Radar Tegal 12 April 2011

Page 9

BREBES & BUMIAYU

8

SELASA 12 APRIL 2011

RADAR TEGAL

TELEPON PENTING RSUD Brebes RSU Bhakti Asih RSIA Mutiara Bunda Tanjung Brebes RS Dera As Syifa Banjarharjo Brebes Hotel Dedy Jaya Brebes RS Dedy Jaya

(0283) 671431 (0283) 671279 / 673481 (0283) 877222 (0283) 889588/ 889548 (0283) 673133 / 673158 (0283) 672145/ 672525

LINTAS Penyerapan Gabah Masih Rendah BREBES - Penyerapan gabah yang dilakukan Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre IV Pekalongan wilayah Brebes, hingga kini masih rendah. Karena harga yang ditetapkan petani cukup tinggi. Kepala Gudang Bulog Cimohong Bulakamba Yanto Jumnat (8/4) kemarin, mengemukakan harga yang dipatok di pasar saat ini untuk gabah kering panen Rp 3200 perkilogram. “Kami masih mengandalkan dari HPP lama, Rp 2.600 perkilogram untuk beli gabah petani. Untuk HPP baru belum ada,” katanya. Ia mengaku, cukup sulit untuk melakukan penyerapan gabah petani. Selain harga yang dipatok Bulog masih jauh di bawah harga pasaran saat ini, rendahnya kualitas gabah petani juga menjadi masalah. “Penyerapan gabah petani saat ini cenderung lambat. Panen yang dilakukan petani pun tidak serentak yang disebabkan waktu tanam petani yang memang tidak serentak,” ulasnya. Sementara Wakil Kepala Bulog Sub Divre IV Pekalongan Barat Ahmad Riyadi sebelumnya menjelaskan bahwa meski Bulog sudah siap membeli gabah dari petani, namun sampai dengan sekarang mitra kerja maupun sejumlah petani hingga kini belum ada kontak lanjut pengiriman gabah. Hal ini karena selain belum ada panen raya, juga harga beras di pasaran masih cukup tinggi. Riyadi menambahkan bahwa Bulog Divre IV siap untuk membeli gabah petani. Namun tinggal apakah mitra kerja mau dengan harga Rp 3.345 per kg di gudang Bulog. Kalau mau, maka Bulog juga siap menerimanya. (gus)

Perbaikan Jembatan, Pantura Terhambat WANASARI - Jalan raya Pantura sempat dibuat macet, hal ini dikarenakan jembatan di Desa Pesantunan, Kecamatan Wanasari dibongkar total dengan menggunakan alat berat hingga menutup ruas jalan sebelah selatan jalur Pantura. Sejumlah kendaraan pribadi atau pun kendaraan angkutan umum dari arah barat menuju Jakarta harus menggunakan ruas jalur pantura sebelah utara, sedangkan kendaraan dari arah barat menuju Tegal juga menggunakan jalur yang sama. Kondisi tersebut membuat kendaraan harus melaju dengan lambat. Akibatnya, ruas jalan nasional yang biasanya lancar, sejak Jumat sampai dengan saat ini dalam kondisi padat merayap. Wiryo (45), salah satu pengendara dari arah Jakarta mengaku, untuk menuju Tegal biasanya hanya ditempuh selama 15 menit dari Desa Pesantunan. Namun akibat adanya perbaikan jembatan, waktu tempuh ke tujuan terpaksa molor. “Dengan adanya perbaikan tersebut, saya harus antri selama tidak kurang dari 25 menit, untuk melintasi jembatan yang sedang dalam proses perbaikan itu,” katanya

