahasa tersendiri, dalam kehidupan sehari-hari cenderung mereka lebih suka menggunakan bahasa Aneuk Jamee, terutama saat mereka berada di luar pulau Simeulue. Hal ini hampir sama dengan masyarakat Singkil. Selain memiliki bahasa Boang, bahasa Julu, dan bahasa Haloban, di Singkil juga hidup bahasa Aneuk Jamee. Terkadang, sesama warga Singkil, saat berada di Banda Aceh, mereka lebih senang menggunakan bahasa Aneuk Jamee. Melihat kenyataan ini, Aceh dapat diklaim sebagai salah satu daerah yang memiliki sebaran bahasa daerah terbanyak di Asia Tenggara. Jika dirincikan, bahasa-bahasa daerah yang hidup di

Santunan - II/2015

Aceh antara lain bahasa Aceh, bahasa Gayo, bahasa Alas, bahasa Aneuk Jamee, bahasa Tamiang, bahasa Julu, bahasa Devayan, bahasa Sigulai, bahasa Haloban, bahasa Lekon, bahasa Boang, bahasa Kluet, bahasa Pak-pak. Bahasa-bahasa ini hidup dan berkembang di daerah Aceh sehingga dikatakan sebagai bahasa daerah Aceh. Dengan demikian, bahasa Aceh haruslah dibedakan dengan bahasa daerah Aceh. Bahasa Aceh merupakan salah satu bahasa daerah Aceh, tapi tidak semua bahasa daerah dapat dikatakan sebagai bahasa Aceh. Konklusi ini penting agar tidak terjadi kekeliruan pemahaman dalam masyarakat luas. Berkaca pada pengalaman masa Kongres Bahasa Aceh tahun 2007 silam, ada kekeliruan pemahaman khalayak. Jika pada kain rentang disebutkan “Kongres Bahasa Aceh” seharusnya tidak muncul bahasa-bahasa daerah lain dalam makalah. Namun, jika disebutkan “Kongres Bahasa Daerah Aceh” sejatinya harus dibahas semua bahasa daerah yang ada di Aceh, bukan sekadar bahasa Aceh semata. Terkadang, setingkat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh pun belum memahami secara benar substansi bahasa Aceh dan bahasa daerah Aceh. Hal ini tampak saat sengkarut kosa kata “bahasa Aceh” dalam Raqan Wali Nanggroe tempo hari. Banyak anggota DPRA memahami istilah “bahasa Aceh” dalam raqan itu sudah mencakup semua bahasa daerah yang hidup di Aceh. Padahal, bahasa Aceh dan bahasa daerah itu sangat berbeda. Ke depan, diharapkan konsep bahasa Aceh dan bahasa daerah Aceh sudah selesai. Bahasa sejatinya menjadi pemersatu umat yang beragam. Jangan Karena istilah, bahasa malah menjadi pemicu konflik sesama. Aceh sebagai Serambi Mekkah menjujung soal keberagaman suku dan bahasa. Hal ini seperti kata hadih maja: nanggroe meusyara’, lampôh mupageue, umong meu-ateueng, ureueng meunama, geutanyo mubasa.***

41


LENSA

42


Sanggar Bungong Ban Keumang dari MIN Model Banda Aceh menampilkan tarian kipas pada pembukaan Rakor Penyusunan RKA-SK Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Tahun Anggaran 2016, Jumat (8/5) di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh. [Khairul Umami]

Santunan - II/2015

43


LENSA Komisioner dari Komisi Informasi Aceh, Zainuddin T menyampaikan materi pada Pembinaan PPID Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Senin (25/5) di aula kantor. [Khairul Umami]

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh memimpin rapat koordinasi dan pemantapan jadwal keberangkatan dan pemulangan jamaah bersama Kasubbid Transportasi Haji Kemenag RI, Subhan Chalid dan instansi lainnya, Selasa (9/6) di ruang rapat pimpinan. [Khairul Umami]

44


Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh dan Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam, Saifuddin berbincang dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan saat berkunjung ke Aceh, Sabtu (26/5) lalu. [Irfan Efendi]

Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh menyalami santri yang akan berangkat ke Kalimantan Selatan mengikuti Perkemahan Pramuka Santri Nusantara IV, Sabtu (30/5) usai pelepasan kontingen di Asrama Haji Aceh. [Khairul Umami]

Santunan - II/2015

45


LENSA

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh menyampaikan laporan pada pembukaan Pekan Ketrampilan dan Seni (Pentas) Pendidikan Agama Islam, Rabu (10/6) di Taman Sulthanah Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. [Khairul Umami]

46


Santunan - II/2015

47


LENSA

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama RI, Rudi Subyantoro memberikan pembinaan terkait pencitraan dan media kepada pejabat Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Sabtu (13/6) di aula kantor. Hadir pada sesi tersebut Kabid TIK Pinmas, A Gufron, Staf khusus Menteri Agama, Hadi Rahman dan Nezar Patria, Wakil Pemimpin Redaksi CNN Indonesia. [Khairul Umami]

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh dan Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Hasanuddin Darjo diwawancari awak media, Kamis (28/5) usai coffe morning di aula kantor. [Khairul Umami]

48


Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh menyampaikan sambutan sekaligus membuka Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Madrasah Singer 2015, Senin (15/6) di aula utama Asrama Haji Aceh . [Khairul Umami]

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh didampingi pakar hisab dan rukyat BHR Aceh, Suhrawardi Ilyas dan Kasubbag Informasi dan Humas, Akhyar menjelang live cam bersama MetroTV saat pemantauan hilal ramadhan, Selasa (16/6) di observatorium Tgk Chik Kutakarang, Lhoknga. [Khairul Umami]

Santunan - II/2015

49


JURNAL

Kuah Beulangong

Rasa Tanah Laut Tak ada yang istimewa di Perkemahan Santri Nusantara. Melainkan gulai kambing di malam penutupan yang gulita.

