Katalog Toko Partikular Issue #2

Page 1

Cerita-Cerita Lumbung …

Lumbung sebagai metafor kolektivitas dan kebersamaan …

tequio di Meksiko, auzolan di negeri Basque, andecha di Asturias, mutirão di Brasil, ubuntu di berbagai negara Afrika, gadugi di suku Cherokee, talkoot di Finland, guanxi di Cina, atau fa’zaa dalam bahasa Arab …

sesuatu yang mungkin sudah kita lalaikan, sesuatu yang perlu dipulihkan demi masa depan bersama.

Terbit serentak dalam tujuh bahasa, buku ini memuat enam cerita pendek dan dua esai karya para penulis dari berbagai negeri yang dibuat khusus untuk proyek ini, sebuah perayaan akan keragaman dan kerja sama.

Rp72.500

Seekor beruang kutub ditangkap oleh para pemburu dan dirumahkan di kebun binatang di Cile. Namun beruang bernama Baltazar ini bukan beruang biasa. Dengan kearifan dan selera humornya yang manusiawi, serta sudut pandangnya yang unik, ia merenungkan situasinya di dalam kerangkeng untuk melucuti problem-problem kemanusiaan seperti kewenangan dan kekuasaan, penghambaan dan kebebasan.

Karya tipis yang inspiratif, penuh makna dan permenungan yang menggugah.

Ditulis oleh seorang cendekiawan dan politisi Cile pasca kudeta militer 1973 sebagai alegori politik tentang hidup di bawah kediktatoran, dan penyemangat bagi siapa saja yang sedang tertindas agar tidak menyerah dalam perjuangan mencapai kebebasan sejati.

Rp41.000

Tradisi orang Baar di padang sabana Madagaskar menyatakan tegas: seorang pemuda baru bisa meminang gadis idamannya bila berhasil membawakan sapi zebu curian dari kawanan lain untuk calon ayah mertuanya. Bagi masyarakat tradisional penggembala zebu itu, memang tak ada yang lebih berarti di dunia ini selain memiliki kawanan ternak dan memperbesarnya. Maka sekelompok pemuda berkomplot merencanakan pencurian zebu. Pengejaran oleh pasukan tentara membawa dampak tak terduga: pengkhianatan, tragedi yang menewaskan banyak anggota komplotan, dan menguak masa kecil salah seorang dari mereka, yang ternyata terhubung pelik dengan sejarah adat leluhur, ramalan-ramalan mistis tentang takdir, perubahan politik negeri menjadi republik, korupsi negara baru, cinta terlarang, dan balas dendam.

Karya sastra Madagaskar pertama yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Rp73.000

Rp41.000

Seorang profesor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, tewas ditabrak mobil saat sedang membaca buku. Rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim dengan cap pos Uruguay. Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya (dan membawa pembaca) memasuki semesta para pecinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya!

“Kisah tak terlupakan tentang dunia sastra, perpustakaan, dan kecintaan akan buku. Sebuah novel untuk dibaca ulang berkali-kali.” — Critiques Libres

“Buku tipis yang bisa menghantui pembaca jauh sesudah ditutup.”

— New York Times

Rp48.000

Selahattin Demirtaş adalah politikus progresif Turki yang ditahan oleh rezim berkuasa. Dari balik sel penjara, Demirtaş menulis cerpen-cerpen y ang menyuguhkan gambaran penuh perasaan tentang Turki modern dan Timur Tengah dari kehidupan sehari-hari rakyatnya. Pengalaman orang-orang yang tak tertangkap oleh liputan berita, suara-suara yang kerapkali terabaikan. Seorang perempuan muda tukang bersih-bersih yang terjebak di tengah-tengah demonstrasi; buruh-buruh ilegal bawah umur yang bekerja membangun penjara; gadis cilik yang mengungsi menyeberangi Laut Tengah bersama ibunya. Tragedi berkelindan apik dengan satir politik dan kesahajaan naratif.

“Sebagian besar politisi meyakini mereka mengucapkan kebenaran-kebenaran akbar dengan pernyataan-pernyataan megah mereka yang panjang lebar. Saya, sebaliknya, senantiasa percaya akan kekuatan cerita-cerita manusia. Yang bersemayam di inti hubungan saya dengan politik bukanlah abstraksi-abstraksi atau ideal muluk-muluk, melainkan orang-orang biasa: orang-orang biasa yang mampu mengubah dunia.” — Selahattin Demirtaş

Sejarah politik, dominasi maskulin dalam lingkaran sastra dan sosial, telah turut berperan mengecilkan bahkan menghapus nama para perempuan ini. Ajip Rosidi menjuluki Hamidah sebagai “pengarang wanita yang gemar bersedih-sedih”, karya Hamidah yang belum terbit juga dihancurkan oleh suaminya, sementara S. Rukiah, Sugiarti Siswadi, dan Charlotte Salawati dipenjara oleh Orde Baru, dan secara khusus H.B. Jassin ikut menghapus karya-karya Rukiah dari edisi buku Gema Tanah Air sesudah 1965. Kini, 10 penulis perempuan muda yang tergabung dalam kolektif Ruang Perempuan dan Tulisan mencoba membaca mereka kembali dan menghadirkan ketokohan, karya, dan semangatnya bagi generasi terkini.

Rp93.000

“Ini kisah yang sebenarnya belum lama terjadi. Sebuah kisah kelabu penuh darah. Hanya seumuran dua kali coblosan lurah; tidak berselang lama dari saat, untuk pertama kalinya di daerah sini, Golkar menang dari Petiga dengan mudah.”

