Pewara Dinamika UNY Juni 2017

Page 1

Majalah ini dapat diakses pada laman uny.ac.id


#tak ada halangan bagi kami bersekolah SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2017

IKLAN LAYANAN INI DIPERSEMBAHKAN OLEH PEWARA DINAMIKA • TEKS: SISMONO LA ODE • FOTO: EKHO ARDIANTO (ANTARA FOTO)


P E WA R A D I N A M I K A / J U N I 2 0 1 7

T R A N S F O R M AT I F D A N PA R T I S I PAT I F

Pena Redaksi

JUNI 2009

Pada bulan yang sama tujuh tahun yang lalu, Laporan Utama Pewara Dinamika membahas enam mahasiswa UNY yang berprestasi. Sebagaimana dikatakan, prestasi yang mereka raih, bisa dikata masih belum apa-apa. Tetapi, yang mereka lakukan itu sudah cukup mengubah UNY.

SALAM hangat dari kami segenap redaksi Pewara Dinamika untuk seluruh pembaca yang setia. Mengawali sapaan kami untuk edisi bulan Juni ini yang berbarengan dengan bulan Syawal dalam kelender hijriah, kami ucapkan taqobbalallohu minna waminkum mohon maaf dari lahir hingga batin jika ada kesalahan maupun kealpaan dari kami. Semoga momen Idul Fitri ini menjadikan kita lebih baik khususnya dalam menyampaikan informasi tentang UNY.

besar serta membutuhkan kajian yang mendalam untuk mewujudkannya sehingga kami perlu mendedahnya dalam satu edisi pewara bulan Juni ini untuk mengetahui kesiapan UNY sendiri dalam menghadapi tantangan dan hambatan yang akan dihadapinya. Sekolah vokasi menjadi kebutuhan yang mendesak saat ini. Di tengah proses industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, dibutuhkan tenaga-tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan industri. Untuk itu, sekolah vokasi harus menyiapkan kurikulum yang link and match dengan indutri. Kondisi pendidikan vokasi saat ini yang tersebar di beberapa fakultas dan bercampur dengan pendidikan sarjana, akan menyulitkan UNY dalam menciptakan kondisi ideal dalam menyiapkan tenaga terampil tersebut. Untuk itu sekolah vokasi yang akan dikonsentrasikan di kampus UNY Wates menjadi jawaban atas kebutuhan yang mendesak.

Pewara Dinamika edisi bulan Juni ini kami mengulas tentang salah satu program besar dari rektor terpilih, Sutrisna Wibawa, yaitu menyatukan seluruh program pendidikan vokasi dan mengkonsentrasikannya di kampus UNY Wates menjadi Sekolah Vokasi UNY. Untuk itu kami beri tema “”Menyiapkan Sekolah Vokasi UNY” sebagai tema utama pada Pewara Dinamika Edisi Juni 2017. Bukan tanpa sebab kami perlu mengulas rencana pembentukan sekolah vokasi UNY ini, program ini membutuhkan biaya, tenaga, dan pikiran yang

Pada rubrik laporan utama kami menyuguhkan ulasan tentang sejarah panjang sekolah vokasi

dari revolusi industri hingga abad 21, serta sejarah vokasi UNY yang dimulai dengan didirikannya D3 di beberapa fakultas. Untuk mengulas tantangan apa yang dihadapi dalam membangun sekolah vokasi kami juga memberikan ulasannya dari hasil diskusi Rektor dan Forum Media (05/06/2017). Tidak lupa kami juga menyuguhkan salah satu profil lulusan vokasi yang saat ini bekerja di salah satu BUMN yang bergerak di bidang perminyakan sebagai salah satu profil sukses dari lulusan vokasi. Wawancara khusus kami lakukan dengan Wikan Sakarinto, Ph.D, Dekan Sekolah Vokasi UGM. Selayaknya kita bisa belajar bagaimana kampus lain yang sudah mengelola Sekolah Vokasi dan bagaimana jatuh bangunnya hingga bisa eksis dan diminati oleh calon mahasiswa. Demikian sekelumit dari beberapa menu tulisan yang diulas dalam edisi bulan Juni. Semoga apa yang kami suguhkan dalam edisi bulan Juni ini memberi pencerahan kepada segenap sivitas akademika dalam memahami kebutuhan akan sekolah vokasi UNY. Tabik.

SUSUNAN REDAKSI PENERBIT Universitas Negeri Yogyakarta IJIN TERBIT SK Rektor No. 321 Tahun 1999 ISSN 1693-1467 PENASEHAT Sutrisna Wibawa (Rektor UNY) PENGARAH Margana (Wakil Rektor I)

Edi Purwanta (Wakil Rektor II) Sumaryanto (Wakil Rektor III) Senam (Wakil Rektor IV) Setyo Budi Takarina (Kepala Biro UPK) Sukirdjo (Kepala Biro AKI) PIMPINAN UMUM Anwar Efendi PEMIMPIN PERUSAHAAN Riska

PEMIMPIN REDAKSI Sismono La Ode REDAKTUR SENIOR Basikin, Else Liliani, Lina Nur Hidayati, Sigit Sanyata SEKRETARIS REDAKSI Ratna Ekawati REDAKTUR PELAKSANA Budi Mulyono REDAKTUR Rony K. Pratama Ema Safitri

3

Ilham Dary Athallah Dedi Herdito Khairani Faizah Febi Puspitasari REDAKTUR ARTISTIK Kalam Jauhari FOTOGRAFI M Arif Budiman Heri Purwanto REPORTER Anton Suyadi (FIP) Witono Nugroho (FMIPA) Nur Laily Tri Wulansari (FIS)

Satya Perdana (FIK) Haryo Aji Pambudi (FT) Pramushinta Putri D (PPS) Muhammad Fadli (FE) Dwi Budiyanto (FBS) Binar Winantaka (LPPMP) Agus Irfanto (LPPM) Tusti Handayani (Kampus Wates) ALAMAT REDAKSI Jl. Colombo No. 1 Kampus Karangmalang Universitas Negeri Yogyakarta 55281 Telp/Fax 0274 542185 E-mail: pewaradinamika@uny.ac.id Laman: www.uny.ac.id.


Daftarisi

WAWANCARA KHUSUS

Kita mendukung penuh dan yakin bahwa jika Vokasi tumbuh subur dan berkembang, Indonesia tidak ada yang nganggur » 24-25

HAFIDZ MUBARAK / ANTARA FOTO

Menyiapkan sekolah vokasi UNY. Sekolah Vokasi yang akan didirikan UNY akan fokus pada penyiapan lulusan tenaga kerja terampil. Hadirnya MEA berdampak langsung pada sistem perdagangan masyarakat negara-negara ASEAN. Ibarat pisau bermata dua, fenomena menyatunya pasar Asia Tenggara akan berimbas positif dan juga negatif. Bagi negara yang memiliki SDA dan SDM yang baik tentu akan menuai berkahnya. Namun sebaliknya bagi Negara yang miskin SDA dan SDM akan menjadi petonton di negaranya sendiri. Perguruan Tinggi (PT) memiliki peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia handal yang siap menjawab 4 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

tantangan ketenagakerjaan MEA. Universitas Negeri Yogyakarta membuat terobosan baru dengan menyiapkan pendirian Sekolah Vokasi UNY. Rencananya, sekolah penghasil lulusan tenaga kerja terampil ini akan dipusatkan di Kampus UNY Wates Kulon Progo. Desain Sekolah Vokasi UNY sudah disiapkan. Dimulai pada tahun 2018 dan pada tahun 2020, institusi Sekolah Vokasi UNY semakin kuat dan lulusannya sudah siap digunakan untuk kebutuhan Pasar Asean. Mohon doanya. Aamiin!

3

PENA REDAKSI

5

REKTOR MENYAPA Fasilitasi Publikasi Artikel Pada Jurnal Internasional

6

SURAT PEMBACA

8-26

LAPORAN UTAMA Gayung Bersambut Sekolah Vokasi UNY ∫ Dari Revolusi Industri Menuju Sekolah Vokasi Abad ke-21

44-45

SOSOK Astrobike: Sepeda Masa Depan

27-43

BERITA Launching Plaza UNY ∫ Rektor UNY Sebagai Pemateri Dalam Rembuk Nasional PAUD Aisyiyah ∫ Dramatari PGSD ∫ Garuda UNY Pertahankan Gelar juara di Korea

50

RESENSI Pirates of The Carribean

51

BINA ROHANI Qana’ah dalam Kehidupan

52-53

46-49

Opini ‘Missing Link’ Dalam Pengembangan Profesi Guru ∫ Kita Rumah Pancasila

CERPEN Doktor Ansori dan Penanya

54

PUISI Lailatul Qadar ∫ Berbukalah dengan Puisi


Rektor Menyapa Prof. Dr. SUTRISNA WIBAWA, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta ¬ Guru Besar Bidang Pendidikan Bahasa Jawa dan Filsafat Jawa Fakultas Bahasa dan Seni UNY

FASILITASI PUBLIKASI ARTIKEL PADA JURNAL INTERNASIONAL

M

enjadi kampus berkelas dunia adalah harapan setiap perguruan tinggi, tak terkecuali Universitas Negeri Yogya­ kar­­­ta. Bahkan, sejak masa ke­pe­mim­pinan rektor-rektor sebelumnya­ kam­pus Karangmalang sudah bervisi ke arah sana. Setiap pemimpin sudah melaku­ kan­hal terbaik. Sebagai pemimpin­saat ini, saya ber­komitmen untuk menerus­kan dan mem­per­ce­pat visi kampus menjadi LPTK ber­ke­las Dunia. Salah satu indikator kampus berkelas dunia atau yang akrab disebut World Class University adalah bersemainya aktivitas riset di perguruan tinggi tersebut. Riset yang dilakukan pun tak asal-asalan dan harus memiliki legitimasi keilmuan yang kuat, dibuktikan dengan terpublikasinya hasil riset tersebut di jurnal internasional terindeks, terutama jurnal internasional terindeks Scopus ataupun Thomson Reuters. Mengapa demikian? Scopus dan Thomson Reuters adalah­perusahaan peng-indeks jurnal yang amat besar, tersohor, dan disegani bagi para peneliti dunia. Bahkan, beberapa akademisi dan ilmuan tidak menganggap suatu perguruan tinggi memiliki jurnal ilmiah ketika tidak terindeks di Scopus dan Thomson Reuters. Scopus mengeluar­ kan SJR (Scimago Journal Rank), sedangkan Thomson Reuters mengeluarkan JIF (Journal Impact Factor)­yang digunakan sebagai salah satu sumber pemeringkatan universitas oleh Times Higher Education (THE). Meskipun lembaga pengindeks ini berbeda, namun mereka mempunyai misi yang sama: menjadikan publikasi ilmiah lebih tertata dan mudah ditemukan oleh siapapun, terutama para peneliti. Berdasarkan data yang dihimpun Dit-

jen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemristekdikti tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah publikasi Indonesia yang sudah terindeks di Scopus periode 2010 sampai April 2016 berjumlah 29.624 artikel ilmiah, masih di bawah Malaysia yang berjumlah 142.894 artikel ilmiah dan Thailand yang berjumlah 73.751 artikel ilmiah, namun di atas Philipina yang hanya berjumlah 11.494 artikel ilmiah. Sementara publikasi internasional Indonesia yang terindeks di Web of Science (Thomson Reuters) berjumlah 17.636 arti­ kel ilmiah, juga masih di bawah Malaysia yang berjumlah 89.422 artikel ilmiah dan Thailand yang berjumlah 55.292 artikel ilmiah, namun juga di atas Philipina yang hanya memiliki 9.445 artikel ilmiah. Fakta ini membuktikan bahwa Peneliti di Malaysia dan Thailand jauh lebih produktif dibandingkan dengan peneliti di Indo­ nesia. Meskipun demikian, data Scopus yang diakses pada 13 Juli 2016, sebagaimana dilansir Ditjen Penguatan Riset dan Pe­ ngembangan, Kemristekdikti tahun 2016, menunjukkan terjadinya kenaikan tren jumlah publikasi institusi (termasuk halnya perguruan tinggi) di Indonesia sejak tahun 2001 sampai dengan 2015. Rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir adalah 24,69%. Sebanyak 65,99% publikasi Indonesia merupakan artikel jurnal ilmiah, dan sebanyak 27,67% publikasi dalam bentuk makalah prosiding seminar. Lantas bagaimana dengan Universi­ tas­Negeri Yogyakarta? Selama satu dasawarsa terakhir, jumlah dosen UNY yang mempublikasikan artikel hasil riset di jurnal internasional terindeks masih relatif sedikit. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya motivasi dan rekognisi publi­

kasi artikel ilmiah di jurnal internasional terindeks. Untuk itu, saya memandang perlu untuk memberikan fasilitasi publikasi artikel ilmiah di jurnal internasional terindeks, berupa program pendampingan dosen UNY untuk menulis artikel ilmiah yang dapat dipublikasikan di jurnal internasional terindeks; kedua, membantu dosen UNY mempublikasikan artikel ilmiah di jurnal terindeks; dan ketiga, memberikan insentif kepada dosen UNY yang artikel ilmiahnya termuat di jurnal internasional terindeks Pada tanggal 26 Mei 2017, saya telah menandatangani Edaran Rektor terkait Fasilitasi Publikasi Artikel pada Jurnal Internasional Terindeks. Surat ini ditujukan kepada seluruh dekan/direktur PPs dan Ketua LPPMP dan LPPM di lingkung­ an UNY untuk selanjutnya disebarkan oleh dosen di seluruh lingkungan kampus. Dalam surat edaran tersebut, selain menjelaskan mekanisme/tahapan fasilitasi publikasi artikel di jurnal internasional terindeks, juga dijelaskan ketentuan tambahan dan besaran insentif yang diterima peneliti ketika hasil risetnya termuat dalam jurnal internasional Thomson Reuters, Scopus Q1, Scopus Q2, Scopus Q3, Scopus Q4, ProQuest, ULRICH’s, MLA, Copernicus, EBSCO, dan pengindeks lainnya. Saya berharap melalui program tersebut di atas, para dosen dan peneliti di lingkungan UNY berlomba-lomba untuk menulis dan mempublikasikan artikel ilmiah ke jurnal internasional terindeks. Dengan begitu, cita-cita UNY menjadi kam­pus LPTK Berkelas Dunia akan mudah­kita raih. Selamat meriset dan mempublikasikannya.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 5


 S U R AT P E M B A C A

Harapan dan Tantangan bagi eMonev CQ5DAM.WEB

Kewajiban mahasiswa untuk mengisi Monitoring dan Evaluasi Berbasis Elektronik (eMonev) setiap semester guna mengukur pencapaian pembelajaran di kelas, menurut saya menjadi berkah sekaligus tantangan sendiri. Di satu sisi, sebagai mahasiswa saya merasakan bagaimana eMonev bisa menjadi salah satu saluran yang komprehensif untuk menampung aspirasi sehingga dapat dijadikan bahan refleksi bagi pembelajaran di kampus kedepan. Oleh MUHAMMAD DANANG BINTANG CHASANDA mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UNY

Dengan adanya eMonev, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk menilai dengan lima rentang penilaian (sangat kurang sampai 6 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

sangat baik) atas aspek aspek yang cukup berperan dalam pembelajaran. Layaknya kemampuan memotivasi mahasiswa dalam perkuliahan,

kesesuaian, penguasaan, serta kebermaknaan materi. Hingga bagaimana menurut kacamata kita sebagai pembelajar, cara dosen tersebut mengajar dan apakah sudah menjawab pertanyaan yang kita ajukan selama diskusi dengan dinamis dan eksplanatif. Namun, di sisi yang lain, eMonev juga menimbulkan pertanyaan dalam diri saya sekaligus tantangan tersendiri. Saya merasa sungkan jika catatan yang saya cantumkan dapat berseberangan dengan pendapat dosen dan dapat menimbulkan pola interaksi yang kurang diharapkan. Mengingat, walaupun eMonev dibentuk anonim, kelas asal catatan tersebut masih tercantum. Misal ketika saya memberi saran untuk kelas "X", dosen saya tidak akan

mengetahui saran tersebut datang dari saya, tapi tetap tahu bahwa saran tersebut datang dari kelas "X". Sehingga yang bersangkutan bisa saja merasa kurang berkenan terhadap saya dan rekan satu kelas. Selain itu, selama mengisi eMonev, saya masih merasa hasil dari eMonev kurang diterapkan secara komprehensif terhadap dosen dan kelas bersangkutan. Jadi, walaupun konsep eMonev telah cukup baik dengan tampilan website yang cukup responsif dan menarik, rasanya secara fungsional masih di atas angin saja. Saran dan masukan yang saya masukkan dalam eMonev belum diterapkan ketika saya mengikuti kembali kelas serupa. Semoga kedepan eMonev dapat terus dikembangkan dan berperan aktif dalam memajukan sistem pengajaran di UNY.

Redaksi menerima tulisan untuk rubrik Bina Rohani (panjang tulisan 500 kata), Cerpen (1000 kata), Opini (900 ka­ta), Puisi/Geguritan/Tembang (minimal dua judul), dan Resensi Media (500 kata). Tulisan harus dilengkapi de­ngan iden­ti­tas yang jelas, nomor yang bisa dihubungi, pasfoto (khusus Opini), serta keterangan dan sampul media (khu­sus Re­sen­si Media). Kirimkan tulisan An­da me­la­lui pewaradinamika@uny. ac.id atau langsung ke kan­tor Humas UNY. Bagi yang dimuat, ho­nor dapat diambil di kantor Humas Universitas Negeri Yogyakarta.


T I P S -T I P S

Oleh PRATAMA AL-KAMTISI pencinta buku lawas

K

ita tahu buku merupakan sahabat sekaligus sumber penting bagi manusia, terutama akademikus, baik mahasiswa, dosen, maupun peneliti. Buku dan kita adalah dua pasang yang tak bisa dipisahkan, mengingat tanpanya kita tak akan ketinggalan zaman. Pepatah kuno mengatakan bahwa buku adalah jendela dunia. Pepatah ini dilanjutkan, “Menulis tanpa membaca itu nonsens.” Pendahulu kita, Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, dan tokoh pegerakan lainnya, mustahil mam­pu menulis dengan jernih dan cakap pidato di podium tanpa mem­baca. Hatta, semisalnya, dike­nal sejarah karena kutu buku, bah­kan sejak ia sekolah di negeri Belanda. Kolek­sinya ribuan, menjulang di antara rak-rak, dan Hatta akan marah bila salah satu halaman bukunya terlipat, robek, atau basah. Ia pernah naik pitam kare­na anak angkat Sjahrir, Des,

TRIMARKPRESS.COM

Merawat Buku dengan Cinta tak disengaja menumpahkan air ke buku Hatta. Peristiwa itu Hatta catat di memoar klasiknya, Ber­juang dan Dibuang, yang me­ngisahkan perjalanannya di Banda Neira. Jadi, ada baiknya bila kita belajar merawat koleksi pustaka milik sendiri agar tetap awet sampai puluhan tahun lagi, sebagaimana Hatta yang telah memulainya sejak revolusi fisik tahun 40-an.

1

Ruang Baca Nyaman Maniak buku bia­ sanya akan me­ra­ sa­kan ke­nya­­man­an bila membaca di ruang yang bersih. Ter­nya­­ta ruang seperti itu juga ber­­­pe­­­nga­ruh pada keawetan buku. Bayangkan kalau kita me­nem­­patkan buku koleksi kita di ruang pengap, alihalih akan awet, malahan justru gampang rusak. Terlebih lagi jika ruang itu di­tem­­patkan di dekat jendela. Pas­ti kualitas kertasnya

akan me­nge­ring dan tulisannya lekas memudar.

2

Disampul agar Kover Terjaga Andaikan kover buku kita lecek, maka hati kita merasa menyesal. Entah kenapa perasaan itu kerap diakui sebagian pencinta buku. Solusi cerdasnya adalah berilah buku itu sampul plastik. Namun, bukan sembarang sampul. Ingat, jangan sampul kertas karena ia akan rusak bila terkena air. Lebih baik gunakan sampul plastik yang cukup tebal.

3

Membaca itu Membelai Pembaca yang budiman biasa­ nya lupa bahwa tiap buku yang dibaca itu juga hasil dari “anak rohani”—pinjam istilah Pramoedya Ananta Toer—penu­ lis. Ia berkerja dalam tekanan,

termasuk desakan teng­gat dan diri sendiri sebagai musuh abadi. Belum lagi kontri­busi penerbit, distributor, penjual, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kita perlu angkat topi atas jasajasanya. Dengan apa? De­ngan membelai tiap halaman yang kita baca supaya tak terlipat atau sobek. Bayangkan jika kita mem­ bacanya tanpa perasaan. Pa­sti tiap halaman akan mudah rusak.

4

Dirikan, Bukan Tidurkan Ada kepercayaan kuno bahwa buku yang ditempatkan secara berdiri itu akan terlihat seksi ketimbang ditidurkan dan ditum­puk vertikal. Ternyata, anggapan arkais itu berkaitan dengan estetika dan etika. Perta­ ma, secara estetika, buku yang disusun horizontal itu akan terlihat indah, lebih-lebih bila kita mengurutkannya sesuai genre. Kedua, sisi etika mendirikan buku secara menyamping dapat bermanfaat bagi pembaca. Terutama saat hendak mengambil buku itu.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 7


Laporan Utama

Menyiapkan Sekolah Vokasi UNY Sekolah Vokasi yang akan didirikan Universitas Negeri Yogyakarta akan fokus pada penyiapan lulusan tenaga kerja terampil.

R

ealitas global menunjukkan bahwa masyarakat dunia seolah-olah telah menjadi satu. Batasanbatasan geografis (teritorial) pelan dan pasti “sirna”. Adalah kekuatan perkembangan teknologi dan informasi yang menjadikan untuk masyarakat dunia menyatu. Bersamaan dengan itu, secara alamiah kompetisi antarmasyarakat hadir. Pasar pun menjadi ikon dunia global. Bagi mereka yang memiliki modal budaya, modal ekonomi, dan modal sosial diyakini akan menjadi pemenang di era globalisasi. Siap tak siap, mau tak mau, Indonesia sudah ma­suk dalam arena pertarung global. Pada 31 Desem­ber 2015 saja, secara resmi Indonesia telah memasu­ki

2017 IDE AWAL: 1. Menyiapkan Tim 2. Penggodokan Ide 3. Menyiapkan Kurikulum 4. Pendataan Prodi dan tenaga pengajar 5. Kesiapan Sarana dan Prasarana

ROADMAP SEKOLAH VOKASI UNY 8 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

pasar tunggal Asean yang dikenal dengan Masyara­ kat Ekonomi Asean (MEA). Konse­ku­ensinya, satu negara di kawasan Asean tidak ha­nya membuka arus perdagangan barang atau jasa dan pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, guru, pengacara, akuntan, apoteker, dan seterus­nya, untuk negaranya, tapi juga untuk selu­ruh kawas­an Asean. Arus lalu lintas pekerja asing antarnegara menjadi salah satu realitas yang tak dapat dielakkan. Lantas apakah bangsa Indonesia harus menghindari para pekerja Asing? Tentu jawabnya: Tidak! Tapi apa­kah bangsa ini membiarkan anak bangsa hanya men­ja­di penonton di negerinya? Jawabnya juga: Tidak!

2018 IMPLEMENTASI (Tahap I): 1 Pemindahan tempat kuliah di Wates 2. Proses perkulihan berjalan 3. Penciptaan lingkungan belajar berbasis dunia kerja 4. Pengembangan sarana dan prasarana 5. Penyiapan laboratorium 6. Penjajakan kerjasama 7. Pendataan Prodi Baru


Laporan Utama Adalah lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi yang memiliki peran signifikan untuk memproduksi tenaga kerja terampil. Mereka disiapkan untuk bersaing dalam pasar kerja masyarakat global. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sendiri ingin menjadi bagian solutif dari persoalan ketenagakerjaan. Salah satunya dengan menyiapkan terbentuknya sekolah vokasi UNY. Pendidikan Vokasi adalah medium melahirkan tenaga terampil bergelar diploma maupun sarjana terapan yang selepas lulus langsung bisa bekerja. Mereka tidak hanya terampil bekerja, namun juga disiplin dan memiliki ketahanan diri untuk bersaing.

UNY sendiri ingin menjadi bagian solutif dari persoalan ketenagakerjaan.

lokal, nasional, regional, bahkan internasional. ‘’Di tataran lokal, misalnya, pembangunan bandara internasional di Kulonprogo membutuhkan tenaga terampil di bidang sipil. Ya, UNY harus memperbanyak kuota D3 Teknik Sipil, ‘’ jelas Sutrisna Wibawa. Begitu pula perkembangan industri wisata di DIY memberi ruang kepada pembukaan Prodi Pariwisata, dan seterusnya.

Selama ini UNY telah memiliki 11 program studi bergelar diploma, tersebar di dua fakultas, yakni Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik. Kesebelas Prodi inilah menjadi modal awal UNY untuk menyiapkan berdirinya Sekolah Vokasi.

Tahun 2017 merupakan awal lahirnya gagasan Sekolah Vokasi. Saat itu pula UNY langsung tancap gas. Pendataan sumber daya (tenaga pengajar), sarana dan prasarana, serta prospek pembukaan Prodi baru menjadi rangkaian aksi yang telah dilakukan. Pun rencana menjadikan Kampus Wates UNY sebagai lokasi Sekolah Vokasi UNY telah digodok beberapa kali. Hasilnya tepat! Sekolah Vokasi membutuhkan lingkungan tersendiri, yang tak bisa digabung dengan lingkungan pendidikan akademik dan profesional yang telah hadir di Kampus Karangmalang.

Namun Sekolah Vokasi UNY tidak berhenti pada 11 Prodi yang telah ada. Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., memastikan bahwa akan dibentuk Prodi baru disesuaikan dengan kebutuhan pasar

Kita berharap agar ide Sekolah Vokasi UNY mendapat respons positif. Tentu diperlukan sinergi dan sokongan moral seluruh sivitas akademika, termasuk alumni. Selamat membaca! SISMONO LA ODE

2019

YOUR TEXT HERE

IMPLEMENTASI (Tahap II): 1. Proses perkulihan berjalan (lanjutan dan evaluasi) 2. Evaluasi kurikulum Pembelajaran (disesuaikan kebutuhan dunia kerja) 3. Penciptaan lingkungan belajar berbasis dunia kerja (lanjutan dan evaluasi) 4. Pengembangan sarana dan prasarana (lanjutan) 5. Penyiapan laboratorium (lanjutan) 6. Penjajakan kerjasama (lanjutan) 7. Pendataan Prodi Baru (lanjutan) 8. Pendataan kebutuhan dan rekruitmen tenaga pengajar

2020 IMPLEMENTASI (Tahap III): 1. Proses perkulihan berjalan (lanjutan dan evaluasi) 2. Pengembangan Kurikulum Pembelajaran (disesuaikan kebutuhan dunia kerja) 3. Penciptaan lingkungan belajar berbasis dunia kerja (pengembangan dan evaluasi) 4. Pengembangan sarana dan prasarana (lanjutan) 5. Penyiapan laboratorium (lanjutan) 6. Penjajakan dan penguatan kerjasama (lanjutan) 7. Pendataan Prodi Baru (lanjutan) 8. Pendataan kebutuhan dan rekruitmen tenaga pengajar (lanjutan) 9. Penguatan Institusi Sekolah Vokasi UNY 10. Distribusi tenaga terampil lulusan Sekolah Vokasi P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 9


Laporan Utama

Sekolah Vokasi Menyiapkan Tenaga Kerja Terampil Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

“Jadi kita akan perjuangkan. Termasuk surat keterangan pendamping ijazah bahwa siswa kita yang ada di jurusan itu punya keahlian yang dibutuhkan. Pernah magang dan bisa menulis jurnalistik,” tekan Sutrisna.

