Divisi Kajian Advokasi dan Aksi Strategis Himpunan Mahasiswa Program Studi Kedokteran Program Sarjana
Universitas Lambung Mangkurat 2025
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan Kajian ...........................................................................................................5
BAB II ISI.................................................................................................................................6
A. Tingkat Prevalensi Hipertensi Di Kecamatan Mandastana..................................6
B. Faktor Penyebab Hipertensi di Kecamatan Mandastana.....................................6
C. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat, Termasuk Dampaknya Pada Kesehatan Fisik, Psikologis, Dan Sosial..............................................6
D. Hubungan Antara Tingginya Angka Hipertensi Dengan Penurunan Produktivitas dan Kesejahteraan Masyarakat serta Respon Pihak Terkait Dalam Menangani Masalah Hipertensi di Kecamatan Mandastana...........................................7
E. Upaya yang Bisa Dilakukan Untuk Menghindari Munculnya Hipertensi..............9
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................11
BAB IV SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN...................................................12
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2016, tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Pada jurnal lain menyatakan bahwa penyakit hipertensi biasa juga dikenal dengan sebutan the silent disease karena penderita tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi sebelum melakukan pemeriksaan tekanan darah ke fasilitas pelayanan kesehatan. Hipertensi bisa menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan bahkan dapat berdampak pada terjadinya gagal ginjal kronik jika tidak segera ditangani.
Hipertensi termasuk salah satu penyakit tidak menular (PTM) utama di dunia yang secara signifikan dapat berkontribusi terhadap beban penyakit kardiovaskular (CVDs), stroke, gagal ginjal, kecacatan, dan kematian dini. Sebanyak 49% kasus serangan jantung dan 62% kasus stroke yang terjadi setiap tahunnya termasuk akibat dari komplikasi hipertensi. Dengan demikian, hipertensi bisa berdampak buruk pada bidang ekonomi seperti hilangnya pendapatan rumah tangga jika seseorang mengalami kesakitan atau kecacatan. Laju perekonomian
Indonesia ikut terancam jika pada usia produktif terserang hipertensi dikarenakan dapat berpengaruh terhadap pembangunan nasional. Data SKI 2023 menunjukkan bahwa 59,1% penyebab disabilitas (melihat, mendengar, berjalan) pada penduduk berusia 15 tahun ke atas adalah penyakit yang didapat, di mana 53,5% penyakit tersebut adalah PTM, terutama hipertensi (22,2%) (Rokom, 2024). Menurut WHO (2018), prevalensi hipertensi di dunia sebesar 26.4% atau 972 juta orang terkena penyakit hipertensi, angka ini mengalami
peningkatan di tahun 2021 menjadi 29,2%. WHO (2018) memperkirakan terdapat 9,4 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat dari komplikasi hipertensi. Di negara maju ditemukan kasus hipertensi sebanyak 333 juta dari 972 juta penderita hipertensi dan 639 juta lainnya ditemukan di negara berkembang termasuk di negara Indonesia. Hipertensi dapat berkontribusi sebagai penyebab kematian ketiga sesudah stroke dan tuberkulosis sebesar 6,8% dari populasi kematian pada semua kategori umur di Indonesia. Persentase kematian akibat stroke sendiri sebesar 15,4% dan penyakit tuberkulosis sebesar 7,5%. Berdasarkan Riskesdas (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%.
Prevalensi hipertensi tertinggi berada di Kalimantan Selatan yaitu sebanyak 44.1%, sedangkan prevalensi hipertensi terendah berada di Papua yaitu sebesar 22,2%. Di Indonesia, jumlah kasushipertensisebesar 63.309.620orangdan angkakematian akibathipertensisebesar 427.218 kematian. Kasus hipertensi pada kelompok umur 31-44 tahun sebanyak 31,6%, umur 45-54 tahun sebanyak 45,3%, dan umur 55-64 tahun kasus hipertensi sebanyak 55,2%. Sampai saat ini, banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki tekanan darah tinggi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebagai upaya diagnosis dini apabila terkena hipertensi. Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia produktif. Sebanyak 50% dari 15 miliar orang memiliki tekanan darah tidak terkendali. Pada kasus hipertensi berat, memiliki resiko yang tinggi terjadinya komplikasi. komplikasi tersebut pastinya akan membahayakan jiwa pasien dan tentunya akan menurunkan kualitas hidup pasien tersebut. Gejala yang dialami pasien antara lain: sakit kepala (rasa berat ditengkuk), kelelahan, keringat berlebihan, nyeri dada, pandangan kabur atau ganda, serta kesulitan tidur, mudah marah dan mudah tersinggung, bahkan sampai tidak dapat bekerja dengan baik dan tidak dapat beraktivitas (Simamora, 2012). Dengan demikian, gejala-gejala tersebutdapatdikelompokkanmenjadi tigahambatan aspekkualitashidupyangmencerminkan adanya penurunan kualitas hidup pada penderita hipertensi, yakni pada fungsi kesehatan fisik, psikologis, dan hubungan social. Kualitas hidup adalah indikator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan. Kualitas hidup tidak hanya mencakup domain fisik, tetapi juga kinerja dalam memainkan peran sosial, keadaan emosional, fungsi intelektual dan kognitif serta perasaan sehat dan kepuasan hidup.
