JUSTIC EDITION 3

JUSTIC Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang

LKTI Tahun Ini Laksanakan Pelatihan 3 Provinsi Sekaligus!

JUSTIC Edisi 9

SAKAPUA SIRIAH

B

ismillahirrahmanirrahim.

Salam jurnalis !!! salam.. salam.. salam.. Allahu Akbar.

Alhamdulillahirabbil ‘alamin.

Telah selesai juga akhirnya majalah edisi ke-9 ini dengan segala bantuan dan kerja keras para kru JUSTIC sekalian juga kepada donator tulisan hingga majalah yang ke-9 ini bisa muncul kehadapan kita semua.

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan segala nikmat, bantuan dan karunianya sehingga kita masih diberi kesehatan dan ide yang cemerlang dalam penulisan majalah kita ini.

Dan Shalawat teriring Salam tidak ada rasa bosan bagi kita tuturkan pada Baginda Nabi Muhammad S.A.W yang telah berjasa besar bagi umatnya baik di dunia dan di akhirat, semoga dengan kita memperbanyak bershalawat pada beliau kita mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat nanti. Aamiin.

1

JUSTIC / 2019

Berbagai cerita yang kami dapatkan dalam pembuatan majalah ini, susah senang kami lewati bersama, masalah kecil dan masalah besar kami selesaikan bersama. Tidak mudah memang, dalam pembuatan majalah ini yang merupakan pengalaman perdana kami dan kami telah berusaha sebaik mungkin memberikan tulisan terbaik dan karya sebagai unjuk kreatifitas santri dalam dunia kejurnalistikan. Dan majalah ini juga berisikan beberapa tulisan JUSTIC periode 2017-2018.

Kami memohon maaf sebesar-besarnya kepada pembaca majalah ini bila ada kesalahan penulisan, data yang kurang akurat dan lain-lain.

Kami terlebih dahulu minta maaf.

Kami dari kru justic mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berkontribusi dalam pembuatan majalah ini terutama kepada Dewan Majelis Tinggi JUSTIC, para alumni, dan kepada pihak madrasah.

Oh iya, dalam majalah edisi ke-9 ini kami juga menerima kritik dan saran pembaca melalui instagram kami di @justic.or.id , facebook di JUSTIC .

Web di www.justic.or.id ikuti berita kami terus yaa..insyaallah kami akan lebih update lagi.

Selamat membaca bagi pembaca JUSTIC nan setia, semoga dengan hadirnya majalah edisi ke-9 pembaca mendapat informasi yang belum diketahui dan bisa menjadi inspirasi atau ide dalam membuat karya tulis . dan juga kami berharap terkhusus para santri supaya menjadikan menulis itu sebagai hobi bukan sebagai beban. Ayoo gemar menulis !!

Wassalamu’alaikum .

Salam hangat dari JUSTIC

AHLAN

STRUKTUR KEPENGURUSAN JUSTIC 2018-2019 Pelindung : Allah S.W.T Pengarah : Raisul ‘Am MTI Canduang. H. Badra Syahruddin S.H Kepala MAS TI Canduang. Zulkifli, S.Pd. I.,MA Kepada MTs TI Canduang. H.Hasan Basri, S.Pd. I Dewan Majelis Tinggi JUSTIC : Fitra Yadi (Ketua Majelis Tinggi JUSTIC) Andrial Putra (Pengawas JUSTIC) Wiza Novia Rahmi (Pembina JUSTIC) Ketua Umum : Fajriaty Jamil Pimpinan Redaksi : Esti Juheni Sekretaris : Delvy Everanti Noer Bendahara : Zulvaniati Dewan Redaksi : Fajriaty Jamil Esti Juheni Delvy Everanti Noer Zulvaniati Fotografer : Redaktur Pelaksana : Imam Thoelis M. Rafi Edmonda Masyita Herza Rian Febri Ansyah Yoca Indah Layout Designer : Hafidz Sayyid Husein Uda Artwork M. Irfan Redi Fikri

Anggota : Ridho Akbar, Putri Rabiatul Adawiyah, Miftahul Khairi, Rahmadanil Yusuf, Nadia Efendi, M. Ihsan, Wangy Bunga Sufi, Rahima Adiva, Rahmat Fajri, Nurul Etikah, Gita Selvia, Afifatul Hana, Kurnia Ningsih, Anggun Asyifa Yildis, Hafizatul Afifa Ashfa, Alifiya Zhafira, Nurul Amalia, Nadaturrahmah, Anggota magang : Arla Safitri, Azimatul Husna, Abidah Ratna Siti, Afifah Zahrah, Fatiya Alya Abdullah, Farhana Afifah, Hesni, Jezi Oktaviani, Khairatul Zahrah, Nur Azira, Nurlaila Gempita, Nur Syafni W, Rama Novita Dewi, Rahmatin Noviza, Zakiyya Annyl, Sayyidah Hafsah, Syakilla Mawarni, Ulfa Ana, Widya Septi Ayuni, Irfan Abib, Wahyudi, Duta, M. Agung.

JUSTIC / 2019

2

JUSTIC TABLE CONTENT 06 KAMA JUSTIC NOW 01

AHLAN WA SAHLAN

05 06 08

JUSTIC NOW

08

09,19

KABAR UTAMA

Canduang

Gelar pahlawan nasional untuk inyiak canduang, Dimana?

Mengenal syekh Muhammad sa’ad al-khalidi mungka guru dari syekh sulaiman arrasuli

GURU KITO

12

Buya H.Zamzami Yunus Raisul ‘Am Ashabul Yamin juga Ulama yang terkemuka di Kecamatan Candung

13

08 Inyiak

INYIAK CANDUANG

11 11

3

05

Buk Man, Guru Tuo yang Digemari Masyarakat

13

BARITO KUNJUNGI MTI CANDUANG,K.H MA'RUF AMIN ZIARAH KE MAKAM INYIAK CANDUANG

14

MTI CANDUANG TUAN RUMAH GRAND OPENING HARI SANTRI NASIONAL 2018

15

Peran Warga Masyarakat Tarbiyah Islamiyah Dalam Menyukseskan Akreditasi Sekolah

JUSTIC / 2019

11

Guru Kito

13

Kunjungan K.H Ma'ruf Amin

14 21

SANTRI VOICE

HARI SANTRI

15 16 16

Yok Kenalan Dengan Pasti

17

Classmeeting Asah Bakat Santri Yang Terpendam

18

UNIK MENARIK

18 18

Budaya Belajar Halaqah Di Surau Katimbuang Penjarakan Sampah !

Menjadi Nyentrik Itu Asik Trending Topik , “Bener ada hotel di MTI Canduang” ?

21

SANTRI VOICE

23 25

OSTI

21

Langkah Awal Dalam Menghadapi Era Globalisasi, Perkembangan Teknologi Dan Perang Idiologi

PRATICA SQUAD

26

POSKESTREN

27 28

BEKER

29

Anak Siak Mengaji ke Universitas Al-Azhar, Pentingkah ?

34 37 39

SUDUANG

28

29

Mengaji ke Universitas Al-Azhar,

ALUMNI Dari Candung Aku Ditempa

CARITO PUISI

JUSTIC / 2019

4

APA KABAR JUSTIC

Apa kabarnya nih JUSTIC?? Gimana sekarang?? Dan siapa aja sih yang lagi nge-jabat di JUSTIC? Yups.. untaian pertanyaan itu kerap kali diujarkan para alumni kepada kami. Yang selalu tak sabar menanti kabar dari JUSTIC. So Pastee bukaaan??..

Jadi gini loh, kabar terbaru dari JUSTIC kanda kami sekalian. Dalam pasang surut JUSTIC, tepat pada tanggal 29 Juli 2018 kemarin JUSTIC udah berubah nama lagi menjadi Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang, dilengkapi dengan pembaharuan logo. Baru pada tanggal 29 Agustus 2018 kami dilantik menjadi struktur pengurusan baru berdasarkan keputusan Majelis Tinggi JUSTIC dengan menetapkan Fajriaty Jamil sebagai Ketua Umum, Esti Juheni sebagai Pimpinan Redaksi, Delvy Everanti Noer sebagai Sekretaris, dan Zulvaniati sebagai Bendahara yang sama-sama berasal dari kelas 6.

APA YANG BARU DARI

5

JUSTIC / 2019

Pelantikan dihadiri oleh Fitra Yadi selaku Ketua Majelis Tinggi JUSTIC dan Wiza Novia Rahmi selaku Dewan Pembina JUSTIC. Kok berita kalian jarang diekspos sih?

Untuk itu kami dari pengurus periode 2018-2019 memohon maaf sebesar-besarnya bila hal ini membuat kanda kami sekalian bertanya-tanya keadaan yang terjadi pada JUSTIC dan update berita seputar MTI Canduang.

Sebenarnya kami ada kok mengekspos berita, mari kunjungi saja website JUSTIC www.justic.or.id kami juga update kok di media sosial Instagram @justic.or.id

Apa yang baru dari JUSTIC? Kami telah berusaha semaksimal mungkin bekerja lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya dengan mengadakan acara-acara besar pada hari tertentu, ikut berpartisipasi dan bekerja sama dengan pihak OSTI dan madrasah. Dan kami telah berusaha mewariskan JUSTIC ini kepada generasi selanjutnya dengan mengajarkan mereka dengan dunia kejurnalistikan, walaupun gak seberapa siih..hehehe.. juga kami bawa mereka mengikuti seminar yang bertemakan kejurnalistikan dan lain sebagainya.

Hingga beberapa bulan lalu rencanarencana yang disusun saat awal kepengurusan kami, menyepakati akan membuat almamater JUSTIC bersama. Dan rencana itu sangatlah didukung sepenuhnya oleh kru JUSTIC dan alhamdulillah selesaii

and this !! kami babaju baru… bahagia itu sederhana banget yups.

And now.. inilah impian terbesar kami di JUSTIC, majalah baru dengan berbagai karya dan luapan asap otak akan tercurah disini. Segala update MTI Canduang insyaallah akan terbaca disini dan pastinya no gossip.. sebuah karya ter-ter-wah akan kami coba bawakan disini.

Maklumi kami wahaii pembaca nan budiman. Bila dapat salah kata dan janggal tersampaikan disini sudilah kiranya memaafkan kami, karena kami juga belajar dan pasti di setiap generasi itu ada kelebihan dan kekurangannya. Mari kita jadikan perbedaan itu indah bukan malah menjadikannya menjadi sesuatu yang buruk apalagi hingga terpecah belah.. salam hangat dari negeri pituluik 2018-2019 tertanda seluruh kru justic.

KABAR UTAMA

Perdana !! LKTI Tahun Ini Laksanakan Pelatihan 3 Provinsi Sekaligus!

L

atihan kepemimpinan tarbiyah islamiyah merupakan sebuah wadah bagi santri tarbiyah dalam mewujudkan santri yang berkarakter, beri'tikad ahlussunnah waljamaah, bermazhab syafi’iah, bertasawuf-kan Imam al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Tahun ini untuk pertama kalinya Latihan Kepemimpinan Tarbiyah Islamiyah (LKTI) melaksanakan kegiatan dengan mengundang beberapa pondok pesantren yang berada di wilayah Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Acara yang dilakukan mulai pada tanggal 24-29 Desember ini merupakan rangkaian kegiatan yang dipanitiai oleh Organisasi Santri Tarbiyah Islamiah (OSTI) Canduang, dan Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang (JUSTIC), serta pihak pengelola yang terdiri dari Organisasi Asosiasi Mahasiswa Arrasuli (AMR). Istimewanya acara yang dilaksanakan 5 hari itu, dilaksanakan pertamakalinya di MTI

Canduang dengan mengundang pondok pesantren yang berada di luar wilayah Sumatera Barat.

Sebagai ketua panitia LKTI, Irfan Rahim menekankan kepada seluruh panitia agar selalu bekerja sama dan melaksanakan kegiatan LKTI sebaik dan semaksimal mungkin.

Demi menghadapi acara besar ini, pihak madrasah sendiri sangat mendukung program yang didanai sebesar Rp. 30.000.000.- . Berbagai persiapanpun dilakukan mulai dari pihak panitia menyediakan keperluan-keperluan yang dianggap penting dalam pelaksanaan LKTI, lokasi penginapan, ruang pelatihan, ruang makan, aula, dan sebagainya.

Dengan perencanaan yang matang pihak pengelola juga merancang sedemikian rupa jadwal kegiatan dan pelatihan LKTI.

"

Meregenerasi Karakteristik Santri Yang Bekomitmen Terhadap Nilai-nilai Ketarbiyahan

"

JUSTIC / 2019

6

Pada hari pertama dilaksanakan registrasi dan daftar ulang terhadap peserta yang ingin ikut berpartisipasi dalam LKTI. Dilanjutkan melakukan screaning dan interview seluruh peserta oleh para instruktur dan MOT (Master Of Training ) yang diketuai oleh Andrial Putra dari selepas zuhur hingga malam hari, dikarenakan peserta melebihi target dilanjutkan kembali esok harinya selasa (25/12) hingga screaning selesai tepat sebelum sholat zuhur. Kegiatan LKTI dibuka secara resmi oleh Raisul ‘Am MTI Canduang dimulai setelah sholat zuhur dilanjutkan dengan penyerahan peserta oleh pihak sekolah kepada tim master . Malam harinya dimulailah pemberian materi.

Adapun jumlah peserta yang ikut serta dari 3 provinsi tersebut berjumlah 94 orang, dan pondok pesantren yang hadir dalam kegiatan LKTI ini adalah : 1.MTI Canduang 2.MUS Canduang 3.PP Ashabul Yamin 4.PP At- Taqwa 5.MTI Pasia 6.MTI Malalo 7.MTI Syekh M. Djamil Jaho 8.MTI Paninggahan 9.PP Nurul Yaqin Ringan-Ringan 10.MAS TI Koto Tinggi 11.MAS TI Pariangan 12.PP Darul Tauhid 13.MA Al- Makmur Tungkal 14.PP Assalam ( Riau ) 15.PP Darul Fatah ( Riau ) 16.PP Almunawwarah (Jambi )

7

JUSTIC / 2019

Di LKTI para peserta diajarkan materi ketarbiyahan, ketauhidan, kepemimpinan, manajemen, keorganisasian juga AMT (Achiement Motivation Of Training), dan lain-lain.Hingga suasana malam terakhir LKTI, para peserta seluruhnya dikumpulkan di dalam aula. Mereka dikumpulkan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilakukan saat LKTI berlangsung dipandu oleh MOT, Andrial Putra.

Penutupan LKTI dilaksanakan sabtu yang dihadiri seluruh pengelola, panitia dan peserta. Ditutup secara resmi oleh Wakil Kepala bagian Kesiswaan MTI Canduang. Zuryati Ilyas. Diakhiri dengan doa bersama di depan makam Syekh Sulaiman ar-Rasuli dan foto bersama di lapangan kampus MTI Canduang. Setelah melepas seluruh peserta pulang, pengelola, panitia dan pihak sekolah mengadakan acara makan bersama di aula madrasah.

Dengan berakhirnya acara LKTI tahun ini, bukan hanya peserta saja yang mendapatkan pelatihan, para pengelola dan panitia pun juga mendapatkan pembelajaran yang berharga. Berbagai rasa senang susah telah dilewati bersama dan itu berbuah kebahagian dan kepuasan.Ungkap salah seorang panitia LKTI. Dari LKTI inilah seluruh peserta, panitia dan pengelola menjalin tali silaturahmi hingga menciptakan seorang pribadi yang tarbiyyin, yang bisa memimpin, berinovasi, kreatif, kritis dan mempunyai pelbagai ilmu pengetahuan dan keluasan wawasan.

Seusai LKTI 2018 pihak panitia bersama beberapa orang guru mengadakan jalan-jalan sebagai tanda telah usainya kegiatan LKTI dan juga sebagai kenang-kenangan bagi panitia LKTI. Mereka melakukan perjalanan dari Kabupaten Solok hingga ke Kota Padang. ||Fajriaty Jamil.

Gelar Pahlawan Nasional Untuk Inyiak Canduang, Dimana ??

S

alah satu pendorong dari suksesnya gerakan dalam kemerdekaan adalah pahlawan. Tanpa adanya semangat dan tekad yang ikhlas dari pahlawan, belum tentu bangsa ini akan merasakan manisnya kemerdekaan.

Hal itulah yang mendorong semangat dari Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli (YSSI) beserta alumni untuk mengusulkan Syekh Sulaiman Arrasuli sebagai pahlawan nasional,beserta adanya dukungan dari Lembaga kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM), Bupati, dan Gubernur Sumatera Barat.

Untuk memperoleh gelar sebagai pahlawan nasional tersebut, harus memenuhi syarat umum dan syarat khusus, yaitu melengkapi biografi Syekh Sulaiman Arrasuli dan diadakan seminar daerah dan nasional.

Seminar daerah diadakan tanggal 17 Februari 2018 yang bertempat di auditorium Syekh Sulaiman Arrasuli, pada seminar daerah ini, Prof.

Dr Makmur Syarief SH.M.kg mengatakan bahwa Syekh Sulaiman Arrasuli adalah seorang ulama yang kon-

sisten dan toleran dalam belajar dan agama. Dr Makmur Syarief juga berharap, agar Syekh Sulaiman Arrasuli berhasil pada tingkat nasional, dan segera dinobatkan sebagai pahlawan nasional, tidak hanya sampai diseminar daerah saja.

Seminar kedua diadakan tanggal 03 Maret 2018 yang bertempat dikantor DPRD Sumatera Barat, diadakan dua sesi pembicaraaan oleh narasumber Syekh Sulaiman Arrasuli sebagai pahlawan nasional. Sebagaimana yang dikatakan Gubernur Sumbar , H. Irwan Prayitno Dt. Rajo Bandaro Basa bahwa Syekh Sulaiman Arrasuli seorang tokoh yang perlu dan berhak dijadikan pahlawan nasional, sebab sepak terjang beliau tidak hanya di Sumbar saja, dan target kita , yaitu menjadikan beliau sebagai pahlawan nasional.

Selain itu,menurut salah seorang santriwati mewakili seluruh santrriwan dan santriwati MTI Canduang, sangat bersyukur dan antusias dengan diusulkan Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi pahlawan nasional ,dengan ini ,dapat membangkitkan semangat dalam mengkaji ilmu agama dan ilmu umum,serta dapat menambah semangat tarbiyyin dalam mentauhidkan agama allah dam membumikan sholawat.

Namun sayang, pengusulan Syekh Sulaiman Arrasuli menjadi pahlawan nasional belum dapat lolos dalam pemilihan menjadi pahlawan nasional dikarenakan ada beberapa persyaratan masih kurang terpenuhi .

Tapi, dari pihak sekolah dan yayasan akan berusaha kembali menaikkan nama inyiak canduang menuju pahlawan nasional. ||Gita Selvia

“Syekh Sulaiman Arrasuli berhak medapatkan banyak gelar, seperti ulama, pendidik,pejuang dan gelar lainya” ujar Nopriasman, salah seorang narasumber.