oleh Khairul Umami

M Nasir, staf pada Bidang PD Pontren mengaduk gulai kambing pada malam terakhir Perkemahan Pramuka Santri Nusantara IV, Kalimantan Selatan. [Khairul Umami]

50


M

atanya agak memerah, sesekali dipijatnya dahi dengan ibu jari dan telunjuknya. Wajahnya terlihat lelah. Adalah M Daud Pakeh, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Selasa pagi di awal Juni itu, mengikuti upacara pembukaan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) ke-4 yang dipimpin oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin. Semalam Daud Pakeh baru saja tiba di Bandara Syamsyudin Noor, Banjar Baru, Kalimantan Selatan dari Jakarta. Tengah malam itu juga meluncur ke lokasi perkemahan pramuka di Tambang Ulang, 40 km dari bandara, di mana perkemahan berlangsung. Abrar Zym, Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren tak kuasa menahan. Ia memaksa melihat langsung bagaimana ‘anak-anak’nya tidur di tenda, walaupun sadar, di pagi hari upacara besar sudah menanti. Upacara pembukaan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara IV berjalan lancar, meski audio sedikit bermasalah. Kakanwil Aceh, M Daud Pakeh dan Kabid PD Pontren, Abrar Zym langsung bergabung dengan barisan kontingen Aceh di sudut lapangan. Sedikit berbincang, ramah tamah dan foto bersama, langsung menyimpulkan untuk meninjau lokasi perkemahan. Didampingi Ketua Kontingen, Mukhlis Hasan dan para Pembina Pendamping mereka menuju ke kelurahan tiga, tempat tenda sangga gabungan berada setelah sebelumnya sempat berfoto bersama salah satu peserta dari kontingen Papua. Di kelurahan tiga, A Sani, pendamping sangga gabungan siap menunggu rombongan Kakanwil. Tikar plastik digelar seadanya, cukup untuk alas duduk. Dalam briefing singkat itu, Pak Daud mengingatkan kembali apa yang sudah disampaikan sewaktu pelepasan kontingen di Asrama Haji, Sabtu (30/5) sebelumnya. “Jaga kesehatan, jaga pola makan dan jaga kekompakan,” Tegasnya. Pada upacara pelepasan, Ketua Harian Kwartir Daerah Pramuka Aceh, Ramli Rasyid pun mewantiwanti kekompakan tim dan menjaga nama baik Aceh. Dalam pramuka tidak ada aku, kau atau kamu. “Yang ada hanya kita,” ia mengingatkan. Kakanwil juga mengingatkan agar selalu kompak, prestasi boleh jadi tapi kekompakan tim harga mati. Ia juga menanyakan kendala-kendala yang dihadapi para peserta selama beberapa hari di perkemahan. Pertemuan di bawah pohon kuini itu sekaligus dimanfaatk oleh Kakanwil untuk pamit, karena malamnya ia harus kembali ke Banda Aceh. Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh mengirimkan 40 anggota pramuka untuk mengikuti PPSN IV ini, yang terdiri

Santunan - II/2015

dari lima sangga. Tiga sangga putra diwakili oleh Pondok Pesantren Az-Zahra Bireuen, Ruhul Islam Anak Bangsa Aceh Besar, dan satu sangga gabungan dari berbagai daerah di Aceh. Dua lainnya adalah sangga putri yang diwakili Pondok Pesantren Darul Ulum Banda Aceh dan Bustanul Ulum Langsa. Masing-masing sangga didampingi seorang Pembina Pendamping. Di samping itu juga ikut dua orang Pimpinan Kontingan Daerah (Pinkonda) dan satu orang ketua kontingen. Kontingen Aceh yang diketuai Mukhlis Hasan berangkat Minggu (31/5) subuh dan tiba sore harinya di Banjarbaru. Setelah transit di Asrama Haji, esoknya melanjutkan perjalanan ke bumi perkemahan dengan mobil yang telah disediakan panitia. Perkemahan pramuka dipusatkan di Bumi Perkemahan Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T) Agrowisata Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, 51 kilometer ke arah selatan Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Di lahan seluas 105 hektar mereka antusias mengikuti kegiatan yang dijadwalkan panitia. Seperti petualangan outbound di samping danau pemancingan, taman labirin yang ditutup untuk umum ketika perkemahan berlangsung, juga jelajah gunung ke gunung kayangan. Selain petualangan mereka juga mengikuti kegiatan ketrampilan seperti SAR, teknologi tepat guna, jurnalistik dan juga kegiatan kesakaan seperti saka bahari, bakti husada, bhayangkara, dirgantara, wana bakti, widyabakti dan saka lainnya. Di kawasaan agrowisata ini juga digelar

bazar, menjual pernak-pernik kepramukaan, minuman dan makanan ringan, oleh-oleh khas Kalimantan dan tentu saja batu akik dan permata. Batu-batu itu dijual mulai dari sepuluh ribaun jika berbentuk rough, sampai ratusan ribu bila sudah terpasang di gagang cincin atau kalung. Selain peserta perkemahan, arena pasar ini juga dipenuhi masyarakat umum yang mampir untuk berbelanja. Mengikuti kegiatan perkemahan pramuka, para santri ini mengaku bahagia. Sebut saja Zawil Marjan dari Ruhul Islam Anak Bangsa. Ia mengaku senang bisa berinteraksi dengan kawan-kawan pramuka se-Indonesia dengan kultur dan latar belakang berbeda, berbaur, saling kenal dan bersilaturahmi. Iapun antusias bias mengenal tarian-tarian daerah se-Indonesia yang unik-unik, yang belum pernah dilihat sebelumnya. Hilda dari Langsa pun senang bisa berjumpa dengan anak-anak se-Indonesia. Ia terkesan dengan udeng, ikat kepala khas Bali. “Ya, seneng. Baru kali ini lihat langsung,” katanya. Beda dengan Hilda, meski mengaku punya banyak kawan dan sempat berfoto bersama orang Papu, Laela Fitri dari Darul Ulum malah menganggap tidak ada kesan spesial dengan perkemahan pramuka ini. “Nggak ada yang spesial, sih. Kesannya selalu dengar seminar,” keluhnya. Hal itu diiyakan Sri Noviana, salah satu Pinkonda. Meski mengacungi sistem perkemahan yang lebih baik dan kegiatan yang terlaksana dengan baik, ia melihat tuan rumah kurang siap dalam

Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, M Daud Pakeh dan rombongan meninjau lokasi perkemahan Kontingen Aceh di PPSN IV, Kalimantan Selatan. [Khairul Umami]

51


JURNAL fasilitas. Menurutnya, kegiatan yang ada tidak sepadan dengan fasilitas yang ada, MCK yang disediakan sangat kurang dibandingkan peserta yang ada. Ia juga melihat bentuk kegiatan lebih banyak berbentuk seminar, “banyak sekali seminar, sehingga peserta jenuh.” Novi berharap, ke depan, sistemnya mudah-mudahan lebih bagus dan fasilitas juga disesuaikan dengan even nasional, kegiatannya yang lebih bervariasi dan juklak-juknisnya harus jelas. “Harus mendetail,” harapnya. Menyangkut kehidupan di perkemahan juga pernah diutarakan Khalid, Kasi Pendidikan Al-Quran yang juga ikut dalam rombongan. Ia melihat nilainilai kepesantrenan dalam keseharian perkemahan kurang berkembang, selain azan di waktu salat. Adab, tata pergaulan masih kurang dan yel-yel pramuka tidak mencerminkan nilai-nilai santri. Sehingga Andi, dari sangga gabungan sempat mencandai temannya dari kontingen lain, “di Aceh tidak ada yel-yel begitu. Kami di sana salawat badar.” *** Laki-laki paruh baya itu lemah mencangkul tanah, membuat pola petak. Peci putih tak lekang di kepalanya. Adalah H. Rusdy, yang akrab disapa Abu. Selanjutnya cangkul berpindah tangan, dari Kak Abu ke anggota pramuka dari Sangga Pondok Pesantren Az-Zahra. Cangkul yang gagangnya sedikit longgar itu dipukulnya kuat-kuat, tanah berlubang. Iya, mereka sedang membuat dudukan batang pisang sebagai dapur dadakan untuk

Kontingen putri Aceh dari Dayah Darul Ulum mempersiapkan tenda di lokasi PPSN. [Khairul Umami]

memasak kuah beulangong, kari kambing khas Aceh Rayeuk. Malam itu, terakhir kalinya mereka menginap di tenda karena besoknya, Minggu, aka nada upacara penutupan dan mereka harus bersiap-siap pulang ke kampung halaman masingmasing. Dapur itu dibuat di samping tenda sangga gabungan, di kelurahan tiga. “Tring!” Cangkul mengenai sesuatu. Dikiranya itu batu akik Kalimantan, bergegas diambilnya benda tadi. Masya Allah, ternyata itu kacamata Abu Rusdy yang tanpa sadar terjatuh dari saku bajunya ketika mencangkul tadi. Meledaklah tawa dalam kegetiran dan keremangan malam.

Kontingen putra Aceh dari Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa memasang tenda di lokasi PPSN. [Khairul Umami]

52

Candaan dalam duka. Sayup-sayup terdengar perkusi. Anakanak Aceh di perkemahan kelurahan satu, yang diwakili sangga dari Ruhul Islam Anak Bangsa sedang menabuh rapa-i. Penampilan seni di panggung utama sudah dimulai. Riuh dan sorak menggema kala tabuhan makin lama makin cepat dan tiba-tiba berhenti, dan ketika perkusi ditabuh kembali sorakan itu semakin menjadi. Sementara di panggung utama sibuk dengan penampilan seni, para ‘tetua’ dari Aceh disibukkan dengan gulai kambing yang nantinya dihidangkan untuk santapan bersama di malam terakhir. Gulai kambing ini termasuk spesial karena bumbunya langsung dari Lambaro, Aceh. Hanya beberapa rempah umum yang dibeli di pasar Pelaihari, ibukota Kabupaten Tanah Laut. Sejak siang para sepuh ini sudah bergerilya menari kayu bakar, sedangkan kambing sudah tersedia berkat bantuan penduduk lokal, supir mobil sewaan, tinggal menggiling u teulheue yang membuat Abu kebingungan. Akhirnya dengan menggunakan blender pinjaman dari pemilik penginapan, jadilah ia. Jelang tengah malam, kuliner khas tersebut siap disajikan. Seluruh anggota kontingen Aceh berkumpul di lahan kosong yang disulap posko, di samping sangga gabungan. “Nyan caaap…!” puji Kurnia mengomentari rasa kuah belangong. “Kuah beulangong mantap, sampe pusing-pusing,” komentar Zawil Marjan yang berhasil meraih golden tiket ASEAN Outbound. “Citarasanya Aceh asli walaupun dimasak di Tanah Laut, Kalimantan.” ***


