Industrial Post Edisi 5

Page 9

TERBIT SAMPAI 30 APRIL 2011 I VOL. 02 NO. 04

KILAS BISNIS & INVESTASI

www.theindustrialpost.com

Laba Bersih BNI Naik 65 Persen Bank BNI meraih laba bersih Rp 4.10 triliun pada 2010, naik 65 persen dibanding capaian 2009 yang sebesar Rp 2.48 triliun, dan lebih banyak disumbang dari naiknya pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp11.13 triliun. Menurut Dirut BNI Gatot M. Suwondo di Jakarta,minggu lalu, dengan demikian laba bersih per saham Rp 266, lebih baik 63 persen dari Rp 163 pada 2009. Kenaikan laba bersih, lanjut Gatot, juga diikuti total aset kenaikan total aset 9 persen menjadi Rp 248,58 triliun, sementara kredit yang disalurkan tumbuh 13 persen menjadi Rp 136,36 triliun dan total dana pihak ketiga (DPK) naik 3 persen menjadi Rp 194,38 triliun. “Fundamental keuangan BNI semakin kuat dengan tingkat coverage ratio (rasio pencadangan dibanding NPL Gross) terjaga di level 120,6 persen. Dari sisi rasio profitabilitas, dibanding 2009, return on asset (ROA) naik dari 1.7 persen menjadi 2.5 persen, dan return on equity (ROE) naik dari 16.4 persen menjadi 24.7 persen,” katanya. Perseroan juga mencatat kenaikan dana Tabungan dan Giro dari semula 55 persen menjadi 59 persen dari total dana.

Akhir 2010, BNI berhasil menyelesaikan proses aksi korporasi melalui penawaran umum terbatas (rights issue) dengan hasil perolehan sebesar Rp 10.4 triliun yang merupakan fresh money tambahan modal perusahaan sehingga posisi rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) pada akhir 2010 menjadi 18.6 persen (memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional). Untuk 2011, Gatot BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 17-20 persen dengan pertumbuhan segmen korporasi 20 persen, konsumer 29 persen, dan usaha kecil menengah 11 persen. Kredit konsumer, kredit pemilikan rumah (KPR) dengan produk BNI Griya mengalami pertumbuhan terbesar, yaitu dari Rp 8.24 triliun (2009) menjadi Rp 12.06 triliun (2010) atau tumbuh 46.3 persen. Kredit kendaraan juga tumbuh dari Rp 4.87 triliun menjadi Rp 6.28 triliun atau naik 29 persen. Transaksi kartu kredit BNI pada 2010 mencapai Rp 3.10 triliun atau naik 24.6 persen dibanding pada 2009 yang sebesar Rp 2.49 triliun, dengan kenaikan jumlah kartu kredit yang diterbitkan dari 1.5 juta kartu (2009) menjadi 1.9 juta kartu (2010).

Laba Elnusa Anjlok 86,3 Persen Laba bersih PT Elnusa Tbk (ELSA) selama 2010 anjlok 86.3 persen menjadi Rp 63.9 miliar dibandingkan sebelumnya meraih laba bersih Rp 466,2 miliar. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan Rabu lalu disebutkan pendapatan usaha perseroan meningkat 14 persen menjadi Rp 4.21 triliun pada 2010 dibanding 2009 sebesar Rp 3.66 triliun. Turunnya laba ini salah satunya disebabkan meningkatnya beban pokok pendapatan usaha yang naik cukup besar pada 2010 menjadi Rp 3.8 triliun dibanding tahun sebelumnya Rp 3.11 triliun. Sehingga, laba usahanya juga anjlok sebesar 51.4 persen menjadi Rp 134 miliar dari sebelumnya Rp 276 miliar. Sementara itu, perseroan juga mengalami penurunan laba atas penjualan aset tetap dan aset lain-lain menjadi Rp 8.29 miliar dibanding sebelumnya sebesar Rp 43 miliar. Sementara itu jumlah aset perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 12.5 persen menjadi Rp 3.6 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp 4.2 triliun.

www.jakartainternationalcity.wordpress.com

Podomoro Bangun Superblok di Tengah Jakarta Superblok Podomoro City ini menggunakan konsep “5 Elements in One”, di mana di dalamnya mencakup sebuah menara perkantoran 46 lantai, sebuah mal modern 6 lantai seluas 115 ribu meter persegi, sebuah gedung hotel 420 kamar, komplek hunian apartemen sebanyak 15 tower dan taman.

P

engembang Agung Podomoro Group akan membangun kawasan “Superblok Podomoro City” yang mengabungkan perkantoran, hotel, mal, apartemen dan taman dalam tanah seluas 21 hektar di kawasan Jalan S. Parman Jakarta Barat. “Ini bermula dari sebuah mimpi pada 2002 akan sebuah `Ideal Living Concept` untuk mengakomodir harapan masyarakat tinggal di tengah kota Jakarta dan dekat ke manapun serta tidak terhambat kemacetan jalan di

mana-mana,” kata General Manager Marketing Podomoro City, Alvin Andronicus, dalam siaran persnya. Menurut Alvin, Superblok Podomoro City ini menggunakan konsep “5 Elements in One”, di mana di dalamnya mencakup sebuah menara perkantoran 46 lantai, sebuah mal modern 6 lantai seluas 115 ribu meter persegi, sebuah gedung hotel 420 kamar, komplek hunian apartemen sebanyak 15 tower dan taman. “Untuk aktivitas sosial masyarakat dibuatkan sebuah taman Tribeca seluas 15 ribu

meter persegi dengan nuansa Back to Nature yang atraktif, hijau dan nyaman. Di samping kolam renang dan Club House sebagai standar yang dibangun juga di setiap komplek hunian,” katanya. Dia juga mengungkapkan bahwa Podomoro City layak disebut sebagai “Intergrated Green Living in Harmony”, artinya tidak hanya nilai komersial saja yang didahulukan, tetapi aktivitas sosial masyarakat serta issue Global Warming juga diperhitungkan secara cermat. “Ini merupakan komitmen dari

Agung Podomoro Group yang telah berkiprah di dunia properti selama lebih dari 40 tahun,” katanya. Alvin juga mengatakan bahwa Superblock Podomoro City ini juga layak mendapat predikat “3 T”, yaitu Terbesar, Terbaik dan Terlengkap saat ini. Dia mengharapkan kehadiran Podomoro City di tengah hiruk pikuknya Kota Jakarta dinikmati masyarakat sebagai sebuah konsep Kota Kecil di dalam Kota Besar seperti Jakarta Megapolitan.