Demikianlah Warto Kemplung mengawali kisahnya kepada siapa saja yang sudi mendengarnya di warung kopi: kisah asmara antara Mat Dawuk dan Inayatun, dua sejoli yang dipandang miring oleh masyarakat, berlatar kehidupan sosial sebuah desa Jawa yang berubah oleh tanaman komoditas dan kerja menjadi buruh migran, dibalut dengan humor, laga, dan dendang lm India.

Masalahnya, sejauh mana cerita Warto itu sungguh-sungguh terjadi; atau hanya bualan untuk menutupi masa lalunya sendiri?

Rp65.000

Rp69.000

“Aku suka cerbung yang Saudara tulis. Tapi kupikir ada yang kurang. Atau kalau boleh kubilang, kuharap Saudara tidak tersinggung, itu sebuah kesalahan. Saudara seharusnya menjadikan Warto Kemplung itu sebagai tokoh utamanya, bukan justru si bekas pembunuh buruk rupa yang diceritakannya. Dengan demikian, menurutku, sedikit meleset apabila Saudara kemudian memilih ‘Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu’ sebagai judul. Tapi aku mengerti kesulitan Saudara. Saudara tak tahu sama sekali soal Warto ini.”

Inilah sekuel Dawuk: Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu, yang diawali dari serangkaian surat pembaca misterius yang mengklaim mengetahui asal-usul pembual kesayangan kita, Warto Kemplung, dan menjelaskan dari mana kelihaian mendongengnya berasal. Namun sekali lagi, apa yang tersampaikan dalam cerita ternyata belum tentu adalah apa yang sesungguhnya terjadi. Ini juga tribut bagi segala bacaan, tontonan, dan musik yang pernah dan terus memikat hati banyak orang, kendati kritikus adiluhung suka melabelinya sebagai hiburan rendahan belaka.

Rp74.000

Peraih Neev Book Award 2019 kategori Young Adults

Korok hidup di desa kecil suku Gondi di negara bagian Odisha, India. Bocah putus sekolah yang masih berusia belasan ini sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun yang terampil. Sedangkan Anchita, putri seorang pejabat pindahan, menempati rumah tempat kebun yang dirawat Korok berada.

Suatu hari mereka berdua mendengar rencana perusahaan dan pemerintah untuk menambang bukit yang disakralkan oleh suku Gondi. Orang-orang desa menentang rencana penambangan ini, tetapi mereka harus berhadapan dengan aparat keamanan.

Apakah yang bisa diperbuat tukang kebun remaja yang tak tahu banyak tentang dunia luar, bersama seorang gadis remaja dengan komputer, untuk menghadapi orang-orang dewasa yang paling berkuasa ini?

“Meski diterbitkan sebagai novel remaja, ini buku yang semua orang perlu baca.” —Scroll.in

Rp65.000

“Aslı Erdoğan adalah penulis yang luar biasa perseptif dan sensitif yang senantiasa menghasilkan teks-teks sastra yang sempurna.”—Orhan Pamuk

“Ditulis dengan indah dan dikisahkan dengan jujur, selembut taman-taman tulip di Istanbul dan seberani hati manusia.” —Elif Shafak, penulis Empat Puluh

Kaidah Cinta

“Bangunan batu” adalah metafor yang menjadi benang merah bagi berbagai kelembagaan opresif yang melatari cerita-cerita ini dan mendominasi hidup para tokohnya: penjara, rumah sakit, markas polisi dll. Kondisi keterasingan, ketakberdayaan, suara-suara eksil dan trauma perempuan—termasuk juga berbagai ragam keuletan dan kekuatan untuk bertahan—disajikan secara sastrawi dalam serangkaian gambaran alegoris hidup di tengah-tengah struktur kekuasaan yang menindas sik maupun mental.

Rp69.000

Buku ini mematahkan prasangka negatif dari para pejabat dan kelas menengah atas Indonesia yang cenderung mencap penghuni kampung kumuh sebagai kriminal dan pemalas, sekaligus juga praduga positif dari sebagian aktivis dan peneliti yang kerap memandang persoalan riil kemiskinan secara romantik.

“Van Voorst memiliki keberanian untuk melangkah masuk ke dalam kehidupan keras orang-orang termiskin di Jakarta. Lewat pandangan matanya kita mengikuti pergulatan mereka untuk bertahan hidup. Sarat dengan derita tapi kadang juga meninggalkan tawa.” — Step Vaessen, koresponden Al Jazeera di Jakarta

“Hanya orang yang mencintai Indonesia bisa menggambarkannya seperti Roanne van Voorst—modern sekaligus absurd. Tempat Terbaik di Dunia adalah potret kehidupan sebuah kampung kumuh yang menakjubkan dan begitu menyentuh.” — Gustaaf Peek, novelis, pengarang Dover

Pada 1965, pemerintah AS membantu penumpasan angota partai komunis maupun orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia dengan korban kurang lebih satu juta nyawa penduduk sipil tak bersenjata. Inilah salah satu titik balik terpenting bagi dunia kapitalis Barat abad ke-20, menghabisi partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan Tiongkok. Intervensi rahasia CIA ini bisa dibilang begitu sukses sampai membuat peristiwa ini kini jarang sekali diingat dan diketahui oleh masyarakat Barat.