JUSTIC / 2019

8

MENGENAL SYEKH MUHAMMAD SA’AD AL-KHALIDI MUNGKA GURU DARI SYEKH SULAIMAN ARRASULI

S

yekh Muhammad Sa’ad atau yang dikenal dengan Syekh Sa’ad Mungka adalah salah seorang ulama besar terkemuka Minangkabau di masanya dan menjadi salah seorang guru dari Syekh Sulaiman Arrasuli Canduang.

Salah seorang murid Syekh Sa’ad Mungka, Haji Siradjuddin Abbas (yang juga seorang ulama) mengatakan: ”Sewaktu penulis buku ini (maksudnya Haji Siradjuddin Abbas : penulis) remaja, pernah mengikuti pelajaran tareqat dengan beliau ini di Munka Payakumbuh setiap hari Arba’a (Rabu). Dalam mengiringkan ulama-ulama besar Minangkabau yang belajar kepada beliau tiap-tiap Arba’a tersebut terlihat oleh mata kepala kami sendiri yang belajar ke sana adalah Syekh Sulaiman ArRasuli, Syekh Abbas Ladang Lawas Bukittinggi, Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang, Syekh Abdurrasyid Parambahan Payakumbuh, Syekh Abdul Madjid Koto Nan Gadang Payakumbuh, Syekh Ahmad Baruah Gunung Suliki, Syekh Arifin Batu Hampar Payakumbuh, Syekh Yahya el-Khalidi Magek Bukittinggi dan banyak lagi yang lainnya. Kabarnya Syeikh Abdullah Halaban, seorang Ulama tua yang sebaya dengan beliau juga mengakui kealiman Syeikh Muhammad Sa’ad Mungka ini. Kabarnya Syeikh Abdullah Halaban, seorang Ulama tua yang sebaya dengan beliau juga mengakui kealiman Syeikh Mhd. Sa’ad Mungka ini. Salah seorang anak beliau, Syeikh Muhammad Jamil Sa’adi Mungka adalah pengganti beliau sesudah beliau berpulang kerahmatullah.

Syeikh Muhammad Sa’ad merupakan tiang tengah Madzhab Syafi’i pada zamannya. Beliau ini adalah seorang ulama besar yang juga merupakan guru dari para ulama besar pula.”

Dikutip dari Chairusdi (2006), Mulyani (1990) sebagaimana yang dipublikasikan Tobapos pada tahun 2016 menyebutkan bahwa “Syekh

9

JUSTIC / 2019

Muhammad Saad al-Khalidiy Mungka dikenal dalam khazanah intelektual muslim nusantara (khususnya kazanah intelektual muslim Minangkabau) sebagai mahaguru terbesar tariqat NaqsyabandiahKhalidiyah sesudah Syekh Ismail al-Khalidi al-Minangkabawi. Syekh Sa’ad Mungka, dilahirkan di Jorong Koto Tuo Kenagarian Mungka pada tahun 1859 M/1277 H dari pesukuan Kuti Anyir Pitopang Payakumbuh Luak 50 Minangkabau. Secara genetik, Syekh Saad Mungka merupakan keturunan ulama. Beliau anak dari ulama setempat yang bernama Muhammad Tanta’ yang disegani dan dihormati karena kepribadian, kedalaman ilmu, kewibawaan dan dedikasinya terhadap kampung halamannya. Nama kecil Syekh Saad Mungka adalah Anggun. Beliau memiliki saudara sebanyak 3 orang, yaitu Husin, Sulaiman dan Simba.

Salah seorang saudaranya tersebut yaitu Simba, melahirkan 4 orang putra dan putri. Kelak salah seorang putri dari Simba yang bernama Nuriyah menjadi menantu Syekh Muhammad Sa’ad yaitu istri anak beliau yang bernama Muhammad Jamil Sa’adi.”

Al-Faqir ila Rahmatillah Apria Putra (2011) di blognya “Surau Tuo” http:// surautuo.blogspot.com menuliskan bahwa “Syekh Muhammad Sa’ad Mungka dilahirkan di Koto Tuo, Mungka, Payakumbuh, pada tahun 1857 M dan wafat pada tahun 1922 M. Setiba di kampung halaman, Mungka, beliau mendirikan sebuah surau bertingkat dua yang dinamai dengan Surau Baru. Surau ini menjadi terkemuka, dan menarik banyak orang-orang siak dari berbagai penjuru Minangkabau.

Banyak diantara murid-muridnya menjadi ulama besar dikemudian hari. Sebahagian besar ulama-ulama Tua yang mengikuti pergolakan awal XX tersebut merupakan hasil didikan beliau ini.” Chairusdi (2006), Mulyani (1990) “Pada waktu muda, Syekh

Saad Mungka belajar ilmu-ilmu agama kepada Syeikh Abu Bakar Tabing Pulai Payakumbuh dan juga belajar kepada Syeikh Mhd. Saleh Mungka, Tanah Datar Batusangkar. Pada tahun 1894 M. beliau naik haji ke Mekkah dan bermukim di situ menuntut ilmu sampai tahun 1900 M. Selama lebih kurang enam tahun belajar ilmu agama di Mekkah tersebut, Syekh Sa’ad Mungka memperdalam ilmu agamanya kepada ulama-ulama besar di Jazirah Arab pada masa itu seperti Sayyid Zaini Dahlan, Sayyid Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syekh Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa alFathani dan lain-lain. Selama beliau di Mekkah ini, Syekh Saad Mungka tidak pernah belajar pada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi – seorang ulama Minangkabau yang dalam sejarah memiliki reputasi unggul di Mekkah pada masanya dan dijadikan ”guru favorit” para ulamaulama nusantara yang menuntut ilmu agama di Mekkah dan muridmuridnya tersebut kemudian dikenal sebagai para ulama pembaharu di Minangkabau. Ketika Syekh Sa’ad Mungka berada di Mekkah, beliau masih banyak menjumpai ulamaulama nusantara yang mengajarkan tareqat. Diantara mereka tersebut adalah Syekh Abdul Karim al-Bantani (berasal dari Banten, Jawa Barat) yang merupakan murid dari Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Ghafur asSambasi (asal Sambas Kalimantan Barat). Dua ulama asal Banten dan Sambas Kalimantan Barat ini mendalami tareqat Qadariyah dan Naqsyabandiah.

Disamping dua ulama nusantara yang ditemui Syekh Saad Mungka untuk mendalami tareqat di Mekkah ini, ada juga ulama nusantara lainnya yang juga pada waktu itu sedang intens mendalami ilmu tareqat yaitu Syekh Abdul ’Azhim al-Manduri (diasumsikan beliau ini berasal dari Madura Jawa Timur), dimana beliau mendalami ilmu tareqat kepada ulama besar tareqat masa itu di Mekkah yang bernama Syekh asSayyid asy-Syarif Muhammad Shaleh bin Sayyid Abdurrahman az-Zawawi.

Tareqat yang didalaminya adalah tareqat Naqsyabandiah Muzhariyah/ Al-Mujaddidiyah al-Ahmadiyah.

Ulama yang cukup terkenal yang juga merupakan guru besar ilmu tasawuf di Mekkah pada masa Syekh Saad Mungka belajar di ”kota kelahiran nabi SAW.” ini adalah Syekh Abdul Qadir bin Abdurrahman al-Fathani.

Beliau ini fokus pada pendalaman dan transfer ilmu tareqat Syatariyah.

Dengan ditemui dan adanya interaksi antara Syekh Mungka dengan para ulama tareqat tersebut, membuat Syekh Mungka tetap istiqomah dan konsisten mempertahankan keyakinan tareqat. Apalagi, ”modal awal” pemahaman tareqat telah didapatkan oleh Syekh Mungka sejak beliau masih berada di kampung halamannya.

Mungkin ini pula yang menyebabkan Syekh Sa’ad Mungka menjadi guru besar tareqat di Minangkabau, walaupun kawan-kawannya pada masa beliau sama-sama menuntut ilmu agama di Mekkah, banyak yang berada pada posisi berseberangan bahkan konfrontatif dengan tareqat.

Hal ini tidak terlepas dari interaksi Syekh Saad Mungka dengan ulamaulama tareqat besar di Mekkah, dan beliau tidak belajar pada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi – sang penentang tareqat tersebut.

Sementara kawan-kawannya yang lain justru berada dibawah bimbingan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.

Jadi tidaklah megherankan apabila kemudian Syekh Saad Mungka dikenal sebagai ulama pembela tareqat (khususnya tareqat Naqsyabandiah-Khalidiyah).

Disamping ulama-ulama tersebut diatas, beberapa sumber juga mengatakan bahwa banyak juga ulama-ulama Minangkabau yang memiliki pengaruh dan nama besar di Minangkabau, pernah berguru pada Syekh Saad Mungka, diantaranya Syekh Muhammad Jamil Djaho, Syekh Makhudum dari Solok, Syekh Sulaiman Gani dari Magek, Syekh Abdul Majid dari Payakumbuh, Syekh Abdul Tamim dari Koto Baru Agam, Syekh Muhammad dari Sarilamak Payakumbuh, Syekh Daramin dari Lipat Kain Kampar Riau dan ulamaulama lainnya dari luar Payakumbuh juga pernah belajar pada Syekh Mungka ini. Konon kabarnya Syekh Abdullah Halaban, seorang ulama tua kharismatik yang sebaya dengan beliau juga pernah mengakui kealiman Syekh Saad Mungka.

Kehadiran Syekh Saad Mungka dalam khazanah sejarah pemikiran Islam Minangkabau, identik dengan tareqat.

Sudah menjadi tradisi sejak lama di Minangkabau, mayoritas para ulama tersebut mengamalkan dan memiliki konsistensi yang konsisten terhadap tareqat (baik Syatariyah maupun Naqsyabandiah). Namun banyak juga yang memposisikan diri mereka pada posisi yang ”berseberangan”. Ada dua mainstream besar yang terdapat dalam sejarah intelektual keagamaan (Islam) di Minangkabau pada masa ini.

Sebagian orang tetap dengan tekun dan konsisten mengamalkan tareqat dan pada pihak lain memandangnya sebagai bid’ah. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi gigih sekali dalam membid’ahkan tareqat.

Namun pendapat Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi ini juga banyak mendapat tantangan. Tantangan tersebut bahkan juga dari para muridmuridnya.

Bentuk konsistensi Syekh Saad Mungka dalam mempertahankan amalan dan ajaran tareqat terefleksi dan terlihat dari kitab yang dikarangnya.

Kitab-kitab tersebut lebih tepatnya merupakan refleksi dari keteguhan hati seorang Syekh Saad Mungka membela tareqat naqsyabandiah yang ditujukannya kepada sang penentang – Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.

Kitab-kitab tersebut juga merupakan ”dialogintelektual” produktif antara Syekh Saad Mungka dengan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang kelak memberikan pencerahan bagi orangorang yang suka dan tidak suka terhadap tareqat pada masa mereka dan pada masa belakangan. Ada dua kitab yang dikarang oleh Syekh Saad Mungka : 1. Irghaamu Unuufil Muta’annitiina fii Inkarihim Rabhithatil Washiliin yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib alMinangkabawi yang berjudul Iz-haaru Zaghlil Kaazibiina fii Tasyabbuhihim Bish Shadiqiin.

2. Setelah Syekh Saad Mungka menyanggah melalui kitab pertamanya di atas tersebut, maka Syekh Ahmad Khatib alMinangkabawi menyanggah pula dalam kitabnya yang berjudul AlAayatul Baiyinati lil Munsyifiina fii Izaalati Khaurafati Ba’dhil Muta’ashshibiina.

Selanjutnya kitab ini dibantah Syekh Saad Mungka dengan kitabnya yang kedua berjudul Tanbihuul ’Awaami ’ala Taqrirrati Ba’dhil Anaami...

SYEKH MUHAMMAD SA’AD AL-KHALIDI MUNGKA

N E X T IN JUSTIC / 2019

10

GURU HJ. ALIMAR NUR II BUYA H.ZAMZAMI YUNUS

Buk Man, Guru Tuo yang Digemari Masyarakat

Hj

.Alimar Nur, Lahir di Koto Hilalang, 8 Juli 1944, merupakan salah satu guru tuo di MTI Canduang sekaligus istri dari Abuya Zamzami. Beralamatkan di Koto Hilalang, Kecamatan IV Angkat, Kabupaten Agam.

Ustadzah yang kerap di panggil “Buk Man” ini adalah alumni MTI Canduang tahun 1965. Disaat menempuh pendidikan di MTI Canduang, beliau belajar dengan Angku Nawawi Dt. Rajo Kayo, Buya Imam, dan Buya Amran Assamad, beliau juga pernah belajar dengan Syekh Sulaiman Arrasuli disaat beliau duduk di kelas 7.

Saat beliau belajar di MTI Canduang, beliau menceritakan bahwa beliau bukanlah murid yang pandai, “ kalau lah maenggong tun buya ka sabalah hilia, tun tando i’rab nyo mudofun ilaih duh”. Ketika beliau duduk di kelas 4, beliau merasa sedih bila harus bercerai dengan Tarbiyah, kemudian beliau berkata “baraja di Tarbiyah ko sanang, ibo hati wakatu tun kalau harus bacarai jo Tarbiyah, apo sabab, ?

sabab karano baitu baiak pergaulan disiko, itu lo lamak nyo sikola di Tarbiyah ko”. Setelah beliau tamat di MTI Canduang, beliau pergi berguru kepada buya H. Munaf Koto Hilalang, kemudian beliau berguru kepada buya H. Alamsuddin di Canduang selama 4 tahun.

Pada tahun 1971, beliau pergi mengajar ke Tanjung Balik, Pangkalan, Riau.

Dan setelah 2 tahun mengajar disana beliau kembali pulang, dan mengajar di MTI Canduang. Disamping profesi beliau sebagai seorang pengajar, beliau juga seorang da’i yang sudah berdakwah di 114 tempat yaitu di Jambi, Riau dan Sumatra Barat.

Beliau merupakan salah satu guru tuo yang banyak digemari lapisan masyarakat dan para santri di MTI Canduang, dengan gaya mengajar beliau yang khas, membuat beliau disayangi dan dikagumi oleh masyarakat dan santri, bahkan para alumni-pun tidak akan melupakan ustadzah yang sering memakai warna merah ini. Hingga saat ini beliau masih tetap aktif menjadi seorang da’i dan seorang pengajar di MTI Canduang. ||Fajriaty Jamil

11

JUSTIC / 2019

Kalau lah maenggong tun buya ka sabalah hilia, tun tando i’rab nyo mudofun ilaih duh.

Buya H.Zamzami Yunus Raisul ‘Am Ashabul Yamin juga Ulama yang terkemuka di Kecamatan Candung

B

uya H. Zamzami Yunus lahir di Lasi 8 Agustus 1947 beliau merupakan putra dari Bapak Muhammad Yunus dan Ibu Barudina. Beliau menghabiskan masa kecil beliau di Lasi.

Buya H.Zamzami Yunus pernah menempuh pendidikan di MTI Canduang selama 7 tahun,setelah tamat dari MTI Canduang beliau melanjutkan pendidikan di PPTI Malalo dan berguru kepada Syekh Zakaria dan kepada Buya Limbukan di Payakumbuh.

Sepulang dari Malalo Beliau menjadi Guru dan Mengajar di MTI Canduang selama kurang lebih 5 tahun.Namun pada tahun 1992 Beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan dan kegiatan mengajar di MTI CanduaWng berhenti karna Beliau sibuk mengurus pesantren yang beliau dirikan di Lasi.

Berawal dari usulan salah seorang tokoh masyarakat Lasi Tuo kepada Buya Zamzami bahwa ia akan mewakafkan sedikit tanahnya yang terletak di Lasi Tuo untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama bagi masyarakat Lasi. Tersebab itulah bagi Buya H.Zamzami Yunus yang telah cukup lama memendam ide dan cita-cita untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan di kampung halamannya akhirnya beliau menemukan kesempatan itu. seorang ulama kondang yang juga salah seorang tokoh pendidikan dan pernah mengajar di beberapa Pesantren di Sumatra Barat bisa mewujudkan cita-cita nan mulia itu.

Tepat pada bulan Zulhijah 1992 Buya Zamzami membawa usulan tersebut kepada beberapa orang tokoh masyarakat di Lasi Tuo dari hingga pada pertemuan tersebut dicapailah sebuah kesepakatan mendirikan sebuah lembaga pendidikan agama di Lasi Tuo. Kehidupan Beliau-pun yang sibuk mengajar akhirnya teralihkan pada lembaga yang beliau dirikan. Selain sibuk mengajar beliau juga aktif di bidang Da’wah , beliau bukan hanya berda’wah di sekitar Canduang, bahkan beliau juga berda’wah di luar Sumatra Barat seperti Jambi, Riau dan sekitaran pulau Sumatra . Sampai sekarang pesantren yang Beliau dirikan telah melahirkan kurang lebih 300 Alumni yang besekolah baik di dalam negeri maupun di luar negri.

Sosok Buya H.Zamzami Yunus adalah seorang pribadi yang sangat disiplin dan mempunyai semangat yang luar biasa di bidang agama. Beliau selalu bersemangat untuk mendalami kitab kuning serta mengajarkan kitab kuning di lembaga yang beliau dirikan.

Juga sebagai sosok yang sangat berpotensi besar dan memotivasi kita semua untuk tidak pantang menyerah dalam menuntut ilmu. Ujar salah seorang ustadz dari Ashabul Yamin. ||zulvaniati

JUSTIC / 2019

12

ITO

Kunjungi MTI Canduang,

K.H Ma'ruf Amin Ziarah ke Makam

Inyiak Canduang

M

TI Canduang (7/2) kedatangan rombongan K.H Ma'ruf Amin sekitar pukul 14.00 W.I.B dalam rangka ziarah ke makam Syekh Sulaiman Arrasuli. Kedatangannya disambut dengan antusias oleh seluruh masyarakat MTI Canduang dan para hadirin siang itu.

Para santri dan guru diminta untuk mengambil barisan dilapangan MTI Canduang untuk menyambut Dewan Mutasyar Nahdatul Ulama Pusat yang didampingi oleh sang istri Wury Estu Handayani beserta rombongan. Kedatangannya ke MTI Canduang juga didampingi oleh Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Hendra Irwan Rahim.

Menurutnya, Syekh Sulaiman Arrasuli termasuk salah satu ulama yang mempunyai peran dan andil besar dalam membangun bangsa dan umat. Dan ikut menyelesaikan persoalan dan kemelut Indonesia waktu itu.

"Beliau (Syekh Sulaiman Arrasuli) menyelesaikan kemelut kebangsaan sekitar (tahun) 1952-1953, ketika Bung Karno dinyatakan presiden tidak sah karena tidak dipilih oleh rakyat, hingga timbul kegaduhan." ujar ma’ruf amin.

"Karena apa? Karena presiden-nya tidak sah, Kementerian Agama tidak sah, sehingga KUA tidak sah, kawinnya tidak sah, pengadilan tidak sah, menceraikan orang tidak sah. Itu kalut negara itu, karena itu harus sah," kata Ma’ruf.

