IRON FIRE ZINE



Menu
Crafted by:
Salma Fauziah
Khairunnisa
RA. Najmi Sasikirana
Rafadini
Nabila Kirana Pramadevi
Varra Rosantya Putri
Special art submission:
Nirmala Pujaningtyas
Design:
Salma Fauziah
Khairunnisa
Sustainable Fashion untuk Lawan Fast Fashion, Bisakah?
Testimoni
Fenomena Fast Fashion Dilihat dari Sisi Keamanan Lingkungan
Funfact
Secret Admirer
Kebijakan Paris dalam Mengurangi Fast Fashion
Cerpen
TTS
Varra Rosantya Putri
Akhir-akhir ini, kita seringkali menyaksikan bagaimana tren fesyen terus menerus berganti dari tahun ke tahun – bahkan secara tidak sadar tren baju baik dalam skala nasional maupun secara global terlalu cepat berganti bahkan pada dua sampai tiga bulan kedepan, bukan?
Bergantinya tren berpakaian yang dikenakan masyarakat ini disebabkan sebagian besarnya karena industri mode yang kini berkiblat kepada fast fashion, yang dalam kamus perindustrian tekstil berarti industri yang memproduksi dan menjual pakaian dengan siklus yang cepat dan terus-menerus. Fast fashion inilah yang kemudian menjadi fenomena global yang mengantarkan kita pada perubahan tren yang cepat dan selalu up to date namun tetap dapat dijangkau berbagai kalangan karena harganya yang murah. Maka tak heran kalau industri fast fashion ini sampai mempengaruhi perilaku konsumen di platform e-commerce dimana sebesar 58% dari keseluruhan persentase produk yang dibeli merupakan produk fesyen, lho! Angka yang cukup banyak, ‘kan?
Sisi gelap tren fast fashion Namun mirisnya, dibalik kemudahan kita berbelanja pakaian di sana-sini, ada orang-orang yang justru kesusahan lho gimana tuh?
Di balik layar industri mode yang berkembang pesat, banyak sekali brand pakaian yang memakai tenaga kerja yang murah untuk menekan biaya produksi mereka. Brand-brand pakaian besar ini akan menargetkan pekerjapekerja di daerah berpenghasilan rendah dengan alternatif pekerjaan yang minim seperti di Tiongkok, India, Bangladesh dan bahkan Indonesia Akibatnya, para pekerja mau tidak mau harus mengambil pekerjaan tersebut untuk menyambung hidup Mereka harus menoleransi kondisi kerja yang buruk, seperti jam kerja yang lama, perlengkapan perlindungan pekerja yang tidak memadai, hingga tidak adanya kompensasi atau tunjangan untuk para pekerja Ditambah dengan limbah industri seperti serat mikro dan penggunaan zat-zat berbahaya dalam proses produksi membuat risiko pekerja sakit semakin meningkat Bayangkan jika kalian harus bekerja dengan mesin-mesin produksi yang bising, melebihi jam kerja standar yakni delapan jam lebih, dan dibayar dengan upah yang kecil, it’s a BIG NO, right?
Setelah mendengar bagaimana sulitnya kehidupan para pekerja di industri fast fashion ini, adakah kalian terrpikir untuk berpindah ke tren mode yang lebih etis dan manusiawi? Kita bisa lho’ untuk pelan-pelan menerapkan konsep sustainable fashion ini Gimana caranya?
Menerapkan sustainable fashion Dilansir dari borgenproject org, ada setidaknya empat hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung sustainable fashion atau tren fesyen yang memiliki arah yang berkelanjutan, seperti : Thrifting baju di toko-toko lokal. Belanja barang bekas atau barang thrift bisa menjadi alternatif yang paling mudah dan murah. Thrift shop sendiri juga menawarkan baju-baju dengan harga yang lebih terjangkau dan dengan berbagai pilihan tren mode yang lebih luas, sehingga bisa lebih memuaskan kita-kita yang kadang cuma ingin sekadar ‘cuci mata’.