Metode brutal yang dipakai untuk mengambinghitamkan komunis untuk lalu menumpasnya juga begitu sukses sehingga dicontoh dan menginspirasi program-program serupa di negara lain: “Operação Jakarta” di Brasil atau “Plan Yakarta” di Cile. Memakai dokumen-dokumen resmi yang baru dideklasi kasi, ditambah dengan riset arsip dan wawancara bersama para penyintas dan saksi mata, Vincent Bevins menelusuri bagaimana semua ini terjadi dan apa warisannya bagi konstelasi politik dan ekonomi dunia yang kita hidupi sekarang.

Rp131.000

Pemenang Pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2019

“Malah aku heran, kenapa TV-TV tidak datang ke Tegalurung buat siaran berita. Padahal kukira setiap hari pastilah ada berita kriminal, apalagi di Tegalurung. Tidak pagi tidak siang tidak sore tidak malam.”

Kehidupan warga desa Tegalurung rasanya akan membuyarkan gambaran tipikal kehidupan pedesaan di benak kita. Alih-alih damai dan harmonis, kita dapati aneka rupa kon ik dari orang-orang yang dipertemukan dalam nasib dan terjalin oleh aib—kon ik-kon ik yang bersumber dari permasalahan-permasalahan lama seperti asmara dan kemiskinan, maupun dari permasalahan-permasalahan baru seperti media sosial dan politik elektoral tingkat lokal.

Disusun dalam bentuk fragmen-fragmen episodik dengan alur maju-mundur, gairah eksperimentasi bentuk novel Aib dan Nasib akan memberi pembaca pengalaman naratif yang tak terlupakan.

Rp77.000

Oetimu: suatu wilayah kecil di pelosok Nusa Tenggara Timur. Masa itu adalah paruh kedua 1990an, dan kejadian-kejadian di wilayah Indonesia selebihnya mau tak mau berdampak kepada kehidupan sosial orang-orang di kampung yang terpencil itu. Kolonialisme Indonesia di Timor Timur kian disorot dunia internasional, sementara warisan kekerasan antara militer Indonesia dan gerilyawan Fretilin ikut menyebar ke wilayah sekitarnya, demonstrasi menentang Soeharto kian marak di kalangan mahasiswa, dan Brazil berhadap-hadapan dengan Prancis di nal Piala Dunia.

Novel mengasyikkan yang menggambarkan masyarakat Timor Barat dengan segala kepelikannya, di mana gereja, negara, dan tentara berperan besar dalam kehidupan sosial. O ya, juga minuman keras dan seks.

“Sebuah contoh ksi etnogra s yang digarap dengan baik”

— Pertanggungjawaban Dewan Juri Sayembara Novel DKJ 2018

Rp73.000

Meski pada awalnya kerap dipandang sebagai musik kelas bawah, dangdut koplo kini nyatanya dianggap mampu mewakili beragam karakter. Gabungan karakter ini membuatnya cenderung menjadi alat politik dan medan pertarungan untuk meraih kuasa dan pengaruh atas banyak orang. Musik koplo beroperasi di pinggiran, berlangsung di panggung-panggung kecil, dibesarkan oleh penonton dan ekosistem ekonomi informal yang menyokong produksi musiknya. Suatu daya besar dari masyarakat yang mengundang banyak decak kagum, sekaligus juga intrik dan kon ik. Pada awal kemunculannya, pihak-pihak tertentu mengeklaim bahwa dangdut koplo “bukan dangdut yang sebenarnya”. Oleh mereka, dangdut koplo dipandang sebagai pertunjukan penuh “goyangan liar”, keluar dari pakem dangdut, dan dekat dengan pembajakan.

Fakta-fakta ini mendorong Irfan R. Darajat meriset tentang bagaimana otoritas budaya bekerja hendak menertibkan apa yang dangdut dan apa yang bukan. Lewat buku ini, ia mengedepankan analisis wacana atas sejumlah informasi di media, demi menjelaskan relasi kuasa dalam praktik musik dangdut koplo. Irfan menghadirkan dangdut koplo sebagai teks yang memproduksi wacana tertentu, dan mengajak pembacanya untuk mempertanyakan kemapanan dominasi wacana atas moralitas, identitas musikal, dan ilegalitas. Sebuah observasi atas relasi kuasa dalam musik, serta usaha untuk menolak tunduk pada wacana dominan pemurnian musik dangdut.

Rp68000

Saat sedang asyik berjemur di balkon rumahnya, seekor kucing bernama Zorbas mendapati seekor burung camar terjatuh kepayahan di dekatnya. Tumpahan minyak dari kapal tanker di laut telah melengketkan bulu-bulu burung camar betina yang hampir bertelur itu, membuatnya tak mungkin meneruskan terbangnya. Sebelum meninggal, ia meminta si kucing berjanji untuk merawat telurnya sampai menetas dan lantas mengajari anaknya terbang.

Sebagai kucing pelabuhan, Zorbas pantang melanggar janjinya. Namun mungkinkah ia dan kawan-kawannya sesama kucing pelabuhan benar-benar bisa menepati janji mengajari bayi camar itu terbang?

Sebuah cerita indah tentang persahabatan, kesetiaan untuk menepati janji, dan renungan tentang perbuatan manusia terhadap lingkungan.

Rp63.000

Rp73.000

“Wajib dibaca bagi siapa pun yang tertarik akan gerakan-gerakan radikal seperti Occupy Wall Street atau Zapatista.” — Critical eory

“Penuh dengan detail yang hidup dan sungguh menginspirasi.” — e Guardian

Di wilayah selatan Spanyol, 100 kilometer dari Sevilla, terletak kota kecil Marinaleda, yang selama 40 tahun terakhir telah berjuang tanpa kenal lelah membangun sebuah utopia. Sejak akhir 1970-an warga melancarkan gerakan protes dan pendudukan lahan milik para aristokrat kaya, dan menjadikannya landasan bagi cara hidup koperasi dan perekonomian berkelanjutan di kota itu. Lahan tani dan pabrik pengolahan hasil bumi dimiliki secara kolektif, lapangan kerja dan rumah berbiaya murah tersedia bagi siapa pun yang membutuhkan—sebuah kontras yang amat mencolok dengan kondisi Spanyol dan dunia selebihnya ketika krisis-krisis kapitalisme mutakhir kian memperhebat angka pengangguran dan tunawisma.

Revolusi ini dipimpin oleh walikota Juan Manuel Sánchez Gordillo, yang pada 2012 menjadi pemberitaan sedunia karena memimpin aksi penjarahan ke supermarketsupermarket besar untuk memberi makan mereka yang kelaparan dan tiada pekerjaan di Andalusia. Buku ini juga secara kritis mengulas problem internal dan masa depan Marinaleda bila krisis global terus menghebat. Bisakah visi kota ini terus dipertahankan?

Rp73.000

Rasa terhina dan harga diri. Kenangan dan balas dendam. Kesepian dan kerinduan.

Inilah dunia kontemporer Cile yang ditangkap dengan tajam, jeli, dan peka oleh Paulina Flores, penulis muda Amerika Latin yang berbeda dari kanon penulisan generasi sebelumnya. Dari kampung nelayan miskin sampai tangga gelap rusun urban, inilah gambaran generasi yang tumbuh dengan penetrasi budaya pop, musik Inggris, restoran Amerika, anime Jepang, media sosial dan pornogra , di tengah ketimpangan ekstrem akibat warisan sosial kediktatoran.

“Debut yang mengesankan […] Flores menyulut empati dengan perhatian yang cermat pada detail. Umat manusia, dia tegaskan, diikat oleh kerentanan bersama.” — e Guardian

Peraih American Ethnological Society Senior Book Prize 2016 dan George T. McKahin Prize 2016

Bersumber dari pengalaman dua puluh tahun melakukan riset etnogra s di Sulawesi, Tania Murray Li menyuguhkan gambaran intim mengenai kemunculan hubungan-hubungan kapitalis di antara penduduk adat di perbukitan yang memprivatisasi lahan bersama mereka demi menanam primadona tanaman komoditas: kakao. Didorong oleh harapan untuk lepas dari kemiskinan dan keterpencilan, sebagian petani adat bertambah makmur sementara sebagian besar lainnya kehilangan lahan dan tak mampu lagi menghidupi keluarga. Tania Li menghadapkan pembaca pada dilema penduduk adat di tengah meningkatnya ketimpangan di antara mereka.

Buku ini membantah narasi modernisasi yang digencarkan oleh badan-badan pembangunan bahwa petani yang kalah dalam persaingan tanaman ekspor bisa berganti kerja ke bidang dan tempat lain. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sedikit membuka lapangan kerja hanya membawa para petani tak bertanah ini ke jalan buntu: habisnya kebun. Buku ini juga menggugat para aktivis gerakan sosial yang jarang memberi perhatian pada proses privatisasi kebun yang dilakukan oleh petani sendiri, dan bukan dipaksakan oleh agribisnis besar atau negara.

Diterjemahkan oleh Nadya Karimasari dan Ronny Agustinus

Rp97.000

Rp99.000

Keberadaan perkebunan besar didukung dengan klaim bahwa ia bisa mendatangkan kemajuan dan kemakmuran bagi masyarakat sekitar, bahwa ia e sien dan paling mampu mengolah tanaman komoditas yang tidak bisa dilakukan oleh petani desa. Namun benarkah demikian?

Mengkaji struktur dan tata kelola dua perkebunan sawit di Kalimantan Barat —satu milik negara dan satu swasta—Tania Li dan Pujo Semedi meneliti bagaimana perkebunan datang dan mendominasi, bentuk-bentuk kehidupan seperti apa yang muncul dari kedatangan dan keberadaan perkebunan, serta mengapa sistem yang terus mengingkari klaim-klaimnya sendiri ini tetap mendapat dukungan politik dan nansial. Memakai paduan pendekatan ekonomi politik dan teknologi politik, upaya kedua penulis untuk memahami kawasan perkebunan membawa mereka kepada teori baru tentang perusahaan sebagai “bala pendudukan”.

“Ditulis dalam gaya yang jernih dan tegas, serta kaya wawasan empiris dan konseptual mengenai bentuk perkebunan, Hidup Bersama Raksasa adalah bacaan wajib bagi siapa saja yang tertarik akan lingkungan dan masyarakat tropis, hubungan agraria, rezim-rezim kapitalis-kolonial, serta ekonomi politik sistem-sistem perkebunan.”

— Sophie Chao, Inside Indonesia

“Malam ini kita berdua bersama-sama bermimpi di atas ranjang ini, bagaimana? Lihat apakah kita mampu saling berkomunikasi di dalam mimpi. Lalu kita bersama-sama pergi mencari Joe dan Vincent.”

