8 minute read

Lahirnya Universitas Syiah Kuala

Next Article
Profil Penulis

Profil Penulis

“Waktu pertama kali bertemu Ibrahim Hasan, saya sudah melihat bright future beliau,” aku Iskandar waktu pertama kali mengenal Ibrahim Hasan. Selain itu, beberapa staf pengajar tetap lainnya berhasil dirangkul seperti Drs. Abbas Abdullah yang kemudian menjabat Kepala Bagian Pendidikan dan Drs. M. Manullang yang kemudian menjabat Direktur Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (waktu itu namanya Biro Penyelidikan Ekonomi dan Sosial). Mereka ini kebetulan teman-teman lama Iskandar. Terakhir, Drs. M. Manullang pindah ke Medan sebagai dosen tetap di Unimed (dulu

Rektor memberi hadiah kepada tiga orang pegawai Fakultas Ekonomi yang terlama IKIP Medan-red). [ ]

Advertisement

mengabdi. M. Thaib Kays, M. Yasni Ishak dan M. Yusuf Amin.

Lahirnya Universitas Syiah Kuala

Waktu terus bergulir. Sebagai fakultas muda, kegiatan akademik Fakultas Ekonomi USU di Kutaraja berjalan perlahan. Namun tidak dengan Dr. T. Iskandar, ia bertambah sibuk saja. Selain menjabat Dekan Fakultas Ekonomi, ia juga merupakan Sekretaris dan anggota komisi Persiapan

Prof. Dr. T. Iskandar dilahirkan di Trieng Gadeng, Pidie pada 19 Oktober 1924. Anak pertama dari 7 bersaudara ini mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Trieng Gadeng, Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Sigli, dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Kutaradja (Banda Aceh kini). Tahun 1942, sang anak petani ini berhasil menyelesaikan pendidikan Algemeene Middlebare School (AMS) di Jakarta dan kembali ke Aceh. Tak lama kemudian, ia mendaftar menjadi tentara (TNI) dan mendapat pangkat Letnan Muda. Karier akademik dimulai dari pelariannya saat Agressi Belanda ke-2. Waktu itu, pasukan TNI di Sumatera Utara berhasil dipukul mundur. Iskandar yang bertugas di Pematang Siantar sempat melarikan diri dengan memaksa masinis kereta Api untuk berbalik arah menuju Tebing Tinggi. Namun, tentara Belanda terus mengejar dan menembaki mereka. Akibatnya, kereta api ini bertabrakan dengan kereta api lainnya yang menuju Pematang Siantar. Banyak penumpang cedera termasuk Iskandar yang mengalami patah tulang punggung. Oleh masyarakat setempat ia diobati dan dilindungi dari kejaran tentara Belanda.

Setelah sembuh, ia mendengar kalau ada tentara yang tertangkap akan disiksa. Seorang temannya asal Maluku sempat disabet bayonet sehingga putus urat tumit kakinya dan lumpuh. Menghindari kejadian serupa, ia pergi ke rumah seorang perwira Belanda untuk menyerahkan diri. Furcht, yang pernah bertugas di Aceh menawarinya 3 pilihan untuk bekerja, tinggal di camp tentara Belanda, atau melanjutkan studi. Pilihan terakhir inilah yang kemudian mengantarnya menjadi Professor bidang sastra dan sejarah Melayu-Aceh. Asisten Prof. G.W.J. Drewes di Leiden University ini kembali ke Aceh setelah didesak oleh A. Hasjmy yang menjabat Gubernur Provinsi Aceh kala itu.

Pada awal tahun 1961, Dr T. Iskandar menghadiri pembukaan Universitas Malaya di Kuala Lumpur, Malaysia. Ia menjadi satu-satunya utusan universitas dari Indonesia yang menghadiri acara tersebut karena waktu itu tengah terjadi sentimen anti Malaysia di Indonesia. Perdana Menteri Malaysia Tengku Abdurrahman sangat menghargai kedatangannya dan menyebutkan nama Universitas Syiah Kuala, sebagai utusan universitas dari Indonesia dalam pidatonya. Suatu hari, T. Iskandar diundang makan malam oleh PM Abdurrahman. Saat itulah Perdana Menteri memintanya menetap di sana untuk membangun universitas muda ini sekaligus dianugerahi gelar Professor penuh. Tidak hanya itu, T. Iskandar juga mendapat tawaran serupa dari Kerajaan Brunei Darussalam untuk membuka University Brunei Darussalam. T. Iskandar merasa bahwa perlakuan istimewa yang diberikan negara tetangga jauh dari apa yang ia rasakan di negeri sendiri. Namun demi pengabdiannya, ia tak pernah merasa kecil hati.