Latar belakang tersebut membuat penulis melakukan kajian terhadap prevalensi hipertensi di Desa Pantai Hambawang, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Penulis memilih Desa Pantai Hambawang sebagai tempat penelitian
karena Desa ini merupakan desa binaan FKIK ULM. Kajian ini melibatkan tim praktik lapangan lahan basah FKIK ULM selama bulan April 2024. Penulis merasa bahwa kasus hipertensi di lingkungan perdesaan perlu dikaji agar dapat menurunkan prevalensi hipertensi dan kematian akibat hipertensi untuk kedepannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi di Kecamatan Mandastana?
2. Berapa tingkat prevalensi hipertensi di Kecamatan Mandastana dan kelompok masyarakat mana yang paling rentan terhadap kondisi ini?
3. Bagaimana pengaruh hipertensi terhadap kualitas hidup masyarakat di Kecamatan Mandastana, termasuk dampaknya pada kesehatan fisik, psikologis, dan sosial?
4. Bagaimana hubungan antara tingginya angka hipertensi dengan penurunan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Mandastana?
5. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kecamatan Mandastana melalui pendekatan preventif, edukatif, dan pengobatan yang terjangkau?
C. Tujuan Kajian
1. Memahami terkait isu hipertensi secara umum serta faktor-faktor penyebabnya di Kecamatan Mandastana
2. Mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kualitas hidup masyarakat, termasuk dampaknya pada kesehatan fisik, psikologis, dan sosial
3. Mengetahuitingkatprevalensihipertensi diKecamatanMandastanasertakelompok masyarakat yang paling rentan
4. Mengetahui hubungan antara tingginya angka hipertensi dengan penurunan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat
5. Mengetahui upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi angka hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kecamatan Mandastana melalui pendekatan preventif, edukatif, dan pengobatan yang terjangkau.
BAB II
A. Tingkat Prevalensi Hipertensi Di Kecamatan Mandastana
Pengambilan data yang telah diambil selama bulan April 2024 memperlihatkan 65 dari
total 116 partisipan mengalami hipertensi (Indikator: tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) dengan rincian 36 partisipan mengalami hipertensi tingkat 1 dan 29 partisipan mengalami hipertensi
tingkat 2. Data yang diperoleh berasal dari RT. 2, 4, 5, 6, 7, dan 8 Desa Pantai Hambawang, Kecamatan Mandastana.
Sumber gambar: Dokumen pribadi
B. Faktor Penyebab Hipertensi di Kecamatan Mandastana
Tingginya prevalensi hipertensi di desa pantai hambawang dikarenakan:
1. Diet dari masyarakat yang kebanyakan masih mengonsumsi ikan asin
2. Usiamasyarakatyangberadadiatas40 tahun menjadifaktor tingginya angkahipertensi
3. Diet rendah serat mengakibatkan tingginya angka hipertensi di Desa Pantai Hambawang, masyarakat masih dominan mengonsumsi makanan hasil sungai.
C. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat, Termasuk Dampaknya Pada Kesehatan Fisik, Psikologis, Dan Sosial
Hipertensi memiliki dampak yang besar terhadap kualitas hidup seseorang, karena memengaruhi kesehatan fisik, psikologis, dan sosial secara bersamaan. Secara fisik, hipertensi dapat menyebabkan berbagai gejala seperti pusing atau sakit kepala, wajah tampak kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan, yang secara langsung
mengganggu aktivitas harian. Dampak ini diperburuk dengan efek psikologis seperti kecemasan dan depresi yang sering dialami oleh penderita, akibat rasa khawatir terhadap kondisi kesehatannya. Di sisi lain, stres dan depresi juga dapat memperburuk hipertensi, menciptakan lingkaran setan yang sulit diatasi. Dalam aspek sosial, individu dengan hipertensi sering merasa terbatas dalam bersosialisasi atau menjalankan aktivitas sosial karena kelelahan, perubahan suasana hati, dan rasa tidak nyaman, yang dapat menyebabkan isolasi dan menurunnya kualitas hubungan dengan orang lain.
D. HubunganAntara Tingginya Angka Hipertensi Dengan Penurunan Produktivitas dan Kesejahteraan Masyarakat serta Respon Pihak Terkait Dalam Menangani Masalah Hipertensi di Kecamatan Mandastana
Hipertensi, sebagai salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang prevalensinya terus meningkat di berbagai negara, memiliki dampak signifikan terhadap produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Penyakit ini sering disebut "silent killer" karena gejala awalnya kerap tidak terdeteksi, tetapi komplikasinya seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal dapat menyebabkan hilangnya kemampuan produktif pada individu yang mengalaminya. Dalam konteks pekerjaan, hipertensi berdampak langsung pada tingkat absensi (absenteeism) akibat komplikasi akut yang memerlukan perawatan medis intensif. Selain itu, penderita hipertensi yang tetap hadir di tempat kerja (presenteeism) sering kali tidak dapat memberikan performa optimal karena kelelahan, sakit kepala, atau efek samping dari terapi farmakologis yang sedang dijalani. Akibatnya, produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan mengalami penurunan yang signifikan.
Lebih jauh, hipertensi juga berdampak pada kesehatan mental, di mana penderita lebih rentan mengalami stres kronis, kecemasan, dan depresi. Gangguan mental ini tidak hanya memperburuk kualitas hidup penderita tetapi juga menghambat kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Secara ekonomi, biaya pengobatan hipertensi dan komplikasinya menjadi beban finansial yang besar bagi individu maupun sistem kesehatan nasional. Biaya ini mencakup pengeluaran langsung, seperti biaya rawat inap dan pengobatan, serta biaya tidak langsung, seperti hilangnya produktivitas dan pendapatan akibat ketidakmampuan bekerja. Sebuah studi menunjukkan bahwa hipertensi secara signifikan berkontribusi pada hilangnya Productivity-Adjusted Life Years (PALYs), indikator yang mencerminkan dampak kumulatif dari penurunan produktivitas akibat penyakit pada tingkat makro ekonomi. Dampak ini juga memperburuk ketimpangan sosial. Individu dari kelompok
berpenghasilanrendahyangmemilikiaksesterbataskelayanankesehatanlebihrentanterhadap konsekuensi jangka panjang hipertensi.
Mereka cenderung menunda pengobatan atau mengabaikan perawatan lanjutan karena biaya yang tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan risiko komplikasi serius. Dalam skala masyarakat, tingginya angka hipertensi dapat menurunkan kesejahteraan kolektif karena meningkatnya beban ekonomi dan menurunnya kualitas hidup secara keseluruhan. Mengatasi masalah ini membutuhkan upaya kolaboratif antara berbagai pemangku kepentingan.
Pemerintah dapat mendukung melalui kebijakan yang memfasilitasi akses ke layanan kesehatan yang terjangkau dan pelaksanaan program pencegahan berbasis masyarakat. Tenaga kesehatan memainkan peran penting dalam mendeteksi dini kasus hipertensi, memberikan edukasi tentang perubahan gaya hidup sehat, dan memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Selain itu, masyarakat juga harus dilibatkan melalui promosi kesehatan, seperti kampanye untuk meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi konsumsi garam, dan mengelola stres. Kolaborasi yang komprehensif ini tidak hanya akan menekan prevalensi hipertensi tetapi juga meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, sehingga memberikan manfaat jangka panjang bagi individu dan negara.
Penanganan hipertensi di Kecamatan Mandastana memerlukan sinergi strategis antara tenaga kesehatan, pemerintah, dan komunitas lokal untuk mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Tenaga kesehatan, sebagai garda terdepan, menjalankan berbagai peran penting, seperti melakukan edukasi masyarakat tentang risiko hipertensi dan pentingnya pencegahan melalui perubahan gaya hidup sehat. Mereka juga menyelenggarakan pemeriksaan tekanan darah rutin untuk mendeteksi dini kasus hipertensi dan memfasilitasi pengelolaan pasien dengan terapi yang sesuai, termasuk pemberian obat antihipertensi yang terkontrol serta konseling personal untuk mendorong pola makan rendah garam, aktivitas fisik teratur, dan manajemen stres. Langkah ini tidak hanya membantu mengurangi risiko komplikasi tetapi juga meningkatkan kesadaran individu terhadap pentingnya kesehatan kardiovaskular. Di sisi lain, pemerintah, khususnya melalui dinas kesehatan daerah, berkontribusi dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, seperti puskesmas yang dilengkapi peralatan diagnosis dan farmasi yang lengkap.
Selain itu, pemerintah juga memainkan peran penting dalam pelatihan tenaga medis untuk meningkatkan kompetensi dalam menangani hipertensi, sekaligus memberikan subsidi obat-obatan agar terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Intervensi ini bertujuan untuk mengurangi hambatan finansial yang kerap menjadi penghalang utama bagi keberlanjutan pengobatan penderita hipertensi, terutama di komunitas dengan tingkat ekonomi rendah.
Komunitas lokal pun tidak kalah penting perannya dalam mendukung upaya ini. Melalui kegiatan seperti senam bersama, promosi pola makan sehat, dan pembentukan kelompok pendukung bagi penderita hipertensi, masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, inisiatif berbasis komunitas, seperti penggunaan media lokal untuk menyebarkan informasi terkait hipertensi, berpotensi meningkatkan pemahaman kolektif dan mendorong perubahan perilaku masyarakat secara luas
Sinergi dari ketiga elemen ini menciptakan pendekatan yang komprehensif dan efektif dalam mengelola hipertensi di Kecamatan Mandastana. Dengan menggabungkan edukasi, akses layanan kesehatan yang terjangkau, dan dukungan komunitas, upaya ini dapat secara signifikan menekan prevalensi hipertensi, mengurangi dampaknya terhadap produktivitas masyarakat, dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi di wilayah tersebut. Pendekatan kolaboratif ini juga mencerminkan strategi keberlanjutan yang dapat menjadi model bagi wilayah lain dengan tantangan serupa.
E. Upaya yang Bisa Dilakukan Untuk Menghindari Munculnya Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal jantung. Pencegahan hipertensi dapat dilakukan melalui berbagai strategi berbasis gaya hidup sehat dan intervensi medis yang tepat. Pola makan yang seimbang sangat penting untuk mencegah hipertensi. Diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan protein tanpa lemak telah terbukti dapat menurunkan risiko hipertensi. Salah satu pola makan yang direkomendasikan adalah Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), yang menekankan konsumsi rendah garam, lemak jenuh, dan gula tambahan.³Konsumsi garam yang berlebihan merupakan salah satu faktor risiko utama hipertensi. WHO merekomendasikan agar asupan garam harian tidak lebih dari 5 gram per hari. Mengurangi garam dapat membantu menurunkan tekanan darah, terutama bagi individu yang sensitif terhadap sodium.3,4 Berolahraga secara rutin dapat membantu menjaga tekanan darah dalam rentang normal. Aktivitas fisik seperti jalan cepat, bersepeda, atau berenang selama 150 menit per minggu dengan intensitas sedang dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam mencegah hipertensi.3,4 Kelebihan berat badan atau obesitas dapat meningkatkan risiko hipertensi. Oleh karena itu, menjaga berat badan ideal melalui kombinasi pola makan sehat dan aktivitas fisik adalah langkah penting untuk mencegah tekanan darah tinggi.4 Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Bagi individu yang mengkonsumsi alkohol,
sebaiknya membatasi konsumsi maksimal satu gelas per hari untuk wanita dan dua gelas per hari untuk pria.3,4 Merokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Menghentikan kebiasaan merokok tidak hanya menurunkan risiko hipertensi tetapi juga memperbaiki kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.³ Stres kronis dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan latihan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres dan menurunkan tekanan darah.4 Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin sangat penting, terutama bagi individu yang memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga hipertensi, obesitas, atau diabetes. Deteksi dini memungkinkan intervensi lebih cepat untuk mencegah komplikasi.³ Bagi seseorang dengan tekanan darah yang sulit dikendalikan melalui perubahan gaya hidup saja, penggunaan obat antihipertensi mungkin diperlukan. Pengobatan ini harus dilakukan sesuai anjuran dokter dan disertai dengan pemantauan rutin.3,4 Upaya pencegahan ini penting untuk diterapkan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari guna mengurangi risiko hipertensi dan komplikasi kardiovaskular lainnya.