Joe seorang manajer di perusahaan pakaian, hidup di antara huruf-huruf dari buku-buku yang dibacanya. Maria sang istri berkelana di motif-motif tapestri yang ditenunnya. Kehidupan mereka bersilangan dengan mimpi-mimpi Vincent, sang pemilik perusahaan dan istrinya, Lisa. Menerobos ke perkebunan milik Reagan, sosok yang entah ada entah tiada, yang terombang-ambing cinta kepada pekerja bernama Ida. Mereka saling mencari, bertemu, dan kehilangan di dunia antah-berantah. Di dunia mereka, ruang dan waktu melebur sekaligus tercerai-berai. Novel luar biasa yang membuat kita ikut mengambang, terombang-ambing di antara kenyataan dan ilusi.

Rp137.000

“Walaupun aku bersikap malu-malu di depan tuanku, sebenarnya aku berani mengatakan apa saja asal aku mau. Tapi, kenapa aku tidak bisa menyapa Pak Okada?”

Otama memperoleh harapan hidup yang baik saat berencana menikah dengan seorang polisi, yang ternyata sudah beristri dan kemudian membuangnya.

Ibarat keluar dari mulut buaya dan masuk ke mulut harimau, Otama lepas dari si polisi untuk menjadi gundik seorang rentenir. Satu-satunya

kebahagiaan yang ia miliki hanyalah fantasi tentang seorang mahasiswa tampan bernama Okada, yang sering lewat di depan rumahnya, dan tampaknya juga mengagumi Otama dari jauh.

Rp62.000

Rp114.000

Dianggap oleh banyak kalangan sebagai salah satu penulis kontemporer paling berpengaruh dalam kesusastraan Cile, bahkan Amerika Latin, Alejandro Zambra memulai debutnya sebagai prosais dengan Bonsai dan Kehidupan Pribadi Pepohonan. Kedua novel itu, yang tergabung dalam buku ini, mengeksplorasi dengan cemerlang hubungan antara seni, cinta, dan kehidupan. Ini adalah buku yang, meski bisa dibaca dalam sekali duduk, akan menghantui pembaca untuk waktu yang lama. Atau meminjam istilah salah satu tokoh utama dalam Bonsai: ini adalah buku yang akan terus dibaca ulang selamanya.

Rp60.000

Seorang perempuan muda terobsesi untuk kabur dari keluarga, lingkungan, dan negara tempat ia berasal. Berbeda dari orangtuanya, sejak kecil ia sadar di mana dirinya berada: sebuah kota di pesisir utara Kolombia yang miskin, kumuh, sering kebanjiran, dan dipimpin pemerintah korup. Didorong kekhawatiran akan masa depannya jika tetap tinggal, ia mengambil langkah nekat demi mencapai tujuannya tanpa menyadari dampak yang akan ia timbulkan, baik bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekelilingnya.

Kekerasan, perampasan, pelecehan dan eksploitasi adalah pemandangan sehari-hari di Boarding Home, sebuah panti sosial swasta tempat

penampungan orang-orang yang dibuang baik oleh negara, masyarakat, maupun keluarga masing-masing. Di sanalah William Figueras berakhir, seorang penulis Kuba yang kabur ke Amerika Serikat setelah novelnya

dikecam oleh pengawas sastra pemerintahan dan membuatnya jadi gila. Di tempat itu William menyaksikan, dan belakangan terseret untuk turut menjadi pelaku, kekejaman dan penindasan yang dilakukan oleh pemilik, pengelola dan bahkan penghuni panti kepada para penghuni lain yang lebih lemah. Penampungan Orang-orang Terbuang adalah sebuah

kunjungan singkat ke dalam jurang terkelam kebiadaban manusia, sebuah neraka dunia di mana harapan adalah suatu kemustahilan.

Rp55.000

Tochtli tinggal di dalam sebuah istana. Ia senang mengoleksi topi, membaca kamus, menonton lm samurai, dan mengagumi orang-orang

Prancis serta alat pemotong kepala. Ia bisa mendapatkan semua yang ia inginkan sebab ayahnya seorang bandar narkoba. Tapi yang paling

Tochtli inginkan saat ini adalah kuda nil kerdil Liberia, dan sayangnya hewan itu tidak bisa dibeli di toko hewan piaraan, lebih-lebih Tochtli hidup di Meksiko, sebuah negara dunia ketiga yang celaka—meski terkadang juga luar biasa.

Rp57.000

Rp75.000

Pendeta Pearson mencurahkan hidupnya untuk mewartakan rman Tuhan ke pelosok utara Argentina. Bersama Leni, putrinya, dia menyusuri dataran gersang dengan mengendarai sebuah mobil tua. Ketika mobil itu mogok, takdir menuntun mereka untuk berjumpa dengan Brauer, seorang montir paruh baya, serta asistennya, seorang bocah laki-laki yang biasa dipanggil Tapioca. Awan mendung mengintip di kejauhan. Badai akan menjelang.

Dalam rentang satu hari yang terasa panjang, hubungan keempat tokoh mengalami pasang-surut. Watak mereka serta ketegangan antara satu sama lain pelahan terkuak: Pearson dengan kekakuannya, Brauer dengan kesinisannya, Leni dengan kesangsiannya dan Tapioca dengan kepolosannya. Ketika akhirnya badai menerjang, pergulatan yang tak terhindarkan pun meledak.

Dikisahkan dalam tempo yang lambat tetapi mengalir, mendetail, dan indah, Sapuan Angin menandai kemunculan Selva Almada sebagai salah satu penulis paling berpengaruh dalam kesusastraan Argentina dan Amerika Latin kontemporer.

Rp83.000

“Kumpulan 22 cerita terbaru penulis terkemuka Israel ini menunjukan ketajaman pikirannya, kecerdasan satir, dan keragaman gaya penceritaan.” — BBC

“Sepertinya hanya ada satu hal yang Keret tidak mampu lakukan ketika membuat cerita: menulis kisah yang membosankan.”

