Deskripsi Bentuk dan Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru

Holy Githa Natalie (18/424942/tk/46637)

Ge o m

or f o l o g i

bentuk dan penggunaan LAHAN

PEK

Kota A N BAR U

Kata Pengantar Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya laporan yang berjudul 'Deskripsi Bentuk dan Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru’. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan laporan ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr.Langgeng Wahyu Santosa, S.Si., M.Si. dan Ibu Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang sudah memberikan informasi dan pengetahuan sebagai bekal penulisan paper ini.

2. Teman-teman Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2018 yang memberikan dukungan selama proses pengerjaan berlansung.

3. Pemerintah dan Pihak-pihak penyedia data Kota Pekanbaru 4. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan ini.

Pekanbaru, 21 Juni 2021 Penyusun

D a f t a r Is i Deskripsi Singkat

1 Geomorfologi dan Bentuk Lahan

3 Potensi Sumber Daya Alam

8 Sosial Budaya

10 Potensi Ancaman Bencana

16 Strategi Penataan Ruang

11 Konflik Sosial dan Tata Ruang

18

DESKRIPSI SINGKAT Kota Pekanbaru merupakan Ibukota dari Provinsi Riau. Kota ini terletak di 101° 14’ - 101° 34’ Bujur Timur dan 0° 25’ - 0° 45’ Lintang Utara.

Bedasarkan pengukuran di lapangan oleh BPN Tk, Pekanbaru memiliki luas sebesar 632.26 km2.

Karena Kota Pekanbaru merupakan ibukota terbesar, kota ini berperan penting sebagai penggerak ekonomi Pulau Sumatera. Ketersediaan lapangan pekerjaan mengakibatkan tingginya urbanisasi dan migrasi masyarakat luar menuju kota ini.

Sebelumnya, Pekanbaru terdiri atas 8 kecamatan serta 45 kelurahan, namun karena tuntutan pembangunan, dilakukan penambahan menjadi 12 kecamatan dan 83 kelurahan. Kecamatan dengan luas terkecil berada di Kec.Pekanbaru Kota (2.26 km2) dan dengan luas terbesar terdapat di Kec. Tenayan Raya (171.27 km2).

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN

GaMBAR 1.1 ADMINISTRASI KECAMATAN DI kOTA PEKANBARU Sumber: Analisis Penulis,2021

1

Sejarah Kota Pekanbaru tidak lepas dari keberadaan Sungai Siak yang membatasinya. Sungai ini digunakan sebagai sarana transportasi untuk hasil bumi dari pedalaman Minangkabau ke wilayah Selat Malaka. Saat ini, Sungai Siak digunakan sebagai sumber air baku (PDAM dan Industri), perikanan dan area wisata.

GaMBAR 1.2 Sungai Siak Sumber: Kompas, 2018

Bila dilihat dari keadaan iklimnya, suhu di Kota Pekanbaru mencapai suhu maksimal sebesar 36 0C yang terjadi pada bulan April, Mei dan Agustus. Sedangkan suhu minimal mencapai 22 0C yang terjadi di Bulan Oktober. Curah hujan maksimum di Pekanbaru mencapai 432.80 mm3 dengan jumlah curah hujan sebesar 23 hari.

Bedasarkan data penduduk dan ketenagakerjaan, jumlah penduduk di Pekanbaru berjumlah 983.356 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0.89%. Bentuk piramida penduduk kota ini adalah tipe ekspansif yang menandakan pertumbuhan penduduk yang cepat dan angka usia produktif yang besar.

