Majalah Fu - April 2020

M A J A L A H U M AT

FU

K E U S K U PA N A G AT S

KEKHASAN YANG MENEGUHKAN

TAHBISAN TIGA IMAM DAN DUA DIAKON KEUSKUPAN AGATS KOMUNIKASI KELUARGA MEMAJUKAN PENDIDIKAN ANAK MILENIAL DI SEKOLAH UNTUK KALANGAN SENDIRI

EDISI 002 - APRIL 2020

“KELUARGA” SEBAGAI TEMA MUSPAS KELIMA KEUSKUPAN AGATS

YUBILEUM 50 TAHUN KEUSKUPAN AGATS: DUTA VATIKAN UNTUK RI DATANG PERTAMA KALI KE PAPUA !

LINTAS PAROKI: SENGGO MENUJU PAROKI MANDIRI PAROKI KAPI YANG MENGGELIAT

SELAMAT MERAYAKAN PASKAH 2020 UNTUK KEUSKUPAN AGATS-ASMAT. DORMOM OOO....

- MGR. ALOYSIUS MURWITO, OFM - USKUP AGATS

Dormomo...

PENERBIT KOMSOS KEUSKUPAN AGATS PELINDUNG MGR. ALOYSIUS MURWITO, OFM PEMIMPIN UMUM RD LUCIUS JOKO REDAKSIONAL RD LAURENSIUS A. KUPEA RP WILLEM BUNGAN, OFM AMBROSIUS BILLE LAYOUT & DESAIN KEVIN SANLY PUTERA SIRKULASI TONY SARKOL PERIKLANAN RD LUCIUS JOKO

ALAMAT REDAKSI RUMAH RADIO KOMSOS AGATS JL. FRANS KAISEPO, ASMAT komsosagats@gmail.com REKENING BRI cab. Asmat Merauke KOMSOS KEUSKUPAN AGATS No: 4977-01-006219-53-9 SEGENAP TIM MAJALAH FU KEUSKUPAN AGATS TIDAK MENERIMA IMBALAN DALAM BENTUK APAPUN KETIKA MENJALANKAN TUGAS

Puji Syukur bagi Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus atas segala kasih-Nya yang begitu berlimpah, terlebih atas kembali terbitnya majalah FU di Keuskupan Agats. Kurang lebih 4 tahun majalah FU mengalami mati suri. Peristiwa ini patut kita syukuri sebagai momen kebangkitan bagi seluruh petugas pastoral, khususnya komisi komunikasi sosial Keuskupan Agats dalam berkarya dan melayani.

Tentu saja diharapkan penerbitan kembali majalah FU ini bukan sekedar mengejar target, bukan supaya ada karya yang terlihat dan diakui.

Lebih daripada itu penerbitan kembali majalah FU hendaknya semakin menyadarakan kita semua bahwa Majalah FU adalah milik kita bersama dan menjadi tanggung jawab kita bersama untuk terus berkarya dan melayani melalui media ini. Kita harus selalu siap menulis, melaporkan kegiatan dan persitiwa yang menginpirasi di sekitar kita, di paroki kita, di lingkungan kita dan sebagainya.

Tema majalah Fu kali ini adalah “Keluarga sebagai panggilan dan perutusan”. Tema ini juga menjadi tema umum dari Musyawarah Pastoral V Keuskupan Agats. Tentunya kehadiran majalah FU di tengah umat keuskupan Agats semakin menghantar dan membangtu umat dalam penyadaran sosialisasi gerak dan rencana strategis pastoral dari MUSPAS V Keuskupan Agats ini.

Akhirnya, selamat membaca majalah FU, majalah kebanggaan milik Keuskupan Agats, milik kita semua. Tuhan memberkati.

RD Lucius Joko

REDAKSI MAJALAH FU KEUSKUPAN AGATS MENERIMA KONTRIBUSI BERUPA KARYA TULIS, FOTO, GAMBAR, KESAKSIAN IMAN YANG MEMBANGUN. REDAKSI BERHAK MENGEDIT KIRIMAN TANPA MENGUBAH MAKNA KONTEN. TULISAN YANG SUDAH DIKIRIM MENJADI MILIK MAJALAH FU KEUSKUPAN AGATS. SILAKAN MENGIRIMKAN KARYA ANDA KE ALAMAT REDAKSI.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 1

EDISI 002 - APRIL 2020

SUARA REDAKSI

DAFTAR ISI

REFLEKSI TENTANG KELUARGA

25

PERSEKUTUAN YANG MENGHIDUPKAN FR. ELI DUGANATA

3

“KELUARGA” SEBAGAI TEMA MUSPAS KELIMA MGR. ALOYSIUS MURWITO, OFM

6

PANGGILAN DAN PERUTUSAN KELUARGA DALAM KONTEKS GEREJA DAN BUDAYA ASMAT RP. WILLEM BUNGAN, OFM

10

“KELUARGA SEBAGAI PANGGILAN DAN PERUTUSAN”: MUSYAWARAH PASTORAL KELIMA KEUSKUPAN AGATS - PAPUA RD LAURENSIUS A. KUPEA

KESAKSIAN HIDUP PASUTRI

36

NICODEMUS JUMBEWOR-ELISABETH GENIYANTI AMBROSIUS BILLE

20

KOMUNIKASI KELUARGA MEMAJUKAN PENDIDIKAN ANAK MILENIAL DI SEKOLAH SR. D’ANITA SERAN, OSU

27

TAHBISAN TIGA IMAM DAN DUA DIAKON KEUSKUPAN AGATS AMBROSIUS BILLE

32

MAKNA PENDIDIKAN BAGI KEHIDUPAN MASA KINI DAN MASA DEPAN PUTRA-PUTRI ASMAT RD BENEDIKTUS RAHAWARIN

40

YUBILEUM 50 TAHUN KEUSKUPAN AGATS KEVIN SANLY PUTERA SENGGO MENUJU PAROKI MANDIRI DIAKON PIUS APRIYANTO BRIA

48

PAROKI KAPI YANG MENGGELIAT RD HENDRIKUS ANTOIN OLA

54

KRONIK (JAN-MAR 2020) SR. VALENTINA LAMERE, TMM

56

KRONIK (JAN-MAR 2020) SR. VALENTINA LAMERE, TMM

2 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

EDISI 002 - APRIL 2020

44

“KELUARGA” SEBAGAI TEMA MUSPAS KELIMA SURAT GEMBALA

MGR. ALOYSIUS MURWITO, OFM “Keluarga sebagai Panggilan dan Perutusan” menjadi tema dari Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan AgatsAsmat yang kelima. Surat gembala dari Mgr. Aloysius kali ini menjelaskan alasan mengapa ‘keluarga’ diambil sebagai fokus dari perhatian Gereja lokal di bumi Asmat.

Tanggal 23 November yang lalu, Keuskupan kita merayakan Tahun Yubelium Agung. Keuskupan Agats genap berusia 50 tahun. Dalam kurun waktu itu dan dengan dibimbing oleh Roh Kudus, umat dalam persekutuan menghayati hidupnya dalam iman akan Yesus Kristus Juru Selamat dan berkiprah melayani umat di pelbagai bidang. Dari waktu ke waktu, hari ke hari, sebagai persekutuan orang beriman, umat mengungkapkan imannya dalam dan melalui doa, perayaan Sabda Tuhan, Perayaan Ekaristi, dan mengamalkan imannya dengan berupaya hidup dalam semangat cintakasih sebagaimana diajarkan dan ditunjukkan oleh Sang Guru kita Yesus Kristus serta memajukan kehidupan bersama

dalam pelbagai bidang kehidupan: pendidikan, kesehatan, dan bidang-bidang pemberdayaan lain.

Di bidang kebudayaan Gereja turut menjaga dan melestarikan budaya setempat.

Dilakukan sejumlah penelitian yang dilakukan beberapa misionaris, dituangkan beberapa tulisan hasil pengamatan mereka tentang segi tertentu bidang kehidupan masyarakat Asmat, dan kegiatan tahunan yang terus berlangsung hingga tahun ini yaitu Festival Budaya Seni Ukir Asmat. Menjadi sebuah kesadaran bagi para pewarta Injil pendahulu itu, Budaya Masyarakat adalah unsur hakiki yang tidak boleh diabaikan bahkan dibuang dalam menanamkan nilai-nilai Injil. Nilai-nilai Injil itu terkandung juga di dalam budaya masyarakat. Itulah sebabnya arah dasar Keuskupan selalu memasukkan Budaya sebagai unsur dasar kehidupan kristiani yang hakiki.

Namun harus diakui bahwa perhatian Keuskupan terhadap hidup keluarga masih rendah. Kita sibuk dengan pelayanan pendidikan formal, kegiatan Orang Muda, kegiatan yang menyangkut bidang sosial-ekonomi, dan kegiatan-kegiatan pastoral yang lain, tetapi agak mengesampingkan pentingnya pendampingan dan pembinaan keluarga. Komisi Keluarga yang dipercayakan untuk memberi perhatian kepada hidup keluarga tidak akan berdaya dan berdampak luas kegiatan-kegiatannya tanpa didukung oleh komisi-komisi lain. Sebab semua program baik yang datang dari Pastor Paroki maupun Komisi memiliki dimensi keluarga.

Kita sering berpikir atau mengatakan

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 3

bahwa dalam budaya umat kita, keluarga sering tidak berdaya bila berhadapan dengan adatistiadat masyarakat. Sekalipun demikian seberapa besar pun pengaruh hidup kekerabatan dalam masyarakat di dalam Keuskupan kita, unsur keluarga sebagai sebuah lembaga, diakui oleh masyarakat. Keberadaan mereka diakui, diterima, bahkan disahkan oleh masyarakat adat.

Pasangan remaja yang mulai memadu cinta, atau barangkali melalui campur tangan besar

pastoral kita hanya sampai pada tingkat permukaan kehidupan dan belum sampai menjangkau kepada pribadi dan keluarga.

Kita merasa sudah cukup menunaikan tugas kewajiban kita sebagai pelayan pastoral bila dapat mengunjungi dan bertemu umat secara masal: melalui pertemuan liturgis di Gereja, melalui kotbah di depan banyak umat. Namun harus diakui sapaan perhatian, dan pelayanan kita belum sampai menjangkau secara pribadi.

Semakin bapa dan mama - yang didukung oleh keluarga besarnya - menciptakan sebuah kesempatan dan ruang untuk tumbuh dan berkembang, semakin memberi harapan terwujudnya masa depan anak dengan lebih baik. dari pihak orang tua, perlahanlahan, langkah demi langkah, diantarlah mereka ke pelaminan melalui sebuah upacara yang mengungkapkan sekarang pasangan ini boleh hidup sebagai suami isteri. Dan itu diakui oleh masyarakat.

Oleh karenanya, unsur keluarga dalam masyakat kita tetap memainkan peranan yang besar bagi setiap individu.

Perhatian, pemeliharaan, pendidikan, di dalam keluarga tetap turut menentukan masa depan setiap putera dan puterinya.

Semakin bapa dan mama yang didukung oleh keluarga besarnya - menciptakan sebuah kesempatan dan ruang untuk tumbuh dan berkembang, semakin memberi harapan terwujudnya masa depan anak dengan lebih baik.

Dalam permenungan saya, sentuhan sapaan dan perhatian pelayanan kita di paroki-paroki, di stasi-stasi, terhadap hidup keluarga masih amat kurang.

Pelayanan

Masih merupakan pertanyaan apakah kehadiran kita dialami secara pribadi oleh umat dan mempunyai dampak dalam kehidupan mereka.

Permenungan di atas sekaligus menjadi keprihatinan bagi saya. Tidak heran apabila semangat hidup menggereja suam-suam suku, kurang merasakan Gereja Katolik menjadi bagian hakiki dari hidup umat, dan tentu saja tidak memiliki kebanggan bahwa dirinya menjadi katolik.

Gerak Pastoral kita mesti menjangkau kepada pribadipribadi khususnya keluargakeluarga sebagai Eclesia Domestica. Mula-mula gagasan ini saya bawa ke dalam forum rapat Dewan Penasehat Keuskupan untuk mendapat tanggapan dan persetujuan.

Kemudian dibentuklah Panitia Musyawarah Pastoral yang secara lebih terinci dan konkrit merumuskan langkah-langkah persiapan Muspas Keuskupan Agats yang kelima yang diselenggarakan pada akhir

4 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Oktober 2020.

Untuk menindaklanjuti pokok gagasan itu tidaklah mudah. Dari mana kita mulai.

Menjadi semakin kentara bahwa begitu kompleksnya aspekaspek kehidupan keluarga.

Dari sudut pandang kristiani yang meliputi pelbagai hal: penghayatan hidup sakramensakramen, perayaan liturgi bersama pada hari minggu, semangat berkurban, partisipasi dalam persekutuan, dsb. Atau dari sudut pandang relasi, atau kesejahteraan materiil, dsb.

Lalu bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan gambaran keluarga-keluarga umat yang lebih akurat? Cara apa yang mau dipergunakan?

Semuanya itu mewarnai proses yang berat yang diwarnai perbedaan-perbedaan pendapat dan sulitnya mempersatukan pendapat. Apalagi respon yang berbeda-beda dari paroki, ada yang mendukung, ada yang merasa pokok itu bukan “hal baru”, ada yang acuh-tak acuh tidak secara cepat tanggap menjawab permintaan-permintaan Panitia bahkan ada yang “mengancam” untuk tidak menghadiri Musyawarah Pastoral.

Namun demikian Roh Kudus tetap setia menyertai dan membantu umat-Nya. Ia tetap setia mendampingi niat baik kita. Dinamika proses ber-Muspas itu akhirnya menghasilkan sebuah rumusan yang disetujui oleh para peserta Muspas atas nama semua anggota Gereja Keuskupan Agats. Para peserta Muspas tetap bersemangat bertukar pikiran mengenai tema Muspas: “Keluarga sebagai Panggilan dan Perutusan”.

Dengan segala plusminus rumusan hasil Muspas itu, kita diajak untuk tunduk atas hasil persetujuan bersama itu dengan menjadikannya pegangan inspirasi gerak pelayanan kegembalaan kita.

Kita diajak untuk tunduk atas hasil persetujuan bersama itu dengan menjadikannya pegangan inspirasi gerak pelayanan kegembalaan kita.

satu pihak belum sejahtera dan di pihak lain lebih sejahtera dan berimankan katolik. Pertemuan penyadaran itu diharapkan dilanjutkan di lain pertemuan - yang dihadiri oleh Pastor Paroki atau petugas pastoral tingkat paroki - dilanjutkan dengan musyawarah bersama, bertukar pikiran di antara umat, bagaimana karya pelayanan yang berfokus pada keluarga itu direncanakan dan dilaksanakan, agar keluarga-keluarga semakin menuju jalan sejahtera dan beriman.

Saya percaya, bila kita merapatkan barisan pelayanan kita, baik para pastor yang dipercayakan langsung menggembalakan umat tanpa pamrih, dikuatkan oleh semangat dan kesetiaan para tokoh umat, dibantu oleh komisi-komisi yang bisa membantu memberi sumbangan pikiran, wawasan, dan memberi motivasi-motivasi untuk bergerak, dan last but not least dengan bantuan rahmat Tuhan, perlahan-lahan dalam kurun waktu lima tahun akan muncul tanda-tanda hadirnya Kerajaan Allah melalui keluarga-keluarga yang semakin sejahtera, semakin beriman dan semakin hidup dalam semangat cinta kasih. Semoga.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 5

foto: Kevin Sanly Putera

Hal sedemikian merupakan cerminan ketaatan kita kepada kehendak Roh Tuhan dan dengan bantuan rahmat Tuhan kita berkomitmen untuk semakin serius melayani keluarga-keluarga dalam terang hasil Muspas itu.

Langkah awal menindaklanjuti hasil keputusan Muspas ialah menentukan Tahun Pertama 2020 sebagai Tahun Penyadaran.

Dirancang oleh sejumlah komisi dibawah Direktur Pusat Pastoral dan arahan Bapak Uskup sejumlah pertemuan yang dihadiri Pastor Paroki bersama tokoh-tokoh umat, tokoh masyarakat dan umat, sebuah pertemuan penyadaran.

Melalui penerangan, penjelasan, yang didukung dengan alat peraga (gambar, foto, dan film) diketengahkan sebuah realita kehidupan yang di

PANGGILAN DAN PERUTUSAN KELUARGA DALAM KONTEKS GEREJA DAN BUDAYA ASMAT SAJIAN UTAMA

RP WILLEM BUNGAN, OFM

Berkat Sakramen Baptis, setiap orang dipanggil dan diutus Allah menjadi Nabi, Imam dan Raja. Ada tiga bentuk panggilan hidup dengan spiritualitasnya yakni panggilan sebagai imam projo, biarawan/i dan keluarga. Keluarga sebagai Panggilan dan Perutusan adalah Tema MUSPAS ke-5 Keuskupan Agats.

Bagaimana keluarga Katolik dapat menyadari panggilan dan perutusannya dalam menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia?

Dasar Biblis Dan Yuridis Panggilan Keluarga Kristen

Allah menciptakan manusia laki-laki (Adam) dan perempuan (Hawa) menurut citra-Nya (Kej. 1:26-27). Dari tulang rusuk Adam, diciptakanlah Hawa sebagai “penolong” yang sepadan dengannya (Kej. 2:20), dan menjadi satu ‘daging’ (Kej. 2:24).

“Tulang Rusuk” dalam Bahasa Asmat–Atsj adalah “Jeuwim Emak” yakni “pelindung”. Artinya, laki-laki menjadi pelindung bagi perempuan.

Dalam Perjanjian Lama, perkawinan bersifat monogam. Yesus menegaskan, “Laki-laki akan meninggalkan ayah-ibunya dan bersatu dengan isterinya sehingga menjadi satu daging (Mat. 19:5).

Persatuan itu tidak boleh diceraikan manusia (bdk.

Mat. 19:5-6, Mrk. 10:7-9). Perceraian yang diizinkan oleh nabi Musa semata karena ketegaran hati umat Israel dan bukan kehendak Allah (Mat. 19:8). Maka 6 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

sifat perkawinan Katolik adalah Unitas dan Setia (KHK. 1055–1165). Unitas berarti perkawinan seorang pria dan wanita melambangkan persatuan cinta antara Kristus dengan gereja-Nya. Setia berarti perkawinan itu tak terceraikan sebagaimana Kristus yang selalu setia pada Gereja-Nya. Cerai berarti mengingkari janji perkawinan (bdk. Mrk. 10:9-12).

antar bapa-mama mengenai calon pasangan ideal wanita/pria. Jaki bayitam: orang tua berkunjung untuk penjajakan, jika cocok, diberi makanan (to jimin, dll). Cem bee bapcawamat: bila ada persetujuan antar kedua bela pihak, pemuda dan pemudi boleh saling berkunjung ke rumah calon menantu/mertua.

Oworse basumit cootaot: jika dirasa cocok, wanita dihantar ke Panggilan Dan Perutusan rumah keluarga laki-laki.

Keluarga Katolik Dalam Kon- See boroapom: pengukuhan teks Gereja Dan Budaya secara adat.

Asmat: Dapatkah orang Asmat menghayati panggilan dan perutusannya sebagai Keluarga Kristiani dalam konteks budaya “peramu”?

paroki. Penerimaan Sakra-men Krisma, Tobat dan Eka-risti diumumkan di paroki domisili.

Khusus perkawinan campur: pengumuman dilaksanakan di paroki asal pihak katolik.

Pastor paroki berwewenang untuk memberi dispensasi pengumuman. Kesepakatan membuat perkawinan: Kesepakatan hanya dari pasangan suami-isteri itu sendiri, tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi, mengandaikan ada “kebebasan” untuk saling meneguhkan perkawinan, diungkapkan atau dinyatakan secara publik, dan sah menurut normanorma hukum.

