Edisi 8

Page 47

POTENTION

Repro

Dia juga mengaku tidak tahu persis, seberapa banyak keluarga di Dusun Pondokjeruk yang menekuni usaha tahu. Namun diperkirakan, sekitar 50% dari jumlah kepala keluarga yang ada di daerah itu. Sedemikian banyak masyarakat yang menekuni usaha tahu di Dusun Pondokjeruk, sampai-sampai Puryadi yang sudah menekuni usaha tahu sejak 1978 mengaku pernah menghadapi kesulitan untuk bersaing dalam memasarkan hasil produksi tahunya. Karena itu, pada tahun 1995 dia nekad mengadu nasib di daerah lain dengan merantau ke daerah Kalimantan Tengah. Di daerah orang ini, dia mulai merintis usaha pembuatan tahu. Usaha yang dijalaninya selama 8 tahun di Kalimantan Tengah, diakuinya sempat merubah nasibnya menjadi lebih baik, dibanding ketika masih menjalankan usaha tahu di Pondokjeruk. Saat itu Puryadi sudah bisa menguasai pasar-pasar tradisional di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Namun akibat kerusuhan yang terjadi di Sampit, dengan berat hati ia terpaksa kembali ke Jawa dengan mempertimbangkan keselamatannya dan keluarga. Di kampung halamannya, Pondokjeruk ini, ia memulai lagi merintis usaha pembuatan tahu.

Dalam sehari Puryadi, mengaku mampu memproduksi tahu minimal 25 bak, yang setiap baknya menghabiskan kedele sekitar 2,5 kilogram. Kedele itu, ia beli dari dari agen. Dalam hal pembuatan tahu, Puryadi mengaku, melakukannya dengan cara yang sudah biasa dilakukan para pendahulunya, yakni, kedele direndam selama kurang lebih 5 jam, setelah itu digiling untuk diambil santannya. Saat ini proses penggilingan kedele untuk diambil santannya, pengusaha tahu sudah menggunakan mesin, tidak lagi menggunakan alat penggiling tradisional dari batu (Gilisan,red). Santan kedele itu kemudian dimasak dan selanjutnya difermentasi dengan menggunakan cuka tahu, yang bahan bakunya juga berasal dari kedele. Setelah difermentasi, santan kedele yang masih bercampur dengan kulitnya (ampas) tersebut diperas dan diberi cuka tahu, setelah itu dituang dalam bak kayu. Setelah didiamkan untuk

beberapa saat lamanya, santan kedele tersebut akan membeku dengan sendirinya, dan saat itu jadilah tahu yang siap dikonsumsi. “Cara pembuatan ada yang diuap, ada yang direbus. Untuk ukuran tahu, tergantung pesanan, dengan kualitas tergantung kebersihan,” ujar Puryadi. Dalam sehari Puryadi, mengaku mampu memproduksi tahu minimal 25 bak, yang setiap baknya menghabiskan kedele sekitar 2,5 kilogram. Kedele itu, ia beli dari dari agen. “Kalau 50 kilogram jadi 20 bak. Harganya 150 rupiah per biji, ada juga yang 200 rupiah per biji. Kalau hari raya, per orang bisa ngambil sampai 25 bak,” ungkapnya. Berkait dengan harga kedele yang tidak menentu, Puryadi mengaku senang bila terjadi kenaikan harga kedele, karena ia bisa manikkan harga tahunya. Sedang untuk pembuatan tahu, dia lebih memilih kedele impor untuk bahan bakunya, karena dinilai lebih tahan lama, tidak mudah basi. “Tahu dari kedele lokal, dalam waktu 2 hari saja sudah tidak enak, tetapi untuk kedele impor bisa bertahan hingga 3 hari. Kedele lokal kualitasnya kurang, kadang masih hijau sudah dipanen,” jelasnya. Jember Kita

I

Agustus 2013

47


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.