Piramida Penduduk Kota Pekanbaru tahun 2021 70-74 60-64 50-54 40-44 30-34 20-24 10-14 0-4 60,000

40,000

20,000

Laki-laki

0

20,000

40,000

60,000

Perempuan

GaMBAR 1.3 Piramida Penduduk Sumber: Kota Pekanbaru dalam angka, 2021

2

G E O M O R F O L O GI DAN BENTUK LAHAN DID U KNOW? Geomorfologi adalah ilmu yang mengkaji bentuk lahan dari permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut. Pada dasarnya, Geomorfologi menekankan pada genesis atau proses fisik yang berlansung. Genesis tidak akan pernah berubah dan tidak akan hilang dari bentuk lahan tersebut. Geomorfologi memperhatikan 4 aspek kajian yaitu geomorfologi lingkungan, geomorfologi dinamik, geomorfologi genetik dan geomorfologi lingkungan (Kurniawan, 2021). Geomorfologi berhubungan erat dengan struktur geologi sebagai penentu evolusi bentuk lahan.

Bedasarkan keadaan geologinya, dominasi tanah di Pekanbaru adalah tanah aluvial. Sebelum adanya aktivitas manusia dan berubah menjadi bentuk lahan antropogenik, Kota Pekanbaru masuk dalam jenis bentuk Lahan Fluvial.

Bentuk Lahan fluvial Bentuk lahan fluvial adalah kelompok besar satuan bentuk lahan yang terbentuk oleh aktivitas air sungai maupun limpasan dari permukaan. Awal mula pembentukan lahan fluvial terjadi saat hujan turun ke tanah. Terjadi penyerapan oleh tanah (infiltrasi) menuju ke celah batuan hingga tertampung oleh batuan yang kedap akan air.

Bentuk lahan fluvial terjadi akibat tiga aktivitas sungai seperti erosi, transportasi dan sedimentasi.

Erosi adalah proses pelebaran air yang mengalir yang menyebabkan terjadinya lembah-lembah. Transportasi adalah proses pengangkutan material oleh air akibat adanya tenaga kinetik.

Proses terakhir adalah sedimentasi yaitu pengendapan material. Material sedimentasi yang berasal dari proses erosi akan menghasilkan variasi bentuk lahan.

GaMBAR 2.1 ASAL PROSES flUVIAL Sumber: media geografi, 2020

3

Jenis tanah yang didominasi oleh aluvial ditandai dengan keberadaan sungai. Kota Pekanbaru dilewati oleh aliran Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur. Sungai Siak adalah sungai dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 1.132.776,04 Ha. Sungai ini masuk kedalam sungai terdalam di Indonesia yang dahulunya mencapai 30 meter. Terdapat beberapa anak sungai, yaitu: Sungai Umban Sari, Air Hitam Sibam, Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Mintan dan Tampan.

GaMBAR 2.2 Aliran sungai siak dalam satelit Sumber: flickr,2011

Pola aliran Sungai siak adalah pola meandering (berkelok-kelok).

Kota Pekanbaru masuk ke dalam bagian hilir dari DAS Siak bersma dengan sebagian Kabupaten Kampar, Kota Perawang, Kota Siak Sri Indrapura, dan bermuara di Kabupaten Siak. Bila dilihat dari potensi airnya, Sungai Siak memiliki potensi yang tinggi karena cadangannya yang besar. Namun, DAS Siak termasuk kedalam DAS kritis dimana terjadi banyak ancaman seperti banjir, longsor, erosi dan pencemaran. Ancaman ini diakibatkan banyaknya aktivitas manusia seperti industri kendaraan, pembukaan lahan besar-besaran, penurapan air tanah, dan berbagai aktivitas rumah tangga. Aliran Sungai Siak yang keruh disebabkan oleh aktivitas manusia tersebut.

Menurut analisis geologi yang ditulis dalam Kota Pekanbaru dalam Angka (2021), dominasi lahan kota ini adalah endapan alluvium muda bekas pengangkutan dan pengendapan aliran Sungai Siak. Terdapat pula endapan alluvium yang memiliki sifat porositas tanah yang rendah sehingga bersifat korosif dan sangat asam. Karena, itu, terdapat berbagai jenis tanah alluvium di Kota Pekanbaru, yaitu Alluvial hidromorf, alluvial coklat kekuningan, alluvial kelabu dan perpaduan tanah yang sulit dibedakan.