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Brebes Suprapto saat ditemui mengatakan, untuk tahun 2011 ini ada tiga jembatan di sepanjang Pantura Brebes yang akan dilakukan perbaikan. Ketiga jembatan tersebut adalah jembatan Pakijangan-Bulakamba, jembatan Balaikambang Wanasari dan jembatan Pemali-Brebes. Dari tiga jembatan tersebut, dua diantaranya sudah mulai digarap. “Sedangkan untuk jembatan Pemali, akan digarap setelah pembongkaran terhadap dua jembatan tersebut selesai,” katanya. Sesuai dengan jadwal yang ada, katanya, perbaikan tersebut akan memakan waktu selama 130 hari. Prapto mengaku, perbaikan tersebut lantaran keberadaan jembatan tersebut sudah tidak layak karena usia kontruksi jembatan yang sudah tua. Guna mengatasi kemacetan di sepanjang Pantura Brebes, Dishubkominfo Brebes sudah melakukan kordinasi dengan Satlantas Polres Brebes untuk upaya kelancaraan kendaraan. Termasuk juga memasang rambu-rambu penyempitan jalan pada jarak 500 meter dari jembatan. (har)

Satpol Larang Pungutan Liar BREBES - Kepala Kantor Satuan Pamong Praja (Kasatpol PP) Edi Sunarso SH melarang keras kepada seluruh anggotanya untuk meminta-minta kepada pedagang kaki lima dan pengusaha saat menjalankan operasi penegakan peraturan daerah dan peraturan bupati. Edi mengaku, belum lama ini dirinya mendapat laporan dari Camat Bulakamba serta pengaduan dari masyarakat terkait pungutan yang dilakukan oleh anggota satpol PP saat menjalankan operasi yustisia penegakan perda dan perbub. “Kendati laporan itu masih sepihak, namun seluruh anggota satpol PP Di wilayah Kabupaten Brebes sudah saya peringatkan untuk

tidak meminta uang kepada pedagang kaki lima dan pengusaha dengan dalih penegakan aturan Perbub dan Perda,” tegasnya. Menanggapi hal tersebut, Kasubag Informasi Bagian Hukum Setda Brebes Esi Hermawan mengatakan, penegakan peraturan daerah Nomer 4 Tahun 1994 pada pedagang atau pengusaha yang melaranggar K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan) menyebutkan bahwa mereka apabila tidak mentaati aturan tersebut dapat dikenakan sanksi kurungan selama 3 bulan atau denda sebesar Rp 50 ribu. “Sementara bagi PKL yang melanggar aturan dapat dikenakan sanksi denda sebesar Rp 7.500,” ungkapnya. (har)

Walim Tewas Tercebur AGUS WIBOWO/RADAR BREBES

LESU - Usaha ikan asin kini terus lesu seiring dengan cuaca yang memburuk dan mengakibatkan hasil tangkapan ikan merosot.

Industri Ikan Asin Lesu BREBES - Industri pengeringan ikan atau industri ikan asin di wilayah Kota Bawang lesu. Karena sudah lebih dari dua bulan kesulitan mendapatkan bahan baku. Hal itu sebagai dampak ombak besar, yang mengakibatkan sedikitnya hasil tangkapan nelayan. Kondisi tersebut diperparah dengan penurunan permintaan ikan asin dari luar daerah. Sarmin, perajin ikan asin asal Kluwut Bulakamba mengatakan, meskipun saat ini kondisi cuaca terlihat mulai membaik, pasokan ikan masih sedikit. “Kapal-kapal besar yang sudah berangkat ke laut sejak satu bulan lalu, hingga saat ini belum banyak yang masuk ke pelabuhan. Ini yang sudah ramai kapal-kapal kecil, kalau kapal besar masih sepi,” katanya. Menurutnya, sepinya pasokan ikan juga dirasakan di daerah tetangga seperti di Kota Tegal. Sebab, meski dirinya sudah berusaha mencari bahan baku namun di Kota Bahari itu juga sama dengan Brebes. Dijelaskan bahwa sebagian industri pengeringan ikan kini tidak bisa mendapatkan bahan baku. Dari puluhan industri ikan asin, saat ini hanya sekitar 8 industri yang bisa aktif berproduksi. Sebagian dari mereka memanfaatkan pasokan ikan dari kapal-kapal kecil. “Yang lain terpaksa berhenti berproduksi sementara waktu,” ujarnya. Perajin lainnya, Budi (35), mengaku sempat berhenti selama sepekan karena tidak mendapatkan pasokan ikan. Dua hari terakhir, ia kembali berproduksi dengan memanfaatkan ikan dari kapal-kapal kecil. Rata-rata produksinya saat ini hanya sekitar seperempat ton, atau hanya 10 persen dari produksi normal. Akibatnya ia terpaksa mengurangi tenaga kerja tetap serta mengurangi tenaga lepas. “Susahnya mendapatkan bahan baku juga membuat harga ikan asin naik. Harga yang sebelumnya di bawah Rp 20 ribu per kilogram, saat ini mencapai lebih dari Rp 23 ribu per kilogram. Sekarang harga daging dan ikan asin mahal ikan asin. Makanya permintaan ikan asin turun,” jelasnya. (gus)

