UTISM &FRIENDS No 4 EDISI DESEMBER 2015
Newsletter of London School Centre for Autism Awareness
Fokus
B
Terbang Bersama Anak Autis
uotes
erjalan-jalan bersama anak-anak apalagi dengan pesawat terbang ke suatu tempat, tentu saja menyenangkan. Sesuai dengan dunia anak-anak yang masih suka mengkhayal, maka naik pesawat terbang merupakan pengalaman menakjubkan yang akan terbawa sampai kelak ia dewasa. Untuk itu, perlu persiapan khusus, agar pengalaman berjalan-jalan dengan naik pesawat terbang bukan hanya menyenangkan saja, tapi juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. Setiap anak tentu memiliki caranya sendiri dalam menikmati perjalanan dengan pesawat. Perjalanan naik pesawat bersama anakanak autis, agaknya memerlukan persiapan khusus. Bisa jadi, anak-anak menjadi takut, atau mungkin sebaliknya, dengan menunjukkan perilaku seperti menghindari kontak mata, sentuhan, pe ngulangan pengucapan, yang membuat petugas bandara atau kru pesawat menjadi bingung dan salah paham. Banyak keluarga yang menghindari perjalanan udara karena takut mengganggu kenyaman orang lain. Belum lama ini, seorang ibu, Donna Beegle, dan anaknya, Juliette yang berusia 15 tahun yang mempunyai gangguan autism, telah menjadi pemberitaan hangat di media lokal Inggris, karena pilot merasa tidak nyaman saat Juliette mengganggu di dalam kabin dalam penerbangan menuju Portland. Padahal, UU Penerbangan Udara dengan tegas memuat larangan melakukan diskriminasi kepada penumpang disabilitas, termasuk autism. Selain itu, Departemen Perhubung an juga menjebutkan hak-hak dan kewajiban maskapai
penerbangan bagi penumpang disabilitas . Ini berarti, melakukan perjalanan dengan anak autis, bukan lagi suatu halangan. Berikut tips untuk berjalan-jalan bersama anak autis dengan pesawat:
● Mulai dari mana Persiapan awal adalah mencari maskapai penerbangan yang mempunyai kebijakan untuk penumpang disabilitas. Kebijakan tersebut dapat dilihat melalui website maskapai penerbangan tersebut karena setiap maskapai mempunyai pelayanan terhadap penumpang disabilitas yang berbeda-
“Perspective of acceptance: Don’t love your child despite Autism, love your child with Autism.” by Stuart Duncan
1