Jambi Independent | 03 Januari 2011

Page 27

Jambi Independent

Pasar

Harga Cabai Rp 70 Ribu Harga cabai merah dan cabe rawit di Kota Jambi terus mengelami kenaikan. Kemarin (2/1) saja, harga cabai merah sudah mencapai Rp 70 ribu dan cabai rawit Rp 50 ribu per kilogram (kg). Pantauan Jambi Independent di Pasar Angsoduo dan Pasar Keluarga, harga cabai merah sudah dibanderol Rp 70 ribu dan cabai rawit Rp 50 ribu per kg. Dua pekan lalu harga cabai merah masih Rp 50 ribu per kg. Anis (40), salah satu pedagang cabai di Pasar Angsoduo mengatakan bahwa pemicu naiknya harga cabai adalah karena pasokan dari sentra produksi cabai tersendat. “Informasi dari para pedagang pemasok, katanya produksi cabai menurun. Karena saat ini bukan masa panen lagi,” ungkapnya. Mahalnya harga cabai tersebut tentu saja membuat sejumlah pedagang dan ibu rumah tangga menjerit. Mereka mempertanyakan mengapa pemerintah tidak mengambil langkah untuk mengendalikan harga kebutuhan pokok tersebut. Aimi (35), salah seorang ibu rumah tangga mengatakan, saat ini para pedagang sayur enggan melayani pembeli yang hanya membeli cabe dalam jumlah kecil. “Minimal pembeli harus membeli cabai satu ons dengan harga Rp 7 ribu. Sebelumnya dengan uang Rp 5 ribu saja kita sudah bisa mendapatkan 2 ons cabai,” katanya. Selain ibu rumah tangga yang terkecik dengan naiknya harga cabai, pedagang makanan juga mengeluhkan me­ lonjaknya harga cabai tersebut. “Saya terpaksa membuat sambal kacang dari campuran cabai keriting merah dengan lada. Saya tidak mampu membeli cabai merah lagi, karena harganya sangat mahal,” ujar salah seorang pemilik warung makanan di pasar yang enggan disebutkan namanya. Sementara itu Said (47), pedagang bakso gerobak malah mengganti sambal dari cabai dengan sambal kemasan botol buatan pabrik. Menurutnya, sudah ada pembeli yang protes dengan digantinya sambal tersebut. “Pembeli bilang rasanya tidak pedas lagi. Saya terus terang saja ke pembeli bahwa harga cabe sekarang mahal,” tandasnya. Terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jambi Sabirin mengatakan, kenaikan harga cabai hampir merata terjadi di seluruh daerah. Menurutnya hal itu dikarenakan pasokan cabe tidak mencukupi. Biasanya dalam satu hari, pasokan cabai yang masuk ke Kota Jambi sekitar empat truk Fs. “Jika pasokan cabai kurang dari jumlah tersebut, dapat dipastikan harga cabai naik,” katanya. (*)

thehok

814 Polisi Naik Pangkat Sebanyak 814 personel polri di Polda Jambi dan jajarannya mendapat kenaikan pangkat. Hal ini sebagai bentuk penghargaan dari pimpinan Polri atas dedikasi, loyalitas dan prestasi kerja yang telah ditunjukan personel Polri dalam kurun waktu tertentu. Dari 814 personel tersebut, 95 personel perwira, dengan rincian dari AKBP ke Kombes Pol satu orang, dari Kompol ke AKBP tujuh orang, dari AKP ke Kompol 37 orang, dari Iptu ke AKP 17 orang, dan dari Ipda ke Iptu 33 orang. Selain perwira, 729 personel Bintara juga mendapatkan kenaikan pangkat. Rinciannya, dari Aipda ke Aiptu 51 orang, Bripka ke Aipda 31 orang, Brigadir ke Bripka 95 orang, Briptu ke Brigadir 173 orang, dan dari Bripda ke Briptu 379 orang. Upacara kenaikan pangkat atau Korps Raport tersebut dipimpin langsung oleh Kapolda Jambi Brigjend Pol Bambang Suparsono, di lapangan hijau Mapolda Jambi, Jumat (31/12) lalu. Menurut Bambang, kenaikan pangkat tersebut, merupakan wujud penghargaan dari Polri. “Personel yang naik pangkat, harus bertanggung jawab secara moral dalam mengaplikasikan anugerah dan amanah pangkat yang baru dalam melaksankan tugas,” katanya. Selain itu, kenaikan pangkat juga dapat menjadi motivasi untuk memberikan kontribusi yang positif. (rib)