4

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di bagian hulu dan hilir dari DAS Siak bekerja sebagai petani untuk tanaman semusim maupun perkebunan. Perkebunan yang banyak berkembang di Kota Pekanbaru adalah perkebunan sawit. Selain itu, terdapat berbagai aktivitas tambang, industri maupun perdagangan. Akibat hal itu, Kota Pekanbaru dipenuhi dengan bangunan-bangunan perkotaan dan berubah bentuk menjadi bentuk lahan antropogenik.

Bentuk Lahan ANTROPOGENIK Karena kondisi tanahnya yang subur dan dibatasi oleh Sungai Siak, banyak pedagang datang untuk melakukan transaksi hasil bumi di Pekanbaru. Sungai Siak digunakan sebagai jalur pengangkutan hasil bumi dari dataran tinggi Minangkabau sampai Selat Malaka. Pedagang tersebut akhirnya mendirikan pasar yang akhirnya berkembang pesat di kota ini. Daerah semakin didominasi oleh permukiman dan berubah menjadi perkotaan yang besar.

GaMBAR 2.3 lahan antropogenik Sumber: info publik, 2020

Setelah adanya berbagai macam dinamika, kehidupan perkotaan perlahan-lahan merubah bentuk lahan dominasi kota ini menjadi antropogenik. Pada dasarnya, bentuk lahan antropogenik adalah bentuk lahan yang asal-usul pembentukan dan perkembangannya bedasarkan aktivitas manusia (Santosa, 2015). Morfologi atau bentuk dari perkotaan akan berevolusi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: sosial, budaya, ekonomi, fisik, politik dan teknologi yang berkembang.

5

Pola jalan dominasi Grid

GaMBAR 2.4 Bentuk pola permukiman Pekanbaru Sumber: analisis penulis,2021

Pola permukiman rectangular cities (memanjang ke selatan)

Hal yang mendasar pada morfologi perkotaan adalah penerapan karakteristik perkotaan tersebut dari berbagai macam bentuk (Birkhamshaw dkk., 2012). Menurut Yunus (2000), terdapat dua jenis ekspresi morfologi kota secara garis besar, yaitu bentuk kompak dan tidak kompak. Bedasarkan penyebaran permukiman dan dan bentuk pola jalan, dapat disimpulkan Kota Pekanbaru memiliki bentuk empat persegi panjang (The Rectangular Cities). Hal ini disebabkan perkembangan dari kota ini memanjang ke arah selatan.

Adanya perairan seperti Sungai Siak menyebabkan bentuk Kota Pekanbaru tidak melebar. The Rectangular Cities masuk ke dalam bentuk kompak. Selain perkembangan kota, bentuk kompak diperkuat dari jaringan jalan yang berbentuk grid.

6

Dominasi guna lahan di Pekanbaru dikuasai oleh perkebunan sawit.

Hal ini dikarenakan jumlah tanaman sawit terbesar di Indonesia berada di Provinsi Riau. Bedasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan yang direkap oleh BPS, Provinsi Riau memegang kedudukan sawit terbesar dengan luas 2.853,80 Ha (2020).

Provinsi Riau Kalimantan Barat Kalimantan Tengah

2018 2.706,90 1.815,10 1.640,90

2019 2.808.70 1.864,60 1.675,80

2020 2.853,80 2.039,20 2.018,70

Tabel 2.1 Luas Tanaman Perkebunan Sawit (ribu hektar) Sumber BPS, 2021

Kecamatan Tampan Marpoyan Damai Tenayan Raya Rumbai Rumbai Pesisir

Produksi sawit (ton) 2019 6 32 1040 4256 2932 8266

Tabel 2.2 Produksi tanaman sawit kota pekanbaru Sumber BPS, 2019

Dominasi guna lahan kedua adalah permukiman. Saat ini, jumlah penduduk Kota Pekanbaru sebesar 983.356 jiwa, dimana dominasi penduduknya adalah laki-laki. Bedasarkan persentase penduduk, kecamatan dengan penduduk terbanyak berada di Kec.Tampan, Tenayan Raya dan Marpoyan Damai. Sedangkan untuk kepadatan penduduk terbesar berada di Kec. Sukajadi, Pekanbaru Kota dan Limapuluh.

