Kathrine Irawan 9B-16 Cerpen Cinta Datang Karena Terbiasa Bersama

Penulis : Kathrine Irawan 9B-16

H

alo aku Nau, sebenarnya Naura tapi kata teman-teman ku terlalu panjang jadi Nau saja. Bisa Nau atau Ra, yang pertama si yang

lebih sering. Oiya, aku lahir 1 Januari 2002 di Jakarta. Iya, bener banget ulang tahunnya waktu tahun baru. Zodiak ku capricorn, ini tolong diingat yaa. Biar kalau tiba-tiba aku moody an bisa di maklumin. Karena capricorn kan emang gitu, dikit-dikit senang habis itu muram atau semua zodiak kayak gitu ya (?) Ah entah lah.

Soal percintaan? Iya, itu yang bakal aku ceritakan. Aku beritahu dulu di awal, supaya kalian ga salah sangka, kalau ini bukan cerita tentang perjalanan cinta. Ini adalah perjalanan ku menemukan cinta.

"

Kalau ada yang bilang cewek sama cowok mustahil bisa sahabatan tanpa ada perasaan, bawa orangnya ke depanku. Karena aku tahu dengan pasti aku, Naura Averaya, adalah seorang perempuan. Dan aku juga tahu Langit Alaska yang biasa ku panggil Alaska atau Al, sahabatku, adalah laki-laki.

Bisa kok kami bersahabat, 13 tahun.

Bayangkan, kami sudah sahabatan sejak duduk di bangku kelas 1 SD. Tanpa ada salah satu dari kami yang tergelincir ke jurang gelap bernama jatuh cinta.

Tidak sulit untuk aku dan Alaska untuk menjadi sepasang sahabat yang saling melengkapi, layaknya sepatu kiri dan kanan, pagi dan malam, es kopi kekinian dan bola tapioka hitam yang ada di dasar gelasnya.

1

K

ami juga sama-sama menyukai seni, oleh karena itu kami masuk di jurusan desain. Kita satu kampus, satu jurusan, tapi beda kelas.

Aku di kelas B, Alaska di kelas F. Dan tanpa kebetulan, aku dan Alaska disatukan di tugas akhir semester dengan tugas membuat pameran karya seni. Tidak hanya berdua, kami juga sekelompok dengan Dav atau nama panjangnya Davian Bhadrika.

Yap, aku satu-satunya perempuan di kelompok ini. Kami mengerjakan tugas ini berminggu-minggu, dari pagi sampai pagi lagi, dan sampai akhirnya studio pameran kita terisi penuh dengan lukisan-lukisan yang kami buat dengan jerih payah kami sendiri. Dan tak di sangka-sangka, kita mendapat nilai A+. Kita seneng banget, karena yaa seperti yang kalian tau, di kampus itu kalau mau dapat nilai B aja susah banget.

Kayak bintang, susah digapai.

Setelah pengumuman nilai itu, kami duduk sebentar untuk beristirahat.

Alaska membuka percakapan dengan wajah kehausan melihat aku yang sedang meneguk jus jeruk

"Nau, lu kenapa gak ngambilin jus jeruk juga sih buat gue, kan gue juga mau."

"Hehe, abis tadi lo gak ngomong sih." jawabku.

Alaska pun pergi ke bazar depan untuk mengambil jus jeruk gratis yang disediakan kampus.

2

D

i tengah tengah jus jeruk, aku melihat Dav terlihat muram. Ini ada yang salah, dan terlalu lama untuk dibiarkan. Aku pun

bertanya,

“Dav, lo kenapa sih? Beda banget hari ini.”

“Mau tau banget atau mau tau aja?” jawab Dav dengan suara meledek

“Lo becanda lagi, gue siram ya.” Aku bersiap memegang gelas.

“Ya udah,” kata Davian. “Beneran nih ya lo mau tau kenapa gue begini” “Iya bener. Buruan ah, jangan bikin gue penasaran” Aku menegak es jeruk sambil menunggu Davian bicara.

Dav menoleh ke arahku, lalu berkata, “Gue sayang sama lo, lo mau gak jadi pacar gue?”

“UHUUUUUUUUK!” aku tersedak, bulir jus jeruk menyangkut di tenggorokan.

“Nau! Gak apa-apa?!” seru Davian sambil khawatir.

Aku buru-buru mengambil tissue dari dalam tas ku dan menghapus noda jeruk di bajuku.

“Gak apa-apa,” jawabku, singkat.

“Kok sampai keselek sih?” tanya Dav. “Nih air putih.”

Aku berusaha tenang “Bentar, gue salah denger tadi, gue pikir lo bilang “gue sayang sama lo”. Lo ngomong apa tadi?"

Aku menegak air putih untuk membasuh bulir jeruk yang menyangkut

3

“Iya, gue sayang sama lo” kata Dav, lagi.

“UHUUUUUUK!” kali ini aku tersedak lumayan dahsyat sampai ada air keluar dari lubang kanan hidungku.

Aku berkata pada diriku sendiri “Okey, sebentar.. rileks.. tarik nafas.. buang. Okey.. Kasi gue 1 menit untuk berfikir” Pikiranku langsung kacau.

“Wah gila, kita baru kenal karena 1 kelompok, tapi dia cepet banget bisa suka sama gue. Tapi boleh juga sih. Kriteria cowo gue, juga ada di dia.

Tinggi, baik, pinter anak basket pula. Yaa bolehlahh, siapa tau cocok ya kan.”

“Hmm.. iya gue mau jadi pacar lo” jawabku.

“YESSS!! Jadi sekarang kita pacaran nih?” kata Dav.

Dan aku menjawab dengan senyuman dan anggukan.

"

Dari SMA, aku ada di setiap jatuh cinta yang Alaska alami, dia juga ada di setiap patah hati yang aku pikul. Alaska adalah orang yang pertama kali aku telepon ketika aku ingin curhat soal laki-laki yang minta nomor teleponku di pinggir jalan saat aku membeli siomay. Dan aku adalah orang yang dia telepon ketika dia cerita soal gebetannya yang dia temani makan di kantin kampus siang-siang.

Bedanya, saat ini, Alaska tidak punya siapa-siapa Aku punya Davian

Sekarang aku pun juga menceritakan gimana aku di tembak oleh Davian, kepada Alaska.

“Ooo, ya bagus deh. Semoga langgeng ya Nau, semoga dia gak kayak mantan-mantan lu yang ninggalin lu” jawab Alaska dengan muka datar.

“Iyaaa, Amin paling serius” jawabku dengan muka berseri-seri.

4

S

udah hari ke 14 aku dan Dav berpacaran, alias sudah 2 minggu kami berpacaran. Aku mulai merasa Alaska jarang ngobrol, paling kalau

ketemu hanya tersenyum kemudian pergi.

Dan kalian tau? Ternyata Davian adalah orang yang penuh kejutan.

3 hari setelah kita jadian dia mengajak ku untuk kencan atau bahasa gaulnya ngedate. Kita jadian tanggal 29 Maret, tapi kata Davian kita putuskan saja jadiannya tanggal 1 April.

First date kita di Hausse Rooftop, Jakarta Selatan, tempat favoritku untuk melihat indahnya Jakarta di malam hari. Di pinggir pantai, kami duduk berdua di satu meja, lagu favoritku bermain tiba-tiba, dia mengeluarkan cincin sambil membawa satu buket bungga mawar merah jambu. Tidak banyak yang tahu aku suka bunga itu. Davian memang penuh kejutan.

Kami menikmati indahnya malam itu sambil menatap langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang berkelipan.

“Dav, kamu mau ga pergi ke langit?” celetukku.

“Engga si, ngapain juga pergi ke langit.” jawab Davian.

“Oooo gitu, kalau aku sih mau,” jawabku binggung, ternyata ada ya yang gamau pergi ke langit, kiraku semua orang mau pergi ke langit.

“Kalau aku sih mau pergi ke langit, karena di langit semuanya pasti, dia akan menjadi gelap saat malam datang, dia juga akan menjadi terang saat pagi tiba. Sedangkan di bumi, gaada yang pasti. Nahh itu alasannya Alaska ingin kesana, dan menurutku di langit itu selalu ada jawaban dan penjelasan untuk segalanya: untuk setiap rasa sakit, setiap penderitaan, kegembiraan dan kebingungan. ” jelasku dengan wajah yang sangat bersemangat.

“Ooo” jawab Dav.

5

A

ku dan Dav menjalani hari-hari dengan bahagia. Kita kuliah, pagi aku dijemput dia, sore pun dianter pulang sama dia. Sampai,

suatu hari aku mulai merasa Dav berubah. And, yaa..

Belum genap dua bulan aku dan Davian berpacaran, hubungan ku dan Davian kandas. Dav ketahuan selingkuh! Aku melihat dengan mata kepala ku sendiri, dan langsung ku putuskan dia di tempat, walaupun aku sebenernya masih sayang banget sama dia, aku merasa sudah sangat cocok dengan Davian. Aku sangat kacau, nangis berhari-hari, galau, bahkan sampai ga masuk kuliah. Dan seperti biasa.. Alaska selalu ada di setiap patah hati yang aku alami.

“Cape banget deh gw, lu di sakitin mulu. Ga tega gue… mending sama gue aja.” kata Alaska sambil cengengesan.

“Ah apaansi Al, ngaco lu” tanggapku.

" Seminggu berlalu, aku dan Al balik lagi kayak dulu, yang selalu kemanamana barengan. Dan gak lama, Dav dateng buat minta maaf dan balikan, oke aku maafin dia, tapi aku nolak buat balikan.