J

ika ingin merangkum kehi­ dupan masyarakat Provinsi DIY dalam satu tembang, lirik Miskin tapi Bahagia yang acap dilantunkan orkestra dangdut pantura selayaknya bisa jadi pilihan. Tercatat sebagai provinsi dengan rerata pendapatan sekaligus upah minimum regional terendah, sekaligus prosentase tingkat pengangguran terbuka dan harga tanah tertinggi di Pulau Jawa versi Badan Pusat Statistik (BPS), data itu membawa setiap analis pada satu kesimpulan: Yogyakarta miskin. Tapi dalam segala keterbatasan itu, tak membuat masyarakat berhenti menggoyangkan pinggulnya dan menepuk kendhang layaknya kebahagiaan dalam konser dangdut. Masyarakat tetap bertahan hidup dan cukup, tanpa merasa kekurangan walau tak pula berlebih. Serta yang paling penting: bahagia. Atas melimpahnya hasil bumi Yogya yang mengerek naik daya beli, dan kehidupan sebagai warga daerah istimewa yang masih memegang teguh filsafat jawa dalam perlindungan Gubernur sekaligus raja tercinta. Sehingga angka usia harapan hidup DIY yang berada di angka 73,62 tahun, bisa jadi bukti bahwa warga Yogya hidup miskin, namun bahagia. Setidaknya, demikianlah yang diung­ kap­kan Octo Lampito MPd, Pemim­ pin Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat, dalam merefleksikan kondisi Yogya terkini dan bagaimana vokasi UNY di masa mendatang. Menilik kehidupan masyarakat Yogya dan mem­ber­da­ yakannya, sembari tetap memper­ta­ hankan kebahagiaan yang telah la­ma terpancar dalam ragam rintangan. “Jadi (ketika mendengar) UNY akan buka vokasi, saya nyes (tersentuh) gitu. Sehingga bagaimana vokasi bisa mendukung pengentasan kemiskinan, Ini bisa jadi lompatan,” harapnya dalam Diskusi Pendidikan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Senin (05/06/2017). 10 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

HUMAS UNY

Potensi Prodi Baru: Jurnalistik hingga Pertanian Data tenaga kerja Indonesia dengan kualifikasi pendidikan tinggi sebesar 11,01% kemudian terketuk dengan rencana ini. Beragam angan tentang program studi baru terbuka jalannya dengan keberadaan Sekolah Vokasi UNY yang direncanakan mulai beroperasi tahun depan. Dalam upayanya mengentaskan kemiskinan masyarakat, yang acap terikat gaji rendah karena ketiadaan kompetensi.

TIM ASESOR BAN PT Melakukan visitasi untuk Akreditasi Prodi Teknik Mesin - D3.

Perhotelan, pariwisata, desain interior, dan beberapa prodi lainnya, kemudian menjadi beberapa yang ada di benak Rektor UNY, Prof. Sutrisna Wibawa, akan terbentuk ketika Sekolah Vokasi telah berdiri. Termasuk, kompetensi jurnalistik dengan mengundang dosen dari media massa, sekaligus magang dan jika dimungkinkan kerjasama rekru­ itmen di media massa, ia mengha­ rapkan program studi ini bisa jadi langkah konkret UNY mendekatkan diri pada dunia industri.

Seperti misal meneguhkan poros maritim dalam menilik program Nawacitanya Pak Jokowi, ya pertanian. Karena memang kalau kelautan dan perkapalan di Yogya kok ya kurang cocok.

Kerjasama serupa di bidang jurnalistik sebelumnya pernah berlangsung dengan Akademi Komunikasi Yogyakarta (AKY). Dimana pendidikan jurnalistik yang digelar di kampus tersebut, mengundang pengajar dari media, dan menjalin kesepakatan magang dengan perusahaan media. “Kami (Kedaulatan Rakyat) sempat bekerja sama beberapa tahun. Tapi sudah lama, bukan saat saya menjadi pemimpin redaksi. Saya hanya pernah ngajar disana dan karena kooperasi tersebut akhirnya ada beberapa wartawan KR yang alumni sana,” ungkap Octo. Potensi prodi baru dalam mengentas­ kan kemiskinan, juga terletak dari bagaimana vokasi bisa berperan dalam menyukseskan program pemerintah. Program pembukaan lahan satu juta hektar di Papua misal, akan membutuhkan tenaga kerja di bidang pertanian yang cukup masif. Sehingga vokasi UNY kedepan bagi Sutrisna, harus berperan lewat pengembangan prodi yang berkaitan dengan kebutuhan tersebut. Terlebih lagi dengan status UNY yang memiliki program kerjasama beasiswa juga dengan Papua, memberikan kampus ini keleluasaan dapat secara langsung memberi putra putri daerah keahlian konkret. “Seperti misal meneguhkan poros maritim dalam menilik program Nawacitanya Pak Jokowi, ya pertanian. Karena memang kalau kelautan dan perkapalan di Yogya kok ya kurang cocok,” tekan Sutrisna. Walaupun, membuka program studi ini juga tidak mudah. Octo menyatakan siapapun yang membu­ ka program studi pertanian mengem­ ban tugas berat untuk melawan dan stereotip masyarakat. Pandangan negatif yang acap menganggap prodi


Laporan Utama

HIDROPOLITIKAKADEMI.ORG

pertanian sebagai kelas dua karena harus kerja di sawah membawa pacul, ditengah kebutuhan tekno­ lo­gi pangan negeri ini yang terus meningkat seiring waktu. Hal terse­ butlah yang akhirnya membuat Indo­nesia sebagai negara maritim, kekurangan tenaga ahli pertanian dan hingga kini belum bisa swasembada pangan. “Sehingga, ini juga termasuk cara kita ikut membangun Indonesia dari Timur. Ini peluang yang harus kita ambil dengan bekerja sama dengan pers. Menyebarkan informasi kepada masyarakat untuk kemajuan pendidikan,” ujar Prof. Widarto, Dekan Fakultas Teknik UNY. Penuhi Kebutuhan Lokal Yang juga menjadi penekanan dalam pembangunan vokasi, bagi Sutrisna, adalah bagaimana sekolah ini nantinya bisa berperan dan men­ jadi tuan di tanahnya tersendiri. Ditengah mulai terbukanya tenaga kerja asing masuk ke Indonesia dan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang berada di depan mata, kebutuhan pekerjaan di dalam negeri setidak­ nya harus Indonesia penuhi. Tak terke­cuali Yogyakarta yang akan menghadirkan ragam potensi dalam pembangunan bandara internasional baru Kulonprogo

ILUSTRASI pekerja pertanian.

“Jadi nanti bandara internasional baru Kulonprogo pastilah butuh pekerja infrastuktur. Disitulah nanti akan kita per banyak kuota D3 teknik sipil. Juga diploma manajemen transportasi, pembangunan wilayah, maupun pariwisata dan prodi-prodi lainnya,” ungkapnya. Keterlibatan UNY dalam pengembangan Yogyakarta bagi Sutrisna penting, karena selain dalam rangka mengentaskan kemiskinan, upaya ini juga dilakukan sebagai langkah membangun Kulonprogo tanpa meninggalkan nilai luhur khas Yogyakarta. Karakter lokal berbasis filsafat Jawa yang direfleksikan dalam kehidupan perkuliahan di UNY, diiringi dengan pemupukan karakter berbasis ketaqwaan dan cendekia, akan membangun Yogyakarta bukan hanya fisik semata. “Tapi bagaimana pembangunan Yogya bisa jadi hamemayu hayuning bawana, membangun Yogyakarta lahir dan batin, kita harus turut serta memikul tugas ini, “ harapnya. Selain itu, UNY juga harus mengambil peran dalam mengembangkan potensi lokal para mahasiswanya yang datang dari penjuru Indonesia. Selama ini,

banyak pelajar yang tidak kembali ke daerah asalnya dan memilih menetap di kota untuk mencari nafkah. Padahal menurut Putut Wiryawan, Pemimpin Redaksi Harian Bernas, urbanisasi semacam ini juga tidak baik bagi tumbuh kembang kota. Menyebabkan harga hunian dan tanah terkerek naik, serta jalanan menjadi semakin macet. “Yang kalau mau kita akui, uni­ versitas berperan dalam proses urbanisasi ini. Memberikan keahlian yang pangsa kerjanya ada di kota. Membuat mereka jarang pulang ke daerah kecuali mudik lebaran,” ungkapnya. Kedepan, vokasi UNY harus mencari tahu keahlian konkret apa yang dibutuhkan untuk membangun desa. Terlebih lagi, peluang terbuka lebar dengan adanya dana desa dari pemerintah pusat dan keberadaan Badan Usaha Milik Desa. “Jadi jawaban saya sangat simpel. Dari Yogyakarta-lah, Indonesia dulu diba­ngun. Sebagai ibukota, sebagai penyum­bang dana pemerintah, dan seba­gai pendidik pemikir-pemikir bang­sa lewat kampus kampus kita. Dan kini itu harus diulang, dengan men­didik anak-anak bangsa untuk kita kirim ke desa,” pungkasnya.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 11


Laporan Utama

Dari Revolusi Industri Menuju Sekolah Vokasi Abad ke-21 Geliat sekolah vokasi di Eropa dimulai tiga abad lampau. Pada mulanya karena dorongan Abad Kebangkitan. Semangat zaman itu berdampak signifikan hingga hari ini. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

E

ropa Abad Pertengahan dipenuhi kabut indus­ trialisasi. Tiap kota, dari ujung utara Britania Raya hing­ga selatan Italia, me­na­ rasikan geliat modernisasi. Manu­ sia, sebagai instrumen utama pemba­ ngunan, mengendalikan hajatan akbar itu. Bumi Anglo-Saxon yang semula tertidur selama Abad Kege­ lap­an, kini bangun, bergerak, dan berjaya. Wolf-Dietrich Greinert, Profesor Pendidikan Vokasi pada Univer­sitas Teknik Berlin, mencatat, “Peru­bahan tak hanya sektor ekono­ mi dan teknologi, tapi juga struktur masyarakat, interaksi sosial, sistem politik, hingga gaya hidup.” Wolf menilik sejarah pendidikan vokasi yang berkelindan dengan dentuman Revolusi Industri abad ke-18. Ia menyatakan kebutuhan lapangan begitu mendesak, karenanya, “Tak ada cara lain kecuali membangun lembaga pendidikan berorientasi kerja.” Namun, ia menyayangkan nihilnya keseragaman sistem dan konsep pendidikan vokasi pada masa itu. Akibatnya, menurut Profesor Wolf, terjadi kesenjangan industri antarnegara. Terlebih soal kualitas calon pekerja yang dididik: sedemikian kontras, terutama Eropa Barat dan Timur. Senada dengan Wolf, Helga ReuterKumpmann, dengan jurnal ilmiahnya berjudul From Divergence to Convergence: A History of Vocational Educational and Training in Europe meneliti tiga model klasik pendidikan vokasi. Ia mengambil Britania Raya, Perancis, dan Jerman sebagai tolok ukur. Di Britania Raya, pendidikan vokasi diselenggarakan

12 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

di sekolah, perusahaan, dan gabungan antarkeduanya. Secara sistem penempatan, para lulusan akan ditempatkan di perusahaan yang sesuai bidangnya. “Mereka ditempatkan dan mengikuti arus pasar bebas,” katanya. Berbeda dengan Inggris, Perancis cenderung menitikberatkan pada kekuasaan penuh negara. Karena itu, pendidikan vokasi di Perancis dikhususkan tersendiri dan biasa disebut Production Schools atau the Ecole Polytechnique. Penemuan Helga menunjukan keunggulan pendidikan di Inggris pada awal Revolusi Industri ketimbang negaranegara Eropa lain. Perancis yang sejak awal berfokus pada ilmu alam dan terapan, betapa pun, tak pernah meraih poin tertinggi hingga akhir abad ke-19. Dampak sosial Revolusi Industri itu juga mengubah Perancis, yang semula dikendalikan Gereja Katolik, pada gilirannya digantikan semangat republik. Napoleon Bonaparte (1769-1821) memainkan peran politik di belakangnya. Selama Revolusi Perancis I berlangsung, ia menggemakan semangat liberté, égalité, dan fraternité—kebebasan, keadilan, dan persaudaraan—sebagai gol. Efek domino kebijakan Napoleon wajib belajar usia 13 tahun. Pelajar itu meliputi mereka yang sengaja

PCMODE.ORG

ILUSTRASI pekerja industri tekstil pada masa revolusi industri.

Dampak sosial Revolusi Industri itu juga mengubah Perancis, yang semula dikendalikan Gereja Katolik, pada gilirannya digantikan semangat republik.

dikirim orang tua dan gelandangan yang dipunggut dari gang-gang sempit. Potret itu terkesan sarat pemaksaan karena semata-mata hanya untuk memenuhi kepentingan industri. Ia berlangsung selama kurang-lebih tiga abad. Bila semula sistem masih ala kadarnya, menjelang abad ke21, model dan fungsi pendidikan vokasi berangsur membaik. Negara dan korporasi saling berkerja sama mengalokasikan dana agar memenuhi standar kualitas. Tanpa keseriusan kedua belah pihak mustahil pendidikan vokasi berkembang baik. Selain itu, pendidikan vokasi di negara-negara Eropa, menurut Helga, disokong oleh pemasukan finansial oleh pelajar. “Di Inggris, terutama, selain biaya pemerintah, penyelenggaraan pendidikan vokasi diambilkan dari biaya


Laporan Utama per-individu,” tuturnya. Kendati demikian, perusahaan yang berkerja sama dengan institusi itu juga menanggung biaya pada SKS tertentu. “Terutama itu berkaitan dengan pelajar yang magang di perusahaan. Mereka dibebaskan biaya. Tapi itu tidak semua. Tergantung MoU.” Serupa dengan Inggris, Perancis mengatur biaya pendidikan dengan sumber dari pemerintah dan perusahaan. “Yang berbeda itu Jerman. Di sana semua biaya pendidikan vokasi ditanggung negara secara penuh,” ungkap Helga, seperti dilansir Vocational European Journal Training, Edisi 32 MeiAgustus 2004. *** Perkembangan pendidikan vokasi, baik di Eropa maupun Asia, menurut Prof. Slamet P.H., M.A., M.Ed., M.A., M.L.H.R., Ph.D., meliputi keahli­ an teoretis dan terapan. “Jadi, harus ada link dan match antara pengeta­ hu­an dan keterampilan,” tegas pakar pendidikan vokasi itu. Prof. Sla­ met turut serta merumuskan seko­ lah vokasi UNY. Menurutnya, filoso­fi dasar sekolah vokasi harus menem­ bak empat sektor mayor: primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Keempat sasaran yang dipaparkan Prof. Slamet itu ditujukan agar sekolah vokasi mampu menjawab kebutuhan zaman. “Bagaimana bisa berguna buat indusri jika para pelajar yang hendak dididik di seko­ lah vokasi tidak dibekali pemahaman lapangan. Jadi, model sekolahnya harus menginduk pada realitas perusahaan sekarang,” jelasnya pada Diskusi Pendidikan dan Forum Media, pekan pertama Juni lalu. Miller (2008) menguraikan segi epistemologis sekolah vokasi SCHOOLHISTORY.CO.UK

ADOLPH MENZEL / PABOOK.LIBRARIES.PSU.EDU

ATAS DAN BAWAH: Ilustrasi pekerja di pabrik-pabrik pada masa revolusi industri.

dalam karya masyhurnya berjudul Professionalism in the Early Years. Garis besar apa yang ia tulis selaras dengan pernyataan Prof. Slamet. Pertama, Miller memandang kurikulum sekolah vokasi harus hasil turunan dari kebutuhan industri. Kedua, dasar pengembangan sekolah vokasi bersifat dinamis—selalu tanggap terhadap tuntutan zaman. Ketiga, tanpa inovasi, sekolah vokasi akan mandul sebagai penyedia tenaga terampil. Keempat, karena tujuannya dunia kerja, maka sekolah vokasi harus memberi porsi praktik lebih banyak. Belajar dari masa lalu di Abad Pertengahan, Eropa kini tak seperti seabad lampau yang mengisolasikan diri satu sama lain. Sejak 16 Februari 1975, lahir kesepakatan antarnegaranegara di Eropa, yakni European Centre for the Development of Vocational Training (CEDEFOP). Badan Uni-Eropa itu mengurusi hal-ihwal peningkatan dan pengembangan pendidikan vokasi, baik meliputi kerja sama maupun penyusunan kebijaksanaan kolektif.

Hadirnya CEDEFOP tiga dekade lalu sebetulnya merupakan jawaban atas harapan Prof. Slamet dan Miller. Finlandia termasuk anggota tetap CEDEFOP. Di negeri paling utara Eropa itu sekolah vokasi sangat diminati. Pelajar di Finlandia termasuk tipe pekerja keras. Sejak sekolah dasar mereka diajarkan “mencintai sekolah”. Karenanya, tak heran jika selepas sekolah mereka memilih sekolah vokasi untuk mengasah bakat. Pendalaman bakat natural siswa itu yang ditekankan sistem pendidikan Finlandia. Luarannya, mereka menjadi pekerja yang sekaligus mencintai pekerjaannya. “Mengenali kompetensi (bakat-minat) sedini mungkin dan peka terhadap kebutuhan lapangan adalah dua poin penting dalam prinsip sekolah vokasi di Finlandia,” ungkapnya, seperti dikutip helsinkitimes.fi. Jadi sangat wajar bila pendidikan vokasi di Finlandia sangat maju karena sudah mengintegrasikan antara bakat dan keterampilan siswa di dalam kurikulumnya.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 13


Laporan Utama

Disambut Baik Mahasiswa, Dosen, dan Masyarakat

Dukungan mahasiswa, dosen, alumnus, dan masyarakat membuat Rektor UNY segera mempercepat pematangan konsep Sekolah Vokasi UNY. Tahun 2018, Sekolah Vokasi UNY akan hadir secara terpadu di Kampus UNY Wates.

Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

F

asih Radiana, mahasiswi angkatan 2013 D3 Prodi Tata Rias dan Kecantikan, FT, UNY, tersenyum merekah siang itu. Ia baru saja mendengar kabar almamaternya hendak membuka sekolah vokasi. Meskipun masih simpang-siur, kabar itu melegakannya. Fasih mengakui nasib mahasiswa D3 masih terombang-ambing. Antara dituntut menguasai kecakapan praktis dan minimnya peralatan lapangan. “Padahal sekolah vokasi itu lebih kepada ilmu terapan. Jadi, banyak praktik,” kata Mapres D3 UNY itu. Menurut Fasih, kebutuhan kerja harus disokong para lulusan D3. Tapi kenyataannya justru tak ada bedanya mahasiswa vokasi dengan S1. Usai lulus, mereka ber­lomba mendapatkan peker­jaan di tempat sama. Regulasi persaingan kerja menyetarakan mereka. Bah­ kan, iro­ ninya, lulus­ an S1 dianggap lebih unggul ketim­bang D3. Jamak pula kerabat Fa­sih yang menci­bir pilih­­annya di jenjang diplo­­ma. Stigma itu tak meng­ubah komitmen Fasih. “Sekolah vokasi, menu­ rutku, ada nilai tam­ bah,” ungkapnya. Ia berharap kepada UNY agar pendi­ dikan vokasi mem­ punyai citra baik di masyarakat. Ungkapan 14 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

itu menan­­dakan kha­ layak masih meman­ dang S1 sebagai tujuan utama, sedang­kan D3 adalah alternatif terakhir. Karena­nya, menurut Fasih, tugas UNY akan berat karena selain membangun sistem dan kualitas, ia harus memperbaiki pandangan negatif ihwal sekolah vokasi. Banyak mahasiswa D3 sudah bekerja, meski belum diwisuda. Kenyataan ini dialami Fasih. Semasa masih kuliah, ia sering men­ dapatkan peker­jaan. Merias, body painting, bahkan pembicara demo rias, telah Fasih lalui dengan senang hati. “Kalau di vokasi kita bisa lebih terampil dan mempunyai kecakapan dalam bidang yang digeluti,” tuturnya. Keunggulan itu membuat Fasih percaya diri di dunia kerja. Apalagi tak sekadar kemahiran tata rias, tetapi juga pengetahuan ilmiah mengenainya. Walau Fasih harus belajar ekstra, baik teori maupun praktik, ia terkadang cemas. “Tidak ada kata semakin besar semester, maka bisa pulang pagi. Yang ada justru sampai malam,” keluhnya. Porsi pembelajaran yang ia rasakan sangat menguras waktu dan pikiran. Terlebih D3 hanya diberi waktu tiga tahun. Tantangan tersebut membuat Fasih terbiasa, walaupun ia masih mengharapkan

pemadatan kurikulum. “Supaya mahasiswa D3 tidak terlalu terforsir, tapi tetap diberi mata kuliah yang relevan dan berkualitas,” harapnya.

FASIH RADIANA, mahasiswi angkatan 2013 D3 Prodi Tata Rias dan Kecantikan, FT, UNY.

Bayangan Fasih, petamatama, tatkala men­ dengar akan diba­ngun­ nya sekolah vokasi ada­lah fasilitas yang me­ nunjang pembelajaran. Imajinasi itu ia kemu­ kakan karena Fasih beberapa kali mengeluh minimnya peralatan rias. Demi mengisi kekosongan itu Fasih DOKUMEN FASIH dan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) lain harus mengeluarkan duit. “Keperluan itu tidak murah. Nah, masalah kami di situ (finansial). Apalagi kami masih mahasiswa yang belum berpenghasilan,” ujarnya. Suatu ketika Fasih pernah gagal fokus, “Sangat sering saya ikut kuliah di kelas yang berisi 40 mahasiswa. Akhirnya, kebanyakan dari mereka mengantuk, lebih-lebih kelasnya pe­ ngap. Kata-kata dosen buyar semua.” Kondisi tersebut di luar standar umum. Bila tak segera diperbaiki, menu­rut Fasih, orientasi materi mus­tahil tersampaikan dengan baik. “Kelasnya saja tidak kondusif. Bagai­mana mahasiswa bisa nyaman belajar?”

Semasa masih kuliah, ia sering mendapatkan pekerjaan. Merias, body painting, bahkan pembicara demo rias, telah Fasih lalui dengan senang hati.


Laporan Utama

SUTRISNA WIBAWA (Rektor UNY) memberikan tanda mata terima kasih kepada rektor sebelumnya, ROCHMAT WAHAB (pakaian putih) di acara Pisah Sambut Rektor UNY .

DOKUMEN FT / REPRO. KALAM

Di bawah kepemimpinan Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., wacana sekolah vokasi itu hendak direalisasikan. “Rencananya akan kami sentralkan di Kulon Progo,” katanya, pekan ketiga bulan Mei lalu. Sutrisna berencana memenuhi kebutuhan industri dengan menyiapkan sarjana diploma yang siap menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Teroboan visioner itu diapresiasi oleh mahasiswa D3 UNY. Angin segar datang dari media massa. Gagasan Sutrisna itu diberi tempat seluas-luasnya oleh Koran Bernas. Putut Wirjawan, Pimpred Bernas, mendukung upaya rektor itu melalui penyosialisasian sekolah vokasi ke masyarakat. “Saya melihat

OSPEK Mahasiswa baru FT membentuk formasi di halaman gedung KPLT FT.

bahwa UNY menempati peran strategis dalam membangun SDM dan profesional. Terutama calon mahasiswa yang akan menempuh pendidikan vokasi,” paparnya. Putut menambahkan kedudukan UNY di Yogyakarta yang sangat strategis bagi atmosfer pembelajaran. “Apalagi Indonesia dulu dibangun dari Yogyakarta. Kita ingat Soekarno dan Hatta pernah memindahkan ibu kota Indonesia di Yogyakarta. Jadi, kita harus mengulang semangat itu,” tegasnya. Ia berharap agar terjalinnya sinergi antarelemen: UNY, masyarakat, dan media. Tanpa ketiga komponen itu, menurut Putut, “Tujuan luhur akan susah dicapai.”

Senada dengan Putut, Octo Lampito, Ketua Dewan Kehormatan PWI Yogyakarta, melihat upaya UNY untuk mendirikan sekolah vokasi itu akan mengentaskan kemiskinan di DIY. “Bayangan saya, Jogja itu daerah termiskin di Jawa, namun usia harapan hidupnya juga tinggi. Kita bisa berharap banyak dari sekolah vokasi itu,” katanya. Di samping itu, Octo memberikan lima poin mata kuliah untuk dipertimbangkan lebih lanjut: negosiasi, kerja tim, kepemimpinan, pemecahan masalah, serta etos kerja dan karakter. “Kalau melihat statistik, tenaga kerja kita, menurut BPS, 62% ke bawah itu lulusan SMP. Jadi, untuk mengatasinya, mereka perlu dididik lima butir tadi.” P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 15


Laporan Utama

Tantangan Sinergi dalam Membangun Vokasi Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

S

ecercah harapan itu datang dari Vokasi. Dengan gelar diploma dan sarjana terap­ an, mahasiswa dididik dengan ilmu pasti dan kete­ ram­pilan konkret di dunia usaha. Bekalnya bekerja juga akan didam­ pingi dengan pengalaman magang mumpuni dan pengetahuan dari praktisi perusahaan secara langsung. Dari situlah UNY datang dengan rencananya merubah kampus UNY Wates menjadi Sekolah Vokasi. Yang kemudian hendak menyambar harapan tersebut, sembari harus menyambut tantangan yang tak kalah hebatnya dibalik keberadaan pendidikan vokasi. Keterampilan dan bekal keilmuan yang dientaskan vokasi tersebut, akan menemui rintangannya tersendiri dalam rendahnya sinergitas dunia pendidikan Indonesia dengan dunia kerja. Di satu sisi, perguruan tinggi setiap tahun menyediakan suplai pekerja dengan statistik yang terukur. Berapa yang diluluskan tiap tahun, berapa yang masuk dan diterima di prodi tersebut, dan bagaimana kemampuan anak tersebut yang tercantum dalam manuskrip ijazah. Tetapi serapan dunia kerja tidak selalu bebanding lurus dengan jumlah lulusan perguruan tinggi. “Tapi untuk demand dunia kerja, apa pernah kita punya data spesifik berapa pekerja kebutuhan kerja? Saya berani beri anda apapun, kalau misal bisa sediakan data bagi saya berapa spesifik kebutuhan kerja kita,” tantang Prof. Slamet P.H., M.A., M.Ed., M.A., M.L.H.R., Ph.D., guru besar Fakultas Teknik UNY 16 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

dalam Diskusi Pendidikan di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Senin (05/06/2017). Minimnya Data dan Kritik Sosial Data-data yang dimaksud Slamet adalah data permintaan secara spesifik dunia kerja Indonesia atas lulusan pendidikan vokasi. Ber­ kenaan dengan seperti apa yang benar-benar dibutuhkan dunia kerja, secara spesifik masing-masing perusahaan yang memiliki perbe­ daan proses produksi masingmasing. Serta dimana lokasi kebu­ tuh­an pekerja tersebut akan dibu­tuh­kan. Yang memang secara prak­tis cukup menantang untuk dilaku­kan, karena harus menggelar sur­vei secara besar-besaran secara masif, terstruktur, kontinu, dan meli­ bat­kan dana yang tidak sedikit pula.

ARIF / HUMAS UNY

“Kita jadi dalam bayang-bayang fatamorgana kan ini semua (karena tidak punya data dalam menyediakan pendidikan vokasi). Padahal Amerika Serikat itu punya agensi khusus pendataan tenaga kerja (US. Bureau of Labor Statistics). Mereka bisa tahu selama 20 tahun kedepan berapa pekerja dibutuhkan dan kemana mereka dibutuhkan,” ungkapnya menyayangkan.

Kita jadi dalam bayang-bayang fatamorgana kan ini semua (tidak punya data dalam menyediakan pendidikan vokasi). Padahal Amerika Serikat itu punya agensi khusus pendataan tenaga kerja.

Ketiadaan data tersebut menurut Slamet terjadi karena di Indonesia, keberlanjutan program antar presiden dan menteri sangat minim. Ketika era Prof. Wardiman Djojonegoro menahkodai Kemdikbud dalam Kabinet Pembangunan VI misalnya, Wardiman telah membentuk Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN) dalam Kepmendikbud. Majelis tersebut dibentuk bersama dengan ketua umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), dari tingkat pusat, daerah, hingga per sekolah. Tujuannya sederhana: membentuk kurikulum kerjasama industri dan pendidikan, serta sinergitas penyaluran tenaga kerja. Namun naas, majelis tersebut tak lagi berlanjut ketika Wardiman tak lagi menjabat sebagai menteri. Diperparah dengan turbulensi politik Indonesia ketika Wardiman berakhir menjabat pada Maret 1998, serta ambisi era reformasi untuk mencerabut semua peninggalan kepemimpinan sebelumnya, majelis itu tinggal nama. Tanpa rekomendasinya pernah didengar


Laporan Utama industri dan pendidikan, yang justru jadi ajang untuk sekedar membentuk para generasi muda bangsa menjadi sumber daya industri dalam menyokong pola ekonomi kapitalistik. Menjadikan mereka buruh yang hanya diajarkan kemampuan tertentu dan hanya hidup demi uang.