Ajaran Gereja : Persiapan Sakramental. Tujuan Perkawinan Norma-norma yuridis: PeBudaya Asmat : Melahirkan atau menambah jumlah anggota, je bapan/bisip (pewaris), mendamaikan para pihak yang bermusuhan, melahirkan pewaris andal (berkualitas) untuk mewarisi tradisi positif keluarga, je dan bisip, menghindari perang atau konflik dengan pihak lain atau internal.

Ajaran Gereja : Kesejahteraan Suami-Isteri, Kelahiran Anak, Pendidikan Anak.

Sifat Hakiki Perkawinan: Unitas/ Tunggal atau monogam berarti perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita. Setia (tidak dapat diceraikan). Artinya cinta kasih antara suami-isteri harus setia, tidak dapat diceraikan.

Tanggung Jawab Suami

1. Titik Temu Antara Gereja nyelidikan kanonik tentang kepastian hukum dan dan Budaya Asmat moral. Pengumuman Nikah: diumumkan 3 kali dalam Proses Perkawinan perayaan Ekaristi pada hari Budaya Asmat : Minggu atau dicantumkan Was bajasuam: komunikasi dalam papan pengumuman

Budaya Asmat : Terdapat 8 Kecakapan: Vermbu buat’ armisam ipits benakipits: cakap menangkap ikan dengan perangkap sero (Sero), Ci jakat armisam ipits: cakap membuat perahu lesung, Cemeat armisamipts: cakap membuat rumah, Juur oocan armisampits: cakap berburu babi di hutan dengan anjing, Amos joatipi: rajin pang-

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 7

kur sagu, Pak’ potomat ipits: ca-kap mencari sesuatu di alam sana, Atakam ciscuipits: cakap berkomunikasi, Jimarest benakipits: cakap berburu dengan busur dan panah. Memberi perhatian kepada isteri dan anak-anak, bekerja/ mencari nafkah, pangkur sagu di dusun keluarga, mencari ikan, membelah kayu, mengukir, melindungi isteri, misalnya membawa parang, dll saat ke dusun, mengajak anak-anak untuk menghormati roh leluhur (Dumup Uu) dan juga berdoa kepada Tuhan (Jou Jes = Roh Matahari).

Pria (sebelum kawin): Menimbah ilmu di Jew tentang cara hidup berkeluarga, harus mempunyai perahu dayung, berburu (merasa bertanggungjawab) dari hasil yang ada dan dibagi ke keluarga, tetangga dan jew; harta lakilaki: zaman dulu; facin (bulu kuskus), alat-alat perang (busur, panah, tombak, dll) kampak batu, gigi anjing (juwur sis); rajin bekerja misalnya: harus memiliki rumah sendiri dan tahu kerja perahu, tahu panggkur sagu, mencari ikan, dll.

Dari cara kerja yang baik itu maka kedua orang tua bisa meminang.

Ajaran Gereja : Mengepalai isteri: “Suami adalah kepala isteri, seperti Kristus adalah kepala jemaat” (Ef. 5:23).

Mengasihi isteri: “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat…”

(Ef. 5: 25). Paulus menasihatkan: “hai suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadapnya” (Kol. 3:19). Melindungi isteri: Oleh karena kedudukannya sebagai kepala isteri (Ef. 5:23), suami harus memberikan perlindungan terhadap isterinya dan anak-anaknya terhadap segala macam gangguan atau serangan entah berupa penyakit, tindakan kekerasan, fitnah, dsb, agar semua merasa tenang, tenteram dan bahagia. Suami haruslah orang bijaksana terhadap isterinya (I Ptr. 3:7). Memelihara isteri dan keluarganya: “orang yang tidak memelihara sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari pada yang tidak beriman” (1 Tim. 5:8). Jadi suami yang bertanggung jawab adalah suami yang mengusahakan penghasilan yang cukup untuk memelihara isteri dan anak-anaknya. Memimpin isteri dan anak-anaknya secara rohani: “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Ef. 6:4).

8 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Tanggung Jawab Istri

Budaya Asmat : Hampir sama dengan laki-laki. Bedanya: Memasak dan merawat anak, Harapan: suami terlibat dalam pekerjaan isteri. Wanita (sebelum kawin): membuat anyaman noken, tapin, bias membakar sagu, pangkur sagu, tahu jenis-jenis ikan, tahu menjaring, bisa menciptakan pekerjaan rumah tangga, perempuan selalu ada di rumah; harta wanita: noken, sagu, an (piring palepa sagu), jagmen (gepe-gepe), sem (penghapus sagu).

Ajaran Gereja : Tunduk kepada suami: “Sikap tunduk” adalah sikap kasih yang berkemauan untuk mematuhi (Lih. Ef. 5:22-24; Kol. 3:18; I Ptr. 3:1). Memelihara rumah tangganya: tanggung jawab seorang isteri (ibu) adalah di dalam

rumahnya. Tanggung jawab seorang istri adalah pertama-tama membina hubungannya dengan Allah, kemudian melayani suami dan memelihara anak-anaknya (Ams. 14:1; 31:27). Menghormati suaminya: “Kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri, dan isteri hendaknya menghormati suaminya” (Ef. 5:33). Menghormati berarti menghargai dan mematuhi, dimana anak-anak pun akan berbuat demikian. Jika anak-anak tahu menghormati orang tua, lebih mudahlah untuk mengajar mereka menghormati dan mematuhi

Tuhan dan orang lain.

2. Altar Menghadap Ke Jew

Dalam konteks budaya Asmat, reksa pastoral yang perlu dikembangkan adalah “Altar Menghadap Ke Jew”. Mengapa ke Jew (rumah bujang/laki-laki)? Karena Jew adalah tempat “membahas segala urusan yang besar dan penting, yang menyangkut hidup anggotanya dalam hubungannya satu sama lain dan dalam hubungannya dengan alam ciptaan yang dibicarakan, di sekitar tungku khususnya tungku utama yang disebut Wayir. Di sekitarnya, perwakilan-perwakilan faam terhimpun dalam kesatuan yang dipimpin oleh ketua adat, sekali-kali berkumpul untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan bersama; merencanakan pesta-pesta, mencari bahanbahan makanan atau bangunan di hutan, menyelesaikan perkara, menyusun langkah-langkah pembangunan rumah adat, dsb (Surat Gembala Prapaskah 2017).

Secara Katolik: Peran Gereja dalam seluruh proses perkawinan bisa dimulai pada tahap ketiga yakni Cem bee bapcawamat: kalau ada persetujuan antar kedua bela pihak, pemuda dan pemudi boleh saling berkunjung ke rumah calon menantu/mertua. Dalam arti tertentu, tahap ini sama dengan masa pacaran dan tunangan.

4. Membentuk Tribunal Keuskupan Program khusus dan mendesak dari Komisi Keluarga adalah mendata, mendampingi dan membereskan masalah keluarga yakni: poligami, cerai dan kawin lagi, sekaligus pengaduan kasus ke Tribunal Keuskupan/Uskup.

Upaya ini untuk merangkul kembali umat atau Keluarga Katolik yang “hilang” dari kehidupan menggereja sekaligus menyelamatkan anakanak yang lahir di luar pernikahan Katolik yang sah (hak baptis dan komuni).

Bapa Suci Paus Fransiskus berkata, “Keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat Injil disalurkan, dan Injil memancarkan sinarnya. Dalam keluarga, yang menyadari misi itu, semua anggota mewartakan dan menerima pewartaan Injil…”

(EN 71, FC 52). Demikian pula St. Fransiskus Asisi berkata, “Mari Kita Mulai Lagi Karena Sampai Saat Ini Kita Belum Berbuat ApaApa”.

3. Mengembangkan Pastoral Keluarga Berjenjang Yang Sumber inspirasi: Integral Kitab Suci, Ajaran Gereja, Hasil Pra-Muspas Keuskupan Agats

Pola pastoral keluarga yakni Pastoral Keluarga 2019 dan Hasil Diskusi PraBerjenjang dirasa cocok dimulai dari proses persiapan Muspas di Kuasi Paroki Warse. perkawinan adat dan memuncak pada peneguhan perkawinan secara Katolik. Usulan langkah konkretnya adalah: Secara Adat: OMK: proses inisiasi di Jew dan Sanggar Budaya bagi siswa-siswi kelas III SLTA. Calon nikah mengikuti proses persiapan perkawinan secara adat yang memuncak pada pengukuhan secara adat.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 9

foto: Kevin Sanly Putera

Penutup

“KELUARGA SEBAGAI PANGGILAN DAN PERUTUSAN” MUSYAWARAH PASTORAL KE-5 KEUSKUPAN AGATS – PAPUA 7 – 13 OKTOBER 2019

SAJIAN UTAMA

RD LAURENSIUS A. KUPEA

MUSPAS Keuskupan Agats pada tahun 2019 dilaksanakan untuk menandai Perayaan Emas Keuskupan Agats pada 24 November 2019.

10 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Pembukaan MUSPAS dimulai pada Pesta Bunda Maria Ratu Rosario.

Ini bukanlah kebetulan melainkan momen dimana peserta MUSPAS menimba inspirasi dari Bunda Maria.

Bunda Maria membiarkan hidupnya diarahkan oleh Allah, menyediakan dirinya dengan rela-sedia menjadi kediaman Roh Kudus dan melahirkan Sang Putera. Ia menjadi model bagi manusia dalam ketaatan dan keterbukaan kepada Allah, “Terjadilah padaku menurut Sabda-Mu”. Bunda Maria adalah juga perantara rahmat Allah bagi manusia.

foto: Gerry

Dalam pesta pernikahan di Kana, ia memperlihatkan kepedulian pada tuan pesta yang kehabisan anggur dengan menyampaikan kebutuhan itu kepada Putera-Nya sehingga terjadilah mukjizat air menjadi anggur. Tuan pesta serta semua orang yang hadir bersukacita karena mengalami rahmat Allah (bdk. Yoh 2:1-10). Sama seperti Bunda Maria, MUSPAS dimaknai sebagai kesempatan bagi para peserta untuk menimba rahmat Allah dengan sikap kesetiaan dan keterbukaan hati sehingga dengan demikian Gereja Keuskupan Agats pun menjadi perantara dan penyalur rahmat Allah bagi dunia.

Memahami Makna MUSPAS

MUSPAS kelima Keuskupan Agats menentukan arah pastoral untuk lima tahun ke depan. Tema MUSPAS

adalah “Keluarga sebagai Panggilan dan Perutusan.�

Seluruh hasil MUSPAS menjadi dasar selanjutnya bagi Keuskupan untuk menentukan langkahlangkah strategis dalam pastoral. MUSPAS melibatkan seluruh petugas pastoral berserta perwakilan umat dari masing-masing paroki, kuasi dan 2 calon kuasi yang berjumlah 265 peserta.

Melalui MUSPAS, Gereja Keuskupan Agats terus membaharui diri menuju pertumbuhkembangannya.

Jika Gereja sebelumnya dan para pendahulu telah meletakkan dasar dan menghasilkan buah-buah yang kita nikmati kini, maka pertanyaannya, buah-buah apa yang dihasilkan oleh gereja saat ini dan untuk masa depan?

Perlu diingat bahwa

MUSPAS selalu berdimensi Pentakostal.

Sebagaimana para murid diilhami oleh dorongan Roh Kudus untuk melanjutkan karya keselamatan Allah di dunia, demikian juga melalui MUSPAS, para peserta menimba inspirasi dari Allah dalam mengidentifikasi persoalan-persoalan keluarga serta menemukan cara untuk mengatasinya.

Dengan demikian, MUSPAS menjadi forum tertinggi gereja karena dibimbing oleh kuasa Roh Kudus. Maka para peserta pun hedaknya membuka diri bagi bimbingan Roh Kudus agar dimampukan untuk menghasilkan buah dan kelak buah itu pun berlimpah dan bisa dinikmati oleh banyak orang.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 11

Menggali Nilai-Nilai Berkeluarga

MUSPAS bertitik tolak dari kenyataan yakni pengalaman hidup keluarga-keluarga yang dianalisa dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. Kehidupan berkeluarga adalah perjuangan panjang dan bukan proses yang sekali jadi. Proses pembangunan kehidupan keluarga-keluarga katolik akan berjalan baik bila didukung oleh adanya nilai-nilai luhur sebagaimana terdapat pada masyarakat budaya dan adat. Budaya diterangi oleh Injil.

Dalam konteks sakralitas perkawinan dan perkawinan monogam, masyarakat Asmat sangat menghayati dan memelihara ritus perkawinan adat dengan cara setia seumur hidup, memiliki satu pria dan satu wanita, kesepakatan dan spirit kekeluargaan, serta keterarahan kepada kelahiran anak. Keluarga dilambangkan dengan pohon bambu yaitu berhimpun dalam kesatuan serta teguh tak tergoyahkan.

Pangkur sagu merupakan kebiasaan hidup yang di dalamnya terkandung nilai gotong royong, kekeluargaan, solidaritas, kerjasama, kerja keras, berbagi, tanggungjawab, pengorbanan, saling peduli, saling memelihara dan menghidupkan. Tungku api merupakan tempat keluarga mengalami kehangatan, kasih sayang, nasehat dan saling memperhatikan, rekreasi, makan bersama, bercerita dan tempat pendidikan keluarga, berdoa bersama atau mengajarkan doa serta nilai-nilai iman dan budaya kepada anak-anak.

Ada pula kriteria kematangan, tanggungjawab serta kelayakan untuk berkeluarga, selain fisik dan umur, yakni keterampilan dan kemampuan membuat dayung, perahu serta berkebun untuk pria; terampil membuat anyaman noken, mengolah sagu dan berkebun sebagai kriteria kelayakan untuk perempuan. Khusus mengenai sakralitas perkawinan, perkawinan merupakan sesuatu yang suci dan sosial, bernilai luhur dan juga sarat nilai. Dalam ritus adat digarisbawahi bahwa perkawinan itu merupakan lembaga dalam masyarakat, teguh dan setia, monogam dan terarah kepada kelahiran anak.

Titik Temu, bukan Pertentangan

Dalam budaya Asmat, perkawinan bukanlah urusan pribadi pria dan wanita, tetapi merupakan peristiwa kehidupan bersama sehingga seluruh masyarakat bertanggungjawab terhadap keluarga dan keluarga pun bertanggungjawab terhadap masyarakat.

Jew merupakan tempat pewarisan nilai-nilai dan tempat bagi masyarakat untuk mencari solusi terhadap persoalan. Saat ini, peran Jew (rumah adat) mesti diangkat kembali. Jika kekuatannya untuk mengikat dan mempersatukan tetap ada maka masyarakat tidak muda dikuasai oleh gaya hidup modern.

12 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Nila-nilai kristiani bukanlah sesuatu yang menggugat, menggerus dan mematikan nilai-nilai adat dan budaya. Perkawinan atau hidup berkeluarga kristiani, sebagaimana diajarkan Gereja dan ditemukan dalam Kitab Suci, justru meneguhkan dan menjadi arah bagi nilai-nilai hidup berkeluarga. Nilainilai pokok dari perkawinan Kristiani seperti monogami, kesetiaan seumur hidup, tidak terceraikan, serta kelahiran dan pendidikan anak merupakan nilai-nilai yang sudah dikenal, dihayati dan dijalankan dalam masyarakat/ umat kita. Iman kepada Kristus melandasi nilai-nilai budaya dan adat yang dihidupi oleh keluarga-keluarga Katolik.

Indah Kabar dari Rupa: Kenyataan tak Seindah Kata-Kata

Introspeksi dan refleksi selama MUSPAS membuat mata hati dan pikiran para peserta menjadi terbuka melihat kenyataan hidup keluarga. Pelan tetapi pasti, masyarakat berada dalam transisi budaya dan gaya hidup.

Pola hidup baik yang telah terbentuk sejak dahulu dan mulai diubah oleh hal-hal baru yang

terlihat menarik harus dihadapi dengan selektif yaitu memilah dan memilih mana yang tepat dan terbaik. Demikian pula sarana-sarana teknologi komunikasi (HP) disertai gaya hidup seperti minuman keras, judi, pergaulan/seks bebas adalah kenikmatan semu yang bertentangan dengan adat-budaya maupun ajaran Gereja Katolik. Peran “Jew” yang tidak lagi kuat dan efektif serta meredupnya “tungku api” akibat kuatnya arus globalisasi telah mengancam otoritas adat bahkan mengikis nilai-nilai seperti gotong royong, kontrol sosial, tanggungjawab, hormat pada adat/budaya, kerja sama, kerja keras, pendidikan anak serta generasi penerus, kebersamaan, solidaritas dan rasa kesatuan kekeluargaan.

Hal demikian memicu munculnya perilaku kawin sembunyi-sembunyi, kawin usia dini, seks bebas, kawin cerai dan poligami bahkan menimbulkan penyakit baru yaitu “HIV/AIDS” yang belum sungguh ditangani dan dicegah.

Kehadiran pendidikan formal (sekolah) maupun pendidikan non-formal (nilai dan iman) sungguh penting dan perlu dioptimalkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang didukung oleh fasilitas pendidikan yang memadai.

Hal ini mengandaikan kualitas pendidik serta motivasinya yang baik dalam mendidik sehingga peserta didik sungguh-sungguh berkualitas dalam ilmu pengetahuan, dan budi pekerti. Demikian juga dalam pendidikan non-formal, pendidikan nilai, iman maupun dalam budaya perlu ditingkatkan.

Hal itu mengandaikan pula bahwa Gereja perlu terus

meningkatkan kualitas tenaga pastoral serta kualitas pelayanannya.

Kedekataan dengan umat menjadi hal yang penting. Maka yang perlu ditingkatkan adalah pengenalan yang mendalam dan menyeluruh tentang situasi dan kebutuhan umat.

Seorang gembala hendaknya hadir di tengah umat dan menjadi “gembala yang berbau domba”, kata Paus Fransiskus.

Pemerintah ikut terlibat bersama Gereja dalam menyejahterahkan umat dari segi kehidupan sosial-ekonomi. Bantuan itu baik adanya hanya saja masyarakat perlu di-arahkan untuk mengelolanya secara baik dan benar agar pola hidup konsumtif yang berlebihan tidak terjadi pada masyarakat misalnya uang tidak hanya dihabiskan untuk makan dan minum, membeli kebutuhan sirihpinang, atau menggungkannya untuk me-muaskan kenikmatan

nafsu seks, serta dihabiskan untuk membeli sarana-sarana ko-munikasi. Keluarga yang bertumbuh sesuai peran dan fungsinya nampak pada semakin berkurang atau bahkan menghilangnya tindakan kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, ketidakjujuran dan meningkatnya polah sikap dan teladan yang baik dari orang dalam membina anakanak.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 13

MENEGASKAN LANGKAH, MEREHAB RUMAH TANGGA

Sadar akan pelbagai kekuatan dan kelemahan, MUSPAS lantas merancang gerak langkah bersama menuju perubahan hidup keluarga sebagai panggilan dan perutusan.

Keluarga disoroti dalam beberapa bagian penting, yaitu:

1. Relasi Suami-Istri dan Anak-anak

Keluarga. Kebersamaan (kerja sama) dan komunikasi satu sama lain adalah aspek penting dalam keluarga. Misalnya, kerja sama di kebun, pangkur sagu, makan bersama, rekreasi bersama/duduk bersama, berdoa bersama (andalkan Tuhan), ke gereja bersama, saling menyapa, saling percaya, saling setia, saling memperhatikan, saling terbuka, relasi yg mesra (intim), menjalankan tugas dan tanggungjawab masing-masing, saling menghargai, saling menerima kekurangan/ kelemahan pasangan, tidak menguasai/tidak menang sendiri, jujur (mengakui kesalahan, meminta dan memberi maaf); sabar, tidak dendam, saling melayani, tidak egois, hindari kekerasan, hindari perselingkuhan, kecemburuan (buta/curiga); mengingat hari perkawinan/mengulangi janji perkawinan.