13

JUSTIC / 2019

Sehingga karena kemelut negara itulah hadir peran ulama dalam menentramkan masyarakat. Salah satunya adalah Syekh Sulaiman Arrasuli.

"Karena Bung Karno tidak memenuhi syarat penuh, maka diberi nama embel-embel darurat waliyul amri dharuri bissyaukah. Kenapa harus diberikan? karena beliau memberikan power kekuasaan," katanya.

Penyerahan Cendramata oleh MTI Canduang kepada K.H Ma'ruf Amin di Depan kantor pimpinan MTI Canduang.

Syekh Sulaiman Arrasuli sendiri adalah salah satu tokoh ulama yang gigih dalam mempertahankan Mazhab Syafi’i. Beliau belajar di Mekkah dengan guru beliau Syekh Ahmad Khatib Al-minangkabawi seangkatan dengan K.H Hasyim Asyari. Menjelang kemerdekaan Republik Indonesia Syekh Sulaiman Arrasuli ikut menjadi anggota konstituante dari PERTI. Beliau bersama Syekh Abbas Ladang Lawas dan Syekh Muhammad Jamil Jaho mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang berpusat di Canduang. Dan membentuk sebuah lembaga pendidikan yaitu Madrasah Tarbiyah Islamiyah.

(FAJRIATY)

Suasana Sebelum Kedatangan K.H Ma'ruf Amin

Penyerahan Cendramata oleh MTI Canduang kepada K.H Ma'ruf Amin di Depan kantor pimpinan MTI Canduang.

HARI

SANTRI

NASIONAL 2018

MTI CANDUANG TUAN RUMAH GRAND OPENING HARI SANTRI NASIONAL 2018

M

TI Canduang tahun ini terpilih menjadi tuan rumah dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional ke 4.

Acara yang dilaksanakan yaitu Grand Opening Hari Santri dan setelah itu dilanjutkan dengan muzakarah kepala madrasah se-Sumatera Barat, Kamis (18/10).

Undangan yang hadir terdiri dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Agam, Edi Oktaviandi, S.Ag. , Bupati Kabupaten Agam, Indra Catri, yang diwakilkan kepala wakil gubernur. Serta para pimpinan pondok pesantren se-Sumatera Barat.

Para guru dan santri dari pesantren yang diundang juga ikut memeriahkan acara, diantaranya Pondok Pesantren At-Taqwa, Pondok Pesantren Nurul Huda, Pondok Pesantren Ibnu Qoyyim, dan lainnya.

Acara dimulai dengan penyambutan dari Kanwil Kemenag Sumbar dan Wakil Bupati Kabupaten Agam yang disambut dengan pertunjukan tambo dari Pondok Pesantren Nurul Huda Maninjau, kemudian pembacaan ayat suci oleh santri MTI Canduang, Hidayatul Akmal dan Geri Septian

yang dilanjutkan dengan penampilan paduan suara Tarbiyah dengan menyanyikan lagu santri nasional dan mars tarbiyah.

Sekretaris Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat, Fardinal berharap acara ini bisa sebagai evaluasi cita-cita pesantren kedepannya, menguatkan rasa ketarbiyahan serta berharap terciptanya masyarakat madani di Indonesia yang dimulai dari santri.

Setelah istirahat Zuhur dan makan acara dilanjutkan kembali dengan diadakan muzakarah antara raisrais pondok pesantren di Auditorium Syekh Sulaiman Arrasuli yang salah satunya dipimpin oleh Dr. Silfia Hanani,M.si (Dosen IAIN Bukittinggi) dengan tema pesantren dan perempuan, "Pesantren berisi gudang intelektual, ulama-ulama intelektual dan buku-buku rujukan" Ucapnya.

Diakhir acara ditampilkan pementasan kreativitas santri pondok pesantren di halaman MTI Canduang yang menampilkan Tambo dari Pondok Pesantren Nurul Huda, Shalawat Syifaul Qulub dari MTI Canduang, kolaborasi randai dan silek dari Pon-

dok Pesantren Al Irsyad Bulaan Kamba, Demontrasi Wushu dari Pondok Pesantren Ahmad Khatib, Silek laga dari Pondok Pesantren Ainul Yaqin Batagak, Drama santri dari Pondok Pesantren Diniyah Limo Jurai dan Pondok Pesantren Abdul Karim Syuaib, puisi dari Pondok Pesantren Prof. Hamka dan acara ditutup dengan penampilan Rebana dari Pondok Pesantren Darul Makmur Baso. || Delvy Everanti N

JUSTIC / 2019

14

YOK KENALAN DENGAN

PASTI !!

P PERAN WARGA MASYARAKAT TARBIYAH ISLAMIYAH DALAM MENYUKSESKAN AKREDITASI SEKOLAH

A

kreditasi sekolah adalah suatu bentuk pengakuan pemerintah terhadap lembaga pendidikan swasta.

Salah satu bentuk dari akreditasi yaitu mengeluarkan sertifikasi resmi terhadap mutu atau standar pendidikan dilembaga tersebut. Aktivitas ini berjalan sesuai dengan prosedurprosedur yang telah ditetapkan oleh tim penilai. Tim penilai ini pun berasal dari provinsi dan sering disebut dengan BAP (Badan Akreditasi Pendidikan) yang diketua oleh Prof. Dr. H. Syufiarma Marsidin, Mpd. Pada bulan April lalu, tim penilai melakukan penilaian kepada Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI Canduang). Hingga panitia akreditasi melakukan beberapa kali pertemuan dengan para anggota untuk mendiskusikan tentang akreditasi sekolah. Panitia akreditasi ini beranggotakan 24 orang yang diketua oleh Etriwahyuni selaku Waka Kurikulum tingkat Aliyah dan Silvia selaku Waka Kurikulum Tsanawiyah.

Hal ini menyebabkan adanya kesibukan dari pihak sekolah, baik ditingkat Tsanawiyah maupun Aliyah.

Adapun Akreditasi MTI Candung pada tingkat Aliyah merupakan tahap ke-3 setelah tahun-tahun sebelumnya. Yang pada tahap perta-

15

JUSTIC / 2019

ma mendapatkan akreditasi A dan pada tahap ke-2 mendapatkan akreditasi B. Pada tahap ke-3 ini MTI Canduang memperoleh akreditasi A. Dan pada tingkat tsanawiyah merupakan tahap ke-2 setelah sebelumnya mendapatkan akreditasi A. Dilihat dari kesibukan warga tarbiyah saat ini, bukan hanya ustadz/ ah nya saja yang ikut andil dalam akreditasi sekolah tetapi, para santri pun juga ikut menyukseskan pengakreditasian. Mulai dari tingkat Tsanawiyah hingga Aliyah. Keaktifan santri ini dilakukan dengan banyak perubahan, mulai dari membersihkan kelas, mengganti warna kelas/ mengecat kembali kelas-kelas, hingga membuat pojok baca.

ersatuan anak siak tarbiyah islamiyah atau yang biasa disebut pasti adalah sebuah organisasi masyarakat yang dibentuk atas kesepakatan santri tarbiyah islamiyah pada 27 oktober 2017. Kemudian organisasi yang dipelopori oleh Ronald Andany beserta kawan-kawan bercita-cita ingin mempersatukan umat nabi muhammad s.a.w dan ikut serta dalam mengembangkan tarbiyah islamiyah. Organisasi yang identik dengan kegiatan sholawatan dan zikir bersama ini akan berusaha mengembangkan PASTI dengan selalu mengadakan pertemuan rutin. Dikutip dari tulisan Hafidz S.H di (http://www.justic.or.id/2018/03/ organisasi-pasti-gelar-musyawarahdi.html) bahwa Persatuan Anak Siak Tarbiyah Islamiyah (PASTI) mengadakan musyawarah di Auditorium Syeikh Sulaiman Arrasuli (Aula MTI Canduang) dihadiri oleh kepala dan wakil kepala sekolah yang tergabung dalam organisasi PASTI, yaitu; 1. MTI Canduang 2. MTI Pasia 3. MUS Canduang 4. Ashhabul Yamin 5. At-Taqwa 6. Darul Makmur Sampai saat ini PASTI masih berjuang mengembangkan organisasinya ke madrasah tarbiyah lainnya.

II Imam Thoelis

Budaya Belajar Halaqah Di Surau Katimbuang Di Minangkabau, surau bukan hanya sebagai tempat solat bagi orang, namun juga berfungsi sebagai tempat mengaji, diskusi, belajar ilmu bela diri dan belajar agama. Di surau lah dahulu para pemuda Minangkabau tinggal, bukan di rumah Sang Ibunda tapi di surau, bersama teman-teman sebelum tinggal di rumah istri nya. Begitulah budaya Minangkabau dahulu.

Namun, seolah olah budaya itu kini dihidupkan kembali, ditengah kehidupan pemuda yang hidup serba instan, masih ada sebagian kecil pemuda Minangkabau yang masih membudayakan hidup dan belajar di surau. Mereka terhimpun dari berbagai pondok pesantren yang berbeda yang kemudian dipertemukan dalam sebuah diskusi yang bertempatkan di sebuah surau. Salah satunya Surau Katimbuang.

Surau Katimbuang didirikan pada tahun 1967 oleh H. Muhammmad Zein seorang mursyid tarekat naqsabandi yang berguru kepada Syekh Ibrahim Harun. Cerita bermulai ketika H. Muhammad Zein diberi izin oleh sang guru yang berada di Tiakar, Payakumbuh untuk mendirikan sebuah surau suluak di kediaman bako beliau (rumah keluarga dari pihak ayah). Namun, beliau merasakan ketidak nyamanan karena membangun tempat orang suluak karena tanah tersebut bukanlah harta dari suku beliau sendiri.

Atas kesepakatan H. Muhammad Zein beserta beberapa murid beliau lainnya, akhirnya beliau mendirikan sebuah surau di sebuah daerah yang bernama katimbuang, hingga dinamai lah surau itu Surau Katimbuang. Setelah beberapa tahun didirikan, kajian suluak dengan tarekat naqsabandi itu tiada lagi diadakan, tersebab sang guru (H. Muhammad Zein) telah meninggal dunia. Suluak itu terakhir kali diadakan 2 tahun sebelum sang guru wafat, dan suluak itu pun dilakukan oleh para murid beliau. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat ber-suluak, Surau Katimbuang juga dijadikan sebagai tempat perguruan bela diri khas minang yaitu pencak silat.

Setelah kematian sang guru, Surau Katimbuang diwariskan kepada keponakan beliau, yang tak lain adalah guru kita yaitu Abuya Masril Katik Bandaro.

Dari pengakuan Abuya Masril, bahwa kegiatan yang dilakukan di Surau Katimbuang saat ini ialah diskusi dengan cara halaqah dan digagas oleh salah seorang santri yang bernama Rahmat Hidayat. Kegiatan diskusi di Surau Katimbuang sendiri telah dilaksanakan kurang lebih sudah satu tahun lamanya, dan mulanya kajian yang dibahas di Surau Katimbuang adalah kajian tentang ilmu tauhid dan fikih. Tetapi untuk saat ini difokuskan mengkaji ilmu ushul fikih.

Adapun tujuan diadakannya diskusi ini selain membaca kitab kuning dan berdiskusi ilmu agama juga bertujuan untuk lebih bisa mendalami maksud dari isi kitab kuning serta menamatkan membaca kitab kuning tersebut. ||Ryan Febri ansyah

Penjarakan Sampah!!!

T

ampak sedikit jelas pemandangan yang kurang mengenakkan akibat sampah yang berserakan karna ulah santri yang tidak tertib akan kebersihan. Hampir di setiap apel pagi sampah selalu menjadi persoalan yang serius dibicarakan di lingkungan kampus Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang, padahal sekolah telah memfasilitasi dua buah tong sampah disetiap lokal.

Rais ‘Am H. Badra Syahruddin ar-Rasuli tak henti-hentinya memberikan masukan tentang penertiban sampah di lingkungan kampus MTI Canduang, namun santri masih tetap saja membuang sampah sembarangan di halaman sekolah. Lebih mirisnya ada juga yang sengaja membuang sampah tidak didalam tempat sampah,melainkan di samping atau dibawah tempat sampah tersebut.

Sepertinya sampah sudah menjadi bahan perbincangan hangat disetiap minggu, sudah banyak para guru yang menyampaikan bahkan kepala sekolah tingkat aliyah Zulkifli juga tak henti mengorasikan tentang pembuangan sampah tersebut.

Kebersihan sangat penting untuk dijaga dilingkungan madrasah kita. Kebersihan lingkungan sekolah sangat penting bagi kemajuan sekolah,sekolah yang bersih akan menciptakan proses belajar mengajar yang baik, sebaliknya jika lingkungan sekolah kita kotor akan menimbukan dampak negatif, sehingga proses belajar mengajarpun terganggu.

Ketidak pahaman santri tentang pentingnya menjaga kebersihan adalah salah satu faktor penunjang keberadaan sampah di sekitar lingkungan sekolah,sebenarnya memenjarakan sampah sangat mudah,kuncinya adalah dari diri kita sendiri.

Kesadaran santri tentang mebuang sampah sepertinya harus ditanamkan sejak awal,supaya tak ada lagi pemandangan yang kurang mengenakkan dilingkungan sekolah kita. Tindakan dari dini sepertinya harus dilakukan supaya mampu menyadarkan para santri untuk selalu mejaga kebersihan dimanapun ia berada, karna kebersihan berpengaruh besar terhadap kesehatan maka dari itu kebersihan harus perlu dijaga. ||MASYITA HERZA PUTRI JUSTIC / 2019

16

Classmeeting Asah Bakat

Santri Yang

Terpendam.

C

lass Meeting merupakan sebuah wadah bagi santri MTI Canduang dalam mengasah dan menampilakan bakat dan minat nya, disamping belajar kitab kuning ternyata santri MTI Canduang juga memiliki bakat menarik lainnya yaitu barber. Barber sendiri diadakan perdana oleh Organisasi Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang (OSTI) periode 2018-2019 dikarenakan akhir-akhir ini tren barber di MTI Canduang sedang diminati, berdasarkan keputusan inilah akhirnya perlombaan barber dilaksanakan oleh OSTI dalam rangka Class Meeting.

Tapi, perlombaan ini hanya diperuntukan untuk santri tingkat Aliyah.

Menurut pendapat salah seorang santri tentang perlombaan barber, bahwa lomba ini menjadi sebuah kejutan baru dan menarik untuk class meeting tahun ini. “saat pencukur salah memotong, maka rambut yang dicukur itu akan keliatan urak-urakan dan itu membuat saya ketawa, lucu juga.” Ujar salah seorang santri sambil tertawa.

Dapat disimpulkan bahwa, perlombaan barber adalah perwujudan bahwa santri itu tidak hanya aktif dibidang agama, namun juga ahli dalam minat lain. “ Tujuan Class Meeting bukan hanya untuk menang, melainkan agar para santri dapat saling mengenal satu sama lain, tanpa harus memperdulikan perbedaan “ kata Zulkifli (Kepala Madrasah Tingkat Aliyah TI-Canduang) saat sambutannya dalam pembukaan Class Meeting. Bukan hanya barber saja yang menjadi pusat perhatian class meeting tahun ini, seperti pementasan drama dan puisi juga ikut memeriahkan kegiatan yang dilaksanakan lima hari itu, disamping ada cabang perlombaan lainnya. Namun seperti tahun tahun sebelumnya daya tarik pementasan drama selalu menjadi ingatan yang membekas di hati para penonton drama.

Walaupun pementasan bisa dikatakan sulit, namun kegiatan ini banyak digemari oleh para santri salah satunya penampilan dari kelas 6, mereka tampil tanpa adanya persiapan terlebih dahulu, namun itu malah membuat para santri yang menonton seolah-olah ikut terlibat dalam cerita drama itu.

Class meeting tahun ini terkesan baik dimata para guru dan santri,karena banyak kegiatan yang mengagumkan menurut mereka. Tak heran kalau banyak santri yang ikut memeriahkan class meeting tahun ini. ||zakiya annyl dan rahmatin noviza

17

JUSTIC / 2019

MENA

Menjadi Nyentrik

Itu Asik, Mari

Meracik.

ARIK

S

ebagai santri kita harus mapan dari segala hal, Harus mapan dari segi keagamaan maupun segi yang lain. Karena hidup tak menentu,bisa jadi hari ini kita hidup serba memenuhi, entah besok kita mati terlindas materi. Oleh dari itu kita sebagai santri harus mempunyai keahlian dari berbagai hal.

Tentang perekonomian contohnya,hidup tak bisa terus bergantung dengan orang tua, sebab orang tua tak hidup selamanya.

Ada baiknya harus bisa mencari hidup sendiri. Mari mencoba menghadapi diri sendiri.

Gengsi adalah suatu kendala bagi santri MTI Candung, santri terlalu malu untuk berdagang, santri terlalu mengedapankan hidup serba ada, tinggal pesan lalu siap untuk dinikmati , dalam kata lain yakni instan. Nah , mari kita beri apresiasi kepada teman kita atau santri yang kini duduk dikelas 6 MTI Candung. Salah satunya Yoca Indah Permata Ayu dan Indah Cahyani Pertiwi .

Mereka berdua mencoba mencari pengahasilan sendiri lewat kepandaian yang hampir di miliki semua santri perempuan yaitu memasak, salah satu hal yang sudah wajar bagi kaum hawa kalangan santri, sudah sepatutnya kepandaian memasak itu di kembangkan para santriwati. Seperti santriwati berdua itu menjual mie dengam kreasi mereka menjual dengan cara online.

Amayuh Kitchen adalah merek usaha

TRENDING TOPIK !

BENER ADA HOTEL DI MTI CANDUANG ??

D

alam rangka ikut memeriahkan acara classmeeting lokal 4 khusus tp 2018-2019 menjadi daya tarik tersendiri bagi santri madrasah dan guru di MTI Canduang, karena lokal yang dibimbing oleh Buya Ronal Andani ini menghias lokal mereka berbeda dari kebanyakan lokal lainnya.

Bukan main, untuk menghias lokal saja mereka sampai menghabiskan dana kurang lebih Rp. 3.500.000.- wow..it’s so amazing bukan ?? jadi mereka ini menghias lokal atas kesepakatan mereka dengan dana denda lokal mereka yang dipungut hampir tiap minggunya dan dijadikan modal dalam menghias lokal ini.

Mereka menghias lokal tidak setengahsetengah bukan hanya mencat ataupun mengalasi meja belajar, mereka juga membeli karpet, kipas angin, kain gorden, pajangan kaligrafi, pewangi ruangan, membeli kain dan plastik untuk mengalasi meja belajar mereka. Kaya banget ya

mereka berdua , mereka menyediakan berbagai macam variasi mie,Dimulai sari tingkatan rasa kepedasan ada level 1 hingga level paling tinggi yaitu level 5 ,dan tiap-tiap level diberi nama yang identik dengan percintaan .

Yaa….namanya juga santri selalu baper dengan rasa.

