Jambi Independent | 01 April 2011

Page 28

FEMALE Jambi Independent

Jumat, 01 April 2011

story

Pekerjaan terhormat dan ekonomi yang mantap sudah didapat Artha. Namun hingga usianya jelang kepala empat, statusnya masih jomblo. Tapi dia bukan jojoba, (jomblojomblo bahagia, Red). Karena apa yang terjadi kini, tak terlepas dari peran sang ayah. ARTHA ingin segera menikah. Mimpinya untuk memiliki sebuah keluarga sakinah dan bahagia sudah membuncah. Usia perempuan yang berprofesi sebagai dosen di perguruan tinggi di Jambi tersebut sudah 38 tahun. Bukan betah, tapi apa yang terjadi kata perempuan berwajah manis itu, karena ayahnya terlalu selektif memilih pasangan hidup untuknya. “Ya, begini lah. Sampai saat ini saya belum juga menikah, entah apa yang diinginkan Ayah,” cetus jebolan Universitas Airlangga tersebut, saat disambangi di tempat tugasnya, Selasa (29/3) lalu. Artha mengaku, sebenarnya selama ini banyak lelaki yang ingin memperistri dia. Bahkan satu dua kali, Artha sempat menjalin hubungan serius. “Saya sudah merasa cocok dengan seseorang. Tetapi lagi-lagi yang menjadi kendala adalah restu Ayah saya yang tak juga didapat,” keluhnya. Dua tahun lalu, perempuan berhidung bangir tersebut menjalin hubungan dengan seorang politikus muda di Jambi. Tapi hubungan yang sudah berjalan tiga tahun itu harus kandas, karena ayahnya menolak pinangan sang kekasih. “Sekarang dia sudah menikah dan memiliki anak dengan perempuan yang dinikahinya. Saya kembali harus me­ nyandang status jomblo sampai sekarang,” kata Artha, nelangsa. Artha mengaku sudah pasrah dengan ­nasibnya yang tak kunjung menemukan tambatan hati sesuai keinginan sang ayah. Dia pun enggan terus berdebat dengan ayahnya tentang lelaki yang diidamkannya. Karena ayahnya punya standar untuk pendamping hidupnya. Pertama, harus satu suku dengan keluarga mereka.

Artha hingga Usia 38 Tahun Masih Jomblo

Calon Selalu Ditolak Ayah FOTO DIPERAGAKAN MODEL; IST/JAMBI INDEPENDENT

Ingin Menikah Setelah dapat Gelar Sarjana Saya sudah merasa cocok dengan seseorang. Tetapi lagi-lagi yang menjadi kendala adalah restu ayah saya yang tak juga didapat.” Kedua, calon suaminya juga harus punya pendidikan setara dengan dia, S-2 atau S-3. Se­lanjutnya, calon suaminya juga harus punya rumah dan pekerjaan yang mapan. Merujuk standar itu, Artha pernah bertengkar hebat dengan sang ayah. Karena menurutnya, jodoh itu Tuhan yang menentukan. Bukan ditentukan oleh manusia. Untuk menepis rasa sepi, Artha berusaha menghabiskan waktunya dengan menyibukkan diri. Dia tak hanya mengajar di kampus tempatnya ter­ daftar sebagai PNS, tapi juga di lembaga ­pendidikan.(tya)

ARTHA ingin melepas status lajangnya ketika gelar sarjana sudah diraihnya. Dengan Harry-sebut saja begitu. Harry bekerja sebagai kesehatan di sebuah puskesmas di Jambi. “Tapi keinginan tersebut ditolak ­m entah-mentah oleh ayah. Alasannya saya harus sekolah lebih tinggi dari­ nya,” ujar Artha. Karena ayahnya yang ­punya jabatan di kantor bergelar master, ­tambah Artha. Akhirnya Artha melanjutkan kuliah S2 ke Surabaya. Lamanya masa studi serta jarak yang memisahkan. Membuat hubungan long distance yang mereka jalani akhirnya merenggang. Ditambah pula, ayahnya secara terangterangan menunjukkan ketaksukaannya pada Harry. “Akhirnya dia menikah dengan perempuan lain, bidan yang juga bertugas di puskesmas yang sama,” kenangnya. Kecewa dan depresi sempat dialami Artha karena ditinggal menikah Harry. Namun dia bangkit kembali dan menjalin hubungan dengan lelaki lain. “Ada yang sekedar iseng, ada juga yang serius. Tapi setiap mereka datang

Ada yang sekadar iseng, ada juga yang serius. Tapi setiap mereka datang menemui ayah untuk meminang, selalu menolak. Ada saja celanya di mata ayah.” menemui ayah untuk meminang, selalu menolak. Ada saja celanya di mata ayah,” kata Artha. Selesai studi S2-nya Artha diterima sebagai dosen. Dari situ, ayahnya makin meninggikan kriteria calon menantu-

nya. Sementara, seiring berjalannya waktu usianya yang makin tambah, membuat Artha risau. Sedangkan sang ayah tak jua menyadari bahwa Artha bukan lagi gadis ABG. “Entah siapa yang ditunggu ayah,” ­imbuh Artha, lagi. Dengan gelar S2 yang disandang, Artha menyadari, dia bakal sulit untuk menemukan sosok lelaki yang diidamkan sang ayah. Tak juga “laku”, Artha pun “banting harga”, tak lagi peduli lelaki yang menginginkannya duda atau bukan sarjana. “Yang penting dia sayang sama saya. Saya ingin menjadi seorang istri dan ibu,” ungkap Artha, lirih. Berbagai cara juga pernah dicobanya untuk bersua dengan jodohnya. “Mulai minta dicomblangin sampai ikut sebuah program biro jodoh. Tapi, tampaknya ­Tuhan belum mempertemukan saya de­ ngan belahan jiwa saya,” sambungnya. Menurut Artha, ayahnya yang kini mulai memasuki usia senja juga menunjukkan penyesalannya, karena selalu menolak pinangan lelaki yang menginginkan putrinya.(tya)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.