Gambar 2.5 permukiman Kota Pekanbaru Sumber TRIBUN PEKANBARU,2020

7

Potensi Sumber Daya Alam Bedasarkan bentuk lahan asalnya, Kota Pekanbaru memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam.

Pertanian & perkebunan Karena didominasi oleh tanah alluvial yang subur dan memiliki unsur hara yang tinggi, Kota Pekanbaru cocok untuk ditanami berbagai macam tanaman pertanian dan perkebunan.

Dominasi sayuran yang dominan diusahakan oleh masyarakat setempat adalah bayam, cabai besar, cabai rawit, petsai, ketimun dan kangkung. Tanaman bayam dan kangkung paling banyak diproduksi di Kecamatan Tenayan Raya. Tanaman cabai besar dan cabai rawit paling banyak diproduksi di Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai Pesisir. Tanaman petsai paling banyak diproduksi di Kecamatan Marpoyan Damai. Terakhir, ketimun paling banyak diproduksi di Kecamatan Tampan.

bayam

CABAI

TIMUN E K

S PET AI

nkung a k

Gambar 3.1 Produksi perkebunan kota pekanbaru Sumber: berbagai sumber, 2021

8

perikanan Karena termasuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak, Kota Pekanbaru memiliki potensi perikanan. Namun, tidak semua kecamatan dilewati oleh sungai ini. Terdapat 6 kecamatan yang dilewati oleh Sungai Siak yaitu: Kec. Payung Sekaki, Kec.Rumbai, Kec.Rumbai Pesisir, Kec.Senapelan, Kec.Limapuluh dan Kec.Tenayan Raya. Wilayah penghasil ikan terbesar berada di Rumbai Pesisir. Terdapat 11 jenis ikan yang dihasilkan di perairan ini antara lain: Gabus, Juara, Betutu, Rasau/lukas, Tuakang, Selais, Pantau, Baung, Kelabau, Udang tawar dan Udang galah. Jenis ikan terbanyak adalah jenis ikan Baung.

Jenis Ikan Gabus Juara Betutu Rasau/lukas Selais Pantau Baung Kelabau Udang Tawar Udang Galah

Produksi ikan (ton) 2020 10.33 13.44 11.49 11.92 5 6.63 15.82 10.90 2.87 0.31

Tabel 3.1 Produksi Ikan di Perairan Umum Menurut Jenis Ikan per Kecamatan di Kota Pekanbaru Sumber: BPS, 2021

9

Kondisi Sosial Budaya Karena kepesatan pertumbuhan ekonomi di kota ini, Pekanbaru menjadi kota ketiga dengan penduduk paling banyak di Pulau Sumatera. Saat ini, sektor yang paling maju dan mendominasi tenaga kerja di Pekanbaru adalah sektor konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dan Industri Pengolahan.

Kemajuan sektor dapat dilihat dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) HK menurut lapangan kerja. Kedudukannya sebagai ibukota provinsi menjadikannya sebagai pusat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi terbesar di Provinsi Riau.

Lapangan Kegiatan Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Pengolahan

Nilai PDRB 20074511.19 17956633.14 15954082.00

Tabel 4.1 Nilai PDRB HK Menurut lap.usaha Sumber: BPS, 2021

gambar 4.1 TARI ZAPIN, Tari tradisional melayu Sumber: pinang paleo, 2018

Menurut budayanya, suku asli yang menetap di Kota Pekanbaru adalah suku melayu. Namun, sejak berdirinya Kepulauan Riau menjadi provinsi tersendiri di tahun 2002, terjadi urbanisasi yang besar di kota ini. Sekarang, etnik yang paling mendominasi Kota Pekanbaru adalah etnik Minangkabau (37.96%). Hal ini terjadi karena banyaknya pendatang yang berasal dari provinsi Sumatera Barat. Karena itu, bahasa minang dipakai sebagai bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Kota Pekanbaru selain bahasa Melayu dan Indonesia

