Kabar Madura

Page 3

SABTU

3

23 Februari 2013

Retribusi Parkir Gagal Capai Target Terkendala Aturan dari Pusat KOTA-Pemasukan retribusi parkir umum di Kabupaten Sampang gagal mencapai target yang ditetapkan. Pemasukan dari parkir disebut hanya mencapai 50 persen dari target yang dipatok, yakni Rp 110 juta. Tidak tercapainya target tersebut lantaran ada peraturan dari pusat. Dimana arus lalu lintas harus lancar. Sehingga mengurangi pemasukan dari sektor parkir umum.

“Pemasukan untuk retribusi parkir umum tidak memenuhi target yang telah ditetapkan,” terang Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Sampang, Jaya Abrianto, pada Kabar Madura, Jumat (22/2). Ia menjelaskan, tidak maksimalnya pemasukan dari sektor parkir umum, salah satunya karena ada peraturan baru dari pusat. Dimana arus lalu lintas harus lancar. Akibatnya, mengurangi kendaraan yang parkir di pinggir jalan.

“Kami akan terus berupaya dan mengkaji apa yang menyebabkan pemasukan parkir umum turun. Lalu berusaha bagaimana cara meningkatkan pemasukan dari retribusi parkir umum,” ucapnya. Selain retribusi parkir umum, sambung Jaya, juga ada retribusi dari parkir khusus. Untuk parkir khusus pendapatannya melebihi target yang telah ditentukan. Target parkir khusus sebesar Rp 218 juta. Parkir khusus ini diantaranya terletak di terminal, lapangan tenis dan pasar.

Disusul di Pelabuhan Tanglok. “Terpenuhi target dari sektor retribusi parkir khusus tidak lepas dari petugas di lapangan dan masyarakat. Petugas bekerja dengan sungguh-sungguh. Begitu juga dengan masyarakat yang sadar akan kewajibannya dengan membayar uang parkir,” ujarnya. Ia menambahkan, retribusi parkir khusus dan umum diharapkan terus mengalami peningkatan. Sehingga bisa mendongkrak pendapatan asli daerah

(PAD) Sampang. Jika PAD sudah melonjak, secara otomatis juga akan mengangkat sektor perekomian masyarakat. Pasalnya, kondisi keuangan daerah sehat dan bisa membangun infrastruktur yang akan mempermudah arus lalu lintas. “Kalau jalannya sudah bagus, maka warga yang ingin ke pasar lebih mudah. Sehingga akan menumbuhkan laju perekonomian masyarakat,” pungkasnya.. (ful/h4d)

KM/WAWAN AWALLUDDIN HUSNA

TANPA TARGET: Obyek wisata pemandian Sumber Oto’ yang tidak begitu banyak diminati pengunjung. Kondisi ini membuat pemkab akhirnya menghapus target pemasukannya.

Pemkab Hapus Target Pemasukan Sumber Oto’ KOTA-Obyek wisata diketahui merupakan salah satu potensi sumber pendapatan bagi sebuah daerah. Jika dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin pemasukan dari sektor ini bisa diandalkan. Kabupaten Sampang sendiri memiliki banyak obyek wisata potensial, namun sejauh ini pendapatan dari sektor ini dirasa belum maksimal. Hingga tahun anggaran 2012, hanya pemandian Sumber Oto’, wisata pantai dan hotel di Camplong yang memberi kontribusi besar. Achmad Rochim Mawardi, Sekretaris Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Sampang menyatakan, saat ini pendapatan dari Sumber Oto’ tidak lagi ditarget. Rochim beralasan di Sampang sudah terlalu banyak yang membuka usaha kolam pemandian sehingga membuat pelanggan pemandian semakin berkurang.