SIRAMPOG - Walim (43) warga RT 05/RW 03 Desa Batursari, Kecamatan Sirampog dikabarkan tenggelam di aliran Sungai Pedes blok Curug Cantel Desa Batursari, sejak Sabtu (9/4) lalu. Korban ditemukan dalam kondisi tewas pada Senin (11/4) siang. Namun evakuasi terhadap tubuh korban belum dapat dilakukan karena keterbatasan peralatan yang ada. Kepala Desa Batursari Fahnuri mengatakan, sebelumnya Walim bersama salah seorang anaknya Ade (10) meninggalkan rumah dengan maksud untuk berburu burung. Saat sedang berada di Sungai Pedes, Ade menyampaikan keinginannya untuk buang air besar (BAB) kepada bapaknya. “Setelah selesai dan hendak kembali menuju jalan setapak, Ade terpeleset dan hampir jatuh. Melihat itu Walim berupaya meraihnya, tapi justru dia yang jatuh dan tercebur ke dalam sungai,” kata Fahnuri, seperti yang disampaiakan Ade. Melihat bapaknya jatuh, Ade hanya dapat berteriak-teriak sambil memanggil bapaknya. Dalam keadaan panik, bocah tersebut kemudian memutuskan untuk kembali. Namun saat itu yang

dituju adalah rumah neneknya yang ada di Dukuh Cigedang Desa Batursari, dan baru kembali ke Batursari pada Minggu (10/4). “Mungkin saat itu kondisinya sudah gelap, sebab ketika tercebur diperkirkan sudah pukul 13.30. Sedangkan untuk kembali ke Batursari dari sungai Cigedang jaraknya lebih dari 2 kilometer,” kata Fahnuri. Mendapat kabar adanya warga yang tercebur ke sungai, dia bersama perangkatnya segera melakukan pencarian dengan bantuan tim SAR Kabupaten Brebes. Pencarian dilakukan selain di lokasi korban tercebur, juga dengan menyisir aliran Sungai Pedes. “Kondisi cuaca saat kecadian tidak hujan, akan tetapi aliran sungai ini memiliki arus yang cukup deras. Sebab berada di bawah air terjun Cantel dan di situ lokasi terakhir yang ditunjukan anak korban dimana bapaknya terjatuh,” jelas Fahnuri. Pencarian korban mendapat titik terang pada Minggu sore, dengan ditemukannya sepatu milik korban. Tim SAR memfokuskan pencarian di lokasi tersebut. “Namun saat akan dievakuasi, hujan deras, hingga evakuasi ditunda,” katanya. (pri)

HARVIYANTO/RADAR BREBES

DIPERBAIKI - Beberapa alat berat didatangkan guna upaya peraikan di tiga jembatan sepanjang Pantura Brebes.

