Jambi Independent | 26 Februari 2011

Page 23

Jambi Independent

Sabtu, 26 Februari 2011

Telanaipura

Pembuatan KTP Menurun Pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) di UPTD Kecamatan Telanaipura, mengalami penurunan yang drastis. Hal ini dikarenakan sedikitnya pencari kerja yang tinggal di kecamatan tersebut. Kepala UPTD Kecamatan Telanaipura Akmal Ludin saat ditemui di ruang kerjanya kemarin (25/2), mengatakan, penyebab utama turunnya warga mengurus KTP di Kecamatan Telanaipura, bukan dikarenakan rendahnya kesadaran mereka, akan tetapi karena kurangnya warga yang mencari kerja. “Kini, kantor UPTD Kecamatan Telanaipura terbilang sepi dari warga yang ingin membuat KTP,” ungkapnya. Diungkapkannya, pada bulan Januari lalu sebanyak 800 lembar KTP diterbitkan. “Baik untuk warga yang memperpanjang, mengganti, maupun membuat KTP baru,” ujarnya. Namun pada bulan Februari, hanya beberapa orang saja yang datang ke UPTD untuk mengurus KTP. “Datanya belum kita rekap. Jumlahnya belum sampai separo dari jumlah pembuatan KTP bulan lalu,” bebernya. Dikatakannya, di dalam melayani pembuatan KTP pihaknya tidak pernah mempersulit warga. Cukup dengan persyaratan yang lengkap seperti surat pengantar dari RT setempat, dari kelurahan dan kartu keluarga, maka KTP akan langsung selesai secepatnya. “Prosesnya cepat, paling lambat dua hari KTP langsung jadi, asal warga melengkapi persyaratannya,” ujarnya. Akmal mengatakan, pembuatan KTP dan legalisir KTP juga tidak dikenakan biaya. Akmal mengimbau kepada RT dan kelurahan agar selektif dalam mengeluarkan surat keterangan untuk membuat KTP. “Agar mereka yang membuat KTP tersebut benarbenar jelas identitasnya,” tandasnya. (des)

Rolanda Hasibuan/jambi independent

TPS : Salah satu TPS yang berada di tepi jalan raya. Saat ini, untuk mengajukan penambahan TPS, kecamatan atau kelurahan harus menyediakan lokasi TPS.

Pengusulan TPS Terkendala Lahan Warga Enggan Hibahkan Tanah Desri Natalie R, Kota Jambi Kecamatan dan kelurahan mengaku kesulitan untuk mengajukan penambahan tempat pembuangan sampah (TPS) di daerah me­ reka. Pasalnya, untuk me­ ngajukan penambahan TPS,

kecamatan atau kelurahan harus menyediakan lahan kosong sebagai lokasi TPS. Sedangkan warga banyak yang enggan meminjamkan atau menghibahkan tanahnya untuk tempat TPS. Sekretaris Kecamatan Jambi Selatan Ridho mengatakan, walaupun jumlah TPS di Kecamatan Jambi Selatan masih kurang, namun penambahan TPS belum ada sampai saat ini. Menurutnya, pihaknya sudah mengusulkan penambahan TPS pada musrenbang

tahun 2010 lalu, namun belum ada realisasinya. Dikatakannya, pihaknya sangat memahami keluhan dari warga mengenai masalah sampah. Namun, pihaknya juga tidak berdaya dengan persoalan tersebut. Pasalnya, jika ingin mendapatkan TPS, maka pihak kecamatan harus menyiapkan lahan terlebih dahulu. “Kita harus siapkan lahan terlebih dulu, kalau ada lahan yang kosong atau dihibahkan mayarakat baru lah bisa kita mengajukan ke

dinas terkait,” ujarnya. Dia mengakui bahwa pihaknya terkendala dengan lahan. Kalau pihak kelurahan dan warga mau memberikan lahan, maka pihaknya siap untuk mengajukan penambahan TPS lagi. “Selain lahan, persetujuan dengan warga sekitar juga diperlukan untuk menaruh TPS,” ujarnya. Begitupula yang diungkap Lurah Sungai Putri Khairul Anwar. Dia mengatakan, untuk tahun ini pihaknya belum mengajukan untuk penamba-

han TPS. Karena di daerahnya TPS yang ada masih mampu menampung sampah. “Tapi kalau TPS ditambah akan lebih baik lagi,” ujarnya. Khairul juga mengatakan, untuk menambah TPS, pihaknya harus menyiapkan lahan kosong. Lahan yang dibutuhkan untuk pemba­ ngunan TPS seluas 1,5 x 1,5 meter. “Kebanyakan warga tidak ada yang mau meminjamkan atau menghibahkan tanahnya untuk dijadikan tempat TPS,” tandasnya. (*)