Gunakan metode beli, pakai, dan sumbangkan. Mungkin metode ini sudah sering terdengar dan bahkan terjadi di lingkungan sekitar kita, bukan? Ternyata dengan metode beli, pakai dan sumbangkan ini, kita telah ikut mendukung dan berpartisipasi dalam program sustainable fashion, lho! Selain bisa mengurangi jumlah baju yang hanya akan menumpuk lalu terbuang sia-sia dan menjadi limbah, kita juga dapat membantu orang-orang yang lebih membutuhkan Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, deh!
3.Belilah pakaian yang berkualitas baik dan tahan lama. Sebagai masyarakat yang ingin berhemat, kita biasanya akan lebih tertarik dengan pakaian dengan harga yang lebih murah, kan? Namun ini sebenarnya adalah metode yang diterapkan industri fast fashion untuk meraih lebih banyak keuntungan. Karena nantinya, pakaian dengan label ‘murah’ itu akan terus menerus berkembang dan berganti-ganti, sehingga kita akan senantiasa ‘tersihir’ oleh rendahnya harga dan terus membelinya Kadang terlintas dipikiran seperti –“Kan baju model ini belum punya… udah warnanya lucu banget, murah lagi, harus cepetan checkout nih sebelum ganti model lagi!” – kan? Dengan cepatnya pergantian mode yang mereka tawarkan, secepat itu pula kualitas baju akan bertahan, sehingga mau tidak mau kita juga harus membeli pakaian baru untuk memenuhi ‘kebutuhan’ kita, dan tanpa kita sadari membuat dompet kita menjadi cepat menipis Haduh! Maka dari itu, yuk coba beralih ke pakaian yang kualitasnya lebih terjamin walau dengan harga yang sedikit lebih mahal Karena dengan pakaian yang awet itu, kita bisa mengembangkan kreatifitas kita dengan sentuhan mix and match yang tentunya tidak kalah seru, dan dompet kita bisa sedikit bernafas dan kembali tebal yes!
4. Belajar menjahit walau hanya kecil-kecilan. Bahkan dengan kemampuan menjahit yang basic saja, kita dapat mengubah baju kita menjadi lebih indah, lho! Baik itu untuk menjahit bagian pakaian yang berlubang, merapikan jahitan yang berlebihan, sampai menambahkan bordiran sederhana untuk menghias pakaian kita agar terlihat lebih baru dan lebih segar Literally konten do it yourself atau DIY yang bisa kita praktikan dengan segera, kan?
Jadi, tunggu apa lagi? Mari kita dukung gerakan sustainable fashion dimulai dari aksimu!
Referensi:
https://earthorg/sustainable-alternatives-to-fast-fashion/ https://earthorg/what-is-slow-fashion/ https://borgenprojectorg/alternatives-to-fast-fashion/ https://wwwweforumorg/agenda/2019/02/7-ways-to-break-the-fast-fashion-habit-and-savethe-planet/ https://wwwvoxcom/2019/9/12/20860620/fast-fashion-zara-hm-forever-21boohoo-environment-cost
Kami bertanya pada teman-teman Hubungan Internasional ‘21, ‘22, dan ‘23, tentang tanggapan mereka terkait fenomena fast fashion,
Fast fashion menurut aku itu sangat potential untuk mengembangkan kreativitas dan potensi para generasi saat ini, karena dapat menantang para generasi muda untuk saling berkreasi dalam membuat dan menciptakan ide-ide baru terutama dalam industri fast fashion. Namun, dampak buruk yang dapat terjadi dari adanya fast fashion adalah dapat memunculkan perilaku konsumtif terhadap para generasi muda dengan adanya banyak tren fast fashion saat ini yang membuat mereka tidak memiliki selfcontrol terhadap beberapa hal yang ada di sekitar mereka. Hal ini juga dpicu dengan adanya istilah FOMO atau fear of missing out oleh lingkungan sekitarnya karena dengan adanya tren-tren baru yang ada pada industri fast fashion saat ini.
