





Assalamualaikum Wr. Wb. Halo! Kita bertemu lagi sobat enviro! Kami segenap tim redaksi E-Magazine HMTL Arunika FTSP UII mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Izin-Nya dapat menerbitkan EMagazine Edisi 2. E-Magazine yang telah dinantikan akhirnya terbit pada bulan Januari 2023 untuk menemani para pembaca semua di tengah libur semester ini. Terima kasih banyak untuk seluruh pengurus HMTL FTSP UII Periode 2021/2022, terkhususnya Departemen Informasi dan Komunikasi serta pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan E-Magazine ini Pada kesempatan kali ini, E-Magazine menampilkan dokumentasi kegiatan proker dan fungsi setiap departenen selama berjalannya kepengurusan HMTL Arunika, serta rekomendasi hiburan yang dapat menemani kalian selama liburan. HMTL Arunika, it's a wrap! Happy reading, everyone!
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum Wr Wb
Pertama-tama saya haturkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat kepada kita semua sehingga kita masih diberikan nikmat islam dan nikmat sehat untuk menjalani kehidupan. Alhamdulillah juga saya ucapkan karena telah terbit kembali E-Magazine edisi ke-dua pada periode HMTL Arunika. Terima kasih tidak lupa diucapkan untuk seluruh teman-teman Tim Redaksi yang telah menerbitkan E-Magazine edisi ke-dua pada periode 2021/2022. Pada kondisi saat ini, tentunya kita tidak bisa mengesampingan hal-hal mengenai digitalisasi yang telah kita dapat karena pandemi yang sudah terjadi. Saya merasa masih perlu informasi yang harus disampaikan secara digital. Dengan adanya edisi ke-dua E-Magazine, besar harapan saya untuk teman-teman semua dapat memperoleh informasi mengenai HMTL Arunika Semoga dengan adanya EMagazine edisi ke-dua ini, HMTL Arunika dapat menjadi organisasi yang mampu ikut menuju masa baru setelah pandemi tanpa meninggalkan aspek digitalisasinya. Saya selaku ketua umum HMTL UII yang mewakili teman-teman yang lain mengucapkan selamat membaca E-Magazine yang telah kami terbitkan, semoga dapat menjadi bahan bacaan yang berguna dan bermanfaat bagi semua pembacanya. Kritik dan masukan mengenai E-Magazine ini sangat terbuka lebar untuk teman-teman pembaca demi kebaikan HMTL kedepannya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Assalamualaikum Wr Wb Puji serta syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat sehat kepada kita semua, serta kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan kita dua warisan penuntun kehidupan yakni Al-Quran dan Al-Hadist. Alhamdulillah serta rasa syukur juga saya ucapkan, karena Deprtemen Informasi Komunikasi telah menerbitkan kembali E-Magazine Edisi ke-dua pada periode HMTL Arunika ini. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman redaksi serta pihak terkait yang sudah membantu dalam menerbitkan E-Magazine ini. Dengan adanya E-Magazine Edisi ke-dua ini, semoga teman-teman pembaca dapat memperoleh informasi-informasi menarik mengenai HMTL Arunika, serta menginspirasi teman-teman dalam bidang lingkungan Saya Ikhwanul Habib Al Habsy, selaku kepala departemen Informasi Komunikasi HMTL UII mengucapkan, selamat membaca E-Magazine Edisi ke-dua yang telah kami terbitkan. Besar harapan kami teman-teman pembaca memberikan kritik dan saran kepada kami Departemen Informasi Komunikasi, demi keberlangsungan terbitan E-Magazine dan kebaikan HMTL UII selanjutnya. Terima kasih, Wassalammualaikum wr wb.
Air bersih dan sanitasi yang layak merupakan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi bagi setiap individu. Menurut World Health Organization (WHO), sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap halhal yang memberi efek, seperti merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.