CPNS Kemendagri. Yang di list Administrasi Publik. Padahal ini prodi sama bagus, dan kita sudah terus dialog (dengan KemenPAN-RB) biar diberi kesempatan juga,” ungkap Dr. Sumarsono, Dirjen Otonomi Daerah ditemui Reporter Pewara Dinamika, Rabu (03/08/2016) di Fisipol UGM.

“Tapi mereka itu harusnya ingat, bahwa pendidikan itu basisnya tidak steril dan tidak vakum dengan yang lain. Disinilah vokasi dibangun berbasis interaksi dielaktis dan simbiosis dengan dunia usaha, untuk saling menjembatani demi kebaikan. Bukan lalu memusuhi dunia usaha dengan anggapan kapitalistik itu,” tekannya.

Namun bagi vokasi, tantangan ini menjadi berbeda karena mereka diminta mengubah semua nama program studinya berdasarkan Permenristekdikti tersebut. Yang mensyaratkan nama studi diploma tidak sama dengan sarjana, dan harus sesuai dengan apa yang tercantum dalam peraturan tersebut. Bagi Wikan Sakarinto PhD, Dekan Sekolah Vokasi UGM, ia menganggap tantangan ini sebagai badai besar bagi fakultas yang dipimpinnya.

Perubahan Nomenklatur di Tangan Kemristekdikti Belum selesai sekolah vokasi menata dirinya sejak awal dibentuk ketika Universitas Indonesia memotori pembangunannya 2008 silam. Menjadi tonggak fakultas vokasional pertama di perguruan tinggi seIndonesia, walau sebelumnya sudah punya histori panjang dalam pendidikan diploma dan ragam perguruan tinggi politeknik di Indonesia. Namun kini, sekolah vokasi harus menghadapi tantangan baru berupa Permenristekdikti 15/2017 tentang Penamaan Program Studi Perguruan Tinggi. walau statusnya masih aktif dan keberadaanya masih eksis hingga kini. Hal serupa terjadi dalam Masterplan for Acceleration and Expansion of Indonesia’s Economic Development (MP3EI) yang disusun Presiden SBY, dimana masterplan jangka panjang itu tak lagi dijadikan acuan bagi kepemimpinan selanjutnya walau memuat data kebutuhan tenaga kerja. “Walaupun MP3EI ini tidak lengkap dan belum spesifik juga, hanya statistik makro berbasis zonasi mana-mana tempat pekerja dibutuhkan. Jadi kita itu tidak punya road map. Saya sudah hidup dan mengabdi pada delapan mendikbud dalam berbagai kesempatan. Delapan kali itu pula tafsiran berganti,” ungkapnya. Selain itu, kritik juga kerap datang dari para pengamat budaya dan pendidikan. Beberapa pihak menganggap bahwa pendidikan harusnya jadi ajang pencarian bakat para siswa dan dibangun dengan basis bukan kreatifitas. Bukan link and match, proses menyinergikan

DISKUSI PENDIDIKAN DAN FORUM MEDIA. Melihat peluang dan tantangan pendidikan vokasi di Indonesia.

Isi peraturan tersebut sederhana: memberikan Kemristekdikti wewenang menamakan program studi, guna keseragaman pandangan antar universitas dalam nomenklatur. Karena sebelumnya ketika masih jadi wewenang universitas, penamaan yang berbeda dari sebuah program studi akan membuat para mahasiswanya kesulitan mencari pekerjaan. “Misalnya saja S1 Manajemen Kebijakan Publik UGM ini, sementara belum tercantum dalam kriteria rekrutmen

Walaupun MP3EI ini tidak lengkap dan belum spesifik juga, hanya statistik makro berbasis zonasi mana-mana tempat pekerja dibutuhkan. Jadi kita itu tidak punya road map.

“Ibarat orang sudah lahir, gede, tapi dipaksa ganti nama. D3 Teknik Mesin jadi D3 Teknologi Mesin, ini kan sama saja seperti saya buka klub baru papan bawah. Itulah mengapa saya mending buka D-IV dan terus bangun keunggulan vokasi,” tekannya kepada Reporter Pewara Dinamika, Selasa (06/06/2017). Senada dengan Wikan, ragam fenomena tersebut juga mendorong Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY yang baru menjabat sejak Maret 2017, menyatakan diri siap menghadapi tantangan. Bagi Sutrisna, pembangunan sistem dan terus berusaha bersinergi kemudian menjadi penting, alihalih menyerah karena begitu rumitnya problematika bangsa ini. Bagaimana kemudian ia sebagai rektor membangun sistem dan berupaya penuh untuk bersinergi dengan sumber daya yang ada, demi membangun kolektifitas, menyinergikan pandangan, dan keberlanjutan pendidikan vokasi yang lebih baik. Sebesar apapun tantangan tersebut, jika dihadapi dengan kolektifitas dan sinergitas akan mudah dihadapi. “Jadi di sini tantangan kita. Memang kalau di tataran kebijakan itu kita main di prediksi, bahkan kalau pakai data pun kita juga harus punya proyeksi dan tidak bisa konkret itu perencanaan makro. Tapi keberadaan ragam tantangan ini bukan penghenti langkah kita. Bagaimana kemudian kita harus duduk bersama dan harus terlibat sistem pendidikan demi mendidik anak bangsa yang lebih baik lewat vokasi,” harap Sutrisna.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 17


Laporan Utama

Sekolah Vokasi, Belum Begitu Diminati Tapi Banyak Dicari Perusahaan

Mendaftar karena tak diterima sarjana, sekolah vokasi masih dinomor sekiankan banyak orang. Padahal banyak perusahaan yang membutuhkan lulusannya.

Oleh EMA SAFITRI Editor BUDI MULYONO

M

endadak jalanan di sekitar lingkungan perguruan tinggi sesak oleh kenda­raan pribadi baik roda dua maupun empat. Mereka adalah para keluarga yang sedang mengantar sanak saudaranya untuk mengikuti ujian seleksi masuk perguruan tinggi jenjang Strata 1 atau sarjana. UNY menjadi salah satu jajaran kampus favorit yang diburu para calon mahasiswa baru. Dirilis dari solopos.com, pendaftar SNMPTN seluruh Indonesia sebanyak 517.166 siswa. UNY menempati peringkat 10 pendaftar SNMPTN terbanyak tahun 2017 dengan jumlah pendaftar mencapai 23.838 peserta. Dari sekian banyak pendaftar hanya 1.405 yang diterima sebagai mahasiswa baru. MINDIPTONO / INFORMASI UNY

Melihat angka yang begitu besar mengindikasikan bahwa sarjana masih menjadi tujuan utama. Betapa banyak masyarakat menginginkan putra putrinya dapat masuk program sarjana dengan jaminan harapan masa depan cerah. Di sudut lain, sekolah vokasi masih menjadi pilihan kedua manakala siswa gagal mengikuti seleksi program sarjana. Sekolah vokasi masih dijadikan sebagai batu loncatan dengan alasan mudah diterima dan dapat melanjutkan sarjana. Padahal sejatinya ilmu terapan yang diajarkan di sekolah vokasi berbeda dengan program sarjana yang lebih menekankan teori ketimbang praktik. “Latar belakang pendidikan kita, SMK 9,44%. Sedikit sekali SMK dan D3 dibandingkan universitas. Memang tidak ada data riil. Tapi 18 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

secara kasat mata, (menunjukkan) betapa sedikitnya,” ujar Sutrisna saat mengisi sarasehan mengenai sekolah vokasi Senin, 05/06/2017 lalu. Dalam pemaparannya, rektor baru UNY ini juga melihat kecenderungan

PERSIAPAN TIM ROBOT UNY untuk berlaga di tingkat Nasional

Di sudut lain, sekolah vokasi masih menjadi pilihan kedua manakala siswa gagal mengikuti seleksi program sarjana. Sekolah vokasi masih dijadikan sebagai batu loncatan dengan alasan mudah diterima dan dapat melanjutkan sarjana.

masyarakat ibu kota yang sudah mulai menaruh minat di sekolah vokasi. Lulusannya pun laris manis di perusahaan. Namun orientasi masih pada tataran karyawan produksi. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa tantangan UNY sebagai instansi pendidikan saat ini salah satunya adalah meningkatkan jumlah peminat sekolah vokasi. “Tantangan kita adalah menarik anak kita masuk ke D3. Termasuk menarik anak ke SMK. Dulu sempat kampanye besar besaran SMK Bisa. Jadi meningkat,” katanya. Tak banyak yang melirik sekolah vokasi lantaran kalah pamor dengan program sarjana. Dibalik itu, pelbagai keuntungan hanya dapat diperoleh para mahasiswa vokasi. Keuntungan tersebut antara lain


Laporan Utama adalah besarnya peluang untuk masuk di program vokasi. Tidak seperti sarjana yang memiliki banyak pesaing, vokasi cenderung lebih sedikit. Para calon mahasiswa dapat dengan mudah masuk tanpa harus menyingkirkan banyak peserta lain. Tak hanya itu, banyak beasiswa yang disediakan baik pemerintah maupun pihak swasta bagi mahasiswa vokasi. Besarnya persentase praktik juga menjadi keunggulan tersendiri bagi mahasiswa vokasi. Saat mahasiswa sarjana pusing memikirkan teori, mahasiswa vokasi asik dengan praktiknya. Komposisi program vokasi adalah 60% praktik dan 40% teori. Dengan begitu, lulusan vokasi diharapkan dapat langsung bekerja dengan bekal pengalaman praktik yang lebih. Sekolah vokasi sebagai program yang menitikberatkan keterampilan, secara tidak langsung menjadi sarana pengembangan bakat. Seseorang dengan talenta tertentu dapat memperdalam serta mengasah bakat yang dimiliki ketika memilih untuk mengenyam pendidikan vokasi. Keterampilan yang dimiliki

Saat mahasiswa sarjana pusing memikirkan teori, mahasiswa vokasi asik dengan praktiknya. Komposisi program vokasi adalah 60% praktik dan 40% teori. mempersiapkan para mahasiswa vokasi untuk siap terjun langsung di dunia kerja. Dengan kesiapan tersebut, mahasiswa dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari penyedia lapangan pekerjaan yang mensyaratkan kriteria seperti penguasaan ketrampilan sesuai bidang. Bagi mahasiswa yang bermimpi bisa melancong ke luar negeri, sekolah vokasi dapat dijadikan jembatan. Banyak perusahaan asing yang menjalin kerjasama dengan sekolah vokasi Indonesia. Kegiatan berupa magang dimanfaatkan para mahasiswa untuk dapat merasakan praktik keterampilan di negeri orang. Hal tersebut juga berlaku

bagi lulusan D3. Dengan ijazah D3 ditambah dengan sertifikat keahlian, seseorang dapat bekerja di luar negeri dan memperoleh gaji yang lebih besar ketimbang lulusan sarjana. Skill yang dimiliki menjadi nilai tersendiri dalam urusan gaji daripada sekadar gelar. Selain mudah mendapatkan pekerjaan dengan perusahaan mitra, lulusan vokasi dengan segala keterampilannya dapat pula mengembangkan usaha pribadi atau berwirausaha. Tak jarang, para lulusan yang sukses berwirausaha kemudian membuat komunitas wirausaha yang tentunya memberikan banyak keuntungan bagi para anggotanya. Komunitas dapat dijadikan sarana bertukar pendapat atau bahkan sebagai ajang kerjasama yang menguntungkan semua pihak. Pelbagai keunggulan sekolah vokasi sudah saatnya dipahami oleh banyak pihak. Tanpa itu, masyarakat akan terus terkungkung dalam tradisi lama tanpa menyadari bahwa persa­ ingan dunia kerja yang semakin sengit serta mengancam siapa saja yang miskin keterampilan.

PPEEWA WARRAA DDI INNAAM MI IKKAA J M UN E I 2 0 1 7 19


Laporan Utama

D3 UNY, Riwayatmu Dulu

Dinamika program D3 tak selalu mulus. Tapi karena etos kerja dari dosen, mahasiswa, dan alumni, ia mendapatkan atensi positif dari publik. Tawaran kerja sama dan hibah tiap tahun terus mengalir. Oleh RONY K. PRATAMA Editor BUDI MULYONO

sisi lain. Banyak siswa masuk D3 hanya karena ditolak program S-1. “Padahal, kalau D3 kan kami lebih banyak praktik. Ini sesuai dengan dunia kerja,” ujar Lana, maha­siswa D3 Teknik Sipil.

K

arangmalang, Kuningan, dan Flamboyan masih sepi di tahun 60an. Rumah-rumah belum berdem­petan rapat, sempit, dan serasa pengap bagi para penghuninya. Pend­uduk asli masih memi­liki sawah luas. Anak-anak, kalau sore, berta­buran girang berma­ in layangan. Sebagian berma­in burung merpati, sedangkan yang lain serius mengamati ikan di rawa-rawa. Sudarsono, 79 tahun, warga Mrican, sayup-sayup mengenang memo­ri itu. “Sekarang banyak beru­ bah,” tuturnya, sambil mengapit rokok linting. Dulu khalayak generasi 70, 80, 90-an menyebutnya IKIP Karangmalang. Nama itu merujuk pada IKIP Negeri Yogyakarta. Namun, karena area kampus berada di dusun Karangmalang, maka ingatan publik tertuju padanya. Tiap pelajar, yang berniat menjadi guru, selalu terngiang nama IKIP. Bahkan, usai berganti nama menjadi UNY pada 1998, nama IKIP masih melekat. Seperti pengakuan Wisnu, guru SD Negeri CT VII, yang acap kali mengganti nama UNY menjadi IKIP bila ditanya kerabat. “Kuliah di UNY, Mas. IKIP Jogja itu,” kenangnya. Lahirnya UNY tak lepas dari perkembangan UGM. Pada masa Soekarno, tahun 1962, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan keputusan No. 92 Tahun 1962. Kebijakan itu melahirkan Institur Pendidikan Guru (IPG). Akan tetapi, problemati­ ka dualisme institusi pendidikan muncul. Selain IPG, pemerintah memiliki FKIP. Akhirnya, untuk menjembatani konflik, IPG dan FKIP digabung pada 3 Januari 1963. Empat bulan kemudian, pada 22 Mei 1963,

20 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

IKIP Yogyakarta resmi lepas dari UGM. Demikian pula IKIP Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Malang.

UNY TEMPO DOLOE, Mahasiswa berdesakan di bus IKIP tahun 80-an

Proses pembelajaran dimulai sejak kebijakan nasional itu. Mochtar Buchori, dalam karyanya berjudul Evolusi Pendidikan di Indonesia, Dari Kweekchool Sampai ke IKIP: 1852-1998, mencatat peristiwa historis itu sebagai ekspansi sistem pendidikan guru periode 19501965. Sepanjang sejarahnya, UNY menawarkan program D3, S-1, S-2, dan S-3. Walaupun demikian, nasib D3 masih terombang-ambing oleh kebimbangan dibandingkan dengan program sarjana. Sepinya peminat di satu sisi dan anggapan negatif di

Sepanjang sejarahnya, UNY menawarkan program D3, S-1, S-2, dan S-3. Walaupun demikian, nasib D3 masih terombang-ambing oleh kebimbangan dibandingkan dengan program sarjana.

Saat ini UNY memiliki delapan progam studi D3: Teknik Elektro, Teknik Elektronika, Teknik Mesin, Teknik Otomotif, Teknik Sipil, Teknik Boga, Teknik Busana, Tata Rias-Kecantikan, Akuntansi, Pemasaran, DOKUMEN UNY dan Sekretari. Tiga di antaranya telah berakre­ ditasi A, yakni Teknik Boga, Tata Rias-Kecantikan, dan Pemasaran. Program studi itu berada di bawah Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Ekonomi (FE). Dua fakultas itu sengaja membuka program D3 karena berbasis praktik lapangan. D3 Teknik Mesin baru dibuka tahun 1997—setahun sebelum berubah menjadi UNY. Pembukaan itu kemudian mendapatkan animo yang cukup banyak. Mayoritas pendaftar adalah lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM). Mereka mengakui hendak mengasah kemampuan praktisnya di jenjang D3. “Waktu itu saya ingin langsung kerja. Jadi, selepas STM langsung ambil D3,” ungkap Saryono, alumnus tahun 1999. Sementara itu, pada tahun 2004, Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana (PTBB) mendapatkan hibah. Kesempatan emas itu didapatkan dari Community College yang memberikan kesempatan mengembangkan program satu tahun untuk konsentrasi rias. Setahun kemudian, program D3 dibuka dan pada 2006-2008 mendapatkan hibah kompetisi A3 dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) senilai 2,4 miliar. Dana tersebut digunakan untuk meremajakan fasilitas laboratorium. Pencapaian PTBB


Laporan Utama

SUTRISNA WIBAWA (Rektor UNY) memberikan tanda mata terima kasih kepada rektor sebelumnya, ROCHMAT WAHAB (pakaian putih) di acara Pisah Sambut Rektor UNY .

FIP.UNY.AC.ID

mencapai puncaknya pada tahun 2007: mendapatkan sertifikasi ISO. Pencapaian itu masih harus terus dilanjutkan. Menengok tetangga, UGM, D3 UNY masih berusia jagung. Di kampus biru, program diploma dimulai sejak pembukaan Pendidik­ an Ahli Teknik (PAT) pada 1977. Enam tahun berikutnya, karena proses edukasi dan administrasi, PAT berubah menjadi Fakultas Non Gelar Teknologi. Namun, sejak 1991, ia kemudian meng­induk jurusan teknik dan berubah menjadi program studi. “Ketika semua prodi D3 disatukan ke dalam sekolah vokasi, kami memiliki 9000-an mahasiswa. Bayangkan saja fakul­tas baru punya mahasiswa

UNY semula merupakan Bagian Pedagogik dari Fakultas Sastera, Pedagogik, dan Filsafat Universitas Gajah Mada (FSPF UGM).

sebanyak itu?” jelas Wikan Sakarinto, ST.,MSc., Ph.D., dosen D3 Teknik Mesin, UGM. Di UGM, lulusan D3 dibekali tiga komponen pokok supaya siap saing

“Ketika semua prodi D3 disatukan ke dalam sekolah vokasi, kami memiliki 9000an mahasiswa. Bayangkan saja fakul­tas baru punya mahasiswa sebanyak itu?”

di dunia kerja. “Contohnya di teknik mesin. Kami menyiapkan lulusan agar mumpuni dalam kemampuan teknis (skill) dan pengetahuan teknis (knowledge). Tapi lambat-laun kami juga menambahkan kompetensi ko­ mu­nikasi, terutama bahasa Inggris,” katanya. Menurut Wikan, ke­mam­ puan komunikasi bahasa inter­na­ si­o­nal itu sangat penting. “Apalagi sekarang sudah masuk MEA.” Melanjutkan sejarah D3, menurut Sutrisna Wibawa, akan menjadi prioritas utama dalam kepemim­ pinannya. “Sebelum D3 kami satukan di Wates dalam satu lingkup sekolah vokasi, kami akan menyiapkan laboratorium dahulu,” jelasnya. Di situ Rektor UNY akan membuat sejarah baru. P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 21


Laporan Utama

Mahasiswa Vokasi Jangan Terlalu Lama Duduk di dalam Kelas Oleh ILHAM DARY ATHALLAH Editor BUDI MULYONO

magang di industri, dan menarik orang industri menjadi dosen di perguruan tinggi. Dosen lama juga tak ketinggalan dari program ini, karena mereka juga akan diboyong untuk magang.

M

ahasiswa vokasi itu tak lagi boleh duduk terlalu lama di dalam kelas. Berpraktik ria, melek teknologi, serta menempa diri menjadi luwes dan terampil, harus jadi prioritas. Sehingga jikapun harus menempuh pembelajaran tatap muka di kelas, ia tidak boleh duduk. Tapi harus berdiri berargumentasi serta menerapkan ilmunya dalam tataran praktis, sembari mencoba secara langsung apa yang telah didengar dan dipelajarinya. Bukan sekadar membaca dan menghapal, lalu menuliskannya kembali dalam publikasi atau ujian akhir, demi nilai dalam transkrip. Disinilah bagi Prof. Sutrisna Wibawa, Rektor UNY, letak perbedaan vokasi UNY kelak dibanding ketika program studi diploma masih dibawah Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi. Keduanya lahir dari rahim yang berbeda. Pendidikan strata sarjana berbasis pendidikan akademik yang filosofis-teoritik, sedangkan pendidikan vokasi dilahirkan sebagai pendidikan keterampilan berbasis praktikal. Sebagai putra-putri yang dilahirkan dunia pendidikan tinggi, keduanya juga diharapkan tumbuh dengan jenis kelamin yang berbeda: antara paper dan publikasi, dengan karya nyata. “Sehingga dari perbedaan value itu. Vokasi jangan sampai digabung akademik. Penggabungan seluruh diploma ke Sekolah Vokasi di Wates hendak menjawab itu,” tekan Sutrisna. Teaching Industry dan Mata Kuliah Baru Membangun sekolah vokasi tentunya akan dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah. Dalam tataran filosofis, menurut Prof. Slamet, Guru Besar Fakultas Teknik UNY,

22 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

HUMAS UNY

Pendidikan Vokasi harus dibangun dengan basis keterkaitan (link) dan kesepadanan (match) dengan dunia industri. Pendidikan vokasi baginya diselenggarakan harus demi memenuhi kebutuhan tenaga kerja, sehingga kemampuan yang dibangun dalam diri peserta didik haruslah yang benar-benar dibutuhkan.

BINCANG AKADEMIK, Dekan FE menjadi narasumber dalam diskusi di Jogja TV

“Dan dari situ, kurikulum yang harus dibentuk adalah kurikulum “perkawinan”. Mengawinkan pengajaran di dunia pendidikan, dengan apa yang dunia kerja butuhkan,” ungkap Slamet. Di tataran praktis, filosofi kurikulum perkawinan itulah yang melahirkan program teaching industry. Sebagai nyawa dari pendidikan vokasi, ide dari teaching industry adalah menukar tempat para pihak. Mahasiswa digembleng untuk

Filosofi kurikulum perkawinan itulah yang melahirkan program teaching industry. Sebagai nyawa dari pendidikan vokasi, ide dari teaching industry adalah menukar tempat para pihak.

“Jadi teaching industry ini mengawinkan. Dua duanya harus merasakan satu sama lain, sehingga sama-sama tahu bagaimana mengembangkan ini (pendidikan vokasi) menjadi lebih praktikal,” ungkap Sutrisna. Dalam tataran kebijakan, program ini juga bertaut dengan treasure study yang telah lama digelar UNY bersama Ikatan Alumni (IKA) UNY. Selama ini, alumni dalam beberapa kesempatan diundang ke kampus untuk berkontribusi dalam penyusunan kurikulum tentang keahlian apa saja yang dibutuhkan di lapangan. Sehingga dengan menggaet informasi dari pengalaman bekerja para alumni, kurikulum disesuaikan dengan ilmu konkrit dan semakin dekat dengan masyarakat. Ia kemudian mengisahkan salah satu usulan di program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dimana alumni yang ikut duduk dalam program treasure study, mengusulkan bahwa PGSD memiliki mata kuliah pengembangan media pendidikan. Jikapun sudah ada, mata kuliah tersebut dimintanya untuk menjadi lebih komprehensif. Karena, guru masa kini dituntut bisa mengajar lebih menarik dan atraktif guna melibatkan siswanya secara aktif tanpa kekerasan. “Dan usulan ini menarik, karena selain merefleksikan pengalamannya di lapangan, tujuannya juga mulia: agar siswa SD itu tercerdaskan,” ungkapnya. Dari kebijakan itu pula program mata kuliah yang dekat dengan masyarakat muncul. Bagi Octo Lampito MPd, Pemimpin Redaksi SKH Kedaulatan Rakyat,


Laporan Utama

HUMAS UNY

yang menjadi salah satu narasumber dalam Diskusi Pendidikan dan Forum Media pada Senin 5 Juni 2017 di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, vokasi sudah selayaknya tidak hanya membekali siswanya dengan kebutuhan teori bahkan praktik. Namun juga mata kuliah pendidikan karakter dan kewirausahaan karena keduanya tanpa bisa disangkal sangat dibutuhkan di dunia kerja.

DEKAN Fakultas Ekonomi UNY, Dr. Sugiharsono, mengenalkan Fakultas Ekonomi UNY lewat Jogja TV.

akan membuat para lulusan dapat bertahan dalam globalisasi dengan keunikannya tersendiri. “Karena di tengah globalisasi ini, potensi dan karakter kita masingmasing sebagai bangsa itu justru harus jadi pembeda keunggulan kita dibanding pekerja dari negeri lain. Bagaimana caranya ngono, ning ojo ngono,” pungkas Slamet.

Ada lima mata kuliah yang setidaknya diusulkan oleh Octo: negosiasi, kerja tim, kepemimpinan, pemecahan masalah, dan etos kerja. Bobot SKS nya bisa disesuaikan sesuai kurikulum kampus. Pendidiknya bisa dari para praktisi industri, psikolog, hingga HRD. Dan pembelajarannya harus menyentuh tataran praktis yang ada di lapangan. Bukan menghapal teori dan filosofi negosiasi menurut pemikir-pemikir ternama secara epistemologis dan ontologis semata.

Dirintis dari FT dan FE Peran Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi sebagai induk prodi diploma dalam status quo, kemudian menjadi penting guna menggenjot asa menuju Sekolah Vokasi UNY. Di satu sisi, pembangunan vokasi mengharuskan keberadaan kelengkapan laboratorium sebagai sarana praktikum. Dan satu tahun menuju perintisan Sekolah Vokasi UNY yang diagendakan pada tahun 2018 ini, akan diagendakan untuk melengkapi sarana prasarana.

“Satu SKS saja tak masalah. Tapi yang penting, skill ini harus dikenalkan. Bukan teori negosiasi, tapi benarbenar latihan. Tatap muka, wawancara kerja, tahu harus berkata apa dan menjawab apa,” tegas Octo.

Bagi Fakultas Ekonomi, kebutuhan laboratorium dan kerjasama dengan dunia industri itu cukup beragam. Mulai dari praktek audit, akuntansi biaya, statistika, perpajakan, perbankan syariah, dan beragam lainnya yang masing-masing membutuhkan laboratorium dan fasilitasnya masing-masing.

Selain itu, sebagai pelengkapan dalam praktik di tataran kegiatan, semua program pendidikan vokasi hendaknya dilandasi kearifan lokal. Kearifan dan karakter inilah yang

“Jadi memang harus berdiri dulu minimal 60-70% praktek. Dan itu

tidak mudah. Tapi kami lebih cocok diploma itu dibawah sekolah vokasi sehingga siap go-go (mendukung) saja,” ungkap Dr Sugiharsono, Dekan FE UNY. Hal senada diungkapkan Dr. Widarto, Dekan Fakultas Teknik UNY. Namun bagi Fakultas Teknik, tantangan yang dihadapi tak kalah hebat dengan prodi dari Fakultas Ekonomi. Jika ketiga program studi dari Fakultas Ekonomi seluruhnya telah berada di Wates sejak 2001, delapan program studi diploma dari Fakultas Teknik hingga kini masih bertempat seluruhnya di Kampus Karangmalang. Memindahkan seluruh program studi lengkap dengan peralatan memfasilitasi praktikum teknik tentu butuh waktu dan biaya tinggi. Termasuk, bagaimana mengakomodir kepentingan pengajar dan mahasiswa yang telah lama berbasis di Karangmalang. “Sehingga tantangannya begitu tinggi. Resistensi dari rekan-rekan baik dosen dan mahasiswa pun belum sepenuhnya siap jika dipisah ke Kulonprogo (Kampus Wates). Tapi menurut saya sah-sah saja karena memang itu tuntutan zaman. Dan keberhasilan (pembentukan Sekolah Vokasi) itu akan jadi sangat monumental dari Pak Tris dan UNY,” ungkap Widarto mendukung pembangunan vokasi.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 23


Laporan Utama

WAWANCARA KHUSUS WIKAN SAKARINTO

BELAJAR DARI VOKASI UGM:

Dibangun dengan Rasa Cinta Almamater

Tatapan Wikan Sakarinto, Dekan Sekolah Vokasi (SV) UGM, sama tegasnya dengan ambisi yang dituturkannya. Sebuah idealisme yang membawanya yakin, bahwa Vokasi yang dinahkodainya sama sekali tidak berambisi menjadi vokasi terbaik se-Indonesia atau mengejar pemeringkatan apapun. Seakan menegasikan beragam prestasi internasional yang telah disabet dalam masa kepemimpinannya, namun sebenarnya menyimpan pesan tersirat: bahwa vokasi seantero negeri selayaknya berkolaborasi dan bersinergi, bukan menjadi layaknya predator yang saling berkompetisi. Berlandaskan nafas bahwa semua perguruan tinggi harus bahu membahu, guna mewujudkan anak bangsa yang memiliki keahlian teknis terbaik dunia.

K

epada Redaktur Pewara Dinamika, Ilham Dary Athallah, Wikan kemu­dian berki­ sah sekelumit tentang perju­ angannya merintis Vokasi UGM hingga berdiri pada 2009. Yang bermula dari rasa cinta­ nya sebagai alum­ni D3 Teknik Mesin, hingga kemudian meng­ hantarkan SV UGM yang awal­ nya diwarnai demonstrasi mahasiswa dan ragam tantangan lainnya, bertransformasi menja­ di andalan industri dan tak lama lagi akan membangun pabrik sendiri seluas 6,5 hektar di kabupaten Kulonprogo. Bagaimana sejarah Sekolah Vokasi UGM terbentuk? Peraturan Rektor 518/P/SK/HT/2008 yang disahkan pada tahun 2008 menjadi tonggak pendirian vokasi. Walaupun sebelumnya sejak tahun 2007 saya sudah tergabung bersama kolega lainnya dalam Tim Pengembangan SV UGM yang dibentuk oleh Prof. Sudjarwadi (Rektor UGM 20082012). Selepas saya berangkat kuliah ke Jepang tahun 2008, terbentuklah itu vokasi. Menyatukan seluruh diploma tiga UGM, dari Teknik, Ekonomi (Fakultas Ekonomi Bisnis), MIPA (F-MIPA), dan lainnya, dibawah naungan sekolah Vokasi. Berpusat di KPFT SV UGM ini, mantan bangunan Fakultas Pertanian UGM. Tapi sejarah Vokasi di UGM sebenarnya lebih tua dari itu. Diploma teknik mesin misalnya, tempat saya belajar sebagai angkatan 1993. Itu sudah terbentuk

24 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

WIKAN SAKARINTO, (KEDUA DARI KIRI). DEKAN SEKOLAH VOKASI UGM MENGGANDENG OPERATOR SELULER TERBESAR DI INDONESIA, TELKOMSEL.

sejak Pendidikan Ahli Teknik FT UGM dibentuk pemerintah pada 5 September 1977. Bersama dengan Teknik Elektro dan Teknik Sipil. Sempat berkembang peraturan kependidikan dan tempat saya berubah menjadi Fakultas Non-Gelar Teknik (untuk Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Sipil), dan Fakultas Non-Gelar Ekonomi (untuk Akuntansi, dan lain-lain). 1991/1992, Program studi diploma digabungkan lagi ke induknya masingmasing. D3 Teknik Mesin jadi ikut Fakultas Teknik. Dan seiring waktu perbedaan itu terasa, bahwa diploma dan Sarjana memang tidak bisa disatukan. D3 Teknik Mesin secara dosen juga sudah lama disapih. Disuruh mandiri dan terpisah dari S1, dengan porsi praktikum yang lebih banyak. Saya lihat sejak dulu tidak ada dosen S1 yang ngajar di D3.

Pendidikan Vokasi dan Akademik memang dari sananya sudah digariskan secara milieu-nya berbeda. Kalau sarjana itu produknya adalah paper dan publikasi, kita vokasi menerjamahkan riset. Hasilnya produk nyata. Bisa dijual dan bermanfaat. Kurikulumnya perkawinan dengan industri, begitu pula pengajarnya harus expert para praktisi. Dari embrio pemikiran itulah Vokasi SV.UGM.AC.ID terbentuk. Memisahkan dua hal yang berbeda dan memberi ruang berkembang masing-masing. Walau dalam prosesnya, sinergi dan kolaborasi dengan prodi sarjana tetap lanjut dan sangat luar biasa. Misal untuk produk yang kita buat, bisa berasal dari paper kita sendiri maupun paper para rekan kita di sarjana. Jadi bukan berarti dipisahkan begitu saja, tapi tetap bertaut. Setelah Sekolah Vokasi UGM terbentuk, kemudian apa yang dilakukan untuk merintis perkembangannya? Waktu awal pindahan, di kelas belum ada meja kursi, dan di laboratorium belum ada peralatan. Banyak praktikum awalnya masih menumpang gedung-gedung di fakultas lain. Kita lengkapi seiring waktu hingga sekarangpun sebenarnya kita masih kolaborasi untuk penggunaan lab, walaupun sekarang kita juga punya sendiri. Sedangkan dalam tataran kebijakan, UGM menghapus program swadaya. Di satu sisi, penghapusan program yang dulunya


Laporan Utama memberi opsi bagi para mahasiswa untuk alih jalur dari diploma ke sarjana, berimbas pada penguatan pendidikan vokasional yang berakar dari milieu pendidikan yang berbeda. Kurikulum dan pembelajarannya berbeda. Vokasi minimal wajib 60% praktik. Dan melanjutkannya jika bergelar Sarjana Terapan (D4), ya ke Magister Terapan serta Doktor Terapan. Inilah yang kemudian memantik gelombang demonstrasi mahasiswa. Padahal kedepan strategi saya, diploma tiga saya kurangi, saya perbanyak diploma empat. Dan bagaimana UGM kemudian menanggapi demonstrasi menuntut Program Swadaya (Ekstensi)? Kita tegas. Swadaya dihapus. Keduanya (pendidikan vokasi dan akademik) berbeda, tidak bisa disatukan. Dan pada awal 2011, pasca saya kembali dari studi doktor di Jepang, sebenarnya saya masih berstatus dosen di Fakultas Teknik. Saya tidak ada urusan dengan demonstrasi ini. Dan saya sebenarnya ditawari untuk pindah mengajar S1. Karena keahlian saya di bidang Teknik Industri, dianggap oleh fakultas masih dibutuhkan. Dua guru besar bahkan menjanjikan pada saya suatu hal yang membuat saya berpikir keras: jika saya mengajar di Fakultas Teknik, maka saya akan dapat dana riset lancar, cepat jadi profesor, dan lain sebagainya. Sedangkan vokasi? Masih berantakan sekali waktu itu. Demo dan sebagainya nutup jalan. Tapi hati saya teguh. Bayangkan saja. Ngapain saya S3 sampai Jepang belajar teknik Industri, kalau disini cuma kerjaan ngadepin demo? Gimana lagi. Mosok tanah kelahiran saya hancur, kapalnya karam, saya pindah ke hotel mewah gitu. Disitulah saya akhirnya mencoba menata setelah memilih jalan berat ke vokasi, walau ya tetap didemo habis oleh mahasiswa. Selain tentang sarana prasarana, bagaimana UGM merintis kepindahan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan ke Sekolah Vokasi? Semua diploma tiga masuk ke vokasi, otomatis semua jurusan mahasiswanya gabung ke kita. Sekitar 9.000 mahasiswa pada waktu itu langsung tergabung dalam SV. Bayangkan saja bagaimana satu unit selevel fakultas baru tiba-tiba punya 9.000 siswa. Padahal Fakultas Pertanian dulu mahasiswanya jauh lebih sedikit,

tapi kita ini dijejalkan di sini. Kerja keras kita mengakomodasi dan menyediakan fasilitas. Tapi celakanya, ini masa lalu ya, dosendosen dari fakultas sebagian memang tidak ikut pindah. Mereka stay di fakultas asal. Karena memang aslinya berstatus sebagai pengajar S1 dan berstatus sebagai dosen fakultas tersebut, tapi ikut membantu mengajar di D3. Dari ekonomi (FEB), yang ikut pindah juga sedikit. Karena dasarnya juga dosen FEB memang sedikit. Kondisi ini beda dengan D3 teknik yang sudah disapih. Jadi dosen vokasi di awal itu mayoritas dari teknik, begitu pula dengan tenaga kependidikan (tendik). Barulah kini sudah established, kita nambah dosen macem-macem. Termasuk saya, yang ketika ditugaskan di Vokasi, misi saya sederhana: membangkitkan kepercayaan orang luar bahwa vokasi UGM punya masa depan, termasuk kepercayaan diri mahasiswa kita sendiri. Cara membangkitkan kepercayaan atas Vokasi? Waktu demo itu semua selesai, saya jadi Kaprodi D3 Teknik Mesin. Tahun 2012, saya diangkat jadi Wakil Direktur, saya benahi dulu mahasiswanya dan akademiknya. Buat aturan tegas. Mahasiswa yang ber-collated, punya prestasi dan menonjol, saya kerjasama dengan lembaga pendidikan di luar negeri untuk belajar disana. Satu persatu prestasi kita genjot. Dari yang paling kecil seperti juara umum Pekan Olahraga dan Seni UGM, sampai juara lomba robotik di Amerika Serikat. Pelanpelan kita bangkitkan rasa bangga dan kepercayaan diri civitas kita sekaligus persepsi masyarakat atas vokasi. Sehingga jika 2012 itu JuPe (jumlah pendaftar) vokasi 6.000an untuk 3.000 kursi yang disediakan, Sekarang 30.000 pendaftar! Membangkitkan persepsi masyarakat atas vokasi juga butuh promosi. Di tahun pertama, saya anggarkan setengah miliar untuk promosi. Seluruh channel saya mainkan. Mulai dari

WIKAN SAKARINTO, PhD. Kelahiran: Yogyakarta, 17 Maret 1975 ∫ Pendidikan: Mechanical Engineering Twente University 2003 (Master) ∫ Mechanical Engineering Kobe University 2009 (Ph.D) ∫ Karier: Tim Pengembangan SV UGM (2008-2009) ∫ Staf Khusus Rektor untuk Vokasi (2011-2012) ∫ Kepala Program Studi D3 Teknik Mesin (2012) ∫ Wakil Direktur I (2012-2016) ∫ Dekan (2016-sekarang)

online, medsos, iklan di koran, radio, media massa lainnya, hingga roadshow. Saya kirim mahasiswa dan dosen ke seluruh Indonesia, yang mau mudik saya bayari. Tapi ketika sampai di kota anda, harus promosi ke minimal tiga SMA. Nanti kita beri juga target siswa yang harus tembus mendaftar vokasi. Termasuk tetap, meneguhkan kurikulum perkawinan dan pembelajaran berbasis teaching industry. Di kelas jurnalistik misal, yang mengajar ya wartawan bahkan pemimpin redaksi. Kini, kita bahkan sudah punya Production House film sendiri, judulnya “Tengkorak” dan siap rilis ke bioskop tahun ini. Di Kulonprogo, kita sudah terima lahan 6,5 hektar dari Sultan (Gubernur DIY, Sultan Hamengkubuwono X) dan rencana hibah dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk kedepan membangun industri peralatan implan kesehatan hingga kebun kakao. Anak vokasi bisa gali pengalaman kerja dari situ dan berkontribusi bagi ekonomi Yogyakarta. Lalu, apakah semua itu bisa membalikkan persepsi masyarakat bahwa diploma masih dianggap kalah prestise dibanding sarjana? Itu saya akui. D3 peminatnya masih lebih rendah dari S1, dianggap kelas dua dan sebagainya. Tapi pendaftar kita naik pesat lho ya. Bisa diartikan bahwa mulai timbul persepsi, kalau Vokasi UGM ini oke juga. Pesan untuk Sekolah Vokasi UNY dan Pendidikan Vokasi seluruh Indonesia? Simple, kita mendukung penuh dan yakin bahwa jika Vokasi terus tumbuh subur dan berkembang seperti ini, saya yakin Indonesia tidak ada yang nganggur. Dan dari vokasi kita sebagai bangsa bisa bersama menguasai industri teknologi dunia! Tentu dengan catatan bahwa bagi sekolah vokasi maupun politeknik, jangan sampai sekedar bersaing satu sama lain. Lawan kita yang sebenarnya itu tantangan globali­ sasi, dan tujuan kita sebenarnya sama: menja­ dikan anak bangsa dan industri kita terbaik di dunia. Di situlah nafas vokasi terletak, pada keteguhan atas jati dirinya untuk sela­lu dekat dengan industri, memper­ banyak praktikum, ku­ rikulum perkawinan industri, dan kepemilikan sertifikasi kompetensi. Lulus tidak hanya bawa selembar ijazah maupun transkrip, tapi sebenar-benarnya keahlian.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 25


Laporan Utama

Bangga Jadi Lulusan Ahli Madya

Walaupun masih dipandang sebelah mata, mereka memiliki kesempatan bahkan peluang yang lebih besar daripada sarjana. merekalah para lulusan bergelar Ahli Madya.

Oleh EMA SAFITRI Editor BUDI MULYONO

T

ak banyak yang tau, sekolah vokasi melahirkan generasigenerasi yang siap bersaing, terlebih di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Hal tersebut berlaku bagi para lulusan vokasi yang dibekali ketrampilan khusus selama mengikuti perkuliahan. Berbeda dengan lulusan sarjana, lulusan vokasi lebih banyak memiliki bekal pengalaman kerja. Namun, dogma yang berkembang di masyarakat cenderung memandang remeh lulusan sekolah vokasi. Lulusan dengan gelar Ahli Madya kebanyakan minder dengan statusnya, sehingga buru-buru untuk melanjutkan tingkat Strata 1 atau sarjana. Padahal, sekolah vokasi berbeda dengan program sarjana. Kenyataan lain menunjukkan tak sedikit lulusan sarjana yang me­ ngang­gur karena belum siap terjun di dunia kerja. Sebaliknya, banyak lulusan diploma yang berhasil menyalurkan ilmu di tempat kerja. Hari Nurcahyo telah membuktikan­ nya. Gagal dalam ujian seleksi masuk perguruan tinggi tak lantas membuatnya menyerah. Justru jalan selanjutnya yang membawanya kini sampai pada kesusksesan. Pasca lulus dari Madrasah Aliyah, Cahyo sempat mengikuti ujian masuk perguruan tinggi pada tahun 2008, namun gagal. Ia kemudian mengikuti ujian masuk program diploma jurusan elektronika. Walaupun lulus dari sekolah non kejuruan, ia memiliki kecintaan pada dunia elektronik. Atas saran keluarga kemudian ia mengambil jurusan tersebut. “Ga lolos SNMPTN terus ambil D3. Saran keluarga ambil teknik. Dulu 26 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

DOKUMEN PRIBADI HARI NURCAHYO

ga tau beda S1 dan D3. Taunya S1 lama lulusnya. Setelah menjalani kuliah jadi tau bedanya D3 dan S1,” paparnya. Pada mulanya, pria kelahiran Tegal tersebut memang belum mengetahui perbedaan sekolah vokasi dan program sarjana. Yang ia tau bahwa program sarjana memiliki waktu tempuh studi yang lebih lama daripada diploma.

HARI NURCAHYO Kelahiran: Tegal, 24 September 1989 ∫ Pendidikan: D3 Fakultas Teknik UNY ∫ Karier: PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, Gresik (2013-sekarang)

Ketidaktahuannya tersebut justru membawanya pada kehidupan perkuliahan yang menyenangkan. Selain mengikuti kuliah, Cahyo juga aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa. Hal tersebut tentu menjadi nilai tersendiri yang tidak didapat di dalam kelas maupun di ruang praktik. “Seneng menjalani kuliah. Banyak teman, banyak praktik. Ga hanya ngejar nilai,” ungkapnya.

Dengan bekal keterampilan yang cukup, saat ini ia bekerja sebagai Production Technician di Badan BUMN yang bergerak di bidang perminyakan, Pertamina.

Sejak awal Cahyo bertekad untuk menjadi pengusaha. Berbagai usaha kecil ia jalani. Program diploma yang lebih banyak mengajarkan praktik, menjadikannya terlatih untuk praktik langsung ketimbang berkutat pada teori. Hal tersebut ia lakukan untuk melatih diri agar tahan banting dan tidak membebani orang lain. “Dari jaman kuliah udah praktik di lapangan, jadi pedagang, jadi macem-macem. Karena emang komitmen ga minta uang saku dari orangtua.,” jelasnya. Pasca lulus, tak sulit baginya untuk memperoleh pekerjaan. Dengan bekal ketrampilan yang cukup, saat ini ia bekerja sebagai Production Technician di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perminyakan, Pertamina. Meski harus bekerja di tengah laut, saat ini ia juga membantu sang istri mengembangkan usaha online-nya. Ia mengaku sangat bersyukur dapat memperoleh pekerjaan luar biasa meski “hanya” menempuh studi diploma. “Alhamdulillah sangat bersyukur, bisa sejauh ini sebagai lulusan D3,” ungkapnya. Cahyo sempat berfikir untuk melanjutkan jenjang sarjana karena gelar masih sangat dijunjung di negeri ini. “Sedih kadang, soalnya kalau di Eropa memang skill kebanyakan digunakan bahkan punya tempat. Tapi kalau di negaranegara Asia, gelar masih sangat berpengaruh ketika start kerja,” keluhnya. Namun lain daripada itu, ia optimis bisa menjadi pribadi yang ahli di bidangnya dan bermanfaat untuk orang lain. “Nilai bukanlah satusatunya ukuran sukses seseorang atau bukanlah penentu masa depan. Tak perlu minder jadi lulusan diplo­ ma. Masih banyak faktor lain yang bisa mencapai impian," katanya. 


B E R I TA S i v i ta s a k a d e m i k a

DOKUMEN HUMAS UNY

LAUNCHING PLAZA UNY Senin, 22 Mei 2017, Labora­ torium Kewirausahaan Universi­tas Negeri Yogya­ karta (UNY) resmi berubah nama menjadi Plaza UNY.

Rektor UNY, Prof.Dr.Sutrisna Wibawa,M.Pd. berharap, setelah beganti nama dari Labolatorium Kewirausahaan menjadi Plaza UNY, nantinya masyarakat lebih antusias untuk mengunjungi. Sebab, apabila nama yang digunakan tetap laboratorium kewirausahaan, masyarakat akan menganggap itu semacam tempat praktek, seperti halnya laboratorium biologi atau

laboratorium fisika, sehingga masyarakat menjadi kurang antusias untuk berkunjung. Hal senada juga disampaikan Ketua BPPU (Badan Pengem­ bang­an dan Pengelolaan Usaha) Dr. Endang Mulyani, M.Si. Perubahan nama menjadi Plaza UNY diharapkan bisa lebih mempunyai nilai jual, sehingga masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi.

UNY, nantinya stand–stand yang diperuntukkan untuk masyarakat umum akan ditambah jumlahnya agar bisa menarik lebih banyak konsumen untuk datang ke Plaza UNY. Stand untuk masyarakat umum sendiri terletak di lantai 1, sedangkan stand-stand di lantai 2 khusus untuk mahasiswa. Menurutnya, dalam waktu dekat ini akan ada counter HP di plaza UNY. Plaza UNY akan buka mulai jam 09.00 – 21.00 WB.

Dr. Endang Mulyani.M,Si. mengungkapkan, setelah adanya perubahan nama menjadi Plaza

Ditambahkan oleh Ketua BPPU, selama ini salah satu kendala yang dihadapi oleh mahasiswa

Berita-berita lain dapat diakses pada laman www.uny.ac.id

LABORA­TORIUM Kewirausahaan Universi­ tas Negeri Yogya­karta (UNY) resmi berubah nama menjadi Plaza UNY.

adalah persoalan manajemen waktu. Namun diharapkan, setelah ini mahasiswa menjad lebih bersemangat untuk mengembangkan bakat kewirausahaanya. Plaza UNY akan bekerja sama dengan Koperasi Pegawai Negeri (KPN) UNY, agar para dosen dan karyawan bisa membayar barang yang ada di Plaza UNY dengan sistem potong gaji. Terakhir, Ketua BPPU menambahkan bahwa UNY tetap berkomitmen menumbuhkan semangat jiwa berwirausaha bagi para mahasiswa. RANI P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 27


Berita

DELEGASI MAPALA HANCALA BERHASIL MERAIH JUARA II LOMBA PANJAT DOKUM HUMAS

FIK

PENINGKATAN KUALITAS AKADEMIK MENUJU 'WORLD CLASS UNIVERSITY' DAN PEMBINAAN ROHANI FIK UNY

DOKUMEN HUMAS UNY

Sabti Widiyati Sumarah dari prodi Pendidikan Fisika FMIPA UNY, yang merupakan delegasi dari Mahasiswa Pecinta Alam HANCALA FMIPA UNY berhasil meraih juara II pada ajang Lomba Panjat Wapala Exess Wall Climbing Competition VI (WEWCC) yang diadakan oleh Mapala EXESS Universitas Setia Budi

Surakarta (14/5). Perlombaan tersebut merupakan program tahunan yang sudah berlangsung sebanyak lima kali. Perlombaan kali ini merupakan yang keenam kalinya. Wapala Excess Wall Climbing Competition VI (WEWCC) tersebut diikuti oleh 46 orang yang terdiri dari 33 orang anggota mapala putra dan 13 orang anggota mapala putri yang berasal dari Mapala se-Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kategori yang dilombakan yaitu Lead Mapala Putra dan Putri non atlet PON. Mapala HANCALA mengirimkan 3 anggotanya untuk mengikuti lomba tersebut, yaitu Fajri Nur Magfirah dari prodi Pendidikan IPA, Nurul Hidayatun dari prodi Matematika, dan Sabti Widiyati Sumarah dari prodi Pendidikan Fisika. Babak final lomba panjat ini diikuti peserta sebanyak 8 orang pada kategori mapala putri yang berasal dari Mapala Aldakawanaseta, HANCALA, Mapala Cartens, Wapala EXESS, Mapasuri Pndawa Lima dan Mapala KOMBAT. Pada babak final, dengan perjuangan yang sangat luar biasa akhirnya Sabti Widiyati S. berhasil meraih juara II. Sementara juara I diraih oleh Nova Amelia yang berasal dari Mapala Aldakawanaseta, dan juara III diraih oleh Faizatur Rifana Ramadani yang berasal dari Mapala Cartens. “Dengan latihan yang rutin, gigih, dan serius maka apapun rintangan yang menghadang didepan kita , pasti dapat kita lewati dengan mudah. Dan saya percaya bahwa usaha yang saya lakukan pasti tidak akan menghianati hasil akhirnya nanti.” tutur Sabti Widiyati S. ARIF

28 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

Seiring perkembangan dan dinamika global, perguruan tinggi harus terus bersaing dan me­ ngem­bangkan kualitas pen­didikan, kualitas pene­ litian, kualitas sum­ ber daya pengajar, dan sebagainya agar meng­ ha­sil­­kan lulusan dan hasil penelitian yang ber­ man­faat dan diakui oleh masyarakat. Untuk itu, di

bawah kepemimpinan Rektor UNY saat ini, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., Universitas Negeri Yogyakarta terus beru­ pa­ya meningkatkan kualitas dan kuantitas dosen baik dalam pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyara­ kat, peningkatan publikasi ilmiah di jurnal bereputasi nasional dan internasional yang diwujudkan dalam program asistensi penulisan artikel dan program insentif. Benchmark yang harus dioptimalkan saat ini adalah dalam hal akademis karena core business UNY adalah dalam pendidikan, ungkap Sutrisna Wibawa. Demi mewujudkan visi dan misi UNY menuju perguruan tinggi 500 besar dunia versi QS pada Tahun 2025, Rektor UNY terus memacu dan memotivasi seluruh komponen sivitas akademika UNY baik dalam

kualitas dosen, kecukupan dosen, peningkatan kualitas program kemahasiswaan, dan kualitas kegiatan penelitian. Selain itu, program green campus untuk mendukung pemeringkatan green metric seperti penataan lahan hijau, pengelolaan sampah, pengelolaan air bersih, penata­an ruang, transportasi, dan juga menjadi perhatian Rek­tor untuk mewujudkan UNY lebih baik. Di samping kegiatan sosiali­ sasi oleh Rektor UNY, kegiatan pada Jumat (9/6) turut diisi dengan Sosialisasi Pengisian Database Google Scholar, 'Research Gate, Sinta, dan Sosialisasi peraturan dan Panduan Penelitian dan PPM Tahun 2018 oleh Ketua LPPM dihadiri dosen FIK. Di akhir rangkaian kegiatan berbagai sosialisasi yang dilaksanakan di Ruang Sidang Utama GPLA FIK UNY, Pimpinan UNY yang terdiri dari Rektor, Wakil Rektor, Dekan, hingga Kepala Biro bersama seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Keolahragaan mendengarkan siraman rohani yang disampaikan oleh Ustad H. Suyanto yang dibawakan secara humoris dan dilanjutkan buka bersa­ ma serta shalat mahrib berjamaah. ROB/ANT


Berita

DOKUEN PLB UNY

MENGENAL METODE ABA SECARA PRAKTIS DALAM PENANGANAN ANAK AUTIS Kamis (18/5) Jurusan PLB mengadakan Kegiatan talkshow yang membahas tentang “Mengenal Metode ABA Secara Praktis dalam Penanganan Anak Autis”.