Zalfa Shofia Rasheeda - HI 23
Kalo untuk fast fashion menurutku ada plus minusnya ya. Kalo plusnya bisa diliat dari hal inovasi dan kreativitas desain, jadi desain tu bisa terus berkembang sesuai dengan apa yang banyak digemari masyrakat, engga yang stuck di satu tema aja. Kalo minus nya sih lebih ke budaya konsumtif yaa, jatuhnya kita kek membeli barang bukan diliat dari segi fungsinya tapi cuma karena lagi tren aja
Naratasya Putri Zahrani - HI 23
Menurut saya, fast fashion memiliki lebih banyak sisi negatif meskipun ada juga sisi positifnya. Perkembangan tren pakaian yang cepat mengikuti mode terbaru memang membuat kita bisa tampil stylish. Namun, dampaknya buruk bagi lingkungan dan sering kali melibatkan eksploitasi pekerja dengan upah rendah. Selain itu, fast fashion mendorong perilaku konsumtif, di mana kita cenderung sering membeli pakaian baru, sehingga pakaian lama tidak lagi terpakai dan hanya menambah jumlah sampah.
Gabrillia Diva Adira - HI 23
Opini aku ya tentang fast fashion nih memang ngasih kemudahan sama kita khususnya kaum mahasiswa ya Karena kita bisa punya clothing item yang suitable for the season or trend dengan harga yang terjangkau. Jadi kalau kita mau follow the trend, gak nangis banget lah ya finance kita. Tapi kalau ke lingkungan dampaknya selalu yang buruk ya. Kaya apa aja yang dilakukan manusia dalam upaya untuk following the trend tuh seringkali merugikan lingkungan kita. Kaya fast fashion nih yang membuat limbah industri tekstil semakin besar volumenya karena clothing itemnya pasti ga bertahan lama plus trend yang terlalu dinamis menuntut industri tekstil untuk selalu create something new Lalu clothing item dengan fashion sebelumnya pasti ditinggalkan dan ujungnya jadi limbah yang merugikan lingkungan.
Katrin Onere Br Sitanggang - HI 22
Fast fashion emang industri yang baik secara "tren". Apalagi barang yang diproduksi bisa terhitung murah dan memberi lebih banyak orang lapangan pekerjaan. Tapi semua yang cepat dan instan punya dampak di baliknya Salah satunya adalah tentang lingkungan Industri yang bisa memproduksi pakaian secara cepat dan continue ini akan membuat sampah plastik dan kain makin banyak. Ini pasti akan sangat berdampak bagi lingkungan, apalagi baju-baju yang udah tidak dipakai hanya akan jadi sampah. Bahkan gak hanya itu, industri yang harusnya memberi banyak orang lahan pekerjaan ini juga banyak melanggar aturan pekerja seperti gaji yang ga dibayarkan penuh dan memperkerjakan anak di bawah umur Jadi harapanku ide yang baik harus diimbangi dengan perencanaan yang baik juga
Enrika Vena Amelia - HI 22
Dilihat dari proses pembuatannya, industri fast fashion ini sangat berbahaya bagi lingkungan mengingat bahan produksi murah yang digunakan cenderung tidak environmentally friendly. Belum lagi industri ini cenderung untuk melakukan overproduction karena berusaha untuk memproduksi fashion sebanyak mungkin mengikuti tren atau musim yang ada. Hal ini berakibat menumpuknya pakaian di landfills (tempat pembuangan) yang juga berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan
Selain dari aspek lingkungan, industri fast fashion juga telah melanggar beberapa aspek hak asasi manusia. Industri ini biasanya tumbuh di negara-negara berkembang yang memanfaatkan tenagatenaga manusia yang dibayar dengan murah agar dapat memproduksi fashion sebanyak mungkin. Selain berkembangnya tren fast fashion industry, terdapat tren lain yang muncul yaitu, 'thrifting'. Thrifting adalah kegiatan konsumsi untuk membeli barang seconhand (bekas) dengan kualitas yang masih bagus yang sudah tidak dipakai lagi oleh pemilik sebelumnya. Munculnya tren ini, meskipun bukan solusi utama, tentu dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap fast fashion Selain thrifting, apabila seseorang ingin membeli suatu barang yang bukan bagian dari industri fast fashion serta memperhatikan aspek pekerja, hendaknya dapat melihat beberapa poin penting sebelum membeli, yaitu: apakah harga barang tersebut masuk akal, melakukan cek pada filosofi dan marketing brand tersebut, dan apakah brand tersebut benar-benar mempraktikan tujuan keberlanjutannya atau hanya upaya greenwashing saja Nabila Dinda Shalsabilla Pinonto’an - HI 21
Fast fashion, sebagai tren mode yang menekankan produksi cepat dan murah untuk mengikuti perkembangan tren terkini, sering kali mengabaikan dampak lingkungan dan sosial yang signifikan. Proses produksi massal yang cepat dan penggunaan bahan sintetis yang tidak ramah lingkungan mengakibatkan pencemaran yang parah, sementara kondisi kerja yang buruk di pabrik-pabrik negara berkembang memperburuk eksploitasi tenaga kerja Selain itu, pola konsumsi yang didorong oleh fast fashion cenderung menumbuhkan budaya buang yang tidak berkelanjutan, berkontribusi pada penumpukan limbah tekstil yang sulit terurai. Dengan demikian, fast fashion tidak hanya merugikan lingkungan tetapi juga melanggengkan ketidakadilan sosial, menjadikannya sebagai model industri mode yang perlu direvisi secara mendalam.