Maka jika diuraikan secara sederhana, akses sanitasi dapat diartikan sebagai akses terhadap air bersih dan membuang tinja dengan aman. Namun, di Indonesia belum seluruh rumah tangga telah mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar tersebut.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), capaian sanitasi layak per tahun 2021 mencapai 80,29 persen. Artinya, masih terdapat 19,71 persen rumah tangga di Indonesia yang belum memiliki akses sanitasi layak
Dalam ranah global, perilaku buang air besar sembarangan (BABS) Indonesia berada di urutan tertinggi ketiga setelah Kamboja (19,30%) dan India (14,90%). Sedang akses sanitasi aman berada di urutan empat terbawah bersama Kamboja, Vietnam, dan Afrika Selatan Belum tercapainya akses sanitasi aman bagi setiap keluarga bukan tanpa dampak Hal tersebut memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan, terutama kesehatan anakanak. Salah satu penyakit paling menonjol dari buruknya akses sanitasi adalah diare hingga stunting.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), diare menjadi penyebab utama kematian pada balita (usia 12-59 bulan) di Indonesia pada tahun 2019. Angkanya mencapai 314 kematian. Lalu pada tahun 2021 tercatat sebanyak 24,4 persen balita di Indonesia mengalami stunting. Nusa Tenggara Timur terdaftar sebagai daerah dengan angka stunting tertinggi yaitu sebesar 37,8 persen. Di provinsi tersebut, akses sanitasi layaknya baru 73,36 persen Menjadi salah satu provinsi di urutan lima terbawah
Memastikan air bersih dan sanitasi layak pun sebetulnya menjadi salah satu poin dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup. Sanitasi yang dikelola dengan aman diakui sebagai prioritas utamanya dalam meningkatkan kesehatan, gizi, dan produktivitas masyarakat.
Metadata Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG) 2030 membagi konsep dan definisi akses sanitasi menjadi lima tingkatan.
Pertama, akses aman Didefinisikan jika jamban adalah milik sendiri dengan leher angsa yang terhubung ke Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (IPALD) atau menggunakan tangki septik yang disedot setidaknya 1 kali dalam 3-5 tahun dan dibuang ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Kedua, akses layak sendiri (individu). Didefinisikan jamban dengan kloset leher angsa yang dimiliki sendiri (tidak bersama rumah tangga lain) dengan pembuangan ke (1) Tangki septik dengan penyedotan minimal satu kali dalam lima tahun; (2) Lubang tanah atau cubluk (khusus pedesaan).
Ketiga, akses layak bersama. Kategori ini mengkhususkan jamban dengan kloset leher angsa digunakan bersama rumah tangga tertentu yang (1) Terhubung ke IPALD; (2) Menggunakan tangki septik; atau (3) Lubang tanah/cubluk (khusus perdesaan). MCK secara komunal dapat dikatakan sebagai akses layak bersama. Keempat, akses belum layak Yakni masih dilakukannya perilaku BABS tertutup. Maksudnya, keluarga tersebut telah memiliki jamban namun dibuang ke sungai, ladang, atau area terbuka lainnya
Lalu yang kelima atau terakhir adalah BABS di tempat terbuka Per 2020, di Indonesia perilaku ini mencapai 6,19 persen dari total populasi. Menurut Badan Perencanaan Nasional (BAPPENAS) belum ada daerah di Indonesia yang menyatakan bebas dari BABS.
Dari kelima klasifikasi di atas, menurut data BAPPENAS per tahun 2020, akses layak sendiri menjadi yang paling banyak di Indonesia dengan angka mencapai 64,7 persen Disusul akses belum layak dengan angka mencapai 14,28 persen. Lalu posisi ketiga dihuni akses aman dengan angka 7,64 persen. Disusul akses layak bersama dengan 7,15 persen. Dan paling sedikit adalah BABS di tempat terbuka dengan angka 6,19 persen. Banyaknya akses sanitasi yang buruk di Indonesia tidak lepas dari kondisi ketimpangan sosial-ekonomi masyarakatnya. Masyarakat dengan tingkat ekonomi paling rendah memiliki akses sanitasi yang masih jauh tertinggal. Artinya, dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan seperti yang tertulis di atas jangan sampai meninggalkan aspek pengentasan kemiskinan
Air dan sanitasi merupakan bagian fundamental bagi setiap manusia–tanpa terkecuali–untuk bertahan hidup dan menjaga kesehatannya. Karenanya, hal tersebut juga harus dipandang sebagai elemen utama dalam pemenuhan hak kepada standar hidup yang layak serta hak atas kesehatan. Singkatnya, akses air bersih dan sanitasi layak adalah hak asasi bagi setiap manusia.
Menilik pentingnya akses sanitasi yang layak tak heran jika Mahatma Gandhi, salah satu tokoh revolusioner asal India, sampai mengatakan bahwa "Sanitasi lebih penting daripada kemerdekaan," dikutip dari National Geographic.
Berangkat dari kisah nyata, film yang disutradarai oleh Adam McKay ini bercerita tentang seorang mahasiswi bernama Kate Dibiasky dan profesornya, Dr. Randall Mindy, yang menemukan sebuah kejanggalan lintasan komet di tata surya. Komet ini diperkirakan akan bertabrakan dengan bumi, dan mereka hanya punya waktu sekitar enam bulan untuk melindungi diri dari tabrakan tersebut.
Seaspiracy pada dasarnya adalah film yang ingin menampilkan bagaimana perilaku merusak manusia berdampak pada lautan dan tentu saja pada keberlangsungan Bumi secara keseluruhan. Memperlihatkan sampah plastik laut, jala harimau, dan penangkapan ikan berlebihan di seluruh dunia, film ini mau menggiring pendapat bahwa perikanan komersial adalah musuh utama ekosistem laut.
Film ini berkisah mengenai keadaan bumi yang mulai tak layak untuk dihuni karena diterpa sebuah badai dan tentang sebuah tim penjelajah yang melakukan perjalanan melalui lubang cacing di ruang angkasa dalam upaya untuk memastikan kelangsungan hidup umat manusia. Dikisahkan, pada 2067, hama tanaman dan badai debu mengancam kelangsungan hidup umat manusia.
Deepwater Horizon diangkat dari kisah nyata tragedi ledakan pengeboran minyak di Teluk Meksiko, Amerika Serikat. Ledakan tersebut mengakibatkan minyak mentah tumpah di lautan dan mencemari laut dalam skala besar. Tragedi kecelakaan besar itu terjadi pada 2010 silam di Teluk Meksiko. Akibat ledakan dahsyat tersebut, perekonomian di daerah sekitar Teluk Meksiko mengalami penurunan signifikan.
Dunia Sophie memberikan bumbu filsafat nonfiksi berwujud fiksi yang dibalut secara menarik juga unik. Novel ini terdiri dari 36 bab yang membahas terkait sejarah filsafat hingga abad ke-20 melalui tokoh Sophie. Dunia Sophie condong memberikan dasar-dasar menarik terkait filsafat. Barangkali hal tersebut sengaja dilakukan agar kita selaku pembaca terdorong untuk membaca buku yang lainnya. Genom adalah cara pengoprasian suatu spesies termasuk tentang mnausia. Buku ini memiliki sekitar 23 kromosom (yang dibahas satu per satu dalam setiap bab dari buku ini). Kedua puluh tiga kromosom yang dimiliki manusia tersebut berisi tentang kode unik genetika yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan lainnya, menjadikan kita sebagai diri kita sendiri, dan memberitahukan bahwa setiap manusia unik. Tidak ada manusia yang sama persis antara satu dengan yang lainnya.
Novel yang ditulis oleh Sohn Won-Pyung ini mengisahkan tentang seorang anak yang mempunyai kelainan pada bagian otaknya, sehingga tidak bisa merasakan rasa sakit walau dipukul atau digigit sekalipun serta tak bisa mengungkapkan emosi atau tidak dapat menunjukkan ekspresi terhadap lawan bicaranya. Di usianya yang masih belia, anak itu sudah dianggap memiliki “keanehan” oleh orangorang disekitarnya. Meskipun dianggap “aneh” oleh orang banyak, tetapi anak yang bernama Yoonjae itu tetap tak bisa memberikan reaksi apapun.
The Midnight Library mengisahkan tentang di antara kehidupan dan kematian, ada sebuah perpustakaan yang memiliki buku yang tak terhingga jumlahnya. Setiap buku di perpustakaan itu menyediakan satu kesempatan untuk mencoba dan menjalani kehidupan lain, supaya anda dapat melihat apa yang terjadi jika anda mengambil keputusan-keputusan yang berbeda.