Acara digelar di Ruang Abdullah Sigit diikuti oleh kurang lebih 200 peserta. Kegiatan dibuka oleh Dr. Sujarwo, M.Pd., (Wakil Dekan III) yang mewakili Dekan FIP yang berhalangan hadir. Acara ini menghadirkan Sukinah, M.Pd., sebagai narasumber. Pengertian autis diantaranya menurut Monks dkk. (1988) menuliskan bahwa autistik berasal dari kata “Autos” yang berarti “Aku”. Berk

(2003) menuliskan autistik dengan istilah “absorbed in the self” (keasyikan dalam dirinya sendiri). Wall (2004) menyebutnya sebagai “aloof atau withdraw an” dimana anakanak dengan gangguan autistik ini tidak tertarik dengan dunia disekitarnya. Tilton (2004) bahwa pemberian nama autistik karena hal ini diyakini dari “keasyikan yang berlebihan” dalam dirinya sendiri. Jadi, autistik dapat diartikan secara sederhana sebagai anak yang suka menyendiri/ asyik dengan dunianya sendiri. Sukinah menjelaskan beberapa ciri-ciri anak autis antara lain

terkekeh-kekeh namun tak sesuai, tidak menyadari adanya bahaya, tahan terhadap rasa sakit, bermain secara aneh dan berulang-ulang, menghindar kontak mata, lebih senang sendirian, tidak mau dirubah rutinitasnya, membeo kata/ kalimat, respon tidak sesuai atau tidak berespon terhadap suara dan lain sebagainya Selain ciri-ciri disampaikan juga tentang perilaku autistik yang dapat dijelaskan sebagai berikut yang pertama adalah berkelebihan (Excess) seperti tantrum (menjerit, menangis, mengamuk), stimulasi diri (hand flapping, spinning/ twirling, rocking, lining.) Self-abuse (memukul, menggigit, mencakar diri sendiri) dan Agresif (menendang, memukul, menggigit, mencubit orang lain) Kemudian ciri selanjutnya adalah berkekurangan (Deficit) seperti berceracau, membeo, dalam hal sosial, dirinya menganggap orang sebagai suatu benda, mecari sensasi disangka tuli, buta

bermain putar-putar roda mobilmobilan, kemudian emosi tak sesuai : menjerit/tertawa dengan sedikit provokasi, hanya bengong saat dikelitiki. Talkshow yang berlangsung selama kurang lebih empat jam ini banyak memberikan sharing informasi mengenai penanganan terhadap anak autis. Dalam sesi praktek penanganan anak autis mendatangkan subjek langsung dari SLB Bina Anggita yaitu siswa dg inisial “A” dan didampingi oleh Ibu Giyatmi, S.Pd. Dalam sesi praktek ini dijelaskan mengenai metode penanganan anak dengan metode ABA. Dalam kesempatan ini juga ada sesi tanyajawab dengan peserta talkshow untuk sharing pengalaman maupun menanyakan hal-hal yang terkait dengan penanganan anak autis. Kelebihan dari metode ABA sendiri diantaranya a) terstruktur (teknik mengajar yang jelas), b) terarah (panduan program yang dapat dijadikan acuan), c) terukur (keberhasilan / kegagalan dapat diketahui dengan pasti). YAY/ANT P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 29


Berita

DOKUMEN HUMAS UNY

REKTOR UNY SEBAGAI PEMATERI DALAM REMBUK NASIONAL PAUD AISYIYAH Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd,menjadi narasumber dalam Rembuk Nasional Pendidikan Anak Usia Dini,

pada kamis (18/5) di Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Pada kesempatantersebut Sutrisna Wibawa hadir memberikan materi dengan Tema: Peran Kebijakan PAUD di Daerah Tertinggal dalam Pencapaian SDGs: #4 Quality Education. Rembuk Nasional yang diselenggarakan dalam rangka Milad 100 tahun Aisyiyah 1917-2017, bertema “Memajukan Pendidikan Anak Usia Dini untuk Mencerdaskan Generasi Bangsa”.Dalam paparannya, Sutrisna Wibawa menjelaskan bahwa “Apapun yang dilakukan pada saat ini tidak boleh mengorbankan kepentingan masa yang akan 30 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

datang, termasuk dalam kasus lingkungan dan pengembangan iptek,” tegas Sutrisna. Hal tersebut dikenal dengan konsep Sustainable Development. Konsep tersebut dideklarasikan pada 21 Oktober 2015 dan mencakup 18 agenda, yang dikelompokkan dalam bidang ekonomi, bidang sosial, dan bidang lingkungan. Dalam kontek ini aktifitas PAUD berada pada agenda bidang sosial. Sustainable Development dideklarasikan dalam rangka mewujudkan pelaksanaan hak azazi manusia, kesetaraan gender, perlindungan anak dan permberdayaan perempuan.“SDGs terintegrasi, tidak dapat dipisah-pisahkan, seimbang disertai dengan ketiga dimensi pembangunan,” tambah Sutrisna Wibawa. Pada kesempatan tersebut juga

hadir sebagai narasumber Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D (Wamendiknas Periode 2010-2011 Kabinet Indonesia Bersatu II). Dalam materinya yang berjudul: “Realitas dan Pengalaman PAUD di Daerah 3T”, Fasli Jalal menjelaskan bahwa pemerintah bekerja sama dengan bank dunia telah melatih 12.000 tenaga pendidik, mendirikan 6000 layanan PAUD di 50 kabupaten yang miskin dan telah menjangkau sekitar 500.000 anak usia dini. Program bank dunia ini karena didasari dari hasil penelitian sebelumya melihat sekitar 75% anak di indonesia dilaporkan aktif dalam keseharian mereka seperti bermain, menggambar, bermain musik, menyanyi atau bermain dengan alat permainan, dan sisanya 25% anak usia dini tidak melakukannya, dan tahun 2010 hanya 50% orang tua yang mau membacakan buku untuk anaknya. Ditambahkan Fasli Jalal bahwa Melalui Program Satu Desa Satu PAUD yang dijalankan beberapa tahun yang lalu oleh pemerintah pusat telah berjalan dan dialokasikan anggarannya, tetapi dimasa sekarang sudah tidak bisa lagi diterapkan satu desa satu paud, karena sangat sedikit

sekali jumlah paud yang akan dirintis di satu desa, maka dari itu butuh dukungan dari Aisyiyah, HIMPAUDI dan lembaga atau organisasi PAUD lainnnya untuk meminta DPR RI menambahkan alokasi anggaran PAUD di masing-masing kementerian, dan semua ini untuk demi untuk memajukan masa depan generasi penerus bangsa indonesia, tambah Fasli Jalal. Hadir pula, Sri Rossyanti dan Sri Irianingsih (Bunda Kembar), mereka berdua adalah pendiri `Sekolah Darurat Kartini` di perkampungan kumuh dibawah jembatan layang dibilangan Jakarta, sekolah tersebut dibangun dengan triplek kayu berpetak-petak, ibu kembar tidak pernah menamakan sebagai yayasan ataupun lembaga swadaya masyarakat di Jakarta, dan sekarang `Kartini` sudah mempunyai lima cabang di kolong jembatan Rawa Bebek, bawah Jembatan Ancol, bawah Jembatan Pluit, bawah Jembatan Tambora dan pinggir rel kereta api kampung janis. Jumlah murid sekolah darurat kartini kini mencapai 1925 murid dari jenjang Taman Kanak-Kanak hingga SMA. Dan kini dalam proses akan membangun poliklinik gratis untuk masyarakat setempat. ARIF


Berita

GEBYAR DRAMATARI PGSD WATES “Lestari Budayaku”. Agenda Gebyar Dramatari ini merupakan bagian

dari proyek Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari yang diampu oleh Djoko Pa­mungkas. Pentas Dramatari ini merupakan agenda rutin bagi mah­ asiswa PGSD yang menempuh mata kuliah Pendidikan Seni Tari SD. Pentas ini menampilkan dramatari karya dua kelas PGSD Wates Angkatan 2014, yakni kelas E dan F. Terdapat 6 judul dramatari, yaitu Setengah Jalan: Majapahit, Karma, HANACARAKA, Gejug Lesung, Ayahku Butoku, dan Gara-gara Wedhus.

Hall UNY Wates, tempat diadakannya pentas ini dipenuhi penonton. Pentas dihadiri oleh mahasiswa UNY Kampus Wates, keluarga peserta dramatari, dan masyarakat umum. Pentas ini juga diliput oleh wartawan SorotKulonprogo.com. DEDY/HUMAS UNY

Rabu (24/5), Mahasiswa Prodi PGSD Kampus Wates Semester 6 mengadakan pentas dramatari bertajuk Gebyar Dramatari

Pentas berlangsung dari pukul 19.00 WIB hingga 21.30 WIB. Diakhir pentas, Djoko Pamungkas, selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Seni Tari menyampaikan evaluasinya. Pentas ditutup dengan sesi foto bersama peserta dan Djoko Pamungkas. Selain itu, juga terdapat pembagian doorprize untuk penonton. SATYA

MAHASISWA FIS UNY JUARAI LKTIN DI UNIMED PGSD Fair menghantarkan dua wakil dari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY). Mereka adalah Murti

Wandari (Pendidikan IPS 2013) dan Dimas Aldi Pangestu (Pendidikan Sejarah 2013). Kedua delegasi dari FIS berhasil meraih juara 3 dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) di Universitas Negeri Medan (UNIMED) setelah bersaing secara ketat dengan peserta dari berbagai Universitas di Indonesia. Kegiatan LKTIN ini diselenggarakan pada Rabu Kamis (17 – 20/5) lalu. Adapun tema dari LKTIN PGSD Fair ini adalah “Inovasi Pemuda dalam Menyelesaikan Problematika Pendidikan Menuju Indonesia Emas 2045”. Sejalan dengan tema besar tersebut, maka judul Karya Ilmiah yang mereka buat hingga menghantarkan mereka menjadi juara tiga berjudul “STARD (Smart Auction Board): Media Pembelajaran Guna Pengoptimalisasian Z-GenerationMenuju Indonesia Emas 2045.

Menurut Murti, latar belakang mengapa mereka mengangkat judul Karya Ilmiah itu adalah mengingat dewasa ini proses belajar mengajar yang ada di dalam kelas, guru belum terlalu mengindahkan bagaimana cara membuat media pembelajaran yang menarik dan inovatif untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Murti menegaskan “Sebagai wujud dari profesionalisme guru, pembuatan media yang menarik dan inovatif sangat perlu diperhatikan. Akan tetapi, yang terjadi di lapangan adalah masih banyak yang hanya menggunakan metode konvensional seperti ceramah dan tidak dibantu dengan media yang menarik. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar hanya bersifat indoktrinisasi materi saja. Padahal, peserta didik memiliki bakat, potensi, dan disposisi yang sangat luar biasa yang perlu dikembangkan melalui pemantikan dari media yang menarik dan inovatif.”Ungkapnya Dimas menambahkan “Pada

tahun 2045 Indonesia akan didesain untuk mencapai Indonesia emas. Untuk dapat mencapai itu semua, maka peran guru dalam membimbing peserta didik harus lebih diperhatikan lagi, terutama dalam hal penanaman karakter kepada peserta didik yang dewasa ini notabennya akan dihuni oleh para Z-Generation. Generasi Z atau dalam pandangan Tapscott disebut sebagai Z-Generation atau Generasi Net. Z-Generation menurut (Tascott, 2008: 5) merupakan golongan yang lahir antara tahun 1998 hingga 2009. Generasi ini sangat tergantung pada penggunaan teknologi dalam setiap aktivitasnya. Apabila hal ini tidak diarahkan secara bijak, maka para Z-Generation ini akan menjadi the silent generation. Padahal di tahun 2045 mereka akan memimpin negeri ini. Maka dari itu, peluang besar untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia sebagai penguatan jati diri masyarakat Indonesia sangat perlu. Salah satunya dalam hal ini dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi terkini yang tidak bisa dipisahkan dari para Z-Generation yang akan menguhuni hampir 18% penduduk yang ada di dunia.” urai Dimas. Seperti disampaikan oleh kedua perwakilan dari FIS UNY, “Kompetisi AUC ini terdiri dari beberapa tahap, dimulai dari tahap seleksi abstrak, pengumpulan full paper, tahap seleksi paper dan yang terakhir adalah presentasi. Di tahap seleksi abstrak ada 300 yang terkumpul, selanjutnya di tahap pengumuman finalis diambil 15 full paper yang siap untuk dipresentasikan. Setelah itu adalah tahap presentasi yang diambil 15 tim untuk mempresentasikan Karya Tulis Ilmiah yang telah dibuat oleh masing-masing tim. Setelah itu, baru diambil Juara 1,2,3, Harapan 1, Harapan 2, dan Harapan 3. “ ungkapnya. Murti juga menjelaskan, "Berkat perjuangan keras dan doa, tim UNY bisa meraih juara 3,” papar Murti mengakhiri. viv/wil/ant P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 31


Berita

WARNA WARNI INSPIRASIKU

DOKUM HUMAS FE

DOKUMEN HUMAS FIP

Pameran seni rupa bertemakan “Warna Warni Inspirasiku” merupakan tugas akhir mata kuliah Estetika Rupa Tiga Dimensi untuk AUD yang ditempuh oleh mahasiswa Jurusan PAUD FIP UNY semester IV yang dilaksanakan pada tanggal 17-19 Mei 2017 di Pendopo Luar Kampus 3 UPP 2 FIP UNY. Selain itu, mahasiswa

Jurusan PSD FIP UNY semester VI juga terlibat dalam kegiatan ini. Acara pembukaan pameran seni rupa ini dihadiri oleh Wakil Dekan III FIP UNY, Ketua Jurusan PAUD FIP UNY, Ketua Jurusan PLS FIP UNY, Drs. Suwarna selaku dosen pengampu mata kuliah seni rupa dan Koordinator UPP 2 Kampus 3.

Kegiatan ini diawali dengan pemberian sambutan oleh Chandra Ika Rahmawi selaku Ketua Panitia Pameran, menyatakan bahwa pameran seni rupa ini merupakan usaha bersama dalam rangka meningkatkan apresiasi seni terhadap hasil karya mahasiswa PGSD dan PAUD. Kemudian dilanjutkan sambutan dari Dr. Sujarwo, M.Pd selaku Wakil Dekan III FIP UNY, menyatakan bahwa “Kegiatan ini merupakan produk kegiatan mahasiswa murni. Tema-tema yang diusung dalam setiap karya sudah sesuai dalam tema pembelajaran yang ada di sekolah. Diharapkan pameran seni rupa 2017 ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi para dosen, mahasiswa dan masyarakat sekitar” Acara dilanjutkan dengan pemotongan pita oleh Sujarwo, sebagai simbol peresmian pembukaan pameran seni rupa 2017 dengan tema “Warna Warni Inspirasiku”. Pameran ini berlangsung selama tiga hari di tanggal 17-19 Mei 2017. Kegiatan ini dibuka pada tanggal 17 Mei 2017, pengunjung sudah dapat berkeliling dan melihat-lihat hasil karya para mahasiswa. Pada tanggal 18 dan 19 Mei dimeriahkan dengan pementasan wayang perca dari setiap kelas yang disaksikan oleh TK-TK mitra seperti TK Pedagogia dan TK Suryodiningratan. Setelah pembukaan acara selesai, para tamu dipersilakan melihat hasil karya mahasiswa Jurusan PAUD FIP UNY dan mahasiswa Jurusan PSD FIP UNY. Pameran Seni Rupa ini memamerkan hasil karya dan keterampilan mahasiswa sebanyak 150 karya seni yang terdiri dari 4 teknik, diantaranya teknik mix media, plastisin, wayang perca dan diorama. ANTON 32 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

NITA LESTARI PERAIH IPK TERTINGGI FAKULTAS EKONOMI WISUDA MEI 2017 Fakultas Ekonomi (FE) UNY melepas 98 alumninya dalam acara Pelepasan Lulusan periode wisuda Mei 2017, Jumat (19/05) lalu.

Para alumni menghadiri acara tersebut didampingi para orang tua/wali. Pelepasan Lulusan menjadi sarana mempererat kekeluargaan antara fakultas dengan keluarga mahasiswa. Hadir para pejabat dekanat, ketua program studi (prodi) dan jurusan serta kepala bagian dan sub bagian di lingkungan FE UNY. Selain itu, tampak pula para mahasiswa yang berprestasi di berbagai ajang dalam kurun waktu Maret hingga Mei 2017. Dalam sambutannya mewakili lulusan, Nita Lestari dari Prodi Pendidikan Akuntansi memotivasi para alumni. “Setelah lulus, tidak boleh berhenti belajar. Belajarlah dari sekitar kita. Termasuk dari orang yang kita temui,” kata Nita. “Sukses bukanlah apa yang kita raih sendiri, akan tetapi ketika kita bisa memberikan sebanyak yang dibutuhkan.

Sukses merupakan 99% kerja keras dan 1% keberuntungan. Ada faktor-faktor yang tidak bisa kita kendalikan. Oleh karena itu harus diiringi dengan doa. Tidak perlu jadi yang terbaik, tapi berikan yang terbaik,” sambung peraih IPK 3,89 dan peraih Bidik Misi ini. Dekan Dr. Sugiharsono, M.Si. menambahkan dalam sambutannya, tren saat ini adalah pendidikan yang setinggi-tingginya. “Jangan berpuas diri dengan yang diperoleh. Masih banyak pilihan untuk melanjutkan studi. Jangan bangga dengan IPK tinggi. Tapi banggalah kalau bisa memberikan yang terbaik kepada yang lain,” ucap Sugiharsono. Dalam laporannya, Isroah, M.Si mengungkapkan bahwa Nita Lestari menjadi peraih IPK tertinggi pada wisuda periode Mei 2017 ini dengan raihan 3,89. Sedangkan ratarata IPK para lulusan periode ini sebesar 3,51. “Rerata masa studi program sarjana adalah 4,45 tahun. Sementara untuk diploma adalah 3,12 tahun,” terangnya. ROB/ANT


Berita

MERAJUT KEBERAGAMAN DAN MENGUKUHKAN KEBANGSAAN DENGAN SASTRA DEDY/HUMAS UNY

Sejak awal kelahirannya, bangsa Indonesia terbentuk dari beragam suku bangsa, golongan, agama, dan kepercayaan yang bermukim di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai produk budaya,

sastra senantiasa ikut ambil bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Sebagai salah satu apparatus ideology, sastra memainkan peran yang pentng untuk menyebarkan multikulturalisme tanpa harus berpropaganda,” imbuh Dekan FBS UNY, Dr. Widyastuti Purbani. Atas dasar pemikiran inilah, Himpunan Sarjana Kesusastraan (HISKI) Komisariat Universitas Negeri Yogyakarta bekerja sama dengan Fakultas Bahasa dan Seni UNY menyelenggarakan seminar nasional bertajuk Sastra: Merajut Keberagaman, Mengukuhkan Kebangsaan pada Sabtu, 20 Mei 2017.

Seminar yang pelaksa­ naannya bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ini bertujuan mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga dan menghargai keragaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. DOKUMEN HUMAS FBS Demikian penjelasan dari Ketua HISKI Komisariat UNY, Dr. Wiyatmi, M.Hum. “Seminar nasional kali ini mengundang empat pakar nasional, yakni Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd., Dr. Wening Udasmoro, DEA, Manneke Budiman Ph.D., dan Dr. Wigati Yektiningtyas,” paparnya. Seminar nasional bertema seperti ini, menurut Manneke Budiman, penting untuk dilakukan mengingat seni (termasuk sastra) berfungsi sebagai penjaga kewarasan masyarakat saat kebudayaan berada dalam krisis. Dalam hal ini, diperlukan strategi estetik sebagai resolusi konflik yang dilandasi oleh politik identitas dalam keberagaman. Wening Udasmoro mengangkat persoalan kebangsaan dari sudut pandang gender. Udasmoro menyoroti bagaimana perempuan secara terus menerus dihadirkan dalam sastra. Dalam penjelasannya, Udasmoro mengatakan bahwa pembangunan bangsa semestinya pembangunan narasi secara berkeadilan untuk laki-laki maupun perempuan. Lokalitas dalam sastra secara khusus dibahas oleh Wigati Yektiningtyas dan Sutrisna Wibawa. Yektiningtyas menyoroti potensi cerita rakyat tanah Papua, sedangkan Wibawa mengupas Serat Centini sebagai salah satu bagian dari kecerdasan local yang dimiliki masyarakat Jawa. Pelaksanaan seminar nasional yang berlangsung di gedung PLA Lt 3 FBS UNY ini, menurut Dr. Anwar Efendi, M.Si., selaku Ketua Panitia diikuti oleh 200 peserta, dengan pemakalah sejumlah 65 orang. “Seminar nasional kali ini sekaligus sebagai sebuah upaya nyata untuk mendekatkan fungsi sastra bagi kehidupan," imbuhnya.

JAWARA POR BAPOMI DIY CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS 2017 UNY kembali meraih prestasi di cabang olahraga bulutangkis. Tim

bulutangkis UNY mengirimkan perwakilan tangguhnya di dua pertandingan bulan Mei ini. Selain mengirimkan wakil di Liga Mahasiswa Nasional, tim bulutangkis UNY juga nengirimkan wakilnya di POR BAPOMI DIY tahun 2017 cabor bulutangkis (18-21/5) di GOR Lembah UGM. Ada dua kategori pertandingan yaitu beregu campuran dan perorangan. Dominasi tim bulutangkis UNY terlihat di semua sektor pertandingan kategori beregu campuran. Tak memperoleh kesulitan yang berarti, tim UNY sukses menyabet gelar juara 1 beregu campuran mengalahkan tim tuan rumah, UGM. Tim UNY sukses menjadi champiun di kategori beregu. Selain kuat di sektor beregu, tim UNY juga mengirimkan pemain perorangan tunggal putra diwakili oleh Soeyanto,tunggal putri yang diwakili Monica Intan dan Alfi W, dan ganda putra yang diwakili Murod Ar Ra’uuf berpasangan dengan Yohanes Andika. Soeyanto, wakil dari UNY menyabet gelar juara ketiga pada kategori perorangan. Kemudian pada sektor tunggal putri UNY berhasil menyabet gelar juara pertama setelah Monica Intan

mengalahkan wakil dari UGM ( Universitas Gajah Mada ), dan Alfi W dari UNY yang meraih juara ketiga. Di sektor ganda putra perorangan, Murod A / Yohanes harus melalui pertandingan sengit dan melawan Bayu H / Panji S dari UGM di babak final, sehingga Murod A/Yohanes harus puas di posisi runner up. Perjuangan tim bulutangkis UNY akhirnya membuahkan hasil terbaik. UNY sukses mengguncang GOR Lembah UGM dengan prestasinya dan sukses meraih gelar jawara di kategori beregu serta memperoleh penghargaan di masing-masing sektor kategori perorangan. Menurut official tim, Fatih Hammam, para pemain telah menampilkan kemampuan maksimal mereka. "Puas dengan hasil yang ada karena kita dengan pemain yang bisa dibilang lapis ke2 UNY mampu memperoleh hasil maksimal hingga juara umum," ujar Fatih Hammam. "Di sektor putra yang tampak berat ternyata kita bisa menempatkan wakil UNY di semi final dan sektor ganda putra tampil luar biasa hingga masuk final, itu di luar dari target saya. Ini team yg kompak," tambah official team, Fatih Hammam ketika diwawancara setelah pertandingan usai. SYN/APRL P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 33


Berita

DOKUMEN HUMAS UNY

REKTOR UNY MEMBUKA PAMERAN SENI RUPA “RETROSPEKSI”

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd, Membuka Pameran Seni Rupa dengan tema “Retrospeksi Pamit Pensiun” Drs. Djoko Maruto, M. Sn, dan Drs. Suwarna, M. Pd yang merupakan sebelumnya sebagai dosen jurusan seni rupa di Galery Amri Yahya (GK IV FBS) Galery Lama FBS UNY. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Pameran berlangsung mulai 23 Mei hingga 2 Juni mendatang. Rektor UNY dalam sambutannya mengatakan bahwa “kami sangat 34 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

menyambut baik dengan alumni, sebagaimana di rektorat ada Wakil Rektor III yang mengurusi bidang mahasiswa dan alumni, dan disitu juga ada subbag yang mengurus alumni, sehingga diha­ rapkan peran dari pada alum­ni ikut membangun dan mengem­ bangkan almamater UNY.” Ditambahkan Sutrisna Wibawa, “Bahwa kita juga sedang menawarkan dengan konsep hubungan antara pendidikan dan industri maka dikembangkan dunia vokasi, seperti jurusan seni rupa karena Strata-1 (akademik), maka bukan termasuk vokasi, sehingga kalau

pendidikan vokasi kalau akan diterapkan maka akan dibuka jenjang mulai D1,D2,D3,D4, dan Magister Terapan,”jelas Sutrisna. Lanjutnya, perbedaannya pada akademik yaitu bagaimana pengembangan keahliannya, sedang vokasi lebih ke tenaga terampil, dan ke depan mulai 2018 UNY akan melokalisir semua vokasi akan dikumpulkan di Kampus UNY Wates, dan kami menawarkan kepada seni rupa dan kerajinan menawarkan selain ada strata-1 barangkali akan dibuka jalur vokasi. Dalam kesempatan tersebut

Sutrisna Wibawa memberikan ucapan terima kasih atas lukisannya kepada Pak Jayadi yang telah melukis dengan cepat dalam waktu 20 menit, Bapak Jayadi merupakan alumni Seni Rupa UNY yang terkenal dan pernah masuk MURI sebagai pelukis cepat selebritis, hampir 90% artis indoensia sudah pernah digambar oleh beliau. Acara yang diselenggarakan oleh dosen, alumni dan mahasiswa Jurusan Seni Rupa FBS UNY, merupakan agenda rutin yang diadakan setiap akan ada dosen yang pensiun, dimana sebagai penyambutan bagi alumni seni rupa UNY yang berkiprah di luar untuk kebesaran kampus atau almamater UNY. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Jurusan Seni Rupa, mahasiswa seni rupa UNY, dan juga mereka alumni seni rupa yang sudah berkiprah dan terkenal di luar sebagai pelukis, komikus dan berbagai seniman lainnya. ARIF


Berita

ROBOT UNY JUARA 1 KONTES ROBOT SEPAKBOLA

Terdapat perubahan pada Kontes Robot Indonesia 2017. Pada tahun ini, Kontes Ro­bot Pemadam Api Indon­ esia Beroda mengalami upgrad­ing menjadi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda. Karena perubahan ini Robotika UNY mengubah beberapa komposisi tim untuk memenuhi tantangan tersebut. Setelah melakukan berbagai pertimbangan terbentuklah MOBO-EVO divisi Kontes Robot Sepak Bola Indonesia Beroda. Menurut ketua tim MOBOEVO Thoha Ardhiasyah, semangat juang MOBOEVO tak sia sia, setelah menaklukan 16 Robot Sepak Bola Beroda dari berba­gai perguruan tinggi di regional III Jawa Tengah-DIY-Kali­ mantan MOBO-EVO dapat menyandang juara 1. Pada Babak Final MOBO-EVO me­ lawan URT ROSO dari Univer­ sitas Islam Sultan Agung. Babak final pun berlangsung panas, namun dengan strategi yang baik MOBOEVO dapat mengalahkan URT ROSO dengan skor akhir poin 1 untuk MOBO-EVO dan skor 0 untuk URT ROSO dari Universitas Islam Sultan Agung. Keberhasilan ini tak luput dari usaha MOBOEVO, bimbingan dari berbagai dosen pembimbing, dan doa dari berbagai pihak. “Alhamdulillah tim MOBOEVO UNY bersyukur dapat menjuarai Kontes Robot Indonesia Regional III 2017. Semoga Robotika UNY tetap solid," tandasnya.

MAHASISWA UNY JUARA 1 LOMBA MEDIA PEMBELAJARAN TINGKAT NASIONAL TAHUN 2017

tranduser. ED-V membantu siswa bukan sekedar tahu atau paham sensor dan transduser tapi juga aplikasinya dalam kontrol jarak jauh mengikuti perkembangan teknologi masa depan”, terang Lulik .

Kolaborasi mahasiswa FMIPA dan FT UNY yang terdiri dari Lulik Rina Widyastutik (Pendidikan IPA), Singgih Bekti Worsito (Pendidikan Teknik Mekatronika) dan Anjasmoro Adi Nugroho (Pendidikan Teknik Informatika) berhasil menjadi Juara 1 Lomba Media Pembelajaran Tingkat Nasional 2017. Lomba diadakan oleh BEM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS dengan nama Apresiasi Gelora Pendidikan 2017. Lulik menjelaskan, Lomba Media Pembelajaran Tingkat Nasional ini bertujuan untuk mengapreasi karya dari calon pendidik di Indonesia melalui Media Pembelajaran yang Inovatif dan Inspiratif sesuasi dengan tema Apresiasi Gelora Pendidikan 2017 kali ini. Proses seleksi karya awalnya dikirimkan oleh Tim/Individu maksimal pada tanggal 14 Mei 2017, dengan mengirimkan deskripsi karya media pembelajaran yang inovatif, dapat berupa konten digital, mock-up, trainer, monograf, dan modul. Materi/bahan ajar yang dikembangkan adalah salah satu kompetensi dasar semua mata pelajaran jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA/ SMK/MA. Karya yang telah dikirimkan kemudian diambil 10 besar karya terbaik untuk dipresentaskan di UNS pada tanggal 21 Mei 2017. Tim dari UNY masuk dalam 10 besar karya terbaik dan mempresentasikan karyanya pada 21 Mei 2017. Lulik dkk mengembangkan media pembelajaran ED-V: Pengembangan Media Pembelajaran Sensor dan Tranduser Berbasis Internet Of Things (IOT) Dengan

Graphical User Interface (GUI) by Using Android Operating System Guna Meningkatkan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Penjurusan Teknik Otomasi Industri. “ED-V merupakan media pembelajaran sensor dan transduser Based on Internet of Things Technology dengan Grapichal User Interface (GUI) by Using Android Operating System Guna Meningkatkan Kompetensi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Penjurusan Teknik Otomasi Industri. ED-V disiapkan sebagai media pembelajaran sensor dan tranduser yang terintegrasi dengan GUI berbasis Internet of Things untuk menunjang kompetensi sensor dan tranduser siswa SMK. ED-V merupakan media pembelajaran berupa simulasi pemantauan dan pemeriksaan kondisi serta status data sensor (Contoh: sensor soil moisture SSR026) melalui smartphone yang dapat memudahkan siswa Sekolah Menengah Kejuruan dalam mengembangkan kompetensinya dalam mata pelajaran sensor dan

Karena media pembelajaran­ nya merupakan hasil pengem­ bangan Research and Development (R n D), Lulik dkk mengujikan produk mereka melalui distribusi instrumen lembar validator yang divalidasi oleh Dosen Elektonika, lembar peer viewer, lembar ahli materi dan lembar kelayakan menurut siswa SMK. Dari instrumen tersebut, mereka melakukan analisis untuk mengetahui kualitas ED- V. Hasil analisis menunjukkan bahwa media yang mereka kembangkan adalah Baik dan Layak untuk dikembangkan dengan perbaikan. Lulik menuturkan, "Semua yang kami lakukan adalah menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah selama 6 semester. Kami menerapkan elaborasi antara karya dan pemikiran untuk menciptakan sebuah inovasi baru yang inspiratif bagi dunia pendidikan. Kerjasama tim sangat berpengaruh besar dalam kesuksesan. Kunci keberhasilan kerjasama tim adalah komunikasi dan keadilan. Meskipun tim kami berbeda fakultas, komunikasi tetap berjalan dengan baik, dan pembagian tugas berjalan dengan adil. Singgih yang ahli dalam pengembangan hardware fokusnya ke sana, Anjas yang ahli dalam pengembangan input software mengarahnya ke sana pula, kemudian saya melengkapi penyiapan instrumen untuk validasi karya beserta analisisnya." LYN/WITONO P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 35


Berita

GARUDA UNY PERTAHANKAN GELAR JUARA DI KOREA poin. Dimana pada kategori acceleration GUT memperoleh 300 poin (acceleration electric 10,480 detik dan hybrid 8,818 detik), kategori manuver 295,5 poin (electric 24,236 detik dan hybrid 27,611 detik), dan kategori endurance 400 poin (23 menit 47,746 detik). “Saya sangat senang atas keberhasilan Tim memperoleh Best of the Best dan Best Teamwork. Ini berkat kerja keras Garuda UNY Team beserta dukungan dan doa dari civitas akademika semua,” tutur Suratijo, ketua tim delegasi GUT untuk ISCC 2017 saat penyembutan tim di Rumah Dinas Rektor UNY (21/05/2017) malam.