Wkwkwkwk…

Sebenarnya mereka sudah banyak mencoba berdagang dengan cara online dan Alhamdulillah menuai banyak untung dan hasil yang positif , juga Amayuh Kitchen sudah berjalan lancar hingga hari ini dan sudah banyak santri-santri yang memesan untuk mencoba mie hasil buatan amayuh kitchen. kepada teman-teman yang ingin memesan silahkan hubungi call center terdekat atau maksud saya adalah Amayuh Kitchen ,mereka akan melayani permintaan anda. Nah, sebenarnya ini motivasi buat teman teman semua , alangkah bahagia jika kita mengembangkan keahlian kita dalam membuka lahan pekerjaan untuk diri sendiri .Apakah masih kurang cukup bukti kesuksesan santri dalam berusaha?

Ayo Teman-Teman Mari Kembangkan Kepandaian Kita, Jangan Dipertuankan Kegengsian !

Karena Sukses Tak Akan Terwujud Jika Dalam Diri Kita Masih Ada Rasa Gengsi.

Tunggu apalagi menjadi nyentrik itu asik mari menarik. || M. Rafi Edmonda

gais..

Lokal yang identik dengan warna serba hijau dan putih itu berisikan 35 orang santri, mereka sepakat bila mereka naik ke kelas 5 nanti, lokal itu akan mereka sedekahkan kepada 4 khusus selanjutnya ujar salah seorang santriwati 4 khusus.

Menariknya lokal yang digelari hotel tarbiyah ini, juga tidak memperbolehkan orang masuk ke dalam kelasnya dengan menggunakan sepatu karena lantai lokalnya yang beralaskan karpet seisi ruangan. Alhasil seluruh penduduk kelasnya juga tidak menggunakan sepatu ke dalam lokal begitupun para guru.

Di penghujung acara classmeeting kemarin, lokal yang terletak di ruangan B-8 ini menjadi lokal terbaik 1 di MTI Canduang disusul dengan kelas 6 yang juga tidak kalah menariknya. ||Esti Juheni

JUSTIC / 2019

18

SYEKH MUHAMMAD SA’AD AL-KHALIDI MUNGKA

S

elain dua kitab monumnetal ini, Syekh Saad Mungka juga mengarang beberapa kitab lainnya, terutama dalam bahasa Arab. Tidaklah dapat dipungkiri bahwa Syekh Saad Mungka merupakan satusatunya ulama Minangkabau pada masanya yang memiliki ilmu setaraf dengan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, walaupun kedudukan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi lebih prestisius – imam dan khatib di Masjidil Haram Mekkah. Syekh Mungka-lah satusatunya ulama Minangkabau yang mampu berpolemik secara intens mengenai tareqat secara ”eleganintelek” dan berani dengan ulama besar sekaliber Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi tersebut.”

Apria Putra menambahkan “Dalam bidang intelektual, beliau dituakan diantara ulama-ulama Tua. Pernah, sebelum wafatnya beliau menjadi pendiri dan penasehat Ittihad Ulama Sumatera (Persatuan Ulama Sumatera) bersama dengan ulama-

ulama besar lainnya seperti Syekh Abdullah Beliau Halaban (w. 1926).

Dalam tulis menulis, beliau juga dikenal mahir mengarang dalam bahasa Arab, apalagi dalam jawi.

Karangan-karangan beliau konon cukup banyak.

Syekh Saad Mungka berhasil pula mencetak kader-kader tareqat (khususnya tareqat Naqsyabandiah), diantaranya Syekh Yahya alKhalidi – yang ”terang dan jelas” mencantumkan label Al-Khalidi dibelakang namanya. Syekh Yahya al-Khalidi lebih tua kira-kira satu tahun dari Syekh Saad Mungka.

Selain Syekh Yahya al-Khalidi, murid Syekh Saad Mungka yang namanya cukup terkenal dalam ”ranah tareqat” adalah Syekh Abdul Wahab ashShalihi. Beliau yang lahir di Jopang Manganti kecamatan Mungka kabupaten 50 Kota ini membuka pondok pesantren yang bernama MTI Tabek Gadang atau MTI Padang Jopang yang memiliki banyak murid.

Kemudian Syekh Sulaiman Arrasuli Canduang, beliau adalah salah

seorang murid dari Syekh Sa’ad Mungka yang kemudian hari menjadi seorang tokoh ulama golongan Kaum Tua yang gigih mempertahankan mazhab Syafi'i. Syekh Sulaiman Arrasuli lahir di Candung Sumatera Barat pada tahun 1287 H / 1871 M dan wafat juga di Canduang pada 29 Jumadil awal 1390 H / 1 Agustus 1970 M. Sepulang belajar dari Mekkah pada tahun 1908 beliau mengajarkan ilmunya di Surau Baru Pakan Kamis Canduang yang kemudian berubah berbentuk klasikal yang bernama Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang pada tanggal 5 Mei 1928.

Kemudian bersama ulama lainnya mendirikan Persatuan Tabriyah Islamiyah yang disingkat dengan PTI dan kemudian berubah lagi menjadi ORMAS Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang disingkat dengan PERTI.

BIOGRAFI

Nama

Tempat Lahir

Tahun Lahir Ayah Ibu Anak

19

JUSTIC / 2019

: Syaikh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka (1857-1923).

Ulama Minangkabau yang menjadi Tokoh Tarekat Naqsa bandiyah al-Khalidiyah : Jorong Koto Tuo, Mungka, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat : 1857 M / 1277 H : Ulama; Muhammad Tanta : Suku Kutianyia (Pitopang) Payakumbuh : Husin, Sulaiman, Simba

Guru:

Guru :

. Syekh Abubakar Tabing Pulai Payakumbuh (w.1889) · Syekh Muhammad Jamil Tungkar (w.1890) · Syekh Muhammad Shaleh Padang Kandih (w.1912)

· Sayyid Zaini Dahlan · Sayyid Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki · Syekh Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa al-Fathani (Ulama Nusantara di Mekkah) ·Syekh Abdul Karim al-Bantani ·Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Ghafur as-Sambasi (Qadiriyahdan Naqsyabandiyah) ·Syekh Abdul ‘Azhim al-Manduri ·Syekh Muhammad Shaleh bin Abdurrahman al-Zawawi (Naqsyabandiyah Muzhahiriyah) ·Syekh Abdul Qadir bin Abdurrahman al- Fathani (Syattariyah) Halaqahnya : Surau Baru, Koto Tuo Mungka Murid: ·H. Sirajuddin Abbas ·Syekh Sulaiman al-Rasuli

·Syekh Abbas Ladang Lawas Bukittinggi ·Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang ·Syekh Abdurrasyid Parambanan Payakum buh ·Syekh Abdul Majid Koto Nan Gadang Paya kumbuh ·Syekh Ahmad Baruah Gunung Suliki ·Syekh Arifin Batu Hampar Payakumbuh ·Syekh Yahya al-Khalidi Magek Bukittinggi Berdasarkan keterangan dari Sirajuddin Abbas[1] Karya: ·Irghaamu Unuufil Muta’annitiina fii Inkarihim Rabhithatil Washiliin, yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang berjudul Iz-haaru Zaghlil Kaazibiina fii Tasyabbuhihim Bish Shadiqiin. ·Tanbihuul ’Awaami ’ala Taqrirrati Ba’dhil Anaami, yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang berjudul Al-Aayatul Baiyinati lil Munsyifiina fii Izaalati Khaurafati Ba’dhil Muta’ash-shibiina, yang dibuat sebagai tanggapan Syekh Ahmad Khatib atas kitab pertama Syekh Mungka di atas.

Sebahagian besar catatan mengenai Syekh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka ini didapat dari arsip-arsip catatan harian beliau. Dikutip dari Al-Faqir ila Rahmatillah Apria Putra (2014) di blognya “Surau Tuo” http:// surautuo.blogspot.com yang berjudul “Catatan Harian Ulama Minangkabau (Bagian 1): Catatan Harian Syekh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka (w. 1922) yang dimasyhurkan dengan “Baliau Surau Baru” atau “Baliau Mungka” menuliskan bahwa “Beliau meninggalkan satu cacatan yang ditulis ketika lembaga pendidikan tradisional yang beliau dirikan mencapai titik kejayaan pada awal abad 20. Catatan harian beliau terdiri dari beberapa halaman folio. Kertas yang digunakan ialah lokal bergaris. Catatan ini ditulis beberapa tahun sebelum beliau wafat pada 1922. Catatan ini berisi hal-hal menarik seputar pribadi ulama ini, antara lain: 1.

Tanggal wafat urang siak yang belajar di Surau Baru Mungka.

2.

Tanggal penting seputar aktivitas beliau ke Makkah, kehidupan keluarga, dan catatan ladang dan sawah.

3.

Tanggal didirikan surau Mungka, mencakup kapan mulai menebang kayu, kapan mulai dibangun, dan kapan selesainya.

4.

Tanggal penyimpanan uang, beserta nama dan jumlahnya dalam rupiah (zaman Belanda).

5.

Dan lain-lain.

Selain catatan ini, dalam kitab-kitab yang beliau muthala’ah, mencakup kitab-kitab besar seperti Tuhfah, Nihayah, Tafsir Jamal Jalalain, Qamus Muhith, Ittihaf Saadat al-Muttaqin, Iqna’ Khatib Syarbaini, Fatawa Kubra Ibnu Hajar al-Haitami, I’anatut Thalibin, Ghayah al-Wusul, al-Maktubat Imam Rabbani/, dan lain-lain, beliau cermat menulis kapan mulai memuthala’ah (mempelajarinya) dan kapan selesainya. Selain itu, pada sampul beberapa kitab dituliskan mimpi-mimpi beliau, beserta tanggal, bulan, dan tahunnya kata Apria Putra”

JUSTIC / 2019

20

SANTRI VOICE Langkah Awal Dalam Menghadapi Era Globalisasi, Perkembangan Teknologi Dan Perang Idiologi

E

ra globalisasi dan perkembangan teknologi tidak selalu berimbas positif. Terutama di kalangan para santri.

Banyak dari golongan santri yang terseret arus globalisasi tersebut. Sebagai contoh kasar saja santri yang bermain Tik Tok. Siapa dari golongan muda santri sekarang yang tidak tau menau tantang aplikasi perusak maru’ah tersebut. Bahkan kominfo sendiri sempat memblokir Tik Tok dari Play Store. Yang jadi pertanyaan bagi saya adalah kenapa pihak Yayasan atau pihak sekolah tidak mengambil satu tindakan pencegahan dan malah terkesan acuh tak acuh terhadap anak didiknya. Bukankah tujuan dari Lembaga Pendidikan itu untuk memperbaiki moral seorang santri supaya tidak terseret oleh arus globalisasi dan supaya bisa bertahan di perang Idiologi yang saat ini sedang berkecambuk di tengah masyarakat Indonesia ??. Dan apakah mereka mampu mempertahankan I’tikad mereka dan pendirian mereka yang telah lama dibangun ketika nanti mereka telah menerima ijazah canduang dan telibat langsung di tengah ganasnya perang idiologi ini.

Jadi seberapa pentingkah maru’ah dan mempertahan idiologi ketarbiyahan. Di sini saya mencoba memberikan sedikit solusi. Yang pertama yaitu meningkatkan kedisiplinan bagi para santri terutama di asrama. Kenapa saya berani berbicara seperti itu? . Sebab menurut sudut pandang saya kedisiplinan di asrama sangat amburadul angek-angek cik ayam. Kenapa? Karena masih banyak anak asrama yang merima suntikan faksin ideologi baru dan berbagai dampak-dampak negatif dari era globalisasi dan teknologi masa kini. Masih banyak santri yang notabenya seorang murid tarbiyah canduang bahkan yang bertempat tinggal di asrama memiliki Smartphone. Ini menjadi bukti ketidak tegasnya sekolah kepada anak didiknya.

Kedua saya berharap kepada pihak yang berwenang dari sekolah untuk menambahkan belajar malam sebagai kurikulum wajib madrasah. Sebab para santri yang bertempat tinggal di kos-kosan malah membuang waktu belajarnya untuk berselancar di dunia maya dan bermain game yang sangat menyita waktu sampai-sampai kluyuran tak jelas di malam hari, apakah ini yang di sebut santri? Calon ulama masa depan? Dan tragisnya lagi mereka bahkan ada yang tidak pernah mengulang kaji yang telah mereka pelajari di madrasah pada malam harinya.

Bukankah istilah maulang kaji itu merupakan salah satu cara untuk mendekati kesempurnaan Ilmu Agama serta ilmu-ilmu dunia lainnya.

Ketiga adalah supaya pelajaran kitab tauhid Addasuki yang menjadi pondasi dasar untuk mempertahankan diri dari perang ideologi ditancap kuat serta dimatangkan dalam diri setiap santri. Pada salah satu sesi tukar pikiran antara murid dan ustad muncul satu pertanyaaan dari seorang santri kelas 7 tentang bagaimana cara agar dirinya bisa mempertahankan I’tikad ahlussunah wa jamaah saat akan merantau jauh setelah lulus nanti. Lalu sang Ustadz mengatakan bahwa beliau sangat menyesali bahwa beliau tidak sanggup rasanya melepas anak didik beliau ke dunia luar sebab mereka belum matang dalam mengkaji ilmu tauhid. Dan beliau juga menambahkan tidak cukup rasanya bahwa ilmu tauhid hanya di pelajari dua jam seminggu. Sebab Syekh Sulaiman Arrasuli berwasiat bahwa dengan mengkaji Kitab Addasuki dan dikhatam berkali-kali sudah mampu mempertahankan I’tikad ahlussunah wa jamaah. Diperang idiologi yang menimpa bangsa kita pasca saat ini. Kesedihan beliau sangat sangat tergambar jelas di kelas kami kemarin Minggu, 24 Februari 2019.

Kesimpulannya yang pertama madrasah harus lebih tegas kepada anak didiknya dalam kedisipilanan dan tata tertib. Kedua pihak sekolah harus menambahkan belajar malam sebagai kurikulum wajib tarbiyah. Agar para santri bisa lebih terkontrol pada saat malam hari dan tidak keluyuran di malam hari. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya. Dan yang ketiga adalah supaya pelajaran tauhid kitab Addasuki di khatamkan. Dan sebaiknya berkali kali supaya lebih kokoh dalam diri santri dalam mempertahankan I’tikad ahlussunah wa jamaah di tengah perang idiologi yang sedang berkecampuk di bangsa kita. Terahir penulis mohon maaf pada kesalahan penulisanan kata dan lain sebagainya, sebab si penulis masih berusaha dalam memperbaiki tulisannya. Dan apabila ada pihak yang merasa tersinggung memang itu tujuannya karna yang kita bahas di sini adalah I’tikad, bukan hal yang sepele dan penulis juga berharap supaya apa yang menjadi buah pikiran sang penulis ini direalisasikan oleh pihak Yayasan dan sekolah. Dan nantinya para lulusan Tarbiyah Islamiyah Canduang ini menjadi seorang ulama yang bisa membimbing masyarakat serta Bangsa Indonesia dari perang Idiologi ini, terima kasih. || redi fikri

21

JUSTIC / 2019

SANTRI VOICE

1.

Pendidikan merupakan salah satu yang terpenting bagi manusia. Salah satu yang mendukung suksesnya pendidikan adalah adanya kenyamanan sarana dan prasarana madrasah, tetapi hal tersebut belum dirasakan oleh sebahagian santri mereka merasa adanya ketidak nyamanan dalam proses belajar mengajar, dikarenakan kondisi kelas yang sempit, pengap dan gelap yang berpotensi menyebabkan sebahagian santri mengantuk dalam keadaan belajar. Bahakan , saat canduang mengalami musim hujan,salah satu kelas dan beberapa kelas dirundung kegelapan karena tidak adanya lampu. Salah seorang santri pun berinisiatif untuk membeli lilin agar dapat belajar dengan pencahayaan yang minim.

Selain dirundung kegelapan air hujan pun turut membasahi ruangan kelas melalui celah-celah atap dan proses belajar mengajar pun terganggu.

Oleh karena itu kami sebahagian santri mengharapkan kelas yang nyaman, baik dikemudian harinya. (gita)

2.

Bukannya tidak tahu, tapi mereka tahu bahwa kedisiplinan sekolah dan kecuekan para siswa selalu menimbulkan berbagai macam pro kontra yang pelik untuk dibicarakan. Sehingga pada pendidikan beberapa tahun kebelakang baik dari santri maupun dari pihak madrasah selalu mengalami penurunan dari segi kualitas terutama pada pendidikan karakter. Adab dan tingkah laku, yang merupakan sebuah proses yang sangatlah penting diajarkan pada peserta didik. Bahkan para ulama terdahulu saja menuntut adab itu berpuluhpuluh tahun lamanya sebelum mendapatkan ilmu dari gurunya, tapi kenapa toh zaman sekarang malahan adab dan tingkah laku baik itu cenderung menghilang? Kian hari hingga setiap tahun karakter anak bangsa Indonesia ini selalu merosot pada perilaku yang tidak baik. Dimana salahnya? Siapa yang bersalah atas ini?? Ini menjadi sesuatu yang mengganjal bagi saya setiap membicarakan tentang anak zaman sekarang, sebagai bentuk keprihatinan nan mendalam terhadap bangsa Indonesia tercinta. (ahooy.com)

JUSTIC / 2019

22

2 OSTI : SIAPKAN RENCANA MILAD DAN PERAYAAN

O

rganisasi Santri tarbiyah Islamiyah (OSTI) Canduang periode 2018/2019 mulai menjalankan berbagai kegiatannya di dalam dan di luar kampus MTI Canduang. Dalam menjalankan program rutinnya, OSTI tetap mengadakan kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat para santri seperti kegiatan muzakarah, muhadarah dan kegiatankegiatan menarik lainnya saat pengembangan bakat dan minat. Muhammad Kamil, selaku Ketua OSTI yang dilantik pada Senin, 1 Oktober 2019 lalu mengatakan, program OSTI pada periode tahun ini lebih banyak dari periode sebelumnya dan setiap kegiatan sudah ditunjuk pengurus yang akan mengkoordinir sehingga lebih mudah dalam menjalankan kegiatan tersebut. ‘’ Program yang dilakukan OSTI pada tahun ini ada yang telah dilaksanakan seperti kegiatan sosialisasi yang diadakan di dalam ruang belajar dua kali peretemuan dalam satu bulan, peringatan hari santri nasional, classmeting , diskusi antar santri, lomba tebak gaya dan kegiatan lainnya. Adapun program OSTI yang belum

23

JUSTIC / 2019

terjalan seperti Milad Tarbiyah dan Perayaan Pemberian Ijazah masih dalam rancangan pengurus OSTI,’’ ujar Kamil, Sabtu (11/2).

Selain kegiatan rutin, OSTI bekerjasama dengan JUSTIC juga baru mengadakan kegiatan seperti dzikir dan yasinan Haul Syekh Sulaiman Arrasuli yang diadakan pada 3 Februari 2019 dan lomba cipta puisi dan karikatur yang berkaitan dengan tarbiyah dan Syekh Sulaiman Arrasuli serta yang dilaksanakan akhir tahun kemarin yaitu Latihan Kepemimpinan Tarbiyah Islamiyah (LKTI). Dan program ini disambut antusias oleh santri MTI Canduang. ‘’ Untuk acara Haul Syekh Sulaiman Arrasuli memang baru kali ini diadakan dengan dzikir dan yasinan di halaman madrasah. Dan untuk LKTI tahun ini bukan hanya dihadiri oleh santri drai Provinsi Sumatera Barat saja namun juga dihadiri oleh santri dari Riau dan Jambi,’’ tambahnya.