Hari ini terasa terlalu ramai untuk hari Sabtu. Di dalam mobil, Alaska menyetir dengan wajah lurus ke depan. Dia memakai baju The Simpsons, orang remaja lain mungkin terlihat aneh memakai baju kartun seperti ini, tapi entah kenapa di Alaska terlihat cocok,

Sambil ditemani playlist “Waktu Indonesia Galau” dengan lagu Tak Sanggup Lagi dari Rossa, dan di tengah kemacetan Ibukota Jakarta,

“Makasih udah mau nemenin malming gue,” kataku. “Sorry ngerepotin.”

“Kapan sih lo gak ngerepotin gue?” tanya Alaska, "Hehe, bercanda."

“Nau, kalau misalkan ada cowo sahabatan sama cewe, trus cowonya sayang sama tu cewe padahal di awal mereka udah janji gaboleh ada yang baper. Nah, kalau lu jadi cewe nya, lu bakal gimana?” tanya Alaska.

6

“Yaa gapapa sih, kan perasaan gabisa diatur,” jawabku singkat “Oohh, jadii gapapa nih kalau gue sayang sama lu?” tanya Alaska “HAHH? Gue gak salah denger nih? Lu sayang sama gue? HAHAHAHAH. Lu becanda ya? Becanda mulu lu ah” kataku santai “Beneran, gue sayang sama lo. Gue pengen lu jadi pacar gue. Tapi terserah lu mau atau engga, gue cuma mau lo tahu,” kata Alaska. “Itu doang kok.”

“Trus kok lu tiba-tiba ngomong gini? Sumpah gue kaget banget lu tibatiba ngomong gini. Kita udah 13 tahun sahabatan lo Al.” “Karena gue gak kuat. Beneran gue udah gak kuat. 6 tahun terakhir, sejak kelas 1 SMP gue pendem perasaan ini. Gue gak tahu. Perasaan itu datang pelan-pelan, lalu tiba-tiba. Ini semua dimulai setelah kita selesai bikin acara natalan OSIS. Fotonya masih gue simpan. Dan saat lo pulang, pergi ngelewatin gerbang sekolah warna kuning. Lalu, -gue ngerasa ada yang hilang.”

“Apa yang hilang? Handphone?!”

“Elo lah!” Alaska terlihat kesal. “Gue kehilangan lo! Lo pergi dari hadapan gue, gue langsung kangen mau ketemu lagi. Itu. Itu yang bikin gue ngerasa ada yang ketinggalan!”

Hening “Inget first date lo sama Dav? Gue yang nemenin dia nyiapin surprise.

Gue yang kasih saran dia, bunga apa favorit lo: bunga mawar merah jambu yang dibeli di pasar bunga Rawa Belong, di tokonya Pak Adit, karena gue tahu kita pernah suatu sore hari ngelewatin toko itu, lo hirup bau bunganya, dan lo senyum lebar banget dari kuping ke kuping. Gue yang beli langsung bunga itu, gue kasih ke Davian, gue pilihin yang terbaik buat dia kasih ke elo. Gue yang kasih tau musik apa yang harus bermain, makanan penutup apa yang harus disajikan. Gue yang kasih tau dia semuanya, Nau. Gue. Gue. Dan Gue. Dan ketika lo posting foto lo di instagram berdua sama Davian, gue berharap itu gue.

Hening

7

“Hmm.. Jadi sekarang gimana?” tanyaku “Ya pilihan nya ada di tangan lo.” jawab Alaska.

“Yaudah kita coba seminggu pacaran. Kalau gw nyaman kita lanjut, kalau gw gak nyaman gimana?” tanyaku.

“Kalau lu gak nyaman,oke gue akan pergi menjauh dari lo” kata Alaska.

“Oke..”

Seminggu kemudian

"

“Jadi gimana Nau, kita masih lanjut kann?” tanya Alaska sambil senyum.

“Lanjutt lahh, kenapa gak dari dulu aja ya kita pacaran. Kamu selalu berada di sisiku dari dulu, emang the best”

Dann yak kita resmi pacaran tepat 7 hari setelah Alaska menyatakan cintanya ke aku.

Entah kenapa, aku merasa sama Alaska tuh beda dari cowo-cowo lain.

Dan ada satu lagi alasannya, takut kalau di antara kita diambil orang dan kejebak di friendzone lagi. hahaha.

Ini lah perjalanan ku menemukan cinta yang amat sangat rumit tapi berakhir indah walau banyak rintangan yang hampir gak pernah absen di hubunganku sama Alaska.

Alaska kembali melihatku dan berkata, “Kayak di film, ya. Aku gak nyangka kita berakhir di sini juga. Pacaran setelah sahabatan 13 tahun, mencoba memahami satu sama lain. Kamu udah lewatin banyak patah hati, dan aku udah banyak ngebohongin perasaan ku ke cewe-cewe yang aku tembak, karena aku cuma sayangnya sama kamu. Ternyata, berakhir dengan manis. Berakhir happy ending.”

Aku mengangguk, Sambil merasa bersyukur bisa di pertemukan dengan Alaska. He’s like my bestfriends, my boyfriend and also my brother.

- Tamat 8

Terima Kasih

Penulis : Kathrine Irawan 9B-16