DOKUMEN HUMAS FT

PERTARUNGAN SENGIT YANG BERLANGSUNG SELAMA 2 HARI (19-20/05-2017) MEMBUAHKAN HASIL GEMILANG BAGI GARUDA UNY. Tim yang dipimpin oleh kapten Teguh Arifin tersebut berhasil meraih 2 penghargaan sekaligus: Best of the Best Hybrid Car Category dan Best Teamwork dalam International Student Car Competition 2017 (ISCC).

Berkompetisi melawan 17 tim, Garuda UNY dalam perlombaan tersebut berhasil keluar sebagai pemenang dengan nilai 995,5

Rektor UNY, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa mengucapkan selamat atas pencapaian ini seraya berterima kasih atas perjuangan yang diberikan untuk mengharumkan nama UNY di kancah internasional. “Saya rasa ini juga menjadi kado yang sangat indah bagi UNY karena tepat hari ini berusia ke-53,” tutupnya. ISCC merupakan kompetisi mobil internasional yang diadakan oleh Korea Automobile Testing and Research Institute (KATRI). Kompetisi ini diadakan di Proving Ground 200 Samjon-ro, Songsan-myeon, Hwaseong-si, Gyeonggi-do, Korea Selatan. Garuda UNY telah tiga kali mengikuti International Student Car Competition (ISCC) di Korea Selatan, dan pada tahun lalu juga mempertahankan predikat Best of the Best. SATYA

PENELITIAN SURANTO: CAKAP BERKOMUNIKASI, KINERJA ORGANISASI MAKSIMAL SETIAP ORANG MEMILIKI TINGKAT KECAKAPAN KOMUNIKASINYA MASING-MASING. Kecakapan komunikasi, bagaimanapun, sangat menentukan kinerja tiap orang di organisasi. Begitulah yang ditulis oleh Dr. Suranto, M.Pd, M.Si, salah seorang dosen jurusan Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) dalam penelitiannya yang bertajuk Pengembangan Instrumen Penilaian Kecakapan Komunikasi (Communication Skills) Siswa SMK.

Suranto, dalam penelitiannya, menyebutkan bahwa kecakapan komunikasi perlu diajarkan dan dikembangkan dalam pendidikan kejuruan. 36 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

Hal ini didasarkan pada tujuan didirikannya sekolah menengah kejuruan (SMK). Suranto menyampaikan, “Dengan unggulan-unggulan yang dimiliki siswa SMK dibanding SMA, diharapkan para lulusan dapat memiliki keunggulan dan kesiapan dalam menghadapi dunia kerja. Salah satu keunggulan tersebut dapat berupa kecakapan komunikasi yang baik antarrekan kerja. Kecakapan komunikasi termasuk diantaranya yaitu kecakapan memproduksi, mengirim, dan menerima pesan, baik secara verbal ataupun non verbal, serta kemampuan lisan maupun tertulis. Dalam hal dunia kerja, kecakapan itulah yang nantinya mendukung

produktivitas kerja seseorang.” tegas Suranto. Selain keterkaitan antara kinerja organisasi dengan kecakapan komunikasi, Suranto dalam penelitiannya menyebutkan gagasan lain mengenai kegiatan penilaian untuk para siswa SMK. Dalam kegiatan tersebut, diharapkan tingkat keberhasilan para peserta didik dalam menguasai kecakapan komunikasi dapat diketahui. Tak hanya menilai kecakapan komunikasi para siswa saja, namun penilaian ini juga dilakukan demi menghasilkan informasi yang dapat digunakan oleh guru untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran di masa mendatang.

Suranto menyampaikan dalam penelitiannya kali ini melakukan beberapa tahap. Penelitian ini diawali dengan pra pengembangan, yaitu dilakukan proses pengumpulan informasi dan studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka, pra survei di beberapa SMK, dan konsolidasi ahli. Proses tersebut dilakukan dengan tujuan utama yaitu menemukan dan menetapkan komponen-komponen tes penilaian kecakapan komunikasi bagi para siswa SMK. Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran menjadi kompetensi yang nantinya dinilai dalam komponen-komponen tes penilaian tersebut. AMEL/SARI


Berita

YUDISIUM FE UNY PERIODE MEI 2017: KISAH ANIS DAN ISNA

GANDA PUTRA DI PORMA UNY 2017 CABOR BULU TANGKIS SELAIN KEJUARAAN BEREGU, CABOR BULU TANGKIS PEKAN OLAH RAGA MAHASISWA UNY 2017 JUGA MENGADAKAN KEJUARAAN GANDA PUTERA. Kejuaraan ganda putera ini diikuti oleh 24 pasangan yang mewakili dari seluruh fakultas. Program pascasarjana turut mengutus 5 pasangan ganda putera dalam kejuaraan ini.

DOKUMEN FE UNY

Setelah menempuh studi sesuai jenjang, sebanyak 56 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi (FE) UNY yang memenuhi syarat akademik maupun administratif mengikuti upacara yudisium di FE UNY, Jumat (26/5) lalu. Dilaporkan Wakil Dekan I Prof. Sukirno, Ph.D., yudisium kali ini meluluskan 28 orang S1 Kependidikan, 11 orang S1 Non Kependidikan, dan 17 orang Program D3. Sedangkan jumlah peraih predikat Dengan Pujian adalah 27 orang atau 48,21%. Upacara tersebut dihadiri Kepala Bagian Tata Usaha, serta para ketua jurusan dan program studi di lingkungan fakultas. Peraih IPK tertinggi pada yudisium periode Mei ini adalah Anissa dari Program Studi (prodi) D3 Akuntansi dengan 3,83 dan Isna Febriyani (3,79) dari Prodi Pendidikan Akuntansi S1, sementara rata-rata raihan IPK adalah 3,49. Anis, demikian biasa disapa, menjelaskan bahwa fokus di kelas adalah kuncinya memahami perkuliahan. “Saya tidak terbiasa mengulang membaca buku di rumah. Tapi di kelas sungguhsungguh berusaha memahami penjelasan dosen,” kata lulusan SMK N 4 Klaten ini. Sama halnya, Isna juga lebih suka memusatkan perhatian kepada dosen secara serius daripada mengulang bacaan di rumah. “Tapi kalau memang diperlukan, saya belajar lagi di rumah, atau bertanya pada teman,” ujar Isna. Baik Isna maupun Anis, yang penting lakukan yang terbaik dan percaya diri. “Teruslah belajar, buat bangga orang tua,” ujar Anis yang membuka usaha toko online bersama temannya ini. “Kalau sudah melakukan yang terbaik, serahkan pada Allah untuk hasil terbaik,” sambung Isna yang juga penerima Bidik Misi. Anis mengungkapkan, kuliah tadinya hanya sekedar impian. “Orang tua dan tetangga awalnya pesimis, bahkan sempat mengucilkan. Tapi begitu saya bisa mencetak prestasi dan IPK yang baik, akhirnya mereka jadi mendukung,” kisah lajang yang sempat menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS di bangku SMK ini. Lain lagi Isna. Kegagalannya melewati jalur SNMPTN Bidik Misi sempat membuat putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Muh. Sahroni (55 tahun) dan Parjiyah (49) ini frustrasi. Apalagi teman satu sekolahnya sudah diterima lebih dulu di UNY. “Tapi saya menolak menyerah, saya mencoba lagi melalui jalur SBMPTN,” ucap Isna. FADHLI

Pasangan ganda putera yang menjadi wakil Program pascasarjana adalah Mulyadi (Ilmu Keolahragaan)/Said Syaifullah (Pend. Geografi), Danang Isworo Wijayanto (Ilmu Keolahragaan)/M. Junaidin Muhdar (Ilmu Keolahragaan), Yayan Ari Subangkit (Pendidikan Dasar)/Ahmad Sidiq (Pend. Biologi), Hendra Jaya (Ilmu Keolahragaan)/Wahyu Dedy Hermawan (Ilmu Keolahragaan), dan Dedi Ari Nugroho (PPKn)/Kurniawan (Ilmu Keolahragaan). Putaran pertama yang dilaksanakan pada hari Jum’at 5 Mei 2017 di Hall bulu tangkis UNY berjalan dengan sangat baik untuk tim ganda putera PPs. Pasalnya, 5 ganda putera PPs, semua lolos ke putaran 2. Pasangan ganda putera PPs, Danang/Junaidin yang bermain di Land 1 mengalahkan pasangan ganda putera perwakilan FE, Dany/ Oktavio. Danang/Junaidin menang mudah dengan 2 game langsung dengan skor 21-4 dan 21-15. Sementara itu, di Land 3 pasangan ganda putera lainnya, Hendra/ Wahyu menang dramatis melawan perwakilan FE lainnya, Dewanda/Khalid. Hendra/Wahyu menang setelah melewati 3 game dengan skor 21-17, 15-21, dan 21-17. Bermain di Land 4, pasangan ganda putera PPs Yayan/Sidiq berhasil

mengalahkan pasangan ganda putera perwakilan FBS, Amin/ Bondan. Yayan/Sidiq menang mudah 2 game langsung dengan skor 21-16 dan 21-17. Ganda putera PPs selanjutnya adalah pasangan Said/Mulyadi yang berhasil mengalahkan pasangan ganda putera perwakilan FIS, Bheny/yahya. Said/mulyadi menang 2 game langsung dengan skor 21-18 dan 21-12. Sedangkan ganda putera PPs lainnya, Dedi/ Kurniawan lolos ke putaran kedua setelah mendapatkan keuntungan bye game. Putaran kedua didominasi oleh para pasangan ganda putera perwakilan PPs dan FIK. Pertandingan pertama dimulai dari pertandingan Danang/ Junaidin (PPs) yang langsung bertemu dengan unggulan pertama, yaitu pasangan Irfan/Yohanes (FIK). Pasangan ganda putera PPs, Danang/ Junaidin berhasil mengalahkan unggulan pertama tersebut 2 game langsung dengan skor 21-12 dan 22-20. Pada pertandingan lainnya, pasangan Mulyadi/Said (PPs) bertemu dengan pasangan Arya/Paulus (FIK). Mulyadi/Said harus mengakui keunggulan ganda FIK, mereka kalah 2 game langsung dengan skor 1521 dan 13-21. Sementara itu, pasangan Hendra/Wahyu (PPs) dinyatakan kalah terhadap pasangan Noviandi/ Dharma (FIK) karena Hendra/ Wahyu mengundurkan diri. Sedangkan 2 pasangan ganda putera PPs lainnya harus saling berhadapan dalam laga derby PPs, Yayan/Said (PPs) berhadapan dengan Dedi/Kurniawan (PPs). Pertandingan dimenangkan oleh Dedi/Kurniawan dengan skor 21-18 dan 21-8. dengan Dedi/Kurniawan dan derby FIK, Badro/Erza berhadapan dengan Arya/Julfikar. P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 37


Berita

WORKSHOP PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN KOMPETITIF

SUKSES MENGADU INTELEKTUALITAS MAHASISWA INDONESIA Tiga rangkaian puncak acara Innovation Contest (ICON) 2017 sukses diselenggarakan oleh KRISTAL FE UNY pada 11 – 13 Mei 2017 lalu. Dimulai sejak Maret 2017 dalam pengumpulan abstrak, akhirnya KRISTAL berhasil menghadirkan 15 tim terbaik yang berhasil lolos dari 378 tim yang berhasil dihimpun. Kelima belas tim tersebut adalah 2 tim Universitas Diponegoro, Univeritas Airlangga, 2 tim Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran, 2 tim Universitas Udayana, 2 tim Universitas Negeri Surabaya, Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Universitas Halu Oleo serta Universitas Islam Indonesia.

DOKUMEN HUMAS FBS

Bertempat di Gedung Laboratorium Musik dan Tari (LMT) 206 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, Kamis (8/6/2017), BPP FBS UNY menyelenggarakan workshop penulisan proposal penelitian kompetitif ristekdikti bagi seluruh dosen FBS UNY. Acara yang dihadiri 33 orang dosen tersebut

bertujuan untuk meningkatkan kualitas penelitian kompetitif sekaligus memperluas skema dan topik-topik penelitian. “Selain meningkatkan kualitas penelitian kompetitif dan memperluas skema serta topiktopik penelitian, kegiatan workshop ini bertujuan pula untuk meningkatkan jumlah artikel jurnal penelitian serta meningkatkan mutu dan jangkauan jurnal penelitian yang dilakukan para dosen di lingkungan FBS UNY,” jelas Dr. Tadkiroatun Musfiroh, selaku ketua Badan Pertimbangan Penelitian (BPP) FBS UNY, dalam sambutannya saat membuka acara. BPP FBS UNY menargetkan 26 dari 33 orang peserta yang mengikuti workshop dapat menyelesaikan dan memperbaiki proposal yang telah disiapkan. 20 orang dari 26 peserta yang mengirimkan proposal diterima desk evaluation dan 16 orang diantaranya proposal yang diajukan dapat didanai. Workshop penulisan proposal penelitian kompetitif dipandu oleh Dr. Dadan Rosana. Acara tersebut dimulai sejak pukul 8:30 dan berakhir pada pukul 15:00. “Agar target peningkatan kualitas penulisan proposal tercapai kami rancang sesi coaching per proposal,” tambah Dr. Tadkiroatun Musfiroh. DBY

38 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

Pada Kamis (11/05) lalu, 15 tim berhasil dihadirkan dalam Technical Meeting di Ruang Ramah Tamah FE UNY untuk berdiskusi dan menghasilkan kesepakatan berupa ketentuan-ketentuan presentasi karya. Bertempat di Auditorium FE UNY, pada hari berikutnya, Jumat (12/05), kelima belas tim seru beradu intelektualitas di hadapan tiga juri, yakni Eka Ari Wibawa, S.Pd., M.Pd., (Dosen Fakultas Ekonomi UNY), Dra. Shavitri Nurmala Dewi, M.A. (Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), dan Muhammad Adhitya Arjanggi, S.T. (Ketua MITI KM). Rangkaian acara ICON 2017 ketiga adalah seminar nasional. Mengusung topik Sustainable Development Goals (SDGs), seminar nasional ini menghadirkan keynote speaker dan pembicara 1 dari PT ACE Hardware Indonesia selaku sponsor utama ICON 2017, yakni Yenita MM., MBA., M.Si., MT., MH., M.Pd., MAK., ME., MIKOM., MMSI.,

Dr.(cand.), Ph.D.(cand.) dan Tarisa Widya Krisnadi. Kedua pembicara lain dalam Seminar Nasional yang tak kalah seru mengupas materi Sustainable Development Goals (SDGs) adalah Malik Khidir (CEO Stechoq Robotika) dan Drs. H. A. Kholiq Arif, M.Si. (Bupati Wonosobo 2005 – 2015). Dalam seminar nasional ini, berlangsung pula pemberian penghargaan kepada 22 tim terpilih sebagai ACE Indonesia’s Youth Innovator. Seminar nasional ditutup dengan mengumumkan juara LKTIN ICON 2017 sekaligus memberikan hadiah dan penghargaan. Tim yang berhasil keluar menjadi juara adalah Universitas Negeri Yogyakarta dengan ketua R Amirur Rajif (Juara 1), Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (Juara 2), Universitas Brawijaya dengan ketua Prasada Aditama Kridawan (Juara 3), Universitas Udayana dengan ketua Kadek Yardi Mahadikara (Juara Harapan 1), Universitas Padjadjaran (Juara Harapan 2), dan Universitas Negeri Yogyakarta dengan ketua Devi Lestari (Juara Harapan 3). Adapun Best Presentation berhasil diraih oleh tim dari Universitas Airlangga dan gelar Best Implementation berhasil disandang tim dari Universitas Gadjah Mada. Selain ketiga rangkaian acara tersebut, KRISTAL FE UNY bekerjasama dengan PT ACE Hardware Indonesia berhasil melaksanakan Walk in Test pada Jumat dan Sabtu, 12 dan 13 Mei 2017. Tes diikuti oleh masyarakat umum maupun mahasiswa baik dari UNY maupun luar UNY.Bahkan finalis ICON 2017 juga memiliki kesempatan spesial untuk bergabung dalam tes ini secara gratis. Sukses!


Berita

“MENGENAL INDONESIA” DARI FBS UNY

DEDY/HUMAS UNY

PERCAYA PADA KEMAMPUAN DIRI DAN MANTAPKAN TUJUAN Terinspirasi pernyataan Mark Zuckerberg, Pendiri sekaligus Bos media sosial Facebook, dalam pidatonya di Harvard University beberapa saat lalu, Dekan FIK UNY, Prof. Dr. Wawan S.Suherman, M.Ed., menyatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan, fokus pada tujuan merupakan langkah awal dalam menggapai sukses di dunia kerja dan bersikaplah baik pada semua orang. "Percaya dengan apa yang dimiliki dan mantapkan tujuan", ungkap Dekan FIK di hadapan 25 peserta yudisium FIK Periode Mei 2017. Lulusan FIK UNY telah dibekali pengetahuan dan wawasan keolahragaan yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan yang mutakhir, sehingga diharapkan menjadi landasan untuk kembali ke masyarakat apakah untuk bekerja, berwirausaha, maupun untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, imbuh Dekan FIK. Selain itu, Dekan FIK berpesan agar para lulusan tetap menjalin hubungan dengan almamater dan menyampaikan kepada saudara dan kerabat tentang kebaikan- kebaikan yang ada di Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Universitas Negeri Yogyakarta umumnya di samping jika ada hal- hal yang

masih kurang disampaikan kepada FIK UNY untuk menjadi evaluasi. Tahun ini, animo masyarakat untuk menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Keolahragan Universitas Negeri Yogyakarta terbukti masih tinggi, hal ini tercermin dari animo SNMPTN dan SBMPTN Tahun 2017. Untuk itu, para lulusan diharapkan memberikan kontribusi maksimal setelah kembali ke masyarakat untuk menghadapi tantangan global. Setelah melalui proses penempaan ilmu dan pengalaman baik di dalam maupun di luar kelas, lulusan FIK UNY harus percaya diri menempuh dinamika dan tantangan bangsa, tambah Dekan FIK UNY. Sementara itu, Tri Sejati, S.Pd. lulusan dari program studi PGSD Penjas berhasil menjadi lulusan terbaik Yudisium FIK periode Mei 2017 dengan meraih predikat 'cumlaude' berkat raihan IPK 3.81 dan masa studi yang relatif singkat. Seluruh peserta yudisium dari seluruh program studi FIK UNY yaitu Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani, Pendidikan Kepelatihan Olahraga, dan Ilmu Keolahragaan tampak bahagia setelah menempuh jenjang pendidikan S1 di FIK UNY pada Rabu (31/5). SP27

Ruang Seminar PLA lantai 3 FBS UNY pagi itu (Selasa, 13/6/2017) dipenuhi mahasiswa, dosen, dan tutor BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Hari itu digelar penutupan program alih kredit mahasiswa Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS) Guangzhou Cina, Yunnan Minzu University (YMU) Cina, dan Fontys University Belanda.

Selama tahun ajaran 2016/2017 42 orang mahasiswa dari Cina dan Belanda tersebut belajar tentang bahasa dan budaya Indonesia.

Acara dibuka dengan penampilan musik angklung yang dimainkan oleh tujuh mahasiswa dari Universitas Fontys, Belanda, yang membawakan instrumen lagu “Ibu Pertiwi.” Selain itu, hadirin juga dihibur oleh penampilan mahasiswa GDUFS yang membawakan mini drama berjudul “Sam Pek Eng Tay” serta penampilan teater dari mahasiswa YMU Cina yang mengeksplorasi kekayaan cerita rakyat Indonesia dengan menyajikan cerita “Jaka Tarub.” Para mahasiswa tersebut tidak hanya memperlihatkan kemampuan bermain peran, tapi juga kemahiran mereka dalam menggunakan bahasa Indonesia yang telah mereka pelajari selama kuliah di FBS UNY.

DOKUMEN HUMAS FBS

“Pada awalnya, saya sangat kesulitan beradaptasi dengan makanan dan kultur di Indonesia, terutama di Yogyakarta. Akan tetapi, lamakelamaan saya semakin mencintai kota ini. Saya semakin terbiasa dengan menu kulinernya dan mulai paham dengan budayanya,” ungkap Yang Xing Yong, mahasiswa asal Yunan, Cina itu. Hal senada disampaikan Su Feng Jun. Mahasiswi dari GDUFS, Guangzhou Cina tersebut menjelaskan bahwa FBS Universitas Negeri Yogyakarta telah membekalinya dengan pengetahuan bahasa dan budaya Indonesia. “Selain saya telah diperkenalkan dengan Indonesia, saya merasa perlu berterima kasih pada dosen dan para tutor yang telah menempa saya menjadi jauh lebih mandiri,” tambahnya. Sementara itu, dalam kata perpisahannya, Ella Jet Gerardus Verhoeven, mahasiswa dari Universitas Fontys Belanda merasa sangat bersyukur telah mengenal banyak tempat wisata indah di Yogyakarta. Ia juga merasa sangat beruntung karena mendapatkan banyak pengalaman berharga, seperti membatik, dan belajar bermain angk. Masih menurut Ella, ia sangat berkesan dapat mengajar Bahasa Inggris pada siswa-siswa SD Percobaan 2 dengan bahasa ibu yang sangat berbeda. P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 39


Berita

DOKUMEN HUMAS UNY

MAHASISWA UNY CIPTAKAN ALAT BACK UP LISTRIK BERMEDIA SAMPAH Sampah merupakan permasalahan utama daerah selama bertahuntahun yang sampai sekarang belum ditemukan solusi terbaik untuk mengatasinya. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat maupun industri yang terdiri dari sampah organik, non organik, dan campuran selalu meningkat. Sebenarnya sudah ada upaya dari berbagai pihak untuk memanfaatkan sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomi, misalnya untuk kompos, energi, bahan bangunan, maupun sebagai 40 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

bahan industri, tetapi semuanya belum maksimal. Oleh karena itu sekelompok mahasiswa UNY berupaya menanggulangi permasalahan itu dengan memanfaatkan sampah untuk dijadikan energi listrik dengan Alat Backup Listrik Otomatis (Abalito). Mereka adalah Muhson Isroni dari Prodi Biologi dan Putri Hanan Riyanta dari Prodi Fisika Fakultas MIPA, Baskoro Waskitho Husodo dari Prodi Pendidikan Teknik Mekatronika dan Frida Hasana dari Prodi Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik serta

Refiena Nurluthfyani dari Prodi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan. Menurut Muhson Isroni Abalito listrik bermedia sampah ini merupakan sebuah alat back up listrik dengan pengalihan arus listrik otomatis dengan memanfaatkan konversi energi kalor dari suatu sistem peltier guna membangkitkan listrik. “Energi kalor ini didapatkan dari pembakaran sampah” kata Muhson Isroni “Melalui alat ini diharapkan dapat menjadi inovasi bagi upaya menanggulangi permasalahan sampah di daerah yang ada di Indonesia”. Baskoro Waskitho Husodo menambahkan bahwa alat ini berbentuk kotak berukuran 1,5 m x 1,5 m x 1 m. Terdapat 3 bagian utama dari alat ini, yakni bagian pertama di depan sebagai tempat pembakaran sampah. Bagian kedua merupakan tempat komponen pendukung. “Dan bagian ketiga yakni pada ujung

cerobong tempat sampah basah yang akan dikeringkan dengan uap panas dari pembakaran sampah” ujar Baskoro. Di ujung cerobong juga terdapat filter uap pembakaran yang terdiri dari zeolit dan arang aktif. Bagian atas Abalito akan tampak lubang-lubang keluaran udara dari fan yang berfungsi mendukung bagian cold side pada peltier. Sedangkan bagian bawah terdapat 4 roda yang akan membantu menggerakan Abalito ini berpindah tempat. Di sisi bagian belakang tedapat saklar, voltmeter analog untuk mengukur tegangan 220 v dan voltmeter digital. Cara kerjanya diungkapkan Refiena Nurluthfyani, dimana sampah yang dibakar menghasilkan asap panas akan mengenai peltier yang berada tepat di atas tempat pembakaran sampah. Peltier digunakan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan beda panas


Berita

antara dua sisi dari peltier. Peltier dihubungkan secara pararel dengan peltier lainnya sehingga menghasilkan arus yang lebih besar. Arus listrik yang besar tersebut dinaikan dengan trafo step up yang dimanfaatkan untuk mengisi daya listrik pada accu 35 Ampere. Ketika arus litrik dari PLN terhenti, maka relay LY4 secara otomatis mengalihkan arus ke alat sehingga arus listrik DC 12 Volt dari accu masuk ke inverter dan menghasilkan tegangan listrik listrik 220 volt AC yang dimanfaatkan untuk memback up beban listrik yang dipakai masyarakat. Asap panas dari proses pembakaran sampah difiltrasi dengan zeolit dan karbon aktif akan menghasilkan asap panas ramah lingkungan. Yang kemudian asap panas tersebut dimanfaatkan untuk mengeringkan sampah yang masih basah.