SUSUNAN KEPENGURUSAN OSTI CANDUANG 2018/2019 Pembina: Lukman Hakim Ketua: Muhammad Kamil Wakil Ketua: Irfan Rahim Sekretaris: Adli Zil Ikram Secretariat: Fajria Ramadhani Bendahara I : Farah Jelita Bendahara II: Alivia Nada Putri

2018/2019 Untuk kegiatan diluar madrasah, OSTI juga aktif mengutus santri untuk mengikuti kegiataan perlombaan, baik perlombaan akademik ataupun non-akademik. Seperti perlombaan khutbah, azan, nasyid, kitab standar, bidang studi bahasa inggris, biologi, matematika dan lain-lain.

Adapun saat ini, OSTI masih merencanakan persiapan Milad Tarbiyah dan Pra Ijazan santri kelas 7 yang akan diselenggarakan pada bulan April dan Mei mendatang. ‘’ Untuk saat ini tema untuk Milad dan Perayaan Pemberian Ijazah masih didiskusikan oleh pengurus OSTI, tapi kami berharap agar warga tarbiyah mau membantu dan memberikan kami dukungan agar kegiatan Ini dapat berjalan lancar dan sesuai dengan apa yang kita inginkan,’’ tambah Kamil. ||Delvy Everanti Noer

Departemen PDD (Pendidikan Dan Dakwah) Ketua: Hidayatul Fajri Anggota: - Aldi Musliadi - Afandi - Arief Abdullah - Khairul Fajri - Robbiah Nurul Islami - Putri Handayani - Novella Syadirha - Vonny Utami Yulhendra - Geri Septian Departemen PBM (Pengembangan Bakat Dan Minat) Ketua: Zibran Azizi Obeid Anggota: - Govinda Delva Saputra - Fandy Umamah Ahmad - Junpito Salaim - Fadhil Muhammad - Indah Cahyani Pertiwi - Dewi Rona Sutra - Rehan Fadhilah - Hudia Ilan Ni’mah

Departemen Sosial Ketua: Alga Wahyudi Anggota: - Fadhel Irmansyah - Paza Fauzan - Alhamdi Suhendra - Husna Amirah - Insan Muslimah - Syafril - Anisa Amelia Departemen Olahraga Ketua: Ifzu Aimar Anggota: - Evan Kurniawan - Fikril Utama - Nur Aspa Laila - Miftahul Jannah - Wiana Perista - Rafli Hermawan - Fairuzane Reza Nabila - Aulia Dinda Puspita Departemen Logistik Ketua: Aldi Ramadhani Anggota: - Fikri Fakhrudin - Muhammad Agung - Gilang Undrawan Putra - Novera - Lysa Zhuhatri - Hermita Fitri - Nur Adi Saputra - Julnaidi

JUSTIC / 2019

24

PRATICA SQUAD PANTANG KATA “MENYERAH”

P

ramuka Tarbiyah Islamiyah Canduang atau yang biasa disingkat PRATICA adalah sebuah kegiatan ekstrakuler wajib yang terdapat di MTI Canduang. Di dalam pramuka santri diajarkan menjadi pribadi yang disiplin, tegas dan bertanggung jawab. Bukan sekedar latihan baris berbaris saja yang diajarkan, berbagai kegiatan lain seperti lomba ke pramukaan pratica juga aktif mengikutinya.

Seperti lomba yang diadakan di IAIN Bukittinggi kemarin (25/12), PRATICA juga ikut memenuhi undangan untuk mengikuti lomba yang diadakan disana seperti lomba Peraturan Baris Berbaris (PBB), pionering, cerdas cermat pramuka, dan lain lain. Lomba antar tiga provinsi sumatera barat, riau, jambi ini mereka adakan dengan nama REACSI XI tingkat penegak yang di ikuti sekitar 20 kontingen. Hampir seluruh lomba yang diadakan diikuti oleh PRATICA namun lomba cabang desain tidak diikuti karena belum mampu untuk mengikutinya.

25

JUSTIC / 2019

Dalam hal ini Eva Gustina selaku Pembina PRATICA menjelaskan kepada seluruh anggota PRATICA bahwa dalam kegiatan perlombaan ini bukan juara-lah yang akan dicari, tapi di perlombaan inilah salah satu cara mengetahui sudah sampai dimana batas kemampuan dan hasil latihan selama ini, soal menang dan kalah itu adalah hal yang biasa terjadi disetiap perlombaan.

Menurut pengakuan salah seorang anggota PRATICA “ Waktu mengikuti lomba tersebut, ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil, mulai dari kekompakan, semangat, dan kita saling kenal mengenal satu sama lain. Dalam mengikuti lomba.

Ya, memang kita belum bisa selihai seperti kontingen yang lain,tapi kita bisa mengeluarkan bakat kita masing masing.

“Kita bisa menilai dan membandingkan seberapa kekurangan kita dengan kontingen yang lain.kita bisa melihat gimana pramuka yang lain dalam melakukan suatu kebersamaan. Ini bukanlah akhir perjuangan kita tapi ini adalah

awal dari semuanya. PRATICA FIGHTING. ” Tutur salah seorang anggota PRATICA. Dan pada tanggal 18 januari 2019 lalu, PRATICA yang setiap tahunnya melalukan acara kenaikan pangkat mulai dari tingkat ramu hingga bantara melaksanakan pelantikannya dimulai dari lapangan bola Koto Tuo, Canduang.

Sesampainya di sana, seluruh anggota pramuka berbaris sesuai dengan masing-masing kelompok yang telah ditentukan.Dan setiap kelompok diberikan pengarahan tentang petunjuk jalan, serta bagi setiap kelompok hanya diberi 1buah jam dan 1buah handphone untuk keperluannya... v

Sebelum melanjutkan perjalanan, anggota pramuka melakukan pembukaan serta diberikan arahan dan instruksi oleh wakil kepala bagian kesiswaan Zuryati Ilyas.

Dalam melakukan perjalanan, antara santri putra dengan putri diberikan jalur dan arah panah yang berbeda dan dipisah. Setibanya di pos pertama anggota pramuka diberi pertanyaan seputar sejarah pramuka di dunia dan pramuka di Indonesia oleh para senior pramuka.Dan jika seseorang tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut maka akan diberi hukuman yaitu push up.

Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju pos ke-2 melewati jalur yang telah diberi petunjuk dan kode.

Setibanya di pos ke-2 mereka diberi sebuah tantangan untuk memecahkan sandi serta membuat tandu, setelah memecahkan sandi yang diberikan, anggota

diperintahkan untuk mencari hewan yang boleh dimakan dan tumbuhan yang bisa digunakan untuk obat obatan sambil melakukan perjalanan menuju pos ke-3. untuk menuju pos ke-3 rintangan perjalannya lebih sulit dari yang sebelumnya, di pos ke-3 anggota harus memecahkan materi smarpore .

Setelah sholat para anggota pelantikan menuju sawah untuk melakukan rintangan selanjutnya berupa merayap,melakukan PBB di sawah serta mencari lambang untuk tingkat yang akan di naik kan,setiap tingkat hanya ada 2 lambang yang di sembunyikan. setelah setelah mendapatkan tingkat yang akan di naik kan para anggota berbaris untuk persiapan pulang.

Penutupan dilaksanakan di sawah tersebut dibimbing langsung oleh para senior Pramuka MTI Canduang. ||Nurul Etikah

Poskestren

Madrasah Bersih dan Sehat, Kapan ?

M

elalui pembinaan penuh dari puskesmas Lasi Kecamatan Canduang.

Para kader Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN) dibimbing secara langsung saat sosialisasi yang diadakan pada 14 September 2018 kemarin. Kegiatan sosialisasi ini diadakan dalam rangka memberi pelatihan bagi kader POSKESTREN, mereka diberikan materi tentang masalah kesehatan yang sering terjadi di madrasah seperti penyakit kulit, masalah pada perut, pengaruh jajanan yang tidak bersih dan masalah kesehatan lainnya. Serta dijelaskan juga cara penyelesaian masalah kesehatan bila keadaan itu terjadi pada santri madrasah.

Hampir 50 kader POSKESTREN hadir mengikuti sosialisasi yang

dibina oleh Nilma Yanti selaku Pembina POSKESTREN. Juga dihadiri oleh Raisul ‘Am madrasah H. Badra Syahruddin ar-Rasuli yang secara langsung beliau juga termasuk pelopor dari madrasah sehat bebas sampah. Namun dalam penjelasan materi tentang kesehatan itu para kader POSKESTREN merasa bahwa waktu yang digunakan ini tidaklah cukup mempelajari semua, sehingga seluruh hadirin yang berhadir waktu itu sepakat akan mengadakan sosialisasi lanjutan pada 8 November 2018.

Hingga tibalah pada hari yang direncanakan, kader yang terdiri dari kelas 3 sampai 7 ini mengadakan sosialisasi di auditorium madrasah bersama dengan pemateri dari Puskesmas Lasi. Kali ini mereka membahas fungsi menjadi kader

POSKESTREN diantarnya; sebagai inspirator bagi seluruh santri, sebagai innovator, inisiator, aktivator, motivator juga sebagai implementasi (pelaksana). Demikian yang terlaksana pada hari itu. Para kader POSKESTREN berharap dengan diadakannya sosialisasi ini terwujudlah cita-cita menjadi madrasah yang bersih dan sehat dengan cara menerapkan materi yang telah diajarkan. Nadia efendi

JUSTIC / 2019

26

MTI CANDUANG JUARA OLIMPIADE KIMIA DAN CHEMISTRY SCRABBLE

M

TI Canduang mengikuti olimpiade Kimia (05/02) yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Univertas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat mengadakan Olimpiade Kimia dan Chemistry Scrabble untuk para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Olimpiade ini diikuti oleh sekitar 580-an peserta dari seluruh Indonesia dan Chemistry Scrabble diikuti oleh 24 grup, setiap grup terdiri dari 3 orang. Perlombaan ini merupakan perlombaan berskala Nasional. “Kegiatan ini berlangsung dengan cukup menyenangkan” sebagaimana ungkapan salah satu peserta dari sekolah lain.

Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang (MTI Canduang) juga ikut serta dalam kegiatan ini. MTI Canduang mengirim 1 orang guru pembimbing (Nur Hamidah Annar), 5 peserta untuk Olimpiade Kimia (Gebbyta Elwisandy, Riska Anggraini, Safrianto, Muhammad Al Faridzi, Ziddan Muhammad Albadri) dan 2 grup Chemistry Scrabble (Muhammad Afdhal Syafli, Muhammad Irvan, Amalia Solikhah, Safrianto, Ziddan Muhammad Albadri dan Riska Anggraini), 3 orang diantara peserta Chemistry Scrabble juga ikut serta dalam Olimpiade Kimia, sehingga mereka menjadi peserta ganda. Sesampainya di Padang, peserta dari MTI Canduang melakukan pendaftaran, setelah mendaftar peserta pun mengikuti acara pembukaan Olimpiade Kimia dan Chemistry Scrabble yang diadakan di Auditorium Universitas Andalas. Pembukaan ini dimulai kira-kira pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 11.00 WIB. Pada pukul 11.30 WIB, Olimpiade Kimia pun dimulai, Olimpiade ini berlangsung selama kurang lebih 110 menit. Kemudian istirahat salat zuhur, lalu dilanjutkan dengan lomba Chemistry Scabble yang berlangsung dari pukul 13.00 WIB. Perlombaan ini terdiri dari 3 sesi, eliminasi, semi final, final.

Satu grup MTI Canduang yang terdiri dari Amalia Solikhah, Muhammad Afdhal Syafli dan Ziddan Muhammad Albadri berhasil memasuki sesi semifinal.

Grup ini berduel dengan 2 grup lainnya . kemudian grup ini juga berhasil masuk ke sesi final, berduel dengan grup dari Sekolah Menengah Atas Kimia Bogor dan Perlombaan ini berlangsung cukup menegangkan bagi peserta MTI Canduang, karena ini adalah kali pertama MTI Canduang mengikuti perlombaan mengenai Kimia, hal ini tentu membuat peserta agak gelisah, sebagaimana diungkapkan Nur Hamidah Annar (guru pembimbing) kepada crew Justic “ Kenapa perasaan saya begitu gelisah ?”. Pada pukul 15.30 WIB perlombaan pun usai dengan di akhiri sesi pengambilan foto oleh masingmasing peserta.

Hasil perlombaan ini diumumkan pada pukul 16.00 WIB, salah satu peserta MTI Canduang berhasil menduduki peringkat 193 dari 580-an peserta. Tentu hal ini cukup membanggakan nama sekolah sebagaimana ungkapan Armanis yang merupakan salah seorang guru di MTI Canduang “Kalian sangat membanggakan sekolah“, karena berdasarkan penelusuran crew Justic inilah pertama kalinya MTI Canduang ikut berkompetisi dan “Mendapatkan hasil diluar dugaan,“ seperti ungkapan Muhammad Afdhal Syafli (salah seorang peserta)

27

JUSTIC / 2019

Lalu pada pukul 17.00 WIB diumumkan hasil perlombaan Chemistry Scrabble, peringkat pertama dari 24 grup, perlombaan ini dimenangkan oleh grup dari MTI Canduang yang terdiri dari Amalia Solikhah, Muhammad Afdhal Syafli dan Ziddan Muhammad Albadri. “Hal ini tentunya sangat membahagiakan sekolah,“ begitulah ungkapan Nur Hamidah Annar, karena perlombaan ini merupakan perlombaan tingkat SMA-sederajat se-Indonesia.

Usai penerimaan hadiah, para peserta dari MTI Canduang pulang pada pukul 18.00 WIB dan sampai di rumah masing-masing pada pukul 23.30 WIB. Kepulangan santri disambut oleh civitas akademi MTI Canduang, dan dalam kesempatan itu salah seorang unsur pimpinan Zuryati Ilyas mengungkapkan rasa harunya pada apel pagi hari berikutnya (10/02) “Semoga akan banyak bermunculan santri yang seperti itu. Semoga prestasi ini dapat dipertahankan dan dan dapat lebih ditingkatkan lagi.

Semoga dapat menjadi tauladan bagi santri MTI Canduang lainnya,” tuturnya. ll Muhammad Irvan

DARI CANDUNG AKU DITEMPA Oleh : Alaiddin Koto

L

ima puluh tujuh tahun sudah kini berlalu, sejak pertama kali saya menginjakkan kaki di Madrasah Tarbiyah Islmiyah Candung, madrasah yang cukup terkenal sebagai tempat dicetaknya ulama-ulama mumpuni di kampung saya, Magek, Tilatang Kamang.

Berkunjung ke Surau Tinggi yang sampai saat ini masih terlihat asli ketika seminar untuk “Mengusulkan Buya Syekh Sulaiman Arrasuli sebagai Pahlawan Nasional” di bulan Februari 2018 membuat ingatan saya melayang kembali ke tahun 1967, 57 tahun yang lalu itu. Terlalu banyak kenangan untuk ditulis.

Terlalu banyak cerita yang ingin dikata. Begitu berkesan hidup pakiah merantau di taman ilmu. Tidur di surau beralas lapiak. Menanak nasi makan bersama, kadang-kadang hangus kadang-kadang berkerak.

Membuat bubur kaleok bersama kawan se surau. Enak rasanya tidak bisa dikata. Karena hanya itulah yang hanya bisa. Belum ada donat atau pun cokelat. Maklum belanja hanya pas sampai malam jumat. .

Berselimut tipis, menahan dinginnya malam, tidak membuat hati ingin surut ke belakang, pulang kampung membatalkan niat.

Di Candung saya mulai merasakan rindunya kepada Ayah Dan Ibu. Di Candung saya mulai merasakan rindunya kepada kampung halaman.

Di Candung saya mulai belajar makna dan arti kehidupan. Di Candung saya mulai merasa manisnya ilmu. Di Candung juga saya mulai merasakan tantangan hidup, lepas dari dekapan dan belaian kasih sayang ibu. Belajar mandiri hidup bersama orang lain yang baru hadir dalam kehidupan.

Kesejukan alam, kesuburan bumi, dan keindahan surya pagi dan petang di lereng Merapi membuat rasa betapa manisnya hidup dan juga getirnya kerinduan kepada ibu, kepada ayah, kepada sanak saudara, kepada teman sepermainan.

Lambaian surya di ufuk Barat ketika hendak pergi meninggalkan siang membuat air mata mengalir di pipi.

Tanah negeri Candung yang tinggi, memberi keleluasaan mata untuk menengok negeriku yang indah dari kejauhan. Keliauan cahaya kuning

ALUMNI

perak sang mentari senja yang menerpa hamparan padi yang mulai masak di negeri Magek membuat hati saya merindu hampir-hampir tak tertahankan, “aku ingin pulang, aku ingin memeluk ibu, aku ingin bermain dengan adik yang kutinggalkan, aku ingin dan ingin, semua kenangan kecil berulang kembali ketika itu.”

Tapi bisikan al-kalamu huwallafzul mufidu bil wadhi menahan gerakan kakiku. Jangan kembali sebelum kaji usai dipelajari. Jangan surut sebelum yang dituntut sampai di genggaman. Membayang wajah ibu yang menunggu. Menunggu anak penuh harap. Harap anak membawa ilmu menjadi “orang.” Walau harus menunggu berbilang masa. Walau harus menunggu berhabis usia.

Tapi tidak aka kata mundur ke belakang walau berapa besarpun aral melintang. Doa dipanjatkan pagi dan petang, walau lelah sering datang.

Ya. Ibu dan Mak Tuo lah yang bersikeras mengantarkan saya sekolah ke Candung. Mereka menginginkan anaknya menjadi ulama.

Tidak sekalipun saya dengar beliau bercerita tentang kaya atau kekayaan harta. Beliau hanya berkisah tentang budi dan ketinggian pekerti. Tidak pernah saya dengar beliau kagum kepada orang kaya dengan kekayaannya.

Hanya kebaikan orang yang selalu dikisahkannya. Hanya kesalehan orang yang selalu diceritakannya.

Hanya ketinggian budi pekerti Nabi yang didendangkannya sebagai pengantar tidurku di malam hari.

Itulah alasannya mengapa ia ingin saya sekolah ke Candung, sekolah yang dalam pandangannya menjadi tempat dicetaknya ulama.

Itu pulalah yang akirnya saya rasakan selama di Candung. Angku (panggilan kami para murid kepada Guru pada waktu) adalah Guru-Guru yang ikhlash. Keikhlasan adalah urusan hati. Maka hati pulalah yang dapat menangkap ikhlash atau tidak ikhlasnya seseorang dalam perbuatan atau amalnya. Sara merasa sekali betapa para guru saya ikhlash mengejer, memberikan ilmunya kepada kami para muridnya. Tidak ada gaji yang besar. Tidak ada pakaian seragam. Yang ada hanya gaji ala

kadarnya. Tidak pula uang semuanya, tetapi sebagian dengan beras iyuran murid-muridnya. Bila diukur dengan kebutuhan mereka, pastilah tidak akan sepadan. Tetapi keikhlasan membuat beliau-beliau hidup dalam kecukupan dan ketenangan.

Semua guru dekat dengan kami para muridnya, mencontohkan keqanaahan, kesederhanaan, ketawadhuan, kerendahan hati dan kemuliaan diri sebagai orang berilmu, persis seperti yang diharapkan oleh ibu saya untuk saya teladani. Sulit bagi saya menukilkan semua itu dalam ruang sangat terbatas ini.

Begitu banyaknya sifat keutamaan yang dicontohkan oleh angku dan buya kepada kami para muridnya, sehingga saya tidak cukup energi untuk mengungkap semua. Energi saya untukkan buat berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa “agar semua guru ku dimasukkan ke dalam surga Jannatunnaim, dan kami para muridnya diberi kekuatan untuk dapat melanjutkan amal dan ketauladan mereka kepada anak cucu dan umat yang ditinggalkan.”

Kini, sungguh, saya tidak tahu, apakah saya ini jadi ulama seperti diimpikan ibu atau tidak. Tetapi yang jelas harapan ibu agar anaknya menjadi orang yang berguna semoga dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Saya juga tidak tahu apakah saya sudah menjadi murid dan alumni yang diharapkan oleh Madrasah saya di Candung atau tidak, tetapi paling tidak saya tetap berharap murid dan alumninya ini ada gunananya untuk bangsa dan agama. Sungguh, walau dulu sering diejek sebagai pakiah dan anak siak yang disiapkan untuk menjadi ‘urang siak’ tukang doa patang kamih malam Jum’at, saya sangat bangga dengan almamater dan guru-guru yang telah menempa saya menjadi seperti ini hari ini, alumni Candung yang tidak hanya sekedar pandai “mandoa,” tetapi pandai juga meneroka untuk semua.

Terimakasih Angku dan Buyaku.

Abadilah Engkau dalam surga bersama amalmu. Aamiin.

JUSTIC / 2019

28

Anak Siak Mengaji ke Universitas Al-Azhar, Pentingkah ?

Oleh : Afriul Zikri

A

l-azhar adalah diantara pasak ilmu, poros kebenaran dan barometer islam moderat di dunia saat ini, sejak tahun 972 M sampai saat ini Al-Azhar telah berumur 1047 atau 10 abad lebih. Sejarah waktu yang begitu panjang telah menjadi bukti bahwa Al-Azhar telah melahirkan begitu banyak ilmuan dan para ulama kharismatik yang berpengaruh di dunia. Siapa yang tidak kenal Syaikhul islam Imam Ibrahim alBajuri (w.1277 H) sosok ulama Al-Azhar yang begitu produktif, berbagai kitab syarah dan hasyiah beliau dipelajari pada umumnya di berbagai pondok pesantren Tarbiyah Islamiyah Sumatera barat khususnya dan Indonesia umunya. Diantara kitab beliau yang populer dikalangan anak siak Sumatera barat adalah Hasyiah ‘Ala Syarhi Ibni al-Qosim al-Ghazzi’ ‘Ala Matni aby asy-Syuja’i atau yang populer disebut Hasyiah Bajuri. Karangan beliau yang juga tidak kalah populernya dikalangan anak siak adalah Tahqiq al-Maqom, hasyiah daripada kitab Kifayatu alawam. Dan juga sederetan karangan beliau yang tidak mungkin kita lis satu persatu dalam tulisan ini. Dan siapa juga yang tidak tau dengan Imam Mahalli (w.864 H) sosok ulama yang produktif dan memiliki nalar yang tajam, berbagai karangannya yang fenomena bejibun tersebar di seantero dunia, begitupun dikalangan anak siak Tarbiyah Islamiyah. Diantara buah pena beliau

29

JUSTIC / 2019

yang paling populer dikalangan anak siak adalah Kanzu ar-Roghibin fi Syarhi Minhaj ath-Thalibin atau populer dengan sebutan Syarah Mahalli dalam bidang fikih, biasanya dipelajari di kelas tingkat akhir di berbagai pondok pesantren Tarbiyah Islamiyah. Juga kitab tafsir yang dikenal dengan Tafsir al-Jalalain, beliau mengawali penulisan tafsir sejak dari awal surah Al-Kahfi sampai dengan akhir surah An-Nas, setelah itu beliau menafsirkan surah Al-Fatihah sampai selesai. Beliau kemudian wafat sebelum sempat melanjutkannya.

Murid beliau Jalaluddin as-Suyuthi kemudian melanjutkannya dan memulai dari surah Al-Baqarah sampai dengan surah Al-Isra’. Juga kitab Syarh alWaraqat, al-Badru ath-Thali’ fi Halli Jam’i al-Jawami’, Syarh Mukhtashar Burdah dan lainnya sebagaimana yang telah tersebar diseluruh penjuru. Juga para ulama lain yang tidak asing dalam benak kita seperti Imam As-Subki (w.771 H) pengarang Jam’i al-Jawami’, Ibnu Hajar Asqalani (w.852 H) pengarang Fathu al-Bari, Zakaria al-Anshari (w.926 H) pengarang Asna al-Mathalib, imam Suyuti (w.911) pengarang al-Asybah wa an-Nazhair, Ibnu Hajar al-Haitami (w.973 H) pengarang Tuhfatu alMuhtaj, Syihabuddin ar-Ramli (w.957 H) pengarang Fathu ar-Rahman Syarah matan Zubad, Syamsuddin ar-Ramli (w.1004 H) pengarang Nihayatu al-Muhtaj, Syekh Abdul Wahab Sya’rani (w.973 H), Khatib

Syarbini (w.977 H) dan banyak yang lain lagi. Maksud saya menuliskan nama-nama para aimmah diatas adalah untuk menunjukkan bahwa mereka adalah diantara putra-putra terbaik Al-Azhar. Ya, benar mereka adalah sederetan nama tokoh alumnus Al-Azhar, yang mana ilmuilmu mereka yang tertuang dalam bentuk karya-karya telah menjadi rujukan dan literatur dunia islam semenjak ratusan tahun lamanya.

Ini menjadi saksi sekaligus bukti bahwa Al-Azhar telah berhasil melahirkan sederetan tokoh yang menjadi pasak dan tiang dunia keislaman. Nah, diantara poin yang mau saya tekankan dalam tulisan ini adalah bagaimana kita ; “anak siak” menyadari bahwa menuntut ilmu ke luar negri terutama Timur Tengah adalah salah satu cara kita dalam menjaga sanad keilmuan yang telah diusahakan oleh pendahulu kita, para ulama dan masyaikh dari Tarbiyah Islamiyah, terlebih lagi Maulana Syekh Sulaiman Ar-Rasuli Rahimahullahu taala.

Karena tidak bisa kita pungkiri, para ulama di Timur Tengah secara riwayat keilmuan dan nasab keturunan memiliki ketersambungan dan ikatan yang lebih dekat dibandingkan yang lainnya terhadap para ulama dunia, diantanya yang telah saya paparkan diatas. Mereka adalah para ulama Al-Azhar AlSyarif. Oleh karenanya Universitas tertua di dunia ini menjadi salah satu destinasi untuk menuntut ilmu yang begitu cocok bagi anak siak dalam rangka melanjutkan kaji yang telah didapat di Pondok Pesantren dan menjaga sanad keilmuan dengan langsung belajar kepada para ulama yang memiliki kapabelitas yang tidak perlu diragukan lagi.

Al-azhar al-Syarif adalah Jami’atan (Universitas) dan Jami’an (Masjid). Di Universitas tertua di dunia ini, para mahasiswa Al-Azhar belajar dengan para doktor dan profesor dengan sistem klasikal yang menggunakan diktat, pada umumnya adalah kitab turots yang sudah diberi ta’liq (syarahan-penjelasan) oleh para doktor atau profesor yang mengajar itu sendiri. Disamping belajar dibangku kuliah secara formal, para mahasiswa juga memanfaatkan Masjid, Arwiqoh, Madhiyafah (tempat belajar non formal) dan tempat majelis ilmu lainnya yang bertaburan disekitar Al-Azhar untuk mentransfer ilmu dari para masyaikh Al-Azhar (populer dengan sebutan “talaqqi”).

Bedanya dengan Universitas, disini menggunakan sistem halaqoh yaitu

sistem klasik yang turun temurun dipraktikkan oleh para ulama bahkan semenjak salafu al-shaleh. Berbagai disiplin ilmu langsung diampu oleh pakarnya. Baik itu ilmu alat seperti nahwu, shorof, lughoh, ma’ani, bayan, badi’, ushul fiqih, mantiq dan lain sebagainya dan juga ilmu alMaqhasid seperti ilmu tafsir, hadits, fikih dan ilmu kalam. Sehingga biah (lingkungan) keilmuan begitu hidup serta atmosfer ilmiah sangat terasa menyelimuti kita ketika berada di AlAzhar.

Kalau ada yang bertanya tentang manhaj Al-Azhar, maka tak ada bedanya dengan manhaj yang telah diterapakan di pesantrenpesantren Tarbiyah Islamiyah, yaitu sebagaimana yang di iqrarkan setiap wisudawan ketika hari penyerahan pemberian ijazah. Hal ini dapat kita temui pada penjelasan yang diutarakan oleh Syekh Ali Jumah, mantan mufti Mesir, seorang ulama yang begitu mutabahhir dan mutafannin, menerut beliau setidaknya ada tiga kategori yang dijadikan katakteristik seorang yang bermanhaj Azhari : “Seorang Azhary itu ialah Berakidah Asy'ary, bermazhab dalam pemahaman fikih dan bernilaikan tasauf”.

Karenaya, Al-Azhar pantas untuk menjadi maksud dari puisi alKhansa’ berikut ini:

“Ia mulia dan bersinar, sehingga semua orang yang memerlukan petunjuk mengikutinya. Seakanakan ia adalah gunung yang di puncaknya terdapat api yang menyinari”.

Kenapa saya kuliah di Al-Azhar ?

Alhamdulillah, saya termasuk yang Allah izinkan untuk meminum dan menyudu air jernih keilmuan langsung dari sumbernya tersebut. Sedikit bercerita tentang pengalaman pribadi, apa alasan yang mendorong saya memilih Al-Azhar sebagai tempat mengaji selanjutnya setelah menamatkan pendidikan tujuh tahun di MTI Canduang. Yang pertama, sebagaimana yang telah saya ceritakan diatas bagaimana Al-Azhar telah banyak melahirkan sederetan tokoh yang menjadi rujukan dalam literatur keilmuan islam, sehingga hal itu menjadi penyemangat utama dan jawaban yang paling membanggakan ketika dikatakan bahwa kita adalah pengikut mereka yang sedang meniti jalan sebagaimana yang telah mereka lalui. Sebagai anak siak, tentu kita sangat hobi dan telah terbiasa dengan kitab kuning, yang telah menjadi makanan sehari-hari ketika di pondok, bahkan kehobian itu mengalahkan kitab putih alias buku berbahasa indonesia...

JUSTIC / 2019

30

Diantara pelajaran yang saya minati dari dahulu adalah ushul fikih, qawaid fikih dan fikih. Entah kenapa saya begitu nyaman ketika berhadapan dengan tiga madah (mata pelajaranmapel) ini. Mungkin karena rasa ingin tahu terhadap hukum dan bagaimana prosedur jadinya hukum tersebut (istinbath), sehingga menjadikan saya agak memiliki sikap khusus ketika berhadapan dengan tiga mapel ini. Hal ini bermula ketika saya duduk dikelas lima Tarbiyah, atau kelas satu aliyah pasca belajar ushul fikih kitab Syarh Lathaif al-Isyarat pertemuan pertama bersama Ustadz Zamzami Shaleh, Lc. MH. sebelum mensyarah isi dari kitab tersebut beliau menjelaskan kepada kami bahwa dalam penulisan ushul fikih juga ada mazhab sebagaimana halnya dalam fikih yaitu ada tiga mazhab. Pertama, mazhab Jumhur dari kalangan Malikiyah, Syafiiah dan Hanabilah disebut dengan Thariqatu al-Mutakallimin, yaitu suatu metode yang memfokuskan kepada penguraian permasalahan ushul dan pembentukan kaidah-kaidah dasar tanpa ada intervensi oleh mazhab tertentu. Kedua, Thariqatu al-Fuqaha, atau yang disebut juga Thariqah Hanafiah yaitu suatu metode dalam penulisan ushul fikih yang mana kaidah-kaidah yang ada dibangun berdasarkan hukum fikih dalam mazhab tertentu. Ketiga Tharirqatu al-Mutaakkhirin yaitu metode yang mengkolaborasikan dua metode diatas. Ketika menyimak ulasan beliau, saya berangan-angan tinggi untuk bisa mengusainya.

Angan-angan saya itu tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu, terlebih lagi disela-sela setiap pelajaran beliau selalu bercerita tentang bagaimana pengalaman belajar di Al-Azhar dan bagaimana kehidupan di Mesir.

Sehingga pasca saya duduk dibangku kelas enam, saya mengutarakan niat dan menceritakan kepada beliau tentang keinginan untuk melanjutkan kuliah ke Universitas Al-Azhar. Beliau sangat apresiasi dengan keinginan saya tersebut. Dari sini beliau selalu mendukung dan bahkan selalu memberikan motivasi.

Ini adalah sekelumit alasan saya untuk melanjutkan ngaji ke Universitas AlAzhar. Dari sini saya memiliki harapan yang besar

31

JUSTIC / 2019

... “ Jika hatimu condong ke Makkah untuk ibadah, maka akalmu akan condong ke Azhar untuk ilmu”...

Kutipan daripada kalam hikmah Grand Syekh AlAzhar, al-Imam al-Akbar Prof. Dr. Ahmad at-Tayyeb al-Hasani. bagaimana kawan-kawan dan adik-adik di Tarbiyah Islamiyah juga berkeinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan ke negeri para nabi ini. Dalam rangka melanjutkan perjuangan para ulama dan buya kita terdahulu untuk tetap menjaga kaji-kaji yang telah diwariskan oleh beliau-beliau.

Bagaimana cara kuliah di Al-Azhar ?

Adalah suatu kebanggan dan nikmat luar biasa bisa kuliah di bumi para nabi ini, kebanggan bisa duduk di majelis para masyaikh, para habaib dan bertalaqqi ilmu langsung dari mereka. Nah, untuk mendapatkannya tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, membutuhkan tekad yang bulat dan usaha yang maksimal.

Karena pada dasarnya menuntut ilmu itu sendiri adalah ibadah yang tentunya tidak bisa dianggap mainmain dan remeh begitu saja.

Setiap tahunnya Kementrian Agama selalu membuka pendaftaran kuliah Timur Tengah dengan melalui tahap ujian dan seleksi. Tempat pelaksanaan seleksi biasanya tersebar pada beberapa titik kota besar di Indonesia diantaranya : Jakarta, Yogyakarta, Malang, Medan, Palembang, Pekanbaru, Banjarmasin, Makassar dan Aceh.

Dalam seleksi ini peserta akan diuji kemampuan bahasa arabnya serta

kesiapan mentalnya untuk kuliah di luar negri. Materi yang diujikan adalah seputar ilmu bahasa arab dan pengetahuan umum tentang keislaman berbentuk tulisan (tahriri) dan lisan (syafawi). Adapun tulisan biasanya soal terdiri dari hafalan Al-Quran 2 juz, pengetahuan Fikih secara umum, Sirah Nabawiyah, Hadist, Mustalahul Hadist, Ulumul Quran, Qira’ah (memahami teks dan menjawab pertanyaan seputar teks tersebut), Ta’bir, Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan Insya’ (membuat karangan dalam bahasa arab dengan judul yang telah ditentukan). Adapun ujian lisan adalah terdiri dari wawancara menggunakan bahasa arab seputar alasan dan tujuan yang mendorong kita kuliah di Al-Azhar, kemudian Qira’atu al-kitab yaitu membaca beberapa baris sebuah teks atau tulisan yang telah disediakan serta menjelaskan maksud dari teks tersebut. Selanjutnya adalah tes hafalan Al-Quran yaitu 2 Juz (minimal). Lalu persentase nilai kelulusan dibagi anatara ujian tulisan dan lisan. Namun, untuk kita pahami bahwa yang sangat menentukan kelulusan dalam tes ini sebenarnya adalah ujian tulisan, karena memiliki ktiteria dan kunci jawaban yang sama dengan seluruh soal-soal seindonesia. Sehingga bisa dijadikan patokan atau standar kelulusan.

Kalau ada yang bertanya, apa persiapan kongkrit yang memang harus kita prioritaskan untuk menghadapi ujian tersebut? Maka saya katakan, perbanyak membahas soal tes tahun-tahun sebelumnya.

Karena 40% bahkan lebih, soalsoal yang diujikan diambil dari soal tahun-tahun sebelumnya, ditambah juga dengan membiasakan diri berdialog dengan menggunakan bahasa arab. Sebetulnya, kalau boleh jujur, soal-soal yang diujikan tersebut jika untuk standar anak siak Tarbiyah Islamiyah sangat mudah sekali, terlebih soal-soal kawaidnya, yang telah jadi makanan mereka sehari-hari sebagaimana yang saya paparkan diatas. Namun menurut saya ada kekurangan anak siak ini yang perlu diperbaiki kedepannya yaitu minimnya pengetahuan tentang kosa kata bahasa arab kontemporer, karena memang dipondok kosa kata yang menjadi malakah bagi mereka adalah kosa kata yang bersumber dari kitab-kitab turots. Sehingga disini terkadang anak siak kalang kabut. Tapi ala kulli hal, persiapkan diri dengan matang, luruskan niat dan kuatkan tekad serta selalu berdoa dan meminta doa kepada guru-guru terlebih orang tua kita.

Pengalaman dan kesan pertama di negri Kinanah Sebelum berangkat ke negri kinanah ini saya membayangkan nanti ketika sampai disana kami akan tinggal dipinggir padang pasir, gersang dan sedikit air. Ternyata paradigma itu sangat terbalik dengan kenyataannya ketika kami telah

sampai di bumi par nabi ini. Ternayat mesir adalah diantara negara yang memiliki sebagian tanah yang begitu subur, walaupun sebagian besarnya adalah padang pasir, bahkan memiliki penghasilan buah-buahan dan sayuran yang melimpah. Yang mengherankan kalau dibandingkan dengan harga buahan dan sayuran di Indonesia maka sangat berbeda, lebih terjangkau dan begitu murah.

Hal ini dikarenakan berkah para nabi yang pernah bertempat tinggal disini. Sungai Nil yang terpanjang di dunia terbentang luas dan dan menjadi sumber kehidupan masyarakat Mesir.

Sungai yang melewati sebelas negara ini telah membawa keberkahan bagi negara yang dilewatinya. Bahkan hampir di setiap persimpangan jalan di Mesir tersedia air untuk kebutuhan minum dan lainnya bagi siapa saja yang membutuhkan.

