Inovasi-Vol07-Jun2006

Page 90

INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006 justifikasi bahwa Iqbal mendukung Protestanisme Islam yang sedang diusung Sukidi –penyambung lidah Ali Shari’ati dan Hashem Aghajari di Indonesia ini. Tampaknya Sukidi berkeinginan melakukan penyesatan opini dalam hal ini. Oleh karena itu Protestanisme Islam yang diusung Sukidi, harus ditolak lebih-lebih dengan alasan: Martin Luther (1483 – 1586) adalah seorang penghujat Islam, seorang yang berpandangan bahwa setan adalah pengarang terakhir Al-Qur’an (The devil is the ultimate author of the Qur’an). Luther berpendapat bahwa setan adalah seorang pembohong dan pembunuh (a liar and murderer) dan Al-Qur’an mengajarkan kebohongan dan pembunuhan. Luther menyatakan: “Jadi ketika jiwa pembohong mengontrol Muhammad, dan setan telah membunuh jiwa-jiwa Muhammad dengan AlQur’an dan telah menghancurkan keimanan orang Kristen, setan harus terus mengambil pedang dan mulai membunuh badan-badan mereka” (Armas, 2005: 29 – 33) [1]. Rasanya nurani sejati seorang Muslim akan lebih cenderung menolak ide Sukidi yang mempropagandakan Protestanisme Islam, maupun Luthfi Assyaukanie yang mempropagandakan paham fideis. Kapan dan di mana pun mereka diperbolehkan melakukan telaah secara bebas (dengan semangat filsafat). Namun lebih penting lagi bila mereka mampu menawarkan pemikiran filsafat Islam dari khasanah Islam yang terpendam. Telah bebas seperti yang dilakukan Sukidi sangat ganjil dan aneh, sebab tidak selayaknya seorang pemuda Islam mengagung-agungkan penghujat Islam. Begitu pun ajakan Luthfi Assyaukanie yang mengajak kepada fideis. Apakah tidak ada lagi khasanah pemikiran yang layak digali dari sumber mata air keilmuan Islam sebagai alternatif pencarian dan pemikirannya? Akan lebih bijaksana kalau mereka berdua mampu menumpahkan tinta pemikirannya pada kanvas putih dan

menuliskan Islam yang murni (tanpa campuran), ketimbang menjajakan pemikirannya tentang Protestanisme Islam atau tentang fideis. Seperti kata Iqbal: Carilah inti kehidupan dari mata pedang sendiri dan peliharalah kemurnian Islam. Bagi Iqbal yang terlarang dalam filsafat adalah tidak boleh bertentangan dengan pandangan yang dimaksudkan Al-Qur’an. Tidak boleh meleset dalam melihat daya cipta Islam yang besar dan bermanfaat serta tidak membantu pertumbuhan filsafat hidup yang melemahkan, yang mengaburkan pandangan manusia tentang dirinya, tentang Tuhannya, dan tentang dunianya. Selayaknyalah kita berupaya untuk menuliskan tentang kemurnian Islam dan bukannya mereguk fitrah hakiki dari piala sang kafir. Kita yang menjaga benteng Islam. Akan jadi kafir sebab mengabaikan panggilan Islam. Wallahu a’lamu bishshawab.

Daftar Pustaka [1] Armas, A. 2005. Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an: Kajian Kritis. Jakarta: Gema Insani Press. [2] Assyaukanie, L. 3 September 2005. Agama dalam batas iman saja (Persembahan untuk Nurcholis Madjid, yang selalu membela iman di atas agama dan rasionalitas), Kolom Bentara Kompas, Nomor 8 Tahun 6, 52. [3] Iqbal, M. 2002. Rekonstruksi Pemikiran dalam Islam: Dilengkapi dengan Puisipuisi Asrar-i-Khuldi. Yogyakarta: Jalasutra. [4] Sukidi. 2005. Muhammadiyah sebagai Islam Protestan refleksi pemikiran awal, Jurnal Ilmu dan Kemanusiaan Media Inovasi, Edisi Khusus Muktamar Muhammadiyah ke-45, 14 – 17.

______________________________________________________________________________________________ Persatuan Pelajar Indonesia ( PPI ) Jepang : Membuka Indonesia untuk Dunia dan Membuka Dunia untuk Indonesia

87


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.