Annisa Uliana Sari - HI 21
Nabila Kirana Pramadevi
Fast fashion in a nutshell: cepet, murah, unsustainable Fast fashion
tuh industri yang terkenal karena memproduksi dan mendistribusikan pakaian trendy dengan biaya rendah dan berlangsung dengan cepat untuk memenuhi permintaan konsumen Industri udah pesat dari tahun 1990-an, didorong oleh inovasi dalam manajemen rantai pasokan dan keinginan konsumen untuk mendapatkan mode yang dengan harga terjangkau dan upto-date Biasanya, fast fashion identik dengan proses produksi yang cepat, hasil produk kualitas rendah, dan mengakibatkan degradasi lingkungan. Frens, siapa sih yang asing dengan Zara dan H&M? Ternyata, mereka itu ‘main character (MC)’ dalam industri fast fashion ini, loh! Zara dikenal dengan kemampuan produksi dan distribusinya yang cepat, Zara dapat memproduksi lebih dari 11 000 potong pakaian per tahun Keliatan biasa aja, ya? Enggak, bro! Zara ini top-tier dibandingkan dengan rata-rata perusahaan yang hanya 2 000 hingga 4 000 potong pakaian Gila gak sih? Bisa empat sampe lima kali lipat dari yang biasa, goks!
Makin kesini, fast fashion makin keliatan jeleknya, sob. Tau gak sih, ternyata fast fashion selama ini udah menghabiskan air dalam jumlah yang banyak untuk membuat bajunya, loh! Ibarat peribahasa ‘abis manis, sepah dibuang’; air buat produksi baju fast fashion abis dipake, langsung dibuang ke laut dalam bentuk limbah, gengs Sebenernya buang limbah ke laut gapapa si, asal udah di olah; masalah yang muncul dari sini, airnya tuh mengandung bahan kimia berbahaya. Mostly, airnya dipake pas proses pencelupan dan pengolahan Selain ke laut, air limbah ini juga udah mencemari sumber air dan tanah di sekitar pabrik
Gak cuman itu, cuy Fast fashion ini juga ‘bertanggung jawab’ atas 10% emisi karbon global Gak tanggungtanggung lagi, jumlah ini lebih banyak daripada gabungan seluruh penerbangan internasional dan pelayaran laut di dunia, gils! Funfact, emisi fast fashion ini berasal dari manufaktur, transportasi, dan pembakaran garmen
As IR peeps, ga afdol ga si kalo ga ngehubungin masalah ini ke teori HI? Nah, oleh karena itu, disini aku mau coba menghubungkan benang merah dari fast fashion yang ngerusak lingkungan ini dengan teori keamanan lingkungan. Basically, keamanan lingkungan itu lingkungannya (objek keamanan) ‘ merasa ’ terancam oleh sebab non-militer (fast fashion) Dari dampak yang udah aku sebutin sebelumnya, itu semua termasuk ke objek kajian yang harus ‘diamankan’ dari dampak negatif lingkungan tersebut Semua dampak negatifnya tuh bisa ‘menghancurkan’
Referensi:
https://zerowasteid/zero-waste-ifestye/mengenal-fast-fashion-dan-dampak-yang-ditimbulkan/ https://wwwinvestopediacom/terms/f/fast-fashionasp https://wwwethicaconsumerorg/fashionclothing/what-fast-fashion-why-it-problem https://waste4changecom/blog/fast-fashionpengertan-dampak-dan-tips-menghndarinya/ https://earthorg/fast-fashions-detrimenta-effect-onthe-environment/ https://pirgorg/articles/whats-the-probem-with-fast-fashion/ https://earthorg/fast-fashions-detrimental-effect-on-the-envronment/ https://sustanabiltyuqeduau/article/2024/07/fast-fashion-quick-cause-environmenta-havoc https://davidsuzuk org/iving-green/the-environmenta-cost-of-fast-fashion/ https://wwwbiologicadiverstyorg/programs/populaton and sustainabiity/sustainablity/fast fashion
MESKIPUN UKURANNYA KECIL, KOTA
VATIKANMEMILIKI SALAH
SATU JARINGAN
DIPLOMATIK PALING LUAS
DI DUNIA, DENGAN LEBIH
DARI180MISIDIPLOMATIK.