Kelompok etnik lain yang mendominasi adalah suku jawa, batak serta tionghoa. Kelompok etnik jawa muncul di tahun 1950 saat suku tersebut didatangkan untuk mengembangkan tanah Pekanbaru di masa penjajahan Jepang. Seiring berkembangnya industri di Pekanbaru, banyak suku batak datang untuk mencari kerja. Terakhir, munculnya suku Tionghoa di kota ini diakibatkan banyaknya masyarakat tionghoa dengan bakat entrepeneur yang tinggi mengadu nasib menjadi pedagang. Hal ini didukung dari banyaknya masyarakat Tionghoa mendirikan perdagangan berskala besar yang mendominasi Kota Pekanbaru.

10

Potensi ancaman bencana Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bedasarkan bentuk lahan terdahulu dan saat ini (Bentuk Lahan Fluvial dan Bentuk Lahan Antropogenik), terdapat berbagai jenis bencana yang mengancam Kota Pekanbaru, antara lain:

BANJIR Banjir merupakan jenis bencana yang terjadi dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Penyebab banjir dapat bermacam-macam, tergantung kondisi daerah tersebut. Di Kota Pekanbaru, banjir kerap terjadi di tengah musim hujan yang mengakibatkan luapan pada air sungai. Di dalam data BPS (2021), bencana banjir adalah jumlah bencana terbanyak.

Bencana sering terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Siak, khususnya di Kecamatan Rumbai. Pada tanggal 27 April 2021, banjir terjadi di Perumahan Witayu, Kec. Rumbai. Terdapat lebih dari 100 rumah warga terendam banjir akibat luapan air dari Sungai Siak. Banjir terjadi selama empat hari, sehingga sebagian masyarakat terpaksa mengungsi. Pemerintah menggunakan uang Belanja Tidak Terduga (BTT) untuk 2000 Kepala Keluarga (KK) yang terkena dampak banjir, sebesar 400 ribu/KK.

Gambar 5.1 Banjir di Perumahan Witayu Sumber: Republika, 2021

11

Terdapat berbagai macam dampak yang terjadi akibat adanya bencana banjir ini, yaitu:

Ekonomi Banjir dapat mengakibatkan kehancuran pada rumah penduduk, kendaraan , gedung dan fasilitas umum. Masyarakat dapat kehilangan harta benda miliknya dan akses terhadap transportasi maupun telekomunikasi akan terhambat. Kerugian yang akan ditanggung oleh masyarakat dan pemerintah sangat besar sehingga diperlukan waktu yang lama untuk memperbaiki kondisi tersebut.

Lingkungan

Manusia dan Hewan

Air dengan kondisi tercemar dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungannya. Hal ini mengganggu keseimbangan ekosistem serta mahluk hidup yang tinggal di area tersebut.

Banjir dalam skala besar dapat menewaskan mahluk hidup, khususnya manusia dan hewan.

Banyak orang dapat terluka dan kehilangan tempat hidupnya.

Selain itu, kandungan di dalam air tersebut dapat membawa penyakit dan infeksi pada tubuh manusia maupun hewan.

12

POLUSI UDARA Pencemaran atau polusi udara adalah kondisi dimana terjadi pelepasan berbagai bahan kimia ke atmosfer, yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun mahluk hidup sekitarnya (Kompas,2021).

Polutan yang dapat menimbulkan polusi udara berupa asap, jelaga, metana, karbon dioksida, jamur, serbuk sari dan lainnya. Terdapat dua sumber penyebab polusi udara, yaitu faktor buatan manusia maupun faktor alami.