Pemerintah Ajukan PMN pada Enam BUMN Pemerintah mengajukan usulan penyertaan modal negara (PMN) di enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2011 kepada DPR. “Kami mengajukan PMN untuk enam BUMN,” kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR di Jakarta, minggu lalu. Hadir juga dalam rapat yang dipimpin Ketua Badan Anggaran DPR Melchias Markus Mekeng, Menteri BUMN Mustafa Abubakar dan Menteri ESDM Darwin Z. Saleh. Menurut Menkeu, peningkatan modal melalui PMN di enam BUMN itu sudah dikaji dari semua aspek sehingga akan memberikan manfaat bagi BUMN dan

masyarakat. Enam BUMN dimaksud adalah PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia sebesar Rp 1.5 triliun yang merupakan dana segar. Kemudian di PT Askrindo dan Perum Jamkrindo sebesar Rp 2 triliun dan merupakan dana segar. BUMN lainnya, PT Sarana Multigriya Finance (SMF) senilai Rp 1 triliun dan merupakan penyertaan dalam bentuk dana segar. Sementara itu PMN di PT Digantara Indonesia sebesar Rp 127 miliar yang merupakan konversi dana talangan. Kemudian PMN di PT Geodipa Energi sebesar Rp 443.53 miliar yang merupakan hibah saham dari Pertamina kepada negara.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo Terakhir PMN di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) senilai Rp1.34 triliun yang merupakan konversi dari subsidiary loan agreement (penerusan pinjaman luar negeri/SLA). Pemerintah juga mengajukan SLA untuk 2011 sebesar Rp11.72 triliun.

“SLA terbanyak di PT PLN, sementara lainnya antara lain di Lembaga Penjamin Ekspor Indonesia (LPEI),” kata Menkeu. Jika dirinci, jumlah SLA sebesar Rp 11.72 triliun terdiri dari SLA yang sedang berjalan (on going) sebesar Rp 5.67 triliun dan dalam perencanaan (pipeline) sebesar Rp 6.05 triliun. Rapat Badan Anggaran belum dapat memberikan persetujuan terhadap usulan PMN dan SLA untuk BUMN itu. “Kami harapkan dalam satu bulan sudah bisa diputuskan, kami perlu dua minggu untuk pembahasan di komisi-komisi terkait dan dua minggu di Badan Anggaran,” kata Ketua Badan Anggaran DPR, Melchias Markus Mekeng.

Superblok Podomoro City di kawasan Jalan S. Parman Jakarta Barat

Telkom akan Akuisisi Operator Kamboja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyiapkan dana sekitar Rp 1 triliun sebagai bagian dari rencana akuisisi sejumlah perusahaan pada 2011, dengan fokus utama mengambilalih saham operator seluler di Kamboja. “Kami menyiapkan anggaran sebesar Rp 1 triliun tahun ini untuk mengakuisisi operator dalam negeri maupun masuk ke tingkat internasional,” kata Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah disela seminar telekomunikasi bertajuk “Mengubah Kejenuhan Menjadi Peluang”, di Jakarta, minggu lalu. Menurut Rinaldi, pihaknya saat ini sedang intensif melakukan pembicaraan dengan operator seluler terbesar di Kamboja itu. Ia mengakui bahwa Telkom

harus bersaing dengan tiga operator telekomunikasi lainnya dari Eropa dan Asia untuk masuk ke perusahaan itu. “Proses penawaran masih berlangsung, namun diharapkan pada 2011 rencana akuisisi tersebut sudah ada keputusannya,” ujarnya. Telkom menghendaki bisa menguasai minimal 51 persen saham atau mayoritas. Dengan akuisisi tersebut, ia mengharapkan akan memberikan kontribusi langsung terhadap pendapatan. Meski begitu, Rinaldi tidak merinci dana yang disiapkan untuk masuk ke Kamboja tersebut. Ia hanya menjelaskan, dana akuisisi di luar belanja modal (capex) 2011 yang dianggarkan sekitar Rp 16-17 triliun. “Kita siapkan Rp 1 triliun, na-

mun jika dinilai masih kurang akan kita tingkatkan hingga Rp 4 triliun,” ujarnya. Menurutnya sumber dana akuisisi ini akan dialokasikan dari internal perusahaan. “Kita secara konsolidasi memiliki kas perseroan hingga Rp 8 triliun,” tegasnya. Sementara untuk mengakuisisi unit layanan StarOne milik PT Indosat, Rinaldi menuturkan pada prinsipnya Telkom siap melakukan pembicaraan. Ia menuturkan, sesungguhnya Telkom sejak dua tahun lalu sudah mengincar StarOne sejalan dengan rencana pengembangan bisnis fixed wireless access perusahaan. “Kalau StarOne dan TelkomFlexi disinergikan akan dapat menciptakan layanan yang lebih besar dan terjadi efisiensi infratruktur,” ujarnya.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.