— e Guardian

Melalui 22 cerpen (+1 cerita bersambung), Keret membawa pembacanya melihat manusia beserta segala masalahnya dengan cara paling ajaib. Lewat gaya bercerita yang mengesankan, Ia membawa humor, fantasi, kegetiran, hingga kebahagiaan yang tak terhingga. Sebuah kumpulan cerita yang memukau dan tidak bisa dilewatkan.

•••

Rp87.000

Dalam buku ini, keret membawa kita pada kisah-kisah yang tidak hanya unik, namun juga memikat: dari seorang supir bis kembali mengingat impian masa lalunya--menjadi Tuhan yang maha pemurah. Seorang remaja yang dibohongi oleh malaikat kw super yang muncul berkat permintaan ngawur di lubang pada tembok bekas ATM, anak kecil yang berniat jadi bagian sirkus dan berujung pada pulang sebelum berangkat, kisah orang yang menemukan kehidupan ajaib dari dalam pipa, hingga perjalanan ganjil di semesta orang-orang mati karena bunuh diri.

Melalui 21 cerita dan 1 novela, Keret membawa pembacanya melihat manusia dengan segala lapisan demi lapisan yang paling ajaib dan bisa diterima akal sehat. Dengan gaya bercerita yang memukau dari satu cerita ke cerita lainnya, ia memberikan pengalaman membaca yang membuat seluruh indra kita peka: humor yang menyajikan tawa, fantasi yang membuat kita takjub, kegetiran yang traumatis dan membuat kita berharap hal ini tidak akan terulang, dan masih banyak lagi. Sebuah kumpulan cerita yang membuatmu memasuki rollercoster emosi yang— sekali lagi—tidak bisa dilewatkan.

“Saya coba menangkap suatu benang merah tersembunyi dalam sejarah kesusastraan kita; sesuatu yang diam-diam menggejala dan sesekali tampil ke permukaan dalam wujud yang acak dan tak mudah diduga. Untuk itulah saya membentangkan semacam nadi tersembunyi bangsa Indonesia dalam rentang satu abad agar kita dapat melihat betapa denyut samar itu masih ada dan terus bersama kita, bahkan sampai hari ini, seratus tahun setelah para penyair berkebangsaan Indonesia menuliskan sajak-sajaknya.” –Sulaiman H.

Melalui sejarawan bernama Sulaiman H, Martin Suryajaya membentangkan kepada kita riwayat puisi Indonesia dalam rentang satu abad. Suatu karya historiogra spekulatif yang berdiri di atas sejarah faktual Indonesia. Nyanyi sunyi ke sekian yang menghimpun kebajikan serta keburukan lirisisme dalam lebih dari 20 suara.

‘Terdepan, Terluar, Tertinggal: Antologi Puisi Obskur Indonesia 1945-2045’ adalah buku puisi debut Martin Suryajaya. Buku puisi yang dieditori Hamzah Muhammad ini adalah juga buku puisi perdana di Indonesia dengan banyak heteronim.

•••
Rp69.000

‘Berayun Di Antara Keberpihakan & Autokritik’ berisi 8 esai/kritik sastra yang digarap Dewi dengan luwes. Dari mulai membedah buku yang paling digemari khalayak sastra pada tahun 2016-an, buku terbitan terkini, buku sastra yang mendapat akses terbatas (penulis dan penerbit luar Jawa), hingga sastra pop yang seringkali diabaikan dalam kritik sastra “serius”. Dalam esai-esainya, Dewi mendedahkan pada kita bagaimana penulis Papua & Non-Papua menulis tentang Papua. Analisisnya tentang fungsi motif laut pada puisi-puisi Chairil. Persoalan Genre hingga Kolonialisme yang sejatinya belum sepenuhnya beranjak dari teks-teks sastra kita.

“Naskah ini melakukan pembacaan ulang atas motif laut dalam karya Chairil Anwar ... Naskah ini menjelaskan bagaimana laut menjadi medium bagi aku-lirik untuk memisahkan diri sejenak dari kekitaan ... Dari situ, naskah ini bergerak pada fase-fase yang menggambarkan ikatan kolektif revolusioner sebagai satu unsur penting dalam kehidupan bangsa Indonesia, lantas mempertentangkannya dengan bagaimana kelima puisi Chairil justru mengarah ke suasana batin introspektif aku-lirik.”

•••
— Pertanggungjawaban Dewan Juri Kritik Sastra DKJ 2022 Rp67.000

Rp70.000

‘Sentimentalisme Calon Mayat’ berisi 8 cerita pendek yang ditulis Sony Karsono pada 1995-2002 dengan berbagai bentuk pembaruan.

Cerita-ceritanya dalam buku ini cenderung gelap & sinis, optimisme justru hadir dari genre yang eksploratif (dari realis, absurd hingga sci- ).

Sentimentalime Calon Mayat juga memberikan pengalaman bercerita yang

luwes, bagaimana teror dalam teks bekerja dan tertuang di sekujur cerita. Dalam buku cerita ini, kita akan melihat hantu Orde Baru yang

terlihat-tapi-tidak dan sebaliknya. Delapan cerita dalam buku ini ditutup

oleh esai Afrizal Malna yang membuka mata batin kita pada Orde Baru yang sejatinya hanya berjarak sejengkal, serta kemungkinan baru bagi cerita-cerita spekulatif yang digarap Sony.