Usulkan Pembangunan Fisik

dok/JAMBI INDEPENDENT

Menurun : KTP yang dibuat di UPTD kecamatan. Di Kecamatan Telanaipura, jumlah pembuat KTP menurun.

Jambi Timur - Kelurahan Kasang, Kecamatan Jambi Timur, dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kelurahan tahun 2011 ini, mengusulkan pembangunan fisik maupun non fisik. Pada umum­ nya, warga mengajukan usulan pengaspalan jalan, pemasangan lampu jalan, pembangunan drainase dan pengembangan budidaya

jamur. Menurut Lurah Kasang Rahmat Sigiharto, dalam musrenbang, secara umum warga mengajukan usulan pengaspalan jalan, pemba­ngunan drainase, pemasangan lampu jalan dan pengembangan budidaya jamur di Kelurahan Kasang. Dia mengatakan, dari RT 1 sampai dengan RT 13, secara umum aspirasi yang disam-

paikan berupa pembangunan fisik. Seperti, pengaspa­ lan empat titik ruas jalan di RT 7, 4, 10, dan 11. Selain itu, warga RT 06 mengusulkan penambahan lampu jalan sebanyak empat titik. Tidak hanya itu, warga juga me­ ngusulkan perbaikan drainase untuk Sungai Tembuk. “Banyaknya sampah yang memenuhi sungai tersebut mengakibatkan air tidak

bisa tertampung lagi, sehingga air naik ke jalan,” ujarnya. Usulan lain yang berupa non fisik seperti pengembangan budidaya jamur. “Saat ini baru ada satu tempat budidaya jamur. Warga meminta agar dikembangkan lagi atau ditambah,” katanya. Dikatakannya, realisasi usulan warga pada Musren-

bang tahun 2010 lalu seperti pengaspalan di tiga tiga titik jalan. “Satu ruas jalan memakan anggaran sebesar Rp 100 juta,” ungkapnya. Dari sejumlah usulan tersebut, Rahmat berharap Pemerintah Kota Jambi dapat merealisasikannya dalam APBD 2011. “Kita berharap direalisasikan di APBD murni maupun perubahan,” ujarnya. (des)

Eel, Ibu Rumah Tangga yang Menjadi Tukang Ojek

Suami Tak Bekerja, Hanya Antar Wanita dan Anak-anak Eel (42), ibu tiga orang anak yang tinggal di Perumahan Griya Mayang Asri, Blok G, Nomor 30, tidak pernah bercitacita menjadi tukang ojek. Jika boleh memilih, ia ingin memiliki pekerjaan yang lebih baik dan lebih cocok bagi seorang perempuan. Namun, karena keterbatasan keahlian dan faktor usia, maka mau tidak mau ia harus melakoni pekerjaan tersebut. Seperti apa? Desri Natalie R, Mayang Saat ditemui di Jalan Ir. H Juanda, Mayang, tepatnya di depan Rumah Sakit Abdul Manap Kota Jambi, kemarin (25/2), Eel terlihat sedang duduk di atas sepeda motornya, Supra Fit Nopol BH 3185 AQ. Wanita yang mengenakan jilbab abu-abu, berjaket biru dan bercelana panjang serta bersepatu hi-