Masyarakat Mesir terkenal dengan masyarakat yang berbudaya “ramah” dan “suka menasehati”. Walaupun sebenarnya watak asli dari penduduk padang pasir ini adalah keras dan tempramen, mungkin karena faktor cuaca yaitu jarang hujan menjadikan mereka berwatak keras. Karena di Mesir hujan bisa dihitung dengan jari dalam setahun yaitu selama satu minggu lebih kurang ketika mau memasuki musim dingin dan satu minggu lagi ketika penghabisan musim dingin. Keramahan orang mesir, terutama kepada wafidin (sebutan bagi mahasiswa asing) sangat terkenal, mungkin karena wafidin, terutama yang berasal dari benua Asia sangat sopan dan

beradap. Diantara sifat masyarakat piramida ini juga adalah “tidak pendendam”. Telah menjadi hal yang lumrah melihat mereka bertengkar disebabkan hanya berebut satu geneh (satu pond) ; uang mesir, setara Rp.800 lebih kurang dengan uang Indonesia. Ketika awal-awal di Mesir saya begitu heran melihat sopir bis dan penumpang bertengkar dan ribut karena hanya satu geneh, bahkan tidak jarang kemacetan terjadi disebabkan pertengkaran seperti ini. Tapi yang aneh bin ajaib yang membuat kita kagum dengan mereka adalah ketika pertengkaran itu langsung bubar hanya dengan ucapan “Shallu ‘allannabi” atau “Ittaqullah”dari orang ketiga yang datang mendamaikan. Seolah-olah kalimat ini adalah sihir yang mujarab yang bisa meredam kemarahan dan mendamaikan anatara dua yang kusumat.

Kesan menarik yang juga saya rasakan pada masyarakat Mesir adalah “Suka membaca dan mendengarkan tilawah al-Quran”.

Bukan suatu yang tabu kita temui diatas bis orang-orang membaca al-Quran baik muda maupun tua, terlebih lagi dalam bulan Ramadhan, seolah-olah al-Quran adalah oksigen, alat untuk bernafas, dimana-mana akan kita temukan senandung al-Quran.

JUSTIC / 2019

32

Hampir disetiap toko atupun warung-warung kita jumpai Radio atau TV yang memutar tilawah al-Quran. Satu lagi diantara sifat yang begitu indah yang saya jumpai pada masyarakat Mesir adalah kecintaan besarnya kepada Ahli bait. Setiap hari Masjid Sidna Husain dipenuhui dengan masyarakat yang berziarah kedalam makam Imam Sidna Husain. Diyakini berdasarkan riwayat dari para ulama dan sejarawan bahwa di tempat tersebut dimakamkan kepala Sidna Husain cucu Nabi Muhammad Saw. yang mati terbunuh pada perang Karbala.

Telinga kita akan terbiasa mendengar lantunan kalimat semacam “madad ya sidna husain” , “ya waliyyanni’am”dan kalimat lainnya yang sering mereka ungkapkan untuk memuji Sidna Husain. Terlebih lagi pada bulan Januari, Maulid Sidna Husain. Seluruh masyarakat yang tinggal di daerah-daerah berbondong-bondong datang ke Kairo, membuat perkemahan di lorong-lorong jalan dan rumah warga. Seolah-olah pesta yang begitu besar saat itu terjadi. Satu minggu mereka mengadakan hadroh, sholawatan, madhih, dzikir bersama dan membaca pujian-pujian untuk Sidna Husain. Pantas Habib Ali al-Jufri memuji masyarakat Mesir, beliau mengungkapkan (aw kama qola) : “Tidak pernah saya jumpai masyarakat yang begitu besar cintanya kepada ahli bait melebihi cintanya masyarakat Mesir dan Yaman”. Hal diatas sekelumit dari kesan yang saya jumpai pada masyarakat Mesir...

Harapan Saya sangat mengidamkan adanya terobosan baru dari anak siak Tarbiyah Islamiyah, yaitu adanya paradigma dan pandangan yang jauh kedepan bagaimana kita menjalankan wasiat yang telah disampaikan oleh Maulana Syekh Sulaiman Ar-rasuli sebagimana tergores pada batu nisan beliau : “Teroeskan membina Tarbijah Islamijah sesoeai dengan peladjaran jang koeberikan..! Tjandoeng, 26 Djuli 1970, Sjech Soelaiman Ar-Rasoeli”dengan cara menuntut ilmu ke Al-Azhar untuk kemudian nanti kita kembangkan dan ikut mengabdi di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiah pada umumnya, khususnya MTI Candung. Karena menyedihkan rasanya seandainya kita bandingkan dengan alumnus Pondok Pesantren lainnya, mereka berlomba-lomba untuk melanjutkan pendidikan ke Timur Tengah, khusunya Al-Azhar, seperti Thawalib Parabek, Diniah Pasia, Diniah Limo Jurai, Arrisalah dan yang lainnya. Presentase jumlah mahasiswa dari minangkabau sangat didominan oleh mereka. Padahal kalau boleh jujur, anak siak Tarbiyah Islamiah sangat lebih layak untuk mengaji di Mesir, karena sebagaimana yang saya paparkan diatas bahwa Manhaj Al-Azhar sangat dan begitu serupa dengan kaji di Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiah. Saat ini alumni MTI Canduang yang sedang menempuh studi S1 di Universitas Al-Azhar berjumlah 8 orang yaitu Muhammad Taher (Syariah Islamiah - 2014), Dona Mandarasi (Akidah Filsafat - 2014), Akmal Nurhakim (Syariah Islamiah - 2015), Hari Devidra Sulaiman (Syariah Islamiah - 2016), Afriul Zikri ( Syariah Islamiah 2017), Ahmad Gazali (Syariah Islamiah - 2017), Aisyah Kurnia Ilahi (Syariah Islamiah-2018) dan Fitri (Syariah Islamiah - 2018).

Semoga bermanfaat dan berfaidah.

33

JUSTIC / 2019

SU

SUDUT PAND A N G

Santri MiLeniaL oleh: Rizky Muktamirul Khair Coba baca dulu deh ungkapan Arab di atas!

Tau nggak sih kamu, iya kamu, apa maknanya hayoo?

“Preserve The Old Good and Take The New Best” (Wow, in English nih yeh, hehe) Tentu aja, zaman now gini nggak bakalan lepas dari yang namanya English yang so pasti we need it saat hadapi arus globalisasi dewasa ini.

Ngomongin English, tau nggak sih kalo fungsi The dalam bahasa Inggris itu mirip kayak fungsi ‫( لا‬alif lam) dalam bahasa Arab? Sebagian santri mungkin enggak atau belum tahu kalo bahasa Arab dan bahasa Inggris itu sebenernya asyik loh dipelajari karena memiliki beberapa sisi kesamaan, kayak gini,

Bukan cuma English, belajar Matematika juga loh, ada materi tentang “Logika” yang ngebahas penarikan kesimpulan dari Premis 1 dan Premis 2 sehingga diambillah kesimpulan dari dua komponen itu. Kita santri Tarbiyah Canduang malah udah belajar pula dalam kajian Mantiq yang ngebahas penarikan natijah dari Muqaddimah Shugra dan Muqaddimah Kubra sehingga diambillah natijah dari dua komponen itu.

Ini baru sebagian kecil loh, belum yang lainnya. Jadi kurang apa lagi cobak?!

Adinda, sebenarnya ada rasa tak biasa yang ingin kakanda sampaikan dari hati terdalam yang menggelora. Sebuah perasaan yang tak ingin orang lain mengetahuinya selain kita semata. Perasaan atas kegundahan yang dirasa saat semua lupa bahwa adab dan ilmu itulah yang utama. Meski zaman telah berbeda, krisis adab dan ilmu ini kian gundah gulana. Ke manakah dirimu yang dulu, duhai adinda?

Krisis Adab Adab, sepertinya bukan hal yang asing oleh setiap orang, khususnya bagi santri Tarbiyah, kapanpun zamannya.

Meskipun sebagian santri ada yang sudah mapan ilmu agamanya, paham kajian tauhid, fiqh, hadis, mantiq, balaghah dan sebagainya namun adab dan akhlak sebagian santri terhadap orang tua, kerabat, tetangga, khususnya terhadap guru, ustadz/dzah kini kian merosot. Banyak di antara guru-guru, ustadz/dzah kita merasa adab sebagian santri Tarbiyah akhir-akhir ini mulai berkurang, misalnya: kurangnya rasa hormat kepada guru, baik dalam bersikap dan bertutur kata; sering terlambat bahkan tidak hadir di jam pelajaran tanpa alasan yang jelas; tidak mengulangi pelajaran di rumah, tidak mengerjakan tugas dan lain-lain.

Banyak di antara santri yang lupa dengan pentingnya adab ini, Padahal dengan adab yang baik maka ilmu itu akan menjadi berkah, bagaimana ingin mendapatkan ilmu jika adabnya saja tidak diperhatikan? Ilmu tersebut mungkin tidak akan bertahan lama atau tidak akan mendapatkan berkah, sebagaimana ungkapan Imam Hasan al-Bashri rahimahullah: “Siapa saja yang tidak beradab maka tidak ada ilmu untuknya” Di zaman keemasan Islam dahulu, adab menuntut ilmu sangat diperhatikan oleh para ulama, misalnya: datang ke majelis ilmu sebelum pelajaran dimulai, bahkan ada yang sampai menginap agar tidak melewatkan sedetik pun pelajaran yang disampaikan guru dari awal hingga akhir; menghafal dan memahami beberapa buku (matan /ringkasan /isi) sebelum belajar kepada ulama; menjaga suasana belajar dengan fokus dan tidak bermain-main.

Hal-hal inilah yang mulai banyak ditinggalkan dan dianggap sepele oleh sebagian santri Tarbiyah, padahal bukan main dampaknya dalam perkembangan dan kemajuan Islam dahulu.

JUSTIC / 2019

34

Krisis Ilmu dan Minat Belajar Beberapa tahun terakhir ini, kita memang disuguhi dan dimanjakan dengan berbagai macam perkembangan teknologi yang kian pesat. Apalagi bagi kalangan milenial –khususnya santri Tarbiyah saat ini- kemajuan teknologi ini tentunya memiliki segudang nilai positif dan tak luput pula dari nilai negatif yang mengancam dan mempengaruhi semangat dan minat belajar santri. seperti penggunaan gadget/smartphone.

Nilai positif kemajuan teknologi semacam smartphone bagi santri Tarbiyah, di antaranya sebagai alat komunikasi jarak jauh untuk berinteraksi dengan keluarga di kampung, mempermudah santri untuk mengkoordinasi teman-temannya bila ada pengumuman atau belajar bersama, menyimpan materi pelajaran dan bisa menghapalnya di mana pun dan kapan pun, sarana hiburan, seperti MP3 Murattal, ceramah agama, nasyid atau game yang bisa menghibur para santri yang mungkin penat selepas belajar di madrasah serta media internet, yang sangat memudahkan para santri Tarbiyah untuk mencari informasi tentang materi pelajaran dan informasi penting lainnya.

Adapun pengaruh negatif smartphone yang patut diwaspadai dan seharusnya dihindari oleh santri Tarbiyah dan paling menonjol saat ini adalah penggunaan fitur internet/ media sosial/ game untuk hiburan semata.

Apakah itu adalah hal yang salah? Tentu saja tidak, asalkan digunakan sesuai kapasitas. Namun faktanya, cukup banyak prestasi dan minat belajar santri yang menurun hanya karena terlalu asyik dengan dunia maya seperti fokus untuk update status.

Demikian pula fitur game dalam smartphone pun cukup mempengaruhi turunnya prestasi dan minat belajar santri di madrasah. Bahkan mirisnya, minat dan antusias santri dalam belajar dan membaca kitab kuning yang kian hari kian menipis.

Memang, pihak madrasah telah berupaya melakukan pengawasan yang ketat terhadap penggunaan smartphone bagi para santri di lingkungan madrasah, namun bagaimana ketika santri berada di luar madrasah?

Oleh karena itu, santri milenial Tarbiyah harus kembali ke khittah-nya, mengenal dan merajut kembali jati dirinya sebagai santri Tarbiyah yang bukan hanya tafaqquh fiddin dari segi keilmuan, tapi juga tafaqquh fiddin dalam beradab dan berakhlak mulia serta mampu,

“Memelihara khazanah lama yang baik dan mengambil pembaharuan yang lebih baik” Sejalan dengan pesan Abuya Syaikhuna Syaikh Sulaiman Arrasuli rahimullah, “Sungguah pun anak basakolah, salamo nyawo di kanduang badan, agamo ijan anak gadaian, adaik ijan anak jua (adab), kapandaian (ilmu) buliah kito cari asalkan bamanfaaik pado kito, pandirian harus tagok. Jan bapaham bak ujuang batuang, kama angin nan kareh, ka kiyun rabah ujuang no.”(1939)

MEMBANGKITKAN INTELEKTUAL SANTRI TARBIYAH ISLAMIYYAH MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN.

35

JUSTIC / 2019

T

arbiyah Islamiyyah dan NU, adalah dua organisasi Islam berfaham Ahlussunnah Wal Jamaah yang berbasis pesantren yang terkenal luas di Timur Tengah, di dalam Kitab yang ditulis oleh Ustad Muhammad Asad Shahab (dalam Bahasa Arab) yang berjudul Allamah Sulaiman Arrasuli dan Allamah Hasyim Asy’ari dijelaskan disana tentang kedua ulama ini. Dan juga dijelaskan melalui buku beliau (Muhammad Asad Shahab) yang lain berjudul: Al-Islam fi Indonesia. Terbit diawal tahun 70 an di cetak di Libanon.

Dalam perkembangannya Organisasi Islam Tarbiyah Islamiyah hampir hilang dari peredaran intelektual dunia Islam. Sulit kita melihat kemunculan intelektual Islam berasal dari Tarbiyah Islamiyah di kancah nasional. Lihatlah dalam pertemuan-pertemuan ulama tingkat nasional, hampir kita tidak menemukan sosok ulama dari Tarbiyah Islamiyah.

Namun, kita bersyukur untuk tingkat propinsi, seperti dikalangan UIN, alhamdulillah, beberapa alumni Tarbiyah Islamiyah bisa memegang posisi penting. Ukuran intelektual itu adalah hasil dari proses berpikir dan bekerja. Dan gejolak intelektual Islam sangat terasa di pesantren-pesantren salaf

NU, seperti Pesantren Sidogiri, Sarang, Langitan, dan lain-lain. Hal ini tampak dengan penerbitan buku-buku Islam, karya dari Kiyai ataupun santri dari kalangan pesantren tersebut.

Demikian pula dengan penerjemah kitab-kitab kuning, hari ini menemui wajah baru. Penerjemah dengan analisa ilmiah, contoh terjemahan kitab Ta’limul Mutaalim yang diterbitkan oleh Pustaka Sidogiri, jilid pertama murni dari kitab Ta’limul Muta’alim dengan analisa pendidikan modern dan hari ini muncul jilid kedua dengan pendekatan manhaj Imam Al-Ghazali dalam pendidikan.

Buku-buku keislaman yang lahir dari pesantren hari sangat beragam dari gaya klasikal, diskusi hingga kritikan atas faham yang dinilai sesat atau salah yang terjadi ditengah-tengah masyarakat.

Demikain pula buku-buku yang lahir untuk menjawab tuduhan bid’ah, syirik, khurafat dari pihak salafi/ wahabi.

Siapa yang tidak kenal Kamus Al-Munawir, tebal tapi harganya murah karena dicetak banyak ? kamus tersebut lahir dari Pesantren. Dan sayang kita belum mendengar ada buku yang lahir dari pesantren Tarbiyah Islamiyah ? atau kita yang belum mendengar.

Dan memang Pesantren Tarbiyah islamiyah harus bergerak cepat dan maju dalam intelektualitas seperti yang terjadi hari ini di pesantren-pesantren NU. Apa yang menyebabkan demikian deras perkembangan intelektual Islam di pesantren NU ? Salah satunya adalah adanya perpustakaan yang lengkap, dan hidupnya iklim ilmiah dikalangan santri.

Menjawab perbedaan dengan diskusi yang argumentative bukan dengan tinju.

Secara kemampuan Bahasa Arab fusha, santri-santri Tarbiyah Islamiyah cukup bagus, dan ini harus di arahkan untuk rajin membaca.

Sudahkah Tarbiyah Islamiyah membenahi perpustakaan Pesantren, atau masih bergelut dengan

pembangunan fisik ?

Dan yang sekarang pun sedang berkembang adalah perlunya didirikan Ma’had Aly, sebagai tempat pembinaan calon ulama yang mempunyai kemampuan bahasa arab fusha, bahasa inggris dan wawasan keislaman yang berjalan di atas rel Ahl Sunnah wal jamaah Asy’ariyah.

Yang hari ini ramai di tuduh sesat.

Hingga krisis pemahaman Islam dan keindonesiaan.

Tarbiyah Islamiyah Harus menjawab…

JUSTIC / 2019

36

CERPEN JAM KOSONG LAGI OLEH : ESTI JUHENI

P

agi buta Rafika sudah bangun,ia membereskan buku pelajaran dan tugas lalu beranjak menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri tak lupa ia sholat subuh kemudian menuju dapur untuk membantu ibunya menyiapkan sarapan “Kamu sudah bangun nak…” ujar ibunya.

“Sudah Bu,Ibu mau masak apa?” tanya rafika.

“Tumis kangkung dan ikan asin goreng” jawab ibunya.

“Ya sudah sini aku bantuin bu” tawar rafika.

Pagi itu seperti biasa Rafika membantu Ibunya menyiapakan sarapan pagi ,jam 6 pagi sarapan sudah siap dan Ibunya lalu mulai menyiapkan dagangan ,Ibu Rafika memiliki warung nasi goreng, jadi sehari-hari ia selalu sibuk dengan dagangannya Setelah menyelesaikan urusan dapur Rafika pun masih sempat membantu Ibunya mempersiapkan dagangan jam 6.30 ,mereka satu keluarga sudah sarapan dan memulai aktifitas sehari-hari. Bapak Rafika pergi ke kebun sementara ibunya berdagang Rafika sendiri masih duduk dibangku tingkat Madrasah Aliyah Negeri (MAN) kelas 11 ia selalu rajin belajar baik di sekolah maupun di rumah, ia juga senang membantu Ibunya berdagang karena memang rumah mereka terletak di samping sekolah Rafika.

Sejak abangnya meninggal satu tahun lalu karena sakit Rafika selau rajin membantu Ibunya. Ia menggantikan sang Abang untuk membantu Ibu mendapatkan uang tambahan untuk kebutuhan sehari-hari.

Dulu waktu Abangnya masih hidup, mereka bisa mengandalkan hasil ladang Bapaknya karena selalu dibantu sang Abang. Namun sekarang, sang Bapak bekerja sendiri sehingga sering kali hasil panen di ladang kurang memuaskan .