Cerita Cerita Jakarta. Bagaimana Jakarta akan bercerita tentang dirinya?

Sekelompok lansia melakukan petualangan penutup di hari terakhir Istana Boneka beroperasi. Di Kalibata, ibu dan anak mencoba lepas dari hantu masa lalu yang kembali muncul, dari masa mereka hidup di Kramat Tunggak. Di perempatan Palmerah, dua pengamen berada di tengah demonstrasi yang berujung bentrok. Bersama-sama, kita akan naik sepeda motor, komuter, taksi, ke kantor imigrasi, ke Sudirman yang tenggelam, ke emperan toko roti di Cikini, melihat dari dekat bagaimana sepuluh penulis mengalami, membayangkan, dan menuturkan Jakartanya - kota dengan cerita-cerita yang terus bertumbuh, bersilangan, dan tak pernah usai.

Kumpulan cerita pendek ini pertama kali terbit di Inggris sebagai e Book of Jakarta, bagian dari seri Reading the City penerbit Comma Press. Kini antologi ini hadir untuk menyapa pembaca dalam bahasa aslinya.

Rp77.000

Rp64.000

Si kecil Na Willa tinggal di sebuah gang di Surabaya, di rumah dengan pohon cemara di depannya. Ia menghabiskan hari dengan berlari mengejar kereta bersama Dul (walau ia selalu tertinggal), pergi ke pasar bersama Mak, melewati bapak penjual anak ayam kuning, atau memikirkan bagaimana orang-orang bisa nyanyi dari dalam radio.

Buku ini berkisah tentang masa kecil seorang anak perempuan pada sebuah masa ketika lagu-lagu Lilis Suryani terdengar di radio dan kasur kapuk dijemur lalu dipukul dengan rotan.

Rp68.000

Hari-hari Na Willa masih dipenuhi kegembiraan: bermain bersama teman-temannya, membaca buku pinjaman dari Bu Juwita, bahkan menyanyi di RRI. Kegembiraannya semakin bertambah, karena kini Pak juga menyertai hari-harinya. Pak mengantar Na Willa ke sekolah, membelikannya es krim (tapi, Willa tidak boleh bilang kepada Mak!), mengajarinya ketak-ketik di kantor, serta bersama-sama menggambari dinding rumah. Barangkali hanya rumah Na Willa yang dindingnya dihiasi gambar bapak-bapak.

Hingga suatu hari, Pak memberi kabar yang mengguncang dunia yang dikenal Na Willa.

Na Willa duduk sendiri di sekolah, membaca Wiro, sementara anak lain asyik bermain. Kini ia di Jakarta, jauh dari rumah di dalam gang, jauh dari teman masa kecilnya, dan hari-harinya dimulai dengan murung.

Hingga suatu kali Na Willa berjumpa dengan anak yang menghitung jumlah kaki kursi, anjing kecil yang bisa berubah warna, bibi yang bicara dalam bahasa yang tak ia pahami, paman yang membawa koper kaleng, juga Rano Karno! Dan di antaranya, Mak dan Pak, membawa kabar yang membuat Na Willa semakin sebal pada kata sabar.

Petualangan apa yang akan Na Willa jalani, di hari-harinya yang kini ramai?

Rp68.000

Rp60.000

Sepasang sepupu, Coro dan Sachi,tidak pernah mengira mereka akan dihadapkan pada hari Rumah Pandanwangi, rumah masa kecil mereka, harus dilepaskan.

Di sana mereka tumbuh besar, dan di sanalah kedua orang tua mereka pernah menganggap kehidupan akan tertambat selamanya. Tapi dalam hidup mereka, seperti hidup orang-orang lain, pada akhirnya kata ’selamanya’ bukan pilihan.

Mereka harus melangkah.

Rp69.000

“Semua dimulai dari pertemuanku dengan Setsuko pada awal musim panas, saat kami belum kehilangan apa pun. Kami saling mengasihi, lalu aku bertekad menikahinya suatu hari nanti.

Akan tetapi, Setsuko tiba-tiba jatuh sakit. Aku pun memutuskan pergi ke sanatorium di sebuah pegunungan untuk menemani Setsuko berobat.

Lalu, kisah cinta eksentrik kami dimulai dari sesuatu yang dianggap jalan buntu oleh orang lain.

Dalam keseharian yang monoton, ada kebahagiaan beraroma maut yang ingin kami lestarikan dengan lebih sempurna…. Dan angin pun berembus, ayo tegar jalani hidup

Hidupku penuh aib. Catatan pria itu dimulai dengan pengakuan demikian. Ia menggunakan lawak untuk menipu dirinya sendiri, menipu orang lain, membuat kesalahan yang tidak dapat diperbaiki, lantas menjatuhkan keputusan atas dirinya sendiri bahwa ia gagal menjadi manusia. Akan tetapi, begitu pria itu tidak ada, seorang wanita berkata dengan nada penuh rindu, “orangnya tulus, penuh perhatian... ia tetaplah anak yang baik, seperti tuhan.”

Karya Dazai Osamu yang mempertanyakan apa itu hidup sebagai manusia, dan apa itu hidup bersama manusia. Karya yang dipercaya menjadi surat wasiatnya.

Rp69.000

Seorang perempuan tua sedang mencabuti rambut mayat di ruang atas Gerbang Rashomon. Seorang samurai--yang baru saja dipecat dan harus mencari jalan untuk melanjutkan hidup--menyaksikan hal tersebut....