tam itu sedang menunggu penumpang untuk diantar ke tujuan. Eel mengaku, sudah tiga tahun menjadi tukang ojek. Dipilihnya tukang ojek sebagai sarana mencari nafkah, karena ia sangat hafal dengan daerah di Kota Jambi dan ia juga lihai mengendarai sepeda motor. “Hanya ini (mengojek, Red) yang bisa saya lakukan. Sebenarnya saya tidak berminat menjadi tukang ojek. Mungkin yang saya rasakan sama dengan tukang ojek wanita lainnya,” ujarnya. Cuaca panas tak membuat semangatnya luntur untuk bekerja. Meski pun hujan deras, ia akan tetap menarik penumpang demi mencari nafkah. Siang atau malam tidak ada bedanya baginya. “Saya memang perlu uang, tapi saya tidak gila uang. Saya melakukan itu semua, karena cinta saya kepada suami dan anak-anak saya,” ujarnya. Eel mengatakan, dirinya ha­ nya mau mengantar penum­ pang wanita dan anak-anak. “Saya tidak mau mengantar penumpang laki-laki. Yang saya antar kalau tidak ibu-ibu, biasanya anak sekolah dan remaja,” katanya. Hal itu lah yang membuat dirinya ber-

desri natalie r/JAMBI INDEPENDENT

Ojek Perempuan : Eel dan sepeda motornya. Eel menjadi tukang ojek untuk membantu ekonomi keluarganya.

tahan dengan profesinya itu. Eel memulai menjadi tukang ojek setelah mengkredit motor. Menurutnya, de­ngan motor sendiri, ia lebih bersemangat untuk ngojek. “Selain bisa mejeng pakai motor, dengan ngojek saya juga dapat duit untuk beli bensin dan sisanya untuk bayar ang-

suran rumah dan ditabung,” bebernya. Apalagi setelah banyak pe­ numpang yang memakai jasa ojeknya, ia semakin jatuh cinta kepada pekerjaannya tesebut. Pekerjaan ojek, kini bagi Eel merupakan pekerjaan pokoknya. Walaupun penghasilannya tidak ter-

lalu besar, namun hasil jerih payahnya itu dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari, walaupun dengan kondisi yang sederhana. Eel ngojek dari pagi hingga sore. Biasanya pada pagi hari, ia mengatar penum­ pang ke pasar. “Biasanya dari pagi sampai siang, saya

bisa me­n gantarkan empat sampai lima penumpang,” ungkapnya. Setelah beristirahat sejenak di rumah sore harinya, Eel kembali keluar untuk berkeli­ ling mencari penumpang. Jika kondisi jalan ramai ia bisa mengantarkan dua sampai tiga orang, namun jika kondisi jalan sepi ia hanya bisa dapat satu penumpang saja. “Bagi saya, ngojek lumayan hasilnya. Jika mau keluar seharian, dari pagi hingga sore, saya bisa membawa pulang uang Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu,” ujarnya. Menurutnya, dengan bantuan sepeda motornya itu, ia dapat membantu perekonomian keluarganya, mem­biayai sekolah kedua anaknya dan mencicil angsuran rumahnya. “Saya kasihan pada suami. Suami saya tidak be­kerja lagi, makanya saya ngojek untuk keluarga,” ujarnya. Selain menjadi tukang ojek, Eel membuka warung kecil di rumahnya. Dari penghasilan mengojek, ia juga menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menambah barang-barang yang akan dijual warungnya. Dikatakannya, memang kebanyakan orang memandang sebelah mata pekerjaan me­ ngojek. Namun jika ditekuni

dengan sungguh-sungguh pekerjaan tersebut juga mampu menopang kehidupan sehari-hari. “Dengan modal bensin 2 liter seharga Rp 10.000, kita bisa dapat hasil bersih Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu, jika bekerja dari pagi sampai sore,” katanya. Eel mengaku awalnya ia merasa malu menjadi tukang ojek, apalagi ia seorang wanita. Namun setelah merasakan hasil dari ngojek ini cukup lumayan, Eel sudah tidak malu lagi. “Apalagi saat ini saya mempunyai pelanggan ojek lebih dari lima orang yang ingin diantar setiap hari, sehingga dari pelanggan saya saja, saya dapat penghasilan bersih Rp 40 ribu sehari. Jika ditambah dengan penum­ pang yang lain, penghasilan rata-rata saya Rp 60 ribu,” sebutnya. Eel juga mengaku beruntung dengan kondisi di pangkalan ojek tempatnya mangkal. Teman-teman sesama tukang ojek di sana bersikap sopan. Bahkan di antara me­ reka ada sepakat, apabila pe­numpangnya perempuan dan anak-anak, maka Eel lah yang akan mengantar. Apabila penumpangnya pria, maka tukang ojek laki-laki yang mengantar. (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.