Gambar 5.2 POLUSI ASAP KOTA PEKANBARU Sumber: Tempo, 2019

Di Kota Pekanbaru, faktor buatan manusia yang menyebabkan polusi udara, antara lain: 1. Pembakaran bahan bakar fosil Kota Pekanbaru sebagai sentra ekonomi terbesar di Provinsi Riau menuntut banyaknya industri untuk dikembangkan. Pembakaran bahan bakar fosil dari industri menyebabkan pencemaran udara yang merugikan bagi masyarakat sekitarnya. Bahan bakar fosil yang dihasilkan pun digunakan sebagai bahan bakar transportasi. Saat ini, banyak masyarakat lebih memilih menggunakan transportasi pribadi dibandingkan transportasi umum, sehingga jumlah polusi udara di Pekanbaru semakin besar.

2. Produk rumah tangga Banyaknya penduduk di Kota Pekanbaru mengakibatkan banyaknya penggunaan produk yang menggunakan bahan kimia. Zat kimia di dalam produk rumah tangga dapat memancarkan bahan kimia beracur ke udara dan menimbulkan pencemaran.

13

KEBAKARAN HUTAN

Sedangkan faktor alam yang menyebabkan polusi udara di Kota Pekanbaru antara lain:

Walaupun termasuk faktor alam, kebakaran hutan tidak terlepas dari aktivitas manusia di dalamnya. Banyaknya pembukaan lahan maupun penebangan pohon memicu timbulnya api yang dapat menyebar secara cepat. Umumnya, kebakaran hutan terjadi pada musim kemarau.

gambar 5.3 Kebakaran lahan Kota Pekanbaru Sumber: liputan6, 2019

Media tanam yang sering dipakai adalah tanah gambut.

Tanah gambut yang kering tidak memiliki fungsi penyerapan air yang baik, sehingga gambut dapat kehilangan fungsi sebagai tanah dan sifatnya sama seperti kayu kering. Api di lahan gambut akan membakar seluruh pepohonan dan semak di sekitarnya. Tanah gambut yang terbakar menghasilkan energi panas yang besar melebihi kayu atau arang yang terbakar, sehingga sangat sulit untuk dipadamkan.

Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan menimbulkan tingkat pencemaran yang sangat tinggi.

Pada Kota Pekanbaru sendiri, kasus bencana asap merupakan peristiwa tahunan. Pada tahun 2019, terjadi bencana kabut asap yang mengakibatkan jarak pandang hanya berkisar 800 meter. Pencemaran ini berada di atas angka 300 dan masuk ke dalam level berbahaya.

14

gambar 5.4 Kebakaran lahan Kota Pekanbaru Sumber: kompas, 2019

Bencana polusi udara ini menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan bagi mahluk hidup. Gangguan yang sering terjadi adalah gangguan pernapasan seperti asma, ISPA dan kanker paru-paru. Selain itu, polusi dapat mengurangi kadar oksigen yang ada di dalam tubuh.

Dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat polusi ini adalah pemanasan global. Pemanasan global memicu mencairnya gletser dan perubahan iklim yang ekstrem.

PEM

ISPA

SAN GL A AN

L BA O

PARUR P KE

U AR

KA N

ASMA

15

konflik sosial dan tata ruang Kota Pekanbaru merupakan Ibukota sekaligus pusat pergerakan di Provinsi Riau. Akibatnya, kota ini mengalami perbesaran untuk memenuhi kebutuhan permukiman. Hal ini dilihat dari pertambahan kecamatan dari 8 menjadi 12 kecamatan. Tentu terjadi konflik baik dari sisi sosial maupun tata ruang.

DID U KNOW?

Menurut KBBI, konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Konflik terjadi karena adanya perbedaan pola pikir, budaya dan kepentingan satu sama lain. Konflik sosial yang terjadi pada masyarakat mempengaruhi tata ruang di sekitarnya.

Tumbuhnya permukiman tidak terencana Pada Kota Pekanbaru sendiri, konflik tata ruang terjadi karena permukiman tumbuh di Daerah Aliran Sungai (DAS), bahkan sebagian permukiman berada di atas air Sungai Siak.

Dominasi permukiman dibangun dalam skala kecil dan acak tanpa mempertimbangkan skala pelayanan lingkungannya.