Senin, 03 Januari 2011

Pemkot Diminta Buat Penampungan Gepeng Desri Natalie R, Pasar Jambi Jumlah gelandangan dan pengemis (gepeng) dan anak jalanan (anjal) di Kecamatan Pasar Jambi tahun 2011 ini, diprediksi meningkat. Pasalnya, setiap tahun selalu terjadi perpindahan gepeng dan anjal dari daerah lain. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi di­minta untuk membuat tempat rehabilitasi atau penampu­ ngan gepeng dan anjal. Safrizal Badar, Camat Pasar Jambi mengatakan, bertambahnya gepeng dan anjal di Pasar Jambi dikarenakan adanya perpindahan gepeng dan anjal dari beberapa dae­ rah. “Kebanyakan gepeng dan anjal di Jambi merupakan pendatang dari daerah lain. Kita memperkirakan tahun ini jumlah mereka meningkat,” katanya. Dikatakannya, Kecamatan Pasar Jambi merupakan wajah dari Kota Jambi, karena pasar adalah pusat keramaian. Namun, daerah pasar juga menjadi sasaran para gepeng dan anjal untuk

rolanda hasibuan /JAMBI INDEPENDENT

Gepeng

Seorang pengendara sedang memberikan uang kepada pengemis di salah satu simpang lampu merah di Kota Jambi.

mencari nafkah di jalanan. Hal ini tentu merusak wajah Kota Jambi itu dan mengganggu ketertiban umum. Walaupun Satuan Polisi Pamong Praja dan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Jambi sering melakukan razia terhadap gepeng dan anjal. Begitupula de­ ngan Kecamatan Pasar yang selalu mendata dan ber­

koordinasi dengan dinas terkait. Namun, hingga saat ini jumlah gepeng dan anjal masih banyak. “Walaupun keberadaan mereka ini mengganggu pengguna jalan, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sekalipun mereka ditertibkan, tapi akan datang kembali. Ini karena kita tidak memiliki tempat untuk menampung

mereka,” ujar Saf­rizal. Menurutnya, sudah saatnya Pemkot Jambi memikirkan untuk membangun panti rehabilitasi atau penampungan gepeng dan anjal. Sehingga, persoalan maraknya gepeng dan anjal di Kota Jambi dapat diatasi. “Dengan adanya panti sosial atau tempat penampu­ngan para gepeng dan anjal da-

pat diberdayakan dengan diberikan keterampilan. Supaya mereka tidak kembali ke jalan,” tandasnya. Pantauan Jambi Independent, kemarin (2/1), di kawasan Terminal Rawasari dan di persimpangan lampu merah Pasar, masih terlihat beberapa gepeng dan anjal meminta-minta. Sementara itu Kaspul Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Jambi mengaku sudah menyediakan rumah kontrakan di lorong Gotong Royong, Kecamatan Telanaipura untuk penampungan gepeng dan anjal. Menurutnya saat ini ada sekitar 20 orang lebih gepeng dan anjal yang ditampung disana. “Semua orang jambi. Mereka berasal dari keluarga yang tidak hormonis,” katanya. Dirumah penampungan itu disediakan alat untuk menyalurkan keterampilan para gepeng dan anjal tersebut. “Seperti kompresor,” ujarnya Sedangkan gepeng dan anjal yang berasal dari daerah lain sudah dikembalikan ke daerahnya ma­ sing-masing.(*)

Tugu Monas, Alternatif Tempat Tongkrongan bagi Remaja (2-habis)

Posisi Strategis dan Mudah Ditemukan Walaupun tidak ada pedagang makanan di Tugu Monas Kota Baru, namun tugu tersebut masih menjadi pilihan beberapa remaja sebagai tempat berkumpul. Selain posisinya strategis, Tugu Monas juga mudah dijangkau. siti mutia, Kotabaru Arial (20) adalah salah satu remaja yang menjadikan Tugu Monas Kota Baru sebagai tempat bersantai dan berkumpul bersama teman-temannya. Mahasiswa Universitas Jambi semester V ini mengaku, dalam satu pekan setidaknya satu kali ia singgah di tugu yang berada tepat di tengah-tengah komplek perkantoran Pemerintah Kota Jambi. “Biasanya saya sudah janjian de­ ngan teman-teman untuk kumpul di tugu,” ujar Arial.

rolanda hasibuan /JAMBI INDEPENDENT

Tempat Tongkrongan : Tugu Monas Kotabaru di sore hari. Selain lokasinya strategis, Tugu Monas juga mudah dijangkau.

Menurut mahasiswa yang kos di Mendalo Darat ini, dirinya dan teman-temannya memilih Tugu

Monas Kota Baru sebagai tempat berkumpul, karena tempat tersebut mudah ditemukan.

“Teman-teman yang belum mengenal Kota Jambi tidak perlu khawatir tersesat, karena tempatnya mudah ditemukan,” ujarnya. Dikatakannya, Tugu Monas Kota Baru sangat strategis dan mudah dijangkau. Selama ini tidak ada temantemannya yang mengeluhkan lokasi tersebut sebagai tempat berkumpul. “Posisinya pas di tengah-tengah. Dari Mendalo juga tidak terlalu jauh,” sebutnya. Walaupun saat ini cukup banyak tempat-tempat tongkrongan di Kota Jambi, namun Arial dan temantemannya tidak pernah bosan berkumpul di tugu yang jam besarnya sudah tidak ada lagi tersebut. Arial menyarankan agar Pemerintah Kota Jambi memperbaiki atau menambah fasilitas di tugu tersebut. Seperti menambah atau mengganti lampu, memasang kembali jam besar dan mengecat tugu yang warnanya sudah pudar. “Jika dibiarkan tidak ada lampu, kita khawatir dimanfaatkan orang untuk berbuat tidak-tidak,” tandasnya. (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.