Relasi orang tua dan anak-anak dapat ditumbuhkan dengan memelihara kebersamaan. Misalnya, menghidupkan kembali tungku api dimana orang tua dan anak saling sapa/salam; berdoa bersama; mengawasi anak; mendorong anak ke sekolah, mendidik anak, mengawasi dan mendidik (a.l. dalam hal pemakaian HP); mendorong anak untuk ikut kegiatan Gereja, mengikuti pendidikan di sekolah, membiasakan latihan disiplin, memberi contoh/teladan baik melalui sikap/perbuatan; meneruskan nilai-nilai/ mengajar anak-anak baik yang berkaitan 14 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

dengan iman (berdoa/ajaran agama), maupun berkaitan dengan penerusan nilai-nilai adat serta budaya hidup bersih dan sehat.

Gereja. Pembinaan dan Pendampingan Keluarga perlu dimaksimalkan. Untuk itu diperlukan adanya modul katekese keluarga, mengembangkan Marriage Encounter, pelatihan dan kursus dalam pengelolaan/manajemen ekonomi rumah tangga, kunjungan gembala/ pastor ke keluarga, persiapan perkawinan/ pembinaan calon mempelai dan jika mungkin meng-integrasikan ritual adat dengan nikah Gereja; membuat program khusus untuk keluarga dalam setahun (ulang janji nikah, rekoleksi keluarga, bulan keluarga); misa keluarga; sosialisasi tentang dampak negatif dari alat komunikasi dan juga manfaat positifnya; merancang kegiatan-kegiatan yang melibatkan keluarga; memperhatikan/mendampingi keluarga yang sedang menghadapi kesulitan: memperhatikan kesehatan pada umumnya dan juga kesehatan mental. Perlu juga mengadakan pelatihan untuk keterampilan kebersihan, ekonomi, kerajinan; membina orang muda agar memahami makna perkawinan dan menghindari pernikahan dini.

Masyarakat (adat, Gereja, pemerintah). Kerja sama dengan tetua adat dalam memantapkan relasi suami isteri, termasuk menjelaskan tentang makna keluarga suami-isteri menurut nilai adat dan

Gereja di kampung, stasi, dan paroki perlu dimaksimalkan. Maka dibutuhkan adanya data-data keluarga, kerjasama dengan pemerintah untuk mengurangi habitus yang buruk seperti judi, miras, lokalisasi, memajukan kesejahteraan (ekonomi) keluarga; pendidikan yang baik di sekolah (pengawasan ketat HP); menghidupkan/mempertahankan peran adat, Jew atau rumah adat.

Keterampilan bekerja dan menghasilkan serta mampu mengelola hasil-hasil alam perlu ditingkatkan; misalnya menjual produk secara online.

2. Pendidikan Keluarga.

Hal-hal yang perlu ditingkatkan adalah memasukkan anak-anak ke pendidikan usia dini (TK/Paud), mendorong anak untuk pergi ke sekolah, menyadarkan anak-anak akan pentingnya pendidikan, mendorong anak-anak untuk mengikuti

pembinaan iman (sekami, sekolah minggu di stasi dan di paroki), anak-anak tidak dibawa ke bevak pada masa sekolah. Khusus pendidikan orang muda, perlu adanya pendidikan seks(pergaulan bebas, penerusan nilai), dan melatih kerajinan/keterampilan, mendorong anak-anak yang tinggal di asrama untuk mendapat pendidikan formal dan pendidikan iman disertai nilai-nilai budaya.

Gereja. Pentingnya pembenahan sekolah Yayasan baik dalam hal ketenagaan (harus punya guru agama katolik) maupun metode pembinaan anak/remaja baik dalam katekese, lomba Kitab Suci, memanfaatkan audio-visual secara benar, maupun dalam bentuk-bentuk pembinaan lainnya.

Di samping itu, peningkatan dan program kunjungan umat perlu dilakukan secara teratur dengan program-program pembinaan yang dipersiapkan. Sekolah-sekolah tetap dikunjungi, selalu menyesuaikan kurikulum dengan situasi dan kondisi; menjadikan sekolah Yayasan sebagai sekolah model dengan mengembangkan sanggar seni, keterampilan dan pemberdayaan perempuan.

Selain itu, guru dan petugas pastoral pun perlu dibekali dengan pendidikan kerohanian guru dan petugas pastoral sehingga cakap dan berkomitmen dalam melayani. Misalnya, kemampuan me-mimpin doa, bernyanyi, bina iman anak, rajin, memberi MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 15

teladan, berkorban, menyapa umat, tinggal di stasi, paroki, kegiatan bersama umat dan belajar bahasa.

3. Kesehatan Keluarga. Keluarga sendiri mesti memiliki pola hidup sehat misalnya dengan menghindari mi-ras, rokok, sirih-pinang, mengawasi anak dari pergaulan/seks bebas; memberi pendidikan seks, mengawasi perkembangan anak (alat-alat reproduksi; siklus menstruasi), penggunaan sarana-sarana komunikasi serta godaan uang.

Di samping itu, diperlukan keteladanan orang tua dalam hal menjaga kesehatan, mewaspadai penyakit yang dapat menular melalui hubungan seks (HIV/ AIDS). Hidup sehat ditandai dengan lingkungan bersih, tubuh bersih, rumah bersih, air bersih/MCK amat penting.

Masyarakat/Gereja/ Pemerintah. Masyarakat atau pemerintah bertanggungjawab dalam hal penyuluhan dan perawatan kesehatan, menyiapkan bahan serta melaksanakan penyuluhan

kesehatan HIV/AIDS, bekerja sama dengan masyarakat dan Gereja melakukan sosialisasi kesehatan di jew dan Gereja.

Adanya kerja sama lintas sektor di paroki dalam urusan kesehatan, LSM Kesehatan, melakukan pemeriksaan dan pengobatan teratur.

Gereja Keuskupan diharapkan untuk membenahi karya kesehatan Keuskupan (adanya tim kesehatan terpadu dan Komisi kesehatan di Keuskupan). Perlu menginisiasi kegiatan lomba kebersihan, pendidikan seks di sekolah; berdoa untuk orang sakit dan andalkan Tuhan, membantu orang yang sakit, menyediakan obat-obat dan tenaga medis, dan melatih kader pastoral agar terampil menangani kesehatan.

4. Ekonomi Keluarga. Pentingnya meningkatkan ekonomi Rumah Tangga yaitu mengelola keuangan dengan baik (hindari mabuk, judi, dll) dan menghindari pemborosan.

Keterampilan bekerja dan menghasilkan serta mampu mengelola hasil-hasil alam perlu ditingkatkan; misalnya menjual produk secara online,

16 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

memanfaatkan dana-dana bantuan untuk pengembangan ekonomi, mengolah kebun, ikan garam dan usaha-usaha lain.

Masyarakat/Gereja/ Pemerintah.

Masyarakat, pemerintah, dan Gereja perlu memajukan kelompokkelompok tani, ternak, dan nelayan, membantu masyarakat ekonomi lemah, menyalurkan hasil-hasil masyarakat, membuat proyek-proyek percontohan, pemetaan potensi masyarakat dan potensi alam. Dibutuhkan pendampingan bagi masyarakat dalam mengolah alam untuk memajukan ekonomi dengan didukung oleh adanya pembuatan regulasi yang melindungi dusun. Gereja melalui PSE memajukan program pemberdayaan ekonomi rumah tangga dan pengelolaan aset-aset alam.

5. Pastoral

Pastoral merupakan tanggung jawab Gereja.

Maka hendaknya dibuat buku pedoman pastoral keluarga, mengurangi beban rangkap tugas (terutama pada pastor/ gembala), restrukturisasi

mengoptimalkan fungsi Jew, mengembangkan dan melestarikan budaya, mempersiapkan perkawinan (adat dan Gereja), menegakkan sanksi adat jika ada kejahatan sosial, dan menghidupkan lagi perahu dayung.

7. Sosial

Dalam bidang sosial perlu diambil langkah-langkah berikut yaitu memulihkan sakralitas perkawinan, setia pada pasangan dan ritual adat, memperkuat nilai-nilai budaya, menghidupkan/melestarikan kearifan lokal dan rumah adat atau jew.

komisi, meningkatkan kunjungan tim pastoral agar dapat melakukan pembinaan lebih lama, membuat program kunjungan umat yang jelas dan teratur disertai kunjungan keluarga oleh petugas pastoral secara maksimal.

Hal ini perlu didukung oleh data tentang umat, menghidupkan kembali Tim Pastoral Paroki yang dibiayai oleh Keuskupan, membenahi manajemen pastoral keluarga, dan menyiapkan modul pembinaan keluarga.

6. Kebudayaan

Demi memajukan kebudayaan maka kerja sama Gereja dan Masyarakat tetap dipupuk. Misalnya kerja sama untuk membangun rumah adat di kampung, menegakkan kembali adat dan budaya, MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 17

LANDASAN DALAM GERAK PASTORAL BERSAMA

VISI Terwujudnya keluarga sebagai panggilan dan perutusan yang berakar dalam budaya lokal, bermartabat, sejahtera, mandiri, yang diterangi dan diilhami oleh nilai-nilai Injili.

MISI

Dalam merumuskan misi, MUSPAS ingin memperkaya perspektif, gagasan dan ide mengenai Misi Gereja dalan bidang keluarga ke depan.

Misi dirumuskan oleh tiga kelompok berbeda, yakni Gembala/Petugas Pastoral, Para Ibu dan Bapak-Bapak. Selalu diingat bahwa pembagian ini bukan suatu pembagian atau pemisahan peranan antara gembala/ petugas pastoral, ibu-ibu dan bapak-bapak, sebaliknya diperkaya, karena ide-ide itu datang dari kelompok berbeda dengan pengalaman serta cara pandang berbeda.

GAGASAN

dari para Gembala dan Petugas Pastoral: 1) Mengembangkan model pastoral yang menyeluruh, kontekstual, partisipatif, dan inkulturatif dengan menjadi teladan dalam semangat pengabdian.

2) Mengembangkan katekese dan pembinaan iman yang menumbuhkan relasi dalam keluarga dan menyadarkan keluarga akan panggilan dan perutusannya.

18 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

dari Kaum Wanita: 1) Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan mengembangkan nilai-nilai positif: terbuka, berpikir positip, sabar, dan kerja keras.

2) Mendorong keluarga untuk terlibat dalam kegiatan menggereja.

3) Menyiapkan masa depan anak-anak dengan membimbing dan mendorong pendidikan (formal) dan nonformal/informal.

4) Memperhatikan kesehatan keluarga.

5) Melestarikan keterampilan tradisional (noken, dsb) sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga (nilai-nilai hidup).

dari Kaum Pria: 1) Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk (malas, ikut arus) seperti mabuk, judi, poligami, KDRT dsb).

2) Menanamkan nilai-nilai iman melalui pengajaran, praktek dan keteladanan dalam keluarga.

3) Mengembangkan kemandirian ekonomi melalui pemanfaatan potensi lokal (dusun, ukiran, dsb).

4) Terlibat aktif dalam mendorong anak mengikuti pendidikan dan membiasakan pola hidup bersihsehat bagi keluarga.

5) Memelihara dan melestarikan budaya lokal.

KOMITMEN BERSAMA KEUSKUPAN AGATS

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

foto: Gerry

1) BERTOBAT DAN MELAKUKAN REKONSILIASI/ BERDAMAI. 2) MEMBINA DAN MENGEMBANGKAN DIRI TERUSMENERUS. 3) MEMBANGUN KERJASAMA DENGAN SEMUA PIHAK (YANG PENTING/PERLU MENJALANKAN MISI KITA).

4) MENGEMBANGKAN ETOS (SEMANGAT) KERJA KERAS. 5) MENGANDALKAN TUHAN. 6) BERAKAR DALAM BUDAYA (BELAJAR, MENDALAMI BUDAYA).

7) BERIMAN DALAM KRISTUS (MEMAKNAI HIDUP DALAM TERANG KRISTUS).

| 19

KOMUNIKASI KELUARGA MEMAJUKAN PENDIDIKAN ANAK MILENIAL DI SEKOLAH SAJIAN UTAMA

SR. D’ANITA SERAN, OSU

Perkembangan teknologi di zaman ini sungguh pesat dan merambah dunia kita (lumpur Asmat) sehingga semua orang dapat mengakses dengan muda semua informasi entah baik maupun buruk. Di sinilah pentingnya melestarikan nilai-nilai kebijaksanaan dan hati nurani yang dicontohkan oleh para pendahulu (penyebar agama dan tonggak pendidikan) untuk membentengi diri, agar tidak tunggang langgang dan terseret dalam arus informasi dunia digital yang menyesatkan generasi milenial. Hal ini tak dapat dipisahkan dari tugas dan peran keluarga yang amat penting dalam mendampingi generasi milenial dalam konteks Pendidikan Anak.

Disadari bahwa kecerdasan intelektual memang penting namun sebagai satu totalitas diri yang utuh, manusia mesti menghidupi dan mengamalkan integritas, empati, hati nurani, serta nilai-nilai kehidupan lainnya.

Patut disyukuri bahwa telah beratusratus tahun bahkan berabad-abad lamanya, Gereja Katolik melalui kehadiran para SantoSanta telah menanamkan nilai-nilai kebajikan Injili yang dipegang teguh dan diajarkan kepada sekian banyak generasi sehingga melahirkan manusia-

manusia yang memiliki pribadi yang utuh, cerdas secara intelektual dan beraklak baik, serta turut membangun gereja dan masyarakat pada tatanan budaya bangsa.

Memang, sejauh mana peran keluarga?

Keluarga merupakan satu kesatuan hidup bersama dalam tatanan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga batih).

Ikatan kekeluargaan sangat membantu anak untuk mengembangkan sifat persahabatan antar pribadi, cinta kasih, kerja sama, jujur dan disiplin yang pada dasarnya terbentuk melalui

20 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

relasi komukasi yang baik dan sehat antara keluarga orang tua siswa dan pendidik.

Artinya, orang tua siswa dan pendidik adalah unsur atau elemen yang saling berkaitan erat serta saling mempengaruhi dalam proses pertumbuhan yang baik dari seorang anak. Namun pengalaman di lapangan menoreh keprihatinan terhadap kurangnya relasi komunikasi yang baik dan sehat antara orang tua siswa dengan pendidik/pihak sekolah, tempat dimana anak dititipkan untuk menuntut ilmu. Dengan kurangnya komunikasi pada ketiga

elemen, ketidakseimbangan informasi pun diterima oleh anak didik baik yang berada di sekolah maupun di rumah.

Untuk memajukan pendidikan yang berkualitas, maka perlu adanya komunikasi antara sekolah dan orang tua murid agar seirama dalam menyesuaikan cara belajar yang baik dan dalam memotivasi anak untuk belajar secara lebih rajin dan tekun.

Jika komunikasi ini berjalan dengan baik maka akan meningkatkan kecerdasan anak, baik secara IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient) sebagaimana yang dikehendaki oleh orang tua dan sekolah.

Keluarga menyediakan situasi belajar Keluarga sangat berperan penting dalam pertumbuhkembangan anak baik secara fisik maupun emosional.

Secara fisik, keluarga melatih anak untuk mengurus dirinya sendiri seperti mengatur waktu untuk makan, istirahat, belajar, bermain, membersihkan diri/ mandi, sopan santun dalam berbicara, berdoa, dsb. Jika hal itu telah menjadi pola kebiasaan maka akan membekas di dalam diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi. Demikian juga secara emosional, sikap dan perilaku orang tua sangat mempengaruhi perkembagan emosional anak. Misalnya, sikap orang tua yang menerima atau sebaliknya menolak anak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh/masa bodoh, sikap sabar atau tergesa-gesa, maupun sikap melindungi atau membiarkan anak, akan secara langsung mempengaruhi reaksi batin dan emosional anak.

Dengan demikian, pada hakekatnya sekolah kasih sayang, guru pertama dan tanggung jawab pendidikan anak pertama-tama dan terutama adalah terletak di tangan orang tua/keluarga, dan tidak tergantikan oleh siapapun, kecuali berbagai keterbatasan orang tua. Sekolah merupakan kelanjutan dari

keluarga sehingga tetap melibatkan orang tua dalam mendidik anak. Maka, sebagian dari tugas mendidik yang dilimpahkan kepada sekolah, dipahami dalam konteks kerjasama dan saling membantu antara sekolah dan keluarga dalam mendidik anak.

Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinue/berkelanjutan perlu dikembangkan berdasarkan tuntutan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.

Sebuah inspirasi kebijaksanaan dari St Angela Merici yang mengatakan, “Jika terjadi perubahan zaman dan anda perlu melakukan perubahan, lakukanlah dengan bijaksana, setelah anda mendengarkan Tuhan.�

Artinya, suara dan kehendak Tuhan adalah kebenaran mutlak yang terungkap melalui Kitab Suci, Magisterium (pengajaran Paus dan para Uskup), kesucian hidup Para Orang Kudus, pandangan para Teolog, kebijaksanaan para Filsuf Katolik, kesaksian hidup para imam, biarawan-biarawati, serta teladan hidup para guru, orang tua dan

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 21

siapa saja yang melaluinya Roh Kudus berkarya. Kepada merekalah, manusia harus membuka diri untuk mendengarkanNya.

Dalam arti itulah, keluarga milenial perlu menanamkan nilai injili/iman bagi generasi ini lewat kebiasaan terkecil misalnya membuat tanda salib, berdoa sebelum/setelah makan, berdoa sebelum tidur, dan kebiasaan membaca Kitab Suci dalam keluarga, dsb. Pedoman mendasar ini mungkin dianggap kuno sehingga kerap diabaikan oleh generasi anak milenial padahal mestinya dipegang teguh dalam menghadapi perkembangan zaman.

Pembiasaan ini-lah yang senantiasa secara konsisten diingatkan dan ditanamkan oleh keluarga dan seluruh pribadi yang berkarya di dunia pendidikan.

Keluarga adalah peletak dasar bagi pendidikan aklak dan pandangan hidup keagamaan.

Sinergi Sekolah dan keluarga Demi terwujudnya generasi penerus yang bertanggung jawab bagi individu, masyarakat, agama dan bangsa perlu adanya sinergitas antar lembaga sekolah dan keluarga. Kolaborasi yang komunikatif antar dua pusat pendidikan tersebut berdampak baik terhadap anak

22 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

dalam berinteraksi dan mengembangkan aktualisasi diri dengan lingkungan sekitar. Setiap anak itu unik. Ia memiliki bakat, bahkan jenius dan tidak bodoh.

Mereka hanya membutuhkan tuntunan dan bimbingan yang sebenarnya tidak diabaikan oleh orang tua dan pendidik.

Maka, kolaborasi sangatlah penting untuk dibangung di antara orang tua dan pendidik untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak.

Di dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 4 tertulis bahwa, “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan”. Sementara itu dalam GBHN 1993 dinyatakan, “Pendidikan di sekolah adalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga.”

Hal ini selaras dengan Dokumen Gereja Konsili Vatikan II, yaitu dalam amanat Apostolik “Familiaris Consortio” 1981 Paus Yohanes Paulus II yang dalam piagam Hak-hak keluarga mengatakan, “Salah satu hak keluarga adalah “hak untuk bertanggung jawab atas penerusan hidup dan mendidik anak. Konsili Vatikan

II menggambarkan keluarga kristiani dengan menyebutnya sebagai “Gereja Domestik� atau Gereja Rumah Tangga�.

Dalam Gereja Rumah Tangga hendaknya orang tua dengan kata-kata, teladan, dan kesaksian hidup lainnya menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak serta mendidik anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang matang dalam segala aspek hidup.

Keluarga menanamkan nilai-nilai yang mendasar dalam hati dan pikiran anak-anak dalam suasana cinta yang tak bersyarat sebagai sumber dan dasar pendidikan anak-anak (FC. 8, 14).