ISLANDIA TIDAK MEMILIKI TENTARA SEHINGGA BERGANTUNG PADA NATO, UNTUK SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN.
BHUTAN MENGUKUR
KEMAJUANNYA MELALUI
KEBAHAGIAAN NASIONAL BRUTO (KNB), BUKAN
PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB). KEBIJAKAN INI
MEMPRIORITASKAN
KESEJAHTERAAN DI ATAS
PERTUMBUHANEKONOMI.
MONAKO DIJAGA OLEH KEPOLISIAN PRANCIS. MENARIKNYA, JUMLAH POLISI PER KAPITA DI MONAKO ADALAH SALAH SATU YANG TERTINGGI DI DUNIA.
KOSTA RIKA MENGHAPUSKAN MILITERNYA PADA TAHUN 1949 DAN MENGALIHKAN ANGGARAN PERTAHANANNYA UNTUK PENDIDIKAN, KESEHATAN, DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN. NEGARA SERING DISEBUT SEBAGAI "SWISS-NYA AMERIKA TENGAH."
SWISSTETAPNETRALSELAMA KEDUA PERANG DUNIA. KEBIJAKAN NETRALITASNYA SUDAH ADA SEJAK AWAL ABAD KE-19, DAN NEGARA INI TIDAK PERNAH TERLIBAT DALAMKONFLIKLUARNEGERI SEJAKTAHUN1815.
PADA TAHUN 2007, LIECHTENSTEIN
SECARA TIDAK
SENGAJA MENGINVASI
SWISS KETIKA UNIT
MILITER
LIECHTENSTEIN YANG
BERANGGOTAKAN 170
ORANG TERSESAT
SELAMA LATIHAN.
KEDUA NEGARA
MENERTAWAKAN
INSIDEN TERSEBUT, BERAKHIR DAMAI DAN
TIDAK ADA YANG
TERLUKA.
KERAJAAN KECIL
ANDORRA TETAP BERADA DALAM
KEADAAN PERANG
RESMI DENGAN JERMAN
HINGGA 1958 KARENA
SECARATIDAKSENGAJA
DIHILANGKAN DARI
PERJANJIAN
VERSAILLES PADA TAHUN1919.
KIRIBATI ADALAH SATUSATUNYA NEGARA DI DUNIA YANG BERADA DI
ANTARA KEEMPAT
BELAHAN BUMI (UTARA, SELATAN, TIMUR, DAN
BARAT). NEGARA INI JUGA
MERUPAKAN NEGARA PERTAMA YANG
MENGALAMI HARI TAHUN
BARU KARENA POSISINYA YANG RELATIF TERHADAP GARIS
TANGGAL INTERNASIONAL.