Hal ini terjadi karena Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Pekanbaru baru disahkan pada tahun 2020. Akibatnya, terjadi bencana seperti banjir di perumahan penduduk. Selain itu, anak-anak sungai sebagai saluran primer belum ditata dengan baik sehingga di musim hujan, saluran ini terhambat dan menimbulkan genangan. Di area pusat-pusat perdagangan, saluran drainase tersumbat akibat pola hidup masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan.

gambar 6.1 permukiman tepi sungai siak Sumber: sijoripost, 2017

16

Pekanbaru yang dilewati oleh Sungai Siak dihubungkan dengan Jembatan Siak I dan ii di sebelah barat dan timur. Karena volume kendaraan yang semakin besar tanpa perbaikan kualitas, kondisi jembatan ini semakin menurun sehingga tidak bisa dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar. Banyak jembatan yang rusak dan berkualitas buruk akibat penambahan volume kendaraan pribadi masyarakat.

INFRASTRUKTUR TIDAK MEMADAI Selain masalah tersebut, terjadi konflik terhadap penyediaan infrastruktur di permukiman yang tidak terencana. Infrastruktur yang tidak memadai akan memicu timbulnya permukiman kumuh. Menurut Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPIP) Kota Pekanbaru, terdapat 8 lokasi kawasan kumuh, antara lain: Kelurahan Meranti Pandak dan Kelurahan Limbungan (Kec.Rumbai Pesisir); Kelurahan Pesisir (Kec. Lima Puluh), Kelurahan Kampung Dalam, Kampung Bandar dan Kampung Baru (Kec.Senapelan), Kelurahan Tampan (Kec.Payung Sekaki) dan Kelurahan Sukaramai (Kec.Pekanbaru Kota). Dilihat dari penyebarannya, letak kekumuhan berada di DAS Siak. Infrastruktur yang tidak memadai (akses jalan yang tidak memadai dan sarana prasarana kualitas buruk) mengakibatkan lingkungan menjadi kotor dan tidak sehat sehingga dapat menimbulkan penyakit.

gambar 6.2 permukiman kumuh kota pekanbaru Sumber: riaupotenza, 2016

17

strategi penataan ruang Dari bentuk lahan yang ada di Kota Pekanbaru muncul begitu banyak potensi yang dapat dikembangkan. Namun, potensi-potensi tersebut dapat mendatangkan berbagai macam masalah yang dapat mengancam eksistensi kota tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan strategi penataan ruang yang benar agar ancaman tersebut dapat dihindari atau diminimalisir. Strategi penataan ruang yang sesuai untuk diterapkan di Kota Pekanbaru, antara lain:

1. Pemeriksaan dokumen perencanaan yang berlaku Dokumen perencanaan berisi analisis maupun rencana yang akan diterapkan di suatu wilayah. Pemeriksaan dokumen perencanaan diperlukan untuk melihat secara garis besar potensi maupun permasalahan yang ada di suatu wilayah serta penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan aturan. Contoh dokumen perencanaan yang ada adalah RTRW, Masterplan maupun RDTR.

2. Peran serta masyarakat dan perencana dalam pengambilan keputusan Dalam mengambil suatu keputusan, pemerintah seharusnya tetap melibatkan masyarakat sebagai penghuni. Masyarakat lebih mengetahui masalah apa yang terjadi di daerah tempat tinggalnya. Keterlibatan masyarakat dapat membantu perencanaan lebih tepat sasaran dan efektif. Selain masyarakat, perlu peran perencana sebagai penengah dan membantu kedua pihak (pemerintah-masyarakat) mengambil keputusan secara benar, yang menghasilkan win-win solution.

18

Salah satu contoh konkrit nya adalah relokasi permukiman. Masyarakat perlu diberikan pemahaman , pengarahan dan kesepakatan yang baik agar mau pindah ke tempat yang lebih aman. Di sisi lain, pemerintah juga harus memberikan tempat tinggal yang lebih layak agar masyarakat mau melakukan relokasi. Selain itu, perlu keterlibatan masyarakat dalam menyusun dokumen perencanaan. Keterlibatan masyarakat dapat dilakukan secara partisipatif

3. Pengendalian pengembangan kegiatan budidaya Saat ini, Kota Pekanbaru menjadi sentra ekonomi yang mengembangkan perdagangan sebagai sektor utama. Untuk itu, perlu dilakukan keterpaduan antara kegiatan budidaya agar lebih efisien.