Dengan demikian peralihan bentuk pendidikan ini memerlukan kerja sama antar orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh si-

kap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan kelas. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan agar menghindari munculnya tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dilakukan oleh anak didik; dengan demikian, orang tua pun tidak cenderung menyalahkan pihak sekolah (pendidik).

Orang tua harus menunjukkan kerja sama dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga/mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan makan-minum. Orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

Demikian pula dalam konteks proses

pendidikan di sekolah, pendidik hendaknya mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didiknya di rumah demi pembentukan kualitas hidup anak.

Artinya, pendidikan atau keadaan lingkungan keluarga mempengaruhi perkembangan anak entah membantu atau pun sebaliknya menghalanginya.

Dengan mengenal latar belakang anak, pendidik akan memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang keadaan diri anak dan demikian dapat menentukan model pendidikan yang sungguh tepat sasaran dalam membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam seluruh dimensi.

Untuk itulah, sangat dibutuhkan sebuah proses pendampingan dari para pendidik yang terus-menerus tanpa kenal lelah melalui beberapa cara yang ditempuh untuk menjalin kerja sama antara keluarga

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 23

berkolaborasi adalah hal yang penting dan dibutuhkan di masa depan. Semoga dengan adanya kesadaran dan pemahaman yang baik akan peran dan pentingnya komunikasi yang efektif, feedback, kreatif, mampu memotivasi dan memberi inspirasi kepada siswa untuk rajin belajar, agar di masa depan menghasilkan generasi milenial penerus bangsa yang cerdas, beriman dan berakhlak baik. foto: Sr. Anita

dan sekolah. Keluarga berperan dalam mendukung proses pendidikan anak lewat membangun komunikasi dengan guru, mengenalkan nilai-nilai baik untuk hidup yang baik di tengah masyarakat, memberikan apresiasi anak, mendengarkan cerita anak, meneruskan pendidikan di sekolah untuk “peduli sampah”. Sementara sekolah terus menjalin kerjasama pula dengan keluarga lewat kunjungan dari pendidik ke rumah anak didik, mengundang orang tua ke sekolah, mengadakan kegiatan Case Conference (konferensi kasus yang digunakan dalam bimbingan konseling), pendampingan rohani/spiritual (self –character of education), peran Comite Sekolah, surat menyurat antara sekolah dan orang tua, adanya daftar nilai/ raport (evaluasi hasil belajar siswa) yang diberikan kepada siswa untuk dievaluasi bersama dengan orang tua.

Belajar dari pendangan beberapa tokoh.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim di acara talkshow Mata Najwa menyoroti peran dan andil orang tua dan pendidik (guru) dalam pendidikan anak. Nadiem berharap guru diberi kesempatan berinovasi agar siswa bisa lebih menikmati proses belajar “membuat murid merasa oh saya bisa ya, itu esensinya”. Indonesia membutuhkan anak-anak kita untuk indonesia masa depan “our children are our future” bahwa “Indonesia butuh anak muda yang berani ikuti kata hatinya.” Era yang akan datang menuntut generasi muda untuk bekerja di dalam tim. Kemampuan 24 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Sumber : 1. Art. education. KOMPAS. com,2019 2. Dok. Gereja Katolik 3. Perkembangan Pendidikan Nasional RI 4. Ursuline, Reg.St.Angela Merici: School and society school of education

REFLEKSI TENTANG KELUARGA:

Sebuah Persekutuan Yang Menghidupkan SAJIAN UTAMA

FR. ELI DUGANATA

Keluarga merupakan sebuah persekutuan yang menghidupkan.

Melalui keluarga, lahirlah kehidupan baru yang berlangsung terus-menerus.

Sumber kehidupan itu adalah Allah sendiri. Ia memberikan rahmat kepada keluarga-keluarga untuk beranak cucu, bertambah banyak dan memenuhi bumi (Kej. 1:28; 9:1,7;35:11). Di dalam keluarga, terbentuklah sebuah persekutuan hidup yang terdiri dari bapak, ibu dan anak-anak. Bagaimana persekutuan yang hidup itu terwujud dalam keluarga-keluarga Asmat?

Di beberapa tempat (khusushya di paroki Komor, dan mungkin juga di tempat lain), ada kebiasaan bahwa di dalam satu rumah, hiduplah beberapa keluarga antara 2-4 kepala keluarga. Anak-anak yang sudah menikah masih tetap tinggal dalam satu rumah bersama orang tuanya. Kebiasaan ini dijalankan turun-temurun dan menjadi hal yang lazim dalam masyarakat. Ada sisi positif dari kebiasaan ini, tetapi juga ada sisi negatifnya. Banyak orang melihat kebiasaan ini dan berpendapat atau mengambil suatu kesimpulan bahwa anak-anak muda yang demikian masih bergantung pada orangtua.

Anak-anak muda yang baru menikah belum bisa mandiri, belum memiliki keterampilan untuk membuat rumah, membuat perahu, panggur/totok sagu, menganyam dan mencari ikan.

Adakah makna lain di balik kenyataan demikian? Berikut ini adalah sepenggal refleksi tentang realitas keluarga-keluarga Asmat yang hidup bersama dalam sebuah rumah yang mengungkapkan hal-hal positif lain di baliknya. Hal ini membutuhkan sebuah kemampuan untuk terbuka dan bijaksanan dalam memahami fenomena MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 25

Dasar Biblis: Refleksi berdasarkan Kitab Suci

Dalam Kitab Kejadian, Allah menghendaki manusia untuk hidup bersama, karena tidak baik jika manusia itu hidup sendiri (Kej 2:18). Artinya, manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup karena menyadari dirinya sebagai pribadi yang berharga bagi sesamanya. Dalam konteks hidup berkeluarga, kita dapat memahami bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan saling membutuhkan dalam hidup (konteks keluarga kecil; bapa, mama, anak-anak). Pernikahan antara dua sejoli bukan memisahkan tetapi menyatukan kelompok yang lebih besar.

Sebagaimana laki-laki membutuhkan perempuan sebagai penolong hidup, demikian pula keluarga yang satu membutuhkan keluarga yang lain dalam membangun hidup yang sejahtera dan bermartabat.

Allah bersabda, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging� (bdk. Kej. 2:24; Mat. 19:5; Mrk. 10:7; Ef. 5:31). Sabda Allah ini mengindikasikan bahwa ketika menikah, keluarga baru tersebut berpisah dari orang tua mereka. Ada dua kemungkinan yang dapat kita pahami yakni, Pertama, seorang laki-laki meninggalkan rumah orang tuanya, dan bersatu dengan istrinya dalam rumah yang baru.

Keluarga baru tersebut tinggal terpisah dari orang tua mereka. Kedua, laki-laki dan perempuan yang meninggalkan orang tua mereka, membentuk satu keluarga kecil yang baru tetapi masih tetap bersatu dengan orang tua sebagai satu keluarga besar. Ini berarti bahwa keluarga baru ini masih tetap tinggal dalam rumah orang tua mereka sebagai satu keluarga yang lebih besar.

26 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Konteks Budaya Asmat: Refleksi atas Kenyataan Hidup

Ciri khas masyarakat budaya Asmat adalah kehidupan yang ditandai dengan persekutuan yang utuh atau kebersamaan yang akrab. Nilai ini terbentuk dalam kegiatan panggur/totok sagu yang dilakukan bersama-sama oleh satu keluarga besar yang tinggal dalam satu rumah.

Ketika hendak memanggur sagu, mereka bersama-sama menggunakan satu perahu yang sama. Inilah salah satu sisi lain yang dipahami di balik kenyataan akan adanya keluarga-keluarga yang hidup bersama dalam sebuah rumah. Melalui persekutuan dan kebersamaan ini, kebahagiaan maupun kesulitan dialami secara bersama-sama dan membuat keluarga-keluarga pun dapat hidup kokoh dan teguh dalam mengarungi zaman yang terus berkembang.

Rumpun bambu menjadi simbol persekutuan keluarga Asmat. Semakin banyak rumpun bambu, maka semakin kuat dan kokoh pula rumpun bambu tersebut.

Demikian pula dengan kehidupan keluarga.

Semakin banyak keluarga bersatu, semakin kokoh dan kuat pula keluarga tersebut dalam masyarakat dan dalam seluruh perjalanan hidup mereka. Sebuah keluarga kecil akan merasa hidup jika ada dan tinggal bersama dalam persekutuan keluarga besar. Dengan demikian, dapatlah dimengerti bahwa sesungguhnya ada nilai-nilai lain di balik fenomena tentang beberapa keluarga yang tinggal dan hidup bersama di dalam satu rumah.

foto: P. Luky

kehidupan keluarga-keluarga Asmat.

DIPANGGIL MELAYANI KERAJAAN ALLAH: TAHBISAN TIGA IMAM & DUA DIAKON KEUSKUPAN AGATS SAJIAN UTAMA

AMBROSIUS BILLE

Dalam Gereja Katolik dikenal dua bentuk panggilan imamat yaitu imamat umum dan imamat jabatan. Baik imamat umum maupun jabatan, keduanya dilandaskan pada satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan.

Maka, baik imam maupun awam sama-sama memiliki martabat dan tugas perutusan sebagai satu anggota Kristus dan umat Allah yaitu ikut mengambil bagian di dalam imamat Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja (bdk. Ef. 4:5, Lumen Gentium no. 31, dan Kitab Hukum Kanonik, Kan. 204ยง1).

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 27

Keterarahan yang satu dan sama kepada Kristus dinyatakan dalam atau menurut cara khasnya masing-masing yaitu menurut hakekat, fungsi dan jabatan. Melalui tahbisan suci dan oleh karena kuasa Roh Kudus, setiap imam diserupakan dengan Kristus Yesus, Kepala dan Gembala umat. Dengan kekuasaan kudus yang termeteraikan, seorang imam (imamat jabatan) memimpin umatnya dengan merayakan Ekaristi Kudus atas nama Kristus dan mempersembahkannya kepada Allah atas nama segenap umat. Sedangkan umat beriman, berkat imamat rajawi ikut serta dalam persembahan ekaristi, menyambut sakramensakramen, berdoa, bersyukur, dan memberi kesaksian hidup suci dengan pengingkaran diri serta cinta kasih yang aktif (LG no. 10).

“Gembala-gembala akan Kuangkat bagimu sesuai dengan hati-Ku� (Yer. 3:15).

Bagaimana pengangkatan itu terus diwariskan dan dilaksanakan secara sah di dalam Gereja Katolik?

Perayaan Ekaristi Syukur Tahbisan Imam dan Diakon Keuskupan Agats

Gereja dan seluruh umat Keuskupan Agats sungguh diliputi sukacita dan kegembiraan. Harapan dan kerinduan untuk memiliki seorang imam yang baru dan dalam penantian yang cukup lama, pada akhirnya terwujud. Dari Kesukupan Agats, lahirlah 3 28 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

imam baru dan 2 diakon yang baru. Siapakah para imam dan diakon yang baru ditahbiskan?

Mengenal dan Menelusuri Kisah Panggilan

Tuhan memanggil setiap orang menuju satu tujuan yang sama dengan cara yang unik.

Pastor Inno Nurmalay Pr, Pastor Yohanes Laritembun Pr, Pastor Lorens Kupea Pr, Diakon Abel dan Diakon Yanto adalah orang-orang yang dipanggil untuk mengikuti Tuhan secara khusus yaitu sebagai imam. Pengalaman keterpanggilan ini dialami oleh mereka secara berbeda-beda.

Pastor Inno adalah seorang putera asli Tanimbar (Maluku). Ia lahir, dibesarkan dan hidup bersama orang tuanya di desa Alusi Batjasi, Kabupaten Kepulauan Tanimbar.

Keinginannya untuk menjadi seorang pastor telah muncul sejak ia masih berada pada bangku pendidikan SD.

Pastor Anes adalah juga seorang putera asli Tanimbar. Ia dibesarkan dan hidup bersama kedua orang tuanya di desa Debut, Kabupaten Maluku Tenggara. Sudah sejak kecil, ia telah memiliki keinginan untuk menjadi imam.

Pastor Lorens adalah seorang putera asli Flores. Ia dibesarkan dan hidup bersama kedua orang tuanya di Sulawesi Tengah, tepatnya di Kabupaten Banggai Laut.

Keinginannya untuk menjadi pastor muncul ketika ia menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Diakon Yanto adalah putera asli

Flores. Ia lahir, dibesarkan dan hidup bersama dengan kedua orang tuannya di Flores, NTT. Keinginannya untuk menjadi pastor mulai muncul pertama kali ketika ia menamatkan pendidikan di bangku SMA dan mulai menjelajahi pulau Papua.

Diakon Abel adalah putera asli suku Asmat kedua yang menerima tahbisan Diakon setelah Pastor pertama suku asli Asmat yaitu Pastor Moses Amiset, Pr. Pengalaman keterpanggilan menjadi pastor dialaminya saat menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA. Pengalaman disentuh dan dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi imam sungguh membuat mereka berani untuk meninggalkan keluarga, daerah dan kampung halaman, serta teman-temannya untuk masuk ke seminari.

Pastor Inno dan Pastor Anes adalah teman seangkatan sejak SMP. Mereka masuk SMP Seminari St Yohanes Maria Vianney Saumlaki sejak tahun 2002 dan melanjutkan jenjang selanjutnya pada SMA Seminari St. Yudas Thadeus Langgur. Pada tahun 2008, mereka melamar untuk menjadi

calon imam projo Keuskupan Agats dan kemudian diterima untuk memulai perjalanan awal yang disebut masa perkenalan (MAPER) selama 1 tahun.

Meskipun berbeda angkatan, perjalanan yang sama dijalani pula oleh Diakon Abel dan Diakon Yanto.

Perjalanan keterpanggilan untuk menjadi seorang imam cukup panjang dan dituntut oleh Hukum Kanonik untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi studi filsafat dan teologi sampai lulus, juga mencakup suatu program formasi yang meliputi pengarahan rohani, berbagai retret, pengalaman apostolat semacam Kuliah Kerja Nyata (bdk. Kan. 1032).

Setelah 1 tahun menjalani MAPER, mereka terus melanjutkan jenjang pembinaan dan pendidikan yang dimulai dari tahun rohani selama 1 tahun dan kemudian dilanjutkan dengan jenjang pendidikan di Seminari Interdiosesan Yerusalem Baru yaitu Seminari Tinggi Filsafat Teologi Fajar Timur Abepura di Jayapura. Para calon imam menjalani 4 tahun masa kuliah untuk mencapai Sarjana Strata

1 (S1), kemudian dilanjutkan dengan praktek lapangan atau menjalani hidup di tengah umat yang disebut masa patoral selama 1 tahun dan tahun karya selama 1 tahun.

Setelah itu, para calon imam kembali ke STFT Fajar Timur untuk mengikuti kuliah program Pascasarjana (PS) yang dijalani selama 2 tahun sebagai tahap untuk persiapan tahbisan diakon. Beberapa bulan atau kurang lebih 1 tahun menjalani masa diakonal dan setelah dianggap layak, maka mereka ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup. Kurang lebih 10-11 tahun merupakan waktu dan masa yang harus dilalui oleh para calon imam dalam menjalani proses perjalanan panggilannya menuju imamat.

“Pastor” dan “Diakon” adalah Sebuah Gelar Perutusan Sakramen imamat merupakan salah satu dari tujuh sakramen yang terdapat dalam Gereja Katolik Roma. Sakramen ini meliputi episkopat, presbiterat, dan diakonat (Kan. 1009, §1) dan diberikan dengan penumpangan tangan serta

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 29

doa tahbisan sebagaimana ditetapkan dalam buku-buku liturgi untuk masing-masing tingkat (Kan. 1009, §2). Dengan Sakramen Imamat, maka terjadilah pengudusan atas orang-orang yang mendapat tugas dan jabatan dalam kepemimpinan, pengudusan, dan pengajaran bagi umat Allah. Pada hari Minggu, 2 Februari 2020 tepat pada Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah, secara resmi ketiga Diakon ditahbiskan menjadi Imam dan dua frater ditahbiskan menjadi Diakon oleh Yang Mulia Uskup Keuskupan Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM. Perayaan tahbisan tersebut berlangsung di Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Mbait pada pukul 08.30-12.30 WIT.

Sebelum memasuki ritus tahbisan, Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM memberikan homili tentang kekudusan dan kesucian hidup. “Hidup kudus dan suci adalah panggilan dari Allah untuk semua orang.

Kekudusan bukanlah diartikan secara sempit sebagai semata-mata merujuk pada Uskup, para imam, suster, tetapi sesungguhnya untuk semua orang. Kekudusan dan kesucian hidup diusahakan oleh manusia dan sesungguhnya dikehendaki oleh Allah. Orang yang setiap saat berdoa dan menarik diri dari dunia luar karena menganggap dunia tidak baik sama sekali bukan menampilkan kekudusan.

Demikian juga orang yang selalu sibuk untuk membela keadilan sampai menimbulkan konflik yang baru tidak jauh bedanya dengan 30 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

LSM. Bapak Uskup mengutip pendangan dan penghayatan Paus Fransikus tentang hidup kudus dan suci. Kekudusan dan kesucian yang sejati sesungguhnya bersifat integral yaitu adanya keseimbangan antara hidup doa dan penghayatan hidup yang nyata dalam tindakan dan perbuatan. Hidup kudus dan suci telah ditunjukan oleh Yesus dalam Injil Matius bab 5 yaitu tentang Sabda Bahagia.

Berbahagialah orang yang lemah lembut dan rendah hati, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.

Orang yang menghayati sabda itu adalah ibu kita sendiri. Meskipun lelah namun ia masih tetap sabar dan rendah hati memberi waktu untuk mendengarkan kabar dan cerita anaknya. Ibu sungguh-sungguh disebut kudus dan suci karena sikap dan tindakannya yang demikian mulia.� Melalui homili ini, sebagai seorang gambala umat, Mgr. Aloysius Murwito, OFM, mengungkapkan cintanya kepada seluruh umat dan seluruh petugas pastoral di Keuskupan Agats dengan cara mengingatkan seluruh umat serta para imam, dan biarawan-biarawati untuk menghayati arti dan makna hidup yang sesungguhnya di balik setiap tugas dan pekerjaan serta status dan jabatan yang diemban dan dijalani setiap hari yaitu diutus untuk melayani dan memberi kesaksian hidup.

Diutus untuk memberikan kesaksian hidup sebagai pelayan

kuliah lanjut untuk mendalami salah satu bidang dalam ilmu Teologi di Roma. Pastor Lorens diutus untuk menjadi pastor paroki di Paroki Yamasj, dan Pastor Anes diutus untuk menjadi pastor paroki di Paroki Basim. Sementara itu, Diakon Yanto diutus untuk menjalani tahun diakonalnya di paroki Senggo, sedangkan Diakon Abel diutus untuk menjalani tahun diakonalnya bersama umat di paroki Kamur. Tugas perutusan ini diterima oleh para imam baru serta para diakon baru dengan semangat dan penuh sukacita.

Setelah berakhirnya perayaan ekaristi, semua umat berarak bersama para tertahbis menuju aula paroki Kristus Raja Mbait untuk melanjutkan acara ramah tama.

“Dipanggil untuk melayani demi Kerajaan Allah,” adalah tema Perayaan Ekaristi Syukur Tahbisan Imam dan Diakon Keuskupan Agats. Pada akhirnya, persembaan diri ketiga pemuda untuk menjadi imam dan dua pemuda untuk menjadi diakon semata-mata merupakan sebuah panggilan dari Allah untuk melayani semua orang demi Kerajaan Allah.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 31

Foto: Ambro

Sakramen Imamat diberikan kepada calon tahbisan melalui penumpangan tangan serta doa tahbisan oleh Uskup sebagai forma dalam Sakramen Tahbisan (bdk. Kan. 1009, §2). Imamat yang termeteraikan di dalam diri para tertahbis merupakan suatu “sakramen”, yakni suatu tanda mengenai Kristus. Dengan perantaraan sakramen imamat, para diakon, imam, maupun uskup menerima Roh Kudus yang sama, yang menjadikan mereka bagian dalam imamat jabatan Kristus dan pengganti para rasul.