Zawil Marjan, Dari Kalimantan Menuju Asean Remaja kurus itu terus menggeliat, bergerak kiri-kanan bersama enam rekannya. Perkusi kecil mereka tabuh terus menerus mengiringi lirik yang dibawakan dua orang di pinggir panggung. Perlahan irama lagu meningkat cepat, gerakan mereka pun semakin cepat. Bungong baro lon pula hana lon sangka layee. Pakon keuh tiba-tiba ‘oh lon com hana le bee. Oh bungong kapreh dilee bagi kah goh troh watee. Ujeun pih akan tiba embon peunyiram layee… Gerakannya mendadak terhenti. Dua orang di kiri dan kanan perlahan bangkit sampai lutut, merapatkan rapa-i membentuk segitiga terbaik. Dari tengah, ia perlahan muncul sambil merentangkan tangannya dengan senyum lebar. Dialah Zawil Marjan bersama temantemannya dari Pondok Pesantren Ruhul Islam Anak Bangsa, Aceh Besar, baru saja mementaskan rapa-i geleng di panggung utama. Menyemarakkan pentas seni di di malam terakhir Perkemahan Pramuka Santri Nusantara IV, Kontingen Aceh mendapat penampilan kehormatan. Zawil yang lahir di Alue Mie, Lamno, 17 tahun silam memperoleh golden tiket ASEAN Outbound. Dia akan mewakili Aceh dan Indonesia mengikuti pengembaraan pramuka di negaranegara Asia Tenggara. Selama 15 hari mereka akan berkeliling Indonesia, Kamboja, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam dan negara ASEAN lainnya.

Kabid Pendidikan DIniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Abrar Zym mengalungkan bunga kepada Ketua Kontingen, Mukhlis Hasan dan Zawil Marjan yang mendapat tiket ASEAN Outbound, Senin (8/6) saat penyambutan rombongan PPSN di halaman Kanwil. [Khairul Umami]

Hal ini disampaikan oleh Mohsen, Direktur PD Pontren Kemenag RI, saat penutupan PPSN IV, Minggu (7/6) di Bumi Perkemahan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. “Sudah kita umumkan, salah satu tujuan program ini adalah memperkenalkan santri dengan budaya dari berbagai negara di ASEAN, jika selama ini mereka hanya mengenal negara-negara itu lewat buku, sekarang mereka datang langsung,” jelas Mohsen. Zawil tidak sendiri, bersama 32

Zawil Marjan (tengah) saat penampilan rapa-i geleng di malam pentas seni PPSN IV. [Khairul Umami]

Santunan - II/2015

orang lainnya dipilih setelah melalui seleksi sekitar 200 santri dari 33 provinsi se-Indonesia. Ia tidak menyangka bisa mendapat tiket tersbut. “Ngak tau bang, Zawil ngerasa beruntung aja lulus,” ujarnya. Zawil Marjan adalah anak kedua dari pasangan Drs. Juwaini dan Maryam. Tinggal di Lamno bersama nenek dan paman—adik ayahnya— dan seorang kakak perempuan yang baru saja diwisuda. Ayah dan ibunya meninggal ketika gempa dan tsunami menghumbalang Aceh Jaya, akhir 2004 silam. Adiknya yang baru berusia delapan bulan turut menjadi korban. Saat petaka itu, Zawil baru duduk di kelas satu MIN Lamno, selanjutnya melanjutkan ke SMPN 1 Jaya –juga di Lamno—pada tahun 2010. Setelah menamatkan SMP pada tahun 2013, remaja yang lahir 19 Maret 1998 itu melanjutkan Madrasah Aliyah pada Dayah Ruhul Islam Anak Bangsa di Aceh Besar. Di sana ia mulai mengembangkan hobinya menulis. Ia tertarik dengan jurnalistik dan rapa-i geleng. Ia juga bergabung dengan gugus depan pramuka. Bersama pramuka RIAB, Zawil mengikuti Perkemahan Silaturrahmi Universitas Serambi Mekkah di Mata Ie, bulan Mei lalu dan Perekemahan Santri Nusantara IV di Kalimantan Selatan, awal Juni lalu. Dan sekarang, ia bersiap mengunjungi negara-negara ASEAN mewakili Indonesia. Selamat, Zawil! [gepe] 53


AGENDA

Kakanwil Ajak Guru Terapkan Pendidikan Multikultural Kepala Kanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh mengajak guru di sekolah atau madrasah dapat menggagas dan aplikasikan konsep pendidikan yang berwawasan multikultural di wilayahnya. Ini penting dilakukan untuk ujudnya misi pendidikan karakter, sebagai peng­ akuan atas keragaman yang Allah anugerahkan. Multikultural ialah sunnatullah, dan untuk jalin hubungan antar keunikan dan keragaman anak didik, perlu dirangkul dalam wawasan perbedaan, dalam sikap sa­ ling menghormati dan penuh toleransi. Hal itu disampaikan saat membuka dan memberi materi pada Workshop Pendidik­an Multikultural bagi Tenaga Pendidikan dan Kependidikan di Grand Nanggroe Hotel Banda Aceh, Kamis (11/6) lalu. Di hadapan undangan dan peserta, ulangi pengalamannya meredam konflik di wilayahnya, misalnya saat di Aceh Jaya dan Kota Sabang. Kakanwil juga ulangi kerja sama antara Kanwil dan Disdik, termasuk Pentas PAI yang sedang berlangsung. Kakanwil sebutkan, rumus “2D” (Daud-Darjo) yang kompak dalam jalankan tugas sekolah dan madrasah. Kadisdik Aceh ialah Drs Hasanuddin Darjo MM, yang antara Kakanwil dan Kadisdik saling membuka dan menutup acara penting. Sementara dalam laporannya, Ketua Panitia H Juniazi Yahya SAg MPd sampaikan di hadapan 90 peserta dari guru

M Yakub Yahya

sekolah madrasah dan guru PAI, bahwa acara sejak 11 Juni itu, dimaterikan oleh Kakanwil Kemenag Aceh dan narasumber lainnya. Sesi setelah H Juniazi yang bertema “Wawasan Pendidikan Multikultural dalam Memelihara KUB” ialah materi H Badruzzaman SH MHum dengan tema “Mutukultural Menurut Pemahaman Agama Islam dan Masyarakat Aceh” (Jumat, 12/6). Di Grand Nanggroe Hotel Lueng Bata, materi “Pendidikan Multikultural dalam

Keluarga dan Masyarakat” bersama Dra Hj Naimah Hasan MA. Materi hari kedua, dalam acara yang saat Kakanwil buka sebelumnnya, lantunan Kalam Ilahi dibacakan Ustadz Suherman TMS, ialah “Pendidikan Multikultural pada Lembaga Pendidikan” oleh Fatimah MSi. Selanjutnya, ada sesi diskusi dan paparan makalah peserta bersama H M Sahlan Hanafiah MSi dan Khairuddin SSos, dalam acara yang berlangsung hingga 13 Juni itu. [yakub]

Aceh Kirim 85 Orang ke Palembang

Khairul Umami

85 orang akan dikirim ke Palembang untuk mengikuti Aksioma (Ajang Kompetisi dan Olah Raga Madrasah) dan KSM (Kompetisi Sains Madrasah) pada tanggal 3-7 Agustus nanti. "Total kontingen yang akan dikirim untuk Aksioma adalah 63 orang, sedangkan untuk KSM sebanyak 22 orang," kata Khairul Azhar. Kepala Seksi Kesiswaan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh itu mengatakan peserta akan diberankatkan pada tanggal 54

02 Agustus. "Insya Allah akan kita berangkatkan semua," katanya. Khairul mengatakan untuk kegiatan tersebut, kontingen berharap dapat memberikan yang terbaik untuk Aceh. Pada tahun 2014, perolehan medali untuk KSM Aceh adalah 2 Perak, 2 Perunggu dan 1 peringkat 4. sedangkan untuk Aksioma pada tahun 2013, Aceh memeproleh 1 Emas dan 1 Perak. Lalu untuk KSM tahun 2013 ada 3 Perak, 3 Perunggu, dan 3 Harapan.


Santunan - II/2015

55


CATATAN

Reza Idria

Diari Ramadan

Dosen UIN Ar-Raniry, Banda Aceh

D

Catatan: dalam versi yang lebih panjang, memoar ini adalah bagian dari tulisan yang diterbitkan oleh Mizan Press dalam antologi kisah Ramadhan dengan judul "Kembali ke Jati Diri: Ramadhan dan Tradisi Pulang Kampung dalam Masyarakat Muslim Urban".

56

alam beberapa tahun terakhir saya menjalani puasa Ramadan bergantian di Eropa dan Amerika. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan dari pengalaman berpuasa di kedua benua putih itu selain waktu menahan lapar dan haus yang mencapai 17 hingga 18 jam setiap harinya. Yang ingin saya ceritakan disini adalah bagaimana jarak menyadarkan bahwa Ramadan di kampung halaman memiliki suasana dan bebauan yang tidak tergantikan. Jarak dan Ramadan yang mampu membangun titian ingatan ke masa silam. Di Aceh, sejak usia tujuh tahun seorang kanak sudah dibiasakan berpuasa. Dimulai dengan latihan puasa hingga tengah hari, lantas berbuka. Esoknya menambah satu jam dari waktu berbuka hari sebelumnya, demikian seterusnya sampai di pertengahan Ramadan seorang anak mampu mencapai satu hari penuh pertamanya. Saya ingat saya sendiri baru kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah ketika memulai tahapan itu. Di atas segalanya, puasa di waktu kecil adalah liburan panjang yang menyenangkan. Semua kegiatan bajik dalam bulan puasa diganjar pahala besar. Beribu kali lipat dari hari biasa. Bahkan tidur bernilai ibadah. Itu mungkin jawaban kenapa banyak laki-laki dewasa bermalas-malas di surau, beribadah tidur mereka rupanya. Malam juga menggembirakan karena tidak ada jin yang berkeliaran, demikian kata orang tua-tua. Kami yang masih kanak puas bermain ke seluruh sudut kampung, merasuk-rasuk ke segenap semak yang takut kami masuki di luar bulan Ramadan. Suara orang bertadarus di meunasah dan mesjid membahana sampai pagi. Semua jin sudah dirantai di dalam bara api. Ibu dan kakak perempuan tidur lebih cepat karena mereka akan bangun lebih pagi menyiapkan makan sahur sebelum subuh tiba. Subuh bulan puasa memiliki cerita sendiri bagi anak muda. Ratusan orang dengan sarung dan mukena berada di jalanan. Luar biasa bersemangatnya kami yang punya kesempatan memacu sepeda motor di antara mereka. Sebagian pemuda beroleh kesempatan untuk menarik perhatian pemudi idaman. Maka gelisahlah mereka yang tua, sebab sudah marak di kampung kami