BAB III
KESIMPULAN
Prevalensi hipertensi di Kecamatan Mandastana, khususnya di Desa Pantai Hambawang, menunjukkan angka yang signifikan dengan 65 dari 116 partisipan mengalami hipertensi. Faktor-faktor penyebab hipertensi di wilayah ini meliputi pola makan yang tidak sehat, seperti konsumsi ikan asin dan diet rendah serat, serta usia di atas 40 tahun. Hipertensi berpengaruh besar terhadap kualitas hidup, baik fisik, psikologis, maupun sosial. Penderita sering mengalami gejala fisik seperti sakit kepala dan kelelahan, serta masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi, yang menyebabkan penurunan kemampuan beraktivitas dan berinteraksi sosial. Dampak lainnya adalah penurunan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat akibat pengobatan yang mahal dan absensi kerja.
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan melalui gaya hidup sehat, seperti pola makan seimbang, olahraga teratur, serta mengurangi konsumsi garam, alkohol, dan berhenti merokok. Pemeriksaan tekanan darah rutin sangat penting untuk deteksi dini. Pengendalian hipertensi di Kecamatan Mandastana memerlukan kerjasama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan kesehatan, menyediakan layanan yang terjangkau, dan memberikan edukasi kepada masyarakat. Tenaga kesehatan harus melakukan deteksi dini dan memastikan pengobatan yang tepat, sementara masyarakat harus mengadopsi gaya hidup sehat untuk menekan prevalensi hipertensi.
BAB IV
SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Kasus hipertensi di Kecamatan Mandastana membutuhkan pengendalian yang terdiri dari kegiatan promosi kesehatan dan pencegahan, penapisan (skrining), deteksi dini, tatalaksana medis, serta surveilans dan pencatatan pelaporan, yang harus dilakukan secara komprehensif oleh pemerintah bersamaan dengan masyarakat. Kesadaran masyarakat akan bahaya hipertensi perlu lebih ditingkatkan. Peningkatan kesadaran masyarakat penting sebagai langkah awal pencegahan dan deteksi dini hipertensi, maka sebaiknya rutin diadakan kampanye kesehatan dan tes kesehatan bagi masyarakat, serta pembentukan komunitas pendukung bagi penderita hipertensi.
Beberapa kebijakan telah dikeluarkan untuk menjadi pedoman pengendalian hipertensi, antara lain Permenkes 4 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM), Kepmenkes 4634 Tahun 2021 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Hipertensi Dewasa, Permenkes Nomor 71 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Selain itu terdapat program Posbindu atau yang sekarang disebut sebagai Posyandu dalam Integrasi Layanan Primer dan Program Prolanis yang dikelola oleh BPJS-JKN. Kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat tersosialisasi dengan baik dan terimplementasi.
Selain kebijakan-kebijakan yang telah dibuat, pemerintah dapat membuat regulasi yang lebih jelas terkait industri makanan dan minuman, terutama pembatasan kandungan natrium, pelabelan gizi, dan promosi konsumsi makanan sehat. Kelebihan konsumsi natrium dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Oleh karena itu diperlukan penerbitan regulasi yang membatasi kandungan natrium dalam makanan olahan dan minuman kemasan, serta meminta produsen makanan untuk mencantumkan kandungan natrium pada label produk. Pemerintah juga dapat berkolaborasi, bahkan memberikan dukungan finansial untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan hipertensi, seperti penelitian mengenai mencari faktor risiko dan etiologi baru, mengembangkan obat-obatan baru, dan menemukan metode pengobatan yang lebih efektif.
REFERENSI
1. TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) [Internet]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf
2. Rokom. Bahaya Hipertensi, Upaya Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi [Internet]. Sehat Negeriku. 2024 [cited 2024 Nov 28]. Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240518/5245526/bahaya-hipertensiupaya-pencegahan-dan-pengendalian-hipertensi/
3. Arnett DK, Blumenthal RS, Albert MA, Buroker AB, Goldberger ZD, Hahn EJ, Himmelfarb CD, Khera A, Lloyd-Jones D, McEvoy JW, Michos ED, Miedema MD, Muñoz D, Smith SC Jr, Virani SS, Williams KA Sr, Yeboah J, Ziaeian B. 2019 ACC/AHA Guideline on the Primary Prevention of Cardiovascular Disease: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2019 Sep 10;140(11):e563-e595.
4. Connelly PJ, Currie G, Delles C. Sex Differences in the Prevalence, Outcomes and Management of Hypertension. Curr Hypertens Rep. 2022 Jun;24(6):185-192.