Maka, seperti para rasul yang dipanggil dan kemudian diutus, demikian juga dengan menerima sakramen Imamat, kehidupan kaum tertahbis menjadi lanjutan dari kehidupan Kristus, yakni sebagai Imam, Nabi, dan Raja.

Sebelum berkat penutup, Yang Mulia, Mgr. Aloysius Murwito, OFM sebagai Uskup Keuskupan Agats mengumumkan secara resmi tempat tugas yang baru dari para tertahbis di hadapan seluruh umat yang hadir dalam perayaan tahbisan. Pastor Inno mendapat tugas perutusan untuk mengikuti

MAKNA PENDIDIKAN BAGI KEHIDUPAN MASA KINI DAN MASA DEPAN PUTERAPUTERI ASMAT SAJIAN UTAMA

RD. BENEDIKTUS RAHAWARIN

Pendidikan merupakan suatu metode pengembangan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap manusia untuk menjadi lebih baik. Pendidikan mulai terasa penting di Kabupaten Asmat bila orang tidak lagi memiliki konsep bahwa, “kerja itu lebih baik dari sekolah, karena kerja langsung mendatangkan uang dan makanan ketimbang bersekolah.�

Manfaat Pendidikan Sebagai sebuah metode, pendidikan bermanfaat untuk: 1) Memberikan pengetahuan, membuka cakerawala berpikir dan cara pandang yang baru kepada manusia tetang kehidupan, 2) Mempermudah manusia untuk mendapatkan karir/pekerjaan, 3) Membangun karakter sopan santun dan hal-hal yang benar kepada setiap orang serta memanu-

siawikan orang, 4) Memberikan pencerahan terhadap pemikiran yang salah, dan 5) Membantu kemajuan bangsa karena masa depan bangsa ada di tangan masyarakat yang berpendidikan baik.

Kebiasaan Bertahan Hidup Orang Asmat di Era Zaman Now

Alam menyediakan semuanya artinya secara kul-

32 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

tur (budaya), orang Asmat sangat dimudahkan dan menyatu dengan lingkungan alam. Mereka tahu kapan harus mencari ikan, telur kura-kura dan telur ayam hutan. Mereka mengetahui ciri pohon sagu yang sudah siap dipangkur, kapan harus membuat perahu, alat penangkap ikan (jim, fer, amokao, sasaemak, dll), kapan harus merayakan pesta ritual tertentu. Sistem pengetahuan kosmik orang Asmat yang nat-

ural ini memungkinkan mereka untuk survival (bertahan hidup). Pengetahuan itu terus-menerus diwariskan kepada generasi penerus lewat keterlibatan anak cucu dalam setiap aktivitas yang dijalankan oleh orang tuanya maupun melalui nasehat, cerita rakyat, dan lagu-lagu.

Orang Asmat melangsungkan hidupnya dengan cara: 1) Berjuang menguasai sumber pangan (jobakat), 2) Melakukan kawin campur (kolaborasi), 3) Melakukan perjanjian pemanfaatan dusun dan sungai, terutama mereka yang memiliki hubungan kekerabatan dekat, dll yang di dalamnya terkandung nilai daya juang, kesetiaan, kejujuran, kebersamaan, cinta kasih, kepekaan, efisiensi, dll.

“Tidak ada lagi tembok besar yang bisa melindungi orang Asmat supaya mulus dan aman untuk menikmati hidup yang lebih baik”, kata bapa Bonefasius Jakfu.

Menurutnya juga, “khusus dalam dunia pendidikan, kita tidak lagi bertahan belajar dengan cara-cara lama seperti: guru baca-murid mencatat, pada awal tahun pelajaran

banyak murid mendaftar sebagai peserta murid baru, selanjutnya dalam proses pembelajaran sampai pada akhir semester/tahun pelajaran sebagian murid droupout.”

Pertama: Kemajuan Teknologi Mejauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Di era ini teknologi mengubah realitas secara khusus para pelajar di sekolah.

Misalnya, tangan yang erat menggenggam gadget (handphone, laptop/computer, tablet dan iPad, serta headset) dan meninggalkan kontak dengan orang-orang di samping. Inilah model “Zaman IT” (Information and Technology) yang memudahkan manusia dalam mengomunikasikan atau menyebarkan informasi.

Genersi yang lahir pada periode tahun 1982–2001 disebut Generasi Y yang kemudian memunculkan istilah Mellenial (Buku Generation: The History of America’s Future).

Generasi era ini mengalami kenyamanan dalam menggunakan digital teknologi dan sosial media dalam melakukan interaksi sosial.

Ciri utama generasi Y atau Millenial yaitu: 1). Intensitas yang tinggi dalam menggunakan internet, media sosial, blog maupun diskusi online untuk belajar pengasuhan. 2).

Menggunakan metode pengasuhan beragam, tidak hanya satu pendekatan. 3). Lebih memberikan kebebasan pada anak, sehingga tidak langsung terlibat pada aktivitas anak. 4).

Senang berbagi cerita si anak di media sosial. 5). Kritis. 6). Sisi negatifnya adalah munculnya banyak pencitraan yang terjadi.

Generasi Millenial melahirkan Generasi Alpha atau Generasi yang lahir pada tahun (20112020). Ciri generasi Alpha yaitu: 1). Bossy (suka mengatur/memerintah) dan dominan. 2). Tidak suka berbagi. 3). Tidak mau mengikuti aturan. 4). Teknologi menjadi bagian dari hidup mereka. 5). Kemampuan berkomunikasi secara langsung pun jauh berkurang. 6). Jarang berbelanja di toko. 7). Mereka akan sangat dimanjakan dan dipengaruhi oleh orang tua. 8). Mereka akan menjadi generasi yang lebih entrepreneurial. Peneliti sosial Mark MCrindle menyebut bahwa 2,5 juta anak generasi Alpha lahir di dunia pada setiap minggu.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 33

Dampak Positif teknologi yaitu: 1). Memudahkan peserta didik dalam mengerjakan tugas dan mencari bahan pelajaran. 2). Mudah berkomunikasi dengan keluarga, kerabat/teman.

3). Mudah mengakses internet, dll. Sedangkan dampak negatifnya adalah teknologi digunakan untuk kepentingan pribadi dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak bertanggung jawab. Contoh, masuknya WiFi gratis di mana-mana termasuk di sekolah-sekolah di kota-kota, banyak orang menggunakan waktu mencari bahan/sumber belajar untuk membuka youtube, instagram, facebook, film/situs terlarang, terdapat banyak coretan di dinding kelas, dan pagar sekolah. Dalam pengamatan bersama pimpinan beserta dewan guru SMP YPPK Keuskupan Agats, hanya sebagian kecil peserta didik yang menggunakan waktu belajar mandiri di luar sekolah dengan efektif dan efisien.

Kedua: Komitmen dan Profesionalitas Guru

Guru ditantang untuk komitmen dan semakin profesional dalam perannya sebagai pengajar sekaligus pendidik/pembina. Artinya, guru harus punya ‘hati’ untuk peduli dan mencintai anak didik. Secara filosofi, “Guru” berarti orang yang mema-

nusiakan manusia. Kata Guru dalam bahasa Sansekerta, yaitu Gu berarti Gelap dan Ru berarti Terang. Maka Guru berarti orang yang mangantar peserta didik dari gelap menuju terang, dari kondisi tidak tahu menjadi tahu, tidak pandai menjadi pandai, tidak bijaksana menjadi bijaksana, tidak jujur menjadi jujur, dari pamrih menjadi tanpa pamrih. Akhinya, profesi guru merupakan rahmat dan panggilan dari Allah untuk melayani sesama lewat perserta didik.

Ketiga: Kerjasama Keluarga, Sekolah dan Masyarakat

Kerjasama dari keluarga, sekolah dan masyarakat sangat penting guna mendukung pengembangan pendidikan. Dalam Konferensi di Vatikan terkait Pendidikan, Jumat, 7 Februari 2020, Bapa Suci Paus Fransiskus menyatakan, “Kepedulian terhadap pendidikan adalah kepedulian bagi generasi masa depan umat manusia. Ini adalah kepedulian yang berakar dalam harapan dan membutuhkan kemurahan hati dan kebenaran.

Pendidikan bukan hanya tentang mentransmisikan konsep, tapi menuntut kerjasama dari semua yang terlibat: keluarga, sekolah serta lembaga sosial, budaya dan agama.”

Begitu pula dalam Kompas, 21 Februari 2020, Anita Lie, guru besar FKIP Unika Widya Mandala Surabaya menyatakan, “Kesepakatan antara keluarga,

34 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

sekolah, dan masyarakat yang sudah ada pada masyarakat tradisional dan yang disuarakan Ki Hajar Dewantara sudah dilanggar. Sebagai akibatnya, kesinambungan di antara tiga sentra pendidikan anak sudah hilang dan semua sentra saling menyalahkan. Orang tua mengeluh mengenai ketidakmampuan guru dalam mendidik anak mereka. Guru merasa tak berdaya menghadapi anak-anak dari keluarga yang tak harmonis atau tak mendukung nilai-nilai yang diajarkan di skolah. Orang tua dan guru juga merasa tak mendapat dukungan dari masyarakat dan bahkan memadang masyarakat sebagai sentra tak aman bagi anak.” Dua pernyataan ini menegaskan bawa kerjasama keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mendukung pendidikan sangatlah penting.

Dibutuhkan tiga proses yang harus dilewati oleh generasi muda khususnya di Kabupaten Asmat agar tidak ketinggalan “perahu” dan bisa menikmati kehidupan yang lebih baik, yatu: 1) Pendidikan formal.

Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang memiliki sistem terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi. Tujuan Kurikulum 2013 (K-13) sekarang ini yaitu mempersiapakan peserta didik agar memiliki kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu permasalahan, melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapat, siswa se-

bagai pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Kurikulum ini memiliki kompetensi inti yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan di sekolah, baik pada saat kegiatan belajar mengajar maupun waktu ekstra kurikuler. Tentu para guru harus bekerja keras untuk mempersiapkan materi, mendalaminya dan mengajar sesuai dengan tujuan kurikulum ini. Guru yang baik senantiasa setia mengajar dan mau belajar serta mendidik para muridnya supaya mereka menjadi sadar akan pentingnya pendidikan yaitu sebagai jaminan hidup yang lebih baik pada masa kini dan masa yang akan datang. 2) Pendidikan Non-Formal. Pendidikan non-formal tidak diwajibkan bagi masyarakat, hanya saja akan menunjang pada soft skill pada seseorang. Bentuk-bentuk pendidikan non-formal, antara lain: kursus/bimbingan belajar, homeschooling (pendidikan dengan metode belajar di rumah), pesantren dan asrama.

Pola pendidikan dan pembinaan yang cocok untuk mengembangkan karakter dan mutu pendidikan anak, khususnya putera-puteri Asmat hingga saat ini adalah pola pembinaan di asrama. Di asrama, anak bisanya menggunakan waktu belajar yang baik dan dibina menjadi manusia yang berkarakter baik serta menghayati nilai-nilai agama sebagaimana tujuan pendidikan karakter yaitu mengembangkan nilai-nilai pancasila yang meliputi hati, pikiran, dan perilaku hidup yang baik dan benar.

Pembinaan dan pendampingan anak Asmat di asrama sangatlah penting karena mereka dibina dan dilatih untuk menjadi manusia yang disiplin, memiliki hidup rohani yang baik, hidup sehat dan pengembangan keterampilan. Contohnya, kelompok paduan suara, kelompok belajar, dll. Tersedia fasilitas penunjang di asrama seperti ruang belajar, penerangan/ lampu, air dan fasilitas lainnya. Anak yang tinggal di asrama mestinya berkarakter baik dan mampu bersaing dengan teman-temannya yang tinggal di luar. Banyak pegawai/ pejabat di lingkungan pemerintah Kabupaten Asmat dan pegawai Keuskupan Agats yang adalah mantan anak asrama putera St. Martinus Depores dan asrama Puteri St. Theresia. Kini mulai hadir guru-guru dulunya pernah hidup di Putra Yan Smit. Contohnya mereka yang belajar di SMP St.Yohanes Pemandi dan tinggal di asrama, di antaranya Bapak Apolo Safanpo yang sekarang menjabat sebagai Rektor Universitas

Cenderawasih Jayapura, ibu Hermina Sanakos (Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Asmat), ibu Florentina Y. Bifae, Ibu M. Naomi Benggian dan P. Moses Amiset. Pr (Imam Projo suku Asmat Pertama di Keuskupan Agats) dan masih banyak putera-puteri Asmat lainnya. 3) Pendidikan In-Formal. Pendidikan In-Formal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri untuk meningkatkan minat dan bakat. Contoh lembaga pendidikan in-formal adalah partai politik, pengajian, taman pendidikan Al-quran, dll.

Peran utama orang tua di rumah sangatlah penting dalam membina dan mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua mesti menyadari akan pentingnya pendidikan dan perlunya mendukung anak dengan cara memberi makan sebelum anak ke sekolah, memelihara dan merawat anak dengan baik, serta memberi nasehat agar anak menghargai sesama, termasuk guru di sekolah, serta menjaga keheningan ketika berdoa.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 35

KESAKSIAN HIDUP PASUTRI: NICODEMUS JUMBEWOR - ELISABETH GENIYANTI BERSAMA ANAK-ANAK KESAKSIAN

AMBROSIUS BILLE

Panggilan dari Allah dan tanggapan manusia terhadap-Nya adalah dua hal yang saling berhubungan erat. Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya (Kej. 2:18). Artinya, kehidupan manusia bahkan awal mula terbentuknya ikatan relasi antara laki-laki dan perempuan adalah pertama-tama sebuah karya insiatif Allah.

“Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:6). Dengan motivasi kasih, Allah menciptakan manusia, dan dengan model atau gambar kasih pula manusia diciptakan oleh-Nya - Imago Dei (bdk. Kej. 1:27). Dengan demikian, kasih 36 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

adalah hakekat dari seluruh keberadaan hidup manusia. Bagaimana kasih itu sungguh-sungguh hidup dan terpancar dari dalam keluarga letak perutusan yaitu dalam kehidupan bersama antara suami-isteri dan anak-anak sebagai bentuk tanggapan manusia terhadap panggilan Allah? Mari kita menengok dan belajar dari kisah dan model kehidupan yang dihayati oleh keluarga Jumbewor-Geniyanti.

Selayang Pandang

Hidup demi kepentingan orang banyak adalah nilai yang amat mulia. Hal itu nampak dalam kisah perjalanan hidup Keluarga Jumbewor-Geniyanti. Bapak Nicodemus Jumbewor adalah seorang suku Asmat kelahiran Ewer, 15 Agustus 1959. Ia menikah dengan Ibu Elisabeth Geniyanti, asal suku Jawa, kelahiran Sukoharjo, Solo 6 November 1963. Mereka dikaruniai oleh Tuhan tiga orang anak. Anak yang pertama bernama Rosa Maria Suwarni Yiw wiyouf lulusan Kedokteran pada Universitas Sam Ratulangi di Manado-Sulawesi Utara.

Sekarang ia melayani masyarakat dengan mengabdikan dirinya di RSUD Kota Agats.

Moses Adventus Sugito adalah anak kedua. Ia berkarya sebagai TNI di Batalion 328 Kostrad

Jakarta. Adiknya yang bungsu bernama Samuel Ambermbi Syamsudin adalah siswa Kelas X SMA di Agats, Kota Kabupaten Asmat.

Semangat pengabdian diri dan kesetiaan dalam karier merupakan karakter hidup dari Bapak Nicodemus Jumbewor. Beliau adalah seorang TNI. Demi menjaga dan mempertahankan keamanan dan persatuan NKRI, ia telah mengelilingi sebagian belahan tanah air Indonesia tercinta antara lain pulai Timor, NTT, Jawa dan Papua. Dalam menjalankan tugasnya, ia senantiasa menyandarkan diri pada Tuhan sebagai sumber kekuatannya. Iman praksis dan personal ini merupakan dasar bagi kehidupan keluarganya yang pada kenyataanya hidup berpindah tempat dari satu kota ke kota yang lain.

Iman yang sama pula secara khusus menopang perjalanan hidup Bapak Nicodemus dalam menjalankan tugas kenegaraannya. Bapak Nicodemus sangat beryukur memiliki sosok isteri, Ibu Elisabet yang sangat memahaminya dan setia mendampingi serta merawat anak-anak di rumah. Meskipun telah pensiun dan tinggal bersama isteri dan dua orang anaknya di kota Agats, Bapak Nicodemus mengisi waktunya dengan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kecil di rumah sambil membantu sang isteri tercinta. Sementara sang isteri mengisi waktunya dengan melakukan pekerjaan kreatif yaitu sebagai penjahit pakaian.

Mungkinkah? Kasih Terpancar dari Keluarga Berpindah-Pindah ini Keluarga Jumbewor-Geniyanti merupakan keluarga yang sederhana dan menjadi salah satu model keluarga ideal di Kabupaten Asmat. Dilihat dari relasi antara suami-isteri serta relasi antara orang tua dan anak (Aspek Relasi), ada kasih yang hidup di dalam keluarga. Bapak Nicodemus melihat isterinya sebagai ibunya sendiri dan saudari perempuannya. Ia tidak merasa bahwa isterinya adalah orang lain, namun menjadi bagian dari keluarganya sendiri. “Sejak saya menikah dengan isteri saya, saya anggap isteri saya adalah mama saya dan saudara saya sendiri, bukan orang lain�, kata Bapak Nicodemus. Demikian juga ibu Geniyanti sangat mengasihi suaminya. Ia selalu terbuka dalam membangun komunikasi yang baik dan mendalam dengan suaminya. Lewat komunikasi yang mendalam, ibu Geniyanti mengenal persis kelebihan dan kekurangan suaminya sehingga muda untuk memahaminya pula. Mereka mengakui bahwa di dalam keluarga pasti terdapat konflik, namun itu tidak bertahan lama karena sang suami dan isteri selalu menghadapinya dengan iman. Mereka mengambil waktu untuk berjalan berdua sambil berceritera dari hati ke

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 37

hati, serta saling mendengar, mengampuni dan menguatkan satu sama lain untuk tetap menjadi pasangan yang setia. Sebagai orang tua, Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti melihat anak-anaknya sebagai anugerah dari Tuhan.

Karena itu mereka selalu menjawab kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya, misalnya setia menjalankan tugasnya demi menafkahi kebutuhan hidup, kesehatan dan pendidikan iman anak-anak.

Di dalam keluarga, pendidikan terhadap anak dirasa sangat penting karena menjadi tahap menuju pendidikan di sekolah (Aspek Pendidikan). Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti menerapkan pendidikan informal terhadap anak-anaknya lewat melatih cara berdoa, mengajari anak-anak untuk menghargai sesamanya sebagai saudara, serta sopan santun dalam berelasi baik di rumah, sekolah maupun di lingkungan sekitar. Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti selalu mendukung dan menyemangati anak-anaknya yang senang terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja, seperti menjadi misdinar dan lektor di gereja, terlibat dalam kegiatan SEKAMI, OMK dan kegiatan kategorial lainnya. Kebiasaan yang sudah terpola sejak kecil membuat Rosa, anaknya yang sulung selalu terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja hingga saat ini. Demikian halnya Pendidikan Formal di sekolah dan Pendidikan Nonformal pun dirasa sangatlah penting khususnya bagi orang-orang Asmat. Dalam beberapa kesempatan tampil di Gereja, Bapak Nicodemus yang pada masa itu menjabat sebagai Danramil di Kabupaten Asmat selalau memberikan pemahaman kepada umat dan masyarakat Asmat tentang pentingnya pendidikan terhadap anak. Salah satu bentuk perhatiannya pada masyarakat Asmat adalah dengan memberi pemahaman bahwa, “uang dipakai sebaik-baiknya untuk membiayai pendidikan anak dan bukan dihabiskan hanya untuk makan-minum dan berpesta. Demikian pula hasil-hasil alam seperti sagu dan ikan diolah dengan baik untuk membiayai pendidikan anak.� Perkataan hendaknya lahir dari pengalaman. Perhatian yang besar dari sang suami dan isteri terhadap pendidikan nampak melalui hasil yang baik dari anak-anaknya. Selama di bangku pendidikan, Rosa dan Moses selalu meraih juara kelas di Timor, Kupang, Alor, maupun Jawa.