RA Najmi Sasikirana Rafadini
Apa yang ada dipikiran kalian kalau denger kata Perancis? Tentu aja pasti kebayang dengan Fashion kan Perancis dan Fashionnya ini emang udah jadi hal yang gabisa dipisah lagi kaya amplop dan perangko. Tapi tau nggak sih, Perancis itu ternyata benci banget sama yang namanya Fast Fashion Kenapa sih emangnya? Jadi guys Fast Fashion itu menjadi suatu fenomena baru yang ada saat ini dan menyebabkan kerusakan besar pada planet, eksploitasi pekerja, dan menyakiti hewan-hewan. Fast Fashion ini juga menjadi penyumbang polusi limbah yang signifikan karena siklus produksinya yang cepat dan sifat pakaiannya nih cuma sekali pakai aja dan mengakibatkan jejak karbon
Jadi paham kan guys kenapa Paris benci sama Fast Fashion Malah ya, Perancis sampai mengusulkan kebijakan untuk mengurangi Fast Fashion ini Parlemen Perancis telah mendukung langkahlangkah untuk membuat Fast Fashion ini unappeling to the buyer. Khususnya nih ya, barang-barang dari Cina guys Langkah-langkahnya itu termasuk larangan iklan untuk tekstil murah Selain itu nih, pada Maret 2024, Majelis Nasional Prancis menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang bertujuan untuk membatasi peredaran produk fast fashion, terutama yang berasal dari merek seperti Shein. RUU ini mencakup beberapa sanksi, termasuk denda hingga 10 euro per pakaian yang diproduksi, berlaku mulai tahun 2030. Selain RUU ini, pemerintah Prancis juga memperkenalkan skema subsidi untuk biaya reparasi pakaian dan sepatu lama Subsidi ini bertujuan untuk mendorong konsumen memperbaiki barang daripada membuangnya, sehingga membantu menciptakan ekonomi sirkular dalam industri tekstil. Secara keseluruhan, kebijakan ini mencerminkan upaya Prancis untuk menjadi pelopor dalam pengaturan industri fashion global dan mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh sektor tekstil
Ospek. Sesuatu yang terdengar siasia di telingaku. Entah sudah berapa kali aku dipaksa bersabar oleh diriku sendiri. Tak jarang tanganku mengepal kuat hingga kuku-kukuku seakan menancap di kulit telapak tangan. Takjarangakumenahanekspresikuagar takmenampakkankejengkelandanrasa kesalyangsudahmendidihdikepalaAku tahukegiataninibermaksudmengenalkan lingkungan kampus sebagai lingkungan baruyangakanditempatiparamahasiswa baruselamaempatsampailimatahun,itu pun kalau mereka tak tertekan menghadapisegalarupadinamikakampus danberakhirmengundurkandiri.Tapi... “Gimana, sih?!Kamuinibayiyangbaru lahir,kah?!Masangikettalisepatuaja nggakbisa?!Nggakusahnangis!Kamituh disini buat didik kalian, mikir, dong, dampakpositifnya!Jangancumangeluh capek doang! Zaman kalian nggak ada apa-apanyadibandingkanzamankami!”
Dia pikir ospeknya di zaman Brontosaurus. dumelku dalam hati Persetan dengan hormatkepadaseniorataukakaktingkat sepertiini.Bagiku,merekabahkantidak layakdihormatisebagaisenior.Satulagi, jika menilai dari umur, pun, sejatinya beberapadarimerekataklebihtuadari kami.Alias,merekabisaseumurandengan kami
Yangkuterimabukanesensidaripengenalankampusdan lingkungannya,ataubahkan aturan-aturannya,melainkanpembuktianbahwahakasasi manusia di tempat ini hampir tidak ada harganya. KekerasanSenioritasDankalaubolehkusebutkansecara gamblang,perbudakan.Hukumanyangdiberikankarena melanggarperaturanospekatauberbuat kesalahanremehsajatidakmain-mainberatnya
Parasenioriniakanmengungkitdanmembandingkan ospekkampusmerekatahunlalu.Inilebihtepatdisebut sebagaimasaorientasiintelejendaripadamasaorientasi mahasiswa.
Ini sudah hari ketiga masa orientasi kampus.
“Siniin lanyard kamu,dasarlemah!”
Karena terlampau jengkel, aku pun beranjak dari dudukku. Sayangnya, pergelangan tangankudicekalolehanakperempuandi sampingku.Akumengernyittaksukake arahnya.
