
3 minute read
Masa Keemasan
“Truknya selalu berhenti di depan PDPK dan mereka bersorak membanggakan toganya di hadapan mahasiswi PDPK untuk mendapat simpati kita,” paparnya sambil tersenyum. Pernyataan ini diaminkan oleh mantan PR IV Unsyiah, Dr. Nazamuddin, MA. “Kehadiran PDPK seperti magnit bagi Unsyiah. Disamping karena prestasinya
Mahasiswi PDPK selalu tampil di depan
Advertisement
yang dibanggakan oleh mitra seperti Exon, Mobil Oil, AAF, dll., mahasiswi PDPK selalu menjadi idola para mahasiswa dan dosen di Unsyiah. Kebetulan istri saya juga salah seorang alumni PDPK,” ujar alumni Colorado State University disambut tepuk tangan meriah dari peserta reuni. [ ]
Dalam seminar menyambut 38 tahun PDPK yang dilaksanakan oleh para alumni tanggal 12 Oktober 2015 lalu, Prof. Blandina S. Panelo, Ph.D dari The East University of Philiphine, mengemukakan kebahagiaannya ketika diterima sebagai konsultan oleh The Asia Foundation untuk mengembangkan Prodi Kesekretariatan Fekon Unsyiah. “Saya merasa seperti di rumah sendiri. Angkatan pertama ada 20 orang, di antaranya Herawati, Ajrun, Rafnidar, Cayarani, Naimah. Mereka semua sangat atraktif, mau belajar, dan pekerja keras. Ini yang membuat saya sangat senang,” ujarnya. “Saya juga merasa betah karena Unsyiah yang dipimpin Pak Ibrahim Hasan secara keseluruhan sangat supportif, terutama Pak Bahrein Sugihen. Ia seperti Bapak, Abang dan juga mentor saya,” tambahnya.
Masa Keemasan
Dalam kurun waktu 18 tahun sejak kelahirannya, Fekon Unsyiah terus menunjukkan kapasitasnya sebagai salah satu Fakultas Ekonomi yang diperhitungkan di tanah air. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan yang diberikan oleh Konsorsium Ilmu Ekonomi Indonesia dalam sebuah rapat konsultasi di Fekon Unsyiah, November 1977. Hasil rapat antara lain menyepakati pembentukan beberapa pusat (center) pada Fakultas Ekonomi dalam rangka pembinaan Fakultas Ekonomi di Sumatera dan
Prof. Dr. Syamsuddin Mahmud

Penghargaan Mahasiswa Berprestasi

Kalimantan Barat. Pada rapat konsultasi berikutnya di Medan, Maret 1978, ditetapkan pembentukan Center of Development Studies (CDS) di Fekon Unsyiah. Dapat dikatakan bahwa pembentukan CDS ini merupakan salah satu bukti kepercayaan Konsorsium Ilmu Ekonomi atas kemampuan Fekon Unsyiah, khususnya dalam bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan. Pada tanggal 27 Juli 1978, sebagaimana yang diprediksi banyak kalangan, Prof. Drs. A. Majid Ibrahim dilantik menjadi Gubernur Aceh oleh Mendagri Amir Mahmud menggantikan A. Muzakkir Walad. Sebagai akademisi, dalam kepemimpinannya, A. Majid Ibrahim kerap meminta pertimbangan akademis dari ‘adik-adiknya’ di Darussalam sebelum membuat suatu kebijakan
Rapat Konsorsium Ilmu Ekonomi

pembangunan. Sabagai ‘arsitek’ Aceh Development Board yang kemudian melahirkan Bappenas di tingkat nasional, A. Madjid benar-benar mengandalkan peran strategis Bappeda sebagai koordinator perencanaan program pembangunan Aceh. Pada masa inilah, teknokrat, khususnya ekonom memainkan peran yang sangat krusial. Sebagai bentuk apresiasi, sejak tahun 2014, Pemerintah Aceh memberikan Penghargaan A. Majid Ibrahim (AMI award) kepada Bappeda di Aceh yang dinilai memiliki kualitas penyusunan perencanaan pembangunan yang terbaik setiap tahunnya. Periode ini benar-benar merupakan era keemasan Fekon Unsyiah. Hal ini diungkapkan sambil bercanda oleh Drs. M. Jacob Abdi, MM. “Gubernur orang ekonomi, Rektor juga orang ekonomi, Dekannya pun orang ekonomi, he..he..he,” candanya.
Memang demikianlah adanya kala itu. Darmansyah, seorang jurnalis senior menuliskan era saat itu dengan puncak kejayaan Fekon Unsyiah. “Fakultas Ekonomi, dulunya di singkat Fekon Universitas Syiah Kuala, merupakan “ikon” lembaga pendidikan tinggi di kampung ‘jantong hate poma’ ini. Mereka begitu lama mencengkeram berbagai ‘medan’ jabatan, penelitian dan pelatihan sehingga untuk menyebut nama ekonomi berarti sudah ‘identik’ dengan Unsyiah.” Sementara di kampus ‘ikon Darussalam’, Dekan Dr.

Prof DR. Ibrahim Hasan, MBA
Syamsuddin Mahmud tengah memantapkan kerja sama pembinaan Jurusan Akuntansi dengan FE USU Medan. Inisiatif ini sangat penting karena sudah tiga tahun mahasiswa Akuntansi terbengkalai studinya. Bentuk kerjasama ini kemudian dijadikan model oleh Konsorsium Ilmu Ekonomi untuk melakukan pembinaan fakultasfakultas muda di seluruh Indonesia, terutama dalam bidang Akuntansi. Buah kerjasama ini diraih ketika 25 orang mahasiswa Jurusan Akuntansi dinyatakan lulus pada tahun 1978. Yang menggembirakan, 12 orang diantaranya merupakan asisten dosen termasuk Drs. Tasmin A. Rahim (terakhir mantan PD II Fekon Unsyiah) yang tercatat sebagai lulusan pertama. Pada bulan Nopember 1978, Pak Syam terpilih kembali sebagai dekan untuk kedua kalinya. Periode kedekanan tahun 1979-1981 ini menempatkan Drs. M. Yusuf Walad, MBA sebagai PD I dan Drs. A. Rahim Umar sebagai PD II. Sementara jabatan PD III tetap dipegang Drs. Said Hasan Ba’abud sebelum digantikan oleh Drs. Alfian Ibrahim. Said Hasan Baabud memutuskan berkarier di PT. Exon Mobil, Lhokseumawe sebagai Direktur Keuangan. Periode ini mencatat beberapa peristiwa penting antara lain pelaksanaan Sistem Kredit Semester. Hal ini sesuai keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) No. 494/D/Q/1979. Dengan sistem ini, beban studi mahasiswa dinyatakan dalam satuan kredit semester. Sistem ini diterapkan serentak bagi seluruh mahasiswa, sehingga semua mata kuliah yang telah ditempuh mahasiswa dikonversikan ke dalam satuan kredit semester. Setahun berselang, tepatnya pada 1979, menyusul Ibrahim Hasan meraih Doktor dari