Menurut Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti, sebuah rumah yang sehat (Aspek Kesehatan) harus memiliki ruang tamu, kamar tidur, dapur, WC dan kamar mandi. Bapak 38 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Nicodemus dan Ibu Geniyanti mengupayakan kiat-kiat untuk membangun anggota keluarga dan rumah yang sehat dengan cara menjaga kebersihan lingkungan rumah. Sebagai suami yang setia pada isteri, Bapak Nicodemus selalu membantu Ibu Geniyanti dalam mengerjakan tugas-tugas harian seperti rutin membersihkan sampah dan rumput di halaman rumah. “Banyak orang yang ketika lewat dan melihat saya sementara potong rumput di halaman rumah, mereka heran dan bertanya pada saya, kenapa bapa tidak bayar orang saja untuk kerja. Tetapi saya menjawab, untuk apa bayar orang, saya juga bisa koq,� demikian kata Bapak Nicodemus. Ia selalu siap sedia memberikan diri sepenuhnya demi cintanya kepada kesehatan hidup sang isteri dan anak-anak. Bapak Nicodemus memiliki kekhasan dalam mendidik anak-anaknya untuk membangun pola hidup dan lingkungan yang sehat yakni dengan memberi contoh dan teladan misalnya mengepel lantai rumah, menjaga pola kerja dan istirahat yang teratur, makan makanan yang sederhana namun sehat, menghindari makanan jajan di luar rumah, serta mengkonsumsi air yang bersih dan sehat. Sampai saat ini, semua anggota

keluarga hidup dalam kondisi sehat adanya baik bapak, ibu maupun anak-anak.

Dalam Pendidikan Iman (Aspek Iman), Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti senantiasa mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya.

Mereka menyadari bahwa di hadapan Tuhan, mereka adalah orang-orang yang lemah dan berdosa sebagai manusia. Kesadaran ini mendorong mereka sebagai suami dan isteri untuk selalu ingat akan Tuhan dan senantiasa membangun kehidupan iman anak-anaknya sejak dini untuk selalu mengimani Yesus. “Kamu harus ikut Tuhan Yesus punya cara hidup,kalau tidak hidupmu akan susah,� demikian kata-kata nasehat dari Bapak Nicodemus kepada anak-anaknya. Sebagai orang tua, Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti membangun kesadaran di dalam diri anak-anak untuk menyadari bahwa sesungguhnya mereka adalah anugerah dan pemberian dari Allah melalui orang tuanya. Anak-anak pun diajari dan dibiasakan untuk berdoa rosario di dalam keluarga, selalu terlibat dalam kegiatan-kegiatan rohani, serta hadir dan berdoa di gereja pada setiap hari minggu. Kebiasaan hidup rohani ini dibangun terus-menerus oleh keluarga di tengah situasi hidup yang berpindah-pindah tempat

karena terdesak oleh tugas pengabdian untuk negara Indonesia tercinta, misalnya pengalaman hidup di Timor, Kupang, Jawa, Kalimantan, Papua dan kini menetap di Asmat.

Setiap keluarga membutuhkan sistem pengelolaan ekonomi rumah tangga yang baik (Aspek Ekonomi). Ibu Geniyanti adalah pengelola ekonomi rumah tangga. Ia memberi kesaksian bahwa semenjak awal menikah dengan Bapak Nicodemus, sang ibu selalu memegang dan mengelola keuangan. Gaji awal sang suami sekitar Rp. 86.000,- bahkan gaji sekarang beserta tunjuangan dan biaya dinas, semuanya diserahkan secara utuh oleh sang suami kepada isteri untuk menglola kebutuhan hidup rumah tangga seperti makan-minum, listrik, air, dan pendidikan anak-anak. “Aku bukan maksa suamiku untuk ngasih uang tetapi suami memang sejak awal sudah mempercayaiku dan menyerahkan semuanya untuk dikelola,� kata Ibu Geniyanti. Semua kebutuhan hidup rumah tangga dipenuhi dengan baik. Anak-anaknya pun tidak banyak menuntut jajan, kecuali uang rokok dan bensin yang diberikan oleh ibu kepada sang suami. Pernah terjadi kesenjangan antara masa pensiun dan sebelum pensiun dimana uang menjadi terbatas, bahkan pernah tidak punya uang, beras pun dibeli enceran, menggunakan kayu bakar untuk memasak, dsb. Persoalan itu disikapi dengan pelbagai usaha dan kreatifitas. Dalam situasi sulit apapun, selalu ada rahmat yang diterima. Pengalaman hidup ini membuat sang suami dan isteri meyakini bahwa Allah senantiasa berbelaskasih bagi manusia dalam hal ini keluarganya dan kasih Allah itu takan berkesudahan.

The last but not least, pemahaman yang baik bila didukung dengan kesadaran, kemauan serta komitmen di dalam diri, maka hidup manusia akan menjadi bahagia. Bapak Nicodemus dan Ibu Geniyanti merupakan pasangan suami isteri yang memiliki pemahaman yang baik tentang kehidupan secara khusus keluarga. Hingga saat ini, keluargnya masih tetap eksis dan menampilkan model hidup yang demikian baik dan ideal karena didukung oleh kesadaran akan keadaan hidup dan keinginan untuk terus membangun keluarga yang baik dan sejahtera. Hal itu tidak mudah, namun berkat komitmen yang kuat disertai bantuan rahmat Tuhan, semunya pun berjalan baik dan hasilnya telah dialami sendiri saat ini.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 39

YUBILEUM 50 TAHUN KEUSKUPAN AGATS:

DUTA VATIKAN UNTUK RI PERTAMA KALI KE PAPUA GOLDEN HISTORY

KEVIN SANLY PUTERA

Sejak 29 Mei 1969, Keuskupan Agats terus berjibaku, berkarya di medan berat melintasi sungai, laut lepas, dan daratan tak beraspal. Perjalanan 50 tahun ini membuktikan, tantangan dan hambatan, tidak menghentikan langkah karya para misionaris dan gembala di sini. Selebrasi pada 21-26 November 2019 bukan sekadar seremoni, melainkan tanda sukacita masyarakat Asmat.

USKUP Agats, Mgr. Aloysius Murwito, OFM terlihat gembira sekaligus gelisah.

Berulang kali ia melihat arlojinya sambil menunggu deringan telepon. Sambil menerima telepon yang ia tunggu, kapal yang ia tumpangi pun perlahan beranjak dari Pelabuhan Misi Agats menuju Ewer tepat pukul 07.30 WIT. Kepergiannya ke Ewer adalah untuk memastikan persiapan akhir penyambutan rombongan uskup. Tamu istimewa itu adalah Duta besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo; Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo; Uskup Bandung, Mgr. Antonius Bunjamin,OSC; Uskup Tanjung Karang, Mgr. Harun Yuwono; dan Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana

Prapdi.

Setiba di Ewer, Mgr. Murwito mendatangi rumah tetua adat setempat yang bertugas memimpin prosesi penyambutan para uskup.

“Sama seperti St. Petrus, Mgr. Piero Pioppo datang ke sini tidak membawa emas, perak, uang tetapi berkat untuk kita semua, untuk 50 tahun Keuskupan Agats,” tutur Mgr. Murwito kepada ratusan umat Ewer yang sudah siap dengan kostum dan tifa.

Tak berapa lama terdengar bunyi balingbaling besar dengar roda yang berdecit menginjak bandara sederhana. Sebuah pesawat perintis mendarat dengan aman pada pukul 9.30 WIT. Melihat para tamu yang ditunggu datang

40 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

sontak tabuhan tifa berbunyi mengiringi tarian selamat datang.

Loncatan riang kaki para penduduk seolah mengungkapkan kegembiraan menyambut kedatangan rombongan uskup pagi itu. Nunsius Piero seketika melemparkan senyum lebar kepada semua orang yang menyambutnya.

“Mgr. Aloysius!” seru Mgr. Piero Pioppo seraya pintu pesawat dibuka. Dengan senyum Mgr. Murwito membalas, “Welcome to Asmat, Mgr. Piero Pioppo!”

Disusul Kardinal Suharyo dan

uskup lain, tetua adat segera mengenakan ikat kepala facin dan noken sebagai bentuk penyambutan hangat. “Ini pertama kalinya saya datang ke Papua dan ke Asmat. Saya merasa terhormat bisa hadir di sini,� ungkap Mgr. Pioppo riang dalam bahasa Inggris.

Di sisi lain, terlihat para uskup lainnya disapukan bubuk putih pada wajah serta diikatkan facin dan noken.

Siap memulai perjalanan menuju Asmat, puluhan penari dan ratusan anak sekolah langsung memainkan perannya.

Mama-mama menari dalam formasi persegi panjang di depan paroki lama Ewer, disusul anak-anak sekolah yang berbaris berhadaphadapan membentuk jalan, sambil memegang bendera merahputih dan bendera

kuning-putih (Vatikan) di kedua tangannya.

Nunsius tidak hentihentinya menyampaikan salam sapa dan kerap memberkati anak-anak sambil menuju Paroki baru Ewer.

Setibanya di sana, rombongan uskup dipersilakan duduk sambil menyaksikan tarian susulan dan umat segera memenuhi seluruh kursi dan lantai paroki. Kardinal Suharyo, mewakili rombongan yang disambut, mengucapkan terima kasih banyak untuk sambutan yang meriah dan hangat, lalu mengajak seluruh umat yang hadir untuk berdoa sejenak, “Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur kepada-Mu atas penyertaanMu selama 50 tahun bagi Keuskupan Agats.

Semoga berkat Tuhan turun atas Bapak, Ibu, Saudara/i sekalian, serta seluruh keluarga.�

Sesudah itu, para uskup diantar kembali dengan

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 41

tarian, menuju Pelabuhan Ewer untuk melanjutkan perjalanan menuju Agats.

Kapal feri membawa rombongan uskup tiba di Agats dalam waktu 60 menit.

Mereka langsung disambut dengan rombongan pawai yang tidak kalah ramai. Bukan hanya umat Keuskupan Agats, masyarakat setempat turut meramaikan penyambutan tersebut. Tabuhan tifa dan nyanyian lokal tidak berhenti berbunyi mulai dari pelabuhan sampai kantor keuskupan, tempat para uskup akan beristirahat.

Mgr. Pioppo juga tidak segan dan tidak lelah untuk menyapa dan memberkati siapapun yang berpapasan dengannya.

Drama Kolosal

Malam harinya, 23/11, Nunsius dan rombongan uskup beranjak ke kompleks Museum Kebudayaan dan Kemajuan Agats-Asmat, menyaksikan drama kolosal persembahan gabungan beberapa sekolah di kota itu.

Drama tersebut menceritakan kembali sejarah berdirinya Keuskupan Agats-Asmat.

Cerita dimulai dengan mereka ulang penerimaan masyarakat Asmat menang-

gapi kedatangan misionaris MSC yang menjadi garis awal lahirnya keuskupan ini.

Drama berlanjut ke kisah Pater Yan Smith, OSC, seorang misionaris yang mati sebagai martir di Asmat.

Tak kalah penting, drama tersebut menekankan juga kisah berdirinya keus-kupan dibawah penggembalaan Mgr. Alphonse A. Sowada, OSC sampai dengan kisah pentahbisan Pastor Moses Amiset sebagai putra Asmat pertama yang ditahbiskan menjadi imam.

Drama diakhiri dengan flashmob dari para pemain. Diiringi lagu “Rumah Kita” yang dipopulerkan oleh grup musik God Bless, pemain drama mengajak penonton yang hadir dan uskup ikut menari dan bertepuk tangan di pelataran panggung. Tidak berakhir di situ, flashmob disusul tarian massal dengan lagu khas Asmat, membuat suasana malam itu semakin meriah. Gerakan yang sederhana membuat seluruh hadirin semua dapat berpartisipasi dalam tarian itu.

Di tengah lagu, kembang api mulai di luncurkan menambah semarak malam puncak perayaan Yubileum 50 tahun Keuskupan Agats. “Bravo!

42 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Bravo!” seru Mgr. Pioppo berulang kali sambil bertepuk tangan dan bergoyang.

Salam Persekutuan

Rangkaian Yubileum 50 Tahun Keuskupan Agats berpuncak pada perayaan Ekaristi pada Minggu, 24/11. Misa dipimpin Mgr. Pioppo secara konselebrasi bersama Kardinal Suharyo, Mgr. Bunjamin, Mgr. Sutrisnaatmaka, Mgr. Yuwono, Mgr. Prapdi, Mgr. Murwito, dan puluhan imam yang berkarya di keuskupan ini. Berlokasi di tempat yang sama dengan drama kolosal, Misa dihadiri oleh ribuan umat, termasuk penjabat daerah setempat dan tamu undangan.

Pada khotbahnya, Mgr. Pioppo menegaskan kembali sukacita kunjungan pertamanya ke Asmat dan Papua yang sungguh berkesan.“Ketika uskup anda, Mgr. Murwito mengundang saya untuk merayakan Ekaristi pada peringatan ini, saya merasa sangat bahagia.

Dari lubuk hati saya yang terdalam, mohon terimalah salam perdamaian dan pesekutuan atas nama Bapa Suci Paus Fransiskus,” ucap Mgr. Pioppo.

Perayaan Ekaristi ini sarat dengan inkulturasi lokal sepanjang Misa: tarian dan tabuhan tifa yang mengiringi perarakan pembukaan dari SMA Katolik Yan Smith, Agats ke alun-alun Museum Kebudayaan dan Kemajuan, pembacaan puisi oleh OMK Agats, dan pendarasan sajak tradisional oleh sejumlah tetua adat sebelum Liturgi Sabda.

Nunsius juga mendupai salib Yubileum 50 Tahun yang ditanam di samping altar sebelum memulai perayaan Ekaristi.

Sebelum berkat penutup, Kardinal Suharyo menyampaikan sambutan yang mengangkat tentang tongkat penggembalaan yang dibawa Mgr. Pioppo.

“Saya dengar tongkat penggembalaan ini sengaja diukir untuk perayaan ini oleh masyarakat di Paroki Sawaerma. Tongkat ini unik karena biasanya tongkat penggembalaan terbuat dari logam, tapi tongkat ini dibuat dari kayu, lengkap dengan ukiran sarat makna khas Asmat,” tukas Kardinal Suharyo seraya memegang tongkat gembala tersebut.

“Bagian atas tongkat ini diukir bentuk api. Bagi masyarakat Asmat, api

melambangkan kehidupan.

Di bagian tengah diukir salib beserta tifa yang melambangkan budaya Asmat, serta Kitab Suci yang mengingatkan kita akan Firman Tuhan sebagai dasar dari hidup umat beriman,” ujar Kardinal Suharyo. Kardinal Suharyo yang mengajak umat semua menyanyi “Sio Ya Tuhan Terima Kasih”.

Usai berkat penutup, para uskup dan pemerintah daerah diajak memotong kue ulang tahun, dilanjutkan dengan pelepasan balon dengan spanduk bertemakan Yubileum 50 Tahun Keuskupan Agats.

Pesta Umat ”Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, festival tahun ini berlangsung dengan sangat meriah,” kata Mgr. Murwito. Uskup terutama mengapresiasi keseruan drama kolosal yang ditutup dengan flashmob.

“Itu memang sangat meriah. Nunsius terlihat sangat senang.

Bahkan, panitia menyiapkan kembang api dengan sangat baik. Lelang ukiran tahun ini diikuti lebih dari 250

peserta dan semuanya habis terjual,”bebernya.

Mgr. Murwito menegaskan, perayaan ini bukan hanya seremoni belaka tapi juga harus menjadi ajang sukacita umat Keuskupan Agats. Pesta ini menjadi lambang apresiasi karya nyata Gereja Katolik di tanah Asmat dalam berbagai bentuk: pastoral, kesehatan, kesejahteraan, pembangunan, dan pendidikan.

Proficiat untuk seluruh panitia yang sudah bekerja keras, bergotong royong mempersiapkan rangkaian pesta ini. Proficiat untuk para imam, biarawan/ ti yang tidak lepas dari perjalanan 50 tahun Keuskupan Agats. Proficiat juga untuk umat Keuskupan Agats atas 50 tahun perjalanan iman yang senantiasa meneguhkan hidup dan pelayanan di seluruh wilayah Keuskupan Agats.

Sesuai dengan tema perayaan Yubileum ini: “Bersyukur Atas RahmatNya dan Diutus Untuk Membagikannya (Lukas 4:19)”, kita semua diingatkan untuk tetap bersyukur atas rahmat kehidupan, sekaligus pergi untuk membagikannya ke seluruh dunia.

Dormom ooo!

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 43

MELAYANI DAN MEMBERDAYAKAN: SENGGO MENUJU PAROKI MANDIRI

LINTAS PAROKI

DIAKON PIUS APRIYANTO BRIA

Sebagai sakramen keselamatan, Gereja merupakan tanda persatuan kasih mesrah antara Allah dan manusia serta antara sesama manusia (LG. 1). Dalam dan melalui gereja, Kristus Sang Gembala Baik sungguh-sungguh hadir untuk memelihara, melindungi dan mempersatukan domba-domba dengan kasih kegembalaan-Nya (bdk. Yoh 10:10-11). Ia berpihak kepada mereka yang miskin, sakit dan menderita sebagaimana dinyatakan dalam penampilan perdana-Nya di depan umum.

Refleksi Biblis

Saat tampil di dalam Bait Allah, Yesus membacakan nas Kitab Suci yang bunyinya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang­ -orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (bdk. Luk 4:18-19). Artinya, kedatangan Yesus di dunia adalah untuk menghadirkan “pembebasan” bagi manusia baik dalam arti spiritual berupa 44 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

pembebasan dari dosa, dan gangguan roh-roh jahat, maupun dalam arti sosialbudaya yaitu pembebasan dari kemiskinan, kebodohan, keterbelengguan strata sosial dan kemiskinan relasi sosial dengan pihak lain. Dengan demikian Yesus membawa pembebasan secara holistik yaitu menyentuh seluruh dimensi kehidupan manusia.

Dalam Ensiklik Mater Et Magistra, no. 3; Paus Johanes XXIII menegaskan, “Meskipun Gereja pertamatama harus mengusahakan keselamatan jiwa-jiwa, Gereja juga peduli pada hidup manusia sehari-hari, mengenai kesejahteraan dan kemakmuran di dunia”. Artinya, pengembangan sosial ekonomi

yang diperjuangkan oleh Gereja sesungguhnya punya dimensi kemanusiaan, yaitu menjadikan manusia sebagai subjek dan pelaku utama, dan bukan pengembangan ekonomi yang sifatnya memperbudak dan menjadikan manusia sebagai sarana atau obyek.

Dengan demikian pembangunan ekonomi adalah salah satu wujud dari pembangunan manusia seutuh-nya. Maka pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya finansial, dan sumber daya sosial harus terarah pada tercapainya kesejahteraan sosial.

Sebagai tanda dan sarana kehadiran Kristus, Gereja dipanggil untuk mewujudkan kasih kegembalaan Kristus melalui solidaritasnya kepada orang-orang miskin.

Dasar kepedulian dan perhatian Gereja adalah teladan Yesus sendiri.

Ia menjelma menjadi manusia dalam rangka mewujudkan keselamatan bagi manusia, termasuk di dalamnya adalah pembangunan kesejahteraan sosial.

Meskipun Yesus ada-

lah Tuhan, Ia datang ke dunia memberi hidup, maka tujuan dan rela hidup dengan seluruh Gereja dalam mengusahakan aspek kemanusiawian-Nya. kesejahteraan sosial adalah Ia merasakan kelaparan yang memelihara dan bersama dengan orang-orang tanggungjawab atas pridi sekitarnya. Ia mengalami badi manusia yang telah penderitaan akibat penjajahan dipercayakan Kristus kepaRomawi sama seperti manusia danya agar setiap manusia se-zaman-Nya. Ia tidak du- dapat hidup dalam satu duk di istana atau tinggal di maratabat yang sama sebagai bangunan megah yang citra Allah dengan terpenuhi tertutup rapat dengan kebutuhan dasarnya. penjagaan ketat, tetapi Ia Dengan kata lain, duduk bersama kumpulan dalam mengembangkan orang berdosa (bdk. Mrk. kesejahteraan sosial, Gereja 2:16). tidak berhadapan dengan

Tujuan perutusan-Nya kemanusiaan yang semu dan sangat jelas yaitu Ia bukan tidak nyata, melainkan dengan mencari popularitas semu pribadi nyata, konkret, dan atau membangun kebesaran- historis yang memerlukan Nya sendiri, melainkan untuk pertolongan. Oleh karena mengembalikan harkat dan itu, Gereja tidak dapat martabat manusia dengan mengabaikan kemanusiaan. memberikan kehidupan yang Pribadi manusia sangat berkelimpahan. diutamakan dalam kerya Dengan menjadi pelayanan Gereja demi misi gambar dan rupa Allah, pembangunan kesejahteraan manusia menjadi pusat dan sosial sebagaimana puncak ciptaan Allah. Pribadi diteladankan oleh Kristus manusia merupakan cerminan sendiri. paling jelas dari Allah yang hadir Inisiatif Kristus di tengah-tengah kita. Dengan yang datang ke dunia untuk meneladan Kristus yang memberi hidup yang datang kepada manusia untuk berkelimpahan dapat diarMAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS | 45

tikan bahwa Kristus sendiri menghendaki setiap manusia untuk dapat mengembangkan dirinya. Pengembangan diri bukanlah sesuatu yang bersifat fakultatif atau opsional dan bukan terserah pada masingmasing pribadi untuk mau berkembang atau tidak.

Perkembangan dan kemajuan diri pertamatama adalah panggilan untuk mengambil bagian dalam rencana keselamatan Allah bagi setiap orang. Artinya, Allah menghendaki setiap manusia untuk berkembang ke arah satu martabat sebagai citra Allah dengan terpenuhinya kebutuhan dasar berupa sandang, pangan dan papan.

Implikasi: Noken ala Tebu Rawa Kenyataan menuntut Gereja untuk tidak tinggal diam dalam upaya pembangunan kesejahteraan sosial bagi masyarakat dan warganya.

Secara teologis, solidaritas Kristus atas manusia sebagai puncak dan pusat karya-Nya menjadi dasar untuk pekerjaan-pekerjaan sosial yang dilakukan Gereja dalam pengembangan karya sosial ekonomi dewasa ini. Maka, Gereja tidak boleh menutup mata

46 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

dan cuci tangan dari beragam persoalan sosial yang ada di tengah masyarakat.

Keterlibatan Gereja dalam permasalahan sosial dan upaya peningkatan sosial ekonomi harus benar-benar terwujud di tengah masyarakat sebagai jawaban Gereja atas persoalan sosial yang muncul di masyarakat. Salah satu ciri yang menjadi kekuatan Gereja dalam mengemban tugas perutusan ini adalah membangun jejaring sosial serta kesetiakawanan di antara sesama umat dan warga masyarakat.

Saling percaya yang tumbuh dalam masyarakat menjadi modal untuk membangkitkan usaha

menyokong yang tersembunyi dalam diri setiap individu.

Dengan tumbuhnya sikap kebersamaan dan partisipatif di antara umat, akan menggerakkan semua pihak untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan hidup masyarakat, khususnya dalam upaya peningkatan ekonomi masyarakat.

Dalam situasi ini Gereja lokal Keuskupan Agats menaruh perhatian pada keluargakeluarga kristiani sebagaimana diserukan dalam Musyawarah Pastoral (MUSPAS) ke-V pada tanggal 7-13 Oktober yang lalu, menjadi jawaban untuk pemberdayaan dan pelayanan umat di wilayah paroki kita masing-masing.

Dalam sambutannya mengawali MUSPAS, Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito OFM, Uskup Keuskupan Agats menegaskan, “Gerak pastoral kita 5 tahun ke depan akan membahas tentang keluarga sebagai panggilan dan perutusan. Dalam suasana

keakraban, kita merasa dipersatukan satu sama lain sebagai saudara dan saudari dalam satu iman akan Tuhan kita Yesus Kristus, dalam satu panggilan dan satu perutusan untuk menjadi saksi-saksi kehidupan yang diterangi oleh Injil Tuhan kita Yesus Kristus di tengah dunia sekitar.

Kapan kita mulai berperan dalam pelayanan kita kepada keluarga-keluarga Kristiani?

Untuk menempatkan keluarga sebagai bagian utama dalam pelayanan, kita perlu memulainya dari katekese kepada kaum muda�. Himbauan ini menjadi perutusan untuk Gereja lokal di wilayah ini dalam pelayanannya kepada umatnya. Sebagai tindak lanjut dari himbauan Bapak Uskup sebagai pemimpin Gereja setempat, setiap paroki berusaha untuk memberdayakan umatnya sejauh kemampuan dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan mereka.

Kenyataan menunjukkan bahwa bidang ekonomi menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan. Untuk itu, paroki Santo Yoseph Senggo dalam usaha untuk memberdayakan umatnya, pastor paroki dan dewan menerima dan bekerja sama dengan pihak PSE Keuskupan Agats untuk pemberdayaan noken dari tebu rawa sebagai pengganti tas plastik bagi ibu-ibu yang ada di paroki ini. Kegiatan ini sudah berjalan dengan baik dan sejauh ini cukup membantu umat yang ada di paroki ini. Akan tetapi tetapi, seiring berjalannya waktu, paroki menghadapi tantangan lain yakni tuntutan umat akan harga noken yang kurang memadai yang bagi mereka kurang sesuai dengan hasil keringat mereka disertai pula dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang kurang memadai.

Sampai kini, tantangan ini belum dapat diselesaikan oleh paroki. Solusi yang ditawarkan oleh paroki adalah memfasilitasi kegiatan ini untuk tetap berjalan dengan baik, karena tujuan utama kegiatan ini adalah memberdayakan umat lewat sumber daya alam yang ada di wilayah ini. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi paroki untuk mewujudkan semangat Yesus Gembala Baik kepada umat dalam pelayanan, sehingga pelayanan lebih nyata dengan memberdayakan umat dan alam dimana kami berada saat ini. Pelayanan Gereja menjadi kesempatan untuk memberdayakan manusia sehingga bisa berkembang sesuai tuntutan zaman ini.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 47

PAROKI KAPI YANG MENGGELIAT: ADA APA DENGAN KAPI? LINTAS PAROKI

RD. HENDRIKUS ANTOIN OLA

Kapi merupakan salah satu nama kampung yang letaknya di tepi sungai Mamats dan dikelilingi oleh beberapa kampung antara lain kampung As, Atat, Esmapan, Aou, Aoup dan Kapom. Pada tahun 2014, Gereja stasi Malaikat Gabriel Kapi diangkat menjadi kuasi atau paroki persiapan oleh Bapa Uskup. Sejak itu, masyarakat Kapi terdiri 115 kepala keluarga dan bersifat homogen, artinya hanya dihuni oleh masyarakat asli Asmat. Pada umumnya masyarakat menggantungkan seluruh hidupnya pada alam yaitu meramu. Makanan pokok sehari-hari adalah sagu, petatas, kasbi, keladi, pisang rebus, ikan dan sayur-sayuran.

48 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Sebagai sebuah paroki yang berusia muda, Kapi memiliki kisah tersendiri dalam proses pertumbuhannya dari Stasi menuju Kuasi dan kini menjadi Paroki. Pada awalnya stasi Kapi masih menjadi bagian dari Paroki Yamasj.

Dalam kehidupan menggeraja, pastor sebagai petugas pastoral berperan ganda.

Pelayanan dan karya pastoral pun masih diwarnai dengan pola pastoral “Pastor Sentris�.

Artinya, segala sesuatu yang menyangkut pelayanan dan kebijakan paroki didominasi oleh seorang pastor, sedangkan umat hanya menyesuaikan dan mengikutinya. Misalnya, dalam perayaan ekaristi, pastor memimpin perayaan ekaristi sekaligus mengangkat lagu, membacakan Kitab Suci, menyanyikan mazmur, dan sebagainya. Sikap liturgi yang benar dalam mengikuti perayaan ekaristi pun belum sesuai

menyanyikan lagu-lagunya, telah disiapkan petugas membaca bacaan (lektor), dan petugas menyanyikan mazmur.

Tindakan berkumpul di gereja dan merayakan ekaristi bersama telah berjalan dengan baik di Paroki Kapi berkat karya Roh Kudus yang menggerakkan hati umat sekalian. Kehadiran umat secara bersamasama di dalam gereja merupakan sebuah kebersamaan sebagai satu persekutuan umat Allah yang dinyatakan di dalam liturgi sebagai sebuah perayaan misteri karya keselamatan Allah, dalam Kristus yang dilaksanakan oleh Kristus, Sang Imam Agung bersama gereja-Nya dalam ikatan Roh Kudus.

dalam prakteknya. Umat hanya duduk selama berlangsungnya perayaan ekaristi. Terbentuknya sebuah paroki mengandaikan adanya kemandirian. Bagaimana kemandirian itu nampak pada Paroki Malaekat Gabriel Kapi sebagai salah satu paroki baru di Keuskupan Agats?

Gereja: Umat Allah yang Hidup

Secara fisik, paroki Kapi memiliki pastor paroki, terdapat tempat ibadat atau gereja dan pastoran, struktur organisasi dewan gereja, administrasi paroki yang jelas serta kemandirian dalam segi finansial, disertai dengan adanya kelompok-kelompok kategorial seperti WKRI, Legio Maria, OMK, Sekami dan Misdinar, dan kelompok tambahan seperti THS-THM. Setiap stasi telah memiliki gerejanya masing-masing dan paroki Kapi telah dilengkapi dengan pastoran sendiri. Kemandirian itu nampak pula pada aspek finansial. Paroki Kapi bisa dikatakan mandiri karena adanya sumber finansal yaitu lewat warung atau kios paroki yang dananya dikelola langsung oleh pastor paroki. Pendapatannya digunakan untuk menambah khas paroki dan untuk membiayai kebutuhankebutuhan paroki. Secara spiritual, kemandirian paroki nampak pada adanya aktivitas hidup rohani seperti ekaristi pada hari minggu (kecuali ada halangan tertentu) yang dihadiri oleh umat, serta ada doa dan kegiatan rohani bersama lainnya yang diikuti oleh umat.

Sebagai sebuah Gereja Umat Allah, umat paroki Kapi mulai terlibat aktif di dalam liturgi, misalnya dalam merayakan liturgi ekaristi, umat atau kelompok OMK telah menyiapkan koor dan

Kekudusan: Wajah Allah yang tampak Gereja yang kudus adalah gereja yang memancarkan wajah Allah di tengah dunia. Sebagai sebuah persekutuan gereja, kegiatan-kegiatan rohani sebagai bagian dari cara umat membangun kekudusannya telah berjalan baik di Paroki Kapi.

Selain perayaan ekaristi, terdapat pula pelayananpelayanan dan perayaanperayaan sakramentali yang dilakukan oleh pastor paroki bersama dengan umat. Upaya membangun kekudusan bagi umat Allah dilakukan oleh pastor paroki dengan cara malakukan kunjungan-kunjungan umat untuk memberikan komuni kudus dan mendoakan orang-orang sakit.

Wajah Allah yang ditampakkan oleh umat paroki Kapi sebagai

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 49

sebuah gereja terlihat nyata di dalam perubahan-perubahan hidupnya. Ada umat yang memberi dari kelebihan maupun kekurangannya seperti memberi beberapa kayu besi dan sengk bekas kepada gereja. Selain itu, umat pun terlibat dalam mengikuti ibadat maupun merayakan ekaristi di gereja serta hadir di dalam kegiatan-kegiatan rohani secara bersama-sama.

Kedatangan dan kehadirannya dalam kegiatan-kegiatan gereja tidak lagi domotivasi oleh kebutuhan untuk bisa makan dan minum sebagaimana yang terjadi sebelumnya. Kesadaran umat akan pentingnya menghadiri kegiatan bersama di gereja nampak pada keterlibatan aktif dalam kegiatan dan atraksiatraksi yang dilakoni dari semua lapisan usia mulai dari anak-anak, orang muda, orang dewasa maupun orang tua.

Perubahan terhadap dirinya pun nampak secara fisik lewat bagaimana umat mulai terbiasa untuk menata diri dan kebersihan secara perlahan-lahan. Jika dulu kebersihan tubuh sama sekali tidak dipedulikan, hal itu perlahan-lahan semakin berubah.

telah membantu pertumbuhan paroki melalui berbagai kegiatan-kegiatan gerejawi seperti: doa-doa di lingkungan, latihan koor, menyanyikan mazmur, bertugas sebagai lektor, bertugas sebagai kolektan, membersihkan gereja, menyucikan pakaian dan perlengkapan misa, memimpim doa di lingkungan, belajar memasak, maupun belajar membuat sawah dan menanam sayur-sayuran di sekitar kompleks gereja dan pastoran pada setiap hari sabtu. Selain itu setiap malam minggu umat diajak untuk menonton film yang berbau pendidikan, baik rohani maupun budaya dan kesehatan.

Cara pembinaan dan pendekataan yang telah dilakukan dan sementara terus berlangsung selama ini telah banyak membawa perubahan bagi umat. Umat sudah bisa memanfaatkan pekarangan sendiri untuk menanam sayursayuran, kacang-kacangan, ketimun, petatas, kasbi dan lain sebagainya. Pola hidup sehat pun sudah bisa kelihatan.

Hampir di setiap rumah penduduk telah digunakan WC. Kebutuhan masyarakat seperti sabun cuci, sabun mandi, pasta gigi beserta perlengkapan mandi dan mencuci yang dijual di kios pastoran terjual habis karena dibelanjakan oleh masyarakat untuk keperluan mandi dan mencuci.

Last but not least.. Sebagai Pastor Paroki, “saya sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan melalui Keuskupan khusunya kepada Bapa Uskup, para pastor, para petugas pastoral, para penderma, maupun segenap umat yang selalu mensuport kami dengan berbagai cara sehingga kami dapat melakukan banyak hal. Gereja Kuasi Malaikat Gabriel Kapi ini telah dikukuhkan menjadi sebuah Paroki baru yang defenitif berkat rahmat Allah dan campur tangan anda semua baik secara langsung maupun tidak langsung.� �Deaoo Daits Bapsicinamer� Mari kita memuji Tuhan!

Misi: Pergi dan Melayani

Pergi dan melayani adalah sebuah misi dari Allah yang dijalankan oleh semua umat beriman tanpa kecuali.

Dengan adanya pelbagai kelompok kategorial seperti kelompok WKRI, Legio Maria, OMK, THS-THM, Sekami dan Misdinar di paroki Kapi, umat sesungguhnya telah menyadari akan kebersamaannya sebagai satu kesatuan umat Allah yang dipanggil dan diutus untuk melayani secara bersamasama di dalam dan melalui setiap kelompok. Kelompokkelompok kategorial di atas 50 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

SUARA YANG MEMANGGIL:

radio keuskupan meneguhkan kehadiran gereja di tanah asmat LINTAS KOMISI

RD. LUCIUS JOKO

Suatu kabar gembira yang tidak pernah diwartakan tidak akan pernah menjadi sukacita. Kabar Gembira (Injil) haruslah senantiasa diwartakan setiap saat agar setiap orang dapat melihat wajah Allah yang terungkap dalam Kristus.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 51

Tuhan menggunakan pelbagai cara untuk berkomunikasi dengan manusia agar bebas dari belenggu dosa hingga pada akhirnya mencecap kehidupan kekal bersama-Nya kelak. Melalui Gereja-Nya Tuhan terus mengungkapkan kasih-Nya kepada manusia. Gereja pun menanggapi itu dengan pergi mewartakan sampai ke ujung bumi. Keuskupan Agats sebagai bagian dari Gereja Universal menangkap amanat agung itu. Maka pada Kamis 21 November 2019 diresmikanlah Radio FU 99,2 FM.

“Keuskupan kita meluncurkan radio yang diberi nama Radio Fu, yang artinya memanggil dengan suara yang lebih lantang dan lebih keras,” ucap Mgr. Aloysius Murwito, Uskup Agats. Nama dan elemen gambar pada logo diambil dari “Fu”, sebuah alat musik tradisional masyarakat Asmat berbentuk tabung yang terbuat dari kayu.

Ketika ditiup, fu akan mengeluarkan suara seperti siulan bernada rendah, mengisyaratkan panggilan untuk berkumpul untuk masyarakat Asmat.

Peresmian Fu FM, mengambil tempat di kantor Radio Fu, di belakang Aula Pusat Pastoral Keuskupan Agats. Dimulai dengan ibadat sabda yang dipimpin Mgr. Murwito, acara dihadiri sekitar 100 orang, mulai dari pejabat daerah, polisi, umat dan masyarakat Agats, imam, biarawan/ti, dan Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF, Uskup Palangkaraya. Pada khotbahnya, Mgr. Murwito menegaskan bahwa radio ini didirikan sebagai bentuk jawaban untuk kebu-

52 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

tuhan pastoral di tanah Asmat.

“Masyarakat kita (Asmat) kebanyakan masih memiliki cara yang kuat untuk mengenal segala sesuatu dengan mendengar,” ujarnya.

Ibadat sabda dilanjutkan dengan pemercikan air suci untuk kawasan kantor Radio Fu, sekaligus dua bangunan baru keuskupan: Taman Baca dan Gudang Komisi PSE. Setelah itu, rombongan tamu yang mencakup Bupati Asmat, Elisa Kambu; Wakil Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo; Sekda Asmat, Bartolomeus Bokoropces; Kapolres Asmat, AKBP Andi Yoseph Enoch, dan Mgr. Sutrisnaatmaka, diajak berkeliling kantor radio.

Pemilihan radio sebagai media keuskupan dinilai cocok, mengingat keterbatasan transportasi dan distribusi bila menggunakan media cetak; ditambah lagi akses jaringan internet yang masih sangat terbatas, khususnya di paroki dan stasi.

Ke depannya, Mgr. Murwito berharap radio ini dapat menjangkau bukan hanya Kota Agats, tapi juga seluruh paroki dan stasi di wilayah keuskupan ini. “Sekarang ini, radio Fu bisa didengar di wilayah Kota Agats dan Ewer,” ujar Pastor Lucius Joko, imam projo Keuskupan Bogor yang bermisi sebagai Direktur Radio Fu sekaligus Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agats.

Gambar manusia Asmat meniup Fu. Fu adalah bambu yang menghasilkan suara saat ditiup. Bunyi atau suara itu sebagai tanda panggilan untuk berkumpul. Radio Fu FM diharapkan mampu menjadi suara yang memanggil banyak manusia untuk mengalami kebaikan.