budaya “asmara subuh� yang dapat merusak puasa pahala puasa. Sampai seorang juru khutbah menyatakan kaum muda-lah yang telah membantu para jin melepas rantai yang membelit mereka. Amboi. Orang-orang gemar bersedekah selama Ramadan, memberi makan orang berbuka puasa balasannya tiada tara. Selalu ada undangan kenduri berganti-ganti antar kampung di kemukiman kami untuk berbuka puasa. Gulai kambing dengan nangka yang dimasak dalam belanga raksasa adalah menu utama berbuka di meunasahmeunasah tersebut. Meski bergiliran didatangi dan menunya itu-itu juga, tidak terkira bersemangatnya kami makan saat berbuka. Berbuka puasa selalu ditandai dengan bunyi serunai (sirene) dari radio transistor yang dekatkan ke pengeras suara di surau. Dulu sebelum saya lahir, kabarnya orangorang memukul bedug tanda tibanya saat berbuka. Tapi saat ini tak ada lagi bedug, hanya sirene yang meraung-raung ke seluruh penjuru kampung. Bergegaslah kami makan begitu terdengar bunyinya. Biasanya hanya orang-orang tua yang mampu menahan tidak langsung menyantap nasi dengan daging gulai nangka, mereka biasanya meminum air timun seteguk dua dan menunaikan shalat berjamaah. Sementara kami yang mengerumuni makanan di pekarangan meunasah menyantap semua hidangan sampai tandas hingga sulit bernafas. Terengah-engah perut kekenyangan dan susah dibawa shalat magrib setelahnya. Air timun penting saya sebut di sini sebagai minuman yang hampir wajib menjadi pelepas dahaga puasa. Segar bukan main rasanya dicampur dengan sirup gula dan es batu. Di kawasan pedalaman, campuran air timun adalah biji kolang kaling yang mungkin selicin titian menuju surga. Menjelang tiba bulan Ramadan, banyak orang turun ke kebun membersihkan pohon enau dan menyadap nira manis untuk dipasarkan. Pemuda-pemuda kampung yang nakal waktu itu harus gigit jari karena sementara tidak ada nira yang bisa dibikin masam. Bagi yang tinggal tidak terlalu berjarak dari kawasan perkotaan juga dapat memperkaya olahan air timun dengan cincau, agar-


Semua orang tampak berpuasa sebulan penuh. Tapi sudah jadi rahasia umum bahwa satu dua orang di kampung menyembunyikan periuk di dangau-dangau kebun mereka. Kalau sudah tengah hari biasanya mereka berkomplot untuk memasak di suatu tempat, yang jauh dari perkampungan. Bahan dasar untuk dimakan sudah diselundupkan jauhjauh hari sebelum bulan puasa tiba. Sore hari mereka akan pulang dengan wajah yang dipucat-pucatkan dan langgam jalan yang dilemah-lemahkan untuk tetap meyakinkan keluarga bahwa mereka masih berpuasa.

agar dari rumput laut yang dijual oleh pedagang Tionghoa di perkampungan Cina. Orang Tionghoa tidak kurang gembiranya selama bulan Ramadan. Saban petang mereka sudah mempersiapkan dan menjual beragam penganan untuk berbuka kaum Muslimin. Semua orang tampak berpuasa sebulan penuh. Tapi sudah jadi rahasia umum bahwa satu dua orang di kampung menyembunyikan periuk di dangau-dangau kebun mereka. Kalau sudah tengah hari biasanya mereka berkomplot untuk memasak di suatu tempat, yang jauh dari perkampungan. Bahan dasar untuk dimakan sudah diselundupkan jauh-jauh hari sebelum bulan puasa tiba. Sore hari mereka akan pulang dengan wajah yang dipucat-pucatkan dan langgam jalan yang dilemahlemahkan untuk tetap meyakinkan keluarga bahwa mereka masih berpuasa. Tak jarang ada yang ketahuan, maka ramailah kampung setelah terdengar lengking kemarahan istri atau ibu dari mereka yang tertangkap tidak berpuasa. Satu minggu terakhir Ramadan adalah persiapan menjelang hari raya, pasar-pasar bukan main penuhnya. Menyambut datangnya Lebaran membuat ibu dan kakak saya sesibuk orang kantor kecamatan; baju baru, kue-kue, menjemur permadani dan penutup jendela. Para ulama mulai mengeluh tentang berkurangnya jemaah di minggu-minggu akhir Ramadan. Godaan merayakan Lebaran sering mengaburkan inti terdalam dari berpuasa, yakni kemampuan menahan diri. Malam Lebaran bagi kami kanak-kanak menjadi puncak kenikmatan dari bulan puasa. Semua rumah terang benderang, ibu-ibu memasak timpan dan ketan untuk tetamu terdekat yang akan bersua esoknya. Anak-anak membakar meriam bambu di setiap penjuru kampung, ditimpali bunyi rentetan petasan, seolah-olah revolusi telah meletus kembali. Kelak ketika saya mencapai usia lebih dewasa, perang yang sebenar-benarnya memang terjadi di sana-sini dan sedikitpun tidak memberi kesempatan anak-anak di bawah generasi saya menyulut meriam bambu. Tapi puasa tetap tidak kehilangan aroma.

Santunan - II/2015

Seburuk apapun keadaan kampung halaman, baik saat karena perang maupun saat tsunami menghumbalang, bulan Ramadan di Aceh memang menawarkan suasana dan aroma tak tergantikan.

Ada banyak kenangan setiap Ramadan, namun sampai di sini saya perlu mengulang kalimat di paragraf pembuka bahwa bulan puasa di Aceh memiliki suasana dan bebauan yang tidak tergantikan. Hal tersebut mungkin baru saya sadari ketika berada di perantauan, saat harus berpuasa pada musim panas di Eropa dan Amerika dimana matahari begitu enggan tenggelam. Sebenarnya tidak ada masalah yang terlalu besar bagi saya untuk menahan haus lapar 17-18 jam di negeri dengan angin tiada henti bertiup seperti di kota Leiden, Belanda atau di udara yang lembab seperti di Boston, Amerika Serikat. Namun yang paling menyesakkan adalah rindu pada bebauan dan suasana yang telah saya dapatkan lebih dari seperempat abad di kampung kelahiran, terutama setiap bulan puasa menjelang. Waktu berlalu namun suasana menjalani puasa telah dilalui dengan seksama nyaris seperti beratus-ratus tahun sebelumnya, menciptakan suaka tersendiri dalam ingatan kami yang tumbuh besar di Aceh. Tidak banyak hal yang berubah dalam perkara ini, pada zaman-zaman yang sangat sulit sekalipun, ritual berpuasa dan aromanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Jarak menyadarkan bahwa saya tidak siap kehilangan apa yang saya dapat tiap tahun di bulan Ramadan di Aceh. Kesadaran yang memacu saya bekerja keras mencoba menghimpun aroma dan suasana Ramadan ketika berada di perantauan. Dari makanan, saya mengaku gagal karena tidak bisa mengolah daging secanggih ibu-ibu di Aceh. Bumbu-bumbu yang tersedia di benua putih tidak mampu menerbitkan aroma yang sama. Akhirnya hanya pada timun dan air gula, dua hal yang mudah saya dapatkan di benua putih meski dengan bentuk dan warna yang sedikit berbeda, saya temukan sedikit aroma kampung di bulan puasa. Malu rasanya menulis bagaimana berlinang air mata saya ketika pertamakali mencium dan meminum segelas air timun di perantauan. Seburuk apapun keadaan kampung halaman, baik saat karena perang maupun saat tsunami menghumbalang, bulan Ramadan di Aceh memang menawarkan suasana dan aroma tak tergantikan.*** 57


