Atet tearsheet

Page 1

Harian Umum Media Indonesia @ MIdotcom

Pemasangan Iklan & Customer Service: 021 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: cs@mediaindonesia.com Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim)

KAMIS, 2 JANUARI 2014 / NO. 11947 / TAHUN XLIV / 28 HALAMAN

PILEG DAN PILPRES SEHARUSNYA SERENTAK

ALLEGRI ISYARATKAN PERPISAHAN

LESATAN SUPERCAR TERMAHAL

Jika gugatan Yusril dikabulkan, Indonesia akan menggelar pemilihan anggota legislatif dan presiden dalam waktu bersamaan.

Sinyal kepergian Massimiliano Allegri menjadi tanda bakal dimulainya era baru AC Milan di bawah kepemimpinan Barbara Berlusconi.

Mobil-mobil bertampang, berkemampuan, dan berharga super bakal beradu kian kencang di Tahun Kuda Kayu.

Indonesia Memilih, Hlm 4

Sepak Bola, Hlm 28

Fokus Otomotif, Hlm 22-23

EDITORIAL

Mencerabut Akar Terorisme

MI/ATET DWI PRAMADIA

JAKARTA NIGHT FESTIVAL: Ratusan kembang api dinyalakan bersamaan saat perayaan malam pergantian tahun di kawasan Monumen Nasional, Jakarta, kemarin. Ratusan ribu warga memadati kawasan Monas hingga Bundaran HI untuk menyaksikan Jakarta Night Festival yang digelar Pemprov DKI Jakarta, menyambut Tahun Baru 2014.

SBY Berharap Kepemimpinan Beralih Mulus PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono berharap 2014, selain sebagai tahun penuh kedamaian dan kesejahteraan, juga sebagai masa ketika peralihan kepemimpinan bangsa ini berlangsung mulus. “Kita berharap bangsa ini memasuki tahun politik dan melaksanakan pemilihan umum dengan aman, tenteram, dan damai. Semoga proses peralihan kepemimpinan nasional berjalan mulus sesuai konstitusi,” kata SBY sebelum meresmikan peluncuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan di Istana Bogor, Selasa (31/12/2013). Sebelumnya, topik mengenai peralihan kekuasaan juga sempat dibahas SBY saat bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Dalam pertemuan tersebut SBY mengatakan ingin memberikan teladan dalam sebuah peralihan kepemimpinan yang mulus. Namun, dalam praktiknya harapan Presiden tersebut sulit diterapkan. Sebagaimana dikemukakan para pengamat

Teroris masih Eksis Polisi menambak mati enam terduga teroris, yang juga pelaku penembakan polisi di Pondok Aren dan peledak Wihara Ekayana, Duri Kepa, Jakarta Barat. dan terjadilah baku tembak itu. Mereka yang tewas ialah Nurul Haq alias Dirman, Oji alias Tomo, Daeng alias Dayat, Rizal alias Teguh alias Sabar, Hendi, dan Edo alias Amril. Satu anggota Densus 88 cedera karena tertembak di bagian kaki. Di lokasi, petugas juga dikatakan menemukan lima pistol jenis FN berikut 34 butir peluru kaliber 9 milimeter, 1 revolver rakitan, 1 pen gun, 6 sepeda motor, 6 bom pipa siap ledak, uang tunai Rp200 juta, 20 kilogram zat kimia material bom, beberapa rangkaian elektronik, dan 5 golok. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Boy Rai Amar menambahkan, pihaknya juga menemukan print out berisi daftar target bom, yakni sejumlah wihara di Jakarta, termasuk Wihara Ekayana. Adapula goresan tinta perihal cara merakit bom dan buku pedoman membuat rangkaian elektronik.

