Buku Pengantar Korea Seri ke-6

Page 50

Budaya Hallyu Korea

membicarakan girlband adalah ‘striptis, birahi, menor’. Perlu saya ungkapkan pula bahwa grup ini pun sebenarnya juga mengkritik mereka yang mengekor K-pop ini di tanah air. Namun, ini tak saya tak perlu saya bahas, hanya perlu diketahui saja karena meluasnya cakupan rasa ketidaksukaan atau kekhawatiran yang tertuang dalam media sosial tersebut. Apa yang saya ungkap hingga saat ini sepertinya tak ada kaitan antara anti-Hallyu dengan rasa nasionalisme. Tidak ada. Sebenarnya dalam grup Facebook ini banyak juga yang menyinggung hal ini. Tetapi, dalam bagian esai saya ini saya hanya memaparkan bahwa apa yang diungkapkan oleh sebagian anggota grup ini adalah pernyataan bahwa K-pop dalam tataran tertentu tidak sesuai dengan norma agama yang mereka yakini. Salah satunya adalah bagaimana para boyband dan girlband banyak yang menonjolkan fisik yang terlalu buka-bukaan dalam video-klip mereka sehingga ini dinilai tak sesuai dengan norma. Dalam grup ini memang ada yang menyatakan bahwa sebenarnya bukan K-pop saja yang mereka hujat, namun musik video dari negaranegara Barat dan bahkan dari tanah air pun juga tak luput dari kekesalan dan hujatan mereka. Namun, objek utama mereka—tentu saja—adalah musik video dark K-pop. Sekarang marilah kita melihat hubungan ketidaksukaan atau anti K-pop dengan nasionalisme dalam lanjutan tulisan berikut ini.

Mengintip Anti K-pop dari Situs Hiburan dan Berita Online Sekarang, mari kita simak bagaimana media nasional terutama di Indonesia melihat fenomena ini. Berita positif tentang kesuksesan sebuah negara bernama Korea yang berhasil menciptakan budaya populer, pentingnya meniru Korea, dan berita lain dengan isi mirip telah banyak beredar di masyarakat. Tetapi, di sini penulis lebih banyak menekankan berita tengan kekhawatiran bangsa Indonesia dengan adanya K-pop. Jadi, ternyata bukan hanya situs-situs pribadi semacam Facebook saja yang menyatakan gerakan ketidaksukaan atau anti K-pop itu. Apabila dilihat lebih jauh, ternyata media-media online nasional pun ternyata beberapa kali memberitakan hal-hal yang bernada miring atau paling tidak ‘mempertanyakan’ terhadap keberadaan mereka di belantera musik tanah air. Karena yang terakhir ini pun sampai ada, maka perlu kiranya mengaitkan ‘gerakan’ anti K-pop itu dengan teori media nationalism yang bisa digambarkan sebagai rasa kebanggaan nasional yang dituangkan lewat media massa. Memang tak bisa dipungkiri bahwa dalam dekade terakhir ini, Indonesia tak luput dari pengaruh dan efek besarnya Hallyu. Untuk itu, wajarlah bila di mana pun setiap kali sebuah budaya populer muncul, seperti halnya film-film arus utama dari Hollywood, maka seiring dengan itu pulalah muncul sekelompok orang atau badan yang menentang keberadaan budaya tersebut. Dengan

50


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.