Keterpaduan tersebut dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan aksesibilitas maupun konektivitas antara kegiatan budidaya.

Namun, banyak sekali masalah yang terjadi akibat pengembangan keterpaduan kegiatan budidaya. Banyak lahan yang dieksploitasi untuk dijadikan permukiman warga maupun pengembangan infrastruktur. Untuk itu, diperlukan pengendalian terhadap kegiatan budidaya agar tidak melebihi daya dukung dan daya tampung di lingkungan. Pengendalian tersebut dapat dicantumkan di dalam dokumen perencanaan pendukung.

4. Pelestarian lingkungan hidup berkelanjutan Potensi alam yang berlimpah di Kota Pekanbaru perlu dijaga keberadaannya agar tidak terancam punah. Salah satu caranya adalah melakukan pelestarian terhadap sumber daya alam. Pelestarian sumber daya alam dapat dilakukan dengan cara berikut, antara lain: Pengembangan dan penyebarluasan pengetahuan serta informasi tentang pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, Rehabilitasi terhadap ekosistem berbasis masyarakat, penataan ruang berwawasan lingkungan, Peningkatan kerjasama antar sektor terkait, baik pemerintah daerah maupun masyarakat, penguatan kapasitas pendanaan untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang berkelanjutan, peningkatan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dan limbah domestik, Peningkatan luasan tutupan lahan melalui perluasan dan pengelolaan RTH, perwujudan upaya mitigasi bencana serta pengelolaan alih fungsi lahan. Cara-cara ini dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Pekanbaru.

19

R A ft IS I DA Aida, N. R., 2019. Kabut Asap dan Karhutla Riau, Peristiwa Tahunan yang Selalu Berulang..., Pekanbaru: Kompas.com.

BPS, 2018-2020. BPS. [Online] Available at: https://www.bps.go.id/indicator/54/131/1/luas-tanaman-perkebunan-menurut-provinsi.html [Accessed 02 June 2021].

BPS, 2021. Kota Pekanbaru Dalam Angka 2021, Kota Pekanbaru: BPS. Hermawan, M. B., 2015. Permukiman Kawasan Tepian Sungai Siak Kota Pekanbaru Ditinjau Dari Aspek Ekologi. Jurnal Arsitektur Melayu dan Lingkungan, II(1).

Husein, S., Freski, Y. R., Triadi, B. Z. & Nadirah, Z., 2017. Geologi Dinamik.

[Online] Available at: https://lab-geologidinamik-tgl.ft.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/27/2017/09/05_Asistensi2017_Fluvial.pdf [Accessed 2 June 2021].

INDONUSA, P. B. M., 2010. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kota Pekanbaru. [Online] Available at: https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen_usulan/sppip/SPPIP_d89d36c3f9cf908c4eed910c0bf36dbdb3c3135f. pdf [Accessed 2 June 2021].

Pekanbaru, R. K., 2015. Dokumen RIPJM. [Online] Available at: https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen/rpi2jm/DOCRPIJM_1508724060RPI2JM_Pekanbaru_-_BAB_4_Profil_ Kab-Kota_OK.pdf [Accessed 02 June 2021].

Putri, A. S., 2020. Pencemaran Udara: Pengertian dan Jenis, s.l.: Kompas.com.

RIAU, M. P., 2020. Pemko Pekanbaru Garap Wisata Susur Sungai Siak, Pekanbaru: Infopublik.

Santosa, L. W., 2015. Keistimewaan Yogyakarta dari sudut pandang geomorfologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setyawati, N. A., 2009. DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU. Perpustakaan Universitas Indonesia.

Sitompul, C. M., 2018. Identifikasi Perkembangan Morfologi Kotalama Semarang. Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), pp. D 007-013.