Meski berasal dari keluarga kurang mampu, Rafika adalah anak yang pandai dan ia sangat rajin di sekolah dan ia selalu mendapatkan peringkat di kelasnya. Namun belakangan ini, ia sedang ada masalah di sekolah.

Sejak dua bulan yang lalu, beberapa guru di sekolahnya sudah meninggal dunia, dan juga para Guru sedang sibuk dengan kelengkapan dan perbaikan akreditasi sekolah ,karena itu proses belajar mengajar disekolah sedikit terganggu karena kekurangan guru. Rafika dan teman-teman terpaksa belajar sendiri disekolah karena jam kosong.

“Hari ini sepertinya kita jam kosong lagi nih”,ucap Rafika kepada Rahma.

“Iya nih , padahal sebentar lagi ujian kan”,-

37

JUSTIC / 2019

jawab Rahma.

“Gimana jika kita belajar bersama ?? ,kita coba latihan soal aja setelah itu kita saling tukar jawaban”.

Akhirnya Rahma dan Rafika belajar mengerjakan soal-soal yang ada dibuku. Setelah selesai mereka saling menukar jawaban yang diperoleh jika ada yang tidak sependapat dan memiliki jawaban yang berbeda maka mereka pun mediskusikannya bersama-sama.

Melihat mereka berdua belajar sendiri, beberapa teman lain pun ikut bergabung suasana belajar pun menjadi ramai, di sela –sela itu mereka juga masih bercanda-ria. “Coba kalau setiap hari seperti ini ya kita belajarnya lebih santai”, celetuk salah seorang dari mereka.

“Benar juga ya,tapi kalau ada mentok dan tidak tahu ya kita juga yang susah, coba soal nomor q delapan ini siapa yang tahu ? ucap Rahma.

“Iya aku tidak tahu jawaban pastinya”, tambah Rafika “Ya udah, kita catat aja mana yang gak tahu jawabannya, setelah itu berikan kepada kepala sekolah agar bisa dibantu….”

Mereka pun melanjutkan diskusi sampai tidak menyadari waktu istirahat telah tiba. Mendengar anak lain ramai diluar kelas mereka pun akhirnya mengakhiri diskusi dan istirahat “Gimana nih, jam berikutnya kita juga kosong, apa kita lanjutkan seperti tadi ?”

“Ya bisa saja ,tapi apa tidak sebaiknya kita bilang kepada kepala sekolah ?”

“Bilang gimana ?”

“Ya kan sudah dua minggu kita belajar seperti ini, padahal sebentar lagi kita mau ujian ,apa gak ada guru lain ?”

“Iya ya.. kamu benar” Akhirnya beberapa murid memutuskan untuk musyawarah dahulu di kelas, mereka bermusyawarah membahas jam kosong yang kerap terjadi .

Akhirnya ,keputusan diambil dengan berbagai petimbangan mereka, dan memutuskan untuk mencoba bicara dengan para guru. Rahma, Rafika dan Zahra pun akhirnya menuju kekantor “Ada apa anak-anak, kalian tidak belajar ? emangnya kalian belajar apa sekarang ??…?”

“Tidak Pak, kami sekarang sebenarnya sedang di jam pelajaran kimia ….”

Pak ”

“Ow… jadi kalian mau apa ?”

“Kami ingin beremu Bapak Kepala Sekolah,

“Ada perlu apa kalian ingin bertemu Bapak Kepala Sekolah ” “Ini Pak, kami ingin membicarakan masalah jam kosong dikelas kami ..”

“Oooh….ya udah beliau sekarang lagi di ruanganya , kalian bisa kesana aja langsung” Akhirnya mereka menemui Kepala Sekolah dan mengatakan masalah jam kosong tersebut. Tidak ada solusi yang memuaskan, Bapak Kepala Sekolah mengatkan bahwa disekolah sudah tidak ada guru lain yang bisa membantu, mereka mau tidak mau harus belajar sendiri sampai guru baru di dapatkan.

“Ya sudah kita harus belajar sendir kalau begitu”, ucap Rahma.

“Tidak apa-apa, yang penting kita sudah bicara dengan bapak kepala sekolah” , jawab Rafika.

“Iya,benar ,lagi pula kepala sekolah sudah janji akan membantu kita jika ada pertanyaan seputar pelajaran”, lanjut Zahra Mereka pun akhirnya kembali ke kelas dan menyampaikan apa yang mereka bicarakan dengan Kepala Sekolah. Terlihat, para murid sebenarnya sedikit kecewa namun mereka mengerti dan mau berusaha sekuat tenaga untuk belajar sendiri apalagi sebentar lagi ujian.

TAMAT

LAPAU LAPUAK

K

epercayaan . .? apa itu kercayaaan . .? mungkin sudah jadi hal yang primif di era yang katanya serba modern ini. Jepang yang orang bilang hanya tersisa roh saja yang belum mampu mereka sintetiskan. Spesies tumbuhan , hewan telah mampu mereka rekayasa. Siapa tau, apabila sudah musnah adanya kepercayaan di diri manusia bisa saja si Jepang mengguncang dunia dengan bibit unggul manusianya , hanya saja jagung F1 yang tak tersaingi oleh jagung - jagung kampung.

Saat ini lagi hangat – hangat berita hoax di lingkungan manusia original. Entah yang mana yang mesti mereka terima, sedangkan jurang pembatas diantara anjing dan kucing sudah lenyap sebab manusia berdasi. Saat seseorang jurnalis yang berjuang atas nama keadilan. Tiba – tiba kesenjangan emosional sang manusia berdasi hitam pun terusik. Di saat darahnya sudah meledak ke kepala sebab ketidak senangan dirinya yang di hina, di fitnah hingga tergangu hibernasi musim panasnya sesampai tampak jelas bulu domba sang manusia berdasi hitam. Dengan bahagian dan tampang masam serangan balasanpun dia lancarkan, kebanaranpun meraka bolak balikan.

Merasa tuhan hukuman bagi para pendusa hoax tidak dapat dihindarkan. Sedangkan meraka yang hanya menyampaikan kebenaran malah duduk termenung lesu di balik tembok yang teramat dingin.

Sebuah negri yang yang si tata dan si titi dengan enteng menggadaikan aqidah hanya untuk se onggok kursi di bangku legislatif. Tempat dimana mereka duduk santai mendengkur, memimpikan uang – uang rakyat. Dengan suara serak sang tahanan yang duduk di balik tembok dingin tadi berkata “moga tuhan membukakan hati meraka”.

“Siapa yang membuat kebenaran . .? siapa yang membuat kebohongan . .? siapa yang mesti di salahkan . . ? kenapa saudaraku yang tidak pernah berbuat zalim malah di songkok di jeruji besi. Apa salahnya. .?. sadangkan dia hanya memberitakan apa yang mesti dia beritakan. Dia tidak pernah bermaksut untuk

menyakiti siapa pun, ataupun menjatukan siapapun.

Dia juga tidak bermaksut untuk bungkam NKRI malah dialah yang paling cinta NKRI. Apa salahnya duhai tuhan, apa dosanya hingga engkau limpahkan kepadanya jalan yang tidak kami mengerti”. Seru seorang penggunjung lapau kemudian terdiam kecewa.

“Kenapa kau anak muda, kau mabuk apa. .?” kicau seorang pak tua berambut gondrong yang duduk di sebelahnya. “kau seperti baru lahir kemaren anak muda. .? kalau kau tanya aku, huuh semua yang kau alami saat sekarang ini hanyalah bunga – bunga api ketidak adilan. Dan bila kau bertanya - tanya siapa pembuat kebenaran, kebohongan serta siapa yang mesti bertanggung jawab atas semua yang di kau derita. Aku tak mampu menjawabnya anak muda. Tapi aku teringat akan sebuah kata – kata anak muda. Tapi ini bukanlah puisi, bukan pula pepatah petitih, sebab ini adalah sebuah kata yang terlontar dari mulut seseorang yang telah berjuang menegakan keadilan di negri ini lebih dari siapapun, di ujung kemaatianya dia bilang kau akan dengan mudahnya menemukan mengadilan di negri ini bagai sebuah telur yang dengan mudahnya di perjual belikan, tapi sayang wujud keadilan itu sendiri telah tak bersua batang hidungnya, telah lenyap zatnya. Habis kata pak tua. “hahahahaahahaha. . . kau lucu sekali pak tua, pandanganmu itu kepada keadilan sungguh aneh, mana bisa keadilan itu di ibaratkan se butir telur. Hey pak tua” panggil sang pria berkaca mata. “ siapa bilang di negri ini sudah tidak ada keadilan. . ? keadilan masih banyak di negri ini” sambil mengibas – ngibas uang sang pria berkaca mata berkata. “ ini dia wujud keadilan, zat keadilan dan di tambah inilah bau kedilan.

Hahahahahahaha”. Tawa mengesalkan sang pria terdengar lagi. Dan menjadi akhir dari cerita tak berujung inidi sebuah lapau lapuak tak tarawat. Tentang arti sebuah keadilan.

JUSTIC / 2019

38

Deruh kesah nan tiada berujung Bagai sinar mentari yang mengalir deras ke Bumi Tiada henti dan tak diminta kembali Telah seperti cahaya yang tidak biasa di lihat wujudnya Tapi kau mendapat hasilnya Deruh kesah nan tiada berujung Itulah empedu yang ku minum sebelum ini Sebelum ini?

Ya. . . telah seperti orang stress lagi gila Hidup tanpa arah dan penuh dosa Tenggelam dalam phobia nostalgia Sampai lupa Mesjid dan Gereja Lalu dia berusaha merajut cahaya Dari hati penuh hutan rimba Dimulainyalah dari tak peduli dan gelak tawa Hingga terjunggal di rajutan bla bla bla Hal kisah dia mencoba merintis aspal lagi Tapi malah aspal yang merintis hatinya Gelap hitam tak bercahaya Dia tertawa meningis tersenyum disaat yang bersamaan lalu mulai sedih, kesepian, dan terdiam Deruh kesah nan tiada berujung Dia bahkan menangisi tangisnya sendiri Entah si allazi mana yang menenun luka pada matanya Yang tipis tanpa pelapis Oh Tuhan entah sedang dimana engkau sekarang..? entah tertawa atau hanya diam, aku hanya ingin pertolonganMu Tuhan, aku telah lebih dari sejanak melupankanMu. Tapi kini aku mencoba kembali padaMu Oooh ohh ohh oh Tuhan Dampingilah si allazi yang memiliki wajah dan lemah jiwa ini, mungkin hatiku tlah hitam pekat ya tuhan, kini kucoba menggrogotinya dengan jarum pentul agar cahaya mau mampir padanya walau sejenak ya tuhan.

Tapi aku tak ingin sejenak tuhan, aku ini ingin cinta padamu aku ingin selalu ingat padamu. Maka yaaaaa tuhan limpahkan lah cintamu itu pada makhuk pengsahabat hina ini ya tuhan.

39

JUSTIC / 2019

PUISI

JALAN MENUJU PULANG

Oleh : M. Rafi Edmonda Menyanyikan lagi, lagu kerinduan Bacakan lagi, berita kepulangan Tuliskan lagi, aku yang kehilangan Lelaki tunarasa itu pulang Melewati Tanya yang tak pernah ada jawab Menyorak-nyoraki lampu jalanan Menanti pagi pada bibir yang berbicara Sendiri aku harus mengadu pada siapa?

Lelaki tunacinta itu pulang, Menipu langit dengan perumpamaan tawa Menafsirkan luka dengan nyanyian terindah ibu Agar pulang tak berujung duka Beritahu aku, ibu Kemana aku harus pulang Rumah yang berbilang angka Dengan kuasa tanah milik rakyat desa Aku bukan siapa – siapa Aku tak bisa apa – apa Perladangan dan sawah sudah ditanam Kata – kata serapah pengusiran Berbibit cacian yang bersabda : “kau tak layak hidup disini,kami hidup bersuku,adat dan beragama” Aku terdiam haru Bersama telinga yang sudah mendidih Serta hati yang mulai menciut sedih Beritahu aku, ibu Kemana aku harus pulang?

Aku tak menyalahkan ayah yang membaurkan budaya Karena cinta beliau kepada ibu Garisan tuhan yang kuasa Begitu malang hamba tuhan yang satu ini,bu Selalu pulang ke negri orang Cintanya bisa di cerai adat Berbaurpun disisihkan masyarakat Beritahu aku,bu Kemana aku harus pulang?

BERHAK

Nadia Putri Seolah membuat permohonan Yang mengisi ritual penting Saat hendak mengaumkan Itulah alasan..

Mengapa harus punya tuhan Bukan saja soal perihal Melainkan merayu zatnya Setelah itu harus mengahadap-hadap Bertatap lafazh yang lazim

Tanya Cinta

Oleh : Fajriaty Jamil Malam ini, aku disini Terduduk di bawah remangnya bola api Duduk dingin, hening dan sepi Bersama pensil yang mengamuk atas lembaran putih Kurangkai semua asa dan rasa Saat manusia senyap, hilang tanpa kata Tapi, aku masih saja terpasung diatas bangku goyah Tersudut dengan cerita seorang pemuda Ia lahir dari Rahim sang ibu nan mulia Dipangku dengan kehangatan kasih sayang seorang ayahanda Diajarkan dengan ketegasan adat dan agama Ialah SULAIMAN ARRASULI Namun, cerita yang ku banggakan kian memudar dan berduka Wasiat belajar harus ternoda politik dan kuasa Pilu.. seolah akan sirna jaya tarbiyah ku, tapi jangan.. ku katakan jangan !

Pekikan jiwaku menafikan. Ta’kid sudah ucapku.

Jangan sirna.. tarbiyahku dibangun penuh perjuangan Namun, apa daya. Kini goyah diterpa badai kuat Goyah dipengaruhi segala konspirasi dunia Hingga tercuci sudah otak itu dengan sebuah kotak canggih Na’as bukan ??

Lalu.. kemana cita cita inyiak canduang ku, Tidakkah kalian rasa beliau tengah bersedih ??

Tersebab rasa cinta-lah aku harus bertanya…

Merendahkan ,seperti simpuhan perkuda Suntik kepasrah Binasalah…

Berdaulat lepas juga dahaganya…

Amin, Amin,amin…

JANJI TUHAN UNTUK PALESTINA

Karya : Nadia Efendi Hmhmhmhm… hmhmhm.. hmhm..

Nyanyian merdu ibunda palestina Memastikan terpicing sembab kelopak mata balitanya Malam malam gemetar Pagi ? burung burung tak lagi hiruk di cakrawala Aku mengintip Seperti apa bahagia di antara darah yang bersimbah dalam senggang yang tak lama Dianya Dapat memastikan esok masih dimuka bumi dengan nafasnya Dari pisau mana datangnya tikam ?

Menyongsong kematian yang menyeramkan Mata mana yang tak berkaca kaca Melihat bunga bunga khidmat dipeluk kumbang Lalu, senapan mengarahi kening dan BAMM !!

Tumbang..

Laailaahaillallah, kalam akhir nafasnya Mereka menolong Tuhan,, kapan matahari tak terbit lagi?

Tanah palestina Ladang tuhan membebaskan kafir berbahagia Sebelum disantap neraka Nafas palestina Adalah surga yang bertandang ke dunia Mengelus remang remang bengis dengan tangis Setia menyudut dengan penantian Penuh pengharapan akan janji tuhan Hingga kabar membahagiakan diumumkan “sudah waktunya palestina untuk menang”

JUSTIC / 2019

40

Fir’aun Yang Melampaui Batas Hilda Latifa Sudahkah sampai kepadamu berita tentang seorang penentang?

Berperilaku biadab dan berbuat sewenang-wenang Melampaui batas,menghapus wahyu dengan Ro’yu dan Hawayu Berbuat durhaka dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, Berani merampas kedaulatan sang Illahi Rabbi Didukung oleh Haman inteklektual dan cendekiawan yang membuat Bangunan tinggi, yang membentuk hijab yang tebal.

Sehingga membentangi dan menghalangi berlakunya hukum-hukum Illahi….

Membuat propaganda-propaganda yang mencuci otak masyarakat Sehingga berperilaku jahil..

Didanai oleh qarun,para hartawan yang zalim nan kikir, Penguasa ekonomi yang menyengsarakan masyarakat lemah dan Miskin..

Qarun bertindak sombong dan angkuh karena memiliki perbendaharaan Harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat.

Fir’aun dijaga ketat oleh tentara-tentara buruh yang kuat secara fisik..

Tentara-tentara iblis yang kasar lagi bengis Fir’aun dilindungi oleh Bal’an bin Ba’ura para ulama bodoh yang memebri fatwa-fatwa sesat,yang memberi dalih kepada program-program fir’aun Lalu karena kedurhakaanya itu fir’aun dan yang mendukungnya ditenggalamkan dan dihancurkan dihinakan sebagimana yang menimpa orang-orang durhaka sebelum mereka..

Oh,,dimanakah Musa dan Harun ..?

Sejarah itu berulang,tidak ada yang baru dibawah terik matahari ini…

41

JUSTIC / 2019

UNTUK SAHABATKU Karya : Fatiya Alya Abdullah Sepi hariku tanpa mu kawan Tanpa canda mu Tanpa senyum mu Yang selalu menghiasi Keseharian hidupku Ingin rasanya Berkumpul kembali Dengan kalian Yang selalu setia Memberikan motivasi untuk ku Yang selalu ada Dalam suka dan duka ku Terima kasih kawan Atas semua ini Atas hari hari indah bersamamu Untuk ku…

PERSAHABATAN Karya : Zakiyya Annayl Mendung itu kembali datang Yang dipenuhi kesakitan Dipenuhi dendam dan kesedihan Terus menahan, terus memendam Jembatan yang selama ini kokoh Kini telah rapuh Hancur dan jatuh Persahabatan yang selama ini dipertahankan Hancur di terjang badai yang kencang Memutuskan tali tali yang erat Mematahkan kayu kayu yang kuat Yang dibangun dengan sahabat Kini, ku berdiri Memegang tali yang putus Dan harapan yang pupus

QUIZ TIME

4

5

2

1

23

3

Mendatar 1.Nama Lain Syekh Sulaiman Arrasuli 2.Siapa Kita ?

3.Organisasi Santri Tarbiyah Islamiyah 4.Nama Organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah 5.Mazhab Yang Di Anut Tarbiyah

Menurun 1.Ikatan Mahasiswa Tarbiyah Islamiyah 2.Jurnlis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang 3.Nama Organisasi Persatuan Anak Siak Tarbiyah 4.Kependekan Dari Yayasan Syekh Sulaiman Arrasuli

Pesan Terakhir Syekh Sulaiman Arrasuli " TEROESKAN MEMBINA TARBIJAH ISLAMIJAH INI SESOEAI DENGAN PELADJARAN JANG KOE BERIKAN "

JUSTIC / 2019

42

MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH CANDUANG : mticanduang@gmail.com : 0752-28115 : @mticandung : www.mticandung.sch.id : Kampus MTI Canduang, jorong Lubuak Aua - Batu Balantai, nagari Canduang Koto Laweh, kecamatan Canduang, Kaupaten Agam, Sumatera Barat - 26192 (700 m dari SPBU Baso).