Angin Kencang, Nelayan Urung Melaut KOTA- Beberapa pekan terakhir, cuaca masih belum bersahabat terlebih bagi kalangan nelayan. Cuaca yang tidak menentu dan ekstrim membuat para nelayan memilih untuk tidak melaut. Mereka lebih memilih mencari kesibukan di darat. Situasi ini berdampak pada harga ikan dipasaran. Seperti yang disampaikan Nurul Hidayah, warga Kelurahan Rongtengah, Kecamatan Kota Sampang. Dalam sebulan terakhir, harga ikan memang mengalami kenaikan. “Kata penjualnya mas, banyak nelayan yang tidak melaut sekarang karena angin laut yang kembali kencang,” ujarnya kepada Kabar Madura, Jumat (22/2). Terpisah, salah satu perwakilan Seksi Pengelolaan Pesisir Kelautan dan Pulau Kecil Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (DKPP) kabupaten Sampang membenarkan jika beberapa minggu terakhir cuaca memang cukup ekstrim dan kembali tidak bersahabat. “Dalam sebulan dua kali, pihak kita biasanya lakukan operasi laut yang bekerja sama dengan pihak Polairud setempat,” ujarnya tanpa menyebut nama. Dijelaskan, cuaca yang ekstrim membuat para nelayan memilih tidak melaut. Berdasarkan data, dalam beberapa bulan lalu terdapat

beberapa kapal nelayan yang hancur akibat cuaca yang sangat ekstrim tersebut. “Waktu itu, sudah masuk laporan tentang 2 kapal nelayan yang hancur di wilayah Camplong,” ungkapnya. Pihaknya akan terus mengadakan pemberdayaan terhadap para nelayan sehingga hasil produksi ikan di Sampang tidak turun. Disini, peran mitra usaha sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan produksi agar tidak terjadi penurunan pendapatan. “Dua langkah sudah kita laksanakan dengan mengadakan operasi laut dan budidaya ikan. Diharapkan dengan hal ini nelayan bisa tenang selama menunggu cuaca yang sempat ekstrim ini berakhir,” harapnya. Selain itu, bentuk pengendalian dan pengawasan yang dilakukan dengan melaksanakan pengawasan terhadap daya alat tangakp nelayan yang sesuai dengan peraturan. “Pelanggaran yang pernah terjadi biasanya meliputi alat tangkap, wilayah penangkapan dan ijin usahanya,” ulasnya. Berdasarkan data yang berhasil diperoleh, jumlah nelayan yang tersebar di wilayah Kabupaten Sampang sekitar 20.772 orang. Dengan 3841 perahu dan kapal, mereka dapat menangkap ikan dengan prosentase setahun sebanyak 8.075.071 ikan. (sya/h4d)

Email Redaksi: kabarmaduranews@gmail.com

“Tahun ini kita sudah tidak berani pasang target untuk sumber oto’, sudah terlalu banyak kolam pemandian di Sampang ini biar di masukan di pemasukannya lain-lain saja setorannya,” ujarnya, Jumat (22/2). Rochim mengaku berkeinginan mengelola obyek wisata agar menjadi alternatif wisata yang bisa dibanggakan. Hanya saja, tambahnya, untuk itu masih harus banyak yang lebih dulu dibenahi. Menurutnya, dalam dua kali pertemuan dengan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) disepakati untuk membangun sarana dan prasarana lebih dulu. “Sudah Saya sampaikan pada beberapa lembaga terkait saat dua kali rapat di BPWS bahwa perlu dibangun sarana dan prasarananya dulu,” paparnya. Penanganan obyek wisata ini, lanjut Rochim, tidak bisa ditangani Disbudparpora sendiri. Sebab,

selama ini koordinasi dari satker (Satuan Kerja) Pemkab sampang masih kurang intens, apalagi kabupaten saat ini mempunyai potensi destinasi yang sangat tinggi karena letaknya di tengah-tengah antara Bangkalan, Pamekasan dan Sumenep. “Sebenarnya ini peluang besar, baik dari sisi geografis, iklim dan posisinya di tengah-tengah sehingga wisatawan yang menuju Pamekasan dan Sumenep pasti lewat Sampang dan yang kita inginkan bukan hanya lewat tapi mampir,” imbuhnya. Dia menuturkan untuk saat ini masih perlu perbaikan koordinasi lintas sektoral karena mengembangkan pariwisata tidak bisa berdiri sendiri tanpa kepedulian dari satker lainnya “Misalnya Waduk Kera Nepah, kalau tidak ada kepedulian dari Dinas Kehutanan atau Praswilnya ya sulit,” tandasnya. (waw/h4d)

