2 minute read

STMIK Horizon Karawang Cetak SDM Ahli IT

Siap Kerja di Tahun

Pertama Kuliah

Advertisement

KARAWANG - STMIK Horizon Karawang, siapkan kemampuan kerja jadi developer di kuliah tahun pertama bagi para mahasiswanya. Melalui kurikulum yang berorientasi kerja, mahasiswa disana akan dimanjakan dengan berbagai macam fasilitas yang diberikan pihak kampus.

Mahasiswa jurusan IT di STMIK Horizon Karawang tak perlu menunggu sampai lulus untuk bisa bekerja. Dengan kurikulum yang tepat, seorang mahasiswa IT dapat memiliki kesiapan kerja menjadi programmer di tahun pertama kuliah.

Pasalnya, tenaga ahli yang mampu mengembangkan perangkat lunak atau aplikasi yang kerap disebut programmer sangat diperlukan.

Menurut Rolles Herwin, Ketua STMIK Horizon Karawang, sebenarnya mahasiswa IT sudah memiliki kemampuan untuk bekerja sebagai IT developer sejak tahun pertama kuliah. Asal, Perguruan Tinggi yang bersangkutan mampu menyiapkan kurikulum yang tepat. “Di STMIK Horizon Karawang untuk skill programming memang sudah diplot di tahun pertama perkuliahan. Untuk itu kami menyiapkan materi seperti UI/UX, Mobile with Flutter, Java, JavaScript, Algoritma, Basic Programming Website. Juga diiringi dengan praktek yang lebih terarah dengan tools terbaru, teknologi terbaru dan pendekatan-pendekatan yang berbeda,” ujar Rolles di Kampus Horizon Karawang, Minggu, (29/1) kemarin. Rolles menjelaskan, untuk tools & software yang kompatibel dengan teknologi terbaru telah disiapkan oleh STMIK Horizon Karawang. Dianta - ranya ada Flutter untuk Mobile, PHP Framework dan Phyton untuk Website, Figma dan Bootstrap untuk UI/UX Design, Ms Visio untuk Analysis Design, serta Github dan Trello untuk collaboration development tools. Walau mengejar skill, namun STMIK Horizon Karawang yang memiliki jurusan S1 Informatika, S1 Sistem Informasi dan D3 Sistem Informasi tersebut dikatakan Rolles tetap mengikuti ketentuan Perguruan Tinggi dengan 60

Aplikasi Ruang Digital Keluarga Mulai Digunakan

JAKARTA - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan PT DEF GHI GLOBAL (DEFGHI) melakukan kerja sama pemanfaatan aplikasi digital parenting Ruang Digital Keluarga. Peluncuran itu dalam rangka meningkatkan keadaban digital di keluarga, khususnya peserta didik di Indonesia yang saat ini berjumlah 52 juta siswa, dari dampak negatif penggunaan gawai dan internet yang berlebihan.

Dampak negatif kecanduan gawai dan internet pada peserta didik dapat berupa kecanduan media sosial dan kecanduan game online. Konsekuensi negatif dari kecanduan tersebut, di antaranya perubahan mood dan emosi, gangguan pola tidur dan kualitas tidur yang buruk, depresi dan cemas serta risiko bunuh diri, kondisi fisik memburuk, kehilangan teman di dunia nyata, serta konflik dengan anggota keluarga dan rusaknya produktivitas. Kerja sama itu diwujudkan dalam bentuk penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) dalam rangka mendukung Aksi Nyata Gerakan Nasional Revolusi Mental melalui kegiatan sosialisasi dan internalisasi aplikasi Ruang Digital Keluarga. Penandatanganan ini dilaksanakan di gedung Rektorat UGM, Yogyakarta, Rabu, 25 Januari 2023. Perjanjian kerja sama tersebut ditandatangani oleh Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi, dan CEO PT

DEF GHI GLOBAL (DEFGHI), Tombak Simanjuntak. Dalam sambutannya, Didik mengapresiasi apa yang dilakukan oleh DEFGHI yang telah membangun aplikasi digital parenting yang nantinya akan digunakan secara gratis di masyarakat, khususnya pada sekolah negeri di Indonesia. Hal ini dirasa sejalan dengan program Gerakan Nasional Revolusi Mental. “Penandatanganan kerja sama aplikasi Ruang Digital Keluarga sebagai salah satu aksi nyata Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) dalam rangka meningkatkan pembudayaan literasi, internalisasi nilai-nilai revolusi mental dan penguatan pendidikan karakter bagi anak dan orang tua serta peningkatan keadaban di ruang digital,” terang Didik. (bbs/wyd) persen keilmuan dan 40 persen praktik. Hal itu dikarenakan seorang programmer selain harus memastikan programnya beroperasi dengan benar juga harus melakukan berbagai uji serta memperkirakan dan mengatasu setiap error yang mungkin akan terjadi. Karena itu pemahaman mendalam akan mendukung kemampuan analisis yang sangat diperlukan. “Banyak yang menjadi programmer, namun tidak memiliki skill set-nya. Pa - dahal dibalik programmer ada banyak rumpun ilmu yg harus dikuasai, misalnya: aljabar linear, matematika diskrit, algoritma, dan kalkulus,” kata Rolles

“Serta keilmuan lainnya seperti: analisis dan perancangan sistem, sistem basis data, struktur data, dan security. Jadi para mahasiswa kami tidak asal menjadi sekadar programmer, tapi menjadi orang yang memahami secara mendalam ilmu pendukungnya,” pungkasnya. (wyd)

This article is from: