Koran UNS Edisi Februari 2019

Page 1

ARTEFAC UNS 2019 SEDIAKAN HADIAH TOTAL RP 50 JUTA - HAL. 07

SEBELASMARET

Foto : Humas/ Haryono

EDISI FEBRUARI 2019 | 16 HALAMAN FC

Dies Natalis ke-43, UNS lebih Inovatif GPH Haryo Mataram Jadi Nama Auditorium UNS Debora Pane

Jangan Takut Mencoba


02 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

FOKUS UTAMA

M

emperingati Dies Natalis UNS ke-43 tahun ini Universitas Sebelas Maret (UNS) mengangkat tema “Pengembangan Sumberdaya Manusia Berbasis Inovasi Menuju Otonomi Perguruan Tinggi”. Tema ini diambil karena dalam memasuki masa transisi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) diperlukan kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu berinovasi sesuai bidang masing-masing. Dalam jumpa pers yang digelar di UNS Inn, Rabu (20/2/2019), Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi menyampaikan, tema yang diangkat merupakan pengembangan dari tema-tema tahun sebelumnya. Diharapkan saat memasuki masa transisi menjadi PTNBH, SDM yang dimiliki UNS benar-benar sudah siap. Kemudian inovasi juga harus menjadi basis dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu bagaimana melakukan inovasi dalam pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. “Tema ini diambil karena tahun ini dan tahun depan akan menjadi tahun transisi menjadi PTNBH. Saya berharap Dies Natalis tahun ini bisa membuat civitas akademika

di UNS berpikir dan berkarya semakin inovatif,” jelas Ravik. Sedangkan Ketua Panitia Dies Natalis UNS ke-43, Dr Mohammad Jamin menyampaikan terdapat berbagai kegiatan dalam Dies Natalis UNS tahun ini meliputi dari seremoni, olahraga, pengabdian masyarakat, seni budaya, dan pameran. Diantaranya mulai dari Peresmian Rumah Tahan Gempa yang digelar di Lombok pada akhir Januari kemarin, Peresmian Nama Auditorium UNS G.P.H Haryo Mataram, S.H yang diselenggarakan pada (20 Februari), kemudian Kirab Bela Negara dan Pembukaan Pameran (8 Maret), Kejuaraan Karate Antar PT Seluruh Indonesia (8-10 Maret), Upacara Peringatan Dies Natalis ke-43 (8 Maret), Peresmian Danau UNS (9 Maret), Fashion Show Batik of Academia (9 Maret), Jalan Sehat (9 Maret), Lomba Perahu Karet dan Cano (9 Maret), Pesta Jenang (9 Maret), UNS Mengaji, Pergelaran Wayang Kulit dengan lakon Pandu Jumeneng Nata oleh Ki Manteb Soedarsono (15 Maret), Lari Marathon 11 K (17 Maret), Lomba Nembang Macapat Mahasiswa Tingkat Nasional (2627 Maret), Lomba Pidato Bahasa Jawa Nasional antar Perguruan Tinggi (26-27 Maret), Pengabdian

Foto: Humas/ Haryono

Dies Natalis ke-43, Dorong Civitas Akademik lebih Inovatif

Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi (tiga dari kanan) didampingi Ketua Panitia Dies Natalis UNS ke-43, Dr Mohammad Jamin saat menggelar Jumpa Pers Dies Natalis UNS ke-43 di Uns Inn, Rabu (20/2/2019)

Masyarakat Optimalisasi Penggunaan Sumber Daya Hutan untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gunung Bromo (16 Maret), Internasional Workshop Model Rasch (30 Maret), Bulu Tangkis antar Perguruan Tinggi (30-31 Maret), Pergelaran Kethoprak Pejabat dengan lakon Bayangkara Majapahit (22 Maret) dan masih banyak lagi kegiatan yang digelar.

Kemudian untuk puncak kegiatan Dies Natalis akan dilaksanakan pada Senin (11/3/2019) bertempat di Auditorium UNS dengan agenda Sidang Senat Terbuka, Orasi Ilmiah dengan judul “Membangun Universitas untuk Melahirkan Ilmuwan Berbasis Inovasi dan Standardisasi” yang akan disampaikan oleh Ketua Dewan Riset Nasional (DRN), Dr. Ir. Bambang Setiadi, IPU serta dilanjutkan dengan peresmian

Confusius Institute (Pusat Bahasa Mandarin). Dalam peringatan Dies Natalis tahun ini, UNS memberikan penghargaan kepada 11 alumni berprestasi dari masing-masing fakultas yang ada di UNS. Alumni tersebut dipilih melalui seleksi dan dinilai memiliki prestasi di bidangnya dan layak untuk memperoleh penghargaan. Dwi Hastuti

Foto : Humas/ Haryono

Capaian UNS di Usianya ke-43 Tahun

Suasana Kampus UNS yang berada di Kentingan saat malam hari

T

anggal 11 Maret 2019 ini, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tepat berusia 43 tahun. Banyak capaian yang telah diukir oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang berada di Kota Bengawan ini. Sekretaris Senat UNS, Prof Sahid Teguh Widodo mengatakan bahwa tiap tahunnya, pencapaian prestasi UNS diberbagai bidang mengalami peningkatan. “Sebagai contoh di bidang kemahasiswaan, prestasi mahasiswa UNS baik di tingkat nasional maupun internasional mengalami peningkatan. Prestasi

mahasiswa ini meliputi di bidang olahraga, kesenian, akademik dan masih banyak lagi,” terang Sahid. Sahid pun mencontohkan, mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UNS yang tergabung dalam Bengawan Team juga berjaya di kancah internasional dengan mobil listriknya. Kemudian paduan suara kebanggaan UNS, Voca Erudita juga berjaya di tingkat internasional. Beberapa waktu yang lalu, mahasiswa UNS juga berjaya di ajang Asian Para Games (APG) tahun 2018. Dua Mahasiswa UNS berhasil meraih 5 medali perak dan 1 medali perunggu.

Dua mahasiswa tersebut yaitu atlet para cycling, Sri Sugiyanti yang berhasil mendapat 3 medali perak dan 1 medali perunggu serta Ni Made Arianti Putri di Cabang Olahraga (Cabor) Atletik mendapat 2 medali perak. Lalu UNS juga menempati peringkat 10 besar Asian University Ranking (AUR) Indonesia versi Quacquarelli Symonds (QS) tahun 2019. Prestasi UNS yang masuk 10 besar AUR Indonesia ini menyamakan UNS dengan perguruan tinggi lain yang sudah senior dan sudah berstatus PTNBH. Tak hanya itu, UNS

juga meraih Bintang Tiga dari Quacquarelli Symonds (QS) Star University Rating 2018. QS Star University Rating UNS pada tahun 2018 ini naik menjadi bintang tiga dari sebelumnya bintang dua. Kemudian UNS juga meraih peringkat enam besar dalam bidang penelitian versi lembaga pemeringkat Schimago Institutions Rankings (SIR). SIR mengevaluasi akademis dan penelitian dengan tiga indikator gabungan berdasarkan kinerja penelitian, output inovasi dan dampak sosial. Lalu beberapa Program Studi (Prodi) telah berhasil meraih akreditasi internasional. Empat Prodi memperoleh sertifikasi ASEAN University NetworkQuality Assurance (AUN-QA) yaitu Prodi S1 Biologi FMIPA, Prodi S1 Manajemen FEB, Prodi S1 Teknik Mesin FT dan Prodi S1 Teknik Sipil FT. Sedangkan Prodi S2 Magister Manajemen (MM) FEB memperoleh akreditasi internasional dari The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow, a 21st century organization (ABEST21). Lalu dua orang Dosen UNS berhasil meraih penghargaan Academic Leader Tahun 2018 dari Kemenristekdikti RI yaitu Prof Ravik Karsidi, sebagai Dosen, Guru Besar Sosiologi

Pendidikan FKIP yang sekaligus mendapat tugas tambahan sebagai Rektor PTN BLU dan Agus Purwanto dosen Fakultas Teknik (FT) UNS. Tenaga Kependidikan Hagung Rihanjoyo menjadi Juara 3 di ajang Pemilihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Diktendik) Berprestasi Kemenristekdikti 2018 untuk kategori Pengelola Keuangan. Kemudian mendapatkan penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2018 dari Komisi Informasi Pusat (KIP). UNS menjadi salah satu dari 18 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang mendapat Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2018 untuk kategori Cukup Informatif serta meraih peringkat Perak Standar Nasional Indonesia (SNI) Award dari Badan Standarisasi Nasional (BSN). Sedangkan di bidang riset dan publikasi ilmiah di jurnal yang bereputasi internasional, terus mengalami peningkatan. Kemudian dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM) nya, jumlah doktor yang dimiliki UNS juga terus mengalami peningkatan. Saat ini, jumlah doktor di UNS sudah hampir mencapai 40 persen, sedangkan sisanya masih banyak yang sedang proses meraih gelar doktor. Dwi Hastuti


FOKUS UTAMA

SEBELASMARET

Foto: uns.ac.id

Mengenang Sejarah UNS

Kebeningan matahari pagi tanggal 11 Maret 1976, hari Kamis Kliwon, menambah cerah dan semaraknya sepanjang jalan tengah alun-alun utara Solo hingga sampai di Siti Hinggil. Hiasan warna warni dari kain dan janur, permadani merah bersih yang tergelar mulai dari Pegelaran sampai di Siti Hinggil dan terpugarnya wajah bangunan Siti Hinggil sendiri, menjadikan tempat upacara.” (Abu Alim Masykuri, 1977) Pada 11 Maret pukul 10.00 WIB, dengan dibacanya Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang pembukaan “Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret”, maka Universitas Sebelas Maret (UNS) resmi berdiri sebagai Perguruan Tinggi Negeri di Solo. Pemandangan yang meriah meramaikan peresmian universitas negeri yang telah ditunggu kelahirannya sejak lama itu. Cikal bakal UNS sendiri dapat dirunut jejaknya dari 1950-an. Pada masa itu, Solo telah

memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah universitas negeri sendiri, mengingat kota lain telah memiliki universitas yang umurnya bahkan telah mencapai puluhan tahun. Namun, akibat perang, penyatuan pemerintahan, kekeruhan arus politik, ekonomi rakyat rusak, dan lain-lainnya, universitas negeri di Solo belum dapat diwujudkan. Seperti yang dikutip dari https://uns.ac.id/id/tentang-uns/ sejarah-uns, pada tahun 1953, setelah semua kekacauan berakhir, timbul keinginan mewujudkan universitas itu kembali. Hal ini mengingat Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa asli, serta terdapat potensi yang besar di lapangan perguruan, baik tenaga pengajar dan siswanya. Panitia pendirian universitas pun dibentuk, dengan ketua Mohammad Saleh, Walikota Solo saat itu. Hanya saja, usaha ini gagal sebelum sempat dimulai. Penyebabnya adalah tidak adanya sumber keuangan baik dari

SEBELASMARET @semarnews Koran Sebelas Maret mediasebelasmaret@yahoo.com

pemerintah daerah dan pusat, timbulnya keinginan sementara golongan untuk mendirikan universitas swasta secara sendirisendiri, dan kurang mendapat simpati beberapa orang dari Universitas Gajah Mada. Adanya hambatan dan pembangunan yang sedang dilakukan di Kota Solo membuat gagasan pendirian itupun lenyap. Hal itu ditambah pula dengan kegaduhan politik antarpartai yang berebut kekuasaan di pemerintahan. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1963, mendadak muncul Universitas Kota Praja Surakarta (UPKS). Universitas ini diinisiasi oleh pemerintah daerah kala itu, yang dipimpin oleh Utomo Ramelan. Di masa ini pula, Partai Komunis tengah tumbuh dengan baik. Berbagai lini kehidupan juga terpengaruh keadaan itu. Begitu pula dengan UPKS, ilmu tentang sosialisme berkembang di dunia pendidikan universitas. Umur universitas ini juga tidak lama. Saat peristiwa G30 S pecah

di Indonesia, universitas ini pun akhirnya terkubur karena semua hal yang berbau sosialisme/ komunisme kemudian dilarang. Gagasan pendirian universitas muncul lagi pada 11 Januari 1968, saat R. Kusnandar menjadi Walikota atau Kepala Daerah Kota Madya Surakarta. Ia pun membentuk panitia pendirian universitas. Hanya, seperti panitia yang terbentuk sebelumnya, panitia inipun gagal. Latar belakang kegagalan ini juga masih sama dengan sebelumnya, yaitu pemerintah pusat waktu itu tidak dapat membiayai pendirian universitas negeri di Solo serta keuangan daerah Solo ketika itu juga tidak mampu untuk membiayainya. Di saat yang hampir bersamaan, pada 1966, Universitas Nasional Saraswati pun mengajukan dirinya untuk menjadi universitas negeri. Hal itu diperbolehkan oleh menteri. Kemudian, beserta universitas swasta dan kedinasan lainnya,

