FEMICIDE AND FEMINISM IN MEXICO
Inequality
Budaya Machismo
Tidak Adanya Jaminan Hukum bagi Perempuan Ketidakseriusan Pemerintahan AMLO
![]()
Tidak Adanya Jaminan Hukum bagi Perempuan Ketidakseriusan Pemerintahan AMLO
Martinez, S. F. (2014). Gender Equality in Mexico. Encyclopedia of Quality of Life and Well-Being Research, 2430–2436. https://doi.org/10.1007/978-94-007-0753-5 3971
Ketidaksetaraan gender merupakan penyimpangan terhadap kesepadanan antara perempuan dan laki-laki dalam berbagai dimensi kehidupan sosial. Ketidaksetaraan gender ini merupakan sebuah permasalahan multidimensional yang terdiri dari beberapa bidang, misalnya ekonomi, pendidikan, politik, hukum, dan kesehatan. Berbagai konteks sosial yang direfleksikan dalam permasalahan kesetaraan gender ini secara langsung mempengaruhi tingkat kekerasan dan meningkatkan risiko perempuan menjadi korban kekerasan dan Meksiko merupakan salah satu negara yang paling tinggi tingkat ketidaksetaraan gendernya di kawasan Amerika Latin.
Berbagai bentuk ketidaksetaraan ini tercermin dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kemiskinan, pembangunan, distribusi layanan dasar, dan permasalahan kesehatan. Dalam artikel ini, Martinez menggunakan The Gender Equality Index in Mexican States (GEIMS) untuk menganalisis keempat dimensi sosial ini guna menilai tingkat sosial dan kesetaraan gender di Meksiko.
Berdasarkan empat dimensi yang dianalisis dalam GEIMS, Martinez menemukan beberapa hal:
Kesetaraan ekonomi
Perempuan kurang terwakili dalam angkatan kerja karena hanya mencapai 60% kesetaraan dengan laki-laki. Representasi perempuan dalam jabatan administrasi publik hanya mencapai 47% dan representasinya dalam pekerjaan profesional dan teknis hanya 75% Perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk menerima tunjangan kesehatan terkait pekerjaan dibandingkan laki-laki. Perempuan hanya mencapai 63% kesetaraan dalam aspek ini.
Kesetaraan pendidikan Ada beberapa bidang pendidikan yang secara tradisional diperuntukkan bagi laki-laki, misalnya pertanian, teknik, dan ilmu-ilmu alam Perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengenyam pendidikan lanjutan dan memperoleh gelar sarjana
Partisipasi politik
Keterwakilan perempuan dalam jabatan publik tertentu mungkin bergantung pada iklim politik atau sifat pemilu. Tidak ada jaminan bahwa perempuan akan selalu mendapat posisi dalam perpolitikan di Meksiko. Untuk setiap 100 kursi pemerintahan yang diduduki oleh laki-laki, hanya ada sekitar 8 kursi untuk perempuan. Selain itu, untuk setiap 100 anggota dewan perwakilan laki-laki, hanya ada 59 dewan perwakilan perempuan.
Kesetaraan hukum Menurut Konstitusi Meksiko, pria dan wanita sama di depan hukum; namun, undang-undang tingkat negara bagian tidak menjamin kesetaraan ini.
Berdasarkan hasil analisis GEIMS tersebut, perempuan Meksiko secara keseluruhan telah mencapai 66,9% kesetaraan dengan laki-laki. Kendati demikian, perempuan Meksiko dapat dikatakan masih jauh dari mencapai kesetaraan gender dengan laki-laki dalam struktur sosial. Terlebih dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan bidang hukum yang masih memperlakukan perempuan dan lakilaki secara berbeda
Namun, tingkat kesetaraan yang terbilang "lumayan" tinggi tersebut tidak menafikan fakta bahwa ketidaksetaraan gender di Meksiko membuat perempuan sering menghadapi diskriminasi dan kekerasan dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya melalui femicide.
Femicide, atau pembunuhan seorang wanita karena jenis kelaminnya, merupakan masalah serius di Meksiko dan telah menjadi isu lama yang mengakar di negara ini.
Ada tiga hal yang turut melestarikan terjadinya femicide di Meksiko, yaitu Budaya Machismo, tidak adanya jaminan hukum bagi perempuan yang mengalami kekerasan di Meksiko, dan pemerintahan AMLO yang tidak serius dalam menangani kasus femicide
Budaya Machismo merupakan sebuah konstruksi sosial yang menempatkan sebuah rasa kehormatan dalam diri laki-laki. Budaya Machismo merupakan seperangkat nilai, sikap, dan keyakinan mengenai maskulinitas dan bagaimana laki-laki harus bertindak dalam masyarakat (Nuñez et al., 2016).