Juara Pentas PAI ke 2 Pentas (Pekan Keterampilan dan Seni) PAI ke 2 yang resmi ditutup Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh itu, mengantarkan Kota Lhokseumawe sebagai Juara Umum. Tropi Juara Umum diterima Wildani, mewakili Kakankemenag Kota Lhokseumawe H Salman Arifin MA, yang diserahkan Staf Khusus Menteri Agama RI Hadi Rahman. Saat penutupan, Ketua Panitia (Kabid PAI) Drs H Saifuddin AR sampaikan laporannya. Sesuai dengan SK Juara Pentas PAI 1436 H, yang dibacakan Sekretaris Panitia Drs H A Rahman Hanafiah MPd dalam acara penutup­ an (13/6), sebelum Kakanwil menutup de­ ngan resmi, dalam acara yang ikut hadir unsur PGRI Aceh, LPMP Aceh, Polresta, Kakanke­ menag se Aceh, dan jajarannya juaranya ialah: Juara I sampai Harapan III cabang Tilawah putra (pa) SD ialah Muhammad Khadafi (Nagan Raya), Insyadillah (Kota Lhokseumawe), dan M Arif Ilham (Aceh Tamiang), serta Afdhalul Jihad (Aceh Singkil), M Fauzun Aufal (Kota Sabang), dan Ardi Winanda (Bireuen). Juara Tilawah putri (pi) SD ialah Sapnatun Nada (Aceh Timur), Atika Sari D (Aceh Jaya), Anisa Putri Mayani (Ach Utara), serta Zahratul Musfirah R (Aceh Singkil), Kaysa Khudri (Aceh Tengah), dan Nurin Syahirah (Bireuen). Juara SMP Tilawah pa ialah T Misrul Rahmi (Bireuen), Raza Hasibuan (Kota Langsa), dan Abrarul Fata (Banda Aceh). Serta Balia Ibnu Mulkan (Kota Lhokseumawe), Muharrir (Aceh Besar), Zulkhairi (Aceh Utara) untuk Juara Harapan. Jenjang SMP Tilawah pi ialah Nungki Alfia (Nagan Raya), Lismawati (Aceh Singkil), dan Sasmita (Abdya), dan serta Nadia Tasya (Kota Lhokseumawe), Husnul Maghfira (Aceh Barat), dan Nurul Hakiki (Aceh Timur). Juara Tilawah kategori pa SMA/SMK ialah M Ghifari (Aceh Tamiang), M Yanis (Abdya), dan Berda Setiawan (Simeulue). Serta Ikramullah (Banda Aceh), Sayed Mustafa (Aceh Jaya), dan Rudi Andika (Aceh Barat) untuk raihan harapannya. Juara Tilawah pi SMA/SMK ialah Nur Azizah (Nagan Raya), Mujibatur Rahmi SMA Modal Bangsa, Siti Nabila (Kota Sabang), serta Riza M Ulfa (Aceh Singkil), Mawaddah Warahmah (Aceh Tengah), dan Asmi Wardani (Simeulue). Juara I, II, dan III Pidato PAI SD pa ialah Khiflan Al-Ghifari (Kota Lhokseumawe), Azar Al-Ehyar (Aceh Utara), dan Permana Yuandri (Singkil), serta Rifzan Fikra (Bireuen), Ridwan Rizza (Aceh Selatan), dan M Akbar Bintoro (Aceh Tamiang) untuk Juara Harapan. Juara I, II, dan III Pidato SD pi ialah Rara Gebrina R (Kota Lhokseumawe), Cut Safa Zahara (Aceh Timur), dan Fatimah Zuhra (Aceh 58