EDISI FEBRUARI 2019

03

sekumpulan universitas ini menjadi satu universitas baru bernama Universitas Gabungan Surakarta (UGS). Pada 1 Juni 1975, delapan universitas yang tergabung dalam UGS resmi didirikan. Kedelapan universitas itu adalah STO Negeri Surakarta, PTPN Veteran Surakarta, AAN Saraswati, Universitas Cokroaminoto, Universitas Nasional Saraswati, Universitas Islam Indonesia Cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945 Cabang Surakarta, dan Institut Jurnalistik Indonesia Surakarta. Pada penghujung Desember 1975, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan meninjau UGS dan memastikan bahwa pada 11 Maret 1976, UGS akan di-“negerikan.” Selanjutnya, UGS akan digabung dengan perguruan tinggi negeri dan swasta lain untuk membentuk universitas negeri di Solo. Perguruan tinggi tersebut adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri, Sekolah Tinggi Olahraga, Akademi Administrasi Niaga Negeri yang sudah diintegrasikan ke Akademi Administrasi Niaga Negeri di Yogyakarta, Universitas Gabungan Surakarta, Fakultas Kedokteran P. T. P. N. Veteran cabang Surakarta. Universitas tersebut terdiri atas 9 fakultas, yaitu: Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastera Budaya, Fakultas Sosial Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian serta Fakultas Teknik. Dengan tuntasnya persiapan, akhirnya Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret resmi berdiri pada 11 Maret 1976. Sejak tahun 1977, UNS memiliki kampus induk terpadu di Kentingan, Jebres, Surakarta seluas lebih dari 60 hektare yang diperoleh dari Walikota Surakarta melalui Surat Keputusan Walikota Surakarta tanggal 18 Oktober 1976 nomor 238/Kep/T3/1976. Dalam perkembangannya, pada tahun 1982 nama dan singkatan Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret Surakarta (UNS Sebelas Maret), ditetapkan menjadi Universitas Sebelas Maret yang disingkat UNS. Perubahan nama dan singkatan ini diresmikan dengan Keputusan Presiden RI No. 55 Tahun 1982. Dwi Hastuti

Pelindung: Rektor UNS Penasehat: Prof. Widodo Muktiyo Pemimpin Redaksi: Andre Rahmanto Wakil Pemimpin­Redaksi: Deniawan Tommy Redaktur: ­Dwi Hastuti ­Reporter: Dwi Hastuti Desain Grafis: Caesar Candra M Sekretaris Redaksi: Lidyasari Rahmawati Alamat: Kantor Humas dan Kerjasama UNS Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta Percetakan: PT. Putra Nugraha Wartawan Sebelas Maret dibekali kartu pers selama bertugas dan dilarang menerima uang maupun barang dari sumber berita.


04 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

KOMUNITAS

SEMARAK INSPIRASI

UKM INKAI UNS Gelar Event Internasional

D

Foto: Dokumentasi

alam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ke-43, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Institut KarateDo Indonesia (INKAI) akan kembali menggelar kejuaraan karate antar mahasiswa se-Asia Tenggara pada 8-10 Maret 2019 di GOR Sritex Arena Surakarta, Jawa Tengah. Kejuaraan karate atau Sebelas Maret (Semar) Cup ini memasuki kali ke-11 dalam penyelenggaraanya yang dilakukan setiap dua tahun sekali untuk memperebutkan Piala Bergilir Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti). Kejuaraan ini merupakan sarana pengembangan prestasi dan sebagai tolak ukur untuk menilai perkembangan teknik karate di kancah Internasional, khususnya di kalangan mahasiswa. Ketua penyelenggara Semar Cup

XI, Rizki Mica Saputra mengatakan sebanyak 17 kelas akan kembali dipertandingkan. Kelas tersebut terbagi menjadi dua kategori yaitu kelas seni (kata) dan kelas tanding (kumite) dengan total hadiah hingga jutaan rupiah. Pada ajang ini panitia tidak membatasi peserta hanya dari Asia Tenggara. “Kejuaraannya masih sama tingkat Asia Tenggara, tapi kami juga membuka kesempatan untuk kontingen di luar Asia Tenggara,” ujar Mica. Sementara itu, Ketua UKM INKAI UNS, Ratih Astari menambahkan bahwa event Semar Cup ini merupakan kegiatan terbesar yang diselenggarakan oleh UKM INKAI UNS tiap dua tahun sekali. “Iya ini merupakan event terbesar kita dan karena rutin dua tahunan maka Gelaran Semar Cup ini senantiasa ditunggu-tunggu oleh perguruan tinggi lain yang ingin ikut,” kata Ratih. Dwi Hastuti

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) INKAI UNS berdiri pada tahun 1976. Dalam perkembangannnya UKM ini pernah mengalami masa vakum pada tahun 19921994, namun aktif kembali pada tahun 1995. Hal ini dikarenakan kepedulian dan kecintaan para pendiri terhadap olahraga karate dan UKM ini. Pada awal kebangkitan dan pembenahan organisasi yang terus dilakukan, UKM INKAI UNS langsung ditunjuk sebagai panitia kejuaraan INKAI se-Surakarta pada tanggal 23-24 November 1996. Pada tahun berikutnya INKAI UNS resmi melantik kepengurusan barunya dengan Eko Warsito

sebagai ketua pada waktu itu. Berdasarkan event besar pada tahun 1996, prestasi lain berturutturut diraih oleh INKAI UNS. Seperti penyelenggaraan turnamen Sebelas Maret Cup (Semar Cup) pertama pada tanggal 2-21 Maret 1999, sampai sekarang turnamen ini menjadi kejuaraan tingkat nasional dan agenda dua tahunan PB FORKI. Kini dengan prestasi dan sumber daya manusia yang berprestasi dan mampu bersaing menjadikan INKAI UNS semakin menjadi UKM olahraga yang diperhitungkan di UNS dan juga masyarakat luas. Dwi Hastuti

Foto: Dokumentasi

Kantongi Banyak Prestasi

Foto: Dokumentasi

Prestasi UKM INKAI UNS tahun 2018


OPINI

SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

05

Peran UNS dalam Program Restorasi Gambut di Indonesia Oleh: Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian (FP)

Foto: Dokumentasi Pribadi

Foto : Nanang Sujana/CIFOR

eksarusdiyana@staff.uns.ac.id

I

ndonesia merupakan negara yang berada pada urutan ke empat yang memiliki luas lahan gambut terluas di dunia setelah Kanada, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Dengan luas kepemilikan lahan gambut yang mencapai lebih dari 17,2 juta hektar, Indonesia pernah memiliki pengalaman yang kurang baik dalam mengelola lahan gambut. Tahun 1995 pemerintah Indonesia pernah membuka lahan gambut secara masif untuk kegiatan perkebunan, pertanian maupun pemukiman. Akibatnya lahan gambut yang berfungsi sebagai lahan penyangga mulai kehilangan

peranya tersebut. Bencana kebakaran lahan gambut di musim kemarau menjadi bencana tahunan yang harus dihadapi, selain merusak lingkungan, kesehatan dan mengganggu dunia penerbangan juga menyebabkan terganggunya hubungan bilateral Indonesia dengan negara tetangga. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya pengelolaan lahan gambut yang baik antara lain dilakukan dengan meningkatkan upaya konservasi lahan gambut. Dalam rangka merestorasi lahan gambut di Indonesia, Badan Restorasi Gambut (BRG) menggandeng beberapa mitra universitas termasuk Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk ikut berperan dalam program tersebut. Sejak terlibat aktif mulai tahun 2017, UNS terlibat dalam 2 agenda utama yaitu riset paludikultur yang bertujuan untuk menemukan tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan gambut, serta riset analisis pendapatan masyarakat di lahan gambut yang bertujuan menemukan alternatif mata pencaharian masyarakat yang pro terhadap kelestarian lahan gambut. Tim paludikultur terdiri atas Prof. Dr. Ir. Suntoro, MS, Prof.Dr. Bambang Pujiasmanto, MS., Prof. Dr. Supriyono, MS, Prof. Dr. Samanhudi, MS, Dwi Priyo Ariyanto, S.P., M.Sc, Ph.D.

Ir.Sumarno, MS, Hery Widijanto, S.P., M.S., dan Dr. Agr. Rahayu, M.S. Sedangkan tim riset analisis pendapatan terdiri atas Dr.Joko Sutrisno, M.P., Dr.Agr.Sc Ernoiz Antriyandarti, Prof.Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS, Nuning Setyowati, S.P., M.Sc, Isti Khomah, S.P., M.Si, serta Eksa Rusdiyana, S.P., M.Sc. Revitalisasi lahan gambut bisa dilakukan dengan cara menemukan alternatif usaha tani non sawit dan non karet dengan menemukan komoditas lain yang sesuai dengan lahan gambut. Pengembangan mata pencaharian lain selain sawit dan karet diharapkan bisa mengurangi atau bahkan mengalihkan petani lahan gambut pada aktifitas pertanian lain yang lebih ramah lingkungan. Pilot project paludikultur UNS dilakukan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau, sedangkan pilot project analisis mata pencaharian masyarakat selain dilakukan di Desa Merbau, juga dilakukan di Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan. Program restorasi lahan gambut ini juga didukung dengan KKN UNS yang bertema restorasi lahan gambut di Desa Merbau yang terdiri atas 7 mahasiswa. Berdasarkan riset paludikultur ditemukan sejumlah varietas tanaman yang sesuai dengan karakteristik lahan gambut (lahan gambut dangkal, sedang dan dalam) antara lain tanaman kopi liberika, nanas, serta tanaman pinang. Sedangkan jenis tanaman

lain seperti kelapa, pisang, karet kurang bisa berkembang baik karena lahan yang kurang sesuai maupun tantangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti monyet, babi hutan, tikus dan OPT lainnya. Selanjutnya dalam rangka mempersiapkan pasca panen dari komoditas paludikultur yang dikembangkan, tim UNS juga memberikan pelatihan pengolahan pasca panen seperti pelatihan pembuatan manisan nanas kering dan basah, serta keripik singkong balado. Selain mengaktifkan kelompok wanita, tim riset UNS juga memfasilitasi terbentuknya kelompok tani lahan gambut Merbau Jaya yang beranggotakan lebih dari 50 petani di Desa Merbau. Dalam pengembangan

kelompok tani, tim UNS bersinergi dengan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) Kecamatan Bunut, Dinas Pertanian dan Dinas Perkebunan. Pada aspek penguatan kelembagaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), tim riset UNS bersinergi dengan fasilitator dari Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal. Apresiasi yang diberikan BRG terhadap kinerja dan peran UNS dalam program restorasi gambut di Riau diharapkan dapat memacu UNS untuk terus meningkatkan perannya dalam riset maupun pengabdian masyarakat berbasis pelestarian lingkungan. (***)

Redaksi menerima kiriman artikel berupa opini atau tulisankenangan seputar kampus UNS dari segenap civitas akademika UNS. Kirimkan artikel anda melalui Email: dwihastuti146@gmail.com WA: 085647207865


06 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

KABAR

SEBELAS MARET – Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof Ravik Karsidi secara resmi mengabadikan nama Gusti Pangeran Haryo (GPH) Haryo Mataram sebagai nama Gedung Auditorium UNS, Rabu (20/2/2019). Dalam sambutannya, Prof Ravik Karsidi mengatakan pemberian nama GPH Haryo Mataram sebagai nama gedung Auditorium UNS karena beliau merupakan salah satu tokoh sejarah yang berjasa bagi UNS. GPH Haryo Mataram adalah Rektor pertama UNS. Beliau menjabat pada periode 1976-1977. Selama setahun bertugas, kiprah beliau di antaranya sukses mengkonsolidasikan Fakultas Universitas lama dengan pejabat eks Universitas Gabungan Surakarta (UGS) seperti Fakultas Kedokteran dengan PTPN dan Fakultas Pertanian dengan Universitas Nasional Saraswati karena masing-masing fakultas tersebut masih berada di tempat lama. Kemudian kedua, adalah keberhasilan beliau membentuk Statuta Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret

pada 14 Mei 1976. Pada awal berdirinya, berdasar Keppres No. 10 Tahun 1976 Tentang Pendirian Universitas Negeri Surakarta Sebelas Maret Ps.1 terdapat sembilan Fakultas yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan, Fakultas Sastra Budaya, Fakultas Ilmu Politik, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Teknik. Haryo Mataram juga dikenal sebagai seorang akademisi yang ahli di bidang ilmu hukum humaniter. Beliau pernah menempuh pendidikan hukum di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1956. Semasa muda, putra Paku Buwono X ini juga pernah mengikuti Akademi Militer pada 1948. Beliau kemudian menjabat sebagai staf ahli di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Jakarta. Sederet buku tentang Hukum Humaniter telah beliau tulis. Di antaranya, “Bunga Rampai Hukum Humaniter (Bumi Nusantara Jaya, 1988), “Hukum Humaniter dengan Doktrin Hankamrata” (Universitas Negeri Solo Press, 1990), “Beberapa Perkembangan dalam Hukum Internasional”

Foto: Humas/ Haryono

GPH Haryo Mataram Diabadikan Jadi Nama Gedung Auditorium UNS

Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi saat mengabadikan nama Gusti Pangeran Haryo (GPH) Haryo Mataram sebagai nama Gedung Auditorium UNS, Rabu (20/2/2019).

(UNS Press, 1990), dan “Hukum Humaniter: Kumpulan Tulisan” (Pusat Studi Hukum Humaniter FH Usakti, 1999). Dengan pemberian nama ini, Ravik berharap agar generasi mendatang tidak akan “kepaten obor” (bahasa Jawa: terputusnya silaturahmi) yang berakibat generasi UNS dapat menjadi buta

terhadap sejarahnya sendiri. “Kalau kelak UNS dikelola oleh siapa saja yang tidak paham terhadap sejarah UNS maka akan susah mencari kebanggaan pada dirinya sendiri karena buta sejarah. Kalau tidak punya kebanggaan diri bagaimana kita bisa melaksanakan kewajiban membawa UNS kearah yang lebih

baik,” ungkapnya seperti yang dikutip dari uns.ac.id. Lebih lanjut, Ravik mengatakan pemberian nama ini juga dilakukan semata-mata untuk memberikan penghormatan kepada para pendahulu yang secara sah merupakan bagian dari sejarah UNS. Dwi Hastuti

Foto: Humas/ Haryono

Perkuat Kampus Benteng Pancasila, UNS Dirikan Klenteng

Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi saat peletakan batu pertama pembangunan klenteng di lingkungan kampus UNS pada Kamis (24/1/2019).

SEBELAS MARET – Dalam rangka memperkuat komitmen Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sebagai kampus benteng Pancasila, UNS bersama Majelis Khonghucu Indonesia (MAKIN) Kota Surakarta secara resmi menggelar prosesi peletakan batu pertama pembangunan klenteng di lingkungan kampus UNS pada Kamis (24/1/2019). Lokasi pembangunan klenteng bernama “Sinar

Kebajikan” Kongchu Bio tersebut berdekatan dengan vihara, gereja dan pura di dalam kompleks kampus. “Pembangunan klenteng merupakan perwujudan UNS sebagai kampus Benteng Pancasila dan toleransi antar umat beragama. Pembangunan klenteng kita targetkan selesai Maret 2019. Mudah-mudahan cepat selesai pembangunannya. Tidak terlalu besar ukurannya

10x10 meter persegi. Pembangunan klenteng ini menelan anggaran hingga Rp 700 juta. Anggaran tersebut berasal dari sumbangan komunitas Tionghoa Solo,” ujar Ravik di selasela acara. Ravik menambahkan, dengan dibangunnya klenteng ini, UNS menjadi kampus pertama di Indonesia yang menyediakan tempat ibadah untuk 6 agama. Sebagai rektor, Ravik memberi

kesempatan kepada semua pemeluk agama di Indonesia yang menempuh kuliah di UNS untuk memanfaatkan tempat ibadah yang ada. Sebelumnya keberadaan klenteng sebagai tempat ibadah penganut agama Khonghucu di lingkungan UNS memang belum tersedia. Namun, dengan melihat jumlah mahasiswa dan mahasiswi yang beragama Khonghucu meningkat setiap tahun, maka pembangunan

klenteng di lingkungan UNS segera direalisasikan. Dengan berdirinya klenteng di UNS ini, dapat menjadi contoh bagi perguruan-perguruan tinggi lain untuk meniru komitmen UNS sebagai kampus benteng Pancasila. Menurut Ravik, sampai saat ini belum ada satupun perguruan tinggi negeri di Indonesia yang mampu melengkapi tempat ibadah bagi mahasiswa dan mahasiswinya selengkap di lingkungan UNS. Dwi Hastuti


AGENDA

SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

07

Foto: Humas/ Haryono

Rektor UNS Beserta Jajaran Kunjungi KKN di Ngawi

Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi saat melakukan monitoring dan evaluasi Program KKN di Ngawi, Jawa Timur.

SEBELAS MARET--- Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Ravik Karsidi beserta jajarannya mengunjungi mahasiswa yang mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Ngawi pada Selasa (26/2/2019). Kunjungan ini

sekaligus menandai KKN mahasiswa UNS periode JanuariFebruari 2019 di Kabupaten Ngawi akan berakhir pada 28 Februari besok. Dalam sambutannya, Wakil Rektor 1 UNS, Prof Sutarno mengatakan saat ini UNS mengirim

mahasiswa KKN di Kecamatan Karanganyar sebanyak 97 Mahasiswa yang tersebar di 7 desa terdiri dari 10 kelompok. Tema KKN di kecamatan ini adalah Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan dengan Meningkatan Potensi Alam dan Keterampilan serta Ekonomi Kreatif Masyarakat

Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Selama 45 hari di lokasi KKN, mahasiswa UNS melakukan berbagai kegiatan. Diantaranya Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos dengan Campuran Seresah Daun Jati. Lalu Tata Kelola Desa Berbasis Kuliner, Perencanaan Desain Taman Desa dan Jalan Poros Desa, Signage Petunjuk Arah Desa, Pondok Belajar, Sosialisasi Program Cuci Tangan, Pelatihan pembuatan Tempat Jarum dengan memanfaatkan kain bekas, Bulan Sehat ( Senam Lansia), Tata Kelola Desa Hutan dan Ekonomi Kreatif serta Kerja Bakti Penanggulangan Penyakit DBD. “Melalui kegiatan KKN ini, mahasiswa bisa berlatih hidup di tengah-tengah masyarakat. Mahasiswa juga bisa belajar dengan masyarakat. Sehingga setelah lulus nanti para mahasiswa tidak canggung lagi ketika harus hidup di tengah -tengah masyarakat, “ kata Sutarno. Sutarno berharap semoga program-program yang dijalankan oleh mahasiswa KKN UNS di Kecamatan Karanganyar, Ngawi ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat. “Dan setelah ditarik nanti,

bukan berarti hubungan dengan UNS putus. Kita berharap kedepan bisa mengirim KKN kesini lagi dan tentunya apa yang bisa dikerjasamakan dengan UNS bisa dikomunikasikan dan disampaikan. UNS siap membantu jika memang dibutuhkan dan semoga programprogram yang dijalankan bisa bermanfaat untuk masyarakat, “ ujarnya. Sementara itu, Bupati Ngawi yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Ngawi, Mas’ud mengatakan bahwa Kecamatan Karanganyar adalah wilayah kecamatan baru di Ngawi yang merupakan gabungan antara Kecamatan Witu dan Kecamatan Mantingan, terdiri dari 7 desa. “Kami sangat senang ada mahasiswa KKN karena mereka memberikan pendampingan terhadap warga mulai dari cara mengolah hasil alam dan pendampingan kegiatan lainnya. Semoga yang telah diberikan mahasiswa KKN ini bisa menjadi usaha baru warga sehingga bisa mengurangi angka pengangguran dan diharapkan bisa meningkatkan perekonomin masyarakat,” kata Mas’ud. Dwi Hastuti

Foto: uns.ac.id

FISIP UNS dan Kominfo RI Agendakan Kegiatan FIRAL 2019

Jajaran Dekanat FISIP UNS bersama jajaran dari Kominfo RI berfoto bersama saat kunjungan ke UNS.

SEBELAS MARET--Sebagai upaya memberikan pemahaman penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang baik dan upaya mendukung suksesnya Pemilihan Umum (Pemilu) Bulan April 2019 mendatang, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI akan melaksanakan kegiatan Festival Literasi Digital (FIRAL) di tiga kota yaitu Solo, Yogyakarta dan Jambi pada bulan Februari 2019. Kegiatan di Solo, Kominfo akan menggandeng Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dalam penyelenggaraan FIRAL 2019 ini. Sebagai langkah awal penyelenggaraan, telah

dilaksanakan koordinasi sekaligus survey lokasi di FISIP UNS pada Jumat (1/2/2019) di ruang tamu Dekanat, yang dihadiri oleh Jajaran Dekanat, Kaprodi Ilmu Komunikasi, Deputi Humas UNS, beberapa dosen dari Prodi, empat pejabat/staf dari Kominfo dan satu relawan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Niken Satyawati. Beberapa hal telah dibahas terkait format kegiatan, jadwal pelaksanaan dan penyediaan sarana prasarana yang akan digunakan serta pembiayaan atas kegiatan yang dilaksanakan tersebut. Menurut Aris Kurniawan, salah satu wakil dari Kominfo RI, kegiatan FIRAL 2019 ini merupakan

salah satu komitmen bersama untuk melakukan kampanye tentang literasi digital. “Ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar bijak dalam penggunaan media sosial. Hal ini salah satunya dilatarbelakangi oleh adanya fenomena Pesatnya pertumbuhan penggunaan TIK dan Internet yang tidak diimbangi dengan literasi digital,” terang Aris. Sehingga penggunanya dapat membuka ruang yang lebih luas untuk meningkatnya konten negatif seperti radikalisme daring, jejaring teroris daring, berita palsu/hoax, penipuan, ujaran kebencian dan perundungan di dunia siberlcyberbullying. Dwi Hastuti

Kompetisi Artefac UNS 2019 Sediakan Hadiah Total Rp 50 Juta SEBELAS MARET – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menggelar serangkaian kegiatan bertajuk Art and Sport Appreciation by Economic and Business Faculty (Artefac UNS) untuk memeriahkan peringatan Dies Natalis UNS ke-43. Tidak hanya konser musik, perhelatan ini juga akan dimeriahkan berbagai kompetisi berhadiah total lebih dari Rp 50 juta.