Gambar tiang pemancar menyerupai huruf A, artinya ASMAT. Tiap bagian (trapesium) dari tiang pemancar juga melambangkan diseminasi hakikat Fu FM. Trapesium pertama, penuh, artinya ‘oleh kita’. Trapesium kedua, menghadap ke atas, artinya ‘dari kita’.

Trapesium ketiga, menghadap ke bawah, artinya ‘untuk kita’

PENJELASAN LOGO RADIO FU

Gambar ruang kosong antara Fu dan lengan manusia Asmat yang meniup Fu adalah peta wilayah Asmat. Diharapkan Fu FM menjadi radio yang akan mengudara dan dapat memberi informasi ke seluruh wilayah Asmat.

Warna merah adalah warna yang digunakan oleh masyarakat Asmat dalam pesta, biasanya dipadukan dengan warna putih. Warna kuning adalah warna Vatikan (pusat iman Katolik). Warna coklat adalah warna lumpur karena Asmat adalah negeri lumpur.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 53

KELUARGA: Sebuah Hati Yang Mengampuni

SHARING

AMBROSIUS BILLE

Pada sore menjelang malam hari kira-kira pukul 18.30 WIT, saya duduk dan berbagi cerita di meja makan bersama seorang Pastor. Sambil menikmati segelas kopi, Pastor itu menceritakan pengalaman uniknya kepada saya. Ada seorang ibu menemuinya dan menceritakan pengalaman padanya. Inti sharing adalah sang Ibu sudah lama tidak berdamai dengan saudara kandungnya sendiri dan sulit untuk mengampuninya. Dengan tenang, Pastor kemudian menghadapi sang ibu itu dengan cara menceritakan kembali pengalaman bagaimana ia mengampuni sesama 54 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

meskipun itu tidak mudah. Pesannya adalah lebih baik mengalah dan mengampuni dari pada membenci dan balas dendam.

Sambil mendengar dan meresapkan sharing pastor, pada saat yang sama saya pun teringat secara spontan akan pesan-pesan bijaksana yang pernah saya dengar dari seorang Uskup dalam sebuah khotbahnya ketika memimpin perayaan ekaristi. Uskup itu mengatakan, “Jika kita mengampuni maka kita kalah sebentar saja atau untuk sementara waktu namun setelah itu kita bahagia karena memiliki relasi yang tetap baik dengan orang.

Sebaliknya jika kita terus membenci dan membalas dendam kepada orang lain, maka kita memang menang namun itu hanya sementara karena setelah itu kita tidak memiliki sahabat.”

Puji Tuhan, rencana sang ibu akhirnya berubah. Setelah mendengar sharing pengalaman dari Pastor, sang ibu tergerak hati dan rindu untuk berdamai dengan saudaranya. Setelah kembali ke rumahnya, sang ibu berjumpa dan berdamai dengan saudaranya yang sebelumnya sangat dibenci. Saya lalu bertanya kepada pastor demikian, “apa yang membuat pastor bisa sedemikian cepat membuat hati ibu itu berubah.”

Pastor itu mengatakan, “itulah bagian dari tugas sebagai evangelis. Untuk menjadi evangelis, maka kita perlu memulai pewartaan dengan menceritakan apa yang menjadi pengalaman kita sendiri.”

Wayne Dyer, Bapak Inspirator dan Profesor ahli di St. John’s University New York, mengatakan, “Apa yang kita pikirkan menentukan apa yang akan terjadi pada kita. Jadi, jika kita ingin mengubah hidup, perlu sedikit mengubah pikiran kita.”

Perubahan cara pikir pada diri sang ibu itulah yang membuatnya bisa mengampuni.

Setiap orang pasti berbuat salah dan tidak lepas dari perasaan benci dan marah. St. Agustinus berkata, “Serahkan masa lalumu pada belas kasih Allah, dan percayakanlah masa depanmu pada penyelenggaraanNya. Kemudian isilah saat ini dengan perbuatan kasih yang tulus.”

Mengampuni itu indah karena orang yang mengampuni adalah orang yang mengalami transendensi atau pelampauan diri dari marah dan dendam menjadi sabar, pengampun dan rendah hati, meski itu tidak mudah. Di balik pengalaman mengampuni yang dibagikan kepada

sang ibu, Pastor tersebut sesungguhnya mewartakan kasih Allah. Selain kemampuan manusia dalam mengampuni, Allah sendiri yang memampukan sang ibu untuk bisa mengampuni saudaranya. Itulah tugas seorang evangelis.

Dalam Perjanjian Baru, para evanjelis disebut tanpa perincian pekerjaan (Ef. 4:11). Dewasa ini, evangelis adalah: 1.

Para pemberita injil yang memberitakan injil secara luas dalam lingkungan suku-suku atau bangsa atau pun semua bangsa pada forum yang lebih luas, 2. Para pemberita injil yang sering tidak memiliki pengetahuan teologi formal seperti imam, tetapi melakukan tugas pemeliharaan jemaat, khususnya jemaat muda yang berada di daerah yang jauh dari pusat.

Mereka juga sering disebut “penginjil”.

Injil atau Kabar Sukacita merupakan isi pewartaan.

Jadi, penginjil atau evanjelis berarti seorang yang mewartakan sukacita kepada sesama. Sukacita itu tidak lain adalah kasih Allah sendiri yang telah lebih dulu mengampuni dan menerima kita. Ketika orang mengenal Allah dan sungguhsungguh mengalami kasih Allah, maka perlahan ia pun akan berubah dalam hidup dan senantiasa mewartakan Kasih itu pula pada sesama dengan hati berkobar-kobar.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 55

KEUSKUPAN AGATS

KRONIK

SR. VALENTINA LAMERE, TMM

Rabu, 01 Januari 2020

Tepat jam 12 WIT malam aneka bunyi-bunyian dan kembang api menyambut tahun baru 2020 dengan penuh syukur dan gembira para Pastor, Susuter, Frater dan karyawan Keuskupan Agats bersalam-salaman dengan Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM di kediaman Uskup kemudian dilanjutkan dengan rekreasi bersama.

Kamis,02 Januari 2020

Perbedaan Agama tidak menghilangkan persaudaraan. Dalam rangka memasuki tahun yang baru, maka tepatnya Pukul 20.30 WIT Bapak Uskup berjumpa dengan para tokoh agama Muslim di kediaman Uskup. Pertemuan itu sungguh membawa sukacita yang menggembirakan dan tetap terus di hayati dalam kehidupan bersama.

Minggu, 05 Januari 2020 Hari ini Yang Mulia Mgr. Aloysisus Murwito OFM, merayakan Perayaan Ekaristi Kudus bersama umat Paroki Salib 56 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Suci Katedral Agats pada Pesta Epifani. Dalam Khotbanya, Yang Mulia menekankan beberapa hal kepada umat yaitu harus rajin berdoa baik di gereja maupun doa di lingkungan, khususnya bagi orang tua harus memberi dorongan kepada anak-anak untuk rajin ke gereja dan harus aktif dalam kegiatan khususnya Sekami baik di lingkungan maupun di paroki. Usai perayaan Ekaristi Yang Mulia memberikan salam untuk semua umat yang hadir pada saat itu.

Senin,06 Januari 2020 Berjumpa untuk berpisah, berpisah untuk berjumpa. Pada pukul 18.30 WIT tepatnya di Biara OSC Agats, beberapa umat beserta para Imam, Suster, Frater, Bruder dan Uskup berkumpul bersama untuk merayakan perpisahan dengan dua tenaga pastoral yang berkarya di Keukupan Agats yaitu P. Yaya Rusyadi, OSC dan P. Yan Bria, OSC yang mengakhiri masa tugasnya di Keuskupan Agats.

Sebagai bentuk dukungannya, Bapak Uskup yang mewakili para imam menyampaikan ucapan terima kasih atas pengabdian kepada umat, dalam kata-kata sambutannya.

Rabu, 08 Januari 2020

Boleh keberatan tetapi tidak boleh menolak. Demi misi dan perutusan kedua Pastor yaitu P. Yaya Rusyadi OSC dan P. Yan Bria, OSC yang tercinta meninggalkan kota Agats untuk menuju ke tempat tugas yang baru. Dengan suasana hati yang haru mereka harus meninggalkan umat namun berkat kesetiaan kepada Tuhan, mereka tetap bahagia menjalankan tugas perutusannya.

Jumat, 10 Januari 2020 Bukan semata-mata sebuah pesta melainkan yang terutama adalah ungkapan syukur. Pada hari ini P. Paul Buarlele,Pr, Imam Keuskupan Agatas genap berusia 10 tahun perjalanan hidup imamat. Momen ini dirayakan

pada sore hari pukul. 17.00 dalam perayaan ekaristi syukur bersama keluarga dan umat di parokinya, Paroki St. Petrus Paulus Lorulun, Keuskupan Amboina. Kesetiaannya dalam hidup imamat semata-mata dihayati

sebagai bentuk kasih dari Allah dan menjadi kegembiraan dan sukacita kita bersama.

Sabtu, 11 Januari 2020

Duka cita menjadi suka cita. Tepat pukul 18.30 WIT bertempat di aula Puspas, diadakannya perayaan misa arwah untuk mendoakan keselamatan jiwa almarhuma Ibu dari Fr. Habel, calon imam Keuskupan Agats. Perayaan tersebut dipimpin oleh Yang Mulia Mgr. Aloysisus Murwito, OFM, dengan didampingi oleh P. Juan, Pr dan P. Inno R, Pr sebagai konselebran, dan dihadiri oleh para pastor suster, Frater, Bruder dan awam. Dalam perayaan Ekaristi, khotbah diganti dengan sharing dari Fr. Habel. Dalam sharingnya, Fr. Habel mengungkapkan dua hal berkaitan dengan kepergian ibunya yang sangat dicintai yakni “mama itu pendoa dan penuh cinta bagi kami anak-anaknya dan pasti dia bahagia di surga.� Demikianlah sebuah keyakinan dari

Fr. Habel. Kehadiran Bapak Uskup, para Pastor, Suster, Frater, Bruder dan awam sungguh menjadi bentuk dan tanda dukungan dan kekuatan iman untuk Fr. Habel agar tetap kuat dan setia dalam panggilan suci.

Rabu, 15 Januari 2020 Diadakan kegiatan Renstra Keuskupan Agats yang dihadiri oleh seluruh petugas pastoral diantaranya Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM, para Pastor, Suster, Frater, Bruder dan perwakilan awam dari setiap paroki. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 09.00 WIT di Aula Puspas Keuskupan Agats. Kegiatan diawali dengan Ibadah pembuka yang dipimpin oleh P. Wilem OFM, di susul dengan sambutan dari Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM dan di lanjutkan dengan diskusi dan pleno. Proses ini berjalan dengan baik dan lancar dan selesai pada waktunya.

Kamis, 16 Januari 2020

Sebuah proses terus berlanjut. Pada hari ini peserta kegiatan Renstra memasuki hari ke dua penyusunan Renstra Keuskupan Agatas.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.30 WIT yang di awali dengan Ibadat Laudes bersama yang dipimpin oleh Fr. Yanto.

Kemudian dilanjutkan dengan input dari Yang Mulia Mgr. Aloisyus Murwito, OFM dan Bapak Sunar. Selanjutnya adalah diskusi kelompok dan pleno bersama di aula.

Jumat, 17 Januari 2020

Dengan penuh semangat para peserta kegiatan Renstra kembali berdiskusi untuk menyepakati program-program yang dijadikan Renstra yang di mulai pada pukul 08.30 WIT. Seluruh kegiatan Renstra diakhri dengan Misa penutupan yang dipimpin oleh Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM sebagai selebran dan P. Salmon sebagai konselebran dengan didampingi oleh Diakon Inno. Semua peserta mengikutinya dengan penuh hikmat.

Sabtu, 18 Janurari 2020

Tepat pukul 08.30 Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito OFM bersama Bapak Sunar mengadakan perjalanan dari Agats ke Timika dan Jakarta. Setibanya di Jakarta, Yang Mulia MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 57

Mgr. Aloysius Murwito, OFM melanjutkan agendanya yaitu mengikuti rapat Presidium di Jakarta.

Kamis,30 Januari 2020

Kita semua adalah saudara dalam Tuhan. Tepat pukul 17.00 WIT keluarga besar Calon Imam baru (Diakon Inno dan Diakon Anes) berjumpa dengan Yang Mulia Mgr. Aloysisus Murwito, OFM bertempat di kediaman Uskup.

Perjumpaan yang pertama itu sungguh mendatangkan suka cita dan kegembiraan.

Jumat, 31 Januari 2020

Tepat pukul 10.30 Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM bersama P. Jon Kore OFM, P. Inno R Pr, Fr. Yanto dan Bapak Frans mengecek lokasi tanah untuk pembangunan sekolah SMAK bertempat di kampung baru.

Sabtu, 01 Februari 2020

Tepat pukul 11.00 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito OFM bersama calon imam dan calon diakon tertahbis setra para orang tua dari setiap calon melaksanakan latihan bersama/ gladi bersih pada upacara perayaan penthabisan pada hari minggu tanggal 2 Februari 2020 di Gereja Kristus Raja Mbait.

Minggu, 02 Februari 2020 Dipanggil untuk melayani kerajaan Allah. Perayaan Ekaristi Kudus pentahbisan Imam Baru dan Diakon dimulai tepat Pukul 08.00 WIT yang dipimpin oleh Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM sebagai selebran dan para Pastor sebagai konselebran didampingi oleh ke tiga Imam baru dan Diakon yakni P. Anes Laritembun Pr, P. Inno Nurmalay Pr, P. Lorens Kupea Pr dan Diakon Abel, Diakon Yanto bersama keluarga dan umat sekalian yang turut hadir. Perayaan Pentahbisan Imam baru dan Diakon di Gereja Kristus Raja Mbait berjalan dengan baiak dan lancar.

Pada sore hari tepat pukul 18.30 WIT di lanjutkan dengan acara seremonial bertempat di Aula Paroki Kristus Raja Mbait yang dihadiri oleh Yang Mulia Mgr. Aloysius 58 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

Murwito OFM, para Pastor, Suster, Frater dan Bapak Bupati bersama jajarannya serta umat. Acara seremonial diisi dengan tariantarian dan sambutan-sambutan dan rekreasi bersama.

Senin, 03 Februari 2020

Tepat pukul 17.30 WIT Perayaan Misa Syukur “Inagurasi� Penyambutan Para Imam baru ke dalam Kolegialitas Imam Diosesan Agats yang di pimpin oleh P. Inno Nurmalay, Pr sebagai selebran dan P. Anes Pr, P. Lorens Pr, P. Moses Pr, P. Hendrik, Pr sebagai konselebran didampingi oleh Diakon Abel dan Yanto.

Perayaan ini dihadiri oleh Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM, para Pastor, Suster, Frater, Ibu Bupati, keluarga dan umat.

Selasa, 04 Februari 2020 Demi tugas dan pelayanan yang penuh kasih, maka tepat pukul 07.00 WIT, Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM bersama P. Eko OSC dan P. Joko Pr mengadakan perjalan dari Agats menuju Atsj. Setibanya di Atsj, Yang Mulia mengadakan kunjungan biasa yaitu melihat anak-anak yang sedang mengikuti kursus pertukangan atau praktek membuat rumah di stasi Amanamke.

Rabu, 05 Februari 2020 Usai mengunjungi Paroki Atsj, Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM bersama P. Joko Pr, mengadakan perjalan dari Atsj menuju Agats dan tiba pada pukul 08.00 WIT di Agats.

Kidabela Kalwedo..Kalwedo Kidabela.. tepat pukul 17.30 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM menghadiri Misa Pertama Himpunan Keluarga Tanimbar dari ketiga Imam baru yakni P. Inno Pr, P. Anes Pr, dan P. Lorens Pr, sebagai Selebran dan para pastor sebagai konselebran dengan didampingi oleh Diakon Yanto. Usai perayaan Ekaristi Kudus dilanjutkan dengan acara pemotongan kue ulang tahun imamat dari P. Inno Retobjaan, Pr yang ke 14 thn dan dilanjutkan dengan

sambutan-sambutan serta rekreasi bersama.

Jumat, 07 Februari 2020 “Meningkatkan Kualitas Hidup Anggota Melalui Pelayanan Pendidikan dan Pemberdayaan”.

Tepat pukul 07.30 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM mengikuti kegiatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) XI Tahun Buku 2019 bertempat di Gedung Ja Asamanam Apcamar Agats.

Sabtu, 08 Februari 2020

Hari ini tepat pukul 07.00 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM bersama P. Gunawan SCJ dan Para Suster PRR mengadakan perjalanan dari Agats ke Timika. Setibanya di Timika Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM melanjutkan perjalanan ke Sorong untuk mengikuti rapat para Uskup Regio Papua.

Sabtu 15 Februari 2020

Tepat pukul 14.00 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM tiba di Agats usai mengikuti rapat para Uskup Regio Papua di Sorong.

Minggu, 16 Februari 2020

Perayaan Misa Kudus penerimaan Sakramen Krisma yang dipimpin oleh Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito OFM sebagai Selebran dan didampingi P. Bobby OSC sebagai Konselebran di Gereja Katedral Salib Suci Agats tepat pada pukul 08.00 WIT. Selasa, 18 Februari 2020

Tepat pukul 09.00 WIT, Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM mengikuti pertemuan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) di Agats.

Jumat, 21 Februari 2020

Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM mengadakan perjalan dari Agats ke Jayapura tepat pukul

08.00 WIT dalam rangka mengikuti Konverda KDKK Regio Papua di Jayapura.

Selasa, 25 Februari 2020

Tepat pukul 13. 00 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFMU tiba di Agats usai mengikuti Konverda KDKK Regio Papua di Jayapura.

Rabu, 26 Februari 2020

Bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Rabu Abu dan Masa Prapaskah adalah masa retret agung bagi semua umat “Katolik” untuk bertobat dengan menghayati semangat memberi sedekah, doa dan berpuasa. Tepat pukul 08.00 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM bersama P. Bobby OSC dan P. Efron OSC memimpin perayaan misa Rabu Abu di Gereja Katedral Salib Suci Agats.

Kamis, 27 Februari 2020

Tepat pukul 08.30 WIT Yang Mulia Mgr. Aloysius Murwito, OFM bersama P. Eko OSC mengadakan perjalanan dari dari Agats ke Timika dan dilanjutkan ke Jakarta untuk mengontrol kesehatan Bapak Uskup.

MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

| 59

CARI KERJA / BUKA LOWONGAN ?

PROMOSI USAHA ?

UCAPAN SELAMAT ???

MARI SUDAH, KASI MASUK DI MAJALAH FU EDISI BERIKUTNYA! SAMPUL BELAKANG (UK. A4)

= Rp. 650.000,-

BELAKANG SAMPUL DEPAN (UK. A4)

= Rp. 500.000,-

BELAKANG SAMPUL BELAKANG (UK. A4) = Rp. 400.000,-

HALAMAN DALAM (SETENGAH A4)

HALAMAN DALAM (SEPEREMPAT A4)

= Rp. 200.000,-

= Rp. 150.000,-

INFO LEBIH LANJUT KUNJUNGI: RUMAH RADIO KOMSOS AGATS JL. FRANS KAISEPO, ASMAT komsosagats@gmail.com M A J A L A H U M AT

FU K E U S K U PA N A G AT S

NB: REDAKSI MAJALAH FU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB UNTUK KONTEN DAN DESAIN IKLAN.

60 | MAJALAH FU - KEUSKUPAN AGATS

KO KASI HIDUP FU FM DI KO PU RADIO/HP DULU...

BARU, KO DENGAR SUDAH TEMBANG KENANGAN, SETIAP HARI JAM 8-10 MALAM!

REQUEST LAGU KA? AMAN! KIRIM-KIRIM SALAM KA? AMAN! RADIO FU 99.2..

KITA ADA TUNGGU KO JADI..

M A J A L A H U M AT

FU K E U S K U PA N A G AT S

SELAMAT PASKAH 2020 UNTUK KITA SEMUA. DORMOM OOO....