Utara). Dan Juara Harapan ialah Nadhifah Aini (Aceh Selatan), Syarifah Karimah (Aceh Jaya), dan Asyatir Ridha (Bireuen). Juara I hingga III pa SMP cabang Pidato ialah Arif Rizkil ‘Ula (Aceh Utara), Azizul Hakim (Kota Langsa), dan M Syahrul Nizam (Aceh Timur). Serta Juara Harapan ialah Zairi Rahmad (Aceh Selatan), Maulana (Aceh Barat), dan M Arif (Kota Lhokseumawe). Jenjang SMP Pidato pi ialah, Marseli Dayatiddini (Aceh Utara), Yulia Pratiwi (Kota Lhokseumawe), dan Safrina Lia (Banda Aceh) untuk Juara I-III. Sedangkan Juara Harapan ialah Raudhatul Jannah (Pijay), Mona Asyuri (Aceh Timur), dan Yunda A’isyah (Kota Langsa). Sedangkan Juara I-Harapan III pi jenjang SMA Pidato PAI, ialah Ummul Husna (Aceh Utara), Khaira Rizqa (Aceh Timur), dan Intan Novia ZK (Nagan Raya), serta Fetria Annisa (Aceh Selatan), Cut Dara SM (Aceh Besar), dan Raisatul G (Kota Lhokseumawe). Ada juga juara jenjang SMA pa. Juara I, II, dan III cabang Musabaqah Hizhil Quran pa jenjang SD yakni Eka Teguh Wijaya (Aceh Timur), Husnul (Aceh Tamiang), dan Muhammad Al-Furqan (Aceh Barat). Sedangkan Juara Harapan I, II, dan III pa ialah Rajanir Firdaus (Pidie), Zaqiul Maula (Kota Lhokseumawe), dan Azfa Fera Akbar (Kota Banda Aceh). Adapun yang SD untuk I, II, dan III Musabaqah pi ialah Sari Ayu J (Aceh Jaya), Ulfa D (Kota Lhokseumawe), dan Annisa A (Aceh Selatan). Sedangkan harapan I sampai III SD pi ialah Nanda Putri Z (Aceh Besar), Sally MN (Abdya), dan Izza Zuhra (Pidie). Jenjang SMP pa hifzhil ialah Masykur (Bireuen), Qardawi (Kota Lhokseumawe), dan Zulfahmi (Aceh Utara) untuk Juara I, II, dan III. Juara Harapan I, II, dan III pa ialah Rusydy (Aceh Timur), M Hafizh Atif M (Aceh Tengah), M Fajar Shadiq (Aceh Besar). Sementara Juara I, II, dan III serta Harapan untuk pi Musabaqah ialah Siroja (Kota Sabang), Afrah Zahriati (Kota Langsa), dan Tasya Umaira (Pidie), serta Sindy Alfina (Aceh Besar), Aufa Yasmina (Kota Banda Aceh), dan Misah Hasanah (Aceh Tengah). Juara I, II, dan III CC (Cerdas Cermat) PAI jenjang SD ialah Pidie (Ahmad Syarif Musyaraf, Syafiq Fasya Armaya, dan Salsabila Firdaus Sauna), Aceh Besar (Dea Ikrami, Anisa Maulida, dan Sinta Quratul Ainina), dan Aceh Utara (Noviani, Saiful Rizki, dan Muhammad Irfan). Sedangkan Harapan I, II, dan III ialah Aceh Barat Daya (Mulkan Kamila Masni, Ade Irma Aprianti, dan Nabila Putri Zahra), Aceh Barat

(Keumala Hayati S, Naiva Azzahira, dan Salwa Nazwa). Juara I, II, dan III, CC PAI SMP ialah Aceh Utara (Raisul Fahtani, Fazira, dan Saskia Hadisti Umri), Kota Sabang (Hershinta Desiandra, Salsabila Rizki Halim, dan Rifa Ayunda), dan Bireuen (Ratnal Hayati, Nurmalis, dan Ika Mulya Diyarni). Sedangkan Harapan I, II, dan III CC PAI SMP ialah Kota Lhokseumawe (Yasmina Elma, Rahmi Saputri, dan Rauzah Faradillah), Pidie Jaya (Nurulia, Hafidhatul Absida, dan Rieka Amalia), dan Gayo Lues (Aldi Mahlul Rizki, Andrian Maulana, dan Yasalba). Juara I, II, dan III, cabang Kaligrafi jenjang SMP ialah Urvie Vathani (Aceh Besar), Rifki Azhar (Acrh Singkil), dan Ari Maulana (Aceh Utara). Serta Juara Harapannya ialah Ahmad Madani (Banda Aceh), I Iqbal Varabi (Aceh Barat), dan M Arif Ananda (Aceh Tamiang). Adapun Juara Harapan III, II, dan I Nasyid ialah Singkil (Kelvin, Irwansyah, Dimas Robi Wibowo, dan Andrian Hasmin), Aceh Besar (Nuzula Salsabila, Ainayavia Al-Maida, Helvina Wahyu H, dan Qisthi Hani), dan Aceh Utara (Akmaluddin, A Adam Manan, Putra Setia Permana, dan Mursyidan). Serta Juara III, II, dan I ialah Aceh Tengah (Elsy Aprianti, Aufania, Juyana Turia Laras, dan Elmina Defebriana), Kota Lhokseumawe (Rizki Syah Alam, Edrian Nur Hadi, Aulia Trisnadian Shadiq, dan M Yaffi Shihab), dan Banda Aceh (Al-Maida, M Farel Ellian, M Thayendanegae, dan M Mufti Syahreza). Juara I, II, dan III, serta Harapan I, II, dam III cabang Kreasi Busana jenjang SMA/SMK ialah: kontingen Banda Aceh (Winda Soleha), Lhokseumawe (Diki Yuliani), dan Aceh Besar (Desih Nurani), serta Revina Husnanda (MOSA Banda Aceh), Zahara (Aceh Timur), dan Miftahul Jannah Alda (Aceh Selatan). Juara I, II, dan III, serta Harapan I, II, dam III cabang Depat PAI jenjang SMA/SMK ialah: kafilah Aceh Besar (Farhah dan Maulida), Banda Aceh (M Dirja Al-Farizi dan Teuku Ade Farhan Ramadhan), dan Aceh Utara (Nailul Rahmah dan Hera Noviawaty). Saat penyisihan ada Muhammad Rizal Al-Ayyubi di bawah binaan Ahlul Fikri MA, dan koordinasi Kasi PAI Drs Tarmizi Sulaiman (Pak Tar sapaannya). Serta Abdya (Meutia Silvani dan Sukma Juwita), Aceh Timur (Nurmalahati dan Andra A), dan Modal Bangsa (Irhas Rizqy dan Muchlas Adi Putra). Masing-masing peserta (meski beregu) semua cabang, dapat hadiah uang, dari Rp 1 juta hingga Rp 300 ribu (dari Juara I hingga Harapan III)... Wah! [yakub]


Santunan - II/2015

59



Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.