Dalam rilis yang diterima redaksi, Senin (11/01/2019), Artefac tahun ini mengusung tema “The Leisure of Artefac UNS: Sweet Escape in Summer”. Tema tersebut bermakna pelarian yang indah dan manis di musim panas. Pelarian yang manis di musim panas mewakili Artefac UNS 2019 sebagai ajang untuk berkompetisi dengan semangat dan ceria antar peserta perlombaan. Kegiatan Artefac UNS ini akan diawali dengan upacara

pembukaan pada Minggu, 10 Maret 2019 di Balai Kota Surakarta. Kemudian dilanjutkan dengan serangkaian kompetisi olahraga dan seni yang diselenggarakan pada 9-22 Maret 2019. Di bidang olahraga, kompetisi basket untuk Fakultas Ekonomi seIndonesia dan SMA se-Solo Raya akan diadakan pada 9-17 Maret 2019 di GOR UNS. Dilanjutkan kompetisi futsal untuk Fakultas Ekonomi se-Indonesia dan SMA se-Solo Raya pada 17-22 Maret

2019 di Sritex Arena. Selain itu, diadakan pula K-Pop Dance Cover Competition untuk umum pada 17 Maret 2019 di Hartono Mall Solo. Sementara di bidang seni, akan diselengarakan kompetisi tari se-Indonesia pada 16 Maret 2019 di Hartono Mall Solo, Monologue Competition untuk mahasiswa dan pelajar SMA se-Indonesia pada 18-21 Maret 2019 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah dan kompetisi band untuk umum pada 22 Maret 2019 di The Park Mall

Solo Baru. Artefac akan ditutup dengan konser musik pada 23 Maret 2019 di YONIF 413 Bremoro, Palur dengan menghadirkan sederet musisi ternama seperti Tulus, Hivi dan Reality Club. Informasi lebih lengkap, bisa dilihat melalui laman resmi Artefac, www.artefacfebuns. com. Dwi Hastuti


08 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

PERSONA

Berjuang untuk Bangsa lewat Olahraga Dr Sapta Kunta Purnama

M

enjadi pahlawan untuk bangsa dan negara ini tidak harus dengan mengangkat senjata. Dr Sapta Kunta Purnama yang saat ini menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memilih berjuang untuk bangsa lewat olahraga. Kepada wartawan, Kunta mengaku sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), ia sudah suka dengan olahraga khususnya bulu tangkis. Kunta pun bisa meraih prestasi hingga di tingkat Provinsi Jawa Tengah. “Hanya saja saat

itu untuk menjadi atlet bulu tangkis persaingan sangat ketat sehingga untuk menjadi atlet kemungkinannya sangat kecil, “ ujar Kunta. Sehingga Kunta memilih untuk menjadi pelatih. Karena perjuangan di bidang olahraga itu tidak hanya dengan menjadi atlet namun bisa menjadi seorang pelatif. Hingga akhirnya setelah lulus dari SMA, Kunta memperoleh beasiswa ikatan dinas dari pemerintah dan memilih Prodi Pendidikan Olahraga di FKIP UNS. Saat menjadi mahasiswa yaitu tahun 1989, Kunta menjadi pelatih bulu tangkis di NPC Indonesia. “Dan Alhamdulillah setelah lulus dari UNS saya langsung diterima menjadi dosen di UNS. Tahun 1993 saya mulai mengajar di FKIP

UNS, “ kata Kunta. Kemudian tahun 1995, Kunta memperoleh kesempatan untuk studi Magister di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Lantaran studi lanjut di Jakarta, Kunta memiliki akses ke Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Banyak ide-ide cemerlang dari Kunta yang dipakai oleh Kemenpora terkait dengan bagaimana pengembangan bakat untuk para atlet, pemanduan bakat dan lain sebagainya. Setelah lulus magister, Kunta kembali ke Solo untuk mengajar di Prodi POK FKIP UNS. Kemudian, Kunta juga aktif di Bidang Pembinaan Prestasi di IPSI Jawa Tengah, Kemudian di Bagian Litbang PBSI Jawa Tengah, Bidang Pembinaan Prestasi KONI Solo dan di Bidang

Pembinaan Prestasi PBSI Kota Surakarta. Kemudian di tahun 2008, Kunta kembali studi lanjut mengambil program doktor di UNJ. Lantaran desertasinya tentang bulu tangkis, ketika lulus Kunta pun ditunjuk untuk menjadi pengurus PBSI Pusat. Sampai sekarang, Kunta masih aktif membantu di PBSI Pusat dan berharap perannya bisa membuat organisasi PBSI semakin maju. Dan saat ini, Kunta juga aktif menjadi Tim Teknis Kemenpora. Harus Bisa Dipertanggungjawabkan Bagi Kunta, gelar yang sudah melekat pada dirinya harus bisa dipertanggung jawabkan. Begitu juga ketika dirinya harus mengambil doktor di tahun 2008,

Kunta harus siap menerima segala konsekuensinya. Karena menjadi seorang doktor itu dianggap sebagai pakar sehingga ide serta pemikirannya tidak boleh menyesatkan publik. “Jadi tidak hanya memiliki gelar doktor begitu saja, melainkan ketika saya bergelar doktor ini maka harus melekat tanggung jawab didalamnya,” imbuhnya. Dan ketika ditanya kapan Kunta mempersiapkan diri untuk melengkapi persyaratan meraih gelar guru besar? Kunta pun tak ingin terburu-buru karena memang ketika menjadi guru besar itu memiliki konsekuensinya yang besar pula. Dwi Hastuti

Bisa Bagi Waktu

T

idak hanya sebagai dosen di Fakultas Keolahragaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, namun Dr Sapta Kunta Purnama juga memiliki segudang aktifitas di organisasi keolahragaan. Meski demikian, Kunta yang juga diamanahi sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS ini tetap memiliki waktu dengan keluarganya. Apalagi saat ini, putra pertamanya harus kost di Yogyakarta lantaran harus menimba ilmu di UGM. Tak heran, Kunta bersama istri dan anak keduanya sering main ke Yogyakarta.

“Jadi saya sering ke Yogyakarta juga, bahkan nginap di sana. Bersama keluarga ya ngobrol-ngobrol bareng sambil menanamkan nilai-nilai positif terhadap anak-anak,” katanya. Meski Kunta dan istrinya ini memiliki ketertarikan di bidang Olahraga, namun tidak untuk kedua putranya. Putra pertamanya lebih cinta dengan dunia musik sedangkan putra kedua yang masih duduk di bangku SMA lebih suka dengan kegiatan kepanduan. “Istri saya itu dulunya atlet panahan. Meski demikian kami tidak memaksa anak untuk jadi atlet. Kami membebaskan yang

penting positif dan taat azas,” ujar suami dari Indriyani ini. Berkat didikannya sejak kecil yang senantiasa sesuai azas, kedua putranya senantiasa mematuhi peraturan yang ada. Sebagai contoh ketika duduk di bangku SMA yang usianya belum mencapai 17 tahun, maka kedua putranya ini tidak diijinkan untuk mengendarai sepeda motor. “Dan anak-anak juga manut, mereka lebih suka naik sepeda ke sekolah dan itu diteruskan sampai ketika anak pertama di bangku perkuliahan, yaitu lebih suka naik sepeda,” katanya. Dwi Hastuti

Foto: Dok. Pribadi

Perjuangkan Kesetaraan untuk Atlet Disabilitas

B

Foto: Dokumentasi.

ersama dengan timnya di National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Dr Sapta Kunta Purnama bertekat untuk memperjuangkan kesetaraan hak untuk atlet disabilitas dengan atlet yang normal. Dan ternyata usaha yang dilakukan Kunta bersama rekan-rekannya di NPC Indonesia pun membuahkan hasil. Karena setelah tahun 2011, pemerintah mulai memperhatikan para atlet disabilitas. Bahkan para atlet disabilitas ini diperlakukan sama dengan atlet normal lainnya. Tentunya hal itu membuat Kunta dan teman-temannya lega karena hak semua atlet disamakan. Kepada wartawan Kunta menceritakan bahwa di tahun 1989 saat dirinya menjadi pelatih di NPC Indonesia untuk Cabang Olahraga Bulutangkis, keberadaan atlet disabilitas beserta pelatihnya kurang begitu diperhatikan. Tak sedikit bagi para pelatih harus merogoh kantong sendiri untuk mengikuti kompetisi di luar negeri karena tidak adanya anggaran. Namun berkat perjuangan yang dilakukan oleh Kunta dan Tim

NPC Indonesia, akhirnya bisa disetarakan. “Ya kira-kira mulai tahun 2011 keberadaan atlet disabilitas mulai diperhatikan. Kesetaraan ini mulai dari pembinaan, bonus dan lain sebagainya,” katanya. Dan prestasi yang diraih oleh para atlet disabilitas di Indonesia sangat membanggakan. Setelah 25 tahun Indonesia terpuruk di Asian Para Games (APG), saat APG di Nyanmar tahun 2013 berhasil memperoleh gelar juara umum. Kemudian APG di Nyanmar bisa juara umum. Tahun 2015, APG di Singapura, Indonesia berhasil juara 2. Lalu APG tahun 2017 di Malaysia, Indonesia meraih juara umum dan tahun 2018 kemarin saat APG di gelar di Indonesia meraih juara 5. “Jadi kami sebagai pengurus NPC Indonesia itu bangga jika melihat para atlet disabilitas di Indonesia ini bisa mengharumkan nama negeri ini. Dan para atlet disabilitas yang memperoleh emas, perak atau perunggu ini memperoleh bonus sama dengan atlet yang normal. Bahkan mereka juga memperoleh kesempatan untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan memperoleh rumah,” kata Kunta. Dwi Hastuti


RAGAM

SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

Foto: uns.ac.id

Prodi Sastra Indonesia Terima Kunjungan dari Thailand

09

Dekan FIB UNS, Prof Riyadi Santosa saat menerima kunjungan dari Thailand.

SEBELAS MARET--Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menerima tamu kunjungan dari Jurusan Bahasa Melayu Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Fatoni, Thailand di Ruang Seminar FIB, Kamis (24/1/2019). Kunjungan ini dalam bentuk studi banding tentang Prodi, kurikulum, dan sistem pembelajaran. Kegiatan studi banding ini bertujuan untuk memberikan pengalaman dan wawasan baru tentang berbagai bidang dan aktivitas akademik baik pembelajaran, kurikulum, dan

hal-hal yang terkait dengan sastra Indonesia Rombongan dari Univeritas Fatoni, Thailand berjumlah 30 orang terdiri dari dosen dan mahasiswa yang berasal dari kelas konsentrasi bahasa Indonesia. Dipimpin oleh Kepala Program Studi (Kaprodi) Bahasa Melayu Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Fatoni, Thailand, KunAres Tawandorloh. Rombongan diterima dengan baik oleh Pimpinan FIB, Kaprodi Sastra Indonesia dan dosen dijajarannya serta pimpinan administrasi di FIB. Dalam sambutannya, Kaprodi Sastra Indonesia FIB UNS, Rr. Chattri Sigit Widyastuti

mengungkapkan bahwa silaturahmi tidak hanya di bidang akademik, tetapi ke depan juga untuk menjalin kerja sama, baik kolaborasi penelitian, pengabdian, ataupun bidang lain. Misalnya pertukaran pelajar atau transfer kredit dan pertukaran tenaga pengajar. “Prodi Sastra Indonesia FIB UNS berdiri sejak 1976 bersama dengan lahirnya UNS. Hal ini menjadikannya ujung tombak dan pengembangan sastra Indonesia melalui program-program yang dimiliki selain melahirkan mahasiswa dan alumni yang berprestasi, baik dalam negeri maupun kancah internasional, “

terang Chattri di hadapan para peserta yang hadir seperti dikutip dari fib.uns.ac.id. Sementara itu, Dekan FIB UNS, Prof Riyadi Santosa yang turut menyambut menambahkan semoga melalui kunjungan ini terjalin kerjasama berupa Tri Dharma perguruan tinggi yang menguntungkan kedua belah pihak. Selama tiga jam, para mahasiswa disuguhi beberapa prestasi yang telah diraih oleh Prodi Sastra Indonesia FIB UNS. Di samping itu, dikenalkan pula digitalisasi naskah-naskah kuno oleh salah satu pakar Sastra Indonesia, Asep Yudha Wirajaya.