PERTEMUAN TRI EKS STO SEBAGAI WAHANA SILATURAHMI Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret setiap tahunnya menggelar pertemuan yang diberi tajuk Tri Eks STO yang merupakan kepanjangan

pertandingan olahraga persahabatan seperti tenis lapangan untuk mahasiswa, bolavoli untuk dosen, futsal mahasiswa putri, dan kasti bagi darmawanita ketiga perguruan tinggi tersebut. Dekan FIK UNY, Prof. Dr. Wawan S. Suherman, M.Ed., dalam sambutannya di GOR UNY menyatakan bahwa Pertemuan Tri Eks STO sebagai sarana silaturahmi/ persaudaraan antar institusi

Menurut Frida Hasanah Pembuatan Abalito dilakukan melalui beberapa tahapan, pertama kali Membentuk plat menjadi bentuk kerangka alat, kemudian membentuk cerobong dengan bentuk “U” agar didapatkan tekanan asap yang mengenai peltier tinggi, sehingga tegangan yang dihasilkan maksimal. “Kemudian menyambung accu ke Inverter dan disambungkan ke port stop kontak beban” ujar Frida. Kemudian menyambung peltier dengan cara pararel, disambungkan lagi ke trafo step up dan travo ini disambungkan ke accu. Setelah itu fan disambungkan dengan alumunium pendingin ke accu, menempel peltier ke badan cerobong asap serta membuat filtrasi zeolit dan karbon aktif di pintu keluar cerobong asap. Hasil dari pembuatan alat ini didapatkan dalam pengujian pertama yang akan dianalisa mengenai jumlah tegangan yang dihasilkan. Setelah diketahui tegangan yang didapatkan dari proses pembakaran, kemudian memvariasikan waktu yang dibutuhkan dan berat sampah yang dibakar. Selanjutnya tegangan akan disimpan di accu pada saat terjadi pemadaman listrik, maka secara otomatis alat tersebut akan bekerja. Karya ini berhasil meraih dana Dikti kategori PKM. DEDY

kepada para senior perintis FIK terdahulu terutama dari UNY yang turut hadir seperti Prof. Arma Abdullah dan Prof. Jumhan Pida. Sementara itu, hal senada disampaikan Dekan FIK Unnes, Prof. Dr. Tadniyo Rahayu, M.Pd., dan Wakil Dekan III FKIP UNS, Dr. Sapta Kunta Purnama, M.Pd., bahwa Tri Eks STO menjadi wadah persaudaraan FIK UNYFIK Unnes- dan FKIP UNS

DOKUMEN FIK

dari 'Eks' (mantan) STO (Sekolah Tinggi Olahraga) Joglosemar (Jogja, Solo, dan Semarang). Sebelum menjadi fakultas maupun program studi keolahragaan seperti saat ini, FIK UNY, FIK Unnes, dan JPOK UNS merupakan Sekolah Tinggi Olahraga. Tahun ini, FIK UNY menjadi tuan rumah Tri Eks STO yang diisi dengan kegiatan pertemuan antar pimpinan, pertemuan antar organisasi mahasiswa, dan beberapa

perguruan tinggi keolragaam Joglosemar yang telah lama dirintis. Selain itu, pada kesempatan pertemuan tahunan Tri Eks STO ini para pimpinan dari dekan hingga ketua program studi turut membahas perkembangan terkini ilmu keolahragaan dan juga membahas beberapa perubahan nama program studi sesuai surat keputusan Menristekdikti terbaru, imbuh Dekan FIK UNY. Di akhir sambutannya, Dekan FIK mengucapkan terima kasih

untuk berbagi informasi dan pengalaman sivitas akademika dari dosen hingga mahasiswa keolahragaan Joglosemar. Rencananya, tahun depan pertemuan tersebut akan diselenggarakan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Di akhir rangkaian pada Minggu (21/5) siang di venue- venue olahraga FIK UNY, FIK UNY berhasil menjadi juara umum pertandingan persahabatan diikuti FIK Unnes dan FKIP UNS. SP27 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 41


Berita

UNY IKUT ANDIL DALAM 3RD ISET DI UNNES SEMARANG

MAHASISWA S2 TP PPS UNY PAMERKAN KARYA MULTIMEDIA Sebagai upaya apresiasi dan peningkatan kemampuan akademik mahasiswa, Program Studi Magister Teknologi Pembelajaran PPs Universitas Negeri Yogyakarta menggelar pameran produk Multimedia Pembelajaran Interaktif. Pameran yang

DOKUMEN UNY

Universitas Negeri Semarang (Unnes) telah menyelengga­ rakan ISET (International Seminar on Education and Techno­ logy) pada Rabu, 24 Mei 2017. Seminar ini merupakan sebuah kon­

fere­nsi kolaboratif forum kolaborasi ilmiah yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Unnes untuk merayakan Dies Natalis ke-52. Dalam penyelenggaraannya Unnes bekerjasama dengan 7 (tujuh) LPTK seperti Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas PGRI Semarang, Universitas Muhammadyah Semarang, dan Universitas Kristen Satya Wacana. Melalui forum ini diharapkan dapat memberikan percepatan inovasi teknologi yang berpotensi mempercepat kemajuan industri dan ekonomi, memecahkan krisis multidimensi, dan merevolusi dunia pendidikan di Indonesia. Forum internasional menampilkan Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. (Rektor Unnes) sebagai keynote speaker. Selanjutnya sebegai invited speakers antara lain Jonan Donaldson, Ph.D. dari Drexel University USA, Prof. Dr. Che-Hua Yang dari NTUT Taiwan, Assoc. Prof. Prasong Tanpuchai dari Kasetsart Thailand, dan Dr. Nor Fadhilah Mohd. Amin dari UTM Malasysia. Selain itu, hadir pula sebagai pembicara tamu yang merupakan Rektor ataupun Direktur PPs dari ketujuh LPTK tersebut, termasuk Dr. Moch. Bruri Triyono, selaku Direktur PPs UNY. Seminar ini digelar dengan mengangkat tema Global Education through Network Learning dengan sub tema Elearning Issued, Culture Education, Character Education on Digital Era, Nurturing Culture, Current Educational Research and Technology, Technopreneurship, dan Technology on Physical Environment and Public Health. Terdapat 141 makalah yang masuk dan disetujui panitia untuk dipresentasikan, yang merata dari seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Maluku Utara. Selanjutnya, setelah peserta menyimak presentasi dari masingmasing pembicara, tibalah giliran peserta yang lolos hasil penelitiannya untuk dipaparkan dalam sesi paralel. Untuk node UNY terdapat 3 makalah yang dipresentasikan, antara lain Examining Relationship between Internal and External Test Results Average and Impectus to Prediction :Sholastic Year 2014/2015 and 2015/2016 oleh Martin Iryayo dan Devi Anggriyani dari prodi PEP, Character Building in The Perspective of Guidance and Counseling Service oleh Sovi Navisah dan Fani Rahmasari dari UPI Bandung. Makalah terakhir adalah Physical Education Through Traditional Games Based on Neurosains Learning for Behavior Emotional and Social Discorders oleh Erick Burhaein dari prodi IK. RUBIMAN 42 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

bertajuk “In-Tech Expo 2017” ini digelar di Aula Program Pascasarjana UNY Kamis (15/6). Acara yang dibuka oleh Direktur PPs UNY dan dihadiri para Kaprodi, dosen serta mahasiswa di lingkungan PPs UNY tersebut berlangsung cukup meriah. Dalam laporannya, ketua panitia Keith Francis Ratumbuisang, S.Pd menyampaikan bahwa kegiatan ini memamerkan lebih dari seratus produk Multimedia Pembelajaran Interaktif karya mahasiswa S2 TP angkatan 2016 kelas A dan B. Produk yang dihasilkan pada semester 1 dan 2 tersebut dikemas dengan berbagai aplikasi authoring tools seperti, Adobe Flash CS 6, Camtasia, Audition, Premier, E-Pub, hingga MPI berbasis Android serta untuk pembelajaran berbagai bidang ilmu dan berbagai jenjang pendidikan.

Ketua Program Studi S2 Teknologi Pembelajaran UNY Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D. menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian tugas akhir mata kuliah Multimedia Pembelajaran yang dilaksanakan setiap tahun. “Melalui pameran ini diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan terutama dalam bidang produksi multimedia pembelajaran sekaligus

menunjang karir di masa depan sebagai teknolog pembelajaran”, tandasnya. Di samping itu, produk-produk multimedia ini diharapkan menjadi embrio tesis mahasiswa, sehingga mereka bisa lebih cepat menyelesaikan studinya. Dalam kesempatan yang sama, beliau juga memperkenalkan lima mahasiswa S2 TP yang telah lulus seleksi dan mendapatkan LoA (letter of Acceptance) Program Dual Degree dengan National Central University Taiwan. Program yang merupakan pionir di Universitas Negeri Yogyakarta ini akan memberangkatkan Siti Any Maya Shulhah, Keith Francis Ratumbuisang, Prilia Ardisa, Wa Ode Muslihah dan Yan Amal Abdilah awal September tahun 2017 ini. Hal senada juga disampaikan oleh Direktur PPs UNY Dr. Bruri Triyono, M.Pd. yang dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata sebuah hasil belajar. “Ruangruang akademik harus mendorong dan memfasilitasi perkembangan karya-karya nyata para mahasiswa sebagai salah satu wujud meningkatnya pengetahuan dan keterampilan”, katanya. Beliau juga mengucapkan selamat atas terpilihnya lima orang mahasiswa dalam Program Dual Degree dengan harapan semoga mereka sukses dalam kegiatan pembelajaran di Taiwan. Secara resmi pameran kemudian dibuka secara simbolis dengan pengguntingan pita oleh Direktur PPs didampingi oleh Kaprodi S2 TP dan dosen S2 TP PPs. FARCHAN DAN PRILIA


Berita

30 MAHASISWA BOGA FT UNY AKAN MAGANG DI JEPANG SELAMA SATU TAHUN “Jangan hanya berwacana!” seruan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, nampaknya sangat membekas di sanubari civitas akademika Fakultas Teknik.

Terbukti dengan digulirkannya program praktik industri atau magang internasional mahasiswa di Jepang. Tidak tanggung-tanggung, mahasiswa akan magang selama satu tahun penuh di negeri sakura tersebut. Menggandeng Domremy Co., Ltd, FT UNY akan mengirimkan 30 mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Teknik Boga ke perusahaan yang bergerak di bisnis mahanan tersebut. Pelaksanaan magang internasional ini ditandai dengan penandatangan Perjanjian Kerjasama atara Dekan FT UNY, Dr. Widarto dengan Direktur Domremy Co., Ltd, Mr. Kikuchi Fumiya, (31/05-2017) di Gedung KPLT FT UNY. Setelah seremoni penandatanganan, rombongan Domremy Co., Ltd langsung melakukan seleksi, baik praktik maupun interview pada calon perserta magang dari mahasiswa Pendidikan Teknik Boga FT UNY. Di sela-sela memantau seleksi, Dekan FT UNY menjelaskan bahwa para mahasiswa akan diberangkatkan pada awal september tahun ini dan kembali ke Indonesia pada akhir agustus 2018. “Meraka akan benarbenar bekerja secara profesional dan meraka pun akan mendapat gaji bulanan,” ujar Widarto. DOKUMEN HUMAS FT

Namun Pemagangan luar negeri jangan disalahartikan sebagai pengiriman tenaga kerja ke luar negeri yang berorientasi mendapatkan penghasilan, namun dimaksudkan sebagai upaya peningkatan kemampuan mahasiswa sesuai kompetensinya agar kelak mampu bersaing di pasar kerja global,” katanya. "Dengan mengikuti program magang internasional ini, mahasiswa benar-benar “dipaksa” keluar dari zona nyaman, Adaptasi dengan lingkungan baru, etika kerja, kebiasaan rekan kerja di lingkungan profesional, kebudayaan perusahaan dan lain halnya akan sangat berguna untuk melatih para mahasiswa berpikir kritis dan tanggap dalam menghadapi tantangan,” lanjut Widarto. “Melakukan program internship diluar negeri maka tentu bukan hanya semata menambah bobot dari curriculum vitae namun lebih kepada ilmu, networking dan pengalaman yang tak tenilai,” bebernya. “Budaya diluar negeri yang berbeda, sifat karakter khas dari orang setiap negara, hingga cara perusahaan luar negeri memperlakukan seseorang yang sedang internship, jelas menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga,” tutupnya. HRYO

WACANA ANTI LGBT DI SURAT KABAR HARIAN REPUBLIKA Isu lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) menjadi perbincangan dan praktik yang tabu bagi masyarakat ketimuran.

Namun, selama kurun waktu akhir Januari hingga pertengahan Maret 2016 menjadi perbincangan yang menarik. Baik media cetak maupun elektronik berlomba-lomba menaikkan isu ini. Salah satu media cetak yang banyak meng­ angkat isu LGBT adalah SKH Republika. Dr. Suranto, M.Si., M.Pd, salah satu dosen UNY bersama tim melaku­ kan penelitian tentang isu LGBT di SKH Republika. Dalam penelitian ini ditemu­ kan bahwa secara umum SKH Republika mena­war­ kan wacana anti LGBT melalui pemilihan dan ku­ tipan pendapat narasumber. Suranto menjelaskan, “Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis (critical discourse analysis) dengan metode analisis wacana Van Dijk. Dalam penelitian ini juga terdapat dua pertanyaan yang diajukan. Pertama, bagaima­ na representasi ideologi yang ditampilkan oleh SKH Republi­ ka dalam publikasi mengenai LGBT? Kedua, bagaimana representasi seksualitas yang ditampilkan oleh SKH Republika dalam publikasi mengenai LGBT?” ujarnya. Penelitian yang berlangsung dari Maret sampai Oktober 2016 ini dilakukan melalui beberapa tahap. Benni Setiawan, M.S.I. (salah satu anggota peneliti) menjelaskan tahapan penelitian, “Pertama, membuat kliping/memotong berita dan opini dari Harian Republika yang terkait LGBT dari 24 Januari-31 Maret 2016. Kedua, mengkoding

berita dan opini yang terkait dengan LGBT. Ketiga, menganalisis menggunakan analisis wacana Van Dijk. Terakhir, didapat hasil telaah wacana kritis dari penelitian ini,” ungkap Benni. Dijelaskan oleh keduanya, bahwa ada beberapa kesim­ pul­an yang dapat diambil dari hasil telaah wacana kritis. Suranto menjelaskan, “SKH Republika menggunakan pendekatan representasi intentional yang ditunjukkan dengan pemilihan narasumber dan penulis kolom opini. Mereka memilih subyek hetero­sek­sual yang memiliki afiliasi dengan kelompok Islam konser­vatif dan moderat.” urai Ranto. Ditambahkan Benni, “Selanjutnya, ada dua representasi ideologi yang dimuat, yaitu ideologi liberal­ is­me dan universalisme. Ideo­ logi liberalisme harus ditolak karena bertentangan dengan nilai-nilai tradisi dan agama. Sedangkan ideologi univer­ salisme dianggap berten­tang­ an dengan norma dan pera­ turan nasional.” imbuhnya. Dari penelitian tersebut, disampaikan oleh ketua tim peneliti, Suranto, “Kesimpulan terakhir dari penelitian ini ialah representasi seksualitas yang sengaja ditempatkan SKH Republika. Yaitu pengetahuan dan institusi otoritatif. Redaksi memilih pengetahuan mengenai LGBT mengikuti pengetahuan bahwa LGBT terjadi karena pergaulan sosial bukan genetika. Kedua, lembaga otoritatif yang boleh memperbincangkan LGBT adalah institusi agama, negara, dan pendidikan. Pelaku LGBT tidak dilibatkan dalam diskusi. Redaksi tidak memberikan celah penafsiran baru terhadap praktik LGBT.” ungkap Ranto mengakhiri. TARI P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 43


I Gede Dangin SEPEDA MASA DEPAN

44 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

KALAM/PEWARA


SOSOK PENEMU ASTROBIKE

DOKUMEN DANGIN

Oleh RONY K. PRATAMA Editor SISMONO LA ODE

B

agi Dangin, keterbatasan bukan halangan. Tak memiliki kendaraan bermotor, apalagi SIM, membuatnya memutar otak. Bermula dari keadaan itu, I Gede Dangin B.K. Surya Nuarsa, Mahasiswa Pendidikan Teknik Mekanika 2013, menciptakan inovasi kreatif. Di tangan kreatifnya lahir Astrobike (sepeda listrik berbasis android). Sepeda modern ini menggunakan sistem android sebagai pengamanan utama. “Selain itu, ia juga menapilkan informasi digital. Apakah itu kinerja soal sepeda listrik, kecepatan, maupun penanda kecepatan,” jelasnya. Padahal, sebelumnya Dangin hanya berbekal aki dan barang seadanya. Setelah dibawa ke kampus, kerabatnya langsung gayung bersambut. Ketimbang sepeda elektrik lain, keunggulan Astrobike terletak pada system monitoring based on android, lock system, astrobike application, dan double system charging. Selain itu, sumber energinya bisa diisi di rumah secara manual atau langsung saat dikayuh. Menurut aktivis UKM Rekayasa Teknologi UNY ini pengguna tak perlu khawatir bila tidak sempat mengisi energi di rumah.

Dangin kini bisa bernapas lega karena tak lagi pinjam motor sahabatnya. Jerih payah intelektualnya itu sudah mendapatkan hak paten pada tahun 2016. Proses itu tak semudah membalik telapak tangan. Ia harus melewati uji kelayakan hingga pendaftaran administratif. Penilai mempertimbangan pula soal efektivitas Astrobike. “Hal yang jadi kelebihan sepeda ini adalah dilengkapi keamaanan otomatis,” tuturnya. Dangin percaya bahwa ketika pengguna lupa mematikan sistem, ia akan nonaktif jika sudah menempuk jarak 15 meter. Kendaraan ramah lingkungan ini mampu menempuh jarak sekitar 30 kilometer. Pengisian baterainya pun hanya memakan 3 jam. Aspek ini membuat pihak Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menilai bagus Astrobike. Tanpa Ida Bagus Pudja dan Rustam Asnawi, dosen Dangin di Fakultas Teknik, Astrobike tak akan berkembang. Keduanya memberikan dukungan finansial agar pengembangannya progresif. Saat ini Dangin telah bekerja sama dengan P.T. Logam dan beberapa bengkel las untuk melancarkan produksi. “Di samping itu, kami juga sudah menandatangani kontrak tertulis dengan Kemenristekdikti. Kami mendapatkan dana sebagai perusahaan pemula,” ujarnya.

ASTROBIKE TEMUAN DANGIN. Hal yang jadi kelebihan sepeda ini adalah dilengkapi keamaanan otomatis.

Terobosan Dangin membuka peluang dunia industri dalam negeri. Karyanya, Astrobike, diprediksi menjadi kendaraan masa depan. Dalam prosesnya, ia tak sendiri. Lima koleganya, Aprilia Imam, Slamet Riyanto, Azizah Durroh, Syahrul Awaludin, dan I Ketut Telik, turut membantu Dangin, baik dalam pengembangan perangkat lunak maupun keras. “Kami tidak mengalami kesulitan. Tapi dalam pembelian bahan, kita harus mengimpor baterai seharga Rp 3 juta dan Rp 2 juta untuk komponen motor,” keluhnya. Akhirnya, dengan kalkulasi itu, Dangin dan tim mematok harga sebesar Rp 8 juta per-sepeda. Tahun lalu, tatkala mengikuti Edu Fair di GOR UNY, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., mengapresiasi Astrobike. “Beliau mengunjungi stand kami dan bergegas mencobanya di area GOR,” kenangnya. Mantan Rektor UNY itu berpesan bahwa agar membuat Astrobike yang banyak supaya dijadikan sepeda kampus. Dorongan moral orang nomor satu itu menggenjot semangat Dangin. Bahkan, ketika Forum Rektor Indonesia (FRI) tahun 2016, para rektor memberikan atensi lebih. Angin segar itu semakin mendorong Dangin untuk terus berkreasi. Khususnya ranah teknologi tepat guna. Ia selalu melihat peluang itu agar masyarakat menikmati hasilnya. “Apalagi kan di kota-kota besar seperti Yogyakarta. Kami akan menggencarkan produksi Astrobike,” tutup Dangin.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 45


» Opini

‘MISSING LINK ’ DALAM PENGEMBANGAN PROFESI GURU Oleh BASIKIN Sekretaris Eksekutif Rektor Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

H

ingga saat ini masih sering terdengar kritik dan ketidakpuasan atas kualitas guru di Indonesia. Celaka­ nya suara-suara miring tersebut justru datang dari orang atau pihak yang sa­ ngat diharapkan dukungannya bagi guru, misalnya dari dosen-dosen di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau bahkan dari menteri pendidikan. Pertanyaannya adalah, jika kualitas gu­ ru memang belum menggembirakan, lalu apa yang sudah dilakukan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebu­dya­an, dan Lembaga Pendidikan Tena­­ ga­Kependidikan? Apa pula artinya pro­ gram­-program pengembangan profesi guru dalam bentuk pelatihan dan workshop yang selama ini telah dilakukan? Apakah hanya buang-buang energi dan uang? Program pengembangan profesi guru yang selama ini dilakukan masih sering merupakan penugasan kepada guru, misal­ nya sebagai wahana pengenalan teknik atau metode pembelajaran baru, atau kurikulum baru. Dengan kata lain motivasi untuk mengikuti pelatihan bukan berasal dari guru yang merasa membutuhkan pengembangan kemampuan profesionalnya. Motivasi eksternal semacam ini tentulah bukan kondisi yang ideal untuk mencapai keberhasilan yang tinggi dari suatu program pengembangan profesi guru. Di samping itu, materi yang disampaikan dalam program pengembangan guru masih lebih pada Content Knowledge (CK), atau penguasaan terhadap subject matter, dan Paedagogical Content Knowledge (PCK), atau kemampuan melakukan metode pengajaran. Dan ternyata pengembangan profesi guru yang demiki46 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

an belum mampu meningkatkan kualitas guru sampai pada tingkat yang diharapkan. Apa yang salah dengan program yang sudah dilaksanakan selama ini? Nampak­ nya, guru sampai saat ini masih dipandang sebagai profesi yang hampir menyerupai robot, yang sangat jarang ditilik keadaan psikologisnya. Masih jarang di negeri ini program pengembangan profesi guru yang dikembangkan berdasarkan atas aspirasi gu­ru. Masih jarang pengelola program yang melakukan survei terhadap apa kebutuhan guru, bagaimana aspirasi guru terkait materi pelatihan, misalnya; atau yang menda­ sarkan pada kebutuhan yang benar-benar dirasakan guru. Program pengembangan profesi guru, baik yang berupa pelatihan atau pun work­ shop masih seringkali merupakan kebijak­ an “dari atas”. Struktur program pelatihan, misalnya, dikembangkan atas dasar asumsi orang yang mungkin belum pernah berdiri dan mengajar dalam kelas yang dihadapi

para guru sebagai keseharian tugasnya. Struk­­ tur program pelatihan ditentukan oleh mereka yang merasa tau kebutuhan guru, walaupun belum pernah jadi guru seka­­li­­pun. Jangankan pernah mengajar di da­lam kelas, bertanya kepada guru tentang kebutuhan pelatihan pun hampir tidak pernah dilakukan. Struktur program dan materi pelatihan lahir hanyalah atas dasar asumsi teoretis mereka yang merasa tahu apa kebutuhan guru yang sesungguhnya. Salah satu bukti dari ketidak berdayaan guru adalah hasil penelitian doktoral saya terkait dengan komitmen atau ‘intention’ guru untuk mengimplementasikan inovasi pembelajaran sebagai hasil pelatihan atau program pengembangan profesi guru di dalam keseharian mengajar di kelas. Berdasarkan Theory of Planned Behaviour (TPB) secara umum disepakati bahwa intention ditentukan oleh 1) attitude atau penilaian guru terhadap baik buruknya, manfaat tidaknya, baik atau tidaknya suatu inovasi pembelajaran, 2) subjective norms, atau apa kata orang-orang penting di sekitar guru tentang penerapan suatu inovasi pembelajaran, dan 3) perceived behavioural control (PBC) atau penilaian pribadi guru tentang kemampuan mereka mengimplementasikan inovasi pembelajaran dan dukungan baik dari kolega ataupun ketersediaan fasilitas. Hasil temuan dengan sample guru-guru bahasa Inggris di Yogyakarta menyatakan bahwa attitude tidak berpengaruh terhadap komitmen guru untuk mengimplementasikan hasil program pengembangan profesi yang telah mereka ikuti. Attitude dalam TPB bukanlah trait, tetapi merupakan evaluasi guru dalam hal ini terkait implementasi suatu inovasi strategi pembelajaran tertentu. Bisa jadi justru guru-guru yang mampu membuat penilaian-penilaian objektif yang dapat mempunya attitude yang negatif terhadap suatu inovasi pembelajaran. Attitude tidak berpengaruh terhadap komitmen dalam hal ini dapat diartikan bahwa, tidak masalah apakah penilaian guru terhadap inovasi pembelajaran tertentu positif atau negatif, guru tetap berupaya dan tetap ‘berkomitmen’ untuk mengimplementasi­ kannya dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Apakah fenomena yang semacam ini baik bagi guru khususnya dan bagi proses

Program pengembangan profesi guru, baik yang berupa pelatihan ataupun workshop masih seringkali merupakan kebijak­an “dari atas”. Struktur program pelatihan, misalnya, dikembangkan atas dasar asumsi orang yang mungkin belum pernah berdiri dan mengajar dalam kelas yang dihadapi para guru sebagai keseharian tugasnya.


TEACH.ORG

pembelajaran pada umumnya? Jawabnya tentu saja tidak. Guru dengan sikap yang baik yang muncul karena penilaian yang positif terhadap inovasi pembelajaran tentu saja akan dengan senang hati dan antusias dalam melaksanakan inovasi pembelajaran. Bagaimana dengan mereka yang mempu­ nyai penilaian yang negatif dan menghasilkan sikap yang tidak baik terhadap inovasi pembelajaran tertentu? Bagaimana dengan mereka yang menilai inovasi strategi pembelajaran tertentu akan menyulitkan dia,

atau tidak sesuai dengan karakteristik siswa-siswanyanya? Atau tidak akan memberikan manfaat bagi pembelajarannya? Jika kelompok guru ini mau tidak mau berkomitmen untuk menerapkan inovasi pembelajaran yang dalam praktik pembelajaran sehari-harinya, berarti ada hilang dalam diri kelompok guru ini – yakni adanya opsi. Ini yang dalam kajian TPB disebut volitional condition. Dalam konteks program pengembang­an profesi guru, guru sering merasa tidak mem-

punyai opsi untuk tidak menerapkan hasil pelatihan, bahkan ketika mereka menilai hasil pelatihan tidaklah baik bagi dirinya. Inilah hilang dalam setiap program pengembangan profesi guru di Indonesia yang mayoritas berasal bukan dari inisiatif guru yang merasa pengembangan profesi adalah kebutuhan. Hilangnya perasaan bahwa mereka punya pilihan - The absence of a volitional condition, yang pada akhirnya mengikis si­ fat otonomi guru, bahkan dalam konteks pem­ belajaran di kelas mereka sendiri. P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 47


» Opini

Kita Rumah Pancasila Oleh HALILI Dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Peneliti Pusat Studi Pancasila dan Konstitusi (PSPK) Universitas Negeri Yogyakarta

Pancasila rumah kita/ Rumah untuk kita semua/ Nilai dasar Indonesia/ Rumah kita selamanya. (Franky Sahilatua, “Pancasila Rumah Kita”)

onis. Agar Pancasila tidak hanya menjadi jargon ideologis yang melangit, namun juga harus tumbuh sumbur sebagai integritas individual dan kolektif kita sebagai bangsa.

enggalan lirik lagu di muka meng­ glori­fikasi Pancasila sebagai nilai dasar Indonesia, sebagai bangsa dan suatu komunitas dalam negara. Pancasila merupakan tempat dimana seluruh warna, semua agama, seluruh suku, dan seti­ ap identitas partikular keindonesiaan lainnya mendapat ruang tinggal dan lahan bercocok tanam kebajikan yang sama. Pancasila adalah rumah kita, demikian ditegaskan Almarhum Franky, penyanyi balada berdarah Maluku asal Surabaya tersebut. Namun demikian, harus segera dinyatakan sebaliknya bahwa kita adalah rumah Pancasila. Di satu sisi, kita memang membutuhkan Pancasila sebagai ligatur. Namun di sisi lain, untuk merawat Pancasila agar terus menyatu secara fungsional dalam tata keseharian bangsa dan negara, kita juga harus menjadi rumah yang kondusif bagi pembumian Pancasila. Premis ini yang kerap kita lupakan. Selebrasi kolosal peringatan Hari Kelahiran Pancasila 1 Juni tahun ini yang dipungkasi pembentukan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) merupakan momentum untuk menegakkan integritas ke-Pancasila-an kita. Kita berada dalam dalam konteks yang tepat untuk menggelorakan kembali integritas kepancasilaan sebagai entitas subjectionis dan uni­

Ragam Pendekatan Berbagai pendekatan telah mengemuka sebagai kompas untuk menegakkan integritas ke-Pancasila-an kita. Para pendiri negara, khususnya Bung Karno sang perumus Pancasila, menekankan pendekatan idealis-historis. Pancasila idealnya harus dan dapat direalisasikan dalam kehidupan berbangsa melalui “penarikan ke atas” dan “penarikan ke bawah”. Hal itu tentu bukanlah utopia, sebab nilai-nilai Pancasila memiliki akar historis dalam rahim nusantara. Nilai-nilainya tumbuh bersemi sebagai zeit­ geist (semangat zaman) dalam praktik-praktik hidup dan berkehidupan rakyat, bahkan nun sebelum Indonesia diproklamasikan.