Stok Elpiji 3 Kg Diharap Stabil

KM/ ACHMAD SYAIFUL RAMADHAN

TAK BERSAHABAT: Kondisi angin yang berhembus kencang membuat nelayan tidak bisa melaut hingga cuaca sedikit reda.

KOTA–Ketersediaan gas elpiji kemasan 3 kg di tingkat pengecer, diharapkan bisa stabil dan tidak ada keterlambatan pengiriman. Seperti diketahui, ketersediaan sangat berpengaruh terhadap harga. Untuk menjaga agar tidak terjadi lonjakan, maka kelangkaan stok harus dihindari. Masyarakat sendiri tidak dihadapkan pada pilihan. Jika harga elpiji kemasan 3 kg naik dari harga normal, mereka terpaksa harus menambah uang belanja. Sebagai program konversi minyak tanah ke gas, elpiji 3 kg telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat menengah ke bawah. Sejauh ini, fenomena kelangkaan banyak disebabkan karena agen resmi penjualan dan pengecer mendapat batasan pengiriman dari pihak Pertamina. Hal ini tentu membuat masyarakat terlebih pedagang resah. Kelangkaan yang kemudian memicu lonjakan harga, beberapa waktu lalu juga sempat terjadi di Sampang. Bahkan karena stok di tingkat pengecer sangat minim, kenaikan harga saat itu bisa mencapai 40 persen dari harga biasa. Diduga, tidak stabilnya harga gas elpiji dan stok kepihak agen tersebut disebabkan adanya permainan kurang sehat antara pengecer dengan agen resmi. Mereka berebut untuk menjual

gas elpiji ukuran 3 kg dengan harga termurah. Hal ini berdampak ketidaksamaan dan ketidakmerataan harga diberbagai daerah. Akhirnya, pihak Pertamina sebagai penyuplai utama mengambil kebijakan dengan menjatah suplai distribusi tabung gas untuk ukuran 3 kg. “ Setiap agen dijatah sebanyak 560 buah untuk tabung 3 kg,” ujar salah seorang agen elpiji dijalan Mutiara, Jumat (22/2). Dijelaskan, akibat penjatahan tersebut, harga satu persatu agen dan pengecer tidak sama antar 1 daerah. Seperti yang terjadi di daerah perkotaan, harga tabung gas elpiji ukuran 3 kg mengalami kenaikan sebesar Rp 1500. Namun, bila melihat

di daerah Pulau Mandangin, harga gas elpiji 3 kg mencapai Rp 17.500. “Mungkin masih menghitung ongkos kapalnya,” ucapnya. Seperti diberitakan sebelumnya, harga elpiji ukuran 3 kg di Sampang pernah mengalami penurunan hingga Rp 11.750 per tabung. Bahkan sampai ada yang berani menjual dibawah harga tersebut. Namun, akibat penjatahan elpiji dari pihak Pertamina ke agen resmi juga berdampak pada sedikit stabilnya harga. Yakni kembali normal menjadi Rp 12.500 pertabungnya. Namun, dalam belakangan terakhir kembali mengalami kenaikan hingga mencapai harga Rp 15 ribu ditingkat konsumen. (sya/h4d)

KM/ ACHMAD SYAIFUL RAMADHAN

BAHAN BAKAR: Kebutuhan masyarakat akan elpiji 3 kg terbilang masih tinggi seiring berjalannya program konversi pemerintah dari minyak tanah ke gas.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.