Ada pula seorang pendeta yang memiliki hidung sangat besar, menggantung sampai ke bawah dagu. Diceritakan dengan penuh humor, sang pendeta berusaha untuk mengecilkan hidungnya dalam cerpen “Hidung” yang dipuji-puji oleh Natsume Soseki.

Selain itu, ada “Benang Laba-laba”, “Kaki Kuda”, “Bubur Ubi”, dan “Dalam Semak Belukar”, enam karya pilihan Akutagawa Ryunosuke, sang Bapak Cerita Pendek.

***

(Kaki Kuda - Akutagawa Ryunosuke - Mai) Rp67.000

Di belakang rumah Fumie dan Yoichi berdirilah sebuah pohon kesemek besar. Pohonnya memukau, besarnya selebar rentangan lengan anak-anak. Pohon itu menemani keseharian keluarga Fumie dan Yoichi, menyaksikan setiap kegembiraan juga kesedihan mereka.

***
Rp67.000

Giovanni adalah seorang anak laki-laki yang kesepian. Ia selalu diganggu oleh anak-anak lain di sekolah karena ayahnya ta kunjung pulang dari melaut.

Pada suatu malam, ia mendapatkan kesempatan untuk bertualang dengan kereta mengelilingi Galaksi Bima Sakti bersama sahabatnya, Campanella. Namun, tugas kereta tersebut tidak hanya terbang mengarungi langit malam....

Rp70.000

Dari cerita anak sampai kisah horor, Sengkarut adalah sekumpulan cerita pendek dari penulis-penulis besar Jepang pada masanya. “Malaikat

Permen Cokelat” karya Ogawa Mimei adalah sebuah cerita manis getir perjalanan sesosok hiasan malaikat di bungkus permen cokelat. Dalam “Suara Misterius”, Natsume Soseki menggambarkan seorang laki-laki yang mendengarkan suara aneh pada malam-malam ia menginap di rumah sakit. “Kursi Manusia” dan “Rumput Racun” akan membawamu ke dunia Edogawa Ranpo, sang penulis misteri kenamaan, membuatmu bertanya-tanya mana yang benar dan mana yang tipuan. “Lemon” sempat membuat anak-anak muda keranjingan meletakkan sebuah lemon di tumpukan buku sebuah toserba, dan kalimat pembuka dalam “Di Bawah

Pohon Sakura” banyak dikutip oleh anak-anak muda pula, membawa nama Kajii Motojiro sebagai penulis cerpen paling puitis pada masanya.

Enam karya, empat penulis besar. Selamat datang di dunia serba acak yang bersengkarut ini.

Rp58.000

“Magdalena Sitorus menghabiskan waktu berbulan-bulan menelusuri perjalanan hidup Moehajati. Setelah peristiwa pembunuhan enam jenderal Angkatan Darat Indonesia pada 30 September 1965, Moehajati adalah satu dari sekian banyak orang yang ditahan terlepas dari kenyataan bahwa mereka tidak bersalah. Magdalena, melalui perspektif Moehajati, mengungkap sejarah tragedi tersebut, sebuah babak sejarah Indonesia yang jarang terdengar dan masih tabu dibahas. Buku ini menyodorkan ingatan Moehajati akan pengalamannya, kisah seorang perempuan dan kemenangannya mengatasi trauma yang panjang dan brutal. Buku ini menjadi salah satu penerang dari periode gelap tersebut.” – Gloria Truly Estrelita, Peneliti Sejarah ‘65

“Buku ini tidak hanya mencatat perjalanan hidup seorang Sri Muhayati, tetapi juga fragmen-fragmen penting yang berkontribusi terhadap ide-ide dan aktivisme beliau dalam mengupayakan kesetaraan dan keadilan. Karenanya, buku ini penting sekali dibaca oleh kaum muda yang senatiasa berupaya agar Indonesia menjadi bangsa yang merdeka, setara, berkeadilan, dan berperikemanusiaan.”

– Ayu Diasti Rahmawati, Pengajar dan Peneliti di Universitas Gadjah Mada
Rp90.000

Buku ini merangkum 67 esai Bre Redana tentang keseharian, sosial-politik, kebudayaan dan tema lainnya yang dekat dengan kita.

Esai-esai ini tayang dalam rubrik #udarrasa Kompas kurun waktu 2017-2020. Ditulis dengan bahasa yang sederhana, menarik dan lugas.

Rp97.000

Masa lalu tak pernah mati di Amerika Latin, dan tegangan sejarah itulah —antara masa lalu yang bergelimang penindasan dan masa depan yang dirundung kemiskinan—yang memberikan penulis Amerika Latin daya hidup. * * *

Ronny Agustinus, seorang penerjemah spesialis Amerika Latin, yang juga sangat dikenal sebagai salah satu pendiri penerbit Marjin Kiri, menyebut tulisan-tulisan di buku ini sebagai ‘tidak berpretensi serius’ dan ‘acak’. Yang akan Anda dapatkan niscaya adalah tulisan-tulisan ringan yang berbobot dan esai-esai cair dengan perspektif luas. Lebih dari itu semua, buku ini adalah satu dari sedikit karya orang Indonesia tentang Amerika Latin dari sumber-sumber pertama, oleh seseorang yang menghabiskan sebagian besar hidupnya

mencintai sastra Amerika Latin dan membagi cintanya untuk kita semua. ***

(Macondo, Para Raksasa, dan Lain-Lain Hal - Ronny Agustinus - Tanda Baca)

Rp73.000

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Katalog Toko Partikular Issue #2 by Penerbit Partikular - Issuu