P

48 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

Meminjam term Von Savigny dan Gustav Hugo, Pancasila sudah menjadi volkgeist (jiwa rakyat) yang memberikan legitimasi bagi pembentukan entitas hukum bernama Indonesia. Dengan demikian, jika terjadi pergeseran koordinat Pancasila dalam peta ideologis kehidupan bangsa dan negara, kita harus merefleksikan dan “menengok ke dalam” diri kita. Jangan-jangan, seiring perubahan sosial (social change) dan arus globalisasi yang tak terhindarkan, kita telah kehilang­ an tata nilai luhur yang menjadi kausa materialis bagi eksistensi Pancasila, seperti spiritualitas teistik, respek dan trust pada sesama, gotong royong, keadaban, musya­ warah, dan laku keadilan sosial. Para filsuf dan intelektual prominen da­ lam studi dan pendidikan Pancasila, seperti Notonagoro dan Kaelan, juga telah mengajukan pendekatan filosofis untuk mengokohkan Pancasila sebagai kerangka ontologis, epistemologis, dan aksiologis bagi bangunan Negara-Bangsa Indonesia­serta hidup dan peri kehidupan yang berlangsung di dalamnya. Agar Pancasila hidup sebagai dasar filosofis, di satu sisi Pancasila menggambarkan cara berpikir masyarakat, bangsa, maupun negara Indone­sia, dan di sisi lain, masyarakat harus memiliki kehendak untuk menghidupkan nilai-nilai Pancasila agar terwujud cita-cita komunalnya sebagai bangsa dan warga negara. Dengan demikian, sebagaimana dinyatakan Kaelan (2001), akan terciptalah hubungan yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarakat negara. Selain itu, beberapa pemikir dan cen­ dekiawan seperti Kunto Wibisono, Midian Sirait, dan Yudi Latif menawarkan pende­ kat­ an struktural-fungsional dalam memberikan “hidup” pada Pancasila sebagai ideologi yang memandu kehidupan bangsa dan negara. Ideoligasasi menjadi salah satu kata kunci yang, menurut Kunto, harus berlangsung dalam tiga ranah; logos, pathos, dan ethos. Meminjam Midian, ideologisasi tersebut harus dilakukan dengan fungsionalisasi Pancasila untuk mewujudkan keadilan sosial melalui kebijakan-kebijakan struktural negara, khususnya di bidang ekonomi dan politik. Yudi Latif bahkan secara paripurna mengajukan agenda ideologisasi dalam bentuk revolusi Pancasila yang membayangkan Pancasila hidup dan memandu kehidupan

Pancasila idealnya harus dan dapat direalisasikan dalam kehidupan berbangsa melalui “penarikan ke atas” dan “penarikan ke bawah”. Hal itu tentu bukanlah utopia, sebab nilai-nilai Pancasila memiliki akar historis dalam rahim nusantara.


bangsa dan negara sebagai paradigma, sistem etik, dan kompas kebijakan, sehingga Pancasila memiliki kekuatan riil dalam me­ la­kukan perombakan mendasar pada ranah material dan mental. Pakta Integritas Pendekatan-pendekatan tersebut memprasyaratkan keterlibatan seluruh warga ne­gara (civic engagement) untuk mewujud­ kan ideal-ideal dalam Pancasila dengan mem­bangun kewargaan yang memberikan elan vital bagi tumbuhnya nilai-nilai inti (core values) Pancasila. Dengan kata lain, kita merupakan pemain aktif yang menentukan yang menentukan mundur (decline) atau bangkitnya (resurgence) Pancasila seba­ gai ideologi. Kita pula yang menjadi variabel kunci apakah Pancasila bisa hidup disini. Idealnya, rakyat Indonesia merupakan rumah yang damai dan lahan yang subur untuk Pancasila tinggal, tumbuh dan hidup abadi sebagai pengikat semua dan agar kebajikan hidup berbangsa dan bernegara dapat dinikmati semua. Sayangnya kita masih mengalami kepribadian terbelah (split personality) mengenai Pancasila. Jajak pendapat Kompas tahun 2017 menunjukkan bahwa di satu sisi, hampir seluruh masyarakat kita merekognisi Pancasila sebagai ideologi bersama. 95,3 persen responden menegaskan bahwa Pancasila adalah dasar negara terbaik bagi Indonesia. 43,6 persen responden menyatakan bahwa Pancasila adalah hal yang paling menjadi perekat atau yang menyatukan bangsa ini (Kompas, 29/5/2017). Namun di sisi lain, kita mengalami keengganan untuk menghadirkan Pancasila dalam bentuk laku kewarganegaraan dan kebangsaan. Sebagai entitas individual dan komunal, diakui bahwa kita masih jauh dari laku ideal kepancasilaan. Perilaku tidak disiplin, melanggar hukum, KKN, fanatisme agama, dan egoisme kelompok merupakan situasi aktual yang paling berpotensi me­ rusak dan mengancam eksistensi Pancasila (Kompas, 1/6/2015). Singkatnya, Pancasila belum jadi etos (Kompas, 29/5/2017). Bahkan mulai muncul keinginan di kalangan muda-mudi kita untuk meminggirkan Pancasila. Survei Setara Institute terhadap para pelajar di 114 SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat pada 2015 mengirimkan sinyal benderang. 43,8% responden menyetujui limitasi terhadap aliran keagamaan minoritas. Selain itu, 9,5% responden setuju dengan perjuangan ISIS dan 7,3% mendukung penggunaan kekerasan dalam memperjuangkan keyakinan. Puncaknya, 8,5% dari generasi muda Indonesia Indonesia itu setuju Pancasila diganti dengan dasar agama tertentu. Dalam situasi demikian, secara kolektif kita harus melakukan terobosan-terobosan. Satu elemen kunci yang penting untuk membangun integritas kepancasilaan adalah artikulasi—meminjam Stuart Hall (1989)—di sisi logos dan pathos, serta aktuali­ sasi pada ranah ethos. Dalam rangka artikulasi, Pancasila harus dihadirkan melalui wa-

cana yang digulirkan terus menerus untuk membentuk kesadaran kepancasilaan. Pendidikan Pancasila melalui Tri Pusat Pendi­ dik­an (sekolah, keluarga, dan masyarakat) me­ma­inkan peranan penting dalam konteks ini. Dalam ranah aktualisasi, seluruh warga negara seharusnya mewujudkan Pancasila dalam bentuk laku subjektif dan kolektif. Untuk itu, para warga negara istimewa— yaitu mereka yang mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari penyelenggara negara sebagai aparatur dan pejabat negara—harus menjadi teladan terdepan dalam aktualisasi Pancasila. Menjadi penyeleng-

gara negara yang jujur dan bersih harus menjadi bagian dari pakta integritas mereka, demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. Mereka juga harus menjadi garda terdepan dalam artikulasi Pancasila, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi. Untuk itu, dibutuhkan pakta integritas­ke-Pancasila-an bagi para aparatur dan pejabat negara. Sungguh sangat aneh, bila aparatur dan pejabat (atau mantan pejabat) negara—yang ‘dihidupi’ negara Pancasila— justru mempromosikan doktrin kontra Pancasila dan menjadi simpatisan organisasi anti-Pancasila.  P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 49


Resensi

TEASER-TRAILER.COM

B

arbosa sudah diperingatkan. Sebagai salah wanita yang pada era tersebut kerap dipersepSutradara: Joachim Rønning, satu bajak laut termasyhur di lautan dan sikan hanya bertugas melayani suaminya dan meEspen Sandberg ∫ Skenario: Jeff juga pemegang pieces of eight, ia tak seha­ masak di dapur, Carina bahkan dianggap lancang Nathanson ∫ Pemeran: Johnny Depp, Orlando Bloom, dll ∫ rus­nya melawan. Bahkan dengan harta saat memegang teleskop. Mansplaining, fenomeProduksi: Disney ∫ Tanggal rilis : ram­ pasannya yang melimpah ruah, ia na tidak digubrisnya anggapan atau argumentasi 11 Mei 2017 bisa saja hidup termasyhur tujuh turunan. seorang wanita karena tidak kompeten dibanding Namun jiwa penjelajah dan penakluk pria, juga dialami Carina ketika ia mengungkapyang ada dalam =dirinya membe­rontak. Ia rela segala kan hasil risetnya. Sehingga pelecehan dari para bajak laut hinghartanya dirampas, kapalnya diron­ tokkan, hingga ga hukuman gantung diri akhirnya menghampiri Carina. menenggelamkan dirinya sendiri di te­ngah laut demi Namun, kekerasan struktural tersebut selalu ia lawan de­ngan­ terkalahkannya Salazar. Sosok hantu pe­la­­ut yang bangkit menunjukkan kemampuan terbaiknya. Berbekal catatan riset dari segitiga iblis demi menguasai seisi lautan. dari Barbosa yang awalnya ia kira sebagai Diari Galileo Gali­lei, Tanpa sengaja di tengah perjalanan alur film yang penuh Cari­na yang telah menghabiskan nyaris seumur hidupnya mecanda dari tokoh bajak laut utama Jack Sparrow, dimainkan oleh neliti ilmu perbintangan akhirnya mampu menemukan pulau Johnny Deep, Barbosa dipertemukan oleh Carina Smith yang yang nyaris seluruh daratannya dilapisi permata di tengah ternyata putrinya. Berbekal ilmu astronomi yang dipelajarinya samudera. bertahun-tahun, ia menjadi tokoh vital dalam pencarian Trident Memberi arahan seisi kapal lengendaris Black Pearl yang dimilik Dewa laut Poseidon yang kelak dihancurkan guna memunahkodai Jack Sparrow bersama dengan Barbosa, serta kru yang tus kutukan Jack Sparrow sekaligus nyawa Salazar. seluruhnya pria. Dan sesampainya di pulau tersebut, ia menPlot film ini cukup ringan dan tidak begitu memunculkan yaksikan pantulan bintang-bintang di atas permata tersebut. kejutan. Walaupun alur bertempo cepat yang kurang berisi Menjadikannya peta untuk pelayaran berikutnya, tanpa meng­ tersebut bisa menjadi salah satu titik lemah, namun hal tersebut ambil sedikitpun permata yang ada di pulau tersebut. Kisah ini sesuai dengan genre Action dan Adventure yang dibawakan de­ seraya menegaskan bahwa kemenangan hakiki adalah perjuang­ ngan penekanan pada kehidupan penuh intrik dan kontak fisik an keras yang paripurna dengan pengalaman dan suri tauladan, antar bajak laut. Soundtrack khas yang mengiringi berbagai adu bukan semata harta benda. pedang antar bajak laut sejak film ini pertama kali dirilis pada Keteladanan lain juga bisa dipetik dari sikap Jack Sparrow. 2003, juga semakin memacu degup jantung para penonton dalam Digambarkan sebagai tokoh utama yang pada mulanya pemabuk nostalgia dan penuh imaji. Terlebih lagi, palet warna film yang dan selalu gagal dalam petualangannya, ia mencapai titik teren­ cerah dan latar belakang film yang begitu dah dalam hidup ketika harus menjual kompas detil menggambarkan kota dan pedesa­ legendarisnya demi sebotol minuman keras. an di Amerika Latin lengkap dengan Kompas yang tak lagi di tangannya tersebut baju-baju necis para koloni dan hi­ kemudian membuat Salazar mulai menghandup nestapa para inlander, penontui laut­an. ton seakan benar-benar dibawa ke Sempat dipenjara, dilecehkan para kru dua tiga abad yang lalu. dan sesama bajak laut karena kegemaranPenggambaran Carina Smith senya mabuk, hingga hendak dihukum panbagai sosok cerdas yang berani cung, rekan sejawatnya serta Carina akhirnme­la­wan hierarki patriarkisme ya menyadarkan Sparrow hingga berhasil juga bisa diteladani dari film me­nahkodai Black Pearl. Dua keuntung­ an sekaligus dari film ini: aksi kocak ini. Kisah itu bermula dari upa­ yanya mempelajari astro­nomi bajak laut dan kekayaan nilai moral, bertahun-tahun lewat teromembuat Pirates of The Carribean: pong bintang dan catatan Dead Men Tell No Tales layak riset justru memben­tuk­stig­ men­ jadi salah satu film yang manya di masyarakat se­ba­ ha­rus disaksikan ketika libur­ gai penyihir. Bagi seorang an tiba. ILHAM DARY ATHALLAH

50 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2017


Bina Rohani

D

Qana’ah dalam Kehidupan

unia bagaikan panggung sandiwara bagi manusia yang bermain sebagai aktornya. Panggung du­ ni­a juga menjadi kunci sukses atau tidaknya manusia ketika memainkan perannya, untuk menyongsong kehidupan selanjutnya ketika ia harus turun dari panggung dunia (akhirat). Di sinilah manusia harus memilih peran-peran yang bisa menjadi kunci untuk ke­su­ksesan dirinya atau sebalik­ nya justeru yang merugikannya sekaligus menyengsarakannya. Untuk itu, Allah Swt. telah membekali manusia dengan modal dasar yang bisa dikembangkannya agar sukses dalam berperan dan bisa menjadi aktor yang sukses sehingga mendapat balas­an yang setimpal dengan peran yang dima­inkannya. Itulah kehidupan yang harus dijalani manusia dengan berbagai fenomenanya­.­ Pada akhirnya kesuksesan manusia da-

Oleh MARZUKI Dosen Prodi PKn FIS UNY

ngan­penuh keyakinan bahwa itulah ke­ pu­­tus­an (takdir) Allah yang terbaik buat­ nya. Sikap keberterimaan inilah yang dikenal dengan qana’ah. Secara maknawi qana’ah berarti rela atau suka menerima apa saja yang diberikan. Sedang menurut istilah qana’ah ber­arti menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Qana’ah merupakan salah satu bentuk akhlak atau karakter mulia yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Sifat qana’ah sangat terkait erat dengan sifat sabar dan rela (ridla). Orang yang memili­ ki sifat qana’ah akan menerima semua ke­ pu­tusan, baik menguntungkan maupun tidak, baik menyenangkan maupun tidak, dan baik diinginkan maupun tidak. Ia me­ nerima semua keputusan itu dengan sa-

ISTMEWA

lam hidupnya sangat ditentukan oleh amal perbuatannya yang diiringi dengan sikap syukur kepada Sang Penciptanya­. Syukur merupakan sikap keberterimaan manusia kepada Allah atas semua kenikmatan yang diterimanya yang kemudian diikuti dengan sikap dan perbuatannya dengan penuh ketundukan dan ketaatan kepada-Nya. Apa pun yang diteri­ manya selalu disikapinya dengan sabar dan tenang. Kesulitan apa pun dalam hidupnya, ia hadapi dengan penuh keberterimaan dan diikuti dengan usaha maksimal untuk menyelesaikannya. Inilah sikap bersyukur kepada Allah. Ia selalu menerimanya dengan lapang dada de­

bar dan rela, karena semuanya adalah ke­ putusan Allah yang pasti terbaik buatnya. Orang yang memiliki sifat qana’ah akan selalu menerima apa adanya, sesu­ ai dengan takdir Allah terhadapnya. Ia merasa bahwa kekayaan atau kemiskinan, ke­ tenangan atau kekacauan, kehebatan­ atau kelemahan, kehormatan atau ke­hi­ naan, kesenangan atau kesusahan, dan sehat atau sakit, semuanya adalah sama bagi­nya, karena semuanya adalah kepu­ tus­an­Allah yang harus diterima dan dijalaninya. Ia tidak pernah menyalahkan Allah dan menyalahkan orang lain yang mungkin dianggap penyebab keberadaannya­. Dengan menerima apa adanya, ber­ arti­ia akan selalu bersyukur kepada AlP E WA R A D I N A M I K A J U N I 2017 5 1

lah­atas apa yang diterimanya. Allah Swt. berfirman dalam Quran surat al-Taubah ayat 51, “Katakanlah: ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Di­ alah­Pelindung kami, dan hanyalah kepa­ da Allah orang-orang yang beriman harus ber­tawakal.” Qana’ah merupakan sikap hati dan mental seseorang dalam menghadapi apa yang dimiliki atau apa yang menimpa dirinya. Orang yang qana’ah akan mengha­ dapi apa pun dengan rela dan tabah. Keti­ ka menerima kenikmatan yang ba­nyak dari Allah, ia akan banyak bersyukur ke­ pada-Nya dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya kenikmatan itu, dan jika mendapatkan kenikmatan yang sedikit atau mungkin mendapatkan musibah atau fitnah, ia tetap menerima apa adany­a dengan penuh ketabahan dan berusaha untuk dapat mengambil hikmah yang terbaik dari peristiwa yang menimpanya. Semua yang menimpanya adalah kepu­ tus­an Allah yang terbaik buatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, sifat qana’­ah tercermin pada beberapa perila­ ku­seseorang seperti menerima dengan rela apa yang ada padanya, menerima de­­ ngan sabar semua keputusan Allah, me­­mo­­hon kepada Allah tambahan yang pantas disertai dengan usaha atau ikhtiar yang maksimal, selalu bertawakal kepada Allah, dan tidak tergiur oleh tipu daya dunia. Inilah sikap terpuji yang harus dibi­asakan oleh setiap muslim dalam kehidupan­ sehari-hari. Orang yang memiliki sifat qana’ah inilah yang paling beruntung dalam hi­dupnya. Dia selalu merasa cukup de­ ngan­pemberian Allah dan tidak pernah merasa kurang, sehingga ia akan pandai men­syu­kuri nikmat Allah. Nabi saw. bersabda, “Berbahagialah orang yang menda­ pat­petunjuk untuk masuk Islam, sedang kea­daan hidupnya sederhana dan selalu menerima apa adanya” (H.R. Ahmad dan al-Tirmidzi). Sifat qana’ah memberikan hikmah yang banyak kepada seseorang, di anta­ra­­ nya ia akan selalu berbaik sangka (hus­nu­ z­han) kepada Allah Swt. meskipun ke­­pu­ tusan yang terjadi kepadanya tidak se­­suai dengan yang diinginkan. Orang yang qana’ah juga tidak mudah menyalahkan orang lain dan selalu in­ tro­speksi bahwa apa yang menimpa­nya benar-benar akibat dari perbu­at­an­nya sendiri. Di sam­ping itu, jiwa orang yang qana’ah selalu tenang, sebab ia me­yakini bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah keputus­an Allah yang harus terjadi dan ia terima de­­ngan ikhlas. Al­ lahu A’lam. 


Cerpen

Doktor Ansori dan Penanya

P

Oleh MAWAIDI D. MAS Mahasiswa Sastra Indonesia, FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

agi di mana seharusnya Doktor Ansori berada di ruangannya dan sehari penuh seharusnya ia habiskan dengan buku-buku dan kelas-kelas, tak satu pun orang-orang yang mendengar ia meninggal dunia tidak menangis. Budiono, juru kunci ruang-ruang kelas di kampus tempat Doktor Ansori mengajar, membanting setirnya menuju rumah duka. “Kiamat kesusastraan,” pikir Budiono sepanjang perjalanan. Budiono merogoh tas kecilnya berisi buku yang dipinjam dari Doktor Ansori. Doktor Ansori menemukan dirinya berada di tempat yang asing; langit asing, tanah dan jalanan asing; bangunan-bangunan asing; pohon-pohon dan buahnya tak pernah dijumpainya selama ia hidup dan pergi ke kota-kota di penjuru dunia. Doktor Ansori mulai berpikir, adakah pohon, buah, bangunan-bangunan yang ada di hadapannya itu pernah ia temukan di halaman buku-buku? Ingatannya sangat tajam dan ia sendiri tak pernah menyangkanya. Kemudian Doktor Ansori ingat kembali saat memasuki ruang kelas kuliah dan menemukan segenap isi kelas tidak ada orang. Ia sebenarnya tidak lupa. Hanya saja momen seminggu yang lalu, saat ia memilih menugasi mahasiswanya mengerjakan makalah daripada masuk ruang kelas berada di prioritas yang kesekian. Lamat-lamat ia mulai mengingat satu demi satu serpihan momen di minggu yang lalu. Serpihan-serpihan momen itu menyatu dan mengutuh sebuah peristiwa masa lampau. Ia ingat kembali atas kebijakan itu. Tetapi,

52 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

apa yang dialaminya sekarang ini membuat ia bisa membedakan dengan jelas antara ingatan tajam dan ingatan tumpul yang sudah menahun ia terima. Doktor Ansori juga ingat dengan jelas terakhir kali ia berada. “Ya, aku berada di rumah di suatu pagi yang dingin dan berkabut. Aku sedang membaca halaman-halaman buku dari mahasiswa yang ditugasi menulis kritik sastra.” Doktor Ansori juga sadar setelah halaman ke 45, saat seorang mahasiswa mengutip sebuah buku panduan teori sastra pasaran. Doktor Ansori sangat mengutuk perbuatan tersebut sebagai sebuah upaya selamat dari kandungankandungan atas latar belakang mengapa suatu teori muncul. Setelah itu Doktor Ansori merasa dibawa jalan-jalan ke sebuah tempat oleh seseorang yang tidak dikenal. Ia sadar kalau peristiwa itu bukan bagian dari tugas mahasiswa di makalahnya. Di hadapan Doktor Ansori telah berdiri seseorang yang beberapa waktu yang lalu dikenalnya. “Ada di mana aku?”

kerutan di dahinya menghilang dari wajah Doktor Ansori, sebuah buku tiba di tangannya secara misterius. Doktor Ansori pun semakin terheran. “Aku tidak sekaya ini.” “Doktor sangat kaya.” “Ah, ini fiktif.” “Realitas, Doktor.” “Aku tidak percaya.” “Doktor sudah mati. “Dan ini adalah surga.” Seseorang di hadapan Doktor Ansori menyingkap sebuah tabir dan memperlihatkan dunia tempat Doktor Ansori beberapa waktu yang lalu berada. Doktor Ansori baru sadar setelah melihat jalanan macet menuju ke arah rumahnya. Ia kemudian dapat menyimpulkan bahwa di rumahnya, dirinya yang lain ditangisi keluarganya, dijumpai kolega-koleganya, mahasiswanya, rekan-rekan sejawat dari luar kota, baik yang mencintain dan tidak.

“Surga.”

“Mengapa aku tidak bisa menangis?”

“Perpustakaan?”

“Sudah tidak dibutuhkan, Doktor.”

“Iya. Doktor yang membuatnya.”

“Aku ingin menangisi semua ini.”

“Aku yang membuatnya?”

“Menangislah, Doktor. Tapi tanpa air mata.”

“Benar, Doktor.” “Mengapa tidak ada satu buku pun yang kulihat?” Tiba-tiba sebelum keheranan demi keheranan yang menyerupai

“Mengapa?” “Tidak ada air mata di surga. “Air mata bukan bagian dari keabadian.”


Doktor Ansori tersungkur ke tanah. Ia histeris seperti seorang anak kecil yang merindukan ibunya. Tak setetes air pun yang merembas dari mata Doktor Ansori. “Kau benar. “Tapi, mengapa aku di surga?” “Tidak ada tempat lain untuk Doktor selain surga.”

Ansori rajin beribadah. Banyak mahasiswa dan juga para membaca bukunya mengakui semakin hari karya Doktor Ansori semakin relijius. Doktor Ansori pun pernah mendapat kritik dari mahasiswanya sendiri, mengenai tulisan-tulisannya yang mulai kehilangan arah; bahwa relijiusitas telah menjadi alasan karya-karya Doktor Ansori tumpul terhadap perkembangan kesusastraan dan

[Doktor Ansori ingat pada banyak karyanya yang terbit, bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa asing. Masih banyak diktat yang ia sendiri belum siap untuk dijadikan buku dan disebar luas. Makalahmakalah seminar dan esai-esai yang ia tulis setiap minggunya untuk sebuah koran harian.] “Karena santunanku untuk anak yatim setiap bulannya?”

“Lalu atas dasar apa aku bisa ke tempat ini?” “Pada suatu waktu, di tahun-tahun yang jauh, sudah seharusnyalah Doktor yang menjadi pimpinan universitas. Doktor mendapat banyak dukungan dari mahasiswa, para kolega, kepala bagian, dan masyarakat. Tetapi, Doktor menolaknya karena merasa belum mampu menjadi seorang

RD.COM

“Tapi, mengapa aku ditempatkan di surga?”

sosial yang melingkunginya.] “Bukan?”

“Hanya Doktor yang tahu alasannya.”

“Iya. Bukan, Doktor.”

“Karena aku rajin ibadah?”

“Karena aku menyeru kebaikan kepada orang-orang?”

“Bukan.”

“Bukan.”

[Doktor Ansori hampir setiap tahun pergi menunaikan ibadah umrah sejak ia menginjak usia 50 tahun. Semakin tua, Doktor

“Karena aku menulis buku dan bermanfaat bagi pembaca?” “Bukan.”

“Bukan.” [Di usianya yang tua, dan hidup hanya dengan istri dan anak semata wayangnya, Doktor Ansori menjadi rajin menyantuni panti asuhan, lembaga-lembaga penyalur dana untuk korban bencana alam.] “Mengapa bukan itu semua?” “Hanya Doktor yang bisa menjawabnya.”

pemimpin. Walau jabatan ada di depan mata, Doktor masih tidak percaya pada diri Doktor sendiri, bahwa yang Doktor kerjakan akan bermanfaat untuk orang lain. Apakah Doktor bisa menjawabnya sekarang?” Doktor Ansori tidak menjawab. Ia menyeru kepada seseorang di hadapannya agar ia dipindah ke tempat yang bukan surga. Sumenep, 20 Juni 2017. P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7 53


PUISI TEMBANG G E G U R I TA N

Lailatul Qadar Kemanakah mesti kucari Lailatul Qadar Kunanti-nanti sepanjang waktu Dari pagi ke pagi Kembali Ke desa-desa aku mencari hingga ke ujungnya Sungai-sungai yang resah kehilangan Air beningnya dan bebatuan yang gelisah menahan terik yang menahun Aku mendaki Bukit, gunung, dan turun Kembali menyusuri lembah Yang kutemukan adalah abu-abu sisa Pembakaran dan batang -batang kering Dedaunan merangas menahan air mata Di manakah aku harus mencari Lailatul qadar Yang kunanti sepanjang Hari Dari pagi ke pagi lagi Aku bertemu kawan lama yang Bicaranya semakin jumawa Mengajakku masuk surga dengan Gaya malaikat penunggu neraka Bagaimanakah caranya Lailatul qadar singgah pada Jiwa yang resah ini Mengusap air mata yang hampir tumpah Dan matahari yang tenggelam Digulung awan hitam Kapankah lailatul qadar tiba Dan menyapa para pendosa Mengusap kepala sebagai anak sebatang kara Atau menepuk bahu mereka yang Muda dengan beban zaman yang kian tua 2017

Berbukalah dengan Puisi Berbukalah dengan puisi, adinda Agar lesap segala dahaga Rindu Musnah segala lapar Hawa nafsu Dan birahi kita Hasrat dunia Berbukalah dengan puisi, adinda Kuseduhkan rasa manis Dari senyumku yang masih Bertahan Kusuguhkan kurma-kurma cinta yang dipetik Dari sahara yang Resah Kerinduan yang menetes menjadi Embun Kerinduan yang bergulung menjadi Gelombang Dan tibalah kita saat adzan Magrib berkumandang di dalam Jiwa yang dahaga 2017 * MUHAMMAD THOBRONI Alumnus Fakultas Bahasa dan Seni , UNY Dosen Universitas Borneo Tarakan

POJOK GELITIK

Perjuangan! Umarmoyo: Di, aku setiap ketemu para kawula, diledekin. Umarmadi: Diledekin gimana? Umarmoyo: Kok nggak pernah nongol, sudah kering kreativitas ya? Umarmadi: Sama, Yo! Aku setiap berjumpa dengan para punggawa, juga dicibir. 54 P E WA R A D I N A M I K A J U N I 2 0 1 7

Umarmoyo: Dicibir gimana? Umarmadi: Kok nggak berani muncul lagi, sudah kehabisan nyali ya? Umarmoyo: Kujawab saja begini, mungkin Majikanku Waktu Itu melihat kami berdua berpotensi bisa mengganggu kemapanan. Makanya, kami dinon-aktifkan.

Umarmadi: Kalau aku jawab begini, mungkin Majikanku Waktu Itu menganggap kami berdua ini tidak ada manfaatnya. Makanya, kami diistirahat-kan. Umarmoyo: Alhamdulillah, Di, Majikan Waktu Ini ingin agar kita segera bangun dari tidur. Umarmadi: Alhamdulillah, Yo, Majikan Waktu ini justru mengharap kita segera siuman.

Umarmoyo: Bismillah, kita segera bangun dari tidur berkepanjangan! Umarmadi: Bismillah, kita segera siuman dari kelamaan pingsan! Umarmoyo: Kita bangun dari tidur, kita siuman dari pingsan, kita segera berjuang! Berjuang! Umarmadi: Sebentar, seben­ tar! Sebenarnya, apa sih yang mau kita perjuangkan? Umarmoyo: .............???

EMA R '17


PERGANTIAN REKTOR UNY

Terimakasih Rochmat Wahab Selamat bertugas Sutrisna Wibawa

ROCHMAT WAHAB

SUTRISNA WIBAWA

WARDAN SUYANTO

#Halalbihalal MARGANA #UNYbersilaturahim

#Maribukalembaranbaru #UNYyanglebihbaik PERGANTIAN WAKIL REKTOR I UNY Terimakasih Wardan Suyanto Selamat bertugas Margana


W W W . U N Y . A C . I D


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.