Machismo juga meyakini bahwa perempuan harus pantas berpegang pada peran tradisional, yakni menjadi ibu rumah tangga dan mengurusi pekerjaan domestik. Dengan demikian, budaya ini mendorong adanya dominasi laki-laki atas perempuan.
Machismo yang terus diagungkan telah menjadi pemicu yang memandang perempuan sebagai suatu objek dari kepemilikan laki-laki yang segalanya ditentukan oleh kehendak laki-laki. Maka kasus femicide memiliki makna lain bahwa laki-laki memiliki keputusan dalam menentukan riwayat kematian perempuan (Mubarok et al., 2021).
Kurangnya akses keadilan bagi perempuan yang mengalami kekerasan atau diskriminasi dan kurangnya penegakan hukum serta penuntutan yang efektif bagi mereka yang melakukan kejahatan terhadap perempuan menjadi salah satu hal yang menyebabkan lestarinya femicide di Meksiko.
Menurut Linares & Telemundo (2022), berbagai kejahatan terhadap perempuan ini terus terjadi karena adanya impunitas hukum. Pelaku femicide sadar bahwa dirinya akan lolos dan tidak akan diadili.
Selain itu, kekerasan terhadap perempuan diterima secara luas dan seakan dijustifikasi dalam masyarakat Meksiko. Hal ini menciptakan lingkungan apologet, di mana kekerasan semacam itu dapat ditoleransi atau bahkan dimaafkan. Hal ini berimplikasi terhadap sulitnya para penyintas kekerasan untuk mencari dan mendapatkan bantuan.
Pemerintahan Brazil saat ini, yang dipimpin oleh Presiden Andrés Manuel López Obrador (umumnya dikenal sebagai AMLO), mendapat banyak kritik atas penanganan masalah femicide. Banyak pihak beranggapan bahwa Rezim AMLO tidak serius dalam menangani masalah femicide di Meksiko Hal ini dapat dilhat dari naiknya tingkat kematian perempuan yang disebabkan oleh pembunuhan.
Menurut data resmi yang dikeluarkan oleh Sekretariat Keamanan dan Perlindungan Sipil Meksiko, 10 wanita terbunuh di Meksiko setiap hari, dan pembunuhan adalah penyebab utama kematian wanita Meksiko antara usia 15 dan 24 tahun. Angka ini terus naik sejak tahun 2015 - 2021, menunjukkan peningkatan sebesar 137% dari tahun-tahun sebelumnya (Sweigart, 2022).
Selain itu, Rezim AMLO dianggap “menghancurkan” banyak infrastruktur sosial Meksiko yang dirancang dengan mempertimbangkan perempuan (Sweigart, 2022). Salah satu contohnya adalah dengan membatalkan subsidi bagi tempat penampungan perempuan dan anak-anak yang mengalami kekerasan pada tahun 2019. AMLO menjustifikasi hal ini di balik argumen pemberantasan korupsi. Namun, hal ini berimplikasi terhadap tutupnya beberapa tempat penampungan dan ruang aman di Meksiko secara bersamaan.
Meskipun ada kemajuan besar dalam hal undang-undang dan protokol hukum, dalam praktiknya hal-hal ini tidak diterapkan ketika seorang perempuan melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya (Castillo & Arguero, 2022).
“We still face a crisis of violence. Femicides have not stopped, rapes have not stopped, women are disappearing daily, and infants and young girls face trafficking and murder as a constant reality.”
“We want a country where authorities respect and protect women, we want to walk in the streets at night feeling safe, these basic rights are yet utopic in Mexico. However, we won’t stop fighting until they become a reality. We have nothing to lose and that is why we can give everything to the movement.”
Gerakan feminisme sebenarnya sudah ada di Meksiko sejak revolusi Meksiko tahun 1910 -1920. Pada masa ini, perempuan memegang peran penting dalam perjuangan kemerdekaan dan keadilan sosial. Banyak perempuan terlibat dalam gerakan revolusioner dan ini membantu mengangkat isu hak-hak perempuan ke dalam agenda politik.
Bertahun-tahun setelah revolusi Meksiko, kaum feminis di Meksiko masih terus memperjuangkan persamaan hak dan kesempatan bagi perempuan. Mereka juga berusaha melawan kekerasan dan diskriminasi berbasis gender. Bahkan kini, gerakan feminisme di Meksiko seakan “bangkit” dan turut mengambil andil untuk turut memerangi femicide.