Disediakan juga waktu untuk diskusi tentang topik-topik lainnya yang menarik. Salah satu mahasiwa Thailand, Halimoh Ha mengaku sangat terkesan dengan kunjungan ini. “Melalui kunjungan ini, saya dapat pengetahuan tentang budaya dan sastra Indonesia dari sudut pandang asli Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat popular di sana. Semoga ini dapat menambah wawasan serta pengalaman, baik segi akademik atau sosial budaya,” ujar Halimoh Ha. Dwi Hastuti

Guru Besar UNS, Prof Slamet Subiyantoro usai memberikan Kuliah Pakar di UMS

SEBELAS MARET- Borneo Intitute For Indigenous Studies, Universiti Malaysia Sabah (UMS) mengadakan Kuliah Pakar yang dilakukan pada hari Jum’at, 22 Februari 2019 dengan mengundang pembicara Prof Slamet Subiyantoro dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kerjasama antara UMS Malaysia dengan UNS Indonesia dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. “Kuliah Pakar diselengarakan di BMU, lantai 3, Fakulti Kemanusiaan dan Seni Warisan, UMS dan di ikuti oleh mahasiswa S1, S2, S3, peneliti, dan Dosen UMS,” kata Slamet Subiyantoro. Kegiatan tersebut dibuka oleh Prof. Dr. Rosazman Hussin selaku Ketua Borneo Intitute For Indigenous Studies, UMS dan dimoderatori oleh Dr. Tengku

Afrizal, selaku IO UMS. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang diawali dengan pemaparan materi ceramah oleh Slamet Subiyantoro dengan judul presentasi “Paradigma Struktural dan Tafsir Simbolis dalam Analisis Seni Etnik”. Inti dari ceramah ini adalah setiap fenomena seni etnik terdapat keterulangan dan keteraturan unsur visual baik berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi pada dasarnya berelasi dengan sistem nilai sosial budaya masyarakatnya. Hadirin kuliah pakar sangat antusias dengan pemaparan materi yang disampaikan Slamet Subiyantoro. Pimpinan dan seluruh civitas akademis UMS berharap UNS dapat kembali dan dapat terus menjalin kerjasama yang lebih luas dibidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Komunikasi dan Seni. Dwi Hastuti

Foto: Dokumentasi

Foto: Dokumentasi

Guru Besar UNS Jadi Pembicara Kuliah Pakar di Malaysia


10 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

CIVITAS BICARA Foto: Sebelas Maret/Arum Kartika.

Selamat Dies Natalis untuk UNS

Bulan Maret 2019 ini, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memasuki usinya yang ke-43. Selamat Dies Natalis untuk UNS tercinta, semoga semakin gemilang dan menunjukkan kemanfaatannya untuk masyarakat, bangsa dan negara. Lidya - FEB UNS

Terima Kasih untuk Prof Ravik

Foto: Humas/ Haryono

Terima kasih kepada Prof Ravik Karsidi sebagai Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang telah memimpin UNS selama dua periode. Banyak prestasi yang diraih selama Prof Ravik memimpin UNS. Semoga Prof Ravik senantiasa sehat selalu dan siapapun nanti penggantinya semoga bisa meneruskan pencapaian yang telah diraih oleh Rektor sebelumnya. Femi - FKIP

Dies Natalis UNS ke-43

Kesempatan untuk Mengabdi

Momentum Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini bisa dijadikan sebagai ajang untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Sehingga gunakanlah waktu KKN tersebut dengan sebaik-baiknya. Gunakan ilmu yang sudah didapat dibangku kuliah untuk diaplikasikan di masyarakat. Fajar - FP UNS

Terbantu dengan Layanan SIM Keliling di Kampus

Sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang berasal dari luar kota, saya sangat terbantu dengan adanya layanan pembuatan Surat

Ijin Mengemudi (SIM) keliling yang ada di kampus. Dengan layanan tersebut saya tidak perlu pulang ke kampung untuk melakukan perpanjangan SIM. Rahmawati - FKIP UNS

!

Kirim komentar atau opini kamu soal UNS ke

SMS/WA : 085 647 207 865 Email : dwihastuti146@gmail.com FB : Koran Sebelas Maret Twitter : @semarnews

SAATNYA BERIKLAN

Komunikasikan Produk atau Jasa Anda di Koran Ini. HUBUNGI :

Koran Sebelas Maret

085 647 207 865


KARYA

SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

Foto: Dokumentasi

Mahasiswa KKN UNS Perkenalkan Budaya Indonesia di Malaysia

Pertunjukan mahasiswa KKN UNS di Malaysia.

SEBELAS MARET--Sejumlah mahasiswa KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memperkenalkan berbagai warisan budaya dan kesenian asli Tanah Air dalam “Perhelatan Silang Budaya” di Gedung Dewan Resital Universiti Malaysia Sabah (UMS),

Rabu (20/02/2019) malam. Salah satu yang mengundang perhatian adalah tari asal Papua, Sajojo. “Kami sengaja menampilkan Tari Sajojo untuk mengenalkan kesenian Indonesia Timur yang belum banyak orang Malaysia tahu,” ujar Dewi Mustika Rahayu,

Divisi Media KKN Sabah UNS 2019, Kamis (21/02/2019). Selain Tari Sajojo, kata dia, mahasiswa UNS yang berjumlah sebanyak 19 orang ini juga menampilkan musikalisasi puisi, lagu permainan rakyat seperti “Padhang Wulan”,” Yamko

Rambe Yamko”, “Cublak-Cublak Suweng” dan teaterikal singkat dolanan khas Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, mereka juga membawakan lagu “Laskar Pelangi” dan Lagu “Sahabat Selamanya” (OST serial animasi Upin Ipin ciptaan grup band PADI). Mengenai tanggapan dan respon penonton terhadap kesenian Indonesia yang ditampilkan, Dewi mengaku mendapatkan respon yang bagus dari 200 penonton yang hadir. Bahkan penonton ikut berdiri dan bersama ketika Tim KKN Sabah UNS menyanyikan “Sahabat Selamanya” yang populer sebagai soundtrack serial animasi Upin Ipin. Acara “Perhelatan Silang Budaya” merupakan salah satu program kerja Tim KKN Sabah 2019 yang bekerjasama dengan Fakulti Kemanusiaan, Seni dan Warisan (FKSW) Universitas Malaysia Sabah. Ini merupakan pertama kalinya mahasiswa KKN UNS Sabah mengadakan program pertukaran budaya setelah 5 tahun KKN UNS di Sabah dilaksanakan. Dalam acara tersebut,

11

mahasiswa Universitas Malaysia Sabah juga berkesempatan untuk menampilkan budaya dan kesenian asli Malaysia. Mereka membawakan sepuluh pertunjukan. Beberapa diantaranya yaitu Tari Exotic Borneo, Lagu “Zapin Rajuk Rindu”, Lagu “Sumandak Sabah”, dan Lagu “Awas Dong Dengar”. Gelaran ini juga turut disaksikan oleh Konsul Jenderal KJRI Kota Kinabalu Sabah Malaysia Drs. Krishna Djelani, M.A, Dosen Pembimbing Lapangan KKN Sabah UNS 2019 Prof. Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si dan Wakil Dekan Bidang Pelajar dan Alumni FKSW Universitas Malaysia Sabah, Dr. Mohammad Puad Bebit. Tidak hanya sebagai ajang memperkenalkan budaya, Dr. Mohammad Puad Bebit mengatakan acara ini juga dapat memperkuat persaudaraan antara Indonesia dan Malaysia. Presiden Persatuan Mahasiswa FKSW UMS Darmina menambahkan, pihaknya berharap UNS dapat kembali bekerjasama dengan Universitas Malaysia Sabah untuk kedepannya. Dwi Hastuti

SEBELAS MARET– Menjadi negara agraris tentunya memberi kemudahan bagi masyarakat Indonesia dalam mengelola dan mengembangkan seluk beluk kegiatan pertanian di negeri ini. Tak hanya perihal tanam- menanam, usaha dalam bidang pertanian juga mampu membantu kesejahteraan rakyat, yakni membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal tersebut yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, yaitu dengan mengembangkan budidaya kentang dan melibatkan masyarakat sekitar di kampung halamannya, Desa Sumberejo, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah. Agus Wibowo, mahasiswa Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UNS merintis usaha kentang sejak tahun 2016. Suka duka berwirausaha sudah dijalaninya, mulai dari kualitas benih yang tidak memenuhi standar atau kebutuhan akan modal yang cukup tinggi. Pria yang akrab disapa Agus ini terus meyakini bahwa usaha kentang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hasilnya, kini usaha Agus menjadi usaha mandiri yang menyentuh segala sisi dengan skala besar. Pembuatan bibit, bercocok tanam kentang, dan pengelolaan pascapanennya menjadi keripik kentang dilakukan sendiri oleh Agus beserta masyarakat sekitar desa. Sistem pertanian ini disebut dengan “dari hulu ke hilir”. “Sistem pertanian kita dari hulu sampai hilir. Pembuatan bibit dan bercocok tanam kentang sendiri. Selain produksi, kita juga mengelola pascapanen, yaitu

keripik kentang sendiri. Budidaya kentang ini melibatkan petani sekitar karena volumenya lumayan besar, seperti kelompok tani dan juga Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani),” ujar Agus. Agus menjelaskan, untuk kegiatan pascapanen, menggoreng keripik kentang dilakukan oleh ibuibu di sekitar tempat tinggalnya. Packaging dan pemasaran melibatkan para anak muda. Jadi, dari hulu sampai hilir melibatkan semua masyarakat sekitar. “Kita juga membuka sistem investasi sebagai jembatan antara investor dan petani. Harapannya, kita bisa memberikan kesejahteraan kepada petani kampung dan meningkatkan ekonomi masyarakat,” tambah Agus. Tak berhenti di pemasaran keripik kentang, mahasiswa kelahiran 90-an ini mengenalkan produknya lewat berbagai ajang entrepeneur. Ia mengawalinya dengan mengikuti kompetisi Wirausaha Muda Mandiri dari Bank Mandiri, Agus menyabet Juara 2 Nasional di Bidang Industri Pertanian dan Jasa. Semakin melebarkan sayap, mahasiswa akhir FP UNS ini mengikuti ajang entrepeneur bergengsi tingkat internasional, Global Student Entrepreneur Awards (GSEA). GSEA merupakan sebuah kompetisi entrepeneur internasional tahunan bagi mahasiswa yang berwirausaha. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Entrepreneur’s Organization (EO) dan melibatkan lebih kurang seratus negara, termasuk Indonesia. Setiap negara anggota

Foto: uns.ac.id

Kembangkan Usaha Kentang, Mahasiswa UNS Go Internasional

Mahasiswa FP UNS berhasil mengembangkan usaha kentang dan go internasional.

wajib mendelegasikan satu orang mahasiswa pewirausaha yang mewakili negaranya untuk mempresentasikan usaha yang dikembangkan di forum internasional nantinya. Tahun ini, acara GSEA diselenggarakan pada April 2019 di Macau, Tiongkok. Setelah mengikuti babak penyisihan dari 400 pengusaha muda Indonesia yang mengirimkan proposal bisnisnya, Agus terpilih menjadi 9 finalis terbaik yang berkesempatan untuk mempresentasikan usaha budidaya kentang yang telah ditekuni. Presentasi finalis GSEA Indonesia terbaik berlangsung di Jakarta pada (18/1/2019). Alhasil, dalam kesempatan tersebut Agus

membawa pulang kabar gembira sebagai pemenang dan otomatis menjadi delegasi Indonesia di panggung entrepeneur internasional (global stage) GSEA. “Untuk di Macau nanti, kompetisi secara internasional akan beradu gagasan lagi terkait dengan bisnis yang digeluti, dipresentasikan ke global stage dan pastinya yang menjuri orangorang internasional. Karena ini kesempatan yang sangat luar biasa bagi saya, saya ingin membawa image pertanian di Indonesia bahwa ada petani muda yang bisa berkarya untuk masyarakat sekitar dan bisa berhasil di dunia bisnis, di bidang pertanian,” kata Agus, Ia menambahkan, pada saat ini

kebanyakan orang menganggap petani selalu identik dengan orang tua, penghasilan rendah, kotor, dan sebagainya. Meskipun di kompetisi ini Agus membawa produk kentang, Ia juga mengenalkan bahwa Indonesia kaya raya akan kesuburan tanahnya. Tidak fokus pada kentang saja, tetapi bisa mempromosikan pertanian Indonesia ke internasional dengan kekayaan alam yang luar biasa. Melalui kerja kerasnya, kini usaha budidaya kentang dan keripik kentang yang digagas Agus semakin berkembang, bahkan mengantarkannya ke panggung entrepeneur internasional sebagai perwakilan Indonesia. Dwi Hastuti


12 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

PRESTASI

SEBELAS MARET – Melihat pembuatan emping melinjo yang membutuhkan kesabaran dan tenaga besar, tiga mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membuat inovasi mesin pembuat emping melinjo portable yang diberi nama Caping Melinjo. Mesin inovasi ini sukses membuat mereka dianugerahi medali perunggu dalam kategori Teknologi (Mesin) oleh World Invention Intellectual Property Assosiciation atau WIIPA di ajang kompetisi invensi dunia, “Thailand Inventors Day dan Bangkok International Intellectual Property Invention, Innovation and Technology Exposition” (IPITEx 2019), Thailand, 2-6 Februari 2019. Ketiga mahasiswa itu adalah Muhammad Afriyansyah, Ahmad Thabib Mubarok dan Fajar Julian Santosa. Ketiga mahasiswa ini tidak hanya memamerkan mesin ciptaan mereka tapi juga sekaligus mengenalkan produk khas Indonesia di kancah internasional. Fajar Julian mengatakan, latar belakang pembuatan mesin ini yakni melihat kenyataan di lapangan mengenai pembuatan emping yang membutuhkan tenaga besar dan waktu yang lama. Kondisi tersebut masih menjadi momok yang tidak jarang membuat para pengrajin emping beralih profesi. “Saya dan teman pernah melakukan survei di daerah Kuncen Klaten yg merupakan sentra emping melinjo sendiri. Dari puluhan kepala keluarga yang memproduksi emping melinjo sebelumnya, sekarang hanya ada lima kepala keluarga yang memproduksinya. Permasalahannya simpel sebenarnya karena pembuatannya masih sederhana, masih menggunakan teknologi yang sederhana,” jelas Julian seperti

yang dikutip di uns.ac.id. Julian lanjut menerangkan, untuk menggepengkan biji melinjo, para pengrajin masih menggunakan palu besi yang beratnya 3 kilogram. Setiap satu biji melinjo membutuhkan 3 kali pukulan, sehingga bisa dibayangkan berapa kali harus mengangkat beban untuk menggepengkan 1.000 biji melinjo. Sementara kebanyakan pengrajin emping melinjo adalah wanita paruh baya dan lanjut usia. Kelelahan dalam proses pembuatan yang memakan tenaga besar ini pun selalu mereka keluhkan. Dia menerangkan, mesin yang mereka gagas mampu mengatasi permasalahan tersebut. Caping Melinjo dapat bekerja secara optimal pada saat pemipihan biji melinjo. Mesin pengepres ini menggunakan putaran magnet powerfull dan magnet elektromagnetik sebagai sumber penggerak. Kemudian terdapat 8 buah cetakan berbentuk lingkaran berdiameter 3,5 cm yang dapat diputar pada bagian kiri tiang penyangga. Pada saat magnet berotasi ke bawah menyentuh batang poros, besi pengepres (jig) yang terletak pada bagian bawah poros dapat bergerak turun dan menekan melinjo. Karena putaran magnet yang cepat, besi yang tertekan ke bawah akan mendapat tolakan dan bergerak ke atas lagi. Menurut hasil pengujian, waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan emping melinjo seberat 0,5 kilogram menggunakan alat pengepres ini adalah sebesar 1.047,33 detik. “Produk kami menggunakan teknologi tepat guna dan hemat energi. Karena di Desa Kuncen industri emping melinjo masih dalam skala sangat kecil

Foto: uns.ac.id

Caping Melinjo Karya Mahasiswa UNS Raih Medali di Thailand

Mahasiswa UNS berhasil meraih medali di Thailand berkat Caping Melinjo.

(rumahan). Rumah produksi disana juga sangat kecil, hanya 4 x 4 meter di pinggir jalan jadi kurang efisien kalau memakai alat press yang biasanya. Mesin pres biasa masih terlalu besar dan tidak bisa dibawa kemana-mana. Kalo alat kami ini memang dirancang sedemikian rupa (portable) dan mudah digunakan,” terang Julian. Dia mengaku sangat senang karya mereka berhasil mendapatkan apresiasi di ajang internasional. “Alhamdulillah. Bersyukur, yang terpenting kami banyak mendapatkan pengalaman yang berharga ketika di sana. Alhamdulillah orang-orang luar yang mengunjungi booth kami kemarin banyak yang tertarik dengan produk khas Indonesia ini,” katanya. Meski sudah menelurkan prestasi yang membanggakan, tak membuat ketiga mahasiswa ini cukup puas dengan karya mereka. Muhammad Afriyansyah dan timnya masih terus berupaya untuk

memperbaharui teknologi mesin pengepres emping mereka agar dapat bekerja semakin optimal. “Kedepannya akan dikembangkan dengan teknologi arduino atau kearah industri 4.0 sehingga bisa di aplikasikan lewat smartphone agar lebih mudah digunakan,” tutur mahasiswa Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP) Fakultas Pertanian (FP) ini. Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) UNS ini berharap mesin yang mereka ciptakan mampu meningkatkan produktivitas dan nilai ekonomi dari emping melinjo. Bahkan, mereka berpendapat emping melinjo sangat potensial menjadi komoditas ekspor Indonesia. “Kami ingin mengenalkan emping kepada dunia sebagai makanan khas dari Indonesia. Karena saat ini makanan ini udah mulai tersingkirkan oleh makanan kripik lainnya seperti yang ada di swalayan. Saya sendiri

sebenarnya memiliki ide, dengan menggandeng mitra kedepannya emping melinjo dapat memiliki brand sendiri seperti kemasan kripik lainnya yang dijual di swalayan. Emping juga bisa dibuat dengan rasa dan varian yang berbeda. Kalau sudah punya brand sendiri, kesempatan buat ekspor produk emping ini sangat terbuka besar,” paparnya. Terkait prestasi mahasiswanya, Valiant Lukad Perdana Sutrisno selaku dosen pembimbing mengaku bangga. Dia berharap perjuangan Muhammad Afriyansyah dan kawan-kawan bisa menjadi inspirasi mahasiswa lainnya. “Saya sangat bangga atas keberanian mereka berinovasi, bekerja keras, kekompakan, kepercayaan diri dan sikap pantang menyerah mereka. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya,” kata Valiant. Dwi Hastuti

Tim Karate UNS Raih Juara di Kejurnas

Foto: uns.ac.id

SEBELAS MARET - Tim Karate Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berhasil meraih emas dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) Cup ke-XI. Kejuaraan tersebut berlangsung selama dua hari yaitu pada hari Kamis (24/1/2019) dan Jumat (25/1/2019) di Gedung Prof HM Amin Abdullah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kejuaraan tersebut diikuti oleh 46 kontingen dan Tim Karate UNS mengirimkan 9 atletnya untuk berpartisipasi dalam kejuaraan tersebut. Dalam kejuaraan UIN Suka Cup ke-XI, UNS mampu membawa pulang 5 medali yaitu satu emas, satu perak, dan tiga perunggu. Medali emas sukses diperoleh dari kategori Kata Beregu Putra Tim Karate UNS berjaya di Kejurnas Suka Cup ke-XI.

yang beranggotakan Cukat Ainun Jiwo, Bayu Kusuma Jati dan Yogi Pranata. Sementara itu medali perak diperoleh dari kategori Kumite under 21 – 78 Kilogram (Kg) putra oleh Yogi Pranata. Sedangkan medali perunggu diraih dari kategori Kumite senior under 68 Kg putri oleh Aprilia Yustiana, kategori Kata Perorangan Putra oleh Bayu Kusuma Jati dan kategori Kumite under 21-53 Kg putri oleh Ristie Yuni Astuti. Salah satu penanggung jawab atlet UNS dalam kejuaraan tersebut, Ratih Astari mengungkapkan tidak ada kendala yang dihadapi pada saat masa persiapan yang dilakukan oleh para atlet. “Persiapan untuk

mengikuti kejuaraan ini sudah cukup matang sehingga hal tersebut meningkatkan semangat tim Karate UNS untuk memberikan penampilan terbaiknya,” kata Ratih, Kamis (31/1/2019). Ratih berharap kontingen Karate UNS tidak berpuas atas hasil yang dicapai saat ini dan meningkatkan porsi latihan menjelang Sebelas Maret (Semar) Cup XI yang merupakan kejuaraan Karate antarmahasiswa yang diadakan oleh UKM Inkai UNS pada tanggal 8 – 10 Maret 2019 mendatang. Harapan kedepannya Tim karate UNS mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dari hari ini dan dapat berpartisipasi dalam kejuaraan Semar Cup Ke-XI dengan maksimal. Dwi Hastuti


RISET

SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

13

Foto: uns.ac.id

Ciptakan Dinding Ringan Hemat Energi, Chundakus Raih Doktor

Dosen Pendidikan Teknik Bangunan, FKIP UNS, Ir. Chundakus Habsya, MS. Ars berhasil menciptakan dinding ringan hemat energi.

SEBELAS MARET--Batubara masih menjadi energi primer pembangkit listrik nasional yang murah dan efisien. Hanya saja limbah fly ash yang dihasilkan dari penggunaan batubara pada pembangkit tenaga listrik mengandung logam berat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Namun kini, limbah fly ash tersebut dapat dimanfaatkan sebagai panel dinding beton ringan foam (-/LFC) yang dapat menghemat biaya kontruksi dan konsumsi energi gedung. Saat mengikuti ujian terbuka program doktor di Gedung Pascasarjana UNS, Rabu (30/1/2019), Dosen Pendidikan Teknik Bangunan, FKIP UNS, Ir. Chundakus Habsya, MS. Ars.

menerangkan batubara untuk energi pembangkit listrik menghasilkan dua jenis limbah yaitu abu dasar (bottom ash/BA) dan abu terbang (fly ash/ FA). Dibandingkan BA, jumlah limbah FA mencapai 80 persen lebih banyak dan lebih berbahaya karena abu yang mengandung banyak logam berat ini dapat terbang di udara dan apabila terhirup dapat berdampak kepada kesehatan manusia, salah satunya yaitu menimbulkan penyakit kanker. Oleh karena itu, sebagai ahli teknik bangunan yang studi S3 Ilmu Lingkungan, Chundakus berusaha melakukan penelitian dan merancang penggunaan limbah fly ash sebagai bahan panel dinding. Diketahui, kebanyakan dinding bangunan menggunakan batu bata atau batako. Padahal beban kedua material

tersebut cukup besar, membuat beban komponen struktur dan konduktivitas termalnya besar pula. Hasilnya, dinding pun menjadi lebih cepat terkonduksi udara panas dari luar. Chundakus pun menawarkan solusi berupa panel dinding beton ringan foam dengan bahan tambah FA (LFCFA) karena memiliki densitas rendah, kuat tekannya cukup tinggi dan konduktivitasnya rendah yang mampu mengurangi beban struktur, dimensi struktur, biaya kontruksi dan biaya energi. “LFC merupakan isolasi panas yang bagus, cocok dengan Indonesia yang beriklim tropis yang cenderung membutuhkan bangunan yang menyejukkan,” papar Chundakus saat

mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Fly Ash Batubara untuk Panel Dinding Beton Ringan Foam ditinjau dari Sifat Fisik dan Mekanik”. Penelitian ini dilakukan dengan menguji komposisi campuran semen dan pasir dengan rasio sebesar 1 : 2, foam sebesar 30-50 persen dari volume mortar dan FA sebesar 0-60 persen dari berat pasir. Hasilnya menunjukkan, semakin besar presentase foam di dalam LFC, maka menghasilkan densitas, kuat tekan dan konduktivitas termal semakin kecil. Semakin besar persentase FA dan kontribusi senyawa lain di dalam LFC dapat meningkatkan kuat tekan, densitas, dan konduktivitas termal sampai pada FA 45 persen, namun turun pada FA 60 persen. “Kuat tekan panel dinding LFCFA ini memenuhi ASTM (American Standard Testing and Material) beton partisi sehingga aman untuk digunakan. Berat 1 meter kubik (m3) panel dinding LFC-FA lebih ringan 28,35 persen dari pada dinding batu bata. Konduktivitas termal panel dinding LFC-FA 23,3 persen lebih rendah dari dinding batu bata,” urainya seperti yang dikutip dari uns.ac.id. Berdasarkan simulasi konsumsi energi perbulan bangunan tipe 30 (T-30) menggunakan aplikasi DesignBuilder, panel dinding LFC-FA juga lebih hemat 8 persen daripada dinding batu bata. Perhitungan anggaran

biaya berdasarkan standar dan perhitungan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Propinsi Jawa Tengah menghasilkan penghematan 4 persen lebih daripada dinding batu bata. Disamping itu, panel dinding LFC-FA ini juga memiliki kandungan zat pencemar jauh lebih rendah dari ambang batas PP.RI.no. 101 Tahun 2014. Secara kumulatif, penggunaan panel dinding LFC-FA memiliki banyak keuntungan, di antaranya setiap produksi LFC-FA 1,57 ton/ bulan akan mengurangi limbah FA 800 ton/bulan lebih (5 persen limbah FA PLTU Tanjung Jati Jepara), biaya konstruksi T-30 menggunakan panel dinding LFC-FA 4 persen lebih hemat dan operasional konsumsi energi 8 persen lebih hemat dari dinding batu bata. Ditambahkan pria asal Pekalongan ini bahwa penggunaan panel dinding LFC-FA ini tidak hanya akan memberikan keuntungan bagi pemilik rumah tapi juga pengembang (developer) karena pekerjaan panel dinding LFC lebih mudah dan cepat daripada menggunakan batu bata atau batako, selisih biaya bangunan lebih hemat 4 persen, dan reduksi beban struktur highrise buildings menggunakan panel dinding LFCFA sangat signifikan, karena setiap 1 meter kubik panel dinding LFC-FA lebih ringan 28,35 persen daripada dinding batu bata. Dwi Hastuti

SEBELAS MARET – Lima mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta meraih medali perunggu dan penghargaan khusus dalam ajang Thailand Inventors Day dan Bangkok International Intellectual Property Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITEx) 2019 di Thailand pada 2-6 Februari 2019 silam. Kelima mahasiswa itu adalah Ragil Setiawan, Andreas Wegiq, Achasanul Fiqri, Tsara Devita dan Fauzi Derita Saputri. Lima mahasiswa yang tergabung dalam Tim Pandawa LSP FKIP UNS ini menciptakan Automatic Multifunction Laptop Bag (AMPLOP BAG) yaitu tas multifungsi yang ditujukan untuk mencegah efek samping dari penggunaan laptop yang kurang benar. Tidak hanya sebagai wadah laptop, tas ini dirancang untuk dapat digunakan sebagai meja laptop yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi penggunanya. Pengguna dapat mengatur posisi meja senyaman

mungkin agar tulang punggung mereka tidak membungkuk ketika menggunakan laptop. Selain itu, tas ini dapat memperluas gelombang radiasi laptop sehingga tidak mempengaruhi organ vital dalam tubuh manusia. “Saat ini sering dijumpai individu yang menggunakan laptop dengan memangkunya di atas paha. Padahal itu akan merusak produktivitas dari hormon seksual karena gelombang radiasi laptop. Banyak juga yang menaruh laptop di lantai dan membungkukkan punggungnya. Jika itu berlangsung lama, dapat menyebabkan Kifosis (kelainan tulang punggung) bahkan mungkin akan terjadi penjepitan syaraf pada tulang punggung sehingga bisa menyebabkan kelumpuhan. Oleh karena itu, kami menciptakan inovasi ini,” terang Achasanul Fiqri, Jumat, (8/1/2019). Tas ini menawarkan sederet keunggulan yang memanjakan penggunanya. Pertama. memiliki baterai sekunder sebagai daya cadangan yang dapat digunakan sebagai charger. Kedua, memiliki sistem keamanan ganda yaitu

Foto: uns.ac.id

Ciptakan Tas Laptop, Mahasiswa UNS Raih Penghargaan di Thailand

Mahasiswa UNS berhasil menciptakan tas laptop canggih dan berhasil memperoleh penghargaan di Thailand.

menggunakan huruf, angka dan simbol yang mampu memproteksi dari penggunaan laptop secara ilegal oleh orang lain. Kemudian dilengkapi GPS Tracking System untuk melacak keberadaan tas apabila terjadi kehilangan atau pencurian. Keempat, kedap air (Water Proof) sehingga pengguna tidak perlu khawatir ketika membawanya dalam keadaan hujan. Satu lagi yang menarik, tas laptop ini menggunakan bahan Composite yang membuat

beban terasa ringan namun tetap kuat dan berkualitas. Produk inovasi ini membuat mereka dianugerahi medali perunggu dan penghargaan khusus dari World Invention Intellectual Property Association (WIIPA) untuk kategori Necessary of Life. Penghargaan khusus tersebut ditujukan bagi produk yang unik dan bisa dikembangkan bagi kehidupan sehari-hari. Mereka berhasil menjadi salah satu inovator terbaik di antara 500 tim lebih dari 25 negara di dunia.

“Sangat luar biasa bagi saya dan tim karena ini pengalaman pertama di ajang luar negeri. Kami benar-benar membuktikan bahwa hasil tidak mengkhianati usaha. Perjuangan ini sangat berharga,” ungkap Fiqri seperti yang dikutip dari uns.ac.id. Inovasi ini rencananya akan dikembangkan lagi agar menjadi lebih ringan dan lebih kecil secara ukuran. Fitur-fitur baru juga akan ditambahkan agar lebih lengkap dan sempurna. Dwi Hastuti


14 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

ALUMNI

Foto: uns.ac.id

Alumni Siap Bersinergi Memajukan FK UNS

Alumni FK UNS berfoto bersama usai acara Temu Alumni di Jakarta pada Minggu (13/1/2019).

SEBELAS MARET – Keluarga Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (KAFK UNS) wilayah Jabotabek sukses menyelenggarakan acara Temu Alumni pada Minggu (13/01/2019) di Gedung Serbaguna RSAL Mintohardjo, Jakarta.

Dengan mengusung tema “Sinergi dan Akselerasi Peran Alumni FK UNS”, para alumnus FK UNS berkomitmen untuk bahu -membahu dalam memajukan FK UNS. Kesepakatan tersebut tercetus dalam rapat koordinasi yang diadakan selepas Temu

Alumni. Acara dihadiri oleh dokter lulusan FK UNS dari angkatan pertama hingga akhir yang berdomisili di sekitar Jakarta. Ada sekitar 150 an dokter alumni FK UNS tahun angkatan 1997 hingga angkatan 2010 yang datang memenuhi ruangan. Hadir dalam acara tersebut, Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan Alumni FK UNS, dr Paramasari Dirgahayu, PhD dan Ketua KAFK UNS, dr Sri Pratomo, SpB. Dalam sambutannya mewakili Fakultas, dr. Paramasari menyampaikan bahwa hingga saat ini telah ada 5.978 orang lulusan FK UNS. Mereka sudah tersebar mengabdikan ilmunya di seluruh penjuru tanah air dan ada yang menduduki di beberapa tempat strategis. “Keberadaan alumni ini sangat membantu UNS dalam berbagai aspek. Karena itu, perlu ditingkatkan komunikasi dan sinergi melalui kegiatan bersama alumni FK UNS dan mahasiswa/

civitas akademika berupa program Bakti Sosial, kolaborasi Alumni dengan bendera almamater FK UNS,” kata Paramasari sebagaimana yang tercantum dalam keterangan Pers. Pertemuan alumni kemudian dilanjutkan dengan rapat koordinasi yang menghasilkan beberapa kesepakatan. Diantaranya, KAFK UNS menyepakati, penguatan koordinasi dan komunikasi bersama dalam mendukung dan mensupport pengembangan FK UNS secara konkrit. Dalam pertemuan tersebut, menyepakati bahwa alumni FK UNS akan membantu daya serap lulusan baru FK UNS di dunia kerja, baik internship maupun pasca internship. Mendukung mahasiswa FK UNS yang kurang mampu di bidang finansial dan sarana prasarana dan mendukung FK UNS terakreditasi AUN QA di tahun 2019. Paramasari menambahkan, alumni FK UNS juga siap mendukung secara konkrit

pelaksanaan Akreditasi FK UNS jika dibutuhkan. Mereka juga siap sebagai narasumber, Expertise dan pemberian link/networking sebagai bentuk pelaksanaan Tridarma FK UNS yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Terakhir, mendukung penguatan dan branding Alumni FK UNS melalui strategi pengembangan program MERCI (P2M) terpadu secara elektronik/ digitalisasi. Selain penguatan koordinasi dan komunikasi, alumni FK UNS berkomitmen untuk bekerja dan berkarya dengan baik di bidangnya sehingga mencapai karir tertinggi dan berpengaruh di level nasional/ internasional, sebagai wujud kebanggaan terhadap almamater. Acara ini kemudian diakhiri dengan penyampaian cinderamata berupa Maket Miniatur KRI Dr Soeharso jenis Kapal Randu Rumah Sakit (BRS) dari Kepala RSAL Mintohardjo Kolonel Laut (K) dr Wiweka, MARS kepada FK UNS. Dwi Hastuti

1984, Wimboh resmi berstatus pegawai BI sebagai staf pengawas bank. Keraguan Wimboh pun muncul ketika menginjakkan kaki di BI. Penyebabnya, gaji karyawan BI saat itu paling kecil dibanding kerja di bank-bank swasta. Namun, akhirnya semua dikembalikan kepada nasihat Sang Ibu. Dia yakin, nasehat itu tak akan menjerumuskannya. Terbukti dikemudian hari, ucapan ibunya benar. Kala krisis ekonomi menerpa Indonesia pada 19971998, Wimboh anteng-anteng saja berkarir di BI. “Teman-teman saya yang bekerja di bank swasta sudah duduk di kursi direktur, terjungkal semua,” papar dia. Wimboh lantas merenung. Dia bisa selamat dari krisis berkat nasihat Sang Ibu yang memintanya untuk bekerja pada sebuah bank yang tidak akan bangkrut. “Alhamdulillah, saya baru tahu ternyata maksudnya seperti ini. Ini berkat nasihat Ibu. Dan saya semakin percaya bahwa doa Ibu itu paling mujarab,” tutur Wimboh. Perjalanan karier Wimboh di BI pun terus menanjak. Dari staf pengawas bank, ayah tiga anak ini melanjutkan studinya dalam program Master of Science in Business Administration di Universit y of Illinois, Amerika Serikat, pada 1991. Pendidikan ini diselesaikannya pada September 1993. Kemudian dia melanjutkan pendidikan formalnya ke

jenjang doktor di Loughborough University, Inggris, dengan studi konsentrasi Financial Economicsp ada 1995. Dengan memboyong gelar PhD, Wimboh kembali ke Indonesia pada 1999. Dia membawa ilmu manajemen risiko untuk diterapkan pada perbankan Indonesia. Banyak regulasi perbankan yang lahir atas peran Wimboh. Wimboh juga pernah menjadi kepala perwakilan BI di New York pada 2012. Jabatan ini diperoleh usai dia menjabat sebagai Direktur Direktorat Pengaturan Perbankan BI periode 2010-2012. Selepas dari bank sentral, dia lalu meniti karier di level internasional. Ia menjadi Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF) mewakili ASEAN plus Fiji, Tonga, dan Nepal sampai April 2015. Akhir tahun 2015, Wimboh terpilih melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Bank Mandiri, untuk mengisi posisi sebagai komisaris utama bank tersebut. Hingga akhirnya, pada 6 Juni 2017, Wimboh terpilih untuk memimpin OJK hingga 2022. Selain itu, Wimboh juga aktif mengajar pada sejumlah perguruan tinggi, baik untuk program sarjana maupun pascasarjana. Dia bahkan ikut mendirikan program Magister Manajemen Universitas Indonesia di bidang Risk Management pada 2001. Dwi Hastuti

Wimboh Santoso

Foto: uns.ac.id

Semua Berkat Restu Ibu

SEBELAS MARET – Nama Wimboh Santoso tak lagi asing di lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Ya pria kelahiran Boyolali tersebut merupakan alumni dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisioner OJK. Wimboh, mengawali karir mulai dari Bank Indonesia (BI), IMF hingga OJK. Wimboh mengaku, apa yang telah diraih tersebut tak lepas dari doa dan saran yang diberikan oleh

ibundanya. Lulus SMA tahun 1977, Wimboh melanjutkan ke Fakultas Ekonomi (sekarang FEB) UNS. Kebiasaannya berinteraksi tersalurkan dengan masuk sebagai anggota Badan Permusyawaratan Mahasiswa (BPM) sebagai ganti Dewan Mahasiswa (DEMA) pada saat itu. Tahun 1983, Wimboh lulus dan melamar di berbagai perusahaan perbankan. Wimboh bingung, karena semua bank

yang dia lamar menerimanya. Dia lantas meminta nasihat kepada ibunya, bank mana yang akan dia pilih? “Kata ibu saya, carilah bank yang tidak akan bangkrut,”kata Wimboh seperti yang dikutip dari https://alumni.uns.ac.id/wpcontent/uploads/PORTAL-Edisi-4. pdf. Meski mulanya bingung, namun akhirnya Wimboh mendapat jawaban bahwa bank yang tidak akan pernah bangkrut adalah bank sentral atau BI. Akhirnya tahun


SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

15 Ilustrasi : @Caesar_Candra

DISPLAY

Rektor Gelar Roadshow ke Fakultas

Foto-foto : Dokumentasi

SEBELAS MARET—Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Ravik Karsidi menggelar roadshow ke seluruh fakultas yang ada di lingkungan kampus setempat. Roadshow yang dilakukan Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi beserta jajarannya ini dilakukan sebagai sarana untuk silaturahmi baik itu dengan tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang ada di fakultas. Dalam kesempatan tersebut, Ravik juga menyampaikan terkait dengan pencapaian yang diraih selama masa kepemimpinannya. Diantaranya yaitu mulai tahun 2019 ini, UNS memasuki masa transisi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) sampai 2021. Selain itu, Ravik beserta jajarannya juga mendengarkan laporan kinerja dan pencapaian yang diraih oleh masing-masing fakultas. Tidak terkecuali, berbagai keluhan dan permasalahan yang dirasakan oleh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di fakultas juga disampaikan supaya ditemukan solusinya. Selain ke fakultas-fakultas, roadshow juga dilakukan di Pascasarjana UNS dan di Auditorium UNS dengan peserta tenaga kependidikan dibawah naungan Kantor Pusat UNS. Dwi Hastuti


16 SEBELASMARET EDISI FEBRUARI 2019

KIPRAH

Foto: Dokumentasi

Rektor UNS Serahkan Huntara Korban Gempa di Lombok

Rektor UNS, Prof Ravik Karsidi saat meresmikan penggunaan Masjid Nurul Muttaqin Desa Gumantar yang merupakan sumbangan dari berbagai pihak yang diinisiasi oleh Tim Tanggap Bencana UNS.

SEBELAS MARET--Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Ravik Karsidi, selama dua hari yaitu Rabu (30/1/2019) dan Kamis (31/1/2019) mengadakan kunjungan kerja di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dalam kunjungan kerja tersebut, Rektor menyerahkan 125 unit Hunian Sementara (Huntara) kepada masyarakat korban gempa Lombok di Desa Gumantar Kabupaten

Lombok Utara. Dalam kunjungan kerja tersebut Rektor juga meresmikan penggunaan Masjid Nurul Muttaqin Desa Gumantar yang merupakan sumbangan dari berbagai pihak yang diinisiasi oleh Tim Tanggap Bencana UNS. Penyerahan Huntara dan peresmian Masjid Nurul Muttaqin disaksikan oleh Wakil Bupati Lombok Utara, Sarifuddin, serta Camat dan Kepala Desa Gumantar.

Debora Pane

D

Jangan Takut Mencoba

ebora Pane merupakan mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang terpilih menjadi Duta Kampus UNS 2018. Perempuan kelahiran Sumatra Utara pada 9 Mei 1998 ini mengaku sempat takut untuk mencoba mengikuti ajang pemilihan Duta Kampus UNS. “Jadi sebenarnya saya itu ingin mengikuti ajang pemilihan Duta Kampus UNS tahun 2017, namun dalam hati dan pikiran saya itu merasa takut melihat pesaingnya yang pintar-pintar,” kenang Debora. Namun Debora yakin jika sesuatu tidak dicoba dulu maka tidak akan tahu bagaimana hasilnya. Hingga akhirnya Debora memberanikan diri untuk

Foto: Dok. Pribadi.

mencoba dengan mendaftar mengikuti ajang pemilihan Duta Kampus UNS. Dengan penuh keberanian, Debora optimis mengikuti ajang tersebut. “Jangan takut untuk mencoba hal-hal yang positif. Jadi ketakutan itu hanya ada di dalam pikiran kita, bagi saya menang kalah itu urusan belakang yang penting di coba dulu,” imbuhnya. Berbagai tahapan seleksi ia ikuti dengan optimis. Meski rasa pesimis sempat menghantuinya ketika melihat pesaingnya kuatkuat. “Sebelumnya saya belum pernah mengikuti ajang seperti ini, jadi mungkin wajar ketiga agak takut atau grogi. Namun ketakutan itu hilang ketika nama saya disebut masuk dalam Grand Final Pemilihan Duta Kampus,” ujar Debora. Dari tiga pasang yang mengikuti Grand Final Pemilihan Duta Kampus, diambil juara 1,2 dan 3. Dan Debora memperoleh juara 3 di ajang tersebut. Rasa syukur pun ia panjatkan lantaran mahasiswi semester 6 ini tidak menyangka dirinya bisa memperoleh gelar juara. Saat ini, gelar Duta Kampus UNS 2018 telah ia sandang. Dan tentunya peran dan tugas sebagai Duta Kampus UNS juga melekat pada dirinya. “Jadi sebagai Duta Kampus UNS, saya memiliki tugas untuk merepresentasikan UNS itu sendiri. Sehingga saya juga harus mengupdate pengetahuan tentang UNS. Jangan sampai sebagai Duta Kampus UNS buta tentang UNS,” pungkasnya. Dwi Hastuti

Dalam kesempatan kunjungan di Desa Gumantar itu , Rektor UNS juga menyerahkan alat pemecah mete untuk peningkatan produksi rumah tangga mete sebagai potensi unggulan di desa tersebut. Potensi yang juga diberdayakan oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah pemberdayaan desa adat Belek Gumantar yang disepakati bersama masyarakat untuk dikembangkan ke depan sebagai desa wisata.

Saat ini ada 60 orang mahasiswa UNS yang sedang melaksanakan KKN di Gumantar dan 40 orang mahasiswa lainnya di Desa Malaka. Kedua desa tersebut telah dijadikan desa binaan UNS sejak tahun 2015. “Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerjasama dengan UNS didalam program Tanggap Bencana Gempa Lombok,” terang Ravik di sela-sela acara. Sementara itu, Koordinator Posko Tanggap Bencana Gempa UNS di Lombok, Prof Hartono menambahkan, sebagaimana pernah diberitakan sebelumnya, bahwa UNS telah mendirikan Posko Tanggap Bencana Gempa Lombok yang dipusatkan di Desa Gumantar, Lombok Utara. Posko Tanggap Bencana tersebut merupakan kerjasama dengan berbagai pihak seperti RSUD dr. Moewardi Surakarta, RSO Prof. Soeharso Surakarta, PMI Surakarta, Pemkab Sragen, SAR UNS, Keluarga Alumni Fakultas Kedokteran UNS, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNS Pusat dan Cabang Lombok, Mapala Vagus, IDI dan IBI Klaten serta didukung oleh TNI dan Polri. Program Tanggap Bencana Gempa UNS di Lombok dibagi

menjadi tiga tahap, dimulai dari program tanggap darurat pada Minggu pertama pasca bencana gempa di Bulan Agustus 2018. Pada tahap kedua merupakan tahapan pemulihan dan rekonstruksi serta tahap ketiga adalah program perkuatan dan pemberdayaan ekonomi pasca gempa yang dilakukan oleh Tim mahasiswa KKN UNS. Di dalam tahap pemulihan dan rekonstruksi telah dilakukan banyak kegiatan diantaranya pembagian air bersih, pelayanan kesehatan 24 jam, trauma healing, pemulihan administrasi dan pemerintahan desa, perbaikan instalasi air bersih sepanjang 5 Kilometer (Km), pembangunan masjid dan pembangunan rumah semi permanen tahan gempa. Dalam program perkuatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pasca gempa telah dimulai tanggal 15 Januari 2019 selama 45 hari yang dilakukan oleh Mahasiswa KKN UNS dengan memusatkan pada program pemuliham ekonomi yang berbasis pertanian. Pendampingan kegiatan tanggap bencana dan KKN ini juga dilakukan bersama keluarga Ikatan Alumni UNS di Lombok. Dwi Hastuti

Vebiantri Hananto

Alumni UNS Jadi Miss Indonesia SEBELAS MARET-- Vebiantri Hananto merupakan alumni dari Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta yang terpilih menjadi Top 7 di ajang Miss Indonesia 2019. Dengan pencapaian tersebut, Vebiantri mengaku sangat bersyukur dan tentunya bangga. Kepada wartawan, perempuan kelahiran Bandung 10 Februari 1996 ini mengaku selama ini belum pernah mengikuti audisi Miss Indonesia atau sejenisnya. Selama ini, Vebiantri terjun di dunia permodelan di Ibu Kota. Dunia permodelan ia tekuni sejak duduk di bangku perkuliahan. “Awalnya saya tidak memiliki latar belakang seorang model, berjalan di atas catwalk aja saya tidak bisa. Namun karena saya memiliki tinggi badan 173 Cm, saya diajak teman untuk mencoba jadi model. Akhirnya saya coba ketika ada event di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD). Dari situ, ternyata dunia model itu menyenangkan dan saya merasa nyaman akhirnya saya geluti hingga sekarang,” kata Vebiantri. Setelah mengikuti event di FSRD, Vebiantri sering memperoleh tawaran untuk menjadi model. Setelah lulus dari UNS tahun 2017, Vebiantri kembali ke Jakarta untuk menekuni dunia permodelan. Kemudian ketika ada ajang pemilihan Miss Indonesia 2019, perempuan kelahiran Bandung 10 Februari 1996 ini mencoba untuk

mendaftar. Berbagai tahapan seleksi ia ikuti yaitu mulai dari tes tertulis hingga wawancara dan akhirnya ia lolos menjadi wakil dari Provinsi Sulawesi Barat di ajang Miss Indonesia 2019. “ Ya kaget banget ketika diumumkan saya lolos. Karena memang untuk persaingan di ajang tersebut sangat ketat,” katanya. Dan akhirnya, Vebiantri terpilih menjadi Top 7 Miss Indonesia 2019. “Puji Tuhan atas anugerah ini, dan tentunya berkat dukungan keluarga serta teman-teman semua,” ujarnya. Dengan gelar tersebut tak membuat Vebiantri besar diri.

Vebiantri tetap bergaul dengan teman-temannya. “Meski jadi Top 7 Miss Indonesia 2019, saya tetap main dengan teman-teman saya dulu. Bukan berarti saya pilih-pilih teman setelah menyandang gelar ini. Karena berkat dukungan dari teman-teman, saya bisa seperti ini,” katanya. Kemudian terkait dengan pakaian, Vebiantri mengaku tidak harus mengenakan pakaian yang bermerk dan mahal setelah menyandang Miss Indonesia. Baginya ketika berpakaian yang penting sopan, nyaman dan disesuaikan dengan acaranya. Dwi Hastuti

Foto: Dok. Pribadi.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.