Warga Bangbayang Geruduk Balai Desa BANTARKAWUNG - Balai Desa Bangbayang, Kecamatan Bantarkawung Senin (11/4) didatangai puluhan warga. Mereka datang untuk menemui kepala Desa Zainal Arifin SAg terkait sejumlah permasalahan dalam pemerintahan desa. Warga tiba di Balai Desa Bangbayang sekitar pukul 10.00 WIB dengan menggunakan sepeda motor, mereka diterima perangkat desa untuk selanjutnya ditempatkan di Aula. Di hadapan pamong desa yang didampingi Muspika Bantarkawung, Wastori perwakilan dari warga menanyakan tiga poin permasalahan. Yakni masalah sisa alokasi beras raskin terhitung dari mulai bulan November 2010 hingga bulan Maret 2011. Di mana dalam periode itu terdapat sisa sebanyak 286 kantong, di mana setiap kan-

tong berisi 15 kilogram. Selain itu, dia juga menanyakan pelaksanaan program rehab rumah dengan anggaran sebesar Rp 2,5 juta yang hingga saat ini tidak terealisasi dan terakhir adalah soal pengangkatan seorang perangkat desa, yakni Wahidin yang dilakukan tanpa melalui seleksi. “Kami minta penjelasan dari kepala desa terhadap permasalahan-permasalahan tersebut,” kata Wastori. Menjawab pertanyaan itu, Kades Zainal Arifin mengatakan bahwa selama ini dirinya berupaya melanjutkan program seperti yang telah dilaksanakan dan berjalan saat periode pemerintahan sebelumnya. “Sisa beras raskin dari November hingga Maret kami masukan dalam program lumbung desa dan pada bulan

Maret kami juga melakukan pengadaan pakaian Linmas. Atas nama pemerintahan desa kami meminta maaf jika program ini tidak berkenan di tengah masyarakat,” kata Zainal. Dikatakan, sebelumnya ada Minggu (10/4) telah dilakukan pertemuan guna membahas permasalahan ini. Di mana dalam pertemuan tersebut telah disepakati bahwa Kades akan bertanggung jawab dan bersedia mengembalikan sisa raskin sesuai peruntukannya. Sementara Camat Bantarkawung Edi Sudarmanto SIP menyatakan, pihaknya tetap akan membantu menyelesaikan permasalahn tersebut sesuai dengan aturan yang ada. “Saya tetap akan memanggil kades untuk menyelesaikan permasalahan ini. Sehingga masyarakat tidak ada yang merasa dirugikan,” jelas Edi. (pri)

Pejabat Sementara Hambat Kinerja BREBES - Kinerja birokrasi Pemkab Brebes dinilai tidak maksimal. Itu disebabkan masih banyaknya jumlah pejabat yang mengemban jabatan sementara atau berstatus PLt di lingkungan pemerintah Kabupaten Brebes. “Berkali-kali disorot tapi sepertinya tidak direspon, kepala SKPD atau instansi lain di lingkungan Pemkab Brebes yang Plt atau Plh akan menghambat pelayanan publik dan kerja birokrasi. Ini sudah berlangsung lama tapi tidak ada kejelasan. Seharusnya Bupati paham ma-

salah ini,” tegas Sekertaris Komisi II DPRD Kabupaten Brebes Yuniar Syamsul Huda SE, Senin (11/4). Menurutnya, pejabat yang menyandang Plh atau Plt diragukan tanggung jawabnya secara penuh mengemban tugas. Hal itu, katanya, karena secara psikologis akan berbeda dengan keadaan pejabat yang sudah berstatus definitif. “Apalagi tugas dan kewenangan pejabat sementara itu sangat terbatas. Kewenangan yang dimiliki berbeda dengan peja-

bat definif yang diangkat melalui SK Bupati,” kata Yuniar. Lebih lanjut Yuniar berharap, pemilik kewenangan untuk bersikap profesional dan tidak menjadikan jabatan struktural tertentu untuk kepentingan pribadi. Artinya, jangan didasarkan pada suka dan tidak suka maupun karena faktor kedekatan. “Karena atasannya tidak suka dengan pejabat bersangkutan, sehingga untuk kenaikan pangkat mengalami penundaan,” ujarnya. (ism)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.