Pendirian Universitas Syiah Kuala. Semua tumpuan harapan rakyat Aceh akan hadirnya perguruan tinggi di bumi Iskandar Muda dibebankan pada komisi ini. Beban inilah yang mendorong panitia untuk bekerja keras. Guna melengkapi syarat sebuah universitas, panitia pun mempersiapkan pendirian beberapa fakultas lainnya. Maka, pada tanggal 9 Januari 1960, dibentuklah Panitia Persiapan Pembangunan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP). Ketua umum dan wakil ketua umum tetap dipegang oleh Letkol Sjamaun Gaharu dan Ali Hasjmy. Selanjutnya, untuk mendukung berbagai tugas seperti mencari tenaga pengajar, mengadakan pendekatan dengan FKHP / FKH lain yang ada di Indonesia, menghubungi menteri PP dan K, serta menyediakan perumahan untuk calon tenaga pengajar, tim panitia persiapan FKHP dibagi dua. Seksi A dipimpin oleh T. Sulaiman dibantu oleh Nazaruddin Noor sebagai sekretaris. Sedangkan seksi B dipimpin oleh drh. R. M. Soedjono Ronowinoto, Kepala Dinas Kehewanan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan dibantu oleh seorang sekretaris, Anwar. Sedangkan Dr. T. Iskandar tercatat

sebagai anggota seksi B bersama dr. Zainoel Abidin, Mayor Eddy Murthy dan tiga orang lainnya. Setelah melalui proses marathon, akhirnya Menteri PP dan K menyetujui pendirian FKHP sebagai bagian dari Universitas Sumatera Utara, Medan melalui Surat Keputusan Menteri PP dan K No. 79966/UU tertanggal 17 Oktober 1960. Upacara peresmian dilaksanakan di Aula Fakultas Ekonomi, Darussalam pada tanggal 17 Oktober 1960. Piagam Pendirian FKHP ditandatangani oleh Direktur Jenderal Direktorat Pendidikan Tinggi Prof. Dr. R. Soegiono D. Poesponegoro atas nama Menteri P.P. dan K. Pada kesempatan yang sama, kalung jabatan dekan dikenakan kepada drh. R. M. Soedjono Ronowinoto yang dilakukan oleh Presiden Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. A. Sofyan. Setelah FKHP berdiri, komisi persiapan Unsyiah semakin giat bekerja. Marzuki Nyakman, mantan Rektor Unsyiah menuliskan kenangannya tentang kesibukan komisi ini sbb4: “Komisi ini sering mengadakan rapat dan diskusi2 jang melahirkan konsep-konsep untuk merealisir tjita-tjita pembangun sebuah universitas bagi Atjeh. Diantara anggota2 komisi ini saja ingat Dr. T. Iskandar, Dr. R. Sugianto dan Tgk. H. Usman Jahja Tiba dan kemudian menjusul saudara Ibrahim Husin M.A. Komisi ini sering mengadakan rapat sampai larut malam sebagai sumbangan pikiran jang sangat diperlukan oleh Pemerintah Daerah. Setelah diadakan persiapan2 seperlunja, atas usut Pemerintah Daerah bersama Penguasa Perang, keluarlah Surat Keputusan Menteri PDK tanggal 17 November 1960 No. 96450/UU tentang pengangkatan Panitia Persiapan Universitas Negeri Shahkuala dan FKIP, jang terdiri dari para pedjabat pemerintah sipil dan militer serta tokoh-tokoh masjarakat, jang diketuai oleh Gubernur A. Hasjmy dan Sekretaris Drs. Marzuki Njakman. Rapat pertama dari Panitia tersebut berlangsung pada tanggal 17 Desember 1960 dibawah pimpinan Ketua Umum Gubernur A. Hasjmy. Kolonel M. Jasin (sekarang Majdjen) Pangdam I/Iskandarmuda selaku Wakil Ketua Umum Panitia dan Kolonel Sjammaun Gaharu (sekarang Brigdjen) selaku Penasehat Panitia turut memberikan kata-kata nasehat dan bimbingan didalam rapat tersebut. Gubernur A. Hasjmy dalam pertemuan tersebut mengharapkan kebulatan tekad seluruh anggota Panitia untuk bekerdja keras dengan penuh kesungguhan dan keichlasan sehingga tjita-tjita rakjat Atjeh untuk mewudjudkan pendirian universitas di Atjeh benar2 dalam waktu dekat mendjadi kenjataan.” Kebetulan pada saat hampir bersamaan, tepatnya tanggal 20 November 1960, beberapa anggota panitia persiapan pendirian Unsyiah seperti Dr. T. Iskandar, Ibrahim Husein, M.A., Drs. Marzuki Nyakman, Overste Sri Hardiman, BcHK, beserta Yahya Zamzami, dan Drs. Ahmad Sadiq mendirikan Perguruan Tinggi Rakyat Ilmu Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Perguruan tinggi