“Lepas,”
“Kamunggakliatkitadipantaudosen?” katanya pelan, tanpa menatapku, “mau kamuberaksipun,merekanggakakan gerak Merekajustrungasihpengawasan lebihketatkekamuliatkekerasankayak gini,merekabakalberanggapanbahwaini diluartanggungjawabmereka”
Akumengarahkanatensikepadasederet orang dewasa yang berada di tepi lapangankampusyangluasini.Apakahini semacampenilaian?Kalaubenarkegiatan sepertiinidinilai,makadosen-dosenitu sungguh tidak ada kerjaan. Tatapan merekajuga
“Kamucuriga,kan?”Anakperempuanitu, Alletha,mahasiswibaruprodiSastra Inggris,melanjutkanlagiAkumenatapke arahnya,lantasterdiamketikaakusadar adalebamdidagunya,“akujuga.Bahkan sebelum ospek dimulai, aku udah ngerasainadahalanehdisini.”
“Nggakadapihakselaindosenyangmemantau kita?”
“Nggakada,”
“Kalau gitu cuma kita yang bisa hentikan kegiatantakmanusiawiini,”
“Kamumaumati?”
“Ataukamumaukitajadisaksiataspenyiksaan ini?”Akutakmaukalah,menyentaktanganku darinyahinggacekalanituterlepas,“Tha,kalau kamunggakmauterlibat,biarkanakuyang berhadapansamamanusia-manusiagilahormat ini.Saksimatabisadibungkam, tapimatayangmerekamtiapperistiwanggak bisadisuruhdiam.”
“Arkan,” Alletha tampaknya masih ingin menahanku,“kamusadar,nggak,selama tigahariinijumlahmabasemakinberkurang?”
Aku semakin mengernyit Segera saja, pandanganku mengedar ke sekeliling untuk memastikanperkataantemankubarusan.Dan benar saja, beberapa mahasiswa baru di belakang mengalami beberapa kejadian. Ada yangpingsantapitidakmendapatperhatian dariteman-temannyamaupunparaseniorgila dibelakang.Adayangmemintaizinuntuk beristirahatkarenawajahnyasudahkelihatan pucatnamunmalahdicaci-makidandirundung olehparasenior Semakinkuamati,semakin tidakkumengertisituasinya.Kepalakusemakin panas.
“Arkan!”
Mengabaikan Alletha yang semakin menahanku, aku beranjak. Berdiri tegak di tengahkumpulanmahasiswabaruyangmemilih dudukdibawahterpaanterikmatahariyang begitu menyiksa, terik yang diabaikan para senior yang tak menganggap tumbangnya mahasiswabarusebagaihaldarurat Beragampasangmatamenatapku.Mulaidari mahasiswabaruitusendiri,paradosen, hinggasenior-senioryangmulaimenandaiku sebagaitargetmerekayangselanjutnya.
“Wait, is that Arkan?”Akubisamendengar sayup-sayupsuaraJake,mahasiswabaru yang datang dari Australia yang mengambil program studi Hubungan Internasionaldikelas Internasional,yangselamatigahariini masih mendapat posisi aman karena kedatangannya justru dihormati oleh kampus. Aku semakintakmengertidenganmotifdan sistemkampus ini.
“Heh,kamu!”Salahsatuseniorlaki-laki menudingkudenganekspresigarangnya, “apamasalahmu?”
“Harusnya saya yang tanya ke kakak,” Tanpaaba-aba,akumelontarkankalimat itudengantegas.Semuamahasiswabaru menatapkuterkejut,“apamasalahkakakkakaksemua sampaimembantaimentaldanfisikkami sebagaimahasiswabarudikampusini?Ini di luar definisi dari pengenalan lingkungan kampus itu sendiri! Saya yakin, bukan cuma saya yang ingin mengutarakankeberatan!”
AkumenatapkearahAllethasejenak,lalu mengarahkan tatapanku ke mahasiswamahasiswa lain yang sebagian tampak tertundukkarenaucapankudansebagian lagitertegunmenatapku
“Begitu? Kamu cari suara?” Senior itu meremehkanku,“anak-anakyangkampus rekrutdariluarnegerisajatahuesensinya, masa orang lokal seperti kamu tidak paham?”
“Kaliansebutacuhtakacuhketikamelihat mahasiswa baru yang tumbang karena orientasiinisebagaiesensi?”
“Kalautidak,apakahkakak-kakaksemuaakan menyeretku paksa dan memperlakukanku sepertibinatangdihadapanparadosen?”
Senioryangsudahkepalangmarahitumaju,di belakangnya,empatseniorlain mengekor. Mahasiswa-mahasiswa baru yang tertekandenganaurakedatanganmereka, dengan cepat menyingkir, membuka akses untuk menuju ke tempatku. Alletha bahkan sampaimenutupmulut,ketakutan.
“Siapayangnyuruhkamumembangkang?”
“Siapa yang menyuruh kakak-kakak semua melakukanpenindasan?”
Lututkukemudianditendang.Akutersungkur danmenjadibahantertawaanmereka.
“Dengerya,anaksokjago.Beginilahospek, mentalkalianditempa,gakusahbanyakprotes dah,inijugabuatkebaikankaliankalaumasih mauamandikampusini.
Karenasiapapunyangmemilihmengundurkan diri dari kampus, menurut aturan dari KementerianPendidikan,namadanidentitas pendidikannya akan diblokir dari kampus negerimanapunyangmenjaditujuannya,”
Serentak,gelombangketerkejutanmerambati udara. Kepanikan mewarnai wajah-wajah di sana.Merekaputusasa,tertekan,danmatirasa. Takadajalankeluar
“Sudahpaham?”
Kaki-kakiituberjalanmenjauhsembaritetap menertawakankuAkumendongakkan kepala, menatap datar punggung-punggung congkakitu.
“ApaKementerianjugamembuataturansoal senioritasdalamorientasikampus?”
Akukembaliberanjak,mengeluarkanponselku darisakualmamaterkampus,“sayamaucari pembuktian, apakah ospek yang seperti ini adalahospekyangdiizinkanKementerian.”
Perlawananku membuahkan hasil, sepertinya?
Para dosen dan senior seutuhnya mengarahkanpandanganpadaku.Hampir semuanya mengintimidasiku. Aku menunjukkan layar ponsel yang memperlihatkanvideorekamanospekhari ini dari sudut pandangku Sejak ospek dimulai, aku sudah memulai rekaman, termasuk momen-momen penindasan berkedokpengembanganmentalitu Akutahu,setelahini,akuakanbanyak diawasiolehberbagaipihak,mulaidari dosenhinggaseniordariberbagaifakultas dan program studi. Tapi, tindakan berkedok ospek seperti ini tidak bisa dibiarkanhinggagenerasiberikutnya.Aku masihtidakmengertiapayang sebenarnyainginkampuslihatdariospek. Ketahanan mental? Keketatan seleksi masuk?
“SaudaraArkanAtmadjayaprogramstudi IlmuHukum,apakahsaudaralebih memilihuntukdikeluarkansecaratidak hormat atau keluar dengan inisiatif sendiri?”
“Saya memilih menetap di sini,” ucapku mantapAkumemilihterusmelawanAku tahuinimungkinberisiko,tapiospekyang hanya digunakan untuk membuat tunduk mahasiswadengancaraburukiniharussegera dihentikan.Kalauospeknyasajasudahseperti mimpiburuk,akuyakinsistemyangberoperasi dikampusinipunjugatidakjauhberbeda.
Tentusajaadayangsalahdengankampusini. Entahapaitu,dankenapaakutidak pernahmendengarrumor-rumorburukdisini Apakahkarenaakreditasiunggulyangdimiliki kampusini?Ataukarenasesuatu?
Apapun itu Akubertekaddalamhati,tanganku mengepalkuatdisisitubuh. Aku tidak akan mundur.
Down
1.Dampaknegatiffastfashionterhadaplingkungan, sepertipembuanganlimbahtekstil
3.Dampaksosialdarifastfashion,sepertikondisikerja yangburukdipabriktekstil
4.NegaradiEropa
6.Praktikmembelipakaianbekasuntukmengurangi limbahtekstil
Across
2.Konsepberpakaianyanglebihberkelanjutan, berlawanandenganfastfashion
5.Bahanpakaianyangseringdigunakandalamproduksi massalkarenaharganyamurah
7.Fashionyangmenyebabkanjejakkarbonkarenahanya sekalipakai
8.Prosesdaurulangpakaianuntukmengurangilimbah tekstil