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu utama kebangkitan ‘Feminisme Baru’ di Meksiko, yakni:
pengaruh gerakan feminis global maraknya media sosial dan bentuk komunikasi lain yang memungkinkan perempuan untuk berbagi ide dan pengalaman yang memicu, tumbuhnya kesadaran dan pemahaman tentang kekerasan dan diskriminasi berbasis gender
Gerakan feminisme di Meksiko telah berada di garda depan dalam upaya mengatasi dan memerangi femicide. Feminisme telah meningkatkan kesadaran dan mengadvokasi hak dan keamanan perempuan. Mereka juga berperan penting dalam mendorong perubahan hukum dan kebijakan yang bertujuan untuk melindungi perempuan dan meminta pertanggungjawaban pelaku atas kejahatan mereka.
Secara keseluruhan, kebangkitan feminisme telah memainkan peran penting dalam menarik perhatian dan menangani isu femicide. Dengan mengadvokasi hak dan keamanan perempuan, para feminis berusaha untuk menciptakan masyarakat yang lebih setara dan adil di mana perempuan tidak lagi menghadapi risiko kekerasan dan diskriminasi karena jenis kelamin mereka.
Ada beberapa hal yang kiranya dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah terjadinya femicide secara lebih jauh:
Memperkuat undang-undang dan kebijakan untuk melindungi perempuan Merumuskan undang-undang yang secara khusus membahas kekerasan berbasis gender, seperti femicide, dan kebijakan yang memberikan dukungan dan layanan kepada korban kekerasan. Selain itu, lembaga penegak hukum harus memprioritaskan penyelidikan serta penuntutan kasus femicide dan membangun kepercayaan masyarakat untuk melaporkan kasus kejahatan semacam ini. Memberikan program pendidikan untuk menyadarkan masyarakat tentang kesetaraan gender Permasalahan gender merupakan sesuatu yang sudah sangat mengakar dalam budaya dan masyarakat Meksiko. Oleh karenanya, mendidik masyarakat tentang kekerasan berbasis gender, termasuk femicide, dapat membantu mengubah sikap dan perilaku masyarakat yang berkontribusi terhadap kekerasan terhadap perempuan. Hal ini penting dilakukan terhadap laki-laki untuk mendorong mereka menjadi “allies” dan mengadvokasikan hak-hak perempuan dari pada menjadi pelaku Memberikan dukungan dan layanan bagi para penyintas: Penting untuk memastikan bahwa para penyintas kekerasan, termasuk femicide, memiliki akses ke dukungan dan layanan seperti konseling, bantuan hukum, dan penampungan darurat.
Secara keseluruhan, penanganan femicide membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan multiaspek yang melibatkan upaya pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan anggota masyarakat. Harus disadari bahwa kekerasan terhadap perempuan ini dapat terjadi karena ada pihak-pihak yang “bisa” dan menikmatinya. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk menghentikan segala jenis kekerasan terhadap perempuan ketika kita memiliki kesempatan dan akses untuk melakukannya. Tujuannya bukan untuk menukar korban opresi dari perempuan menjadi laki-laki, tetapi meniadakan opresi sama sekali.
Castillo, K., & Arguero, I. (2022, February 19). The Mexican feminist movement is strong and angry. Shado Magazine. https://shado-mag.com/act/the-mexican-feminist-movement-isstrong-and-angry/ Corradi, C., Marcuello-Servós, C., Boira, S., & Weil, S. (2016). Theories of femicide and their significance for social research. Current Sociology, 64(7), 975–995. https://doi.org/10.1177/0011392115622256
Linares, A., & Telemundo, N. (2022, April 5). Killings of women in Mexico persist because of “impunity,” writer says. NBC News. https://www.nbcnews.com/news/latino/killings-women-mexicopersist-impunity-writer-says-rcna22858
Martinez, S. F. (2014). Gender Equality in Mexico. Encyclopedia of Quality of Life and Well-Being Research, 2430–2436. https://doi.org/10.1007/978-94-007-0753-5 3971
Mubarok, R. M., Eriyanti, L. D., & Iqbal, M. (2021). Kegagalan Kebijakan Pemerintah Meksiko Mengatasi Krisis Feminicide. Journal of Feminism and Gender Studies, 1(1), 12–21. Nuñez, A., González, P., Talavera, G. A., Sanchez-Johnsen, L., Roesch, S. C., Davis, S. M., Arguelles, W., Womack, V. Y., Ostrovsky, N. W., Ojeda, L., Penedo, F. J., & Gallo, L. C. (2016). Machismo, marianismo, and negative cognitive-emotional factors: Findings from the Hispanic Community Health Study/Study of Latinos Sociocultural Ancillary Study. Journal of Latina/O Psychology, 4(4), 202–217. https://doi.org/10.1037/lat0000050
Sweigart, E. (2022, May 17). Why Gender Violence in Mexico Persists And How to Stop It. Americas Quarterly. https://americasquarterly.org/article/why-gender-violence-inmexico-persists-and-how-to-stop-it/