4 10 tahun Darussalam dan Hari Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Atjeh, Jajasan Pembina Darussalam, Juli 1969

Ir. Soekarno saat meresmikan pendirian Fakultas Ekonomi USU-Kutaraja

swasta ini kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Hukum Unsyiah. Sesuai dengan mandat SK Menteri PDK, panitia bertekad mendirikan beberapa fakultas lainnya. Maka, sambil mempersiapkan pendirian Unsyiah, panitia pun terus menggodok lahirnya FKIP dan Fakultas Hukum. Akhirnya, kerja keras Panitia Persiapan Pendirian Unsyiah pun terbayar. Pada tanggal 20 Juni 1961, Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) mengeluarkan Surat Keputusan No. 9/1961 yang menetapkan pendirian FKIP dalam lingkungan Unsyiah, terdiri dari 4 jurusan, yaitu Jurusan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan, Jurusan Ekonomi, Jurusan Ilmu Hayat dan Jurusan

Ilmu Pasti. Tidak hanya itu, Menteri PTIP juga mengeluarkan SK No. 10/1961 dengan tanggal yang sama 20 Juni 1961 yang menetapkan Perguruan Tinggi Rakyat Ilmu Hukum dan Pengetahuan Masyarakat menjadi Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (sekarang Fakultas Hukum / FH), dan dimasukkan dalam lingkungan Unsyiah. Sehari kemudian, menyusul Surat Keputusan Menteri PTIP No. 11 Tahun 1961, tanggal 21 Juni 1961 yang menetapkan berdirinya Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dengan empat buah fakultas, yakni: Fekon, FKHP, FKIP, dan FH. Dua fakultas pertama sudah berdiri lebih awal di bawah naungan Universitas Sumatera Utara. Fekon berdiri pada 2 September 1959 dengan Dekan Dr. T. Iskandar. Sementara FKHP yang berdiri pada 17

Kunjungan Ir. Soekarno 7 April 1972 melantik Kolonel M. Jasmin presiden Unsyiah

Oktober 1960 dipimpin oleh drh. R. M. Soedjono Ronowinoto. Dekan FKIP dipercayakan kepada Drs. Syamsuddin Ishaq. Sementara, Dekan FH dirangkap oleh Dr. T. Iskandar. Untuk mengabadikan hari kebangkitan pendidikan di Aceh seiring berdirinya Fakultas Ekonomi di Kutaraja, persemian pendirian Universitas Syiah Kuala beserta dua fakultas terakhir, FKIP dan Fakultas Hukum dilaksanakan pada tanggal 2 September 1961. Sedangkan Upacara Peresmiannya dilaksanakan oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno bersama Menteri PTIP pada tanggal 27 April 1962. Sejak saat itu, tanggal 2 September ditetapkan sebagai Hari Kebangunan Kembali Pendidikan di Daerah Istimewa Aceh. Dan hingga kini, tanggal 2 September diperingati sebagai Hari Pendidikan

Bung Karno saat mengunjungi Aceh

Daerah (Hardikda) dalam sebuah upacara resmi yang dihadiri segenap komponen Pemerintah Provinsi Aceh dan civitas academica Unsyiah di lapangan Tugu Darussalam. Bersamaan dengan peresmian Universitas Syiah Kuala, Kolonel Inf. Mohamad Yasin (Pangdam I Iskandar Muda menggantikan Letkol. Sjamaun Gaharu) diangkat sebagai Pejabat Presiden (Rektorred) Universitas Syiah Kuala berdasarkan SK Menteri PTIP tanggal 20 Januari 1962 dan SK Presiden RI tanggal 30 April 1962. Sedangkan Dr. T. Iskandar diangkat sebagai Wakil Presiden Unsyiah sekaligus Dekan Fakultas Ekonomi dan Dekan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Kemudian, Drs. Ibrahim Hasan diangkat sebagai Sekretaris Fakultas Ekonomi menggantikan Drs. Anwar Abubakar. Sejak saat itu pula, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara di Kutaraja secara resmi berubah nama menjadi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (Fekon Unsyiah). Nama yang kemudian menjadi ciri khas ‘kaum intelektual’ khas Darussalam.

Darmansyah, salah seorang alumni yang juga seorang jurnalis menuliskan bahwa Fekon Unsyiah telah menjadi “ikon” lembaga pendidikan tinggi di kampung “jantong hate poma” ini. “Mereka begitu lama mencengkeram berbagai “medan” jabatan, penelitian dan pelatihan sehingga untuk menyebut nama ekonomi berarti sudah “identik” dengan Unsyiah,” ungkapnya. [ ]

Dari kiri Drs. Alfian Ibrahim, Drs. A. Malik Sani dan Drs. Agussalim

This article is from: