KTIPINGMEDIA BAOIN IIUMAS $MDA PI]RBAIT{OOA
Ta kTe rb ukti r 4 Kasus Politlk Uang PURBALINGGA. Sejumlah laporan money politics (suap), baik berupa uang maupun sembako jelang Pilkada 9 Desember lalu, gugur dalam proses Gakkumdu. Praktis keempat kasus tersebut telah bebas dari kewenqngan Panwaslu untuk memprosesnya lebih lanjut, karena bebas dari pidana Pemilu. diselesaikan secara damai atau berlanjut ke pihak kepolisian. "Jika dilaporkan ke kepolisian, konsekuensinya, si penerima suap juga terancam terkena pidana," katanya.
Cukup lrlatang Sepeti diketahui, keempat kasus suap jelang Pilkada, di antaranya terjadi di Jl Lawet RT 03/02, Kelurahan Purbalingga Wetan, dengan ditemukan 20 kantong berisi 5 kg beras, 3 mi instan, dan terdapat bahan kampanye paslon no 1, Kedua, kasus laporan di RT 10/12 Desa letis, Kecamatan Kemangkon, ditemukan ada 100 paket beras di rumah ketua RT 10/12 yang sudah bedabelkan
RAGIA\* Ht IiIIAS SETD,{ K,A.BIIP^TEN P(iRB.A.I-INGGA
I lI
NGGOTA panwashr
It3;",lLn., dan Hubungan Antarlembaga, Arto Wibowo menjelaskan, kasus politik uang blsa teEangkut menjadi pidana Pemilu seandainya pelakunya adalah Glon bupati/wakil bupati atau anggota um pemenangan yang telah terdaftar "Keempat kasus suap ini, pihak
terlgpor bukanlah subiek hukum sesuai dalam Pasal 73 UU no 1/2015
tentang Pilkada. Secara norma perbuatan mereka melanggar, namun dalam UU Pilkada tidak disebutkan sanksinya," jelasnya. Panwaslu akhirnya menyerahkan
kemlali keempat kasus ini kepada pihak pelapor, apakah akan bahan kampanye paslon no 2. Kedua kasus tersebut sudah
memiliki barang bukti dan alat bukti yang lengkap. "Cukup matang jika pelapor ingin melaporkanya ke kepolisian," katanya. Sementara laporan kasus suap berupa sejumlah nominal uang terjadi
di Desa Limbasari RT 02/04 Kecamatan Bobotsari, dengan terlapor adalah salah satu anggota DPRD Purbalingga yang tengah reses, membagikan ampolop berisi uang sebanyak Rp 25.000. Serta kasus larr,mn money pol,,tb RT 02/03 Desa Kembaran
Wetan, Kecamatan Kaligondang, warga dilaporkan kar₏na telah membagi amplop berisi uang senilai Rp 20.000. "Kedua kasus ini bamng bukti sudah ada, namun tidak memiliki alat bukti yang cukup,'l katanya. (mso5{6)