Belum tertangkap

Pengamat terorisme Al Chaidar membenarkan kelompok teroris masih eksis. Apalagi, menurut catatan dia, masih ada sekitar 200 orang yang berpotensi menjadi teroris di Tanah Air yang belum tertangkap. “Mereka

PERINGATAN berbagai kalangan bahwa terorisme tidak sepenuhnya habis di negeri ini benar adanya. Sebagai salah satu kejahatan luar biasa, selain korupsi dan narkoba, terorisme masih berbiak karena belum semua akar tunjangnya dicerabut dari Republik ini. Penggerebekan markas terduga teroris di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, di awal 2014 memberi konrmasi bahwa teroris masih sangat dekat dengan pusatpusat pemerintahan. Ia nyaris tak berjarak dengan kantongkantong penggemblengan kontraterorisme. Fakta itu kian meneguhkan analisis bahwa para teroris telah bermetamorfosis menjadi seperti masyarakat kebanyakan, tak lagi menonjolkan simbol-simbol khusus seperti yang sudah-sudah. Mereka hadir kian susah dan nyaris tak dikenali, tapi tiba-tiba merancang aksi besar. Untungnya aparat kepolisian kita masih sigap dan waspada. Penggerebekan di Ciputat oleh jajaran Polda Metro Jaya dan Densus 88 itu mengukuhkan kesan bahwa negara tidak mau kalah oleh terorisme. Apresiasi layak kita sampaikan kepada kepolisian yang tak beringsut sedikit pun dari sikap tanggap dan waspada. Langkah itu jelas akan memberikan rasa aman di masyarakat, sekaligus menunjukkan negara masih Silakan tanggapi hadir. Apalagi sebelumnya Editorial ini melalui Badan Nasional Penanggumetrotvnews.com langan Terorisme (BNPT) menyebutkan ancaman terorisme sepanjang 2013 menurun. Kepala BNPT Ansyaad Mbai mengatakan pada 2012 sebanyak 89 teroris ditangkap, sedangkan pada 2013 ada 87 teroris yang diringkus. BNPT juga menyebutkan kasus teror bom di 2013 relatif sangat sedikit dan dalam skala kecil jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Toh, embrio terorisme seperti patah tumbuh hilang berganti. Tokoh-tokoh utama teroris memang telah dipenjara, tetapi masih saja ada teroris berbahaya yang berkeliaran. Upaya menumpas dan memutus mata rantai terorisme belum sepenuhnya berhasil. Itu terjadi antara lain karena belum komprehensifnya program deradikalisasi. Sejumlah kalangan menilai terorisme masih menjadi ancaman serius lantaran banyak teroris yang ditembak mati sebelum benar-benar tergali bagaimana mereka membiakkan diri. Dalam penyerbuan di Ciputat, kemarin, misalnya, enam tewas ditembak dan hanya satu yang hidup. Kita tentu tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Polri. Itu disebabkan ideologi dan doktrin kaum teroris ialah lebih baik mati demi mendapat tiket ke surga daripada tertangkap dan buka mulut. Melawan ketika hendak ditangkap menjadi salah satu cara menjemput kematian. Di sisi lain, Densus 88 tentu tidak asal menembak mati teroris. Polri pun sebetulnya berkepentingan menangkap teroris hidup-hidup. Itu terlihat dari data bahwa sejak 2002, dari 900 teroris yang dibekuk, hanya 90 yang ditembak mati. Namun, kita tetap menuntut Densus Polri dan BNPT lebih gigih lagi menemukan cara-cara melumpuhkan teroris tanpa harus menewaskan mereka. Menangkap mereka bahkan saat embrio atau gelagat menuju terorisme sudah terlihat bisa menjadi alternatif pencegahan. Program deradikalisasi juga menjadi penting, bahkan sangat penting. Program itu harus melibatkan seluruh instansi dan institusi, termasuk Kementerian Dalam Negeri, Kemenkum dan HAM, serta Kementerian Agama, bukan cuma Polri. Perang melawan terorisme, sebagaimana perang melawan korupsi dan narkoba, memang amat terjal dan berliku. Cuma

Hanya penanganan komprehensif yang mampu mencerabut tunas dan akar tunjang terorisme.”


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.